Agribisnis Non Pangan
Agribisnis Non Pangan
Agribisnis Non Pangan
Oleh :
Kelompok 16
Novan Mushaf Rivai (G44080031), Syifa Maulia (H34080024), Mariana Pitta
(H34080068), Alvino Maryandani (H34080087), Dwi Endah Wahyuni (H34080154)
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sorgum merupakan komoditas biji-bijian penting keempat setelah
gandum, padi dan jagung. Komoditas sorgum berasal dari benua afrika. Di sini
sorgum dikenal dengan nama surgo, millet, durra dan kafir dengan varietas
cokelat (merah) dan putih. Komoditas ini mulai mendunia sejak akhir tahun
1980an. Belanda membawa sorgum ke Indonesia tahun 1925. Di Jawa, sorgum
dikenal dengan nama cantel, otek dan jagung cantrik. Meskipun sudah masuk ke
Indonesia sejak jaman pemerintah kolonial, namun sorgum baru mulai
berkembang baik sekitar tahun 1970an. Sebab, ketika tahun 1960an Indonesia
kekurangan pangan (beras), maka pemerintah mulai agak serius
mengembangkan komoditas ini. Hasilnya baru bisa kelihatan sekitar tahun
1970an, dengan dikenalnya varietas-varietas unggul. Baik yang berkulit cokelat
maupun putih.
Sorgum (Sorghum bicolor, Andropogon sorghum, Holchus sorghum, dan
Sorghum vulgare) termasuk keluarga rumput-rumputan seperti halnya padi,
jagung, gandum dan tebu. Batang sorgum beruas-ruas mirip tebu, namun
berukuran lebih kecil dengan diameter 2 cm. Tinggi tanaman varietas lama,
bisa mencapai 2,5 m. Namun varietas-varietas baru yang lebih unggul, hanya
bisa setinggi 1,5m. Daun sorgum berbentuk pita, mirip dengan daun jagung
maupun daun tebu. Malai tumbuh pada ujung tanaman seperti halnya padi. Biji
sorgum juga terdapat dalam kulit biji yang keras (sekam), lebih keras dari
sekam padi. Sorgum bisa dibudidayakan di kawasan beriklim tropis, munson,
sabana, gurun sampai ke kawasan sub tropis.
Biasanya sorgum ini diolah menjadi tepung untuk pembuatan roti, kue,
dan bubur. Di Indonesia, sorgum dimasak untuk campuran beras, atau dikukus
sebagai nasi sorgum. Potensi sorgum untuk industri pakan ternak (pengganti
jagung) juga cukup tinggi. Dalam industri playwood dan kertas, sorgum
berpotensi menggantikan terigu sebagai bahan perekat (lem). Namun selama ini
penggunaan sorgum yang paling banyak adalah untuk industri minuman. Baik
minuman tak beralkohol (softdrink), beralkohol rendah (bir) maupun beralkohol
tinggi (wisky/arak).
I.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah menganalisis kelayakan bisnis dari
komoditas sorgum dan memenuhi tugas mata kulih agribisnis non pangan.
PEMBAHASAN
II.1 Aspek Teknik Produksi
Sorgum bisa dibudidayakan di kawasan beriklim tropis, munson, sabana,
gurun sampai ke kawasan sub tropis. Di Indonesia, sorgum bisa dikembangkan
mulai dari dataran rendah sampai dengan ketinggian sekitar 700 m. dpl. Salah
satu kelebihan sorgum dibanding dengan padi dan jagung adalah, ia tahan
kekeringan. Hingga komoditas ini cocok untuk dikembangkan di kawasan
pantura Jabar/Jateng, Jatim, Bali Utara, NTB, NTT dan Sulsel serta Sultra.
Kawasan-kawasan tersebut selama ini dikenal dengan iklimnya yang sangat
kering.
Tanaman sorgum memiliki potensi yang hampir semua komponen
biomasa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri. Industri yang
utamanya adalah industri bioetanol, dalam proposal ini kapasitas produksi yang
diusulkan adalah 1,000 liter/hari atau 324.000 liter/tahun.
Bahan baku yang digunakan adalah nira dari batang sorgum.
Produktifitas rata-rata batang tanaman sorgum berkisar antara 30 – 50
ton/hektar, biji 4 – 5 ton /hektar dan daun 20 – 40 ton/hektar. Sedangkan
untuk pembuatan 1 liter bioetanol membutuhkan 22 – 25 kg batang sorgum.
Pada umur 2 – 3 bulan dilakukan pengletekan daun (defoliasi) dengan
menyisakan 7 – 10 daun segar pada setiap batangnya. Panen batang dilakukan
pada saat kemasakan optimal, pada umumnya terjadi pada umur 16 – 18 minggu
(112 – 126 hari), sedangkan biji umumnya matang pada umur 90 – 100 hari. Oleh
karena itu biji dipanen terlebih dahulu. Luas kebun sorgum yang dibutuhkan
untuk mendukung pasokan bahan baku secara kontinyu adalah seluas 98,8
hektar.
Keberadaan kebun sorgum tersebut selain dapat mendukung pasokkan
bahan baku pabrik bioetanol yang berupa batang sorgum juga dapat mendukung
industri yang lainnya. Biji sorgum yang dihasilkan diproses jadi tepung sorgum
yang dapat dimanfaatkan untuk subtitusi gandum pada industri mie atau
makanan lainnya. Daun dan ampas tepung sorgum yang berupa dedak atau
menir dapat diolah sebagai pakan ternak untuk penggemukan sapi. Pakan
ternak tersebut cukup untuk memelihara 352 ekor/4 bulan atau 1.056
ekor/tahun. Ampas batang sorgum (baggase) seratnya dapat dijadikan sebagai
bahan baku pulp pada pabrik kertas.