Makalah Kacang Tanah Finish
Makalah Kacang Tanah Finish
Makalah Kacang Tanah Finish
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas makalah mengenai “Budidaya Dan Penanganan
Pasca Panen Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)” ini dengan tepat waktu.
Dengan rasa penuh tanggung jawab maka kami menyusun makalah ini
berdasarkan studi pustaka dari berbagai sumber. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Produksi Tanaman Polongan Dataran Rendah yang
diampu oleh Bapak Didi Carsidi, S.TP., M.P.
Kami dalam menyusun makalah ini banyak diberi bantuan oleh beberapa
pihak. Oleh karena itu kami ingin mengucapkan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Didi Carsidi, S.TP., M.P. selaku dosen Mata Kuliah Produksi
Tanaman Polongan Dataran Rendah, yang telah memberikan tugas
makalah ini sesuai dengan jurusan yang kami ambil,
2. Kedua orang tua yang penuh pengertiannya memberikan dorongan, doa
dan semangat kepada kami selama penyusunan makalah ini,
3. Rekan satu kelompok yang telah membantu pada saat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemudian dapat penulis revisi dan tulis dimasa yang
selanjutnya. Kami berharap dengan adanya makalah ini mampu berguna serta
bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
semua varietas yang dilepas pada periode ini tahan atau toleran, dan beberapa
berstatus agak tahan terhadap infeksi bakteri Ralstonia solanacearum. Selain
kendala biotik, kendala abiotik juga mulai menjadi perhatian pada periode ini,
salah satunya adalah lahan bereaksi masam (pH tanah rendah). Hal ini terlihat
pada varietas yang di lepas pada periode tersebut,
diantaranya: Landak, Badak, Trenggiling, dan Simpai yang memiliki keunggulan
adaptif pada kondisi lahan masam. Periode ketiga tahun 2001-2018 perakitan
varietas unggul baru kacang tanah berkembang pesat. Di periode ini telah dilepas
sebanyak 23 varietas unggul baru kacang tanah dengan rata-rata produktivitasnya
2,7 t/ha. Di sisi lain, umur panen menjadi lebih pendek, rata-rata 91 HST (berkisar
dari 85-108 HST).
Varietas Hypoma 3 bertipe Valencia mempunyai produktivitas 4,6 t/ha
dengan umur panen 108 HST, dan varietas Katana 1 bertipe Spanish mempunyai
produktivitas hasil 3,5 t/ha polong kering dengan umur panen hanya 87 HST.
Selain produktivitas hasil tinggi, ke 23 varietas unggul baru tersebut berstatus
tahan atau toleran, dan beberapa berstatus agak tahan terhadap penyakit karat
dan/atau bercak daun. Hanya beberapa varietas (misal Tala 1, Tala 2, Bima) yang
rentan terhadap kedua penyakit daun tersebut.
per hari menghasilkan jumlah bunga, jumlah polong dan indeks panen lebih
tinggi dibanding dengan lama penyinaran 14–16 jam per hari. Pengaruh lama
penyinaran tersebut tampak jelas apabila rata-rata suhu harian selama
pertumbuhan tanaman berlangsung adalah 26 °C.
Shorter et al. (1992) dan Bell et al. (1992) melaporkan bahwa hasil kacang
tanah di daerah tropik beriklim basah lebih rendah dibanding hasil di daerah
tropik beriklim kering dan subtropik, masing-masing 2,5 t, 4,5 t dan 5,8 t/ha
polong kering. Penyebab utama adalah rendahnya radiasi matahari dan
tingginya suhu udara di daerah tropik beriklim basah. Pendapat tersebut
diperkuat oleh Darmijati (1987) yang melaporkan bahwa hasil kacang tanah
rata-rata pada musim hujan lebih rendah daripada musim kemarau, masing-
masing 1,4 t/ha dan 1,8 t/ha. Salah satu faktor penyebabnya adalah radiasi
matahari yaitu berkisar antara 107–357 cal/cm2 /hari pada musim hujan dan
antara 250–400 cal/cm2 /hari pada musim kering selama pertumbuhan
tanaman berlangsung.
Curah Hujan
Hujan yang cukup pada saat tanam sangat dibutuhkan agar tanaman dapat
berkecambah dengan baik dan distribusi curah hujan yang merata selama
periode tumbuh akan menjamin pertumbuhan vegetatif. Sedangkan bila
terlalu banyak hujan pada fase vegetatif akan menurunkan hasil. Kelembaban
tanah yang cukup pada awal pertumbuhan, saat berbunga, dan saat
pembentukan polong sangat penting untuk mendapatkan produksi yang
tinggi.
Hasil kacang tanah dapat mencapai empat kali lebih besar apabila pengairan
diberikan pada fase vegetatif dan generatif daripada apabila takaran pengairan
sama tetapi hanya diberikan pada fase vegetatif saja (ODA 1984 dalam Ong
1986). Suyamto dkk (1989) melaporkan bahwa pada kondisi tanpa pengairan
dan hanya mengandalkan curah hujan 85 mm, tanaman menghasilkan 0,04
t/ha polong kering, namun dengan curah hujan 550 mm dapat menghasilkan
2,4 t/ha.
8
cm. Cara larikan ini bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan tanaman yang
meliputi penyiangan gulma dan penyemprotan fungisida/insektisida.
Penanaman dengan cara meletakkan benih mengikuti jalur bajak dapat pula
dilakukan asal penempatan/peletakan benih kacang tanah pada jarak teratur. Benih
diletakkan dalam lubang tanam sedalam ±3−5 cm, satu biji/lubang kemudian
lubang tanam ditutup dengan tanah halus. Penutupan ini bertujuan untuk
menjamin terjadinya kontak antara benih dan air tanah, mengurangi serangan
hama dan mengurangi busuk benih karena banyaknya air di dalam lubang tanam.
Kebutuhan benih untuk jarak tanam 40 cm x 10 cm dengan rendemen/ nisbah
biji/polong 50% dan bobot biji 45 g/100 biji adalah sekitar 175 kg/ha polong
kering atau 80–90 kg biji.
2.4.4 Perlakuan Benih
Daya tumbuh benih yang baik adalah lebih dari 90%, dan sangat dianjurkan
untuk melakukan uji daya tumbuh sebelum benih ditanam. Biji kacang tanah yang
dipilih untuk benih adalah yang tua, bernas dan bebas dari penyakit (tidak
bernoda). “Seed treatment” dengan fungisida Captan, maupun kombinasi
insektisida Tiamektosan dan fungisida Captan ternyata meningkatkan jumlah
tanaman dipanen. Hal ini menunjukkan bahwa fungisida tersebut efektif dalam
menekan serangan jamur tular tanah dan bakteri layu selama pertumbuhan
tanaman, utamanya pada awal pertumbuhan tanaman. Terhadap hasil polong
kering, kombinasi fungisida dan insektisida ternyata memberikan hasil terbaik
dibanding aplikasi tunggal maupun tanpa aplikasi sama sekali.
2.4.5 Pemupukan
Kacang tanah seperti tanaman kacang-kacangan lainnya tidak menunjukkan
respons yang nyata terhadap tambahan pupuk. Akan tetapi untuk mempertahankan
keseimbangan unsur hara di dalam tanah, maka pemberian pupuk sebanyak 50 kg
Urea, 100 kg TSP dan 50–100 kg KCl/ha dapat digunakan sebagai patokan
anjuran. Pupuk dapat diberikan dengan disebar merata pada petakan tanah
sebelum tanam lalu dicampur/diaduk dengan tanah. Dapat pula pupuk diberikan
secara larikan yaitu dengan membuat parit sekitar 7−10 cm di samping lubang
benih.
11
rendah, gulma tumbuh lebih pesat karena gulma tidak mengalami persaingan
tinggi terhadap unsur hara, cahaya, dan air.
Saat penyiangan gulma yang tepat sebenarnya tergantung pada populasi gulma di
lapang. Penyiangan seyogyanya dilaksanakan sebelum tanaman berbunga.
Manfaat dari penyiangan antara lain: – menekan persaingan unsur-unsur hara
antara tanaman dengan gulma, – memperkecil/mengurangi sumber serangan
hama-penyakit, – mempermudah pemeliharaan dan panen, – menggemburkan
tanah. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis dengan bajak,
cangkul, sabit, atau secara kimia menggunakan herbisida. Herbisida Lasso dengan
takaran 1,5 kg/ha bahan aktif, dapat digunakan sebagai herbisida pra-tumbuh.
Penyiangan 2 kali pada umur 21 dan 42 HST, tiga kali pada umur 15, 30 dan 45
HST serta gabungan satu kali penyiangan dan herbisida pra-tumbuh memberikan
hasil polong yang setara untuk varietas Kelinci. Apabila gulma dikendalikan,
terjadi peningkatan hasil 0,85–1,05 t/ha
2.4.7 Pengelolaan Air
Dibandingkan dengan kedelai, kacang tanah lebih toleran terhadap
kekeringan. Meskipun demikian, pada masa kritis pertumbuhan yaitu pada fase
perkecambahan, pembungaan, dan pengisian polong, tanaman harus cukup air.
Apabila air tidak tersedia pada fase-fase kritis tersebut, maka pertumbuhan
tanaman terhambat dan berakibat pada penurunan hasil polong. Bila tersedia
pengairan, dilakukan pengairan pada periode kritis tanaman yaitu: pertumbuhan
awal (umur hingga 15 hari), umur 25 hari (awal berbunga), umur 50 hari
(pembentukan dan pengisian polong), dan umur 75 hari (pemasakan polong).
2.4.8 Panen
Penentuan umur panen pada kacang tanah lebih sulit karena polongnya
berada di dalam tanah. Sebagai patokan untuk mengetahui tanaman telah tua dan
dapat dipanen adalah: 1. daun-daun telah mulai kuning kering dan luruh (umur
85–90 hari), 2. varietas-varietas yang telah dilepas umur masak berkisar antara
85–110 hari, 3. polong telah masak, yang ditandai: kulit polong telah mengeras
dan bagian dalam berwarna coklat, biji telah mengisi penuh, kulit polong tipis dan
berwarna mengkilat.
13
Umur panen tergantung pada varietas yang ditanam, dan musim tanamnya.
Panen yang terlalu cepat/awal akan menurunkan hasil dan mutu karena biji
menjadi keriput dan kadar lemak rendah. Kadar lemak tertinggi dicapai ketika
polong telah tua dengan umur 110 hari. Sebaliknya, hasil polong akan berkurang
bila dipanen terlambat karena banyak polong tertinggal di dalam tanah. Saat
panen kacang tanah disesuaikan dengan penggunaan kacang tanah itu sendiri.
Untuk konsumsi berupa kacang tanah rebus dan kacang asin, kacang tanah
dipanen sebelum polong masak benar yaitu umur 70–80 hari. Khusus untuk benih,
kacang tanah dapat dipanen pada periode masak fisiologis. Untuk keperluan
konsumsi seperti kacang garing, minyak goreng dan ekspor, kacang tanah dipanen
umur 90–95 hari.
3.1 Kesimpulan
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di Indonesia merupakan komoditas
pertanian terpenting setelah kedelai. kacang tanah masuk ke Indonesia melalui
India dan China, dan ditemukan pertama kali di Maluku pada tahun 1690.
Produktivitas kacang tanah di Indonesia tergolong rendah, jika dibandingkan
dengan negara USA, Cina, dan Argentina yang sudah mencapai lebih dari 2
ton/ha. Untuk meningkatkan produksi tanaman kacang tanah perlu dilakukan
budidaya tanaman yang baik. Penanganan pasca panen juga berpengaruh dalam
mutu tanaman kacang tanah.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca yang khususnya
tumbuh, teknik budidaya dan penanganan pasca panen yang baik agar
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Indonesia. Proc. of an ACIAR/ AARD/ODPI collaborative review
meeting held at Malang, East Java, Indonesia, 19–23 August 1991.
ACIAR Proc. No. 40.
Williams, D.J. 1997. Organic Mulch. Cooperative Extension Service. Department
of Natural Resources and Environmental Science (NRES). University of
Illinois. p. 2.
18