1153-Article Text-2124-1-10-20190908

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG

PENANGGUNGAN HUTANG PEWARIS


OLEH AHLI WARIS (Studi Kasus di Desa Gonjak
Kec. Praya Lombok Tengah)

Halimah

Abstrak
Fokus kajian dalam penelitian ini adalah praktik penanggungan hutang
pewaris oleh ahli waris di desa Gonjak, dan pandangan tokoh agama
terhadap praktik penanggungan hutang pewaris. Realita praktik
penanggungan ini masih ada yang tidak sesuai dengan syari’at hukum
Islam karena masih ada para ahli waris yang membayar hutang pewaris
dengan menggunakan harta pribadi ahli waris, dengan begitu para ahli
waris berkesempatan untuk bisa mendapatkan harta pewaris yang ada.
Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yakni metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun
sumber datanya adalah data primer melalui interview warga dan tokoh
agama, dan data sekunder melalui library research yang mempunyai
hubungan dengan penelitian.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam praktik penanggungan hutang
pewaris oleh ahli waris pada dasarnya boleh dilakukan atau sah menurut
hukum Islam karena sudah sesuai dengan rukun dan syarat penanggungan
(kafalah). Namun praktik yang dilakukan di masyarakat Gonjak
masih belum terlakasana sesuai dengan hukum Islam sebagaimana
pandangan para tokoh agama ada yang membolehkan dan tidak
membolehkan. Tokoh agama yang membolehkan mengatakan bahwa
praktik penanggungan hutang pewaris di desa Gonjak ini dibolehkan
karena sudah sesuai dengan rukun dan syarat peanggungan (kafalah),
Sementara pandangan tokoh agama yang tidak membolehkan
mengatakan bahwa pembayaran yang ditunda-tunda bagi orang
mampu itu tidak diperbolehkan karena awalnya berniat untuk
menolong pihak yang berhutang (pewaris). Kedua, jika ahli waris berniat
membantu dengan mengharapkan untuk mendapatkan sebagian harta
pewaris maka itu tidak dibolehkan karena itu bukan termasuk sifat
tolong menolong melainkan ingin mendapatkan keuntungan.
Kata Kunci: Penanggungan (kafalah), pewaris, ahli waris dan tokoh agama

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 43


A. Konteks Penelitian orang lain, wajib hukumnya kita
Kiprah manusia di dalam saling tolong menolong satu sama
menjalankan perannya di dunia ini lain.
yakni dengan beribadah kepada Allah Dengan melangsungkan
Swt. Selain dengan beribadah kepada kehidupan dimasa sekarang ini
Allah Swt. yang telah memberikan kebanyakan orang melakukan
kehidupan serta pikiran sebagai transaksi hutang piutang, terutama
tanda manusia merupakan makhluk orang yang sudah berkeluarga atau
ciptaan tuhan yang paling sempurna. sudah berumahtangga.Dengan
Manusia juga diperintahkan untuk berjalannya umur yang semakin
berbaur dan berinteraksi dengan panjang, kematianpun menjadi
sesama manusia sebagai tanda bahwa semakin dekat. Sehingga hutangpun
manusia merupakan makhluk sosial tidak bisa dilunasi, karena kehidupan
dimana yang dimaksud dengan di dunia tidak diketahui batasnya,
makhluk sosial adalah manusia itu akhirnya hutang dibawa sampai mati.
tidak akan pernah terlepas dari Oleh sebab itu jika ada orang
bantuan orang lain, baik kaya maupun meninggal dunia dan tidak sempat
miskin tetap saling membutuhkan. membayar hutangnya, maka hutang
Dari yang disyariatkan dalam tersebut harus dilunasi dengan harta
Islam, terutama yang berhubungan peninggalannya, berdasarkan firman
dengan kegiatan ekonomi atau Allah Swt dalam al-Qur’an surat
kebutuhan keluarga dalam sebuah an-Nisa’ ayat 11:
rumah tangga, dalam memenuhi
Artinya: (Pembagian-pembagian
kehidupan sehari-hari setiap
tersebut di atas) sesudah dipenuhi
orang membutuhkan uang untuk
wasiat yang ia buat atau (dan)
kelangsungan hidupnya, dan dimana
sesudah dibayar hutangnya.
manusia juga di anjurkan untuk
selalu berusaha mencari rizki yang Dari ayat di atas menjelaskan
halal untuk memenuhi kehidupan bahwa apabila seseorang meninggal
keluarga. Setiap manusia mempunyai masih memiliki hutang maka hutang
kekurangan dan keterbatasan dalam mayat tersebut harus dilunasi
berusaha sehingga membutuhkan dengan harta peninggalan sebelum di
bantuan orang lain dengan berbagai bagi ke ahli waris.
cara, baik dengan bantuan materi Dalam hukum Islam telah
maupun dengan tenaga (jasa), disebutkan bahwa kewajiban ahli
seperti pinjam meminjam atau utang waris terhadap pewaris adalah
piutang. Sebagai makhluk sosial pertama, mengurus jenazah
yang tidak bisa lepas dari bantuan sampai penyelesaian pemakaman,

44 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


kedua, membayar semua hutang Saw. lalu kami berkata, “hendaklah
mayat, ketiga, membayar wasiat baginda menyalatkan orang ini,
mayat.1Tetapi dalam hal pengurusan “kemudian beliau melangkah
jenazah dan penyelesaian hutang beberapa langkah lalu bersabda.
mayat mayoritas masyarakat Gonjak “Apakah jenazah ini punya tanggungan
tidak secara lansung memakai hutang?” kami menjawab “dua
harta peninggalannya, sehingga dinar.” maka beliau pergi, kemudian
apabila orang yang meninggal dunia Abu Qatadah menanggung hutang
meninggalkan hutang dan harta dua dinar itu, lalu kami datang
peninggalan berupa uang tidak lagi kepada Rasulullah Saw.dan Abu
mencukupi untuk melunasinya. Qatadah berkata,”hutang dua dinar
Maka disinilah ahli waris bertindak itu adalah menjadi tanggungan
dalam menanggung atau membayar saya”, maka Rasulullah Saw.
hutang pewaris. Maka dari itu bersabda “tetapkah (benar-benarkah)
muncullah praktik penanggungan engkau menanggung hutang itu?”
hutang pewaris. Dan penanggungan dan si jenazah bebas dari padanya.
hutang pewaris ini sudah menjadi “Abu Qatadah menjawab, “ya” lalu
kebiasaan pada umumnya terutama Rasulullah Saw. menyalatkan jenazah
masyarakat di desa Gonjak. itu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
Di mana yang menjadi Nasa’i).2
penanggung ini merupakan Hadits di atas menjelaskan
orang yang cakap bertindak untuk bahwa hutang seseorang kepada
melakukan sesuatu perbuatan orang lain itu tetap harus dibayar
hukum sesuai dengan ketentuan meskipun orang yang meninggal itu
syari’at (yaitu baligh, berakal, hadir, tidak memiliki harta peninggalan dan
dan atas kesukarelaannya sendiri). belum sempat membayar hutang.
Sebagai mana dalam hadis telah Menurut pengamatan peneliti,
dipraktikkan oleh salah satu sahabat di dalam hukum Islam menanggung
Nabi Saw yang artinya.: hutang orang yang telah meninggal
Dari jabir r.a. ia berkata. terjadi apabila si berutang tidak
“telah meninggal dunia seorang mampu membayar dengan harta
laki-laki diantara kami, lalu kami peninggalannya. Padahal sudah
memandikannya, mewangikannya dijelaskan dalam al-Qur’an secara
dan mengkafaninya, kemudian kami tegas sebagaimana telah dicantumkan
membawa kehadapan Rasulullah di atas pada surat an-Nisa’ ayat 11.

1 2
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Bulughul
Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif Maram (Hukum ibadah dan Muamalah), (Surabaya:
di Indonesi, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 51. Gitamedia Press, 2006), h. 421.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 45


Bahkan dalam akad penanggungan dengan cara berdakwah atau
ini, antara pihak penanggung dengan mengadakan pengajian umum untuk
pihak ketiga yang memberi hutang mengembangkan ilmunya sebagai
membuat persyaratan mengenai penegak Islam di dalam masyarakat
waktu untuk melunasi utang yang dimana kemampuannya
tersebut. Jika dilihat dari jumlah harta dibutuhkan sebagai pilar utama bagi
peninggalan yang berutang sudah umat muslim demi mencapai suatu
mencukupi untuk pembayarannya, tujuan hidup untuk mendapatkan
kenapa juga pelunasannya ditunda- keselamatan dunia dan akhirat.
tunda. Berangkat dari uraian di atas,
“Menunda pembayaran bagi peneliti tertarik untuk mengkaji
orang yang mampu adalah suatu tentang “Pandangan Tokoh Agama
kedzalaiman dan bilamana seseorang Tentang Penanggungan Hutang
diantara kalian diminta untuk Pewaris Oleh Ahli Waris (Studi kasus
mengalihkan hutang kepada orang di Desa Gonjak, Praya, Lombok
yang mampu, maka hendaklah Tengah)”.
dia menerimanya”.(HR. Bukhari
Muslim)3 B. Kerangka Teoretik

Artinya disini bahwa jika 1. Penanggungan


memang dengan harta peninggalan Penanggungan dalam KUH
bisa melunasi hutang si pewaris Perdata Pasal 1820 menyebutkan,
tidak semestinya hutang tersebut bahwa penanggungan adalah “suatu
ditanggung dan hal itu yang membuat persetujuan dengan mana seorang
pelunasannya menjadi ditunda. pihak ketiga, guna kepentingan si
Dari pengamatan observasi peneliti berpiutang, mengikatkan diri untuk
penduduk desa Gonjak mayoritas memenuhi perikatannya si berutang
memeluk agama Islam dan secara manakala orang ini sendiri tidak
umum kuat dalam melaksanakan memenuhinya.4
syariat agama Islam. Di dalam Sedangkan penangungan utang
melaksanakan syari’at agama Islam adalah perjanjian, yaitu perjanjian
disini terdapat para tokoh agama yang dibuat oleh seorang pihak
(Tuan guru) yang bertugas untuk ketiga (jadi bukan debitur yang
membina dan membimbing umat berkewajiban untuk memenuhi
Islam baik dalam masalah keagamaan suatu perikatan yang telah ada)
maupun sosial kemasyarakatan,

3
M. Nashiruddin al-Albani, Ringkasan
4
Shahih Muslim Jilid 1, ( Jakarta: Pustaka Azzam, R. Subekti, Hukum Perjanjian, ( Jakarta:
2007), h. 677. PT. Internusa, 1991), h. 14.

46 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


dengan kreditur (yang berhak atas berarti penjaminan sebagaimana
pemenuhan perikatan oleh debitur).5 tersebut di atas. Namun dalam
Dalam perjanjian utang perkembangannya, situasi telah
piutang, sering terjadi bahwa yang mengubah pengertian ini. Kafalah
memberikan pinjaman (kreditur), identik dengan kafalah al-wajhi
selain meminta jaminan yang (personal guarantee, jaminan diri),
bersifat kebendaan (dalam syari’at sedangkan dhamman identik dengan
Islam disebut dengan gadai) juga jaminan yang berbentuk harta secara
meminta jaminan perorangan mutlak.8
yang sering diistilahkan dengan Dari beberapa definisi di atas,
penanggungan utang yang di dalam dapat disimpulkan bahwa kafalah
istilah hukumnya disebut juga adalah jaminan dari penjamin
dengan bortocht atau guaranty (pihak ketiga), baik berupa jaminan
(bahasa Belanda).6 diri maupun harta kepada pihak
a. Pengertian Kafalah kedua sehubungan dengan adanya
hak dan kewajiban pihak kedua
Dalam kamus istilah
tersebut kepada pihak lain (pihak
Fiqih kafalah merupakan hal
pertama). Konsep ini agak berbeda
menanggung, atau penanggungan
dengan konsep rahn yang juga
terhadap sesuatu, yaitu akad
bermakna barang jaminan, namun
yang mengandung perjanjian dari
barang jaminannya dari orang yang
seseorang yang padanya ada hak
berhutang. Ulama madzhab fikih
yang wajib dipenuhi terhadap orang
membolehkan kedua jenis kafalah
lain, dan berserikat bersama orang
tersebut, baik diri maupun barang.9
lain dalam tanggung jawab terhadap
hak itu dalam menghadapi seorang Sedangkan al-kafalah atau al-
penagih (utang).7 dhaman sebagaimana dijelaskan oleh
para ulama’ adalah sebagai berikut:
Pada asalnya, kafalah adalah
padanan dari dhaman, yang a) Menurut Hasby Ash-
shiddiqie, al-kafalah ialah:
5
Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, b) “Menggabungkan dzimmah
(Seri HukumPerikatan) Penanggungan kepada dzimah yang lain
Utang dan Perikatan Tanggung Menanggung, dalam penagihan, dengan
( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.
14.
6
Chairuman Pasaribu, Suhrawardi
K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam,
( Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 148. 8
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam:
7 M. Abdul Mujieb, et. al,Kamus Istilah Suatu Kajian Kontemporer,( Jakarta: Gema
Fiqih,( Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. Insani, 2001), h. 106.
148. 9
Ibid, 107

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 47


jiwa, utang, atau zat beban (tanggungan) dalam
benda.”10 permintaan dan utang.
c) Menurut Mazhab Maliki al- b. Dasar Hukum Kafalah
kafalah ialah: Terkait dengan legalitas akad
d) “Orang yang mempunyai kafalah, ulama’ fiqih menggunakan
hak mengerjakan dalil dari QS. Yusuf ayat 72:
tanggungan pemberi beban Dasar hukum kafalah yang
serta bebannya sendiri kedua adalah sunnah (hadits) yang
yang disatukan, baik artinya:
menanggung pekerjaan
yang sesuai (sama) maupun “Telah meninggal dunia
pekerjaan yang berbeda.” seorang laki-laki diantara kami,
lalu kami membawanya kehadapan
e) Menurut mazhab
Rasulullah Saw. lalu kami berkata,
Hambali bahwa yang
“hendaklah baginda menyalatkan
dimaksud dengan kafalah
orang ini, “kemudian beliau
adalah Iltizam sesuatu
melangkah beberapa langkah lalu
yang diwajibkan kepada
bersabda. “Apakah jenazah ini
orang lain serta kekelan
punya tanggungan hutang?” kami
benda tersebut yang
menjawab “dua dinar.” maka beliau
dibebankan atau iltizam
pergi, kemudian Abu Qatadah
orang yang mempunyai
menanggung hutang dua dinar
hak menghadirkan dua
itu, lalu kami datang lagi kepada
harta (pemiliknya) kepada
Rasulullah Saw.dan Abu Qatadah
orang yang mempunyai
berkata,”hutang dua dinar itu
hak.11Setelah diketahui
adalah menjadi tanggungan saya”,
definisi-definisi kafalah
maka Rasulullah Saw. bersabda
atau dhaman menurut
“tetapkah (benar-benarkah) engkau
para ulama’ diatas, kiranya
menanggung hutang itu?” dan si
dapat dipahami bahwa
jenazah bebas dari padanya. “Abu
yang dimaksud dengan al-
Qatadah menjawab, “ya” lalu
kafalah atau al-dhaman
Rasulullah Saw. menyalatkan jenazah
ialah menggabungkan dua
itu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
Nasa’i).12
10
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh
Muamalat, ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010),h. 205. 12
IbnuHajar Al-Asqalani, Terjemah
11
Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fikih Bulughul Maram (Hukum ibadah dan
Mu’amalah,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. Muamalah), (Surabaya: Gitamedia Press, 2006),
245 h. 421.

48 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


c. Rukun dan Syarat Kafalah atau orang, disyaratkan
(Dhaman) dapat diketahui dan
Ada beberapa rukun dan tetap keadaannya. Objek
15

syarat yang harus dipenuhi dalam pertanggungan harus


transaksi kafalah: bersifat mengikat terhadap
diri tertanggung, dan tidak
1. Kafil, yaitu orang yang
bisa dibatalkan tanpa adanya
berkewajiban melakukan
sebab syar’i. selain itu, objek
tanggungan (makful bihi).
tersebut harus merupakan
kafil disyaratkan orang
tanggung jawab penuh
dewasa (baligh) berakal,
pihak tertanggung.
berhak penuh untuk
bertindak dalam urusan 5. Lafaz, yaitu lafaz
hartanya, dan dilakukan yang menunjukkan
dengan kehendak sendiri. arti menjamin, tidak
Kafil tidak boleh orang digantungkan kepada
gila dan juga anak kecil sesuatu dan tidak berarti
sekalipun ia telah dapat sementara.16 akad kafalah
membedakan sesuatu bisa diekspresikan dengan
(tamyiz). 13 ungkapanyang menyatakan
adanya kesanggupan untuk
2. Makful lahu yaitu orang
menanggung sesuatu,
yang berpiutang, syaratnya
sebuah kesanggupan untuk
ialah bahwa yang berpiutang
menunaikan kewajiban.
diketahui dan dikenal oleh
Seperti ungkapan “Aku
orang yang menjamin. Hal
akan menjadi penjaminmu”
ini supaya lebih mudah dan
atau “saya akan menjadi
disiplin.
penjamin atas kewajibanmu
3. Makful‘anhu adalah orang terhadap seseorang” atau
yang berutang, yaitu orang ungkapan lain yang sejenis.17
yang ditanggung. Tidak
d. Macam-macam Kafalah
disyaratkan baligh, berakal,
kehadiran dan kerelaannya Secara garis besar kafalah dibagi
dengan kafalah.14 menjadi dua bagian yaitu:
4. Makful bihi (objek jaminan)
adalah utang, barang 15
Ibid,h. 247.
16
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh
13
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalah, h. 207.
Muamalah, h. 206. 17
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar
14
Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fikih Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Mu’amalah, h. 247. 2010), h.248- 249.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 49


1. Kafalah dengan jiwa disebut terdapat masalah (‘aib) dan
juga dengan kafalahbi cacat bahaya karena waktu
al-wajhi, yaitu adanya yang terlalu lama atau
keharusan pada pihak karena hal-hal lain.18
penjamin (kafil) untuk
2. Hukum Waris Islam
menghadirkan orang yang
ia tanggung kepada orang a. Pengertian Hukum Waris Islam
yang ia janjikan tanggungan Dalam beberapa literatur hukum
(makful lahu/orang yang Islam ditemui beberapa istilah untuk
berpiutang). menamakan hukum waris Islam,
2. Kafalah harta, yaitu seperti fiqih mawaris, ilmu faraidh,
kewajiban yang harus dan hukum kewarisan. Perbedaan
dipenuhi oleh kafil dengan dalam penamaan ini terjadi karena
pembayaran (pemenuhan) perbedaan arah yang dijadikan titik
berupa harta. Kafalah utama dalam pembahasan. Dalam
dengan harta ini ada tiga kompilasi hukum Islam (KHI)
macam, yaitu: pertama, dinyatakan bahwa hukum waris
Kafalah bi al-dayn. Yaitu, adalah hukum yang mengatur tentang
kewajiban membayar pemindahan hak pemilikan harta
utang yang menjadi beban peninggalan (tirkah) pewaris.19
orang lain. Kedua, Kafalah Dalam istilah fiqih Islam,
dengan penyerahan benda kewarisan (al-mawarits-kata
(materi), yaitu kewajiban tunggalnya al-mirats), lazim juga
menyerahkan benda- disebut dengan faraidh, jamak
benda tertentu yang dari kata fardh dengan makna
ada ditangan orang lain, ketentuan (takdir). “al-fardh” dalam
seperti, menyerahkan terminologi syar’i ialah bagian yang
barang jualan kepada telah ditentukan untuk ahli waris. Ilmu
pembeli, mengembalikan yang membahasperihal kewarisan
barang yang dighasab dan umum dikenal dengan sebutan ilmu
sebagainya, disyaratkan kewarisan(ilmu- mirats/al mawarist)
benda tersebut yang atau ilmu faraidh.20
dijamin untuk ashil seperti 18
Abdul Rahman, dkk, Fiqh Muamalah,
dalam kasus ghasab. h. 209.
3. Kafalah dengan ‘aib, Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum
19

Kewarisan Sebagai Pembaruan Hukum Positif


yaitu menjamin barang, di Indonesia, ( Jakarata: Sinar Grafika, 2001),h.
maksudnya bahwa barang 5.
yang didapati tersebut
20
Muhammad Amin Summa, Hukum
Keluarga Islam Di Dunia Islam, ( Jakarta: PT.

50 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


Hukum waris menurut 11, 12, 176, dan surat-surat lainnya.
konsepsi hukum perdata barat Sejumlah ketentuan lainnya diatur
yang bersumber pada BW, menurut dalam hadis, dan sejumlah ketentuan
Pitlo dalam buku Eman Suparman. lainnya dalam ijma’ dan ijtihad para
Hukum waris adalah kumpulam sahabat, imam mazhab, dan para
peraturan yang mengatur hukum mujtahid lainnya.22 Sehubungan
mengenai kekayaan karena dengan pembahasan hukum waris,
wafatnya seseorang, yaitu mengenai yang menjadi rukun waris mewarisi
pemindahan kekayaan yang ada 3, yaitu: harta peninggalan
ditinggalkan oleh si mati dan akibat (tirkah),pewaris (muwaris), dan ahli
pemindahan ini bagi orang-orang waris.23
yang memperolehnya, baik dalam b. Harta Peninggalan (Tirkah) dan
hubungan antar mereka dengan Sebab-Sebab Mendapat Warisan
mereka, maupun dalam hubungan
Tirkah adalah sesuatu yang
antara mereka dengan pihak ketiga.
ditinggalkan pewaris, baik berupa
Pada dasarnya proses beralihnya
harta benda dan hak-hak kebendaan
harta kekayaan seseorang kepada ahli
atau bukan hak kebendaan.Dengan
warisnya, yang dinamakan pewarisan,
demikian, setiap sesuatu yang
terjadi hanya karena kematian.
ditinggalkan oleh orang yang mati,
Oleh karena itu, pewarisan baru
menurut istilah jumhur fuqaha
akan terjadi jika terpenuhi tiga
dikatakan sebagai tirkah, baik
persyaratan, yaitu:
yang meninggal itu mempunyai
1) Ada orang yang meninggal utang-piutang ‘ainiyah atau
dunia; shahshiyah. Utang-piutang ‘ainiyah
2) Ada seseorang yang masih adalah utang-piutang yang ada
hidup sebagai ahli waris yang hubungannya dengan harta benda,
akan memperoleh warisan pada seperti gadai,segala sesuatu yang
saat pewaris meninggal dunia; berhubungan dengan barang yang
3) Ada sejumlah harta kekayaan digadaikan.Adapun yang dimaksud
yang ditinggalkan pewaris.21 dengan utang-piutang shahshiyah
Mengenai dasar hukum adalah uatng-piutang yang berkaitan
kewarisan disini terdapat dalam al-
Qur’an dalam surat an-Nisa’ ayat 7,

Raja Grafindo Persada. 2005), h. 108. 22


Otje Salman, Mustofa Haffas, Hukum
21
Suparman, Eman, Hukum Waris Waris Islam(Bandung: Refika Aditama, 2002),
Indonesia Dalam Persfektif Islam, Adat, Dan h. 3.
BW (Bandung: PT, Refika Aditama, 2005), h. 23
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum
25. Kewarisan, h. 17,

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 51


dengan dengan kreditur, seperti klasifikasi ini adalah: suami, istri
qiradh, mahar dan lain-lain.24 dari si mayit.
Menurut Muhammad Jawad 2) Karena adanya hubungan darah
Mughniyah, yang dimaksud dengan (nasab)
harta peninggalan mayit adalah hal- Seseorang dapat memperoleh
hal berikut ini: harta warisan (menjadi ahli
1) Segala sesuatu yang dimilikinya waris) disebabkan adanya
sebelum meninggal, baik hubungan nasab atau hubungan
berupa benda maupun hutang. darah/ kekeluargaan dengan
simayat, yang termasuk dalam
2) Hak-hak yang menjadi miliknya
klasifikasi ini sperti: ibu, bapak,
karena kematiannya, misalnya
kakek, nenek, anak, cucu,
diyat (denda) bagi pembunuhan
sudara, anak saudara, dan lain-
secara tidak sengaja atau
lain.26
sengaja atas dirinya.25
3) Karena memerdekan budak
3) Harta yang dimilikinya sesudah
(wala’)
dia meninggal, seperti binatang
buruan yang masuk dalam Seseorang mendapat warisan
perangkap yang dipasangnya karena kekerabatan menurut
ketika dia masih hidup. hukum yang timbul karena
membebaskan budak, sekalipun
Apabila dianalisis ketentuan
diantara mereka tidak ada
hukum waris Islam, yang menjadi
hubungan darah.
sebab seseorang itu mendapatkan
warisan dari si mayat dapat 4) Hubungan sesama Islam.
diklasifikasikan sebagai berikut: Hubungan sesama Islam yang
dimaksud disini seseorang
1) Karena ada hubungan
meninggal dunia tidak memiliki
perkawinan
ahli waris sama sekali, maka
Seseorang dapat memperoleh harta warisannya diserahkan
harta warisan (menjadi ahli kepada Baitul Maal, dan lebih
waris) disebabkan adanya lanjut akan dipergunakan untuk
hubungan perkawinan antara kepentingan kaum muslimin.27
si mayit denangan seseorang
Sementara hal-hal yang
tersebut, yang termasuk dalam
menyebabkan ahli waris kehilangan
24
Beni Ahmad Saebani, Fiqih hak mewarisi atau terhalang mewarisi
Mawaris,(Bandung:CV. Pustaka Setia.2009),
h.15.
25
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih
Lima Mazhab, ( Jakarta: Penerbit Lentera, 26
Ibid, h. 535.
2008), h. 535. 27
Ibid, h. 535

52 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


adalah sebagai berikut: Perbudakan, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Pembunuhan, Berlainan agama.28 Tirmidzi dan Ibnu Majah yang
1) Perbudakan artinya:
“Seseoarang muslim tidak
Status seorang budak tidak menerima warisan dari yang
dapat menjadi ahli waris, bukan muslim, begitupula
karena dipandang tidak cakap sebalik­nya seseorang bukan
mengurus harta dan telah putus muslim tidak menerima warisan
hubungan kekeluargaan dengan dari seseorang muslim.”29
kerabatnya.
c. Ahli Waris dan Pewaris
2) Pembunuhan
(Muwaris)
Para ahli hukum Islam sepakat
Kata “ahli waris” yang secara
bahwa tindakan pembunuhan
bahasa berarti keluarga tidak secara
yang dilakukan oleh ahli
otomatis ia dapat mewarisi harta
waris terhadap pewarisnya,
peninggalan pewarisnya yang
pada prinsipnya menjadi
meninggal dunia. Karena kedekatan
penghalang baginya untuk
hubungan kekeluargaan. Ahli
mewarisi harta warisan pewaris
waris ialah orang yang bernisbah
yang dibunuhnya. Berdasarkan
(memiliki akses hubungan) kepada
kepada hadis Nabi Muhammad
si mayit karena ada salah satu dari
Saw. Dari Abu Hurairah
beberapa sebab yang menimbulkan
menurut riwayat Abu Daud dan
kewarisan.30
Ibnu Majah yang mengatakan
bahwa, “Seseorang yang Ahli waris adalah orang-orang
membunuh tidak berhak yang berhak menerima harta
menerima warisan dari orang peninggalan orang yang meninggal,
yang dibunuhnya.” baik karena hubungan keluarga,
maupun karena memerdekan hamba
3) Berlainan Agama
sahaya (wala’)31
Berlainan agama maksudnya
adanya perbedaan agama yang Apabila dicermati, ahli waris ada
menjadi kepercayaan antara dua macam, yaitu:
orang yang mewarisi dengan 1) Ahli waris nasabiyah, yaitu
orang yang mewariskan. ahli waris yang hubungan
Ketentuan ini didasarkan pada
hadis Nabi Muhammad Saw.
Dari ibn Zaid menurut riwayat
29
Ibid, h. 78.
30
Muhammad Amin Summa, Hukukm
Keluarga, h. 113.
28
Moh. Muhibbin, Hukum Kewarisan 31
Dian Khairul Umam ,Fiqih Mawaris
Islam, h. 75. (Bandung:Pustaka Setia), h.44.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 53


kekeluargaan timbul karena miliknya dengan sempurna, dan ia
hubungan darah. benar-benar telah meninggal dunia,
2) hli waris sababiyah, yaitu baik menurut kenyataan maupun
hubungan kewarisan yang menurut hukum. Kematian pewaris
timbul karena suatu sebab menurut para ulama’ fiqih dibedakan
tertentu, yaitu: perkawinan menjadi 3 macam, yakni:
yang sah dan memerdekan 1) Mati haqiqy (sejati), ialah
hamba sahaya.32 kematian yang dapat disaksikan
Adapun penggolongan ahli oleh panca indra.
waris ini dapat kita golongkan 2) Mati hukmy, adalah kematian
menjadi dua yakni ahli waris dari yang disebabkan adanya putusan
golongan laki-laki dan ahli waris dari hakim, baik orangnya masih
golongan perempuan. Pertama, ahli hidup maupun sudah mati.
waris (yaitu orang yang berhak 3) Mati taqdiry, adalah kematian
mendapatkan warisan) dari kaum yang didasarkan pada dugaan
laki-laki ada sepuluh: 1) anak lelaki, yang kuat bahwa orang yang
2) cucu lelaki, 3) ayah, 4) kakek, 5) bersangkutan telah mati.34
saudara lelaki dari arah manapun,
6) anak lelaki dari saudara laki, 7) d. Utang Pewaris
paman, 8)anak paman, 9)suami, 10) Utang adalah tanggungan yang
tuan yang telah memberi kenikmatan. harus diadakan pelunasannya dalam
Kedua, ahli waris dari kaum wanita suatu waktu tertentu. Kewajiban
ada tujuh: 1)anak perempuan, 2) pelunasan utang timbul sebagai
anak perempuan dari anak lelaki, 3) prestasi (imbalan) yang telah diterima
ibu, 4) nenek, 5)saudara perempuan, oleh si berutang. Apabila seseorang
6)isteri, 7) bekas tuan perempuan. yang meninggal telah meninggalkan
Pewaris yaitu orang yang meninggal utang kepada seseorang, maka
dunia atau orang yang meninggalkan seharusnya utang tersebut dibayar
harta kepada orang-orang yang dilunasi terlebih dahulu dari harta
berhak menerimanya sesuai dengan peninggalan simayat sebelum harta
syariat Islam.33 peninggalan tersebut dibagikan
Bagi pewaris berlaku ketentuan kepada ahli warisnya.
bahwa harta yang ditinggalkan Eman Suparman mengatakan
dalam bukunya bahwa para ahli waris
32
Rafiq Ahmad, Fiqih Mawaris ( Jakarta: bertanggung jawab untuk melunasi
Raja Grafindo Persada, 2001), h. 59. hutang-hutang pewaris dilunasi
33
Labib Mz. Harniawati, Risalah Fiqih
Islam (Surabaya: Bintang Usaha Jaya. 2006), h. 34
Otje Salman, Mustofa Haffas, Hukum
556. Waris, h. 5.

54 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


dengan harta peninggalannya. b) Utang mutlaqah yang
Karena itu, harta peninggalan pewaris dilakukan pada waktu
baru akan dibagi setelah semua sipewaris dalam keadaan
hutang-hutang tersebut dilunasi. sakit, serta tidak pula
Biaya penguburan merupakan salah didukung oleh bukti-bukti
satu hutang yang harus diutamakan yang kuat, disebut juga
pelunasannya. Para ahli hukum Islam dengan “dain marad”36
mengelompokkan utang seseorang Apabila diperhatikan yang
itu kepada dua kelompok: utang menjadi dasar hukum kewajiban
terhadap sesama manusia (“dain al- membayar /melunasi utang ini
‘ibad), dan utang terhadap Allah (dain dapat disandarkan kepada ketentuan
Allah).35 hukum yang terdapat dalam surat an-
Utang terhadap sesama manusia, Nisa ayat 11.37 Ada beberapa faktor
apabila dilihat dari segi pelaksanaannya yang mendorong seseorang untuk
dapat dipilah kepada: berhutang, antara lain adalah: 38
1) Utang yang berkaitan dengan a. Keadaan darurat, karena
persoalan keharta bendaan (dain kesulitan hidup sehingga
‘ainiyah). Seperti gadai. terpaksa berhutang atau
2) Utang yang tidak berkaitan meminjam dari orang lain.
dengan persoalan b. Kecenderungan untuk
kehartabendaan (dain menikmati kemewahan.
mutlaqah). Misalnya adalah ketika
3) Utang yang tidak melihat orang lain memiliki
berkaitan dengan persoalan barang-barang mewah, maka
kehartabendaan ini dilihat dari hati pun tergoda untuk ikut
segi waktu pelaksaannya dapat memilikinya.
pula dikelompokkan kepada: c. Akibat kalah judi lalu
a) Utang mutlaqah apabila seseorang berusaha menebus
dilakukan pada waktu si kekalahannya dengan jalan
pewaris dalam keadaan meminjam uang untuk
sehat dan dibuktikan meneruskan perjudiannya
keabsahannya, disebut juga dengan harapan menang.
dengan “dain sihah”
36
Ibid, h. 46.
35
Suhrawardi K. Lubis dan Komis 37
Ibid, h. 46.
Simanjuntak, Hukum Waris Islam; Lengkap 38
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang
dan Praktis, ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, Menurut Islam, Cetakan ketiga (Bandung: CV.
2001), h. 45. Diponegoro, 1999), h. 212.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 55


Berkenaan dengan hutang kedua menghabiskan segala tarikah,
kepada sesama manusia, perbuatan tidaklah lagi berpindah kepada
tersebut dapat menimbulkan akibat- hak-hak yang lain. Adapun hak-hak
akibat buruk antara lain seperti:39 yang harus didahulukan dan harus
a) Menggoncangkan fikiran, dilaksanakan secara tertib sebelum
mengganggu ketenangan dan para waris menerima bahagiannya
ketenteraman jiwa, sebagaimana adalah:40
hadits riwayat Ahmad dan lain- 1) Tajhiz atau biaya
lain yaitu Rasulullah saw telah penyelenggaraan jenazah
memperingatkan, bahwa:“Jiwa Tajhiz ialah segala yang
orang mu’min tergantung diperlukan oleh seseorang yang
kepada hutangnya, hingga meninggal dunia mulai dari wafatnya
hutang itu dilunasi.” sampaikepada penguburannya.
b) Merugikan nama baik keluarga, Diantara kebutuhan tersebut
karena terganggu oleh tagihan- antara lain: biaya memandikan,
tagihan hutang; mengkafankan, menguburkan,
c) Hutang yang besar dapat dan segala yang diperlukan sampai
menghambat usaha orang lain. diletakkannya ketempat yang
Pihak yang memberi hutang terakhir.
dapat mengalami kemacetan 2) Melunasi hutang
usaha, karena kapitalnya Hutang yang harus dibayar oleh
tertahan di tangan orang yang orang yang meninggal. Apabila si mayit
berhutang; mempunyai utang atau tanggungan
d) Pada puncaknya, hutang besar belum dibayar ketika masih hidup
yang tak sanggup dibayar dapat didunia, baik yang berkaitan dengan
mendorong seseorang berbuat sesama manusia maupun kepada
kejahatan, misalnya dengan Allah, untuk keperluan membayar
mencuri, menipu, bunuh diri, hutang diambil dari pada tarikah
dan sebagainya. sesudah diambil keperluan keperluan
e) Hak dan Kewajiban yang tajhiz.
Berkaitan dengan Harta Menurut pendapat Jumhur
Peninggalan Pewaris Fuqaha, bahwasanya hutang-
Berkaitan dengan tarikah hutang pada Allah tidaklah gugur
ada beberapa hak yang harus karena matinya orang yang belum
dipenuhisecara tertibsehingga membayar hutangnya, dan wajiblah
apabila hak yang pertama, atau yang
40
Moh. Muhibbin, Hukum Kewarisan
39
Ibid, h. 214 Islam, h.51.

56 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


hutang-hutang itu ditunaikan Jika sebelum meninggal seseorang
sebelum menunaikan wasiatnya, telah berwasiat, maka dipenuhilah
walaupun tidak diwasiatkan untuk wasiat itu dari harta peninggalannya
membayarnya. Menurut pendapat dengan tidak boleh lebih dari 1/3
golongan Hanafiyah, hutang-hutang harta bila dia mempunyai ahli waris
pada Allah seperti hutang zakat, dan jika dia akan berwasiat lebih
kafarat, dan nazar, tidak diambil dari dari 1/3 harus mendapat persetujuan
tarikah. Walaupun Jumhur Fuqaha ahli warisnya.
sependapat dalam menetapkan
bahwa hutang-hutang daripada Allah C. PEMBAHASAN
diambil dari tarikah dan didahulukan a. Analisis Praktik
atas wasiat, namun mereka berbeda Penanggungan Hutang
pendapat dalam tertib penunaiannya. Pewaris Oleh Ahli Waris di
Ada pula yang mengatakan bahwa:41 Desa Gonjak
a. Hutang-hutang pada Allah Sebagaimana yang telah
didahulukan atas hutang- diuraikan pada paparan data dan
hutang pada sesama manusia. temuan diatas bahwa penanggungan
Demikianlah mazhab syafi’iyah hutang mayat di desa Gonjak
dan adludh-dhahir; dipengaruhi oleh kehendak dari para
b. Hutang-hutang pada Allah ahli waris sendiri. Penanggungan ini
dikemudiankan dari hutang identik dengan penanggungan hutang
pada semua manusia. Inilah dalam bentukuang. Pinjaman yang
madzhab malikiyah; dilakukan oleh pihak peminjam asli
(orang meninggal), adalah pinjaman
c. Hutang pada Allah dan hutang
berbentuk uang bukan berbentuk
pada hamba yang tidak berpautan
barang. Maka dari itu jika pinjaman
dengan benda, sama derajatnya
uang hendaklah pengembaliannya
dalam menunaikannya, dan dia
dalam bentuk uang juga. Dalam
dikemudiankan dari hutang pada
akad perjanjian penanggungan yang
sesama hamba yang berpautan
dilakukan di desa Gonjak adalah
dengan benda. Inilah pendapat
dengan caralisan dan memakai surat
golongan Hambaliyah.
resmi (tertulis). Oleh sebab itu perlu
3) Melaksanakan atau menunaikan
dibahas lebih lanjut dalam bab ini.
wasiat
Secara umum penanggungan
Wasiat ialah pesan seseorang
hutang mayat di desa Gonjak
untuk memberikan sesuatu kepada
yang dapat ditanggung itu ada 2
orang lain setelah ia meninggal dunia.
golongan yakni, penanggungan
41
Ibid, h. 53.
hutang mayatyang meninggalkan

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 57


harta peninggalan dan yang tidak Dalam melakukan penanggu­
meninggalkan harta peninggalan. ngan yang dilakukan oleh Desa
Salah satu transaksi yang dalam Gonjak yang terutama bagi para ahli
transaksi penanggungan hutang ini waris yang menanggung utang orang
biasanya yang ditanggung adalah tuanya yang sudah meninggal maka
orang yang sudah mati/ hilang atau itu adalah hal yang wajar dan itu
bisa juga orang yang pailit, seperti merupakan kebaktian seseorang
halnya hutang yang dibawa mati anak terhadap orang tua. Dan
orang tua (ibu atau ayah), saudara penanggungan ini biasa dilakukan
atau anak. Sementara yang biasa pada saat orangtua sudah meninggal
menjadi pihak penanggung adalah dunia. Wujud berbakti kepada orang
sanak saudara/ keluarga terdekat dari tua yang meninggal dunia itulah yang
mayat. Seperti yang telah dipaparkan menjadi dalih dilaksnakannya, karena
pada bab sebelumnya bahwa transaksi pewaris merupakan orang yang telah
menanggung hutang ini memang merawat dan membesarkan mereka,
sudah ada sejak dulu zaman nabi ketika masih hidupnya pewaris
sendiri sudah ada, sehingga wajarlah sehingga kebutuhan para ahli
penanggungan itu masih dilakukan waris yang ditinggalkan terpenuhi.
sampai sekarang. Sebagaimana telah dijelaskan dalam
hukum waris Islam bahwa tanggung
Penanggungan ini adalah jawab seorang ahli waris dapat
hal yang perlu dilakukan jika ditemukan dalam surat al-Baqarah
seseorang yang berhutang tidak ayat 233.
mampu mebayar hutangnya maka
penanggungan bisa dilakukan bagi Menurut Muhammad Jawad
orang yang mempunyai kemampuan Mughniyah yang dimaksud dengan
dalam melunasi hutang tersebut. Hal harta peninggalan mayit adalah hal-
ini merupakan suatu sifat toleransi hal berikut ini:
yang ada pada diri manusia terutama a. Segala sesuatu yang dimilikinya
bagi masyarakat yang ada di desa sebelum meninggal, baik berupa
Gonjak. Mengenai pihak penanggung benda maupun hutang.
yang sifatnya adalah orang yang b. Hak-hak yang menjadi miliknya
mampu dalam mengelola hartanya. karena kematiannya, misalnya
Menurut peneliti disini orang yang diyat( denda) bagi pembunuhan
mampu adalah orang yang benar- secara tidak sengaja atau
benar memilki harta sendiri dan dia sengaja atas dirinya.
berhak untuk mengelolanya. c. Harta yang dimilikinya sesudah
dia meninggal, seperti binatang

58 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


buruan yang masuk dalam harus mengurus hutang – hutang
perangkap yang dipasangnya mayit.
ketika dia masih hidup.42 Sebagaiman dalam hukum waris
Mengenai orang-orang yang Islam bahwa terdapat hak-hak dan
dapat ditanggung, para ulama fikih kewajiban ahli waris terhadap harta
menyatakan, bahwa pada dasarnya peninggalan pewaris:
setiap orang dapat menerima jaminan/
a. Tajhiz atau biaya
tanggungan tersebut. Mereka hanya
penyelenggaraan jenazah;
berbeda pendapat mengenai orang
yang sudah wafat (mati) yang tidak b. Melunasi hutang-hutang mayat;
meninggalkan harta warisan. c. Menunaikan hibah dan wasiat
mayat.43
Menurut pendapat Imam
Malik dan Syafi’i, hal yang demikian Islam adalah agama yang
boleh ditanggung. Alasannya adalah diturunkan Allah dengan penuh
dengan berpedoman pada Hadis rahmat untuk alam semesta. Selain
yang telah dipaparkan pada bab itu, Islam juga sangat menghargai dan
sebelumnya, tentang ketidaksediaan melindungikepentingan manusia.
Nabi SAW. menshalatkan jenazah Maka dari hal itu penaggungan
karena meninggalkan sejumlah utang tersebut boleh dilakukan
hutang. Sedangkan Imam Hanafi selama transaksi tersebut disesuaikan
menyatakan tidak boleh, dengan dengan hukum yang ada. Supaya
alasan bahwa tanggungan tersebut diantara pihak yang bertransaksi tidak
tidak berkaitan sama sekali dengan ada yang merasa dirugikan.
orang yang tidak ada. Berbeda halnya Dari hasil observasi peneliti
dengan orang yang pailit. melihat si penanggung melakukan
ketika si berhutang meninggal hal itu karena pihak penaggung
dunia, maka ahli waris yang tidak ingin saudara atau orang tua
wajib menanggung hutang-hutang meninggal membawa hutang.
yang masih ada. Seperti yang Penanggungan ini juga sengaja
dilakukan kebanyakan orang muslim, dilakukan agar harta peninggalannya
khususnya yang ada di desa Gonjak tetap dibagikan kepada ahli waris.
dalam hal penanggungan hutang Sehingga harta warisan tersebut tetap
orang meninggal selain mengurus di terima oleh ahli waris.
pemakaman mayat ahli waris juga Dalam menanggung hutang
pewaris mereka sebagai ahli waris
43
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum
42
Mughniyah Jawad Muhammad,Fiqih Lima Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif
Mazhab, ( Jakarta: Penerbit Lentera, 2008), h. 531. Di Indonesia, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 51.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 59


laki-laki atau ahli waris perempuan Tetapi sering terjadi problema
mengeluarkan sejumlah uangnya seperti ini pulalah yang memotivasi
untuk membebaskan mayat dari para penghulu dan pemuka
beban hutang yang ada, disini juga masyarakat untuk membina dan
termasuk poin penting ketika harta memberikan kesadaran kepada
warisan tidak sama besar dengan masyarakat tentang nilai-nilai luhur
jumlah uang yang dikeluarkan yang terdapat dalam penanggungan
oleh ahli waris untuk biaya mulai utang pewaris. Sehingga sedikit
dari tajhizsampai pelunasan hutang demi sedikit kebiasaan menanggung
pewaris yang ditinggalkan tersebut. hutang pewaris oleh ahli waris di
Pada kasus yang sudah dijelaskan desa Gonjak mulai berkurang.
sebelumnya bahwa penduduk desa b. Analisis Pandangan Tokoh
Gonjak mengatur harta peninggalan Agama Tentang Praktik
dengan mengikuti adat kebiasaan dari Penanggungan Hutang
nenek moyang mereka. Semua yang Pewaris oleh Ahli Waris di
berkaitan dengan harta peninggalan Desa Gonjak.
selain dari pemenuhan wasiat dan Dari hasil penelitian yang
hibah, seperti penanggungan utang peneliti lakukan di desa Gonjak ini
serta tahjiz mayit tidak diambil dari ternyata memiliki banyak aliran
harta peninggalan. Namun semua dan faham yang tentunya tidak bisa
itu merupakan tanggung jawab mencapai satu tujuan yang diinginkan
keluarga, karena menurut mereka sebagaimana mestinya. Namun
hutang-hutang yang dimilki pewaris perbedaan itu tidaklah sampai
semasa hidupnya secara tidak merusak hubungan masyarakat
lansung telah dihiwalahkan kepada sebagai makhluk Allah Swt. dan
mereka dengan kematian si pewaris. menjauhkan antara masyarakat yang
Selanjutnya ditegaskan bahwa, satu dengan dengan yang lainnya,
dengan kewajiban para ahli waris justru dengan perbedaan itu
untuk membayar hutang, dimanapun membuat masyarakat lebih faham
ahli waris berada tetap saja harus tentang bagaimana pendapat dan
memikul tanggung jawab tersebut. menghargai pendapat orang lain,
Akibatya, menambahkan beban walaupun pada dasarnya perbedaaan
tanggung jawab lagi kepada ahli itu akan membuat masyarakat panatik
waris yang dekat dengan pewaris tentang sesuatu yang diyakininya,
untuk mengeluarkan sejumlah uang akan tetapi masyarakat desa Gonjak
yang disepakati. ini mampu mengendalikan dirinya
agar tidak sampai terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.

60 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


Perbedaan pendapat merupakan Dan dalam akad perjanjian
salah satu permasalahan yang sangat penanggungan juga tidak terdapat
erat dengan kehidupan dalam kesenjangan dalam hukum Islam
bermasyarakat dan perbedaan juga karena kedua belah pihak sudah
tidak pernah lepas dari kehidupan menyetujui secara lansung (saling
sehari-hari, walaupun terkadang berhadapan) persyaratan yang dibuat
permaslahan biasa membuat meskipun itu dilakukan dengan cara
persaudaraan rapuh ataupun putus lisan.
dengan sesama manusia lainnya. Sebagaimana yang telah
Dengan perbedaan juga kita akan dipaparkan oleh TGH. Mukhtar
saling kenal mengenal antara sesama Hamid dan TGH. Faharudin, selama
dan saling tukar menukar pikiran rukun dan syarat dari penanggungan
maupun dalam hal pengetahuan. (kafalah) sudah terjalani sesuai syariat
Dalam masyarakat kita tidak Islam maka transaksi penanggungan
pernah lepas dari masalah, akan tetapi itu dibolehkan. Akad dalam
bagaimana sulitnya permasalahan penyelesaian transaksi penanggungan
itu pasti ada jalan keluarnya atau tersebut disepakati bersama antara
titik terang. Bergitu juga dengan pihak piutang dengan pihak yang
perbedaan pendapat yang terjadi di menanggung. Dalam hal waktu
tengah masyarakat yang merupakan pelunasannya sudah disetujui oleh
masalah bagi kita semua dalam pihak piutang yang dimana akadnya
menjalankan kewajiban kita dan dilakukan secara lisan oleh kedua
merupakan salah satu tanggungjawab belah pihak. Sementara jika dilihat
kita bagaimana menjaga hubungan dari pandangan Ust. Marwi Husna,
yang baik dengan masyarakat yang praktik penanggungan utang yang
lainnya. dilakukan oleh ahli waris di dalam
Adapun mengenai meminta tempo waktu yang dimana
dibolehkannya penanggungan utang dalam penanggungan tersebut
pewaris yang mempunyai harta masyakat desa Gonjak mengadakan
peninggalan ini disebabkan karena pengunduran dalam melunasi yang
ini adalah kebiasaan masyarakat sehingga terbentuk pembayaran
dalam berbakti kepada orang tua, yang seharusnya dibayar sesegera
meskipun orang tua tersebut sudah mungkin menjadi hal yang tertunda.
meninggal, yang diutamakan adalah Karena dalam salah satu syarat pihak
pihak yang menanggung atau ahli yang menanggung (kafil) adalah
waris sudah sanggup menanggung orang yang mampu.Mampu disini
untuk melunasi utang tersebut. menurut beliau adalah mampu
dengan secara tunai untuk mebayar

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 61


utang tersebut. Jadi disini menurut D. PENUTUP
beliau hal ini bisa mengakibatkan
a. Kesimpulan
terjadinya kelalaian bagi pihak
Dari paparan dan penjelasan-
yang menanggung. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik
dalam hadis Nabi Saw. Bahwa Nabi kesimpulannya sebagai berikut:
Muhammad tidak mau menshalatkan
mayat yang masih mempunyai 1. Praktik pelaksanaan
hutang. penanggungan utang pewaris
terhadap ahli waris. Pelaksanaan
Dengan demikian jelaslah
penanggungan utang pewaris
bahwa terjadinya perbedaan
disini dilakukan oleh ahli
pendapat diantara para tokoh
waris sendiri, meskipun
agama terhadap penanggungan
pewaris tersebut meninggalkan
utang pewaris yang meninggalkan
harta peninggalan. Sistem
harta peninggalan disebabkan beda
penanggungan yang dilakukan
pemahaman dan keyakinan.
oleh pihak ahli waris di desa
Menurut peneliti dari hasil Gonjak memakai sistem
analisis diatas menjelaskan bahwa hukum adat. Ahli warislah
penanggungan utang yang dilakukan yang bertanggung jawab dalam
oleh ahli waris terhadap pewaris yang penanggungan tersebut.
meninggalkan harta peninggalan Karena menurut desa Gonjak
adalah sah-sah saja karena kedua semua harta atau utang yang
belah pihak sama-sama menyetujui melekat pada diri pewaris itu
perjanjian tersebut. Akan tetapi adalah hak dan tanggung jawab
dalam hal isi perjanjian itu tidak ahli waris. Apabila harta yang
dibuat dengan jelas jangka waktu ditinggal itu dibagikan ke ahli
yang diminta. Hal ini menyebabkan waris maka utang tersebut juga
pihak piutang menerima uangnya menjadi tanggung jawab ahli
kembali tidak secara cepat. Jadi waris. Jadi bisa disimpulkan
menurut peneliti adalah tidak sah bahwa masyarakat desa Gonjak
karena dalam meminta jangka masih kuat menganut tradisi
waktu untuk pelunasannya terlalu atau kebiasaan dalam melunasi
lama padahal pihak penanggung utang pewaris.
seharusnya mampu secara lansung 2. Respons tokoh agama
untuk menanggung. terhadap penanggungan utang
yang dilakukan di desa Gonjak
mempunyai dua pendapat yakni
ada yang membolehkan dan ada

62 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


yang tidak membolehkan, yang diatas menjelaskan bahwa
membolehkan berpendapat penanggungan utang
bahwa penaggungan utang yang dilakukan oleh ahli
pewaris yang meninggalkan waris terhadap pewaris
harta peninggalan itu dibolehkan yang meninggalkan harta
karena dalam penanggungan peninggalan adalah sah-
tersebut tidak ada unsur sah saja karena kedua belah
keterpaksaan dari pihak yang pihak sama-sama menyetujui
menanggung dan ini adalah perjanjian tersebut. Mengenai
sebuah tradisi yang dilakukan kemampuan disana peneliti
oleh desa Gonjak. Sedangkan menganalisis bahwa mampu
perjanjian dalam meminta itu adalah tidak mesti harus
waktu tempo pembayaran dibayar secara lansung. Tetapi
itu juga merupakan akad bagi seorang penanggung itu
yang sah dilakukan karena adalah hal yang sulit untuk
pihak berpiutang menerima melakukan trnasaksi tersebut,
perjanjian tersebut. Ini sehingga wajarlah pihak piutang
adalah pendapat dari TGH. memberikan jangka waktu
Mukhtar Hamid yang mana pelunasan terhadap pihak
pandangannya selaras dengan penanggung.
TGH. Faharudin. Sedangkan
b. Saran-Saran
yang tidak membolehkan
adalah Ust. Marwi Husna, beliau 1. Para tokoh agama setempat
beralasan bahwa pihak yang diharapkan untuk memberikan
ditanggung adalah orang mampu penyuluhan kepada masyarakat
maka itu tidak diwajibkan desa Gonjak dalam hal tanggung
untuk menanggung, apalagi menanggung hutang orang
hal penanggungan tersebut ada meninggal (pewaris) yang
jangka waktu pembayarannya. dilakukan oleh ahli waris
Menurut beliau orang yang yang sesuai dengan apa yang
mampu itu adalah orang yang disyari’atkan dalam Islam.
mempunyai harta sendiri dan dia 2. Bagi masyarakat desa Gonjak
secara lansung melunasi utang khususnya pihak yang berutang
tersebut tanpa meminta waktu agar tidak melalaikan utangnya,
tempo pembayaran, seharusnya sehingga utang tersebut tidak
ini tidak boleh menunda-nunda dibawa sampai mati. Dan bagi
pembayaran. Menurut analisis pihak yang menanggung
peneliti dari permasalahan apabila berniat untuk
menanggung maka sebaiknya

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 63


kewajiban melunasi hutang (Bandung: CV. Diponegoro,
yang ditanggung/dijamin harus 1999),
dilunasi secepatnya, agar pihak IbnuHajar Al-Asqalani, Terjemah
piutang (orang yang memberi Bulughul Maram (Hukum
utang) dapat segera menerima ibadah dan Muamalah),
uangnya kembali. (Surabaya: Gitamedia Press,
Daftar Pustaka 2006),
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah
Muamalat, ( Jakarta: Kencana Bulughul Maram (Hukum
Prenada Media Group, 2010), ibadah dan Muamalah),
(Surabaya: Gitamedia Press,
Adiwarman A. Karim, Ekonomi
2006),
Islam: Suatu Kajian
Kontemporer,( Jakarta: Gema Labib Mz. Harniawati, Risalah Fiqih
Insani, 2001) Islam (Surabaya: Bintang Usaha
Jaya. 2006),
Beni Ahmad Saebani, Fiqih
Mawaris,(Bandung:CV. Pustaka Moh. Muhibbin, Abdul Wahid,
Setia.2009), Hukum Kewarisan Islam
Sebagai Pembaruan Hukum
Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K.
Positif di Indonesi, ( Jakarta:
Lubis, Hukum Perjanjian Dalam
Sinar Grafika, 2011),
Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika,
2004), M. Nashiruddin al-Albani, Ringkasan
Shahih Muslim Jilid 1, ( Jakarta:
Dian Khairul Umam ,Fiqih Mawaris
Pustaka Azzam, 2007),
(Bandung:Pustaka Setia)
M. Abdul Mujieb, et. al,Kamus Istilah
Fiqih,( Jakarta: PT. Pustaka
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Firdaus, 1994),
Fiqih Muamalah, (Yogyakarta:
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid,
Pustaka Pelajar, 2010),
Hukum Kewarisan Sebagai
Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, Pembaruan Hukum Positif
(Seri HukumPerikatan) di Indonesia, ( Jakarata: Sinar
Penanggungan Utang Grafika, 2001),
dan Perikatan Tanggung
Muhammad Amin Summa, Hukum
Menanggung, ( Jakarta: PT Raja
Keluarga Islam Di Dunia Islam,
Grafindo Persada, 2003),
( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Persada. 2005),
Menurut Islam, Cetakan ketiga

64 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Rafiq Ahmad, Fiqih Mawaris ( Jakarta:
Lima Mazhab, ( Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 2001),
Lentera, 2008), R. Subekti, Hukum Perjanjian,
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, ( Jakarta: PT. Internusa, 1991),
Hukum Kewarisan Islam Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah,
Sebagai Pembaruan Hukum Fikih Mu’amalah,(Bogor: Ghalia
Positif Di Indonesia, ( Jakarta: Indonesia, 2011),
Sinar Grafika, 2011),
Suparman, Eman, Hukum Waris
Mughniyah Jawad Muhammad,Fiqih Indonesia Dalam Persfektif
Lima Mazhab, ( Jakarta: Penerbit Islam, Adat, Dan BW (Bandung:
Lentera, 2008), PT, Refika Aditama, 2005),
Otje Salman, Mustofa Haffas, Hukum Suhrawardi K. Lubis dan Komis
Waris Islam(Bandung: Refika Simanjuntak, Hukum Waris
Aditama, 2002), Islam; Lengkap dan Praktis,
( Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2001)

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 65

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy