KTI Mauliza (Untuk Konsul), WKWKWKWK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG


KARTU MENUJU SEHAT (KMS)

Oleh:
MAULIZA
NPM:

YAYASAN PENDIDIKAN IBNU SINA KOTA SABANG


AKADEMI KEPERAWATAN IBNU SINA
KOTA SABANG
2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa balita merupakan masa pembentukan dan perkembangan manusia,

pada usia ini merupakan fase rawan karena balita sangat peka terhadap

gangguan pertumbuhan serta bahaya yang menyertainya. Masa balita disebut

juga sebagai masa keemasan dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan

keindraan, berpikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang

intensif dan awal pertumbuhan moral (Rosidah & Harsiwi, 2017).

Fase terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah masa

bayi dan balita karena pada masa itulah saat paling penting bagi orang tua dalam

membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan buah hati. Proses

pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita merupakan proses

yang teramat penting dalam menentukan masa depan anak baik secara fisik,

mental maupun perilaku (Maryunani, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil dari kata “tahu” yang memiliki arti kata

lain mengerti ataupun memahami, maka setelah memahami maka akan

memunculkan objek tertentu. Ilmu pengetahuan merupakan hal yang harus

dikumpulkan, diteliti dan dikembangkan dengan segala upaya untuk

menggambarkan serta mengembangkan sesuatu dalam hubungan yang logis dan

terorganisir untuk membentuk sistem yang utuh dan terpadu. Proses ini bisa

diperoleh dengan pendekatan metodologi ilmiah baik bersifat kuantitatif,

1
2

kualitatif dan investigasi untuk mendapatkan fenomena alam atau gejala sosial

tertentu (Masturoh & Anggita, 2018).

Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (open behavior). Berdasarkan pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan jauh lebih

baik daripada yang tidak didasari dengan pengetahuan (Wawan & Dewi, 2016).

Dalam hal ini, pengetahuan sangat berkaitan dengan pendidikan kesehatan,

dimana pendidikan merupakan suatu cara menunjang program kesehatan yang

dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan dalam waktu

yang pendek (Ribek, Ai & Martha, 2017).

Tumbuh kembang merupakan proses yang kontinyu yang dimulai sejak

dalam kandungan sampai dewasa. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak, selain faktor genetik juga faktor lingkungan. Lingkungan yang

menunjang akan mengoptimalkan potensi yang dipunyai oleh seorang anak.

Dalam hal ini, pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan secara rutin antara

lain dengan penggunaan KMS untuk memantau pertumbuhannya

(Soetjiningsih, 2012).

Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi masalah status tumbuh

kembang bayi maupun balita adalah mengembalikan fungsi Posyandu dan

meningkatkan partisipasi masyarakat dan keluarga memantau pertumbuhan dan

menanggulangi secara dini balita gangguan pertumbuhan melalui kegiatan

penimbangan di Posyandu. Pemantauan pertumbuhan adalah rangkaian

kegiatan utama program perbaikan gizi, upaya pencegahan dan peningkatan


3

keadaan gizi balita. Pemantauan pertumbuhan adalah rangkaian kegiatan

penilaian pertumbuhan balita secara teratur melalui penimbangan setiap bulan,

pengisian dan penilaian hasil penimbangan berdasarkan Kartu Menuju Sehat

(KMS) (Rahmad, 2018).

Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk

mengetahui adanya hambatan pertumbuhan secara dini. Pertumbuhan balita

dapat diketahui dari penimbangan setiap bulan sangat diperlukan. Pemantauan

pertumbuhan saat ini merupakan kegiatan utama posyandu yang jumlahnya

mencapai lebih dari 260.000 yang tersebar di seluruh Indonesia. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74,5%

(sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali dalam 6 bulan terakhir,

60,9% diantaranya lebih dari 4 kali. Sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita

memiliki Kartu Menuju Sehat (Depkes RI, 2009).

Pada saat kelahiran sampai umur delapan bulan pertumbuhan pada balita

umumnya terjadi dengan sangat cepat, tetapi setelah umur delapan bulan dan

kira-kira sampai umur dua tahun maka proses pertumbuhannya mulai

melambat. Akan tetapi, pada saat si anak sudah mencapai umur dua tahun maka

pertumbuhannya akan mulai kembali cepat (Rahayu, 2008).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

155/Menkes/Per/I/2010, menyatakan bahwa KMS (Kartu Menuju Sehat)

merupakan media pencatatan perkembangan melalui kurva pertumbuhan

normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang

dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Dengan KMS gangguan pertumbuhan


4

atau risiko kelainan tumbuh kembang dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat

diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih

cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Fungsi dari KMS yaitu sebagai

alat untuk memantau pertumbuhan anak dan sebagai catatan pelayanan

kesehatan anak. Hal ini membuat KMS wajib dibawa orang tua setiap kali

berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2010).

KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an sebagai sarana

utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah

serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara

teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS

menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan

dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil

pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan

tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Kemenkes RI, 2010).

KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak

berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. KMS bisa

dikatakan sebagai rapor kesehatan dan gizi pada balita dan juga sebagai alat

yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak kepada ibunya. Aktivitas

pemantauan meliputi menimbang dan mencatat serta menginterpretasikan

tumbuh kembang anak kepada ibunya sehingga ibu memahami bahwa

pertumbuhan anak dapat diamati dengan menimbang teratur setiap bulan

(Hariani, Amareta, & Suryana, 2016).


5

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tulu (2018) bahwa tingkat

pengetahuan ibu balita tentang isi KMS masih kurang sebesar 96,1%. Hal ini

bisa disebabkan karena semakin meningkatnya taraf pendidikan dan

keterampilan wanita Indonesia serta berkembangnya perekonomian di negara

Kita, maka semakin banyak pula ibu yang bekerja di luar rumah sehingga

semakin banyak ibu yang kurang memperhatikan kebutuhan anaknya termasuk

KMS yang dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan anaknya.

Kurangnya pengetahuan orang tua tentang KMS, khususnya ibu dapat berakibat

kurang baik bagi pertumbuhan anak sehingga menjadi kurang optimal

(Pristiani, Junaid & Paridah, 2016).

Menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2014), kurangnya

tingkat kunjungan ibu ke Posyandu menyebabkan meningkatnya kasus tumbuh

kembang anak yang tidak terpantau dan terdeteksi secara dini. Di Indonesia saat

ini terdapat 4,5 juta balita yang mengalami gizi buruk maupun gizi kurang,

tetapi belum terdeteksi diantaranya pada balita di Provinsi Jawa Barat yang

menempati peringkat tertinggi sebesar 67.331 balita.

Sedangkan di Kota Depok menurut data penimbangan balita pada tahun

2014 terdapat 268 balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) di

Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Baktijaya Depok yang berjumlah 29

Posyandu. Sejak tahun 2014 cakupan penimbangan balita di Kota Depok masih

jauh dari target Renstra sebesar 58% (Dinkes Depok, 2017).

Data Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2012, didapati cakupan partisipasi

masyarakat (D/S) terhadap balita ditimbang sebesar 53.2%.Dari jumlah tersebut


6

terdapat 66.1% balita yang naik berat badanya dan 2.0% balita dengan BGM.

Seluruh bayi BGM dari keluarga miskin telah diberikan MP-ASI sesuai

ketentuan yang berlaku, hal ini berarti bahwa bayi BGM dari Gakin telah

dilayani secara baik. Seluruh balita dengan gizi buruk telah mendapat pelayanan

dengan baik diberikan MP -ASI dan juga PMT penyuluhan dan dipantau selama

tiga 30 bulan (Radiani & Sari, 2019).

Berdasarkan fenomena yang sudah disebutkan diatas, maka penulis

tertarik mengambil judul “gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang

kartu menuju sehat (KMS)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian

bagaimanakah “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Kartu

Menuju Sehat (KMS)”?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan

ibu balita tentang kartu menuju sehat.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengidentifikasi karakteristik ibu balita (umur, pendidikan,

pekerjaan dan pendapatan) tentang kartu menuju sehat (KMS).


7

2) Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan ibu balita

tentang kartu menuju sehat (KMS).

1.4 Manfaat Penulisan

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman yang mendalam bagi

peneliti sendiri mengenai gambaran pengetahuan ibu balita tentang kartu

menuju sehat (KMS).

b. Bagi Puskesmas

Informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi puskesmas mengenai

kartu menuju sehat (KMS) untuk meningkatkan pengoptimalan

pengetahuan ibu tentang peran dalam pemantauan pertumbuhan balita.

c. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai referensi untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan mutu

pelayanan keperawatan dan upaya peningkatan mutu pelayanan

keperawatan serta memberikan masukan data untuk pengembangan ilmu.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi untuk

menambah wawasan dan pengembangan penelitian selanjutnya tentang

kartu menuju sehat (KMS).


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui

proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhdap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku

terbuka atau open behavior (Donsu, 2017). Definisi lain dari pengetahuan

yaitu knowledge atau hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek melalui pancaindera yang dimilikinya. Pancaindera

manusia meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan.

Pada waktu penginderaan menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi

oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan

seseorang sebagian besar diperoleh melalui indera pendengaran dan

penglihatan (Notoadmodjo, 2018).

Dalam hal ini, proses tersebut membutuhkan pendekatan metodologi

ilmiah yang bersifat kuantitatif, kualitatif dan investigasi untuk

mendapatkan fenomena alam atau gejala sosial tertentu. Pengetahuan sangat

berkaitan dengan pendidikan kesehatan, dimana pendidikan kesehatan

merupakan suatu cara menunjang program-program kesehatan yang dapat

menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan dalamwaktu yang

pendek (Ribek & Martha, 2017).

8
9

Pendidikan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat

erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan

semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah

tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja tetapi juga dapat diperoleh

dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua

aspek positif dan aspek negatif (Notoadmodjo, 2018).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh dan diterima dari berbagai sumber misalnya

media elektronik, media masa, buku, pengalaman tenaga kesehatan,

pendidikan kesehatan dan lain sebagainya. Penyuluhan kesehatan dan lain

sebagainya. Penyuluhan kesehatan juga merupakan suatu cara untuk

mendukung program kesehatan yang dapat membuat perbedaan dalam

waktu singkat. Selain itu, pengetahuan dapat diperoleh dengan cara

tradisional, non ilmiah dan modern. Metode tradisional tersebut yaitu trial

and error, kekuasaan atau otoritas, berdasarkan atas pemikiran dan

pengalaman. Memperoleh pengetahuan dengan cara modern juga disebut

sebagai metode penelitian ilmiah atau lebih dikenal sebagai metodologi

penelitian (Masturoh & Anggita, 2018).

c. Tingkat Pengetahuan

Seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda dan dibagi

menjadi 6 yaitu (Masturoh & Anggita, 2018):


10

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya yang dimana termasuk ke dalam pengetahuan dengan

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

telah dipelajari.

2) Memahami (Comprehension)

Seseorang yang memahami suatu objek harus dapat

menginterpretasikan secara tepat mengenai materi yang diketahui

tersebut dan harus dapat menjelaskan, menyebutkan ataupun

menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.

3) Penerapan (Application)

Sebuah prinsip yang digunakan seseorang setelah memahami suatu

objek dan dapat menerapkan atau menggunakan prinsip yang diketahui

itu dalam situasi lain dikenal sebagai penerapan tingkat pengetahuan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis yaitu kemampuan seseorang untuk menjelaskan atau

memisahkan suatu masalah kemudian mencari hubungan dari

komponen-komponen tersebut dalam suatu objek yang diketahui.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu kemampuan seseorang untuk merangkum satu hubungan

secara logis dari komponen-komponen pengetahuan yang telah

diketahui.
11

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk mengevaluasi objek

tertentu.

d. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu

(Notoadmodjo, 2018):

1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang,

karena melalui adanya pendidikan seseorang dapat mengembangkan

keterampilan dan kepribadiannya.

2) Media Massa

Media massa berfungsi sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa tentunya memiliki pengaruh yang besar terhadap

pembentukan keyakinan dan opini.

3) Ekonomi dan Sosial Budaya

Kebiasaan dan adat mempengaruhi pengetahuan seseorang karena suatu

kebiasaan yang dipraktikkan bertindak tanpa pemikiran.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitat kita baik

lingkungan biologis, fisik, dan sosial.


12

5) Pengalaman

Pengalaman adalah cara memperoleh pengetahuan yang benar dengan

cara mengulangi kembali pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil

pemecahan masalah di masa lalu.

6) Usia

Semakin tua usia, semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang

akan diperoleh untuk meningkatkan kematangan mental dan intelektual.

Usia seseorang yang semakin dewasa mempengaruhi kemampuannya

dalam berpikir dan menerima informasi yang semakin lebih baik

dibandingkan saat masih muda.

7) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses

informasi terhadap suatu objek.

e. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2018), pengukuran pengetahaun dapat dilakukan

dengan cara membagikan kuesioner yaitu menanyakan materi yang akan

diukur kepada responden atau melalui wawancara langsung dengan objek

penelitian. Cara mengukur tingkat pengetahuan yaitu dengan memberikan

responden sebuah pertanyaan, membuat penilaian 1 untuk jawaban yang

benar dan 0 untuk jawaban yang salah berdasarkan kategori baik, cukup,

dan kurang yang dapat dibagi menjadi kategori:

1) Baik (76 - 100%)

2) Cukup (56 - 75%)


13

3) Kurang (≤ 55%)

2.2 Konsep Kartu Menuju Sehat (KMS)

a. Pengertian

Kartu Menuju Sehat (KMS) telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1970-

an sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan

pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian

pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap

bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil

penimbangan berat badan dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan

pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya

berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi

gizi dan rujukan (Maulidia, Nyoto & Sukamto, 2015).

b. Fungsi Utama Kartu Menuju Sehat (KMS)

Berikut ini merupakan fungsi utama dari Kartu Menuju Sehat yaitu

(Kemenkes, 2010):

1) Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak; Pada KMS

dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak yang dapat digunakan

untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal atau mengalami

gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik

pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak

untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat


14

badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan

berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.

2) Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak; Di dalam KMS dicatat

riwayat kesehatan kehamilan, riwayat persalinan, pemeriksaan nifas,

pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemeriksaan

neonates, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6

bulan dan imunisasi.

3) Sebagai alat edukasi; Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar

kesehatan.

c. Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)

1) Bagi orang tua balita

Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan

agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang.

Apabila ada indikasi gangguan pertumbuhan berat badan (berat badan

tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan

tindakan perbaikan seperti memberikan makan lebih banyak atau

membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat. Selain itu, orang

tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah mendapat

imunisasi tepat waktu, lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A

secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

2) Bagi kader

KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul

vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik
15

1 kali kader dapat memberikan penyuluhan tentang asuhan dan

pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada

di bawah garis merah perlu merujuk ke petugas kesehatan terdekat agar

anak mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. KMS juga digunakan

kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya

naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di Posyandu

pada bulan berikutnya.

3) Bagi petugas kesehatan

Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan

kesehatan yang diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A.

bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harus memberikan

imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya. Petugas

kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan

pemantauan pertumbuhan. Dalam hal ini, KMS juga dapat digunakan

sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan

anak, manfaat imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A, cara

pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak.

Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan

untuk memantau pertumbuhannya.

d. Tindak Lanjut Hasil Penimbangan

Tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita adalah

sebagai berikut:
16

1) Berat badan naik (N)

a) Beri pujian

 Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke

Posyandu.

 Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

 Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan

berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan

umurnya.

 Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

b) Berat badan tidak naik 1 kali

 Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke

Posyandu.

 Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

 Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare,

panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak.

 Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan

tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

 Berikan nasihat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan

anak sesuai golongan umurnya.

 Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.


17

c) Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah

(BGM)

 Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke

Posyandu dan anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya.

 Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

 Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare,

panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak.

 Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan

tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

2.3 Konsep Anak Balita

a. Pengertian

Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang berumur 0-4 tahun

11 bulan. Anak balita adalah kelompok usia 1-5 tahun. Kelompok ini

dipisahkan 1-3 tahun dan kelompok 3-5 tahun (Depkes, 2005).

Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima tahun.

Kelompok anak ini menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian

yang intensif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.

Lima tahun pertama dari kehidupan seorang manusia adalah fondasi bagi

seluruh kehidupan di dunia. sumber daya manusia yang berkualitas baik

fisik, psikis maupun intelegensianya berawal dari balita yang sehat

(Juhairiyah, et al, 2007).


18

b. Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1-3

tahun (batita) dan anak usia prasekolah. Pada anak 1-3 tahun merupakan

konsumen pasif, artinya anak menerima makanan apa yang disediakan

ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak diperkenalkan dengan

berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari

masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif

lebih besar. Namun perut masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan

yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak

yang usianya lebih besar. Oleh karena itu pola makan yang diberikan adalah

porsi kecil dengan frekuensi sering (Proverawati, 2009).

c. Tumbuh Kembang Balita

Menurut Depkes (2005) secara umum tumbuh kembang setiap anak

berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama,

yaitu:

1) Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

(sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung

kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya lalu dilanjutkan belajar

menggunakan kakinya.

2) Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya

adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan

untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan

jemarinya.
19

3) Setelah dua pola diatas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari

dan lain-lain.

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif.

Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel serta

jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses

multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran

tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:

1) Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

2) Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

3) Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.

4) Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

5) Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya seperti rambut, kuku dan

sebagainya.

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif.

Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel serta

jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses

multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran

tubuhnya.

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastic.

Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap dan terpola secara proporsional

pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya

proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat


20

gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan

proses pertumbuhan. Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan

bayi dan balita adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan

tinggi badan yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan

bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi

badannya (Depkes, 2005).


BAB III

KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana menyusun teori atau menghubungkan secara logis dalam beberapa

faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2009).

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan tersebut maka peneliti

membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsep-

konsep sesuai penelitian yang ingin dilakukan. Berikut adalah kerangka konsep

yang disusun:

Input Proses Output

Pengetahuan ibu tentang Kartu Menuju Pengetahuan:


Sehat (KMS) meliputi:
Ibu yang memiliki 1. Baik
1. Pengertian KMS
anak balita 2. Tujuan Penggunaan KMS 2. Cukup
3. Cara Menginterpretasikan KMS 3. Kurang

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep tersebut, maka proses yang digunakan pada

penelitian dapat dilihat pada definisi operasional berikut ini:

21
22

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

A Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner Angket Ordinal - Baik:


ibu tentang diketahui oleh ibu yang dengan 18 76-100%
Kartu Menuju menjadi responden item - Cukup:
Sehat (KMS) mengenai pengertian pertanyaan 56-75%
dari KMS, tujuan dari dalam bentuk - Kurang:
KMS dan cara dichotomous < 55%
interpretasi dari KMS choice
1 Usia Ibu Lama waktu hidup Kuesioner Kuesioner Ordinal - Usia
(sejak dilahirkan) dengan 1 responden <32
sampai ulang tahun pertanyaan Tahun
terakhir atau saat pada kuesioner (dewasa
penelitian berlangsung. A dengan dua muda)
kategori 0,1 - Usia
pada data responden >
demografi 32 Tahun
(dewasa tua)
2 Pendidikan Pendidikan terakhir Kuesioner Responden Ordinal - Pendidikan
yang telah dilalui diberi Dasar (SD /
responden pertanyaan tidak tamat
tentang SD, SMP)
pendidikan - Pendidikan
yang Menengah
dikelompokka (SMA)
n menjadi: - Pendidikan
- SD Tinggi (PT)
- SMP
- SMA
- Akademi/
PT
3 Pekerjaan Kegiatan yang Kuesioner Responden Nominal - Tidak bekerja
dilakukan responden diberi (seperti IRT)
secara rutin untuk pertanyaan - Bekerja yang
memenuhi kebutuhan tentang mencakup
sehari-harinya pekerjaannya karyawan
(seperti PNS,
Guru, Tenaga
Kesehatan,
dan lainnya)
4 Pendapatan Jumlah pendapatan Kuesioner Kuesioner Ordinal - Pendapatan >
keluarga tetap / sampingan dari dengan 1 UMP Provinsi
kepala keluarga, ibu pertanyaan atau Daerah
dan anggota keluarga pada kuesioner - Pendapatan <
lain dalam 1 bulan A UMP Provinsi
atau daerah
23

3.3 Hipotesis (Pertanyaan Penelitian)

Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu balita tentang kartu menuju sehat

(KMS)?
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Survey-Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian

yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi

tentang suatu keadaan secara objektif. Desain penelitian yang digunakan

adalah Cross-sectional study yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach) (Notoadmodjo, 2018).

4.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita

di Puskesmas Gampong Jaboi Kota Sabang sebanyak 209 responden.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Penentuan besar sampel digunakan dengan menggunakan rumus

Slovin sebagai berikut:

=
+ ( )

Dan untuk menghindari data drop out, sampel ditambah 10%:

= +( × %)

24
25

Keterangan:

n: Besar sampel

N: Besar populasi

d: Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan

Berdasarkan pengumpulan data awal yang diperoleh oleh peneliti,

didapatkan populasi sebesar 209 responden pada ibu yang memiliki

anak balita di Puskesmas Gampong Jaboi Kota Sabang dengan

besarnya sampel yang akan diteliti yaitu:

Disini peneliti mengambil d = 10% atau dipecah menjadi 0,1

209 209 209


= = = =
1+ (0,1) 1 + 209 (0,1) 1 + 2,09 3,09

= 67,63 ( !" # 68)

= 68 + (68 × 10%) = 68 + 6,8 = 75

Berdasarkan perhitungan diatas, maka banyaknya sampel dalam

penelitian ini berjumlah 75 responden.

b. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik non probability sampling/non random sampling

(pengambilan sampel bukan secara acak) yaitu pengambilan sampel

yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan,

tapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan

belaka (Notoatmodjo, 2018).


26

c. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode purposive

sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini kriteria

sampel yang akan diambil adalah sebagai berikut:

1) Bersedia menjadi responden

2) Ibu yang memiliki anak balita

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gampong Jaboi Kota Sabang.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2024.

4.4 Jenis Data Yang Dipergunakan Dalam Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer

yang diperoleh peneliti di Puskesmas Gampong Jaboi Kota Sabang.

4.5 Alat Pengukuran (Instrumen Penelitian)

1. Alat Pengumpulan Data

Sebagai alat pengukuran data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

daftar pernyataan berupa kuesioner.


27

a. Bagian A merupakan data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi

karakteristik responden yang meliputi usia, pendidikan terakhir,

pekerjaan dan tingkat pendapatan keluarga.

b. Bagian B merupakan kuesioner yang digunakan untuk

mengidentifikasi pengetahuan ibu balita tentang kartu menuju sehat

(KMS). Dalam setiap jawaban dari pertanyaan menggunakan Skala

Guttman dengan menggunakan dua pilihan jawaban yaitu “Ya” dan

“Tidak”, atau “Benar” dan “Salah”. Pernyataan dalam kuesioner B ini

terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan

positif adalah jika jawaban benar maka diberi nilai 1 dan jawaban

salah diberi nilai 0 dari 11 pernyataan tersebut. Kemudian pada

pernyataan negatif jika jawaban salah diberi nilai 1 dan jawaban benar

diberi nilai 0 sebanyak 7 pernyataan. Kuesioner ini berisi 18

pertanyaan tentang KMS yang meliputi: pengertian KMS no 1 sampai

6, tujuan penggunaan KMS no 7 dan 8, cara menginterpretasikan KMS

no 9 sampai 18. Skor dari pernyataan tentang pengetahuan berkisar

antara 0 hingga 100% yang ditentukan dengan rumus:

' ! ℎ )* + , " -
&= × 100%
' ! ℎ )*

Kemudian pada variabel ini, kategori pengetahuan ibu balita tentang

KMS dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

1) Kategori baik yaitu menjawab benar 76% – 100%

2) Kategori cukup yaitu menjawab benar 56% – 75%

3) Kategori kurang yaitu menjawab benar dibawah 55%


28

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dalam

bentuk kuesioner dengan angket, adapun tahap prosedur pengumpulan data

dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Persiapan pengumpulan data dilakukan melalui proses administrasi dengan

cara mendapatkan surat izin dari ketua Akademi Keperawatan Ibnu Sina

Kota Sabang yang ditujukan kepada instansi terkait penelitian ini. Selain

persiapan administrasi, juga dilakukan persiapan pelatihan terhadap

enumerator yang membantu penelitian ini yang berjumlah 2 orang.

Pelatihan yang diberikan berupa teknik pengambilan sampel, serta

persamaan persepsi tentang maksud dari isi kuesioner.

b. Tahap Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin penelitian dari institusi tersebut, peneliti

menemui calon responden yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

1) Peneliti meminta bantuan minimal 2 orang enumerator agar proses

pengambilan data pada kuesioner dapat lebih mudah, jelas dan akurat.

Ketiga enumerator tersebut sebelumnya telah diberi latihan dan

penjelasan mengenai penelitian dan cara-cara yang harus dilakukan

dalam pengumpulan data dari responden.

2) Selanjutnya peneliti dan enumerator mendatangi calon responden.

Peneliti kemudian memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan


29

penelitian kepada calon responden dan menerangkan bahwa penelitian

ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden,

baik resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data

responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada

instrumen penelitian, serta data-data yang diperoleh dari responden

hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

3) Setelah memberi penjelasan, peneliti meminta kesediaan calon

responden untuk menjadi responden (melakukan Informed Consent).

Bila responden setuju, maka peneliti meminta kesediaannya untuk

menandatangani surat persetujuan yang telah disediakan.

4) Setelah responden menandatangani surat persetujuan, peneliti akan

mulai membagikan angket kepada responden untuk di isi.

5) Setelah responden mengisi angket, peneliti akan melihat kembali

kelengkapan data yang telah di isi oleh responden.

6) Setelah seluruh data terkumpul dan penelitian selesai dilakukan,

selanjutnya peneliti melaporkan pada institusi tersebut untuk

mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian.

4.7 Etika Penelitian

Dalam hal ini, agar penelitian bisa berjalan dengan baik dan tidak terjadi

masalah yang tidak diinginkan di lapangan, maka disini peneliti menerapkan

etika penelitian yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan tidak

membahayakan responden, maka etika penelitian yang digunakan disini yaitu:


30

a. Beneficience

Saat maupun sesudah penelitian ini dilakukan diharapkan bisa

memberikan manfaat bagi peneliti maupun partisipan sehingga nantinya

tidak merugikan partisipan itu sendiri.

b. Respect For Human Dignity

Dalam menjalankan proses penelitian ini, peneliti harus tetap menghormati

dan menjunjung tinggi harkat serta martabat manusia atau individu sebagai

partisipan. Dalam hal ini, partisipan berhak mendapatkan informasi yang

terbuka dan lengkap dalam melaksanakan proses penelitian baik dari

tujuan, manfaat serta prosedur penelitian itu sendiri.

c. Justice

Dalam penelitian ini, peneliti dan partisipan berlaku adil dan tidak berat

sebelah antara satu dengan yang lain sehingga penelitian ini diharapkan

bisa berjalan sebagaimana mestinya.

d. Confidentiality

Dalam penelitian ini, peneliti akan menjaga kerahasiaan privasi partisipan

sebagai subjek penelitian sehingga penelitian ini bisa berlangsung dengan

baik.

4.8 Analisa Data

Pada penelitian ini menggunakan analisa univariat dilakukan untuk

memperoleh gambaran pengetahuan ibu balita tentang kartu menuju sehat

(KMS) di Puskesmas Gampong Jaboi Kota Sabang Tahun 2024.


31

4.9 Penyajian Data

Setelah semua data dianggap lengkap akan dilakukan penyajian data untuk

mengkaji tingkat pengetahuan mengunakan kriteria penilaian sebagai berikut:

.* ) *- /"-) 0 - "
× 100%
' ! ℎ )* /"-) 0 - "

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76% – 100%

b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56% – 75%

c. Kategori kurang yaitu menjawab benar dibawah 56%

Kriteria penilaian untuk pengetahuan secara umum diperoleh dengan

rumus sebagai berikut:

.* ) *-
× 100%
' ! ℎ )* ")" - ℎ

Setelah itu, analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan analisa

univariat sesuai dengan desain penelitian yaitu deskriptif eksploratif.

Analisa ini dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian (Budiarto,

2002). Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu balita tentang KMS di

Puskesmas Gampong Jaboi Kota Sabang maka dilakukan perhitungan

persentase untuk tiap-tiap variabel dengan menggunakan distribusi

frekuensi dengan menggunakan rumus berikut:

1
&= × 100%

Keterangan :

P : Persentase

fi : Frekuensi teramati

n : Jumlah responden (sampel)


DAFTAR PUSTAKA

Dep Kes RI. (2005). Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta

Dep Kes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Dinkes Depok. Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2016. Depok : Dinas
Kesehatan Kota Depok; 2017 file:///C:/Users/Administrator/Downloads/32
76_Jabar_Kota_Depok_2016.pdf

Donsu, J. D. T. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Hariani, R. E., Amareta, D. I., & Suryana, A.L. (2016). Pola Pemberian ASI dan
Makanan Pendamping Asi Terhadap Grafik Pertumbuhan Pada Kartu Menuju
Sehat (KMS). Jurnal Ilmiah INOVASI, 1(1): 41–46

Juhairiyah, et al. (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap
Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita di Desa Telok Selong Ilir
Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Tahun 2007.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor: 155/Menkes/Per/I/2010 tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat
(Kms) Bagi Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans
Info Media.

Masturoh, I., & Anggita, T. N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

Maulidia., Nyoto, R. D., & Sukamto, A. S. (2015). Sistem Informasi KMS (Kartu
Menuju Sehat) (Studi Kasus: UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat).
Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, 2015

Notoadmodjo, S. (2018). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

Pristiani E, Junaid, & Paridah (2016). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Status
Pekerjaan Ibu Balita Dengan Frekuensi Penimbangan Balita Ke Posyandu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pamandati Kabupaten Konawe Selatan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Unsubmitted
Radiani, N., & Sari, I. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan dan Sosial
Ekonomi Dengan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Bendahara Tahun
2019. Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) Volume 1, Nomor 1,
Oktober 2021 | e-ISSN : 2808-6171

Rahmad, A. H. A. 2018. Modul Pendamping KMS Sebagai Sarana Ibu untuk


Memantau Pertumbuhan Balita. Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, 3(1):
42–47

Rahayu, S. U. (2008). Memantau Berat Badan Bayi. http://www.infobunda.com

Ribek, N., Ai, P. S. N., & Martha, M. (2017). Evaluasi Program Pendidikan
Kesehatan Masyarakat Model Stake Di Desa Penglipuran Kubu Bali.
International Journal of Natural Science & Engineering, 1(1), 35-39. Retrieved
from: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJNSE/article/view/12438

Rosidah, L. K., & Harsiwi, S. (2018). Hubungan Status Gizi Dengan


Perkembangan Balita Usia 1-3 Tahun. Jurnal Kebidanan Dharma Husada
Kediri Vol. 6, No. 2 April 2017

Soetjiningsih (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC


KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG KARTU MENUJU SEHAT
(KMS) DI PUSKESMAS GAMPONG JABOI KOTA SABANG

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dengan balita tentang
kartu menuju sehat (KMS)
Petunjuk:
 Isilah terlebih dahulu biodata Anda pada tempat yang telah disediakan.
 Jika ibu salah mengisi jawaban, coret jawaban tersebut (#) dan beri tanda silang pada
jawaban yang dianggap benar.
 Pilihlah salah satu jawaban yang menurut ibu benar dengan memberikan tanda checklist

A. Data Demografi / Identitas Ibu


1. No. Responden :
2. Umur :
3. Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak tamat SD
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) Perguruan Tinggi (PT)

4. Pekerjaan : ( ) IRT
( ) PNS / Karyawan
( ) Guru

5. Pendapatan : ( ) > UMP per bulan di Kota Sabang


( ) < UMP per bulan di Kota Sabang
B. PENGETAHUAN IBU TENTANG KARTU MENUJU SEHAT
No Pernyataan Benar Salah
Kartu menuju sehat merupakan kartu yang memuat kurva
1
pertumbuhan normal anak
2 KMS singkatan dari kartu menuju sejahtera
3 Kartu menuju sehat wajib dimiliki oleh balita
4 Pada anak balita yang perempuan kartu menuju sehat berwarna biru
5 Kartu menuju sehat dibedakan menjadi 2 warna yaitu biru dan pink
6 Di dalam kartu menuju sehat terdapat nama posyandu
7 Tujuan kartu menuju sehat untuk mengetahui pertumbuhan anak
Didalam kartu menuju sehat salah satu tujuannya tidak dianjurkan
8
untuk mendapatkan kapsul vitamin A
Dalam kartu menuju sehat terdapat dua warna hanya kuning dan
9
hijau
Berat badan dan bulan penimbangan balita terdapat dalam kartu
10
menuju sehat
Pita warna kuning pada kartu menuju sehat menunjukkan harus
11
hati-hati dan waspada terhadap gizi lebih atau kurang
Di dalam kartu menuju sehat grafik yang berwarna merah
12
merupakan berat badan anak yang tidak normal
Pita warna hijau muda dan warna hijau tua di atas pita kuning
13
menunjukkan berat badan cukup
Kartu menuju sehat didalamnya terdapat warna-warna seperti
14
warna hijau, kuning dan merah
Pada anak yang berada di bawah garis merah tidak harus dirujuk ke
15
puskesmas
Gambaran anak dengan gizi berlebih terdapat pada pita warna
16
kuning bagian atas
Didalam kartu menuju sehat terdapat warna hitam dan putih pada
17
grafik pertumbuhan
Grafik warna hijau menunjukkan bahwa anak berat badannya tidak
18
normal

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy