Pembuatan Iodoform
Pembuatan Iodoform
Pembuatan Iodoform
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
mengenai:
1. Prinsip kerja dan teknik-teknik kristalisasi zat padat organik
2. Reaksi haloform
3. Kegunaan reaksi haloform untuk pembuatan haloform dan asam
karboksilat, dan untuk menunjukkan adanya gugus CH3CO dan
CH3CHOH.
C. LANDASAN TEORI
Haloform merupakan istilah kumpulan trihalogen turunan metana,
umpama CHF3, CHCl3, CHBr3, dan CHI3. Iodoform yaitu triidometana, CHI3 zat
padat hablur kuning dengan bau khas, antiseptik lemah (Pujaatmaka, 2014: 291-
333).
Halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji kimia, yang disebut uji
iodoform, untuk metil keton. Gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi
bertahap sampai terbentuk iodoform (CHI3) padat berwarna kuning. Uji ini
tidaklah spesifik untuk metil keton. Iod merupakan zat pengoksidasi lembut, dan
senyawa apa saja yang dapat dioksidasi menjadi suatu senyawa karbonil metil
juga akan menunjukkan uji positif.
Brom dan klor juga bereaksi dengan metil keton, menghasilkan masing-masing
bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCI3). Istilah umum untuk menyebut CHX3
ialah “haloform”. Karena bromoform dan kloroform merupakan cairan yang tidak
mencolok, maka pembentuknnya tak berguna untuk maksud uji. Namun, reksi
antara suatu metil keton dengan setiap halogen tersebut memberikan suatu metode
pengubahan metil keton ini menjadi asam karboksilat:
Natrium hipoklorit dan natrium hipobromit juga beraksi dengan jalan yang sama
masing-masing menghasilkan kloroform dan bromoform. Reaksi-reaksinya
dikenal sebagai reaksi haloform (Tim Dosen Kimia Organik II, 2014:1-2).
Kloroform (CHCl3) diperoleh dengan cara klorinasi metana. Dalam
laboratorium atau industri kloroform dibuat dengan memanaskan etanol dan
aseton dengan bleacing powder atau dengan klor dan alkali.
Contoh:
CH3CH2OH + Cl2 → CH3CHO + 2HCl (Oksidasi)
CH3CHO + 3Cl2 → CCl3CHO + 3HCl (Klorinasi)
CCl3CHO + Ca(OH)2 → 2CHCl3 + (HCO2)Ca (Pemutusan Rantai)
Bila digunakan aseton maka reaksinya sebagai berikut:
Kloroform merupakan cairan dengan titik didih 61C, tidak berwarna, dengan rasa
manis, tidak mudah terbakar diudara pada kondisi biasa. Digunakan untuk pelarut
dalam ekstraksi penisilin dan preparat-preparat medis (obat gosok, sirup batuk,
expectorant dll) (Parlan dan Wahjudi, 2013: 114).
Natrium klorat juga dikenal sebagai natrium hipoklorit larutan kalium
iodat ditambahkan ke dalm sedikit alkohol, diikuti dengan penambahan larutan
natrium klorat. Hasil positif dari reaksi adalah endapan kuning pucat (iodoform)
dapat diperoleh dari alkohol yang mengandung kelompok gugus-gugus seperti
gambar berkut:
“R” bisa berubah sebuah atom hidrogen atau sebuah gugus hidrokarbon
(misalnya, sebuah gugus alkil). Jika “R” adalah hidrogen, maka akan
menghasilkan alkohol etanol, CH3CH2OH.
1. Etanol merupakan satu-satunya alkohol primer yang menghasilkan reaksi
triiodimetana (iodform).
2. Jika “R” adalah sebuah gugus hidrokarbon, maka dihasilkan alkohol
sekunder. Banyak alkohol sekunder yang dapat menghasilkan reaksi
triiodometana, tetapi semuanya memiliki sebuah gugus metil terikat pada
karbon yang memiliki gugus –OH.
Tidak ada alkohol tersier yang bisa mengandung gugus ini karena tidak ada
alkohol tersier yang bisa memiliki sebuah atom hidrogen terikat pada karbon yang
memiliki gugus –OH. Tidak ada alkohol tersier (Clark, 2007)
Kritalisasi dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien.
Pada umumnya tujuan dari proses kritalisasi adalah untuk pemisahan dan
pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah untuk menghasilkan
produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal
antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter berikut ini yaitu : distribusi ukuran
kristal (Crystal size Distribution, CSD), kemurnian kristal (Crystal Purity) dan
bentuk kristal ( Crystal habit/Shape) (Setyopratomo, 2003).
Titik leleh adalah suhu dimana suatu senyawa mulai beralih fasa dari
padatan menjadi cairan sampai kesemuanya menjadi cair sempurna. Titik leleh
dapat dicari melalui eksperimen. Titik leleh juga dapat digunakan sebagai acuan
apakah senyawa tersebut murni atau tidak. Senyawa yang murni biasanya
mempunyai rentang titik leleh tak lebih dari 3ºC. untuk memurnikan senyawa
organik dapat menggunakan teknik rekristalisasi (Winarto, 2013).
D. METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
a. Alat:
1) Neraca analitik 1 buah
2) Spatula 1 buah
3) Corong Buchner 1 buah
4) Pompa vakum 1 buah
5) Gelas kimia 800 ml 1 buah
6) Gelas kimia 100 ml 1 buah
7) Gelas ukur 10 ml 2 buah
8) Pipet tetes 2 buah
9) Gelas ukur 100 ml 1 buah
10) Batang pengaduk 1 buah
11) Termometer 1 buah
12) Melting point 1 buah
13) Labu Erlenmeyer 100 ml 1 buah
14) Botol semprot 1 buah
15) Lap kasar 1 buah
16) Lap halus 1 buah
17) Corong biasa 1 buah
18) Stopwatch 1 buah
19) Erlenmeyer isap 1 buah
b. Bahan:
1) Aquadest (H2O)
2) Kalium Iodida (KI)
3) Aseton
4) Natrium hipoklorit 5% (NaClO)
5) Kertas saring
6) Pipa kapiler
2. Prosedur Kerja
1. Menimbang kalium iodida sebanyak 6 gram.
2. Malarutkan kalium iodat dengan 100 ml H2O.
3. Mengocok campuran hingga diperoleh larutan yang homogen.
4. Menambahkan 3 ml aseton ke dalam larutan.
5. Menambahkan 65 ml NaClO 5% secara perlahan sambil dikocok.
6. Mendiamkan campuran selama 10 menit.
7. Menambahkan 35 ml NaClO 5% secara perlahan sambil dokocok.
8. Mendiamkan campuran selama 10 menit.
9. Menyaring endapan dengan menggunakan corong buchner.
10. Mengeringkan kristal diudara.
11. Menimbang berat endapan dengan menggunakan neraca analitik.
12. Memasukkan endapan ke dalam pipa kapiler dan mengukur titik leleh
endapan dengan melting point dan catat hasilnya.
E. HASIL PENGAMATAN
F. ANALISIS DATA
Dik: Massa KI = 6 gram
Mr KI = 166 gram/mol
Volume aseton = 3 ml
aseton = 0,792 g/ml
Mr. aseton = 58 g/mol
Massa CHI3 = 1,45 gram
Mr. CHI3 = 393,73 g/mol
NaOCl = 100 ml
NaOCl = 2,5 g/ml
Mr. NaOCl = 74,5 g/mol
Dit: % Rendemen =.........?%
Peny:
Massa aseton = aseton aseton
Massa aseton = 0,792 g/ml 3 ml
Massa aseton = 2,376 gram
massa aseton
Mol aseton ¿
Mr aseton
2,376 gram
Mol aseton ¿
58 gram/mol
Mol aseton = 0,041 mol
Massa KI
Mol KI =
Mr KI
6 gram
Mol KI =
166 gram/ mol
Mol KI = 0,036 mol
Massa NaOCl = NaOCl NaOCl
Massa NaOCl = 2,5 g/ml 100 ml
Massa NaOCl = 250 gram
massa NaOCl
Mol NaOCl =
Mr NaOCl
250 gram
Mol NaOCl =
74,5 gram/mol
Mol NaOCl = 3,3557 mol
Adapun reaksinya yaitu :
G. PEMBAHASAN
Iodoform merupakan suatu senyawa yang diperoleh dari hasil reaksi antara
iodin dan aseton dan asetaidehid dalam suasana basa. Iodoform (Triiodometana,
CHI3) berupa zat padat hablur kuning dengan bau khas, dan antiseptik lemah.
Pada percobaan ini dilakukan pelarutan KI dengan aquades untuk
mengionkan KI menjadi ion K+ dan ion I kemudian dilakukan penambahan aseton
ke dalam larutan. Tujuan aseton disini sebagai pendonor gugus alkil (metil) CH 3+
yang nantinya akan beraksi dengan ion I membentuk iodoform. Setelah itu
ditambahkan larutan NaCIO yang bertujuan untuk mengikat ion I membentuk
NaOI yang akan beraksi dengan aseton membentuk iodoform. Pada proses ini
penambahan NaOCI dilakukan secara perlahan agar reaksi dapat berjalan
sempurna dan hasil yang diperoleh dapat maksimal. Sedangkan pengocokan
bertujuan untuk mempercepat reaksi, sebab penambahan tekanan dapat
mempercepat gerak partikel, sehingga reaksi akan semakin cepat terjadi. Dimana
NaOI yang terbentuk ini akan terurai menjadi ion NaO + dan I- yang akan bereaksi
dengan aseton membentuk garam karboksilat (CH 3COO-Na+) dan iodoform
( CHI3). Adapun reaksinya :
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Prinsip kerja dan teknik-teknik kristakisasi zat padat organic adalah
pencampuran, pengendapan, penyaringan, pencucian, pengeringan,
penimbangan dan uji titik leleh. Adapun massa CHI3 yaitu 1,45 dengan
rendemen 30,668% dan titik leleh 116 - 118ºC.
b. Reaksi haloform adalah reaksi yang terjadi pada unsur-unsur golongan
halogen dengan aseton pada H-α yang menghasilkan CHX3.
c. Kegunaan reaksi haloform untuk pembuatan haloform dan asam
karboksilat untuk uji gugus metil keton dan alkohol sekunder.
2. Saran:
a. pada saat pencampuran harus diketahui waktu sampai pencampuran
dihentikan.
b. Pada proses pengocokan harus dilakukan dengan baik agar produk
dihasilkan lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Kimia Organik II. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar: FMIPA UNM.