Makalah - Konsep Dasar Kurikulum
Makalah - Konsep Dasar Kurikulum
Makalah - Konsep Dasar Kurikulum
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Anik Ghufron, M.Pd.
Oleh:
Muhammad Aqmal Nurcahyo
NIM 23012050065
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Kurikulum”
pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan Inovasi Pembelajaran Sekolah
Dasar yang diampu oleh Prof. Dr. Anik Ghufron, M.Pd.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas individu. Makalah ini akan
membahas mengenai konsep dasar kurikulum, meliputi pengertian kurikulum,
peran kurikulum, fungsi kurikulum, komponen kurikulum, dan kurikulum di
Indonesia.
Penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah
ini. Semoga paparan yang ada di dalam makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan gambaran secara rinci mengenai kepada pembaca mengenai konsep
dasar kurikulum.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal jika dilakukan
perencanaan dengan matang dan baik. Keberhasilan tersebut tentunya tidak
lepas dari sebuah kurikulum yang utuh. Kurikulum yang baik akan
memudahkan pelaksanan di lapangan, dalam hal ini guru dan peserta didik
untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran.
Kurikulum merupakan rancangan pendididikan yang menempati
kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek pelaksanaan
pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan suatu negara, termasuk di
Indonesia, dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya dengan
melakukan berbagai reformasi pendidikan. Reformasi tersebut dilakukan
dengan melakukan pembaruan dan pengembangan kurikulum, mulai dari
kurikulum masa orde lama, order baru, hingga era reformasi.
Kurikulum memiliki fungsi sebagai sebuah pedoman dalam praktik
langsung pendidikan di sekolah dan pihak terkait yang terlibat, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yaitu guru, kepala sekolah, pengawas,
orang tua, masyarakat, dan peserta didinya. Kurikulum dipandang sebagai
suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di
bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya (Fauzan, 2017).
Nasution (2008) menjelaskan jika kurikulum bisa diartikan sebagai;
pertama, sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari
sekolah atau perguruan tinggi utnuk memperoleh ijazah tertentu, kedua,
sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan/disajikan oleh suatu lembaga
pendidikan.
Kurikulum menyangkut semua hal yang dilakukan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kurikulum yang digunakan pada suatu negara dan
jenjang sekolah bersifat dinamis dan terbuka pada adanya pembaharuan
1
karena disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat
Kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran merupakan hubungan
yang saling berkaitan erat. Implementasi kurikulum akan semakin baik
ketika didukung oleh rangkaian kegiatan pembelajaran yang baik pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan pembahasan secara khusus
mengenai konsep dasar kurikulum di sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah pada pembahasan makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa saja peran dari kurikulum?
3. Apa saja fungsi dari kruikulum?
4. Apa saja komponen dari kurikulum?
5. Bagaimana pelaksanaan kurikulum di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan penulisan pada pembahasan makah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian kurikulum;
2. Mengetahui peran kurikulum;
3. Mengetahui fungsi kurikulum;
4. Mengetahui komponen kurikulum;
5. Mengetahui pelaksanaan kurikulum di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum bila ditinjau dari pengertian etimologis berasal dari
bahasan Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan currere yang berasal
dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari
garis start sampai finish (Sudiman, dalam Zainuri, 2018).
Banyak ahli yang memberikan definisi kurikulum. Ornsten &
Hunkins (2018) mendefinisikan kurikulum dalam tiga pengertian, yaitu: (1)
kurikulum dapat didefinisikan sebagai sebuah rencana untuk mencapai
tujuan, (2) kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu hal yang
berhubungan langsung dengan pengalaman pembelajar, dan (3) kurikulum
dapat didefinisikan sebagai ruang lingkup pembelajaran, meliputi aspek
pengetahuan, penelitian, teori, prinsip, dan keahliannya.
Selain itu, Ghufron (2008) menuliskan jika kurikulum dapat berarti
rencana pembelajaran, program sekolah, dan pengalaman belajar.
Kurikulum juga disebut sebagai proses pengajaran yang isinya terdiri dari
sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis dan sejalan dengan
hal-hal yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu proses
dalam kegiatan pendidikan tertentu (Fauzan, 2017).
Hamalik (2009) turut menjelaskan bahwa kurikulum adalah proses
perencanaan agar bisa menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan
spesifik. Proses tersebut behrubungan dengan seleksi dan pengorganisasian
berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain penetapan jadwal,
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata
pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembangan kurikulum
yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis
kurikulum ganda lainnya untuk memduahkan proses belajar (Hamalik,
2009).
3
Jika dipandang dari perspektif yuridis-formal, kurikulum di
Indonesia diatur dan dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 pasal 1 yang berbunyi kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan paparan dari para ahli di atas, dapat disimpulkan jika
kurikulum merupakan suatu panduan sistematis yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan serta mencakup semua pengalaman belajar
peserta didik di sekolah. Kurikulum tidak hanya berofkus pada apa yang
akan diajarkan (content) namun juga bagaimana cara mengajarkannya
(pedadogy), serta tujuan dan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
Penerapan kurikulum di lapangan tentunya memerlukan komitmen
dari semuah pihak yang terlibat, seperti dukungan dari kepala sekolah, guru,
peserta didik sebagai subjeknya, termasuk kesiapan sarana dan prasarana
dan sumber daya lainnya. Implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan
pokok yaitu: (1) pengembangan program, mencakup program
pembelajaran, program bimbingan, dan konseling atau remedial; (2)
pelaksanaan pembelajaran, meliputi proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik;
dan (3) evaluasi, meliputi proses penilaian yang dilakukan sepanjang
pelaksanaan kurikulum (Hamalik, 2009).
Bentuk nyata dari implementasi kurikulum di sekolah tersebut yaitu
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran tentunya mengacu
pada program pembelajaran yang telah dirancang dan disusun oleh guru, di
antaranya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau kini
disebut dengan modul ajar. Adapun komponen yang tercantum dalam RPP
dan modul ajar harus mencakup perencanaan seluruh kegiatan pelaksanaan
pembelajaran dari awal hingga akhir berdasarkan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
4
B. Peran Kurikulum
Kurikulum yang dirumuskan tentunya harus diiringi dengan pemahaman
mengenai konsep dasar dari kurikulum tersebut. Maka dari itu, pihak-pihak
terkait yang memiliki kewenangan dalam menyusun kurikulum harus
mengetahui hakikat dan fungsi kurikulum. Peranan kurikulum dalam
pelaksanaan pendidikan formal di sekolah sangatlah strategis dikarenakan
sebagai penentu dalam tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum memiliki
kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keseluruhan proses
pendidikan, bahkan kurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri (Dhomiri, dkk., 2023).
Hamalik (2014) membagi kurikulum ke dalam tiga peranan penting,
yaitu peranan konservatif, peranan kreatif, dan peranan kritis dan evaluatif.
Adapun paparannya sebagai berikut.
1. Peranan Konservatif
Kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang
dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi
muda. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan
kurikulum yang berorientasi pada masa lampau. Peranan ini
sangat mendasar yang disesuaikan dengan kenyataan bahwa
pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu
tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku
siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial hidup di lingkungan
masyarakat.
2. Peranan Kreatif
Kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru
sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa
mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat
membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang
ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan
5
baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpiiki baru
yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
3. Peranan Kritis dan Evaluatif
Nilai-nilai dan budaya yang hidup di masyarakat senantiasa
mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan
budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi
yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang
terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu
sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, peranan kurikulum
tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan
juga memiliki peranna untuk menilai dan memilih nilai dan
budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut.
Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam
kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi
dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan
diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
C. Fungsi Kurikulum
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk membantu peserta didik agar dapat
mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Kurikulum memuat segala aspek yang dapat memengaruhi keberhasilan
peserta didik di skeolah, termasuk guru serta sarana dan prasarana
pendukung lainnya. Kurikulum yang digunakan tentunya harus disusun
secara sistematis dan logis agar dapat memabntu peserta didik lebih mudah
dalam memetakan kegiatan belajarnya, sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai secara optimal dan maksimal.
Kurikulum berfungsi untuk membantu peserta didik dalam
mempersiapkan dirinya hingga mengukur kemapuan yang dimilikinya.
Ketercapaian ini tentunya sangat berhubungan dengan target-target
pembelajaran yang akan ditempuh oleh peserta didik sehingga mereka
6
dengan mudahnya dapat memahami berbagai materi dalam proses
pembelajaran yang dilakukan.
Inglis (1918) mengungkapkan jika terdapat enam fungsi kurikulum
bagi peserta didik sebagai subjek didik, yaitu fungsi penyesuaian (the
adjustive or adaptive function), fungsi integrasi (the integrating function),
fungsi diferensial (the differentiating function), fungsi persiapan (the
propaedeutic function), fungsi pemilihan (the selective funtion), dan fungsi
diagnostik (the diagnostic function). Adapun penjelasannya diuraikan
sebagai berikut.
1. Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well
adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu,
siswa pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di lingkungannya.
2. Fungsi integrasi (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.
Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari
masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3. Fungsi diferensial (the differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memebrikan pelayanan terhadap perbedaan
individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik
maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4. Fungsi persiapan (the propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan
7
studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga
diharpakan dapat memeprsiapkan siswa untuk dapat hidup dalam
masyarakat seandainya ia karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan
pendidikannya.
5. Fungsi pemilihan (the selective funtion)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memebrikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya. Fungsi tersebut sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa
bersrti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa
yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan
kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan
bersifat fleksibel (luwes/lentur).
6. Fungsi diagnostik (the diagnostic function)
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk
dapat memahami dna menrima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang
dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-
kekyatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya maka
diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi/kekuatan yang
dimilikinya atau memeprbaiki kelemahan-kelemahannya.
D. Komponen Kurikulum
Proses pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan keempat
komponen yang dilandasi oleh asas-asas pengembangannya sebagai fondasi
(Sanjaya, 2011). Komponen kurikulum terdiri atas komponen tujuan,
komponen isi/materi, metode/strategi pencapaian tujuan, dan komponen
evaluasi. Adapun uraiannya sebagai berikut.
1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.
Dalam skala makro, rumsuan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan
8
filsafat atau sistem nilai yang dianut amsyarakat. Dalam skala mikro,
tujuan kurikulum berhubungan dengan misis dan visi sekolah serta
tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan sertiap mata pelajaran
dan tujuan proses pembelajaran.
2. Komponen Isi/Materi
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman berlajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dnegan pengetahuan
atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiataan siswa.
3. Komponen Metode/Strategi Pencapaian Tujuan
Strategi dan emtode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan
kurikulum. Komponen ini merupakan komponen tang memiliki peran
yangs angat oenting, sebab berhubungan dengan implementasi
kurikulum. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/keluaran dalam pembelajaran dan disusun untuk mencapai tujuan
tertentu.
4. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas
pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam
perbaikan strategi yang ditetapkan.
E. Kurikulum di Indonesia
Kurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan sosial
politik Indonesia (Muhammedi, 2016). Kurikulum pendidikan di Indonesia
telah mengalami beberapa kali perubahan, baik di era orde lama, orde baru,
maupun orde reformasi. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia menggunakan
beberapa kurikulu, yaitu tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, 2006, 2013, sebelum akhirnya kini menggunakan kurikulum merdeka
9
(Walewangok, dkk., 2022). Adapun penjelasannya diuraikan sebagai
berikut.
1. Kurikulum 1947
Kurikulum di awal kemerdekaan ini menggunakan nama rencana
pelajaran. Istilah ini lebih dikenal daripada curriculum (bahasa Inggris).
Oleh akrena dalam masa mempertahankan kemerdekaan, pendidikan
dalam kurikulum ini sangat menonjolkan pendidikan karakter manusia
Indonesia yang bebas dan sederajat dengan manusia di negara lain.
Penekanan Rencana Pelajaran tahun 1947 bukan pada pendidikan akal
budi, melainkan pada pendidikan sikap, kesadaran berbangsa dan
bernegara. Materi pelajaran dikaitkan dengan peristiwa harian, serta
perhatian pada pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani kesehatan.
2. Kurikulum 1952
Sesudah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum
pendidikan di negara kita mendapatkan perbaikan. Kurikulum ini
dinamakan Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini telah terarah
pada sistem pendidikan nasional. Hal yang sangat kelihatan dan menjadi
ciri khas kurikulum 1952 adalah semua rencana pembelaajran perlu
memberi perhatian pada isi pelajaran yang berkaitan dnegan hidup
harian.
3. Kurikulum 1964
Memasuki tahun 1964, pemerintah memperbaiki lagi sistem kurikulum
di Indoensia. Kali ini dinamakan Rencana Pendidikan 1964. Hal-hal
penting yang menjadi karakteristik kurikulum 1964 adalah pemerintah
memiliki hasrat untuk memberikan pengetahuan akademik kepada
rakyat sebagai bekal hidupnya pada jenjang sekolah dasar. Pelajaran
difokuskan pada program Pancawardhana, yang terdiri dari
pengembangan cipta, karsa, karya rasa, dan moral.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menggantikan kurikulum 1964. Terjadi perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi jiwa
10
Pancasila, pengetahuan pokok, dan kejuruan khusus. Dari aspek tujuan
pendidikan, kurikulum 1968 memiliki tujuan yang difokuskan pad
ausaha untuk membangun manusia Pancasila yang tulen dan sejati, sehat
dan kuat secara jasmani, meningkatkan intelegensia dan keterampilan
jasmani, moral dan budi pekerti, serta kepercayaan umat beragama.
Materi pendidikan ditujukan pada aktivitas meningkatkan intelektual
dan keterampilan, serta meningkatkan tubuh yang kuat dan sehat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menggantikan kurikulum 1968 dengan memiliki Garis
Besar Program Pengajaran (GBPP) dalam rangka melaksanakan
pembelajaran yaitu: (1) pencapaian tujuan disesuaikan dengan program
pengajaran selama waktu pendidikan dalam wujud konsep kurikuler; (2)
pencapaian tujuan dalam satuan pelajaran dibuat dalam wujud tujuan
instruksional umum; (3) inti pembahasan dikembangkan dan dijadikan
bahan pelajaran peserta didik supaya bisa mewujdukan tujuan yang telah
ditetapkan; dan (4) tahap penyampaian materi-materi pelajaran dari
caturwulan ke caturwulan.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 merupakan perbaikan dari kurikulum 1975 dengan
beberapa karakteristik, yaitu: (1) menekankan pencapaian tujuan
instruksional, (2) pendekatan pembelajaran berorientasi kepada peserta
didik dengan cara belajar siswa aktif; (3) materi pelajaran diajarkan
dengan memakai pendekatan spiral; dan (4) memberikan pemahaman
sebelum memberikan pelatihan.
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan perbaikan dari Kurikulum 1984 yang
memiliki beberapa karakteristik pokok yaitu: (1) tahapan pelajaran
dibagi dalam sistem caturwulan; (2) penekanan materi pelajaran dalam
pembelajaran di kelas karena kruikulum ini menekankan konten
pelajaran; (3) kurikulum ini diberlakukan serentak untuk semua peserta
didik yang ada di seluruh wilayah Indonesia; (4) pembelajaran di kelas
11
dimulai dari materi yang mudah ke materi yang sulit, materi yang
sederhana ke materi yang kompleks, serta materi yang konkret ke materi
yang abstrak; dan (5) untuk memantapkan pengertian peserta didik
dilakukan pengulangan-pengulangan materi yang sulit dan kompleks.
8. Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 ini dinamakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). KBK mempunyai beberapa karakteristik yaitu: (1) berorientasi
pada pencapaoan kompetensi peserta didik secara pribadi maupun
secara bersama; (2) menekankan hasil belajar; (3) metode yang
digunakan dalam pembelaajran di kelas bervariasi; (4) guru bukan satu-
satunya sumber belajar karena terdapat juga sumber-sumber belajar
lainnya; dan (5) penekanan penilaian dalam proses pembelajaran adalah
penguasaan dan pencapaian kompetensi belajar.
9. Kurikulum 2006
Kurikulum 2006 ini dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP emrupakan perbaikan dan pengembangan KBK.
Kurikulum ini muncul akibat beban belajar peserta didik yang terlampu
berat dalam KBK. Selain itu sebagai jawaban terhadap otonomisasi
yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan kurikulum
berdasarkan kekhasan daerah masing-masing. Oleh sebbat itu, beban
belajar peserta didik dikurangi sedikit berkurang, serta wewenang untuk
merancang dan mengembangkan kurikulum sendiri diberikan kepada
satuan pendidikan.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 1013 dikenal dengan kurikulum yang menggunakan
pembelajaran tematik, yakni menggunakan tema. Kurikulum 2013 hadir
sbeagai kurikulum nasional yang telah memenuhi dua dimensi
kurikulum, yaitu rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 memiliki beberapa karkateristik, yaitu: (1)
pengembangan kompetensi berimbang; (2) kontekstualisasi sekolah; (3)
12
fleksibilitas waktu; (4) kompetensi yang rinci; (5) kompetensi inti
sebagai unsur pengorganisasi; dan (6) akumulatif, saling memperkuat,
dan saling memperkaya.
11. Kurikulum 2013 Edisi Revisi
Kurikulum 2013 megalami penyempurnaan menjadi kurikulum 2013
edisi revisi yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
12. Kurikulum Darurat
Kurikulum darurat hadir pada saat terjadinya pandemi Covid-19.
Kurikulum darurat mengacu pada kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yang disederhanakan sehingga berfokus pada kompetensi esensial
dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat
selanjutnya. Kurikulum ini bertujuan untuk mengurangi beban pendidik
dalam melaksanakan kurikulum nasional dan peserta didik dalam
keterkaitannya dengan penentuan kenaikan kelas dan kelulusan.
13. Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka hadir sebagai bentuk penyempurnaan dari
kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum Merdeka memberikan
keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran
berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar
peserta didik. Karakteristik kurikulum Merdeka yaitu: (1)
pengembangan soft skills dan karkater; (2) fokus pada materi esensial;
dan (3) pembelajaran yang fleksibel.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat
besar dalam menentukan kemajuan serta tercapainya tujuan pendidikan dari
suatu negara, termasuk Indonesia, mulai dari konsep hingga penerapannya
di lapangan secara luas. Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Penerapan kurikulum tentunya tidak boleh terlepas dari pengawasan dan
evaluasi guna meninjau efektifitas pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum
tersebut sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai tidak melenceng
dari tujuan yang telah direncanakan.
Terjadinya pembaruan dan pengembangan kurikulum dari masa ke
masa dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pengaruh perkembangan
teknologi dan globalisasi. Memahami konsep dasar kurikulum tentunya
membuat kita dapat mengenali peranan penting dari sebuah kurikulum
sehingga dapat menentukan arah pendidikan yang lebih baik. Kurikulum
yang efektif tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi
juga harus dapat membantu peserta didik menjadi individu yang kritis,
kreatif, dan berdaya saing di era global saat ini.
B. Saran dan Rekomendasi
Pemahaman mengenai konsep dasar kurikulum tentunya harus dikuasai oleh
seluruh pemangku kepentingan yang mempunyai peranan penting dalam
pelaksanaan kurikulum nantinya. Adapun saran dan rekomendasi yang
dapat diberikan dalam pembahasan ini meliputi:
1. Mendorong secara aktif keterlibatan pemangku kepentingan dalam
proses pengembangan kurikulum;
2. Memperhatikan konteks lokal dalam pengembangan kurikulum;
3. Memperbarui kurikulum dengan mmeprtimbangkan kemajuan
teknologi;
14
4. Mempersiapkan peserta didik menghadapi tuntutan dunia kerja yang
terus berkembang dengan penguatan keterampilan abad 21;
5. Melaksanakan evaluasi berkelanjutan untuk mengidentifikasi
keberhasilan dan tantang dalam pelaksanaan kurikulum;
6. Memberdayakan guru dnegan pelatihan dan dukungan yang memadai
pada penerapan kurikulum yang baru; dan
7. Meningkatkan kolaborasi antar lembaga pendidikan dalam
pengembangan kurikulum.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dhomiri, A., Junedi, & Nursikin, M. (2023). Konsep Dasar dan Peranan serta
Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan. Khatulistiwa: Jurnal Pendidkan dan
Sosial Humaniora, 3 (1), 118-128.
Fauzan. (2017). Kurikulum dan Pembelajaran. Tangerang Selatan: GP Press.
Ghufron, A. (2008). Filsafat Pengembangan Kurikulum. Fondasia, 1 (9), 1-10.
Hamalik, O. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Hamalik, O. (2014). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Inglis, A. (1918). Principles of Secondary Education. Boston: The Riverside Press
Cambridge.
Muhammedi. (2016). Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis tentang
Upaya Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal. RAUDHAH,
IV (1), 49-70.
Nasution, S. (2008). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Ornstein, A.C. & Hunkins. F.P. (2018). Curriculum: Foundations, Principles, and
Issues. Seventh Edition. England: Pearson.
Sanjaya, W. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Prenada Group.
Walewangko, S.A., dkk. (2022). Kurikulum Pendidikan: Konsep Dsar, Landasan,
Komponen, Pengembangan, Implementasi, Evaluasi, dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia. Makassar: Nas Media Pustaka.
Zainuri, A. (2018). Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan. Palembang: CV
Amanah.
16