Pangan 5
Pangan 5
Pangan 5
MUHAMMAD TAUFIK
(1610212064)
RIRIN ANGGRAINI
(1610212089)
POPPY OKTASARI
(1610212091)
DWI AMALIA ANDINI TEKNOLOGI
(1610213002) PRODUKSI
TANAMAN
PANGAN
UTAMA ( B )
SEJARAH JAGUNG
Tanaman jagung
merupakan salah satu
tanaman pangan
pengahasil karbohidrat
yang terpenting di dunia,
selain gandum dan juga
padi. Untuk hal ini di
beberapa negara seperti di
wilayah Amerika Tengah
dan Selatan, bulir jagung
menjadi makanan pokok.
Dan begitu juga
dibeberapa wilayah Afrika
dan Indonesia sendiri.
Yang berdasarkan petunjuk sejarah, dalam hal ini ilmu
Arkeologi telah mengarah pada budidaya jagung
primitif di bagian selatan Meksiko, Amerika Tengah sejak
7000 tahun lalu. Hal ini dapat dilihat dari sisa-sisa tongkol
jagung kuna yang ditemukan di Gua Guila Naquitz,
Lembah Oaxaca yang berusia sekitar 6250 tahun.
Dengan penemuan tongkol jagung utuh itu sekaligus
menjadikannya sebagai tongkol jagung tertua yang
ditemukan di gua-gua dekat Tehuacan, Puebla,
Meksiko yang berusia sekitar 3450 SM.
Untuk sementara itu, suku Olmek dan Maya diduga
telah membudidayakan jagung di seantero Amerika
Tengah sejak 10.000 tahun yang lalau dan mengenal
berbagai teknik pengolahan hasil. Teknologi ini dibawa
ke Ekuador, Amerika Selatan sekitar 7000 tahun yang
lalau, dan mencapai daerah pegunungan di selatan
Peru pada 4000 tahun yang lalu. Pada saat itulah
berkembang tanaman jagung yang dapat beradaptasi
dengan suhu rendah di kawasan Pegunungan Andes,
kemudian sejak 2500 SM, tanaman jagung telah dikenal
di berbagai penjuru Benua Amerika.
Pada jagung yang dibudidayakan dianggap sebagai
keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung
yang bernama teosinte “Zea mays ssp, parviglumis”, dalam
proses domestikasinya yang berlangsung paling tidak 7.000
tahun yang lalu oleh penduduk asli setempat, yang masuk
gen-gen dari sub spesies lain, terutama Zea mays ssp,
mexicana. Yang dalam istilah teosinte sebenarnya digunakan
untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea,
kecuali Zea mays ssp. mays, yang dalam proses domestikasi
menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies
tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam.
Hal ini yang lalau berlanjut dengan kedatangan orang-orang
Eropa ke benua Amerika sejak akhir abad ke-15 dan
membawa serta jenis-jenis jagung ke Dunia Lama, baik ke
Eropa maupun ke Asia. Pengembaraan jagung ke Asia
semakin dipercepat dengan terbukanya jalur barat yang
dipelopori oleh armada laut pimpinan Ferdinand Magellan
yang melintasi Samudera Pasifik.
Untuk di wilayah Nusantara sendiri, pada tanaman
jagung diperkirakan masuk pada sekitar abad ke-
16 oleh penjelajah Portugis. Masukanya tanaman
jagung di Indonesia juag menimbulkan beragam
macam penamaan untuk menyebut tanaman
jagung.
Kata “jagung” sendiri merupakan singkatan dari
kata “Jawa Agung” atau dalam bahasa Jawa
yang memiliki arti “Jewawut Besar”, sementara itu
di daerah lainnya di Nusantara, penaman jagung
ialah jagong “sunda, aceh, batak, ambon”, jago
“bima”, jhaghung “madura”, rigi “nias”, eyako
“enggano”, wataru ” sumba”, latung “flores”, fata
“solor”, pena “timor”, gandung “toraja”, kastela
“halmahera”, telo “tidore”, binthe atau binde
“gorontalo dan buol”, barelle “bugis”, milu atau
milho “dibeberapa kawasan di indonesia timur”.
NILAI EKONOMIS
Gizi
Biji jagung kaya akan kandungan karbohidrat.
Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80%
dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa
campuran amilosa dan amilopektin. Sebagian
besar berada pada endospermium. Pada
jagung ketan, sebagian besar atau seluruh
patinya merupakan amilopektin. Jagung
manis diketahui mengandung amilopektin
lebih rendah tetapi mengalami peningkatan
fitoglikogen dan sukrosa.
Berikut
perbandingan nilai gizi padi dan
jagung
Peran agro-industri untuk memajukan pangan
sangat dibutuhkan. Agroindustri merupakan
industri yang berbasis pertanian dengan tujuan
dapat memberi nilai tambah dari suatu
komoditas yang dirubah menjadi produk yang
bernilai tambah. Agro – industri dengan bahan
baku jagung saat ini sudah banyak beredar
secara luas, seperti minyak jagung, sirup jagung
dan gula jagung yang memiliki banyak
keunggulan. Dengan demikian semakin jelas
bahwa makanan dari bahan jagung bukan lagi
menjadi bahan pangan yang ‘inferior’ lagi saat
ini. Bahkan dengan slogan yang semakin
menjanjikan bahwa makanan dari jagung
tersebut dapat menurunkan kadar gula darah
dan non kolesterol, maka produk tersebut
semakin banyak dicari dan dikonsumsi orang
banyak.
Selain untuk pengadaan pangan dan pakan, jagung
juga banyak digunakan industri makanan, minuman,
kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan
kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai
pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung
sebagai bahan baku industri akan memberi nilai
tambah bagi usahatani komoditas tersebut, terutama
para petani yang sebagian besar masih menjual
jagung dalam bentuk komoditas.
Kandungan protein jagung lebih tinggi dari
pada beras, sehingga cocok sebagai
bahan makanan yang bergizi. Hasil analisa
yang dilakukan oleh Balitjas adalah
kandungan protein dari 100 g bahan tepung
jagung, sorgum dan terigu berturut – turut
sebanyak 9.2 g, 11.0 g dan 11.5 g yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tepung beras
yang hanya mengandung protein sebanyak
7.0 g (Suarni, 2002).
Manfaat jagung sebagai subsititusi bahan pangan sangat
banyak perannya.Beberapa produk bahan makanan dari
jagung yang sudah biasa ditemui di Jawa Tengah adalah nasi
jagung dan marning. Pada perkembangannya jagung dapat
dibuat menjadi kerupuk jagung, aneka kue kering, tortilla, grits,
dan sebagainya. Dengan penggunaan teknologi tinggi jagung
juga dapat dibuat susu yang memiliki kandungan kolesterol dan
lemak yang rendah.
Sebagai bahan baku industri jagung dapat dibuat menjadi
tepung jagung yang merupakan baku pembuatan
berbagai produk olahan berbahan dasar jagung.
Pembuatan tepung jagung sangat sederhana sehingga
bisa dilakukan dengan peralatan skala rumah tangga.
Pembutan tersebut yaitu sebagai berikut :
Memilih jagung pipilan yang sudah kering
kemudian dilakukan sortasi untuk mendapatkan
jagung yang bersih dan terbebas dari kotoran
Lakukan penggilingan kemudian hasil yang
didapatkan diayak dengan ayakan ukuran 1,5
mm. Yang lolos ayakan digunakan sebagai
dedak sedangkan yang tidak lolos disebut
sebagai beras jagung yang akan diolah menjadi
tepung jagung.
Beras jagung ditampi kemudian hasil tampiannya
direndam dengan air selama 2 jam
Setelah itu ditiriskan dan dilakukan pengeringan
Setelah kering dilakukan dengan penggilingan dan
hasil penggilingan diayak dengan ayakan ukuran
100 mesh.
Hasil ayakan sudah merupakan tepung jagung yang
siap untuk dikemas/dipasarkan
Potensi Jagung
Peran jagung telah berubah, jagung lebih
banyak sebagai bahan baku industri
dibanding sebagai bahan pangan.
Diperkirakan lebih dari 55 % kebutuhan
jagung dalam negeri digunakan untuk
pakan, untuk konsumsi pangan hanya sekitar
30 %, dan selebihnya digunakan untuk benih.
Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung
terus mengalami peningkatan, mengingat
perkembangan sektor peternakan yang
diiringi dengan peningkatan industri pangan
dan pakan.
Produktivitas tanaman jagung dalam satu luasan tanam
dipengaruhi oleh empat faktor penting:
A. Jumlah tongkol dalam satu luasan tanam
Hal pertama yang dapat menyebabkan
kehilangan potensi hasil adalah, tidak maksimalnya
jumlah tongkol yang dihasilkan dalam satu luasan
tanam. Yang menjadi penyebabnya meliputi:
1. Jumlah benih yang ditanam
2. Kondisi lingkungan saat tanam benih
3. Keseragaman dan daya tumbuh benih
4. Keseragaman tumbuh tanaman
Keempat hal tersebut, berpengaruh besar terhadap
jumlah hasil panen. Dimana sebenarnya bisa untuk
dilakukan kontrol.
Ukuran tongkol yang kecil namun dalam jumlah yang
besar, akan memberikan hasil panen yang lebih
banyak dibanding ukuran tongkol yang besar tetapi
dalam jumlah yang kecil.
Jumlah baris biji maksimum yang dapat dihasilkan dari satu
tongkol adalah 20 baris. Namun, pada umumnya jumlah baris biji
yang dihasilkan hanya pada kisaran 12, 14, 16, dan sebagian
mencapai 18 baris. Banyaknya baris biji yang dihasilkan,
ditentukan sejak tanaman jagung mencapai tingkat daun ke -5
(stadia v5).
Jika sebatang tanaman jagung yang masih muda ini
mengalami cekaman, apapun penyebabnya, akan menurunkan
jumlah baris biji yang dihasilkan nantinya. Beberapa penyebab
timbulnya cekaman terhadap tanaman jagung yaitu:
1. Suhu tanah,
2. Jarak tanam,
3. Keseragaman tumbuh,
4. Air,
5. Unsur hara,
6. OPT, dan
7. Gulma,
Jumlah biji per baris
Jika pada saat tanaman jagung
setinggi lutut sampai fase penyerbukkan
mengalami cekaman, hal tersebut dapat
berakibat pada berkurangnya panjang
baris biji. Jumlah maksimal dalam satu baris
adalah 50 butir, namun pada umumnya
hanya sekitar 35 - 40 butir. Jarang yang bisa
mencapai 45 butir, bahkan tidak jarang
ditemukan dalam satu baris hanya terdapat
15 - 20 butir.
Ukuran biji
Perkembangan biji jagung dimulai
dari yang paling bawah dan berakhir pada
ujung tongkol. Ukuran biji yang maksimal,
sesuai potensi genetiknya, sangat
ditentukan saat fase penyerbukkan hingga
munculnya black layer. Oleh karena itu, jika
pada fase tersebut tanaman jagung
mengalami cekaman, makadapat
berpengaruh terhadap tongkol, -khususnya
pada bagian ujung, dengan menghasilkan
biji berukuran kecil dan kurang berbobot.
Prospek Jagung
Upaya peningkatan produksi jagung di dalam
negeri dapat ditempuh melalui perluasan areal
tanam dan peningkatan produk- tivitas.
Perluasan areal dapat diarahkan pada lahan-
lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan
sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum
dimanfaatkan untuk pertanian.
Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe
irigasinya, diperkirakan terdapat 457.163 ha yang
potensial untuk peningkatan indeks pertanaman.
Di luar jawa terdapat 20,5 juta ha lahan kering
yang dapat di-kembangkan untuk usahatani
jagung.
Investasi yang diperlukan untuk pengembangan jagung
bergantung kepada pencapaian target yang diinginkan.
Berkaitan dengan hal ini, ada dua skenario pengembangan
jagung nasional dalam periode 2005-2025:
Skenario 1 atau skenario moderat, laju pertumbuhan produksi
4,24%/tahun.
Skenario 2 atau skenario optimis, volume ekspor meningkat
menjadi 15%. Kebutuhan investasi untuk pengembangan
jagung melalui skenario 1 dan 2 dalam kurun waktu 2005-
2025 masing-masing adalah rp 29,0 trilyun, dan rp 33,7 trilyun.
Biaya investasi mencakup perluasan areal tanam pada
lahan sawah, pembukaan lahan baru (lahan kering) dan
infrastruktur, perbenihan, penyuluhan, penelitian dan
pengembangan.
Proporsi investasi yang menjadi tanggung jawab
masyarakat 4%, sedangkan yang bersumber dari pemerintah
dan swasta masing-masing dengan proporsi 74% dan 22%.
Taksonomi Jagung
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Class : Angiosperm
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Zea L.
Spesies : Zea mays L.
Morfologi Jagung
a. Biji
Biji jagung dikenal sebagai kernel
dimana terdiri dari tiga bagian utama yaitu
dinding sel, endosperm dan embrio.
b.Daun
Daun jagung adalah
daun sempurna. Bentuknya
memanjang antara pelepah
dan helai daun terdapat
ligula. Permukaan daun ada
yang licin dan ada yang
berambut. Daun terdiri atas
pelepah dan helaian daun.
Helaian daun memanjang
dengan ujung daun
meruncing. Antara pelepah
daun dan helaian daun
dibatasi oleh spikulasi yang
berguna untuk menghalangi
masuknya air hujan atau
embun ke dalam pelepah
daun. Jumlah daun berkisar
10 – 20 helai pertanaman.
Daun berada pada setiap
ruas batang dengan
kedudukan yang saling
berlawanan.
c. Batang
Batang jagung tegak
dan mudah terlihat. Terdapat
mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga
tanaman berbentuk roset.
Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun
yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak
mengandung lignin. Batang
jagung berwarna hijau
sampai keunguan, berbentuk
bulat dengan penampang
melintang selebar 125 – 250
cm.
d. Bunga
Terdiri dari bunga
jantan dan betina,
dengan letak terpisah.
Bunga jantan terletak
pada malai bunga (di
ujung tanaman)
sedangkan bunga betina
terdapat pada tongkol
jagung. Bunga betina
jagung berupa "tongkol"
yang terbungkus oleh
semacam pelepah
dengan "rambut". Rambut
jagung sebenarnya
adalah tangkai putik.
e. Akar
Akar jagung
tergolong akar serabut
yang dapat mencapai
kedalaman 8 m,
meskipun sebagian
besar berada pada
kisaran 2 m. Tanaman
jagung mempunyai
akar serabut dengan
tiga jenis akar, yaitu
(a) akar seminal
(b) akar adventif
(c) akar kait atau
penyangga.
Fase pertumbuhan (vegetatif dan
generatif) pada tanaman jagung
FASE VEGETATIF : Terjadi pada perkembangan akar,daun dan
batang baru,terutama saat awal pertumbuhan atau setelah
usai masa berbunga atau berbuah. Pada fase ini terjadi tiga
proses penting,yakni pembelahan sel, perpanjangan sel, dan
tahap pertama dari diferensiasi sel.
FASE GENERATIF : atau fase reproduktif terjdi
pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup
bunga,bunga,buah dan biji. Proses penting yang berlangsung
pada fase generatif meliputi pembuahan sel-sel yang secara
relative berjumlah sedikit; pendewasaan jaringan; penebalan
serabut-serabut; pembentukan hormone untuk perkembangan
kuncup bunga,bunga,buah dan biji; perkembangan alat-alat
penyimpanan; dan pembentukan koloid-koloid hidrofilik(koloid
yang dapat menahan air).
Fase Vegetatif
jagung juga memiliki kebutuhan yang berbeda-
beda untuk setiap fase pertumbuhan. Fase
pertumbuhan tanaman jagung secara garis besar
dapat di bagi menjadi :
Fase perkecambahan, saat proses imbibisi air
yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai
dengan sebelum munculnya daun pertama.
Fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai
munculnya daun pertama yang terbuka
sempurna sampai munculnya bunya jantang
(tasseling) dan sebelum keluarnya bunga betina
(silking), fase ini diidentifikasi dengan jumlah daun
yang terbentuk.
Fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah
silking sampai masak fisiologis.
1. fase perkecambahan
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika
radikula muncul dari kulit biji.
Benih jagung akan berkecambah jika kadar air
benih pada saat di dalam tanah meningkat >30%
(McWilliams et al. 1999).
Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula
benih menyerap air melalui proses imbibisi dan
benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan
aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi.
Perubahan awal sebagian besar adalah
katabolisme pati, lemak, dan protein yang
tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil,
gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang
dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh
aktif.
2. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka
sempurna 3-5)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman
berumur antara 10-18 hari setelah
berkecambah.
Pada fase ini akar seminal sudah mulai
berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai
aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan
tanah. Suhu tanah sangat mempengaruhi titik
tumbuh.
Suhu rendah akan memperlambat keluar
daun, meningkatkan jumlah daun, dan
menunda terbentuknya bunga jantan
(McWilliams et al. 1999).
3. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna
6-10)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman
berumur antara 18 -35 hari setelah
berkecambah.
Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah,
perkembangan akar dan penyebarannya di
tanah sangat cepat, dan pemanjangan
batang meningkat dengan cepat.
Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan
perkembangan tongkol dimulai (Lee 2007).
Tanaman mulai menyerap hara dalam
jumlah yang lebih banyak, karena itu
pemupukan pada fase ini diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman
(McWilliams et al. 1999).
4. Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11
sampai daun terakhir 15-18)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur
antara 33-50 hari setelah berkecambah.
Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi
bahan kering meningkat dengan cepat pula.
Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk
mendukung laju pertumbuhan tanaman.
Pada fase ini, kekeringan dan kekurangan hara
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tongkol, dan bahkan akan
menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena
mengecilnya tongkol, yang akibatnya
menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999, Lee
2007).
Kekeringan pada fase ini juga akan
memperlambat munculnya bunga betina (silking).
5. Fase Tasseling / VT (berbunga jantan)
Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52
hari, ditandai oleh adanya cabang terakhir
dari bunga jantan sebelum kemunculan
bunga betina (silk/rambut tongkol).
Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut
tongkol muncul, di mana pada periode ini
tinggi tanaman hampir mencapai maksimum
dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen).
Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum
dari bagian vegetatif tanaman, yaitu sekitar
50% dari total bobot kering tanaman,
penyerapan N, P, dan K oleh tanaman
masing-masing 60-70%, 50%, dan 80-90%.
6. Fase R1 (silking)
Tahap silking diawali oleh munculnya rambut
dari dalam tongkol yang terbungkus kelobot,
biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling.
Penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk
sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh
menyentuh permukaan rambut tongkol yang
masih segar.
Serbuk sari tersebut membutuhkan waktu
sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur
(ovule), di mana pembuahan (fertilization)
akan berlangsung membentuk bakal biji.
Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki
selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh
memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus
memanjang hingga diserbuki.
Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam
suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh
tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma,
dan palea, serta memiliki warna putih pada
bagian luar biji.
Bagian dalam biji berwarna bening dan
mengandung sangat sedikit cairan.
Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan
menggunakan silet, belum terlihat struktur
embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat
cepat, dan K hampir komplit (Lee 2007).
7. Fase R2 (blister)
Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut
tongkol sudah kering dan berwarna gelap.
Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir sempurna, biji
sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati
mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%,
dan akan menurun terus sampai panen.
8. Fase R3 (masak susu)
Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji
semula dalam bentuk cairan bening, berubah seperti susu.
Akumulasi pati pada setiap biji sangat cepat, warna biji
sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap
varietas), dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk
lengkap.
Kekeringan pada fase R1-R3 menurunkan ukuran dan
jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat mencapai
80%.
9. Fase R4 (dough)
Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking.
Bagian dalam biji seperti pasta (belum
mengeras). Separuh dari akumulasi bahan
kering biji sudah terbentuk, dan kadar air biji
menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman
kekeringan pada fase ini berpengaruh
terhadap bobot biji.
10. Fase R5 (pengerasan biji)
Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah
silking. Seluruh biji sudah terbentuk sempurna,
embrio sudah masak, dan akumulasi bahan
kering biji akan segera terhenti. Kadar air biji
55%.
11. Fase R6 (masak fisiologis)
Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari
setelah silking.
Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot
kering maksimum.
Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan
sempurna dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna
coklat atau kehitaman.
Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung
secara bertahap, dimulai dari biji pada bagian pangkal
tongkol menuju ke bagian ujung tongkol.
Pada varietas hibrida, tanaman yang mempunyai sifat tetap
hijau (stay-green) yang tinggi, kelobot dan daun bagian atas
masih berwarna hijau meskipun telah memasuki tahap masak
fisiologis.
Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35% dengan total
bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai
masing-masing 100%.