TPP - Acara 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PASCA PANEN


II. PEMBUATAN SIMPLISIA

Oleh:
Nama : Ariyati Salsabila M
NIM : 220311100035
Shift : A (Kamis, 09.00 – 12.00)
Asisten : Sintia Lestari

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2024
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki potensi


besar menghasilkan berbagai komoditas hortikultura. Untuk meningkatkan nilai
jual berbagai komoditas tersebut perlu adanya penanganan produk, mulai dari
tahap pemanenan, pengumpulan, hingga pasca panen, harus diperhatikan dengan
saksama. Banyak produk hortikultura yang akan di ekspor keluar negeri, tetapi
banyak juga produk tersebut ditolak dengan alasan berbagai macam. Salah satu
produk pertanian yang dihasilkan di Indonesia adalah jagung, kacang tanah dan
beras (Lutfia, 2022).

Produksi bahan pangan secara besar pun memiliki kendala yaitu


pengolahan hasil pasca panen. Pengolahan hasil pasca panen dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas dari produk pasca panen itu sendiri. Sehingga harus
dilakukan Tindakan yang sesuai agar produk pasca panen terjaga kualitas dan
kuantitasnya. Alah satu Tindakan pasca panen yang dapat dilakukan untuk
menjaga kualitas dan kuantitas produk pasca panen adalah pengeringan
(Sembiring et al., 2022).

Pengeringan merupakan proses yang dilakukan untuk mengurangi kadar


air pada produk pasca panen, sehingga produk pasca panen dapat disimpan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Pada praktikum acara ini akan dilakukan
pengamatan terhadap kadar air produk pasca panen lalu dikeringkan dan diamati
perubahan yang terjadi. Produk pasca panen yang akan digunakan diantaranya
adalah jagung (Anggarani et al., 2019).

1.2 Tujuan Praktikum

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari kegiatan praktikum ini
adalah:

1. Mengetahui kadar air dari beberapa produk pasca panen yang


diperdagangkan dalam kondisi kering.
2. Membandingkan kadar air antara produk segar dab produk kering dari
spesies tanaman yang sama
3. Membandingkan daya simpan antara produk kering dan segar spesies
tanaman yang sama
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan dapat diartikan sebagai usaha mengurangi kadar air bahan


sampai batas aman untuk disimpan. Proses pengeringan merupakan proses
penghantaran panas dan massa dengan perpindahan dari cairan bahan menjadi uap
dan dihantarkan ke udara, sehingga disamping perpindahan massa dalam bahan
oleh perbedaan tekanan uap atau konsentrasi lengas, juga lengas dalam bahan
pindah karena perbedaan suhu. Pengeringan menghilangkan kadar air, pengerutan
makanan dan pengurangan ukuran sehingga akan menjadikan produk lebih ringan
dan mudah untuk disimpan (Sapitri et al., 2022).

Pengeringan adalah proses pengurangan kandungan air suatu bahan hingga


mencapai jumlah tertentu. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air
pada bahan sampai batas di mana perkembangan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat. Pengeringan dapat berlangsung dengan
baik, jika pemanasan terjado pada setiap tempat dari bahan tersebut dan uap air
yang diambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Suhu udara pengering
akan mempengaruhi laju penguapan air bahan dan mutu pengeringan. Semakin
tinggi suhu udara dan makin besar perbedaan suhu, maka laju pengeringan makin
cepat (Pranoto, 2024).

Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan hingga


mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat
aktifitas bilogis dan kimia. Beberapa factor yang mempengaruhi kecepatan
pengeringan yaitu suhu dan kelembaban udara lingkungan, kecepatan aliran udara
lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, besarnya persentase kandungan air,
daya pengering, efesiensi mesin pengering dan kapasitas pengeringnya. Pada saat
proses pengeringan suatu bahan, perpindahan bahan dari massa bahan ke udara
berlanngsung dalam bentuk uap atau terjadi pengeringan pada permukaan bahan
(Ramdhini, 2023).

Proses pengeringan terdapat keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari


pemakaian teknologi pengeringan pada sayur dan buah antara lain: bahan menjadi
lebih awet, volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi
berkurang sehingga memudahkan pengangkutan dengan demikian diharapkan.
biaya produksi menjadi lebih murah. Sedangkan sisi kerugiannya antara lain:
terjadinya perubahan sifat fisik seperti pengerutan, perubahan warna, kekerasan
dan sebagainya. Perubahan kualitas kimia antara lain: penurunan kandungan
vitamin C maupun terjadinya pencoklatan demikian pula kualitas organoleptisnya.

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji bijian
yang sudah cukup lama dikenal di Indonesia, terutama di daerah dataran rendah.
Jagung termasuk tanaman berakar serabut dengan bentuk batang silinder dan
beruas ruas. Daun tanaman jagung memanjang dan keluar dari buku buku ruas
batang. Bunga jagung meruapakan bunga tidak lengkao, dimana bunga betina dan
jantan terpisah akan tetapi masih dalam satu batang. Penyerbukan dilakukan
dengan bantuan angin dan terkadang serangga.
III. METODE PRAKTIKUM

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum Teknologi Pasca Panen
tentang "Pengeringan Produk Pasca Panen" adalah biji jagung, cawan (crucible)
porselin dengan penutup, kertas label dan oven.

3.2 Prosedur Kerja

Berikut langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum:

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Menimbang kunyit dan jahe sebagai berat awal
3. Mencuci bersih kunyit dan jahe
4. Menyiapkan larutan citrun 300ml untuk jahe
5. Melarutkan 25gr citrun dalam 1 liter air dengan 300ml larutan citrun untuk
jahe
6. Menimbang kembali kunyit dan jahe setelah dicuci bersih
7. Mengiris tipis jahe dan kunyit settebal 2-5mm
8. Merendam jahe selama 30 menit dengan larutan citrun 300ml yang telah
disiapkan
9. Perlakuan kunyit tidak direndam (perlakuan kontrol)
10. Meniriskan jahe yang telah direndam 30 menit
11. Meletakkan kunyit dan jahe di baki plastik
12. Menimbang kembali jahe yang telah direndam
13. Mengeringkan kunyit dan jahe selama 2 minggu
14. Menimbang kembali kunyit dan jahe yang sudah kering
15. Mengamati warna, bau, rasa, dan tekstur pada kunyit maupun jahe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
4. 1.1 Tabel Hasil Pengamatan
1. Tabel Data Shift A

Nama Perlakuan Berat Warna Bau Rasa Tekstur kekeras


rimpang kering an

1 (rendam 11,22 Kuning Kurang Tidak Halus Lunak


Kunyit 30 menit) gram muda menyengat terasa
2 (rendam 7,29 Pucat Bau Kurang Sedikit Sedikit
20 menit) gram menyengat terasa kasar lunak
3 (rendam 9,48 Kuning Sedikit Sangat Kasar Keras
10 menit) gram menyengat terasa
4 (kontrol) 14,15 Kuning Bau Sangat Kasar Keras
gram pucat sangat terasa
menyengat
1 (rendam 19,06 Putih Sangat Sangat Sedikit Keras
Jahe 30 menit) gram sedikit menyengat terasa kasar
kuning
2 (rendam 28,47 Putih Menyengat Pedas Kasar Lunak
20 menit) gram
3 (rendam 34,16 Putih Sedikit Sedikit Sedikit Lunak
10 menit) g pucat menyengat terasa halus
4 (rendam 28,45 Putih Kurang Kurang Kasar Sedikit
30 menit) gram pucat menyengat terasa keras

2. Tabel Data Shift Lain

Nama Perlakuan Shif+Kelompok Berat kering


Rimpang
Rendam 30 menit Shift B kelompok 1 16,02 g
Kunyit Shift C kelompok 2 38,96 g
Rendam 10 menit Shift D kelompok 3 30,69 g
Kontrol Shift B kelompok 1 25,37 g
Jahe Shift C kelompok 2 18,25 g
Rendam 20 menit Shift D kelompok 3 24,97 g

4. 2 Pembahasan
4. 2.1 Penjelasan Simplisia
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan dalam
memproduksi obat-obatan dan tanpa melewati proses apapun.
Simplisia berperan dalam pembuatan obat-obatan tradisional.
Simplisia umumnya berbentuk bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia biasa digunakan untuk memperpanjang umur
penyimpanan bahan baku tanpa mengurangi kualitasnya. Simplisia
dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan mineral.
Simplisia hewani dibuat dengan bahan dasar dari hewan utuh.
Simplisia pelikan atau mineral dibuat dengan bahan dasar pelikan.
Simplisia nabati dibuat dengan bahan dasar tanaman atau tumbuh
tumbuhan (Kurniawan, 2022).
Pembuatan simplisia berhubungan dengan penggunaanyaa
sebagai obat sehingga banyak digunakan oleh masyarakat.
Simplisia memiliki tahapan dalam pembuatannya. Tahapan
simplisia yaitu pencucian, sortasi, perajangan, pengeringan, sortasi
kering, dan penyimpanan. Pencucian simplisia bertujuan unyuk
menghilangkan kotoran yang terdapat pada bahan yang akan
digunakan. Hasil panen tanaman obat untuk simplisia harus segera
dikeringkan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air,
untuk menjamin dalam penyimpanan. Penyimpanan menjadi
tahapan terakhir yang dilakukan untuk mempertahankan mutu
simplisia dalam kurun waktu tertentu (Syamsul dan Jubaidah,
2020).

4. 2.2 Interpretasi Hasil


Dari perlakuan jahe kelompok 1 didapatkan berat kering
sebesar 19,06 gram dengan warna putih sedikit kuning, bau sangat
menyengat, rasa yang kuat, tekstur sedikit kasar dan keras.
Perlakuan jahe kelompok 2 rendam 20 menit didapati berat kering
sebesar 28, 47 gram dengan warna putih, bau menyengat, rasa
pedas, tekstur kasar dan kekerasan keras. Perlakuan kelompok 3
rendam 20 menit didapati berat kering sebesar 34,16 gram dengan
warna putih pucat, bau sedikit menyengat, rasa sedikit terasa,
tekstur sedikit halus dan kekerasan lunak. Perlakuan kelompok 4
rendam 30 menit didapati berat kering 28,45 gram dengan warna
putih pucat, bau kurang menyengat, rasa kurang terasa, tekstur
kasar dengan kekerasan sedikit keras.
Tabel pengamatan data pada shift lain didapati hasil yang
berbeda. Perlakuan kunyit dengan berat kering tertinggi didapati
pada kelompok 2 shift c sebesar 38,96 gram. Perlakuan jahe
dengan berat kering tertinggi didapati pada kelompok 1 shift b
sebesar 25,37 gram. Perlakuan jahe dengan berat kering terendah
didapati pada kelompok 2 shift c sebesar 18,25 gram. Perlakuan
kunyit dengan berat kering terendah didapati pada kelompok 1
shift b sebesar 16,02 gram. Hasil berat kering yang berbeda dapat
disebabkan oleh perlakuan yang berbeda. Arah irisan simplisia dan
luas permukaan juga berpengaruh terhadap berat kering simplisia
sehingga pembuatan simplisia harus mengikuti standart mutu yang
telah ditetapkan (Rosmayati et al., 2023).
V. PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Simplisia merupakan bahan campuran obat alami yang belum
dilakukan proses pengolahan apapun. Simplisia dapat digolongkan dalam
3 jenis diantaranya, berupa simplisia nabati, hewani, dan mineral.
Perlakuan kunyit dengan berat kering tertinggi pada kelompok 2 shift c
sebesar 38,96 gram. Perlakuan kunyit dengan berat kering terendah pada
kelompok 1 shift b sebesar 16,02 gram. Hasil berat kering yang berbeda
beda salah satunya dapat disebabkan oleh arah irisan simplisia yang
berbeda.

5. 2 Saran
Jalannya praktikum sudah cukup baik dan asisten praktikum sudah
sangat baik dalam menjelaskan materi. Praktikan diharapkan lebih tertip
lagi pdalam pertemuan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anggarani, M., Purnama, E. R., dan Sulistyowati, R. (2019). Penerapan Teknologi


Produksi Simplisia Empon-Empon, Kelompok Tani Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Jurnal ABDI: Media Pengabdian
Kepada Masyarakat, 5(1), 1-5.

Kurniawan, S., Windasari, P. P., dan Septianingrum, N. M. A. N. (2022).


Pencegahan Obat Ilegal dengan Mengenal Logo Obat Tradisional dan
Pembuatan Simplisia. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 6(3), 362-369.

Lutfiah, L. (2022). Aplikasi Kamus Simplisia Dan Resep Obat Tradisional


(Sidota) Berbasis Android. Jurnal Sains dan Informatika, 8(1), 61-69.

Pranoto, M. E. (2024). Identifikasi Kandungan Flavonoid Pada Simplisia Herba


Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata) Secara Makroskopis Dan
Mikroskopis. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(1),
11492-11499.

Ramdhini, R. N. (2023). Standardisasi Mutu Simplisia Dan Ekstrak Etanol Bunga


Telang (Clitoria Ternatea L.). Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 13(1), 32-38.

Rosmayati, J., Wandira, A., Cindiansya, C., Anandari, R. F., Naurah, S. A., dan
Fikayuniar, L. (2023). Menganalisis Pengujian Kadar Air Dari Berbagai
Simplisia Bahan Alam Menggunakan Metode Gravimetri. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, 9(17), 190-193.

Sapitri, A., Asfianti, V., dan Marbun, ED (2022). Pengelolaan Tanaman Herbal
Menjadi Disederhanakan Seperti halnya Pengobatan Tradisional. Jurnal
Abdimas Mutiara , 3 (1), 94-102.

Sembiring, B. S. B., Fanani, M. Z., dan Jumiono, A. (2022). Pengaruh Teknologi


Pengeringan Terhadap Mutu Simplisia Seledri. Jurnal Ilmiah Pangan
Halal, 4(2), 1-6.
Syamsul, E. S., dan Jubaidah, S. (2020). Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Pidada Merah (Sonneratia
caseolaris L). Jurnal Riset Kimia, 6(3), 184-190.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy