Makalah Vigor Benih Kacang Hijau
Makalah Vigor Benih Kacang Hijau
Makalah Vigor Benih Kacang Hijau
RICE PASORONG
E28122171
Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman
Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan produksi kacang hijau
2002). Produksi kacang hijau mengalami fluktuatif dari tahun 2015 – 2018.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2018), produksi kacang hijau di Indonesia
pada tahun 2015 sampai tahun 2018 mengalami penurunan. Kasus penurunan
produksi kacang hijau disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor lingkungan,
Pada tahun 2015 produksi kacang hijau sebanyak 271,463 ton, tahun 2016
sebanyak 252,985 ton, tahun 2017 sebanyak 241,334 ton, dan 2018 sebanyak
234,718 ton.
Menurut Barus & Rica (2014), kacang hijau merupakan tanaman yang
lebih tahan terhadap kekeringan dibanding tanaman lainnya. Hama serta penyakit
yang menyerang relatif sedikit, bisa dipanen dengan umur genjah 55−60 hari.
Cara budidaya mudah serta harga jual relatif lebih tinggi dibandingkan kacang
lainnya.
tanaman dan mutu benih yang digunakan dalam usaha produksi tanaman
menentukan kualitas hasil. Benih kacang hijau seperti halnya benih-benih lain
dalam kelompok benih ortodoks tidak tahan disimpan lama dan mudah rusak
ataupun mutunya mudah untuk menurun apabila disimpan pada kadar air tinggi
susut berat karena rusak, cacat, penurunan daya berkecambah, dan lain-lain
(Dinarto, 2010).
benihdapat dijaga dengan pengemasan tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga
kualitas benih dari pengaruh faktor internal maupun eksternal (Anggriani et al.,
2013).
Bass (2002) mengungkapkan hubungan suhu dan kadar air benih, bahwa
setiap penurunan suhu sebesar 5◦C dan setiap penurunan kadar air benih 1%
maka masa hidup benih diperpanjang dua kalinya. Untuk melindungi benih
kacang hijau dari pengaruh kondisi lingkungan simpan yang tidak baik yaitu
kelembaban relatif dan suhu tinggi dapat dilakukan dengan cara mengeringkan
benih sampai kadar air tertentu yang aman untuk penyimpanan dan menyimpan
Penggunaan bahan kemasan yang tepat juga dapat melindungi benih dari
perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembaban nisbi dan suhu. Kemasan
yang baik serta tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui faktor
apa saja yang mempengaruhi viabilitas benih kacang hijau dan bagaimana cara
hijau agar dapat disimpan lama dan tetap memiliki viabilitas yang tinggi.
Benih kacang hijau tidak tahan disimpan lama dan mudah rusak. Apabila
disimpan pada kadar air tinggi atau disimpan pada ruang dengan kelembaban
menurunnya mutu baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang berupa susut
berat karena rusak, cacat, penurunan daya berkecambah. Juga melindungi benih
kacang hijau dari pengaruh kondisi lingkungan simpan yang tidak baik dilakukan
dengan cara mengeringkan benih sampai kadar air tertentu yang aman untuk
penyimpanan dan menyimpan benih dalam wadah yang tepat (Dinarto, 2010).
kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam
kelembaban relatif dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan
ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan
lebih lama. Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas dan vigor benih. Oleh karena itu, benih yang disimpan dalam ruang
terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor
Faktor lingkungan simpan terdiri dari faktor abiotik dan biotik. Faktor
biotik meliputi benih, serangga gudang dan cendawan, sedangkan faktor abiotik
menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik
(ortodoks atau rekalsitran), daya kecambah dan vigor, kondisi fisik dan kadar air
benih awal serta tingkat kematangan benih. Faktor eksternal antara lain suhu dan
kelembaban ruang simpan, komposisi kimia benih dan kebersihan mikro flora.
adalah daya simpan benih. Kadar air benih selama penyimpanan sangat
dipengaruhi oleh kondi siruang simpan. Benih bersifat higroskopis, sehingga
sekelilingnya. Jika kadar air benih lebih rendah dari tingkat keseimbangan
kelembaban nisbi, maka akan terjadi absorbsi uap air dari udara ruang simpan
Proses absorbsi uap air oleh benih dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
jenis kemasan simpan yang digunakan, varietas, umur atau lama simpan, kadar air
awal dan kelembaban relatif lingkungan simpan. Kelima faktor tersebut saling
berkaitan dalam mempengaruhi laju absorpsi uap air oleh benih (Hasbianto dan
Yasin., 2018). Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih
adalah antara 6-11% (Indartono, 2011). Penyimpanan benih pada ruang terbuka
menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan kelembapan. Hal ini karena ruang
talebih tinggi dibandingkan dengan kondisi terkendali (ruang AC dan kulkas). Hal
suhu dan RH yang cukup tinggi (suhu 26,5-310 C dan RH 64-80%), sedangkan
17,5-190 Cdan RH 53-58%) dan kondisi ruang simpan kulkas menunjukkan suhu
dan RH yang lebih rendah (suhu 1-40 C dan RH 49-69%) (Rahayu dan Widajati,
2007).
Siregar (2000), membedakan antara kondisi lingkungan yang
berikut:
lingkungan simpan 300 C dan 50%, maka kadar air maksimum untuk benih
serealia 12% dan benih berminyak 8%. Akan tetapi, pada kondisi
lingkungan simpan 200 C dan 60%, kadar air maksimum untuk benih-benih
lingkungan simpan 300 C dan 40%, kadar air serealia maksimum untuk
masing-masing jenis 200 C dan 50%, kadar air benih maksimum untuk
masing-masing jenis benih 12% dan 8%, sedangkan pada 10 0 C dan 60%,
kadar air benih maksimum untuk masing-masing jenis benih adalah 12%
dan 9%.
pasir, bak plastik, kantung plastik, kantung terigu, kantung bagor, oven, dan
timbangan Ohaus.
plastik pada kadarair <10% (A), benih disimpan didalam kantung plastik pada
kadarair 10 – 12% (B), benih disimpan di dalam kantung plastik pada kadar air
>12% (C), benih disimpan di dalam kantung terigu pada kadar air <10% (D),
benih disimpan di dalam kantung terigu pada kadarair 10 – 12% (E), benih
disimpan di dalam kantung terigu pada kadar air >12% (F), benih disimpan di
dalam kantung bagor pada kadarair <10% (G), benih disimpan di dalam kantung
bagor pada kadarair 10 – 12% (H), dan benih disimpan di dalam kantung bagor
pada kadar air >12% (I). Percobaan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut
benih kacang hijau yang akan diamati diturunkan kadar airnya terlebih dahulu
sehingga diperoleh tiga aras kadar air sesuai perlakuan, yaitu benih dengan kadar
air 9 –10% (9,4%), 10 – 12% (10,6%), dan 12 – 13% (12,9%). Selanjutnya benih
kacang hijau dimasukkan kedalam wadah kantung plastik, kantung terigu, dan
disimpan di ruang terbuka pada suhu 290 C dan kelembaban relatif 75% selama
tiga bulan. Benih setelah disimpan selama tiga bulan, diukur kadarairnya dengan
metode oven yaitu benih dioven pada suhu 103º C selama 17 jam.
Hasil pengukuran kadar awal benih kacang hijau sebelum disimpan untuk
masing-masing perlakuan adalah 9,4% untuk perlakuan kadar air <10%, 10,6%
untuk perlakuan kadar air 10 –12% dan 12,9% untuk perlakuan kadar air >12%.
kankadar air yang bervariasi antar jenis wadah yaitu antara 0,07–3,02%. H
Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan kadar air benih kacang hijau
yang disimpan dalam wadah kantung plastik lebih rendah dibandingkan dengan
benih yang disimpan dalam wadah kantung terigu dan kantung bagor Hal ini
walaupun kadar air awal tinggi yaitu >12%. Prinsip dasar pengemasan benih
adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih. Kemasan yang baik dan
tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga
wadah yang kedap udara seperti kantung plastik mampu melindungi benih dari
pengaruh lingkungan sekitarnya seperti kelembaban udara relatif dan suhu. Selain
Baco et al., (2000) mengatakan bahwa kadar air benih yang sama pad
digunakan dalam penyimpanan. Oleh karena itu, benih yang disimpan di ruang
terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor
setiap penurunan suhu ruang simpansebesar 5 °C atau setiap penurunan kadar air
benih 1%, maka umur simpan benih akan bertambah menjadi dua kali lipat.
dengan suhu 0– 30 °C, dan kadar air benih 4–14% (Kuswanto, 2003).
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman
Namanun pada tahung 2015 hingga 2018 produksi kacang hijau mulai menurun
sehingga perlu dilakukan upada dalam meningkatkan hal tersebut, salah satunya
dengan mempertahankan viabilitas dari kacang hijau tersebut. Adapun cara untuk
kelembaban nisbi lingkungan simpan 300 C dan 50%, untuk penyimpanan 18-24
bulan dengan temperatur dan kelembaban nisbi lingkungan simpan 30 0 C dan 40%
dan untuk penyimpanan 3-10 tahun dengan temperatur dan kelembaban nisbi
lingkungan simpan 100 C dan 45%. selain itu kacang hijau juga dapat disimpan
dalam kantong plastik yang kedap udara seperti Plastik PP (Poli propilene).
(ortodoks atau rekalsitran), daya kecambah dan vigor, kondisi fisik dan kadar air
benih awal serta tingkat kematangan benih. Faktor eksternal antara lain suhu dan
kelembaban ruang simpan, komposisi kimia benih dan kebersihan mikro flora.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F., Suryanto, A., Aini, N., & di Desa Kalianyar, K. K. (2013). Sistem
Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.)
Varietas Inpari 13 Cropping System And Seedling Age On Paddy (Oryza
Sativa L.) Inpary 13 Variety. Jurnal Produksi Tanam, 1(2).
Asni, H., Wagiran, H., Saripan, M. I., Ramli, A. T., & Yaakob, N. H. (2010, July).
Thermoluminescence Energy Response of Germanium Doped Optical
Fibre Using Monte Carlo N‐Particle Code Simulation. In AIP Conference
Proceedings (Vol. 1250, No. 1, pp. 420-423). American Institute of
Physics.
Baco, D., Yasin, M., Tandiabang, J., Saenong, S. dan Lando, T. (2000).
Penanggulangan Kerusakan Benih Jagungoleh Hama Gudang Sitophilus
zeamais dengan berbagai alat dan cara penyimpanan. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. 19 (1) : 1-5.
Barus, A. C., & Rica, V. (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
persistensi laba pada perusahaan manufaktur di bursa efek
indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 4(2), 71-80.
Bass, G. (2002). Victor's justice, selfish justice. Social Research: An International
Quarterly, 69(4), 1037-1046.
Chen, C. H. V., & Indartono, S. (2011). Study of commitment antecedents: The
dynamic point of view. Journal of business ethics, 103(4), 529-541.
Dinarto, W. (2010). Pengaruh Kadar Air Dan Wadah Simpan Terhadap Viabilitas
Benih Kacang Hijau Dan Populasi Hama Kumbang Bubuk Kacang Hijau
(Callosobruchus Chinensis L.) Jurnal AgriSains, 1(1).
Robi’in. (2007). Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruh
nyaterhadap Kadar Air Benih Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka.
BuletinTeknik Pertanian. 12 (1) : 7-9.
Suryanto, H. (2013). Pengaruh beberapa perlakuan penyimpanan terhadap
perkecambahan benih suren (Toona sureni). Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea, 2(1), 26-40.