Makalah Vigor Benih Kacang Hijau

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATAKULIAH INDUSTRI BENIH

Penanganan Benih Rekalsisteran Sehingga Dapat Disimpan


Dan Ditanam Untuk Menghasilkan Benih Kacang Hijau
Yang Memilki Viabilitas Tinggi

RICE PASORONG
E28122171

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2024
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman

terbesar ketiga setelah kedelai yang cukup penting dibudidayakan di Indonesia.

Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan produksi kacang hijau

menurun daritahun-ke tahun sehingga terjadinya ketidak seimbangan (Rukmana.,

2002). Produksi kacang hijau mengalami fluktuatif dari tahun 2015 – 2018.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2018), produksi kacang hijau di Indonesia

pada tahun 2015 sampai tahun 2018 mengalami penurunan. Kasus penurunan

produksi kacang hijau disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor lingkungan,

proses pemanenan, penyimpanan, lama periode simpan, dankemasan simpan.

Pada tahun 2015 produksi kacang hijau sebanyak 271,463 ton, tahun 2016

sebanyak 252,985 ton, tahun 2017 sebanyak 241,334 ton, dan 2018 sebanyak

234,718 ton.

Menurut Barus & Rica (2014), kacang hijau merupakan tanaman yang

lebih tahan terhadap kekeringan dibanding tanaman lainnya. Hama serta penyakit

yang menyerang relatif sedikit, bisa dipanen dengan umur genjah 55−60 hari.

Cara budidaya mudah serta harga jual relatif lebih tinggi dibandingkan kacang

lainnya.

Benih merupakan sarana yang sangat penting dalam proses produksi

tanaman dan mutu benih yang digunakan dalam usaha produksi tanaman

menentukan kualitas hasil. Benih kacang hijau seperti halnya benih-benih lain

dalam kelompok benih ortodoks tidak tahan disimpan lama dan mudah rusak
ataupun mutunya mudah untuk menurun apabila disimpan pada kadar air tinggi

dan pada ruang dengan kelembaban tinggi. Kerusakan tersebut dapat

mengakibatkan menurunnya mutu baik secara kuantitatif maupun kualitatif berupa

susut berat karena rusak, cacat, penurunan daya berkecambah, dan lain-lain

(Dinarto, 2010).

Proses penyimpanan berpengaruh terhadap mutu benih. Salah satu

teknikpenyimpanan benih dapat dilakukan dengan pengemasan, dimana mutu

benihdapat dijaga dengan pengemasan tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga

kualitas benih dari pengaruh faktor internal maupun eksternal (Anggriani et al.,

2013).

Bass (2002) mengungkapkan hubungan suhu dan kadar air benih, bahwa

setiap penurunan suhu sebesar 5◦C dan setiap penurunan kadar air benih 1%

maka masa hidup benih diperpanjang dua kalinya. Untuk melindungi benih

kacang hijau dari pengaruh kondisi lingkungan simpan yang tidak baik yaitu

kelembaban relatif dan suhu tinggi dapat dilakukan dengan cara mengeringkan

benih sampai kadar air tertentu yang aman untuk penyimpanan dan menyimpan

benih dalam wadah yang tepat (Dinarto., 2010).

Penggunaan bahan kemasan yang tepat juga dapat melindungi benih dari

perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembaban nisbi dan suhu. Kemasan

yang baik serta tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik

bagibenih, sehingga benih dapat disimpan lebih lama (Suryanto., 2013).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui faktor

apa saja yang mempengaruhi viabilitas benih kacang hijau dan bagaimana cara

menangani (metode yang digunakan) benih rekalsisteran terutama benih kacang

hijau agar dapat disimpan lama dan tetap memiliki viabilitas yang tinggi.

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Kacang Hijau Secara Umum

Benih kacang hijau tidak tahan disimpan lama dan mudah rusak. Apabila

disimpan pada kadar air tinggi atau disimpan pada ruang dengan kelembaban

tinggi dan suhu ruang simpan tinggi. Kerusakan tersebut mengakibatkan

menurunnya mutu baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang berupa susut

berat karena rusak, cacat, penurunan daya berkecambah. Juga melindungi benih

kacang hijau dari pengaruh kondisi lingkungan simpan yang tidak baik dilakukan

dengan cara mengeringkan benih sampai kadar air tertentu yang aman untuk

penyimpanan dan menyimpan benih dalam wadah yang tepat (Dinarto, 2010).

Selama periode penyimpanan ini benih akan mengalami kemunduran yang

menyebabkan penurunan kualitas benih. Pengemasan benih bertujuan untuk

melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan

kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam

penyimpanan dan pengangkutan (Suryanto, 2013).

Robi’in (2007) mengatakan bahwa penggunaan bahan kemasan yang tepat

dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu

kelembaban relatif dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan

ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan
lebih lama. Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan

viabilitas dan vigor benih. Oleh karena itu, benih yang disimpan dalam ruang

terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor

benih dapat dipertahankan.

2.2 Faktor Lingkungan Yang Dapat Mempengaruhi Penyimpanan

Faktor lingkungan simpan terdiri dari faktor abiotik dan biotik. Faktor

biotik meliputi benih, serangga gudang dan cendawan, sedangkan faktor abiotik

meliputi suhu, kelembaban, dan komposisigas. Copeland dan Donald (2002),

faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi

menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik

(ortodoks atau rekalsitran), daya kecambah dan vigor, kondisi fisik dan kadar air

benih awal serta tingkat kematangan benih. Faktor eksternal antara lain suhu dan

kelembaban ruang simpan, komposisi kimia benih dan kebersihan mikro flora.

Benih bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran

tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu

lingkungan dimana benih disimpan. Kemasan plastik PE (Polietilen) dapat

meningkatkan konsentrasi CO2 dan menurunkan konsentrasi O2, sehingga proses

kerusakan bahan dapat dihambat (Anggraini dan Sugiarti., 2018).

2.3 Metode yang Digunakan

2.3.1 Metode Penyimpanan Benih Dalam Ruangan

Penurunan mutu benih dapat diperlambat melalui metode penyimpanan

yang tepat. Penentuan metode penyimpanan yang menjadi pertimbangan utama

adalah daya simpan benih. Kadar air benih selama penyimpanan sangat
dipengaruhi oleh kondi siruang simpan. Benih bersifat higroskopis, sehingga

kadar air benih selalu mengadakan keseimbangan dengan kelembaban nisbi di

sekelilingnya. Jika kadar air benih lebih rendah dari tingkat keseimbangan

kelembaban nisbi, maka akan terjadi absorbsi uap air dari udara ruang simpan

benih ke dalam benih dansebaliknya (Asni., 2010).

Proses absorbsi uap air oleh benih dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

jenis kemasan simpan yang digunakan, varietas, umur atau lama simpan, kadar air

awal dan kelembaban relatif lingkungan simpan. Kelima faktor tersebut saling

berkaitan dalam mempengaruhi laju absorpsi uap air oleh benih (Hasbianto dan

Yasin., 2018). Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih

adalah antara 6-11% (Indartono, 2011). Penyimpanan benih pada ruang terbuka

akan mengakibatkan benih cepat mengalami kemunduran atau daya simpan

menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan kelembapan. Hal ini karena ruang

simpan terbuka berhubungan langsung dengan lingkungan di luar ruangan atau

melalui jendela dan ventilasi.

Penyimpanan benih pada kondisi terbuka memiliki kadar air rata-rata

talebih tinggi dibandingkan dengan kondisi terkendali (ruang AC dan kulkas). Hal

ini disebabkan karena pada kondisi terbuka selama penyimpanan menunjukkan

suhu dan RH yang cukup tinggi (suhu 26,5-310 C dan RH 64-80%), sedangkan

pada kondisiterkendali ruang AC menunjukkan suhu dan RH yang rendah (suhu

17,5-190 Cdan RH 53-58%) dan kondisi ruang simpan kulkas menunjukkan suhu

dan RH yang lebih rendah (suhu 1-40 C dan RH 49-69%) (Rahayu dan Widajati,

2007).
Siregar (2000), membedakan antara kondisi lingkungan yang

memungkinkan penyimpanan jangka pendek, menengah dan panjang sebagai

berikut:

 Penyimpanan Jangka Pendek (1-9 bulan), untuk penyimpanan jangka

pendek dikemukakan, apabila temperatur dan kelembaban nisbi

lingkungan simpan 300 C dan 50%, maka kadar air maksimum untuk benih

serealia 12% dan benih berminyak 8%. Akan tetapi, pada kondisi

lingkungan simpan 200 C dan 60%, kadar air maksimum untuk benih-benih

tersebut masing-masing 13% dan 9,5%.

 Penyimpanan Jangka Menengah (18-24 bulan) Penyimpanan jangka waktu

sedang, kondisi lingkungan simpan benih kacang hijau harus pada

temperatur kelembaban nisbi yang lebih rendah. Alternatif kondisi

lingkungan simpan 300 C dan 40%, kadar air serealia maksimum untuk

masing-masing jenis 200 C dan 50%, kadar air benih maksimum untuk

masing-masing jenis benih 12% dan 8%, sedangkan pada 10 0 C dan 60%,

kadar air benih maksimum untuk masing-masing jenis benih adalah 12%

dan 9%.

 Penyimpanan Jangka Panjang (3-10 tahun) Penyimpanan benih jangka

panjang memerlukan kondisi lingkungan simpan termperatur dan

kelembaban rendah. seperti untuk jangka simpanan 3-5 tahun, diperlukan

temperatur dan kelembaban nisbi 100 C dan 45%.

2.3.2 Metode Penyimpanan Benih Menggunakan Kemasan


Bahan dan alat yang digunakan adalah benih kacang hijau varietas Lugut,

pasir, bak plastik, kantung plastik, kantung terigu, kantung bagor, oven, dan

timbangan Ohaus.

Metode/perlakuan yang dilakukan yaitu benih disimpan di dalam kantung

plastik pada kadarair <10% (A), benih disimpan didalam kantung plastik pada

kadarair 10 – 12% (B), benih disimpan di dalam kantung plastik pada kadar air

>12% (C), benih disimpan di dalam kantung terigu pada kadar air <10% (D),

benih disimpan di dalam kantung terigu pada kadarair 10 – 12% (E), benih

disimpan di dalam kantung terigu pada kadar air >12% (F), benih disimpan di

dalam kantung bagor pada kadarair <10% (G), benih disimpan di dalam kantung

bagor pada kadarair 10 – 12% (H), dan benih disimpan di dalam kantung bagor

pada kadar air >12% (I). Percobaan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut

benih kacang hijau yang akan diamati diturunkan kadar airnya terlebih dahulu

sehingga diperoleh tiga aras kadar air sesuai perlakuan, yaitu benih dengan kadar

air 9 –10% (9,4%), 10 – 12% (10,6%), dan 12 – 13% (12,9%). Selanjutnya benih

kacang hijau dimasukkan kedalam wadah kantung plastik, kantung terigu, dan

kantung bagor masing-masing sebanyak 250 g. Benih yang sudah dikemas

disimpan di ruang terbuka pada suhu 290 C dan kelembaban relatif 75% selama

tiga bulan. Benih setelah disimpan selama tiga bulan, diukur kadarairnya dengan

metode oven yaitu benih dioven pada suhu 103º C selama 17 jam.

Hasil pengukuran kadar awal benih kacang hijau sebelum disimpan untuk

masing-masing perlakuan adalah 9,4% untuk perlakuan kadar air <10%, 10,6%
untuk perlakuan kadar air 10 –12% dan 12,9% untuk perlakuan kadar air >12%.

Tiga bulan setelah penyimpanan, semuabenihkacang hijau mengalami kenai

kankadar air yang bervariasi antar jenis wadah yaitu antara 0,07–3,02%. H

Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan kadar air benih kacang hijau

yang disimpan dalam wadah kantung plastik lebih rendah dibandingkan dengan

benih yang disimpan dalam wadah kantung terigu dan kantung bagor Hal ini

menunjukkan bahwa wadah kantug plastik mampu melindungi benih dari

pengaruh kelembaban udara sekitarnya lebih baik dibandingkan kantung terigu

dan kantung bagor.

Penggunaan kantung plastik sebagai wadah penyimpanan benih kacang

hijau mampu mempertahankan dayaberkecambah benih tetap tinggi (91,75%),

walaupun kadar air awal tinggi yaitu >12%. Prinsip dasar pengemasan benih

adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih. Kemasan yang baik dan

tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga

benih dapat disimpan lebih lama (Robi’in,2007). Penyimpanan benih dengan

wadah yang kedap udara seperti kantung plastik mampu melindungi benih dari

pengaruh lingkungan sekitarnya seperti kelembaban udara relatif dan suhu. Selain

itu wadah penyimpanan yang kedap udara mengurangi tersediaan oksigen

sehingga menghambat aktivitas respirasi benih.

Baco et al., (2000) mengatakan bahwa kadar air benih yang sama pad

aawal penyimpanan dapat bervariasi selama penyimpanan, bergantung pada

kelembaban ruang simpan dan kekedapa nbahan pengemas (wadah) yang

digunakan dalam penyimpanan. Oleh karena itu, benih yang disimpan di ruang
terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor

benih dapat dipertahankan (Robi’in, 2007).

Bahan kemasan lain yang sering digunakan adalah Plastik PP (Poli

propilene), memiliki ketahanan yang baik. Hukum Harrington menyatakan bahwa

setiap penurunan suhu ruang simpansebesar 5 °C atau setiap penurunan kadar air

benih 1%, maka umur simpan benih akan bertambah menjadi dua kali lipat.

Hukum ini berlaku apabila kelembaban relatif ruang penyimpanan 15–70%,

dengan suhu 0– 30 °C, dan kadar air benih 4–14% (Kuswanto, 2003).
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman

terbesar ketiga setelah kedelai yang cukup penting dibudidayakan di Indonesia.

Namanun pada tahung 2015 hingga 2018 produksi kacang hijau mulai menurun

sehingga perlu dilakukan upada dalam meningkatkan hal tersebut, salah satunya

dengan mempertahankan viabilitas dari kacang hijau tersebut. Adapun cara untuk

mempertahan viabilitas kacang hijau yaitu dengan menyesuaikan suhu

ruangan/lingkungan seperti untuk penyimpanan 1-9 bulan dengan temperatur dan

kelembaban nisbi lingkungan simpan 300 C dan 50%, untuk penyimpanan 18-24

bulan dengan temperatur dan kelembaban nisbi lingkungan simpan 30 0 C dan 40%

dan untuk penyimpanan 3-10 tahun dengan temperatur dan kelembaban nisbi

lingkungan simpan 100 C dan 45%. selain itu kacang hijau juga dapat disimpan

dalam kantong plastik yang kedap udara seperti Plastik PP (Poli propilene).

Viabilitas dapat dipengaruhi oleh Faktor internal mencakup sifat genetik

(ortodoks atau rekalsitran), daya kecambah dan vigor, kondisi fisik dan kadar air

benih awal serta tingkat kematangan benih. Faktor eksternal antara lain suhu dan

kelembaban ruang simpan, komposisi kimia benih dan kebersihan mikro flora.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F., Suryanto, A., Aini, N., & di Desa Kalianyar, K. K. (2013). Sistem
Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.)
Varietas Inpari 13 Cropping System And Seedling Age On Paddy (Oryza
Sativa L.) Inpary 13 Variety. Jurnal Produksi Tanam, 1(2).
Asni, H., Wagiran, H., Saripan, M. I., Ramli, A. T., & Yaakob, N. H. (2010, July).
Thermoluminescence Energy Response of Germanium Doped Optical
Fibre Using Monte Carlo N‐Particle Code Simulation. In AIP Conference
Proceedings (Vol. 1250, No. 1, pp. 420-423). American Institute of
Physics.
Baco, D., Yasin, M., Tandiabang, J., Saenong, S. dan Lando, T. (2000).
Penanggulangan Kerusakan Benih Jagungoleh Hama Gudang Sitophilus
zeamais dengan berbagai alat dan cara penyimpanan. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. 19 (1) : 1-5.
Barus, A. C., & Rica, V. (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
persistensi laba pada perusahaan manufaktur di bursa efek
indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 4(2), 71-80.
Bass, G. (2002). Victor's justice, selfish justice. Social Research: An International
Quarterly, 69(4), 1037-1046.
Chen, C. H. V., & Indartono, S. (2011). Study of commitment antecedents: The
dynamic point of view. Journal of business ethics, 103(4), 529-541.
Dinarto, W. (2010). Pengaruh Kadar Air Dan Wadah Simpan Terhadap Viabilitas
Benih Kacang Hijau Dan Populasi Hama Kumbang Bubuk Kacang Hijau
(Callosobruchus Chinensis L.) Jurnal AgriSains, 1(1).
Robi’in. (2007). Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruh
nyaterhadap Kadar Air Benih Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka.
BuletinTeknik Pertanian. 12 (1) : 7-9.
Suryanto, H. (2013). Pengaruh beberapa perlakuan penyimpanan terhadap
perkecambahan benih suren (Toona sureni). Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea, 2(1), 26-40.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy