Lompat ke isi

Surat dari Praha

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Surat dari Praha
Poster film
SutradaraAngga Dwimas Sasongko
ProduserAngga Dwimas Sasongko
Anggia Kharisma
Handoko Hendroyono
Chicco Jerikho
Ditulis olehM. Irfan Ramli
Pemeran
Penata musikThoersi Argeswara
SinematograferIvan Anwal Pane
PenyuntingAhsan Andrian
Perusahaan
produksi
DistributorVisinema Pictures
Tanggal rilis
  • 28 Januari 2016 (2016-01-28)
Durasi94 Menit
Negara Indonesia
BahasaBahasa Indonesia

Surat dari Praha adalah sebuah film drama Indonesia tahun 2016 yang menjadi karya ketujuh Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara. Film yang dibintangi oleh Julie Estelle, Tio Pakusadewo, Widyawati, Rio Dewanto terinspirasi dari kisah kehidupan para pelajar Indonesia di Praha yang tidak bisa kembali akibat perubahan situasi politik Indonesia tahun 1966 pasca Gerakan 30 September dan karya musik Glenn Fredly sebagai elemen utama cerita.[1]

Larasati (Julie Estelle) terpaksa memenuhi wasiat ibunya, Sulastri (Widyawati), untuk mengantarkan sebuah kotak dan sepucuk surat untuk Jaya (Tio Pakusadewo) di Praha. Dibesarkan di tengah kehidupan keluarga yang tidak harmonis, hubungan Larasati dan ibunya tidak pernah baik. Jaya, mantan tunangan ibunya, gagal memenuhi janji untuk kembali ke Indonesia puluhan tahun silam akibat perubahan situasi politik.

Pertemuan dengan Jaya membuat Larasati mengetahui persoalan yang sebenarnya. Dia menuding Jaya dan surat-surat yang pernah dikirimnya sebagai penyebab ketidakharmonisan keluarganya, situasi yang membawa akibat buruk bagi hidupnya. Jaya merasa tersudut dan terpaksa harus menjelaskan apa yang baginya telah ia ikhlaskan. Cerita tentang kekuatan memaafkan dan upaya untuk berdamai dengan sisi gelap masa lalu, Jaya dengan rasa bersalahnya dan Larasati dengan cinta sejati.

Proses syuting film dilakukan di Kota Praha, Ceko tepatnya berjarak sekitar 150 meter dari Charles Bridge yang membelah sungai Vltava. Charles Bridge sendiri merupakan sebuah tempat wisata yang ramai dikunjungi karena terdapat 30 patung peninggalan zaman Barok yang menghiasi sepanjang jembatan ini. Selain itu film ini menjadi debut Chicco Jerikho sebagai seorang produser dan Julie Estelle menyanyikan lagu dalam sebuah film.[2]

Soundtrack

[sunting | sunting sumber]

Original Soundtrack Surat Dari Praha terdiri dari 4 buah lagu karya Glenn Fredly yang hadir sebagai pembangun cerita sebagai wujud perayaan 20 tahun karier Glenn di dunia musik Indonesia. Lagu-lagu tersebut adalah "Nyali Terakhir" dari album Lovevolution (2010). Lagu lainnya yaitu "Sabda Rindu", "Untuk Sebuah Nama", dan "Menanti Arah", ketiganya terambil dari album Luka, Cinta, dan Merdeka (2012). Dalam filmnya, lagu "Nyali Terakhir" dan "Sabda Rindu" dinyanyikan oleh kedua pemeran utamanya, Julie Estelle dan Tio Pakusadewo. Pemilihan lagu tersebut dilakukan oleh Angga Dwimas Sasongko dan M. Irfan Ramli dengan beberapa alasan diantaranya "Sabda Rindu" dipilih karena secara lirik sangat klasik. Artinya ketika lirik-lirik ini diciptakan oleh tokoh Jaya, dinilai sangat masuk akal dengan keadaannya yang sudah tua, hidup di masa 60-70-an, dan generasi saat itu pasti punya preferensi kata sendiri, sehingga lagu ini dinilai sangat menggambarkan keadaannya. Lalu "Nyali Terakhir", dipilih karena dianggap sebagai signature song-nya Glenn, yang merupakan lagu galau sedunia. Sementara itu Angga juga memilih dua lagu lain yang dibawakan sendiri oleh Glenn untuk mendukung suasana cerita. "Untuk Sebuah Nama", dipilih untuk menggambarkan emosi, karena menurutnya lagu tersebut menyimpan amarah sekalipun masih bertema cinta. Sementara lagu "Menanti Arah" dianggap mewakili keseluruhan cerita Surat dari Praha yang menyentuh soal cinta, sejarah, hingga politik.[3]

Kontroversi

[sunting | sunting sumber]

Seorang seniman dan dosen Universitas Brawijaya, Yusri Fajar, melancarkan protes terhadap film Surat Dari Praha besutan Angga Dwimas Sasongko karena dituding menjiplak buku kumpulan cerpennya yang berjudul sama. Menanggapi hal tersebut, Angga melakukan klarifikasi terkait tuduhan plagiarisme. Ia menyayangkan statement sepihak yang merugikan nama baik Visinema Pictures selaku rumah produksi karena menggiring opini publik untuk menghakimi tanpa legal standing yang kuat. Diterangkan oleh Angga bila Surat Dari Praha merupakan film yang memiliki legal standing sesuai undang-undang hak cipta. Ia memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh Ditjen HKI Kemenkumham dan telah terdaftar paten atas judul di kelas 41 terkait dengan Fim Bioskop, kelas 9 terkait dengan Cakram Digital dan kelas 16 terkait Poster. Dengan ini tuduhan yang dilancarkan dinyatakan tidak berdasar dan perlu dikaji ulang. Terkait kesamaan tema perlu dipahami bahwa tema eksil politik di Praha merupakan bagian dari fakta sejarah yang tidak bisa diklaim. Lalu soal kesamaan judul, itu bukan bentuk pelanggaran hak cipta.[4]

Penghargaan dan Nominasi

[sunting | sunting sumber]

Film Surat Dari Praha kembali menuai kesuksesan seperti karya terdahulu Angga Dwimas Sasongko Cahaya Dari Timur: Beta Maluku (2014) di ajang penghargaan perfilman dengan meraih tiga piala Usmar Ismail Awards 2016 untuk kategori Film, Sutradara, dan Pemeran Utama Pria. Serta piala Indonesia Movie Actor Awards 2016 untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terfavorit [5][6]

Tahun Penghargaan Kategori Penerima Hasil
2016 Usmar Ismail Awards Kategori Film Angga Dwimas Sasongko, Anggia Kharisma, Handoko Hendroyono, & Chicco Jerikho Menang
Kategori Sutradara Angga Dwimas Sasongko Menang
Kategori Pemeran Utama Pria Tio Pakusadewo Menang
Kategori Pemeran Pendukung Wanita Widyawati Nominasi
Kategori Penata Musik Thoersi Argeswara Nominasi
Kategori Penata Suara Satrio Budiono Nominasi
Kategori Penata Gambar Ahsan Andrian Nominasi
Indonesian Movie Actors Awards Film Terfavorit Surat dari Praha Nominasi
Pemeran Utama Pria Terbaik Tio Pakusadewo Nominasi
Pemeran Utama Pria Terfavorit Nominasi
Pemeran Wanita Utama Terbaik Julie Estelle Nominasi
Pemeran Wanita Utama Terfavorit Menang
Pasangan Terbaik Julie Estelle & Tio Pakusadewo Nominasi
Festival Film Indonesia Film Cerita Panjang Terbaik Angga Dwimas Sasongko, Anggia Kharisma, Handoko Hendroyono, & Chicco Jerikho Nominasi
Pemeran Utama Pria Terbaik Tio Pakusadewo Nominasi
Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Widyawati Nominasi
Pengarah Sinematografi Terbaik Ivan Anwal Pane Nominasi
Penyunting Gambar Terbaik Ahsan Andrian Nominasi
Penata Musik Terbaik Thoersi Argeswara Nominasi
Piala Maya Film Cerita Panjang Terpilih Angga Dwimas Sasongko, Anggia Kharisma, Handoko Hendroyono, & Chicco Jerikho Nominasi
Sutradara Terpilih Angga Dwimas Sasongko Nominasi
Aktor Utama Terpilih Tio Pakusadewo Nominasi
Aktris Pendukung Terpilih Widyawati Nominasi
Skenario Asli Terpilih M. Irfan Ramli Nominasi
Tata Kamera Terpilih Ivan Anwal Pane Nominasi
Tata Suara Terpilih Satrio Budiono Nominasi
Tata Artistik Terpilih Chupy Kaisuku Nominasi
Penyuntingan Gambar Terpilih Ahsan Andrian Nominasi
Tata Musik Terpilih Thoersi Argeswara Menang
Lagu Tema Terpilih "Nyali Terakhir" – Ditampilkan oleh Julie Estelle & Tio Pakusadewo; Diciptakan oleh Glenn Fredly Nominasi

Berdasarkan keputusan dewan seleksi bentuk Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) Surat dari Praha terpilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang Academy Award tahun 2017 dalam kategori film berbahasa asing terbaik.

Lihat Juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy