Laporan Praktikum Lemak Dan Minyak Makan 8
Laporan Praktikum Lemak Dan Minyak Makan 8
Laporan Praktikum Lemak Dan Minyak Makan 8
kapang, jamur, dan bakteri yang menyebabkan pembusukan tidak dapat tumbuh
(Henderson dan Perry, 1976). Pengeringan adalah proses pengeluaran kadar air
untuk memperoleh kadar air yang aman untuk penyimpanan (Winarno et al.,
1980). Tujuan Pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas
dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti.Pengeringan merupakan
pengolahan dasar yang sering dilakukan terhadap rempah - rempah. Pada
kebanyakan jenis rempah - rempah, cara pengeringan dihadapkan pada faktor
pembatas tingginya suhu karena rempah - rempah mengandung aroma yang
mudah menguap. Oleh karena itu, perlakuan tertentu diperlukan untuk
mempercepat pengeringan.
Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan
dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat
ruang pengangkutan dan pengepakan. Di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat
asli bahan mengalami perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan
tambahan sebelum digunakan yaitu rehidrasi (Muchtadi 1989). Sampel yang
digunakan pada praktikum ini adalah jahe, kunyit, lengkuas, dan kencur. Adapun
perlakuan yang dilakukan terhadap masing-masing sampel adalah tanpa
perlakuan, blansing dengan air, blansing dengan Na-Metabisulfit 0.1%, dimasak
sampai lunak dalam air, dan dimasak sampai lunak + perendaman na-metabisulfit
0,1%. Berikut ini merupakan hasil pengamatan dari pengeringan rempah.
Berat (g)
15,5873
%rendemen
-
16,8302
8,4982
18,0860
15,5800
Berat (g)
2,9868
3,1808
%rendemen
19,1618
18,8994
21,3375
1,8133
2,8622
2.7619
17,5893
17,7272
%rendemen
-
%rendemen
15,9353
21,16
18,13
19,59
19,01475
Kunyit merupakan tanaman dari family jahe dengan nama latin Curcuma
longa Koen atau Curcuma domestica Val. Senyawa utama yang terkandung dalam
rimpang kunyit adalah senyawa kurkuminoid yang memberi warna kuning pada
kunyit. Kurkuminoid ini (kebanyakan berupa kurkumin) menjadi pusat perhatian
para peneliti yang mempelajari keamanan, sifat antioksidan, antiinflamasi, efek
pencegah kanker, ditambah kemampuannya menurunkan resiko serangan jantung.
Kunyit mempunyai banyak kandungan kimia, diantaranya minyak atsiri sebanyak
6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi
zingiberen, alfa dan beta turmeron), zat warna kuning yang disebut kurkuminoid
dalam
divisi
pteridophyta,
sub
divisi
Angiospermae,
kelas
%rendemen
-
%rendemen
7.902
7.624
7.780
4.984
4.862
Warna
Sebelum Pengeringan
Aroma
Tekstur
Berat (g)
%rendemen
Kuning
pucat
Putih
kekuningan
Khas
kencur
Khas
kencur ++
Keras +
14,1614
Keras +
12,8767
Kuning
pucat +
Kuning
pucat +
Khas
Kencur +
Khas
kencur ++
Keras +
28,8618
Keras +
12,3366
Setelah Pengeringan
Aroma
Tekstur
Berat (g)
%rendemen
Kering,
rapuh
Keras ++
2,4857
17,55
3,2419
25,18
Keras +4
6,7763
23,48
Keras +3
2,5972
21,05
Warna
Kuning
Khas
kehijauan+4 kencur +4
Kuning
Khas
kecoklatan
kencur +
Kuning
pucat +3
Khas
Kencur
+2
Khas
kencur +
Dimasak dan
Kuning
direndam Napucat +2
metabisulfit
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
lebih efektif. Tekstur yang dihasilkan keras. Lengkuas dengan perlakuan direbus
hingga lunak memiliki warna akhir kecokelatan, aroma khas lengkuas dengan
tekstur keras mudah dipatahkan. Perebusan hingga lunak ini menyebabkan
kerusakan pada jaringan lengkuas sehingga ketika dilakukan pengeringan maka
memerlukan waktu yang cukup lama karena jaringan yang rusak akan terisi
banyak oleh air rebusan. Sedangkan perlakuan terakhir yaitu diblansing hingga
lunak kemudian direndam dengan larutan na-bisulfit menyebabkan aroma
lengkuas menjadi sedikit tercium.
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan terbaik pada lengkuas adalah
perlakuan diblansing larutan na-bisulfit karena selain menghasilkan warna yang
baik juga dapat mempertahankan aroma lengkuas yang dihasilkan, serta rendemen
yang diperoleh juga cukup tinggi.
Kesimpulan keseluruhan perlakuan pendahuluan yang terbaik pada kencur
adalah sama dengan perlakuan pada lengkuas yaitu yang diblansing air menidih
selama 3 menit kemudian di rendam larutan na-bisulfit karena warna yang
dihasilkan lebih baik dan aromanya pun masih dapat dipertahankan. Selain itu,
rendemen yang dihasilkan lebih besar dibandingkan kencur yang lain.
5.2 Penggilingan dan Penepungan
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat
halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian,
rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati
misalnya tepung terigu dari gandum, tapioca dari singkong, maizena dari jagung
atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan.
Pada praktikum kali ini, sampel (jahe dan kunyit) yang telah mengalami
proses pengeringan sebelumnya dilanjutkan kepada proses selanjutnya yaitu
proses penggilingan menggunakan alat yang disebut dengan grinder hingga
didapatkan tepung jahe dan tepung kunyit yang halus kemudian dikemas dengan
plastik. Produk ini biasa digunakan untuk bumbu masakan dan bahkan sebagai
bahan minuman. Hasil penepungan rempah dapat dilihat pada tabel .
Berat Setelah
Digiling (g)
3,3566
3,0721
1,6213
3,0438
2,7953
Berat Setelah
Digiling (g)
5,1651
5,0204
6,3092
5,0258
3,4440
Krem
muda
Khas
lengkuas + 3
Blansing
Krem
Khas
Nakecoklatan lengkuas + 4
Metabisulfit
0,1% (3
menit)
Dimasak
Krem
Khas
sampai
keabuan
lengkuas +2
lunak
dengan air
mendidih
Dimasak
Krem
Khaslengkuas
sampai
agak putih
+1
lunak
dengan air
mendidih +
Na
Metabisulfit
0,1% ( 1
menit)
Sumber :DokumentasiPribadi (2014)
Tabel 4.PengamatanBeratKencur
Perlakuan
Warna
Tanpaperlakuan
Kuning + 1
Tekstur
Berat(g)
Rendemen(%)
Kasar W1=2,1171
R1=89,31
+3
W2=1,7908
R2=65,08
W3=1,1655
Halus
W1=3,238
R1=92,49%
+2
W2=3,6295 R2=89,78%
W3=3,525
Halus W1=4,5912
R1=98,71
+1
W2=4,531
R2=82,75
W3=3,7991
Kasar
+2
W1=1,103
W2=1,0133
W3=0,7497
R1=91,3 %
R2=73,98
Kasar
+1
W1=2,8497
W2=2,8493
W3=2,0487
R1=99,98
R2=71,89
Aroma
Tekst
ur
Berat(g)
Rendemen
(%)
Khasken
cur + 3
Halus
+3
W1=1,6
051
W2=1,2
942
W3=1,0
387
R1=80,63
R2=64,712
Kuningkehij
auan
Khasken
cur + 4
Halus
+3
W1=2,4
857
W2=2,4
682
W3=2,1
19
R1=99,29
R2=85,00
Perlakuan
Warna
Aroma
Tekst
ur
Berat(g)
Rendemen
(%)
Kuning + 3
Khasken
cur + 4
Halus
+2
W1=3,2
542
W2=2,7
931
W3=1,7
060
R1=85,83
R2=52,42
Dimasaksampailunak
dengan air mendidih
Kuning +
Khasken
cur + 3
Halus
+4
W1=6,7
763
W2=5,3
633
W3=5,3
407
R1=79,15
R2=78,81
Dimasaksampailunak
dengan air mendidih
+ Na Metabisulfit
0,1% ( 1 menit)
Kuning +
Khasken
cur + 5
Halus
+3
W1=2,5
972
W2=2,6
504
W3=2,3
265
R1=102,05
R2=89,58
yang rusak selama proses penepungan menyebabkan senyawa volatil keluar dari
jaringan sel, hal ini membutuhkan teknik penyimpanan yang baik untuk
menghindari kehilangan dari senyawa volatil tersebut sehingga lama - kelamaan
aromanya berkurang. Penepungan rempah mengakibatkan penurunan berat
setelahnya. Hal ini disebabkan adanya rempah yang tidak dapat halus sempurna.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu:
Karakteristik organoleptik rempah kering mencakup warna dan aroma
terbaik didapatkan pada temu kunci dan kencur yang mengalami proses
pendahuluan diblansing air mendidih dan direndam larutan na-bisulfit.
Warna yang dihasilkan lebih terang dan aromanya tetap bisa dipertahankan.
Berat setelah pengeringan untuk semua jenis rempah yang dikeringkan
pada praktikum ini, yaitu jahe, kunyit, lengkuas dan kencur mengalami
DAFTAR PUSTAKA
Arie, A., F.N Aisa., Pratama., dan F. Fadlila. Manisan Bengkuang. Available at
www. warintek.progessio.or.id. (diakses pada tanggal 15 November 2014
pukul 22.57 WIB).
Buckle, K.A., R.A. Edwards., G.H. Fleet., dan M. Wootton. 1985. Ilmu Pangan.
Penerjemah : Hari Purnomo dan Andiono. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Kuwara, S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Maroto, D.M.C., M.S. Perez-Coello., dan M.D. Cabezudo. 2002. Effect of
Different Drying Methods on the Volatile Components of Parsley
(Petroselinum crispum L.). Eur Food Res Technol.
Susanto, T dan B. Saneto. 1994. Teknologi Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.