Procvol1 PDF
Procvol1 PDF
Procvol1 PDF
Proceedings
Volume I:
Electrical Power
Electronics
Telecommunications
Organized by:
Department of Electrical Engineering
Brawijaya University
Indonesia
PUBLISHED BY:
Department of Electrical Engineering
Faculty of Engineering
Brawijaya University
eeccis@ub.ac.id
LAYOUT EDITOR
COORDINATOR
Wijono
MEMBERS
Angger Abdul Razak
Eka Maulana
Renie Febriyanti
Marina Dicarara
Firman Triyanto
Fahad Arwani
Erny Anugrahany
All papers in this book have been selected by the reviewers and technical committee.
All authors have signed the copyright declaration of their papers.
ii
ORGANIZING INSTITUTION
STEERING COMMITTEE
Prof. Ir. Harnen Sulistio, M.Sc., Ph.D.
Dr. Ir. Sholeh Hadi Pramono, M.S..
REVIEWER
Asc.Prof. Dr. Mamdouh (Aswan University, Egypt)
Asc. Prof. Dr. Mahrus (Aswan University, Egypt)
Dr. Corina Martineac (Rumania)
Ishtiaq R. Khan, Ph.D (Singapore)
Hazlie Muslikh, Ph.D (UM, Malaysia)
Dr. Hamzah Arouf (Malaysia)
Prof. Dr. Kaharudin Dimyati (Malaysia)
Md. Atiqur Rahman Ahad, B.Sc.,M.S.,M.S.,PhD (Bangladesh)
Prof. Adi Susanto, MSc. Ph.D (UGM, Indonesia)
Prof. Thomas Sri Widodo, DEA (UGM, Indonesia)
Prof. Dr. Ir. Arif Djunaidy, MSc (ITS, Indonesia)
Dr. Aris Triwiyatno (UNDIP, Indonesia)
Dr. Ir. Son Kuswadi (ITS, Indonesia)
Purnomo Sidi Priambodo, Ph. D (UI, Indonesia)
Dr. Ir. Muhammad Nurdin (ITB, Indonesia)
Dr.-Ing. Ir. M. Sukrisno (STEI-ITB, Indonesia)
Dr. Ferry Hadary, ST, M. Eng (UNTAN, Indonesia)
Dr. Mashury Wahab (PPET-LIPI, Indonesia)
Dr. Rini Nurhasanah, M. Sc (UB, Indonesia)
Ir. Wijono, MT. Ph.D (UB, Indonesia)
Hadi Suyono, Ph.D (UB, Indonesia)
Dr. Sholeh Hadi Pramono (UB, Indonesia)
iii
TECHNICAL PROGRAM COMMITTEE
Muhammad Ary Murti (IEEE Indonesia Section)
Kuncoro Watuwibowo (IEEE Indonesia Section)
Arief Hamdani (IEEE Indonesia Section)
Ford Lumban Gaol (IEEE Indonesia Section)
Panca Mudjiraharjo (KIT - Japan)
Onny Setyawati (Universitat Kassel - Jerman)
M. Rusli (University of Wollongong - Australia)
Sholeh Hadi Pramono (UB - Indonesia)
Agung Darmawansyah (UB - Indonesia)
M. Aziz Muslim (UB - Indonesia)
Hadi Suyono (UB - Indonesia)
Rini Nurhasanah (UB - Indonesia)
Wijono (UB - Indonesia)
iv
SEMINAR PROGRAM
09.30 - 10.45 1ST KEYNOTE SPEECH BY DR. IR. UNGGUL PRIYANTO, M.SC (DEPUTY
CHAIRMAN FOR TECHNOLOGY OF INFORMATION AND COMMUNICATION,
ENERGY, AND MATERIALS OF THE AGENCY FOR THE ASSESMENT AND
APPLICATION OF TECHNOLOGY)
10. 45 - 12.00 2ND KEYNOTE SPEECH BY DR. EKO FAJAR PRASETYO (FOUNDER OF
VERSATILE SILICON TECHNOLOGY, FIRST IC DESIGN COMPANY IN
INDONESIA)
17.25 CLOSING
v
SAMBUTANDEKAN
FA K U LT A S T E K N I K
U N I V E R S I T A S B R A W I J AYA
Assalamualaikum warahmatullahi wabrakatuh
Secara khusus saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir.
Unggul Priyanto, M.Sc dan Dr. Eko Fajar Prasetyo atas kesediaannya untuk memberikan
keynote-speech dalam acara Seminar EECCIS 2012 ini.
,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
vi
S A M B U T A N K E T U A PA N I T I A
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
lhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas
A berkat, rahmat dan karunia-Nya jua-lah seminar EECCIS 2012 ini dapat
terselenggara pada hari ini, 30-31 Mei 2012, di Hall Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya yang sangat kita cintai ini. EECCIS, yang merupakan kependekan dari
Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics Seminar,
merupakan kegiatan ilmiah rutin yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali oleh
Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya.
Seminar ini diharapkan dapat menjadi forum diskusi ilmiah antar disiplin ilmu yang
tercakup dalam bidang keilmuan Teknik Elektro, antara lain Energi Elektrik, Elektronika,
Telekomunikasi, Kontrol dan Teknologi Informasi. Di tengah situasi krisis energi dan
ekonomi yang masih melanda negeri ini, diharapkan kerja keras para peneliti dari berbagai
universitas dan lembaga riset serta industri dapat menghasilkan sumbangan yang sangat
berarti untuk pemulihan negeri dari kondisi krisis. Dinamika akademik dan industri dalam
usaha pemulihan ini dapat terlihat dari besarnya animo mereka untuk berperan serta
dalam seminar EECCIS 2012 ini.
Komite Program Teknik EECCIS 2010 telah berupaya keras untuk melakukan tugasnya
dengan baik. Hal ini terlihat dari banyaknya artikel ilmiah yang telah kami terima. Ada
sekitar 189 artikel yang kami terima dari berbagai negara termasuk Indonesia, Malaysia,
Jepang serta Australia. Setelah melalui proses penilaian yang cukup ketat oleh tim
reviewer kami yang berasal dari beberapa negara, antara lain Switzerland, Mesir,
Malaysia, Bangladesh, Singapura, dan Indonesia sendiri, hanya sekitar 83% dari
keseluruhan paper yang akhirnya dinilai layak untuk disajikan dalam serangkaian sesi
presentasi yang diadakan selama seminar berlangsung, serta selanjutnya akan
didokumentasikan dan diterbitkan dalam Proceedings of EECCIS 2012.
Terima kasih yang setulus-tulusnya kami sampaikan kepada para anggota tim pengarah
dan reviewer, yang telah membantu terjaminnya kualitas artikel-artikel yang disajikan
dalam seminar ini.
Sebagai Ketua Panitia EECCIS 2012, saya sampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya atas antusias serta kerja keras yang telah ditunjukkan oleh seluruh anggota
Komite Program Teknik, serta berbagai pihak yang telah terlibat secara langsung atau pun
tidak langsung demi suksesnya seminar ini.
Akhirul kalam, saya ucapkan terima kasih dan selamat datang kepada semua peneliti,
dosen, mahasiswa, pihak industri, serta seluruh peserta seminar EECCIS 2012 ini. Kami
akui bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyelenggaraan acara ini, namun
begitu kami selalu berharap adanya saran yang membangun untuk perbaikan di masa
mendatang.
vii
TABLE OF CONTENT
Cover i
Organizing Institution iii
Seminar Program v
Sambutan Dekan Fakultas Teknik, Universitas Bawijaya vi
Sambutan Ketua Panitia vii
Table of Content viii
A. ELECTRICAL POWER
[002-EEA_01]Simulasi dan Analisis Kinerja Flexible AC Transmission System (FACTS) Devices
Pada Sistem Tenaga Listrik
Muhammad Fahmi Hakim, Hadi Suyono, Agung Darmawansyah
Universitas Brawijaya A1
[010-EEA_05] Optimasi Penerapan Static Var Compensatorpada Gardu Induk Tenaga Listrik
dengan Menggunakan Metode Algoritma Genetika
Ipniansyah
Dosen, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Samarinda, Indonesia A4
[011-EEA_06] Optimasi Suplai Energi Listrik pada PT. PLN Sektor Mahakam Kalimantan Timur
Menggunakan Algoritma Genetik
Lucianus Handri Gunanto, Harry Soekotjo Dachlan, Rini Nur Hasanah
Program Magister Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya A5
[014-EEA_08]Aplikasi Elektroda Bola dan Elektroda Batang sebagai Proteksi Surja pada
Peralatan Listrik Tegangan Rendah
Onglan Nainggolan, Hadi Suyono, Moch. Dhofir
Politeknik Negeri Samarinda dan Universitas Brawijaya A7
vii
[017-EEA_11] Analisis Kestabilan Transient Berdasarkan Sudut Pemutusan Kritis Sistem
Tenaga Listrik pada Sistem Mahakam Kaltim
Rusda, Sholeh Hadi Pramono, Mahfudz Shidiq
Politeknik Negeri Samarinda dan Universitas Brawijaya A9
[019-EEA_12] Optimasi Unit Pembangkit Tenaga Listrik Dengan Metode Particle Swarm
Optimization Pada Sistem Mahakam Kalimantan Timur
Verra Aullia,) Rini Nur Hasanah,Mahfudz Shidiq
Politeknik Negeri Samarinda dan Universitas Brwaijaya A10
[020-EEA_13] Implementasi Artificial Neural Network Pada Pengendalian Tegangan Output Pwm Boost
Converter Ccm Switch Mode Beban Resistif
Achmad Fanany Onnilita Gaffar, Muhammad Aziz Muslim, M. Julius
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya A11
[071-EEA_20] Analisis Gas Terlarut dengan Metode TDCG untuk Mendiagnosa Kegagalan
Transformator Menggunakan Aplikasi Fuzzy Logic
Imam Ashar, Hadi Suyono, Erni Yudaningtyas
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya A16
[076-EEA_21] SVPWM FSTPI sebagai Penggerak Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar
Berbasis Metode SensorlessVector Control
Aripriharta, Rini Nur Hasanah, Teguh Utomo
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya A17
viii
[137-EEA_24]Krakteristik Volt - Waktu Susunan Elektroda Sela Bola Sebagai Pembatas Tegangan
Lebih Pada Peralatan Listrik Tegangan Rendah
Maria Bertha Melsadalam, Rini Nur Hasanah, Moch. Dhofir
Politeknik Negeri Ambon dan Universitas Brawijaya A20
[142-EEA_26] Optimisasi Pengiriman Daya Reaktif untuk Memperbaiki Profil Tegangan dengan
Menggunakan Algoritma Genetika A21
Syarifil Anwar, Hadi Suyono, Harry Soekotjo Dachlan
Akademi Teknik Pembangunan Nasional Banjarbaru Kal-sel dan Universitas Brawijaya
B. ELECTRONICS
[005-EEB_01]Penambahan Kaskade Inverter untuk Rangkaian Terpadu And Or Inverter (AOI) Gate MOS
Asep Megah Triono Hadi
- B1
[ [009-EEB_02]Identifikasi Suara Menggunakan Filter Adaptivedengan Metode Least Mean Square (LMS)
untuk Voice Password Security
Hari Purwadi,Sholeh Hadi Pramono, Rudy Yuwono
Brawijaya University B2
ix
[042-EEB_08] Identifikasi Lokasi Sumber Suara Manusia Menggunakan Time Difference of Arrival
Muhammad Afridon, Djoko Purwanto
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya B7
[069-EEB_11] Instrumentasi dan Pendeteksian Sinyal EMGDinamik selama Elbow Joint Bergerak
P. Susetyo Wardana, Achmad Arifin
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya B9
[073-EEB_12] Penghematan Daya Pada Lampu Penerangan Jalan Umum Dengan Menggunakan
AC Voltage Control
Joke Partilastiarso, Iamadah Ihsaniyah
PoliteknikElektronikaNegeri Surabaya-ITS B10
[078-EEB_13]Ekstraksi Ciri Komponen Aortik dan Pulmonari Suara Jantung Diastolik dengan Menggunakan
Analisis Non Stationer
Ira Puspasari, Achmad Arifin, Rimuljo Hendradi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya B11
[079-EEB_14] Rancang Bangun Sistem Otomatisasi Pengisi Gula Pasir Pada Kemasan Berdasarkan Nilai
Berat Gula Berbasis Mikrokontroler
Labib Faizul Muttaqin, Irianto, Sutedjo
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS B12
[082-EEB_15] Penentuan Lower Limb Joint Angles Berdasar Respon Akselerometer dalam
Pengembangan Wearable Sensor untuk FES
Benedictus Indrajaya, Rachmad Setiawan, Achmad Arifin
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya B13
[101-EEB_21] Analisa Suara Paru Yang Terdistorsi Suara Jantung Dengan Menggunakan
Transformasi Wavelet
Hamdani Kubangun, Achmad Arifin, Rimuljo Hendradi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya B17
x
[108-EEB_23] Ekstraksi ECG Temporal Parameter Secara Real Time Untuk Analisa
Ketidaknormalan Jantung Berbasis Time Domain Processing
Santoso*, Achmad Arifin
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya B19
[122-EEB_26] Analisis dan Desain 4 Bit R3R Lader Digital to Analog Converter CMOS
Suryo Adi Wibowo, Agung Darmawansyah and M. Julius
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang B21
[183-EEB_37]Implementasi Mikroprosesor 8085 dan Sistem Memori dalam Field Programmable Gate Array
(FPGA)
Moch. Rifan ST, MT; Dr. Agung Darmawansyah ST.,MT; A.Zainuri ST.; Hafrida R.
Teknik Elektro Universitas brawijaya B29
xi
C. TELECOMMUNICATIONS
001-EEC_01]Sistem Pakar untuk Menentukan Spesifikasi Handphone sebagai Alat Bantu Pengambilan
Keputusan Menggunakan Representasi Jaringan Sematik dalam Pembelian Handphone
Agusta Rakhmat Taufani
Universitas Brawijaya C1
[026-EEC_03] Desain Antena Vertikal Ground-Plane Pada Frekuensi 902 928 Mhz Menggunakan
Computer Simulation Technology (CST)
Putri Wulandari, Moh. Amanta K. S Lubis, ST, Dwi Astharini, M.Sc
Universitas Al-Azhar Indonesia dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) C3
[028-EEC_04] Rancang Bangun Antena Mikrostrip Patch Bujur Sangkar Susun Dua untuk Aplikasi
Wireless Fidelity
M. Darsono
Fakultas Teknik - Universitas Darma Persada C4
[035-EEC_06]Analisis Tingkat Kesalahan Bit Error Rate (BER) dengan Metode Pulse Position
Modulation-Code Division Multiple Access (PPM-CDMA) pada Jaringan Wireless Optik
Ayudya Mahendaringratry, Sumartini Dana
Universitas Gajayana Malang dan Politeknik Negeri Kupang C5
[039-EEC_07]Studi Penerapan Demodulasi Linier Menggunakan Zero Forcing dan MMSE pada
Jaringan Sensor Nirkabel
Ari Endang Jayati, Wirawan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya C6
[040-EEC_08] Perbandingan antara Antena Saturnus dan Hasil Modifikasi dengan 3 Lubang
Rudy Yuwono
Teknik Elektro, Universitas Brawijaya C7
[045-EEC_09] Antena Yagi Berbahan Dasar Styrofoam pada Frekuensi 470 890 Mhz untuk
Penerimaan Siaran Televisi Indoor
Putri Wulandari, Rio Mubarak, Sofian Hamid
Universitas Al-Azhar Indonesia C8
[061-EEC_10] Simulasi dan AnalisisBeamforming Adaptif pada SmartAntenna Menggunakan
Algoritma Least Mean Square (LMS) dan Normalized Least Mean Square (NLMS)
Andriana Kusuma Dewi
Pascasarjana Teknik Elektro, Universitas Brawijaya C9
xii
[095-EEC_14] Analisa Kinerja Algoritma DV-Hop untuk Mengestimasi Posisi Relatif Node
Statis pada Jaringan Sensor Nirkabel
Maretha Ruswiansari, Prima Kristalina, dan Aries Pratiarso
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya C12
[100-EEC_16] Learning Sistem dengan Integrasi Video Conference dan IPTV Berbasis Web
Elsyea Adia Tunggadewi , Achmad Affandi
[105-EEC_17] Simulasi Karakteristik Noise Untuk Transmisi Sinyal Analog Dan Digital Pada Sistem
Telekomunikasi
Nasrulloh, Octarina Nur Samijayani, Dwi Astharini
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia C15
[109-EEC_18] Simulasi Struktur Cacat Fibre Bragg Grating Pada Area C-Band Dengan
Menggunakan Teori Couple Mode
Nasrulloh, Qadriyah, Ary Syahriar
Fakultas Sains dan TeknologiUniversitas Al Azhar Indonesia C16
[127-EEC_21]Penentuan Letak Perangkat Mobile Phone Jammer dengan Metode Drive Test
pada Jaringan Global System for Mobile Communication (GSM)
Wahyu Adi Prijono, Raditya Kharismawan
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya C19
[131-EEC_23]Pengaruh Panjang Cylic Prefix terhadap Performansi Single Carrier Frequency Division
Multiple Access (SC-FDMA) pada Long Term Evolution (LTE)
Ir. Endah Budi P., MT., Putu Laksmi Mas Pratiwi, Ali Mustofa ST., MT.
Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya C21
xiii
[144-EEC_26]Analisis Kondisi Lapisan Ionosfer Regional Menjelang Puncak Siklus
Matahari ke 24 dan Pengaruhnya Terhadap Sistem Navigasi Berbasis Satelit
Asnawi Husin dan Dwiko Unggul Prabowo
Pusat Sains Antariksa LAPAN C24
[170-EEC_33]Test Bed Evaluation for Web Conference over Wireless Mesh Network
using OLSR Routing Protocol
Indrarini Dyah Irawati, Leanna Vidya Yovita, Ratna Mayasari
Fakultas Elektro & Komunikasi-Institut Teknologi Telkom C27
[181-EEC_41]Pengaruh Besarnya Ground Plane pada Kinerja Antena Mikrostrip Segitiga Sama Sisi
dengan Slot Persegi Panjang pada Frekuensi Kerja 2,4 GhZ
Dwi Fadila Kurniawan, Erfan Achmad Dahlan, Katherin Amelia M.
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya C31
D. CONTROL
[008-EED-02] Penerapan Logika Fuzzy pada Plc untuk Pengolahan Air Bersih ui Bak Penampungan PDAM
Balikpapan
Dadang Suherman
Politeknik Negeri Samarinda D2
[033-EED_07] Implementasi Model Reference Adaptive System (MRAS) pada Model Sistem Autopilot
Lateral dan Longitudinal Pesawat Boeing 747-400
Aulia iefan Datya, M.Aziz Muslim,Purwanto
Program Magister dan Doktor Fakultas Teknik Universitas Brawijaya D5
[052-EED_13] Rancang Bangun Rangkaian Boost Converter Terkontrol Berbasis Fuzzy Logic
Controller untuk Menyuplai Motor DC pada Mobil Listrik
Ainur Rofiq N, Renny Rakhmawati, Grandis Prima H
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya D8
[080-EED_17]Implementasi Metode Fuzzy untuk Mengatasi Dynamic Obstacle pada Three Wheels Omni-
directional Mobile Robot Berbasis Stereo Vision
Faikul Umam , Rusdhianto Effendi, Tri Arief Sardjono
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya D11
[106-EED_22] Pengaturan Kenyamanan Daya pada Rumah Tinggal Menggunakan Fuzzy Logic
Aan Yudi PrasetiyoHendik Eko, Suhariningsih
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya D14
xv
[113-EED_24]Sistem Perencanaan Boost Converter Metode Kontrol Logika Fuzzy Berbasis
Mikrokontroller
Elca Wiryanti Wulan S.,Indhana Sudiharto, Epyk Sunarno
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS D15
[115-EED_26]Pengontrolan Suhu Dan Ph Air Pada Budidaya Kepiting Soka Berbasis Mikrokontroler
M. Machmud Rifadil, Hendik Eko H.S, Adiwena Dwi Cahyo
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS D16
[120-EED_27]Perancangan Sistem Kontrol Lubrikasi Roda Penyangga Cooler Berbasis PLC (Programmable
Logic Controller)
Diana Rahmawati, M.Taqijuddin Alawy, A. Sirrul Atho
Mekatronika Universitas Trunojoyo Madura, Teknik Elektro Universitas Islam Malang D17
[130-EED_28]Implementasi Deteksi dan Tracking Obyek Berwarna pada Perangkat Keras Embedded System
Arm920 Core
Fatkhur Rohman, SST.,
Departement of Control System and Electronic Engineering, Faculty of Engineering, Brawijaya University D18
[135-EED_31]Prediksi Gaya Angkat Spesimen Uji NACA 0015 Menggunakan Jaringan Syaraf
Tiruan Dengan Variasi Sudut Serang dan Kecepatan Aliran Udara
Slamet Widodo,S.ST., M. Aziz Muslim, S.T., M.T., Ph.D., and Dr. Eng. Didik R. Santoso, M.Si.
Pascasarjana Teknik Elektro Universitas Brawijaya D20
[161-EED_35]Deteksi Dini Serangan Jantung Coroner Melalui Sinyal St Pada Ecg Dengan Menggunakan
Neural Network (Backpropagation)
Madyono, I. Ketut Eddy Purnama, Mauridhi Hery Purnomo
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya D23
[165-EED_38]Analisis Penggunaan Sensor Cahaya dan Sensor Warna untuk Kestabilan Lego
NXT Line Follower
Sri Wahyuni*, Rusdhianto Effendi AK, Djoko Purwanto
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya D25
xvi
E. INFORMATICS
[055-EEE_08] Algoritma Koloni Lebah Buatan untuk Optimasi Tapak Bujur Sangkar terhadap
Kontrol Gaya Geser Satu Arah
Oktriza Melfazen, Denda Dewatama
Universitas Brawijaya dan Polinema E6
[065-EEE_12]Pencarian Nilai-nilai Optimal (L dan Delay) dengan MSE dan Perjalanan Bobot, pada
Penghapusan Bising Suara Kendaraan Diesel
Sri Arttini Dwi Prasetyowati, Bustanul Arifin, Eka Nuryanto Budi Susila
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang E8
xvii
[068-EEE_15]IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI SALSA20 UNTUK KEAMANAN
PESAN SMS PADA TELEPON SELULER
Paulus Lucky Tirma Irawan, Michael Linggardjati
PPS Teknik Elektro Universitas Brawijaya dan Universitas Ma Chung E11
[075-EEE_17] Prediksi Waktu Pelaksanaan Shutdown Maintenance di Kilang CDU IV Balikpapan
Pertamina RU V
Ain Sahara, Adhi Susanti, Indah Soesanti
Jurusan Teknik Elektro FT UGM E12
[077-EEE_18] Optimasi Penentuan Status Aktivitas Gunung Merapi Menggunakan Logika Fuzzy
Bagus Fatkhurrozi
Mahasiswa Program Magister Teknik Elektro Universitas Brawijaya E13
[ 088-EEE-020] Rancang Bangun Academic Management dan Content Preparation Menggunakan Hybrid
Framework dan JQuery pada Program Magister dan Doktor Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Dhebys Suryani Hormansyah,S.Kom
Magister Fakultas Teknik Elektro Sistem Komunikasi dan Informatika E14
[096-EEE_22] Aplikasi Panorama 360 Berbasis Web
Didik Dwi Prasetya
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang E15
[104-EEE_24] Peramalan Indeks Saham LQ-45 Dengan Metode Hibridisasi Exponential Smoothing Dan
Neural Network
Nur Yanti, Aziz Muslim, Purwanto
Program Studi Teknik Elektro Universitas Brawijaya danPoliteknik Negeri Balikpapan E16
[107-EEE_25] Model Desain Dan Implementasi Perangkat Lunak Sensor Cloud Untuk Sistem Monitoring
Lingkungan
Zahir Zainuddin, Rahman
Universitas Hasanuddindan Politeknik Negeri Ujung Pandang E17
[136-EEE_31] Kajian Kemampuan Kombinasi Ekstraksi Ciri LPCC dan MFCC Dalam Identifikasi
Penutur
Ari Fadli, Risanuri Hidayat, Litasari
Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada E20
[162-EEE_34] Sistem Pakar untuk Corporate Customer Care Penanganan Gangguan Komunikasi
Data dengan Metode Penalaram Berbasis Kasus
I Wayan Payoka Setia Dharma ST
Program Pasca Sarjana Teknik Elektro Universitas Brawijaya E22
xviii
[166-EEE_35] Peramalan Kebutuhan Beban Jangka Pendek
Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruandi Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
Maju Binoto
Mahasiswa PascasarjanaJurusan Teknik Elektro,Universitas Brawijaya E23
xix
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
SSSC
Kontrol tegangan, kompensasi VAR, peredaman
osilasi, stabilitas tegangan.
Kontrol arus, peredaman osilasi, stabilitas transien
Peralatan ini pada dasarnya mengontrol tiga parameter dan dinamis, stabilitas tegangan, pembatasan arus
gangguan.
yang ada pada sistem transmisi AC yaitu; tegangan, IPFC Kontrol daya reaktif, kontrol tegangan, peredaman
sudut fasa dan impedansi. Penggunaan osilasi, stabilitas transien dan dinamis, stabilitas
peralatanFACTSpada sistem tenaga selain dapat tegangan.
UPFC Kontrol daya aktif dan reaktif, kontrol tegangan,
meningkatkan performa transmisi AC jarak jauh, aliran kompensasi VAR, peredaman osilasi, stabilitas
daya juga dapat dikendalikan. transien dan dinamis, stabilitas tegangan,
Power System Analysis Toolbox (PSAT) merupakan pembatasan arus gangguan.
salah satu toolboxes pada MATLAB untuk melakukan Keuntungan penggunaan teknologi FACTS antara
analisis dan simulasi mengenai hampir semua persoalan lain:
yang ada pada sistem tenaga listrik, yaitu analisis Mampu mengontrol aliran daya seperti yang
steady state seperti analisis aliran daya, analisis diharapkan;
kontingensi, analisis gangguan dan analisis dinamik Meningkatkan kemampuan saluran;
(Milano, 2006). Mengurangi aliran daya reaktif [10].
Pada penelitian ini dilakukan simulasi dan analisis Model beban biasanya diklasifikasikan menjadi dua
terhadap beberapa peralatanFACTS yang dimodelkan kategori yaitu statis dan dinamis. Beban bisa
pada PSAT, antara lain SVC, STATCOM, SSSC dan dimodelkan dengan menggunakan model:
UPFC. Dengan mengadakan simulasi dan analisis yang Model beban impedansi konstan (konstan Z):
dilanjutkan dengan perbandingan terhadap kinerja Model beban arus konstan (konstan I)
A1-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
METODE PENELITIAN
Model peralatanFACTS yang digunakan antara lain
Tahapan penelitian direncanakan seperti diagram alir SVC, UPFC, STATCOM dan SSSC. Sistem tenaga
dalamGambar 1Gambar 1 Penelitian diawali dengan yang dianalisis yaitu sistem tenaga 9 bus dan 14 bus
studi pustaka tentang macam-macam pemodelan serta sistem tenaga 45 bus. Parameter untuk sistem
peralatan FACTS dan cara mengevaluasi kinerja tenaga listrik yaitu panjang saluran, resistansi,
peralatan FACTS. Langkah selanjutnya adalah reaktansi, suseptansi, arus yang mengalir, daya nyata
menentukan peralatan FACTS yang akan dianalisis dan daya semu. Parameter-parameter tersebut
pada penelitian. ditentukan dengan berdasarkan nilai standar yang
Mulai diberikan oleh IEEE untuk sistem tenaga 9 bus dan 14
bus serta parameter untuk sistem tenaga 45 bus
Studi Pustaka diperoleh dari pengambilan data di lapangan.
Sedangkan parameter untuk gangguan antara lain fault
Penentuan sistem tenaga time, fault clearing time, resistansi dan reaktansi
gangguan. Sebelum FACTS devices terpasang,
Penentuan parameter sistem seperti panjang saluran, resistansi, reaktansi,
suseptansi, arus yang mengalir, daya nyata dan daya semu
dilakukan analisis aliran daya terhadap sistem tenaga
yang telah diberi gangguan. Kemudian dilakukan time
Penentuan parameter gangguan seperti fault time, fault clearing domain simulation pada sistem transmisi yang sama.
time, resistansi dan reaktansi gangguan Setelah itu jenis peralatanFACTS yang telah ditentukan
sebelumnya diintegrasikan pada sistem tenaga
Melakukan analisis aliran daya pada sistem tenaga listrik sebelum
terpasang FACTS devices kemudian dilakukan tahap yang sama seperti pada saat
sistem tenaga belum terintegrasi dengan
Mengamati tegangan pada tiap bus, daya aktif dan daya reaktif peralatanFACTS. Analisis dan pembahasan dilakukan
yang dibangkitkan maupun diserap
dengan membandingkan dua keadaan di atas kemudian
Melakukan time domain simulation pada sistem tenaga listrik diambil kesimpulan.
sebelum terpasang FACTS devices
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Mengamati perubahan tegangan pada beberapa bus dan
perubahan sudut rotor generator A. Analisis Aliran Daya Sistem Tenaga
Menentukan parameter FACTS devices seperti rating daya, tegangan, Gambar 1 adalah grafik yang menunjukkan
frekuensi, regulator time constant, regulator gain, tegangan referensi, perbandingan tegangan pada setiap bus sebelum
dll.
maupun sesudah terintegrasi dengan FACTS devices.
Pengintegrasian model FACTS devices ke dalam model sistem
tenaga listrik Nilai tegangan tersebut merupakan hasil analisis aliran
daya. Untuk sistem tenaga 9 bus tanpa FACTS devices
terdapat kenaikan nilai tegangan pada bus 4 sampai bus
A 9 jika sistem tenaga diintegrasikan dengan FACTS
devices. Pengecualian terjadi pada bus 7 dan bus 8
yang memiliki nilai tegangan yang lebih rendah jika
sistem tenaga diintegrasikan dengan SSSC dan UPFC.
Untuk sistem tenaga 9 bus dengan SVC maupun sistem
A1-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
tenaga 9 bus dengan STATCOM mempunyai nilai rugi daya nyata pada sistem tenaga tanpa FACTS
tegangan yang sama pada tiap bus seperti halnya nilai devices lebih besar daripada sistem tenaga dengan
tegangan pada sistem tenaga 9 bus dengan SSSC FACTS devices. Sedangkan pada sistem tenaga dengan
maupun sistem tenaga 9 bus dengan UPFC.. Pada SVC maupun STATCOM mempunyai rugi daya nyata
keadaan steady state, nilai tegangan pada bus 5 yang lebih besar daripada sistem tenaga yang
besarnya sama di setiap sistem tenaga yang telah diintegrasikan dengan SSSC maupun UPFC.
diintegrasikan dengan FACTS devices yaitu 1,025 p.u.
B. Analisis Dinamik Sistem Tenaga
1.05 Parameter yang dianalisis pada time domain
1.04 simulation ini antara lain tegangan pada bus 4, 5, 7.
1.03
1.02 1.1
1.01 1
1
0.99 0.9
0.8
Bus 9
Bus 1
Bus 2
Bus 3
Bus 4
Bus 5
Bus 6
Bus 7
Bus 8
0.7
0.6
no svc statcom sssc upfc 0 1 2 3 4 5
1.06 Gambar 5. Tegangan Bus 5 Pada Sistem Tenaga 9 Bus Tanpa dan
Dengan FACTS Devices
1.01 1.2
1
0.96
0.8
Bus 6
Bus 1
Bus 2
Bus 3
Bus 4
Bus 5
Bus 7
Bus 8
Bus 9
Bus 10
Bus 11
Bus 12
Bus 13
Bus 14
0.6
0.4
0.2
0
no svc statcom sssc upfc
0 1 2 3 4 5
Gambar 3. Perbandingan Tegangan Tiap Bus pada Sistem Tenaga 14
Bus
no svc statcom sssc upfc
TABEL 1. PERBANDINGAN RUGI DAYA NYATA
Tanpa
Sistem FACTS SVC STATCOM SSSC UPFC Gambar 6. Tegangan Bus 7 Pada Sistem Tenaga 9 Bus Tanpa dan
Tenaga devices (p.u) (p.u) (p.u) (p.u) Dengan FACTS Devices
(p.u)
9 bus 0,04641 0,4497 0,4497 0,01735 0,01735 Berdasarkan Gambar 2 sampaiGambar 6 diketahui
14 bus 0,2943 0,2917 0,2917 0,29 0,2868 bahwa saat sistem tenaga 9 bus tanpa FACTS devices,
tegangan bus 4, 5, dan 7 mempunyai nilai paling
BerdasarkanTabel 1Tabel dapat diketahui bahwa rendah. Keadaan ini terjadi baik pada saat sebelum
A1-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A1-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
terhubung dengan SSSC dan UPFC. Tegangan bus 9 dengan tegangan tiap bus pada sistem yang belum
tidak mengalami osilasi lagi pada t = 6,00 s ketika dipasang FACTS devices. Tegangan tiap bus pada
terhubung dengan UPFC, pada t = 7,25 s ketika sistem tenaga yang dipasang SSSC dan UPFC
terhubung dengan SSSC, pada t = 8,88 s ketika mempunyai nilai yang lebih besar daripada tegangan
terhubung dengan STATCOM, pada t = 9,00 s ketika tiap bus pada sistem tenaga yang dipasang SVC dan
terhubung dengan SVC, dan pada t = 10,00 s ketika STATCOM.
tidak terhubung dengan FACTS devices. Tegangan bus Sedangkan berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui
13 tidak mengalami osilasi lagi pada t = 6,50 s ketika bahwa penambahan FACTS devices pada sistem tenaga
terhubung dengan UPFC, pada t = 6,63 s ketika bisa mengurangi rugi-rugi daya nyata. Saat sistem
terhubung dengan SSSC, pada t = 6,88 s ketika tenaga belum terpasang FACTS devices rugi daya
terhubung dengan STATCOM, pada t = 7,88 s ketika nyata yang terjadi adalah sebesar 0.02866 p.u. Nilai ini
terhubung dengan SVC, dan pada t = 10,25 s ketika berkurang menjadi 0.02635 p.u apabila sistem tenaga
tanpa FACTS devices. Tegangan bus 14 tidak dihubungkan dengan SVC dan STATCOM. Apabila
berosilasi lagi pada t = 6,00 s jika sistem tenaga sistem tenaga dihubungkan dengan SSSC dan UPFC
terhubung dengan STATCOM, pada t = 7,00 s jika maka nilai rugi daya akan semakin berkurang menjadi
terhubung dengan SVC, dan pada t = 10,63 s jika tidak 0.02556 p.u.
terhubung dengan FACTS devices. 1.5
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa
tegangan pada tiap bus setelah sistem dipasang FACTS 1
devices mengalami peningkatan apabila dibandingkan 0.5
dengan tegangan tiap bus pada sistem yang belum
0
dipasang FACTS devices. Tegangan tiap bus pada
Bus 28
Bus 10
Bus 13
Bus 16
Bus 19
Bus 22
Bus 25
Bus 31
Bus 34
Bus 37
Bus 40
Bus 43
Bus 1
Bus 4
Bus 7
sistem tenaga yang dipasang SSSC dan UPFC
mempunyai nilai yang lebih besar daripada tegangan
tiap bus pada sistem tenaga yang dipasang SVC dan no svc statcom sssc upfc
STATCOM.
Sedangkan berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui
bahwa penambahan FACTS devices pada sistem tenaga Gambar 10. Perbandingan Tegangan Pada Tiap Bus Sebelum dan
Sesudah Dipasang FACTS Devices
bisa mengurangi rugi-rugi daya nyata. Saat sistem
tenaga belum terpasang FACTS devices rugi daya 0.029
nyata yang terjadi adalah sebesar 0.02866 p.u. Nilai ini 0.028
berkurang menjadi 0.02635 p.u apabila sistem tenaga 0.027
dihubungkan dengan SVC dan STATCOM. Apabila 0.026
sistem tenaga dihubungkan dengan SSSC dan UPFC
0.025
maka nilai rugi daya akan semakin berkurang menjadi
0.02556 p.u. 0.024
Keadaan bus 19 dan bus 20ketika dilakukan analisis no svc statcom sssc upfc
dinamis direpresentasikan pada Gambar 12 danGambar
13. Berdasarkan tiap-tiap gambar dapat diketahui P (p.u)
bahwa tegangan pada bus saat Sistem Tenaga 45 Bus
tidak terhubung dengan FACTS devices mempunyai Gambar 11. Perbandingan Rugi Daya Nyata
nilai yang paling rendah. Keadaan ini terjadi baik pada E. Analisis Dinamis Sitem Tenaga 45 Bus
saat sebelum terjadi gangguan maupun setelah terjadi Keadaan bus 19 dan bus 20ketika dilakukan analisis
gangguan. Saat terjadi gangguan, tegangan bus jatuh dinamis direpresentasikan pada Gambar 12 danGambar
pada nilai terendah saat sistem tidak terhubung dengan 13. Berdasarkan tiap-tiap gambar dapat diketahui
FACTS devices. bahwa tegangan pada bus saat Sistem Tenaga 45 Bus
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai tidak terhubung dengan FACTS devices mempunyai
berikut: nilai yang paling rendah. Keadaan ini terjadi baik pada
ketika terhubung dengan STATCOM, pada t = 7,88 s saat sebelum terjadi gangguan maupun setelah terjadi
ketika terhubung dengan SVC, dan pada t = 10,25 s gangguan. Saat terjadi gangguan, tegangan bus jatuh
ketika tanpa FACTS devices. Tegangan bus 14 tidak pada nilai terendah saat sistem tidak terhubung dengan
berosilasi lagi pada t = 6,00 s jika sistem tenaga FACTS devices.
terhubung dengan STATCOM, pada t = 7,00 s jika
terhubung dengan SVC, dan pada t = 10,63 s jika tidak
terhubung dengan FACTS devices.
D. Analisis Dinamis Sistem Tenaga 45 Bus
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa
tegangan pada tiap bus setelah sistem dipasang FACTS
devices mengalami peningkatan apabila dibandingkan
A1-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 12. Tegangan Bus 19 Pada Sistem Tenaga 45 Bus Tanpa dan REFERENCES
Dengan FACTS Devices
[1] Acharya. tanpa tahun. Facts about Flexible AC Transmission
1.4 Systems (FACTS) Controllers: Practical Installations and
1.2 Benefits. http://www.itee.uq.edu.au. Diunduh pada 28 Juli
2010.
1 [2] Ajami, dkk. 2007. Modelling and Controlling of UPEC for
0.8 Power System Transient Studies, ECTI Transactions on
Electrical Eng., Electronics, and Communication 5 (2): 29-35.
0.6 [3] Asare, dkk. 1994. An Overview of Flexible AC Transmission
0.4 System. Indiana: School of Electrical Engineering, Purdue
0.2 University.
[4] Bina dan Hamill. 1998.A Classification Scheme for FACTS
0 Controller, School of Electronic Engineering, Information
Technology and Mathematics University of Surrey, Guildford
0 1 2 3 4 5
GU2 5XH, United Kingdom.
[5] Canizares, dkk. 2003. STATCOM Modelling for Voltage and
Angle Stability Studies, Electrical Power and Energy System
no svc statcom sssc upfc 25: 1-20.
[6] Canizares, Claudio and Kodsi. 2003. Modelling and Simulation
of IEEE 14 Bus System With FACTS Controllers.
Gambar 13. Tegangan Bus 19 Pada Sistem Tenaga 45 Bus Tanpa http://thunderbox.uwaterioo.ca. Diunduh pada 28 Januari 2010.
dan Dengan FACTS Devices [7] L. Gyugyi, 1992. A Unified Power Flow Controller Concept
For Flexible AC Transmission System, Generation,
Transmission and Distribution 139 (4); 323-331.
[8] Haque, M. 2008. Evaluation of First Swing Stability of A Large
KESIMPULAN DAN SARAN Power System With Various FACTS Devices, IEEE Trans.
Power Syst. 23 (3): 1114-1151.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai [9] Huang, dkk. 2000. Application of Unified Power Flow
berikut: Controller In Interconnected Power Systems-Modelling,
1. Pemasangan FACTS devices pada sistem Interface, Control Strategy, and Case Study, IEEE Trans. Power
Syst. 15 (2): 817-824.
tenaga listrik tegangan tinggi AC terbukti [10] Hingorani dan Gyugyi. 2000. Understanding FACTS. New
mampu mengurangi kerugian daya nyata baik York: John Wiley and Sons.
pada sistem tenaga 9 bus, sistem tenaga 14 [11] Kalyani dan Das. 2008. Simulation of Real and Reactive Power
Flow Control With UPFC Connected To a Transmission Line,
bus, maupun sistem tenaga 45 bus.
http://www.jatit.org. Diunduh pada 20 Maret 2010.
2. Pemasangan FACTS devices pada sistem [12] Milano, F. 2006. An Open Source Power System Analysis
tenaga listrik tegangan tinggi AC terbukti Toolbox. http://www.power.uwaterloo.ca. Diunduh pada 1
mampu meningkatkan tegangan pada hampir Januari 2010.
[13] Padiyar, K. 2007. FACTS Controllers In Power Transmission
semua bus terutama bus yang terintegrasi and Distribution. New Delhi: New Age International (P) Ltd.
dengan FACTS devices. [14] Panda, S. 2010. Modelling, Simulation and Optimal Tuning Of
3. Pada analisis dinamis terbukti bahwa tegangan SSSC-Based Controller In A Multi-Machine Power System.
World Journal of Modelling and Simulation 6 (2): 110-121.
bus dari suatu sistem tenaga yang terintegrasi [15] Nasser, Abdul. 2008. Power System Modelling and Fault
dengan FACTS devices lebih cepat menuju Analysis. London: Elsevier Ltd.
keadaan stabil setelah mengalami gangguan. [16] Umar, dkk. 2008. Optimasi Penempatan Multi Peralatan
FACTS Pada Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan
Menggunakan Algoritma Genetika. Seminar Nasional Aplikasi
Berikut ini adalah beberapa hal yang penulis perlu Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008). Yogyakarta.
sarankan untuk keperluan penelitian dan [17] Zhang, dkk. 2006. Flexible AC Transmission System Modelling
and Control. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
pengembangan lebih lanjut.
1. FACTS devices lainnya perlu diteliti lebih
A1-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A2-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
ASUI =
U N i i
= 1 - ASAI (6)
1.2.2. Sectionalizer 8760 N i
Sectionalizer adalah peralatan untuk
A2-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Energy Not Supllied (ENS) tij = waktu yang diperlukan dalam langkah
ENS = Jumlah Energi Tidak Tersalur demi langkah dari operasi kerja pemulihan
pelayanan
ENS = LaiU i (MWh / tahun ) (7)
Average Energy Not Supplied (AENS) Jaringan distribusi mempunyai tingkat
Jumlah Energi Tidak Tersalur kontinyuitas pelayanan yang bergantung pada
AENS = susunan (konfigurasi) dan cara
Jumlah Seluruh Pelanggan
pengoperasiannya. Tingkat kontinyuitas (ada 5
AENS =
La Ui i (kWh / pelanggan-tahun) (8) tingkat) pelayanan pada sistem distribusi diukur
N i
dari lamanya waktu untuk menghidupkan
kembali suplai tenaga listrik setelah mengalami
1.3.3. Standarisasi Tingkat Keandalan pemadaman karena gangguan (SPLN 52-3-
SPLN-59-1985 1983).
Keandalan pada sistem distribusi dalam SPLN
Tabel 1. Angka Keluar Komponen Sistem Distribusi
59-1985 disebutkan bahwa mutu pelayanan No Komponen Angka Keluar ()
Indeks ini dihitung dari angka keluar I. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti /memperbaiki
pemutus tenaga, sakelar beban, 10
komponen yang menyebabkan pemadaman dan J. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti penyambung kabel 15
waktu pemulihan pelayanan. K. Waktu yang dibutuhkan untuk 10
L. mengganti
Waktu yangtrafo dsitribusi
dibutuhkan untuk
10
n m mengganti
Waktu yangpelindung
dibtuhkanjaringan
d = X i li Cij t ij
M. untuk
mengganti/memperbaiki bus 10
jam/tahun (10) Sumber: SPLN 59-1985: 8
i =1 j =1
dengan: IEEE Std. 1366-2000 dan WCS PLN
i = angka keluar komponen yang Tingkat keandalan yang digunakan pada IEEE
menyebabkan pemadaman Std. 1366-2000 diukur melalui indeks keandalan
Xi = panjang penyulang atau jumlah unit SAIFI (System Average Interruption Frequency
komponen Index) dan SAIDI (System Average Interruption
n = jumlah komponen yang keluar yang Duration Index) seperti yang telah diuraikan
menyebabkan pemadaman pada subbab 2.4.3. tentang indeks keandalan.
m = jumlah dari fungsi kerja yang terlibat
Kedua indeks keandalan ini (SAIFI dan SAIDI)
dalam pemulihan pelayanan
banyak digunakan untuk mengukur tingkat
Cij = jumlah konsumen per unit yang
mengalami pemadaman selama langkah keandalan sistem distribusi oleh banyak industri/
demi langkah dari operasi kerja (j = indeks perusahaan penyedia tenaga listrik di dunia.
dari operasi kerja)
Tabel 3. Beberapa Standar Indeks Keandalan
A2-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A3C 240
A3C 150
Jln. Bayur
A3C 70 N.C
A3C 35
A3CS 150
Jln. Pinang Seribu
N.C
Puspita Bengkuring
LBS MOTORIZED
Sekolah Pertanian
Jln. Padat Karya
Jln. Batu Besaung
RECLOSER
Jln. Batu Cermin Jln. W. Hasyim
Jln. AW Syahrani
Kayu Manis Village
E Gg Salomo
1
Jln. AWS 4
Villa Tamara
N.C
Gg Wangi
Jln. AW Syahrani
Bukit Pinang
Perum Guru
Pandan Harum Hill
Pasar Palima
LBS MOTORIZED
Graha Indah
Perum B. Mediterania
Dinas Perindagkop
Dinas Pertamben
Rawa Sari
BKKBN
Jln. MT Haryono
MT HARYONO
Perum
Gambar 3. Single-line Diagram Analisa Keandalan Penyulang Tengkawang Kondisi Jaringan Existing
2.2. Analisis Perhitungan Keandalan Menghitung indeks lama pemadaman rata-rata
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam (d) adalah :
analisis perhitungan data PMT, SUTM, Recloser,
SAIDI =
U i Ni (jam / tahun)
LBS dan CO untuk evaluasi dan peningkatan N i
keandalan Penyulang Tengkawang Gardu Induk n m
Karang Asam adalah sebagai berikut: d = X i li Cij t ij jam/tahun
Menghitung indeks frekuensi pemadaman i =1 j =1
rata-rata (f) adalah :
d=
n
f = Ci X i li =(1x1x0,004)+(1x0,256x0,2)+ (0,004x(0,5+10))+(0,0512((0,5x2+0,16x0x0,5)+
3))++(0,005x10) = 26,7105923200
i =1
(8/9x2,613)++(1/123x0,005) = 3,163157711
Jadi d = 26,7105923200 jam / tahun
li Ni (gangguan / tahun)
SAIFI =
N i Indek CAIDI = 5845105,628/692196,9651
Jadi f = 3,163157711 gangguan / tahun = 8,444280924 jam / pemadaman
Indek ASAI = (8760-26,71059232)/8760
A2-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Recloser
6 TD
LBS
21 TD
adalah:
LBS AW
f = 1,8415817100 gangguan/tahun
Wahid Padat
Syahrani Karya
SUTM SUTM SUTM Hasyim SUTM SUTM
1 2 3 4 5
Jl. MT. Haryono Jl. P. Suryanata Jl. Wahid Hasyim Jl. Kadrie Oening Jl. Padat Karya
PMT T9
GI Tengkawang
Recloser
MT Haryono CO.
P Suryanata
CO.
Batu
d = 9,4337145913jam/tahun
Jl. AW Syahrani
Besaung
SAIFI = 4,208586518
Jl. Bayur
SUTM 6
SUTM 7
SUTM 8
SUTM 9
Jl. Wanyi
19 2 32
1 TD
TD TD TD
gangguan/tahun
Gambar 4. Diagram Sederhana Penyulang Tengkawang SAIDI = 10,574293718 jam/tahun
Kondisi Jaringan Existing
CAIDI= 2,512552296 jam/gangguan
ASAI = 0,998792889
ASUI = 0,001207111
A2-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
pelanggan 5
6
4,024554716
4,214586518
10,20865395
8,202571607
2,536592161
1,946234007
0,998834629
0,999063633
0,001165371
0,000936367
51209,70526
40839,38715
2,774992157
2,213037127
A2-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Lama Pemadaman
Kondisi
SAIFI SAIDI CAIDI ASAI ASUI ENS AENS 8.00000000000
1 - - - - - - - 6.00000000000
2 - - - - - - - 4.00000000000
3 - - - - - - - 2.00000000000
4 1,77146 2,3413 0,58012 0,0029 2,3413 2,41331 2,41331 0.00000000000 Lama Pemadaman
CO Batu Besaung
Recloser MT Haryono
LBS AW Syahrani
Trafo Distribusi
SUTM 1
SUTM 2
SUTM 3
SUTM 4
SUTM 5
SUTM 6
SUTM 7
SUTM 8
SUTM 9
CO Surya Nata
5 6,06677 5,71816 -0,37112 0,00708 5,71816 5,69938 5,69938
6 1,76898 1,80813 0,03986 0,00173 1,80813 1,88008 1,88008
7 6,05828 5,96195 -0,10255 0,00569 5,96195 5,94844 5,94844
8 0,1167 8,59517 8,48838 0,01064 8,59517 9,46156 9,46156
9 0,11654 0,27949 0,16314 0,00027 0,27949 -0,56569 -0,56569
10 0,1167 23,10562 23,01578 0,0286 23,10562 24,69908 24,69908 Jenis Komponen
1.00000000000
0.80000000000
0.60000000000
[6] Elmakias, David. 2008. New Computational Methods in
0.40000000000
0.20000000000
Power System Reliability. Berlin: Springer
0.00000000000
Frekuensi Pemadaman [7] Gers, Juan M. & Edward J. Holmes. 2004. Protection of
LBS Padat Karya
Trafo Distribusi
PMT Penyulang
CO Batu Besaung
SUTM 1
SUTM 2
SUTM 3
SUTM 4
SUTM 5
SUTM 6
SUTM 7
SUTM 8
SUTM 9
LBS AW Syahrani
Recloser MT Haryono
CO Surya Nata
Recloser Wahid Hasyim
A2-7
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
[12] Short, Thomas Allen. 2004. Electric Power Distribution [18] Sukerayasa, 2007. Penentuan Angka Keluar Peralatan
Handbook. New York: Taylor and Francis Group Untuk Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Tenaga
[13] Short, Thomas Allen. 2006. Distribution Reliability and Listrik. Jimbaran:Udayana
Power Quality. New York: Taylor and Francis Group [19] Teguh Utomo 1998, Optimasi Loop Tunggal Pada
[14] SPLN 41-10: 1991. Penghantar Aluminium Paduan Jaringan Distribusi Primer Untuk Minimisasi Rugi
Berselubung Polietilen Ikat Silang (AAAC-S) Daya.
[15] SPLN 52-3:1983. Pola Pengamanan Sistem Bagian [20] World Class Services (WCS) PT PLN (Persero).
Tiga: Sistem Distribusi 6kV dan 20kV http://www.pln.co.id/Portals/0/dokumen/e%
[16] SPLN 59: 1985. Keandalan Pada Sistem Distribusi
20-%20BOOK%20SUCCESS%20%20
20kV dan 6kV
DIRECTORY.pdf (diakses 10 Maret 2009)
[17] Suhadi. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.
A2-8
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak- Energi listrik merupakan kebutuhan listrik yang lebih merata dan berkelanjutan, maka
penggerak roda ekonomi suatu bangsa. Demikian juga diperlukan suatu rencana penyediaan kebutuhan
dengan Provinsi Kalimantan Timur komsumsi energi energi listrik. Provinsi Kalimantan Timur dengan
listrik setiap tahunnya meningkat sejalan dengan
peningkatan akan kebutuhan tenaga listrik yang terus
peningkatan pertumbuhan ekonomi masayarakat. Oleh
karena ini diperlukan suatu rencana penyediaan meningkat maka harus tahu secara tepat jumlah
kebutuhan energi. Penyediaan kebutuhan energi dapat permintaan kebutuhan energi listrik yang harus
dilakukan dengan peramalan kebutuhan energi jangka tersedia sampai pada periode tertentu. Dibutuhkan
panjang agar dapat menggambarkan kondisi peramalan kebutuhan energi listrik jangka panjang
kelistrikan saat ini dan akan datang. Hasil peramalan yang dapat memberi informasi akan kebutuhan energi
kebutuhan energi Provinsi Kalimantan Timur dengan
listrik pada periode waktu tertentu. Dengan demikian
menggunakan jaringan syaraf tiruan akhit tahun studi
(2020) tidaklah jauh berbeda dengan hasil RUKD maka dalam periode waktu tertentu dapat disediakan
Provinsi Kalimantan Timur. Hasil ramalan untuk kebutuhan energi listrik melalui perencanaan
beban puncak dengan JST diperkirakan sebesar 935,55 pengadaan pembangkit serta perangkat jaringannya.
MW sedangkan hasil RUKD sebesar 865 MW Salah satu cara dalam meramalkan kebutuhan
(perbedaan sekitar 7,54%). Energi terjual pada tahun energi listrik adalah dengan menggunakan Jaringan
2020 diperkirakan sebesar 6.712.820 MWh sedangkan
Syaraf Tiruan, jaringan syaraf tiruan adalah metode
hasil RUKD 4.421.000 MWh (perbedaan sekitar
34,14%). Jumlah pelanggan listrik pada tahun 2020 yang sudah cukup luas pemakainnya di berbagai
diperkirakan sebanyak 1.016.326 pelanggan, sedangkan bidang dengan memberi hasil yang memuaskan.
hasil RUKD sebanyak 1.061.508 pelanggan (perbedaan Jaringan syaraf tiruan didefenisikan sebagai suatu
sekitar 4,25%). Daya tersambung pada tahun 2020 sistem pemrosesan informasi yang mempunyai
diperkirakan sebesar 2.005,67 MVA sedangkan hasil karakteristik menyerupai jaringan syaraf manusia.
RUKD sebesar 1941,73 MVA (perbedaan sekitar
Jaringan syaraf tiruan tercipta sebagai suatu
3,18%).
Kata kunci : Peramalan, Kebutuhan energi listrik,
generalisasi model matematis dari pemahaman
Jaringan syaraf tiruan manusia. Jaringan syaraf tiruan mampu mengenali
kegiatan dengan berbasis pada data masa lalu.
A3-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
METODOLOGI
Gambar 1. Jaringan Syaraf Backpropagation Dengan Satu Hidden
Layer A. Penggunaan Data
Peramalan kebutuhan energi listrik provinsi
C. Algoritma Pelatihan Bacpropagation Kalimantan Timur membutuhkan variabel-variabel
Seperti halnya jaringan syaraf yang lain, pada yang mempengaruhi peramalan denagn
jaringan backpopagation pelatihan dilakukan dalam menggunakan jaringan syaraf tiruan. Variabel-
rangka perhitungan bobot sehingga pada akhir variabel tersebut adalah:
pelatihan akan diperoleh bobot-bobot yang baik.
Selama proses pelatihan, bobot-bobot diatur secara 1. Variabel Kelistrikan
iteratif untuk meminimumkan error (kesalahan) yang - Data Pembangkit (daya terpasang, daya mampu,
terjadi. Error (kesalahan) dihitung berdasarkan rata- beban puncak, energi produksi)
rata kuadrat kesalahan (MSE). - Data Sistem Distribusi (panjang JTM, panjang
Dalam backpropagation, fungsi aktivasi yang JTR, Jumlah Gardu Distribusi, Daya terpasang
dipakai harus memenuhi beberapa syarat yaitu: gardu distribusi)
kontinu, terdifferensial dengan mudah dan - Data Energi terjual
- Data Jumlah Pelanggan
merupakan fungsi yang tidak turun. Salah satu fungsi
- Data Daya Tersambung
yang memenuhi ketiga syarat tersebut sehingga
2. Variabel Eknomi
sering dipakai adalah fungsi sigmoid biner yang
- Produk Domestik Bruto (PDRB)/Kapita
memiliki range (0,1). Provinsi Kalimantan Timur
A3-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 1. Data masukan dan Data Target pelatihan JST 4. Target Sektor Bisnis
Tabel 4 Data masukan dan Data Target pelatihan JST
A3-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
d. Melakukan simulasi menggunakan JST dengan peramalan kebutuhan energi dimulai dari beban
masukan baru, dimana masukan baru tersebut puncak, Energi Terjual, Jumlah Pelanggan dan daya
merupakan data proyeksi dari faktor yang Tersambung untuk tahun 2011 sampai tahun 2020
mempengaruhi perkiraan komsumsi energi listrik dengan menggunakan program hasil pelatihan.
mulai tahun 2010 sampai dengan 2020.
e. Diperolehnya hasil keluaran perkiraan kebutuhan
komsumsi energi listrik tahun kabupaten Kutai PEMBAHASAN
Kartanegara tahun 2011-2020. Selama
pembelajaran dalam simulasi, JST terus merubah A. Beban Puncak
nilai bobot (weight) sampai nilai error yang Berdasarkan data dari PLN Wilayah Kalimantan
dihasilkan kurang atau sama dengan 10-5. Timur serta dari Bapan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Kalimantan Timur, maka dengan menggunakan
jaringan syaraf tiruan maka didapat hasil peramalan
besarnya beban puncak seperti pada Tabel 2. Dari
hasil peramalan dengan menggunakan jaringan syaraf
tiruan, maka dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata
beban puncak dari tahun 2011 s/d 2020 sebesar
7,82%,
HASIL PELATIHAN
Pelatihan dilakukan berulang-ulang dengan
merubah besar hiden layer sampai diperoleh suatu
bentuk bahwa pelatihan sudah berhasil mengenal
pola target data keluaran dengan melihat grafik
pelatihan. Pelatihan dimulai dengan jumlah node
hiden kecil. Sebagai tanda bahwa data masukan
sudah mengenal data target dari hasil pelatihan yaitu
dengan melihat grafik hubungan antara data tahun
pelatihan dengan target keluaran. Dalam Gambar 3
diperlihatkan grafik hubungan antara tahun pelatihan
dengan target keluaran beban puncak dengan 39 node
hiden.
Pertumbuhan tertinggi terjadi dari tahun 2018 s/d
2019 sebesar 12,83% dan pertumbuhan terendah
adalah dari tahun 2010-2011 sebesar 0,4%. Pada hasil
peramalan beban puncak sistem kelistrikan Provinsi
Kalimantan Timur sebesar 935,55 MW.
B. Energi Terjual
Hasil peramalan energi terjual sistem kelistrikan
provinsi kalimantan timur dengan menggunakan
jaringan syaraf tiruan tahun 2011 sampai dengan
tahun 2020 seperti pada Tabel 3.
A3-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 3 Hasil Peramalan Energi Terjual (MWh) Provinsi sektor bisnis atau usaha yang pada tahun 2011
Kalimantan Timur Tahun 2011 s/d 2020
sebanyak 31.784 pelanggan meningkat menjadi
62.396 pelanggan atau sebesar 6,14 % dari total
pelanggan.
B2. Daya Tersambung
Hasil peramalan daya tersambung sistem
kelistrikan provinsi kalimantan timur dengan
menggunakan jaringan syaraf tiruan dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2020 seperti pada tabel 5.
A3-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 6 Hasil Peramalan dengan JST dan Hasil RUKD 3. Jumlah pelanggan listrik sistem kelistrikan
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 s/d 2020
Energi Energi
Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2020
Beban Beban Jumlah Jumlah Daya Daya
Puncak Puncak Terjual Terjual Pelanggan Pelanggan Tersambung Tersambung diperkirakan sebanyak 1.016.326 pelanggan lebih
Tahun
JST RUKD JST RUKD JST RUKD JST RUKD kecil jika dibandingkan dengan jumlah pelanggan
(MW) (MW) MWh MWh (MVA) (MVA) hasil RUKD yaitu sebanyak 1.061.508
2011 445.32 441.00 2,382,381 2,140,000 510,106 506,279 838.394 874.039
pelanggan (perbedaan sekitar 4,25%).
2012 453.07 481.00 2,906,492 2,341,000 572,689 550,144 910.696 1,023.275
2013 478.24 512.00 3,173,003 2,528,000 596,307 598,099 1,006.726 1,190.371 4. Daya tersambung sistem kelistrikan Provinsi
2014 515.28 577.00 3,560,044 2,853,000 619,039 648,873 1,102.459 1,273.442 Kalimantan Timur pada tahun 2020 diperkirakan
2015 561.85 619.00 3,883,895 3,061,000 665,347 704,289 1,205.238 1,364.657 sebasar 2005,67 MVA lebih besar sedikit jika
2016 629.10 661.00 4,341,056 3,323,000 704,015 764,441 1,322.519 1,461.384 dibandingkan dengan hasil RUKD yaitu sebesar
2017 693.32 708.00 4,811,867 3,559,000 740,832 830,359 1,411.847 1,567.396
2018 758.76 757.00 5,460,608 3,811,000 837,394 900,491 1,574.338 1,681.178
1941,73 MVA (perbedaan sekitar 3,18%).
2019 856.09 808.00 5,941,399 4,126,000 930,960 977,303 1,781.899 1,805.631
2020 935.55 865.00 6,712,820 4,421,000 1,016,326 1,061,508 2,005.670 1,941.730
Total pelanggan listrik Provinsi Kalimantan Timur DAFTAR PUSTAKA
pada tahun 2011 sebanyak 510.106 pelanggan dan
meningkat menjadi 1.016.326 pelanggan pada tahun [1] Desiani, A, dan Arhami, M. 2006. Konsep Kecerdasan
2020. Sedangkan hasil perkiraan jumlah pelanggan Buatan. Andi. Yokyakarta.
[2] Gunadi, K., dan Iksan, P,. 2001. Jaringan Saraf Tiruan
menurut RUKD seperti dalam Tabel 6 menunjukkan Sebagai Alternatif untuk Penyelesaian Travelling
jumlah pelanggan pada tahun 2011 sebanyak 506.279 Salesperson Problem. Jurnal Informatika Vol. 2, No. 1, : 30 -
pelanggan meningkat menjadi 1.061.508 pelanggan 32
pada tahun 2020. [3] Gupta, C. 2006. Implementation of Back Propagation
Algoritma (of neural network) In VHDL. Department Of
Jika dibandingkan antara hasil peramalan dengan Electronics and Communication Engineering Thapar Institute
menggunakan jaringan syaraf tiruan dan hasil RUKD of Engineering & Technology, (Deemed University), Patiala-
seperti dalam Tabel 6 terdapat selesih pada India.
[4] Halim, S., Wibisono, A.M. 2000. Penerapan Syaraf Tiruan
pertumbuhan setiap tahun. Hasil peramalan dengan untuk Peramalan. Jurnal Teknik Industri Vol.2, hal 106-114.
menggunakan JST kapasitas daya tersambung [5] Hermawan, A. 2006. Jaringan Saraf Tiruan Teori dan
provinsi kalimantan timur tahun 2020 sebesar Aplikasi. Andi. Yogyakarta
[6] Kuncoro, A.H dan Dalimi, R. 2005. Aplikasi Jaringan Syaraf
2.005,670 MVA, sedangakan pada hasil RUKD Tiruan Untuk Peramalan Beban Tenaga Listrik Jangka
kapasitas daya tersambung pada tahun 2011 sebesar Panjang Pada Sistem Kelistrikan Di Indonesia. Jurnal
874,039 MVA meningkat menjadi 1.941,73 MVA Teknologi, Edisi No. 3. Tahun XIX: 211-217
[7] Kusumadewi, S. 2004. Membangun Jaringan Syaraf Tiruan
pada tahun 2020. Menggunakan MATLAB & EXCEL LINK. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
KESIMPULAN [8] Muis, S. 2006. Teknik Jaringan Syaraf Tiruan. Graha
Ilmu.Yokyakarta
Dari hasil peramalan dengan menggunakan [9] Purnomo, H.P, dan Kurniawan, A. 2006. Supervised
jaringan syaraf tiruan metode bacpropagation maka Neural Networks dan aplikasinya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
[10] M., dan Ardianto. 2003. Peramalan Beban Jangka Pendek
diperoleh hasil peramalan sebagai berikut : Secara Real-Time Di pertamina UP-VI Balongan Dengan
1. Beban puncak sistem kelistrikan Provinsi Menggunaka Metoda Functional Link Network. Java Journal
Kalimantan Timur pada tahun 2020 diperkirakan of Electrical and Elektronics Engineering, Vol.1 No. 1 hal
sebesar 935,55 MW lebih besar jika dibandingkan 29-33.
[11] Puspita, D. 2006. Pengantar Jaringan Saraf Tiruan. Andi.
dengan hasil RUKD yaitu sebesar 865 MW Yokyakarta
(perbedaan sekitar 7,54 %) [12] Puspita, A., dan Eubike. 2007. Penggunaan Jaringan Saraf
2. Energi terjual sistem kelistrikan Provinsi Tiruan Metode Backprppagation untuk memprediksi Bibir
Kalimantan Timur pada tahun 2020 diperkirakan Sumbing. Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007)
ISSN : 1978 9777.Yogyakarta, 24 November 2007
sebesar 6.712.820 MWh lebih besar jika [13] Siang, J.J. 2005. Jaringan Syaraf Tiruan & Pemogramannya
dibandingkan dengan hasil RUKD yaitu sebesar Menggunakan MATLAB. Andi. Yokyakarta.
4.421.000 MWh (perbedaan sekitar 34,14%).
A3-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
AbstrakOptimasi dilakukan dengan menggunakan ditentukan sangat rumit karena suplai daya sistem tenaga
metode Genetic Algorithm (GA) yang dijalankan bersama pada beban yang sangat banyak dan daya itu diperoleh
dengan metode Newton-Raphson dalam perhitungan aliran dari banyak unit pembangkit. Dengan beban yang
daya untuk menentukan parameter letak dan ukuran
bervariasi, suplai daya reaktif memerlukan sistem
optimal kapasitor dan reaktor paralel Static Var
Compensator (SVC) pada bus-bus Gardu Induk (GI) transmisi yang bervariasi. Oleh karena daya reaktif tidak
tenaga listrik berdasarkan batas tegangan dan rugi-rugi dapat ditransmisikan pada jarak panjang, kontrol
daya terkecil pada saluran transmisi. Hasil optimasi tegangan dilakukan menggunakan alat khusus yang
menunjukkan bahwa penerapan SVC pada bus 19 (GI dipasang pada sistem. Pemilihan yang tepat dan
Industri) Sistem Mahakam dengan injeksi daya reaktif (- koordinasi peralatan untuk mengontrol daya reaktif dan
)37,361 MVAR, dapat meningkatkan kinerja sistem berupa
tegangan merupakan tantangan besar pada teknik sistem
perbaikan profil tegangan dari 0,9540 pu menjadi 1,00 pu,
serta mengurangi rugi-rugi daya aktif 8,78% dan rugi-rugi tenaga listrik. Salah satu cara untuk menyuplai daya
daya reaktif 9,04%. Kinerja sistem dalam stablitas steady reaktif pada sistem tenaga listrik dapat dilakukan dengan
state diperlihatkan melalui response - steady state dan menginjeksi daya reaktif pada masing-masing bus pada
response dinamik di mana menunjukkan perubahan gardu induk (GI) tenaga listrik [1].
tegangan antara 0,8928 pu sampai 0,9532 pu, dengan nilai Injeksi daya reaktif dapat berupa penambahan
injeksi daya reaktif antara (-)129,7343 MVAR sampai (-
)121,6450 MVAR, serta simulasi terhadap pengaruh
peralatan Flexible AC Transmission System (FACTS)
gangguan tiga fasa mulai 0,1 detik sampai 0,25 detik yang seperti Static Var Compensator (SVC) yang
dilakukan pada bus 17 (GI Tengkawang) menunjukkan memberikan kompensasi aktif. Daya reaktif yang diserap
pada SVC terjadi penurunan injeksi daya reaktif sampai atau disuplai secara otomatis disesuaikan untuk menjaga
waktu 0,25 detik, kemudian mulai menginjeksi daya reaktif tegangan bus yang terhubung dengan peralatan tersebut,
maksimum sampai batas 0,27 detik dan mengalami dan secara bersama-sama dengan pembangkit untuk
pengaruh osilasi ringan sampai 0,75 detik.
mempertahankan tegangan pada titik yang ditentukan
Kata Kunci optimasi, penerapan SVC, GI tenaga
pada sistem tenaga listrik [3].
listrik, metode algoritma genetika. Peralatan Static Var Compensator (SVC) dapat
digunakan untuk mengontrol aliran daya. Aliran daya
PENDAHULUAN yang optimal dapat dicapai dengan penentuan lokasi
ISTEM tenaga listrik modern dipresentasikan oleh SVC yang tepat dan ukuran (rating) yang sesuai. SVC
A4-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
transien. Namun, kontribusi dari SVC ke redaman osilasi kombinasi secara mekanis atau secara listrik terhadap
sistem yang dihasilkan dari pengaturan tegangan sendiri kapasitor dan reaktor paralel dari SVC tersebut [3].
biasanya kecil, sehingga kontrol tambahan diperlukan
untuk mencapai redaman secara signifikan. Efektifitas A. Penerapan SVC Pada Gardu Induk Tenaga
sebuah SVC dalam meningkatkan stabilitas sinyal kecil Listrik
tergantung pada lokasi SVC, sinyal input yang Dalam analisis aliran daya, SVC dimodelkan sebagai
digunakan, dan desain pengontrol (controller design) bus PV dengan batas daya reaktif. SVC
[1].
direpresentasikan sebagai sebuah thyristor-controlled
Peralatan SVC diaplikasikan untuk memperbaiki
reactor dan thyristor switched capacitor (TCR- TSC),
kinerja (performance) sistem tenaga listrik. Di negara-
yang dimodelkan sebagai bus PV dengan tiga buah
negara maju, kini banyak dikembangkan implementasi
kapasitor dan reaktor paralel, seperti ditunjukkan dalam
kontrol modern sebagai peralatan yang cerdas untuk
Gambar 1. [5]. Sedangkan model SVC Controller untuk
memperbaiki kinerja sistem tenaga listrik, seperti
mengendalikan operasi SVC dalam stabilitas steady-
aplikasi Optimal Control, Fuzzy Logic Control, dan
state dan dinamik tersebut seperti diperlihatkan dalam
Genetic Algorithm (GA). Dalam aplikasinya, GA atau
Gambar 2. [5].
Algoritma Genetika lebih banyak digunakan dalam Q
<------
B
A
B
A
B
aA
bB
A
B
a
b
aA
bB
C C C cC C c cC
C
A
B
P
A
B
P
A
B
P
A
B
P
A
B
C
C
200 MW
memiliki kinerja yang baik dengan harga rendah, mudah TCR TSC1 TSC2 TSC3
Vmeas Vref
TSC2
[Vabc_Sec ] Vabc_sec
number of TSCs TSC3
nTSC
penting untuk menyalurkan energi listrik dari pusat Gambar 1. Model SVC tipe +300 MVar/-100MVar Static Var
pembangkit. Jaringan yang luas menyebabkan Compensator (SVC); 1 TCR -3 TSCs
pengoperasian sistem tenaga listrik menjadi lebih rumit. SVC Controller
Pierre Giroux , Gilbert Sybille
Power System Laboratory , IREQ
Timer
Hydro -Quebec
Terhentinya aliran daya (congestion) dapat terjadi pada used for misfiring
simulation
2 Pulses
Vmes Alpha
Vabc _sec
Vabc
Alpha
TCR _Pulses
OR
1
TCR
TSC1_Pulses Demux 2
TSC2_On
TSC1_On
TSC2_On
TSC2_Pulses 3
TSC 2
TSC 1
3-phase
signal generator
-C- Vref
Voltage
TSC3_On
Distribution
Unit
TSC3_On
Firing Unit
TSC 3
TSC 1pulses
Timer 2 Regulator
TSC 3_On
?
batas tegangan dan batas kestabilan. Parameter saluran Gambar 2. SVC Controller untuk Static Var Compensator (SVC); 1
transmisi seperti impedansi, tegangan terminal, dan TCR -3 TSCs
sudut tegangan dapat dikontrol secara cepat dan efektif
dengan menggunakan peralatan FACTS [4].
Problem operasional yang dihadapi pada kasus
tertentu membutuhkan analisis detail dari sifat dinamik
sistem tenaga dan pembangunan kontroler yang cocok
untuk mengatasi masalah. Sistem tidak hanya
menempatkan kontroler pada generator seperti eksitasi
dan kontrol pengatur kecepatan, tetapi juga kontroler
seperti Static VAR Compensator (SCV). Dalam sistem
tenaga, algoritma genetika telah banyak digunakan,
misalnya penentuan letak optimal peralatan Flexible AC
Transmission System (FACTS), seperti Static VAR
Compensator (SVC) pada saluran transmisi tenaga
listrik [2].
Static Var Compensator (SVC) digunakan untuk
mengontrol tegangan dan daya reaktif pada terminalnya
secara cepat di dalam sistem tenaga listrik. Manfaat
utama dari SVC ini adalah perbaikan dari sistem
stabilitas dan regulasi tegangan. Sistem
Gambar 3. Ilustrasi Bentuk Gelombang dari response Dinamik SVC
pengkompensasian pada SVC dikendalikan melalui terhadap Tahapan Perubahan Tegangan Terminal
A4-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A4-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
1) Penempatan Optimal SVC Pada GI Tenaga Listrik Sistem Mahakam Menggunakan Metode Algoritma Genetika
ARAH KE GI BONTANG ARAH KE GI KUARO
Bus 14
Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40
Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38
PLTMG KALTIMEX 4
Mahakam 4.5000
Daya Reaktif (MVar)
4.2500
4.0000
3.7500
3.5000
3.2500
3.0000
Mahakam 1.0000
0.7500
0.5000
0.2500
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Rugi-rugi Daya Aktif pada Saluran Saluran Distribusi dan Transmisi
0.3500
0.3400 Rugi Saluran (tanpa SVC) Rugi Saluran (dengan SVC)
0.3300
0.3200
0.3100
0.3000
0.2900
0.2800
0.2700
Gambar 6. Grafik Perbandingan Rugi-rugi Daya Reaktif Saluran
0.2600
0.2500
0.2400
Sebelum dan Sesudah Ditambahkan SVC pada Model Sistem
0.2300
0.2200
0.2100
Mahakam
Daya Aktif (MW)
0.2000
0.1900
0.1800
0.1700
0.1600
0.1500 Tegangan Bus pada Sistem
0.1400
0.1300 1.0700
0.1200 1.0600
0.1100
0.1000 1.0500
0.0900 1.0400
0.0800
0.0700
1.0300
0.0600 1.0200
0.0500
1.0100
Tegangan (pu)
0.0400
0.0300 1.0000
0.0200 0.9900
0.0100
0.0000 0.9800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 0.9700
Saluran Distribusi dan Transmisi 0.9600
0.9500
Rugi Saluran (tanpa SVC) Rugi Saluran (dengan SVC) 0.9400
0.9300
0.9200
model Sistem Mahakam dengan tegangan referensi Sistem Mahakam dengan tegangan referensi 1,0373 pu,
1,0373 pu, sedangkan karakteristrik kinerja sistem dalam di mana diperlihatkan bahwa nilai tegangan pada bus 19
penerapan SVC pada model Sistem Mahakam seperti turun menjadi 0,9311 pu, dengan nilai injeksi daya
ditunjukkan dalam Gambar 8. reaktif (-)92,1380 MVar, dan perlu diperhatikan pula
bahwa nilai tegangan terendah terjadi pada bus 16 yaitu
sebesar 0,8928 pu, sehingga sesuai data hasil analisis
Stabilitas Steady State
state matrix eigenvalues, maka nilai injeksi daya reaktif
1.5000 1.0000
1.0000 pada bus 19 tersebut yang dibutuhkan mencapai nilai (-
Susceptance (pu)
1.0500
0.5000 )129,7343 MVar. Hasil response - steady state kinerja
0.0000
-0.5000 sistem terhadap perubahan tegangan terminal melalui
V [pu]
-1.0000
-1.0000
analisis continuation power flow hasil perhitungan
-1.5000 B SVC [pu]
-2.0000 -0.9500 sistem seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.
I SVC [pu]
-2.5000
-2.6766
-3.0000
-2.6766 Tabel 1. Hasil Perhitungan Respons - Steady State Kinerja Sistem
0.9500 1.0000 1.0500
Tenaga Listrik dalam Penerapan SVC pada Model
Tegangan (pu) Sistem Mahakam
V [pu] 0,8928 0,9311 1,0374 1,0500
Gambar 8. Grafik Kinerja Sistem dalam Penerapan SVC pada Model Q SVC [MVar] -129,7343 -92,1380 92,1380 100
Sistem Mahakam untuk hubungan antara Tegangan terhadap
Susceptance dan Arus Q SVC [pu] -1,2973 -0,9214 0,9214 1,0000
B SVC [pu] -0,7708 -1,0853 1,0628 1,0000
Pada bahasan ini membuat simulasi kinerja sistem I SVC [pu] -0,6882 -1,0105 1,1025 1,0500
dalam penerapan SVC pada kelistrikan Sistem Mahakam
pada berbagai keadaan dari response - steady state Selanjutnya adalah membuat simulasi kinerja sistem
kinerja sistem terhadap perubahan tegangan terminal dalam penerapan SVC dan peralatan dinamik pada
melalui analisis continuation power flow, maka kelistrikan Sistem Mahakam seperti ditunjukkan pada
diperoleh hasil perhitungan kinerja sistem pada model model simulasi dalam Gambar 9.
ARAH KE GI BONTANG ARAH KE GI KUARO
Bus 14
double
Bus 2
Bus 30 Bus 28 Bus 29 Bus 31
Bus 36 Bus 37 Bus 38 Bus 39 Bus 40
Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38
double double
PQ25 PQ26 Bus 10 Bus 13
PLTGU
Bus 7 Bus 9 PV13
PLTU CFK
TANJUNG BATU
Bus 4 double PLTD KALTIMEX 2,3
PQ48
Gambar 9. Model Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus dengan SVC dan Peralatan Dinamik
Dalam keadaan stabilitas steady state, maka diperoleh matrix eigenvalues, maka nilai injeksi daya reaktif pada
hasil perhitungan kinerja sistem pada model Sistem bus 19 tersebut yang dibutuhkan mencapai (-)121,6450
Mahakam dengan tegangan referensi 1,0374 pu, di mana MVar.
diperlihatkan bahwa nilai tegangan pada bus 19 turun Hasil response dinamik kinerja sistem terhadap
menjadi 0,9532 pu, dengan nilai injeksi daya reaktif (- perubahan tegangan terminal melalui analisis
)76,4853 MVar, dan perlu diperhatikan pula bahwa nilai continuation power flow hasil perhitungan sistem seperti
tegangan terendah terjadi pada bus 22 yaitu sebesar ditunjukkan dalam Tabel 2.
0,9384 pu, sehingga sesuai data hasil analisis state
A4-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
VBus 17
0.6
VBus 19
sedangkan pada SVC terjadi penurunan injeksi daya
v
refSvc 1
reaktif sampai waktu 0,25 detik, kemudian mulai
0.4
vsPod 1
menginjeksi daya reaktif maksimum sampai batas 0,27
0.2 detik dan mengalami pengaruh osilasi ringan sampai
0 0,75 detik.
-0.2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 10. Grafik Response Dinamik Kinerja Sistem dalam Kundur, P.. 1994. Power System Stability And Control. McGraw-Hill,
Penerapan SVC dan Peralatan Dinamik pada Model Sistem Mahakam Inc.
untuk hubungan Tegangan Sistem terhadap [2] Robandi, Imam. 2006. Desain Sistem Tenaga Modern: Optimasi,
perubahan waktu Logika Fuzzy, Algoritma Genetika. ANDI. Yogyakarta.
Injeksi Daya Reaktif Suyono, Hadi. 2009. Power System Modeling for Transient Stability
6
Analysis. Workshop on Dynamic Simulation for SESBs Engineers.
Umar, Soeprijanto., A., Purnomo., M.H. 2008. Optimasi Penempatan
5 Multi Facts Devices pada Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan
Menggunakan Algoritma Genetika. Seminar Nasional Aplikasi
4 qSvc 1 Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008), F-21-F-26, ISSN: 1907-
5022 Yogyakarta. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,
Daya Reaktif (pu)
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
waktu (dt)
A4-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak - Untuk mendapatkan suatu keuntungan biaya agar operasi sistem layak dan ekonomis.
atas modal yang diinvestasikan dengan cara Kombinasi unit pembangkit tenaga listrik,
menggunakan biaya pembangkitan termurah. Dengan konfigurasi pembebanan serta penjadwalan
adanya efisiensi dalam operasi sistem tenaga yang
pembangkit yang berbeda dapat memberikan biaya
maksimum, maka diharapkan akan mengurangi harga
daya listrik yang harus dibayarkan konsumen dan operasi pembangkitan yang berbeda pula, tergantung
biaya yang harus dikeluarkan perusahaan penyalur dari karakteristik masing-masing unit pembangkit
daya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar, biaya yang dioperasikan, permasalahan yang dihadapi
operasi, khususnya biaya bahan bakar mengambil pada penjadwalan kerja terdiri dari dua masalah
prosentase yang terbesar dari seluruh biaya yang saling berkaitan yaitu:
pengusahaan tenaga listrik yang harus dikeluarkan
Unit Commitment, yaitu penentuan kombinasi
oleh perusahaan, oleh karena itu perlu diterapkan
berbagai cara minimisasi biaya agar operasi sistem unit-unit pembangkit yang bekerja dan tidak perlu
layak dan ekonomis, dalam tesis ini diterapkan bekerja pada suatu periode untuk memenuhi
optimasi suplai energy listrik dengan metode kebutuhan beban sistem pada periode tersebut
Algoritma Genetik. Hasil perhitungan dan simulasi dengan biaya yang ekonomis.2) Economic Dispatch,
Algoritma Genetika dari unit-unit pembangkit yaitu menentukan keluaran masing-masing unit yang
dihasilkan biaya pembangkitan sebesar: dengan
bekerja dalam melayani beban, pada batas minimum
perhitungan Rp.214.177.256,71, dengan simulasi
Algoritma Genetika tanpa rugi-rugi pada jaringan Rp. dan maksimum keluarannya, untuk meminimasi
213.062.691,34 dengan rugi-rugi jaringan Rp. rugi-rugi saluran dan biaya produksi.
228.344.719,889. Salah satu cara menyelesaikan permasalahan unit
commitment dan economic dispatch tersebut adalah
Kata kunci: Economic Dispatch, Algoritma Genetik dengan algoritma genetik, algoritma genetik
merupakan suatu teknik optimasi yang berdasarkan
PENDAHULUAN pada prinsip evolusi biologi seperti seleksi alamiah,
rekombinasi genetik, dan mempertahankan
1.1 Latar Belakang Masalah kromosom yang paling sesuai.
Seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk
maupun ekonomi di Kalimantan Timur yang 1.2 Perumusan Masalah
semakin meningkat, maka semakin meningkat pula Berdasarkan latar belakang yang telah
kebutuhan akan energi listrik. Untuk meningkatkan dikemukakan, permasalahan dalam penelitian ini
efisiensi operasi sistem tenaga, maka operasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
ekonomis sangat penting yaitu untuk mendapatkan Menerapkan model Algoritma Genetik dalam
suatu keuntungan atas modal yang diinvestasikan menganalisis optimasi bahan bakar suplai
dengan cara menggunakan biaya pembangkitan energi listrik pada unit-unit pembangkit listrik
termurah. Dengan adanya efisiensi dalam operasi di PT PLN Sektor Mahakam Kaltim.
sistem tenaga yang maksimum, maka diharapkan Menentukan kombinasi pembangkit listrik
akan mengurangi harga daya listrik yang harus dan daya yang dibangkitkan untuk memenuhi
dibayarkan oleh konsumen dan biaya yang harus beban dengan biaya penggunaan bahan bakar
dikeluarkan perusahaan penyalur daya. Untuk yang termurah.
memenuhi kebutuhan bahan bakar, biaya operasi,
khususnya biaya bahan bakar mengambil prosentase
yang terbesar dari seluruh biaya pengusahaan tenaga
listrik yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh
karena itu perlu diterapkan berbagai cara minimisasi
A5-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
II. KERANGKA KONSEP PENELITIAN penelitian ini dan disertakan pula saran untuk
2.1 Diagram Alir Krangka konsep penelitian pengembangan penelitian ke depan yang terkait
dengan permasalahan ini.
Mulai
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
Studi Literatur Untuk memudahkan langkah-langkah yang
dilakukan dalam proses penelitian ini terbagi
menjadi dua tahap yang ditunjukan dalam diagram
alir seperti ditunjukan pada Gambar 3.1
Survei Lapangan
Mulai
Y
Persamaan Lengkung
Pengolahan data Masukan dan Keluaran F=f(P)
Program GA
Kesimpulan Optimasi Economic Dispatch
dan Saran
T
Fitness terbaik ?
Selesai
Y
Output hasil
Gambar 2.1 Diagram alir kerangka Optimasi
konsep penelitian
Selesai
A5-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
( = 15,044 + 946,357 +
5574003 (Rp/jam)
( = 74,433 +
2378,994 + 5579075 (Rp/jam
( = 22,128 + 1961,62 +
5601721 (Rp/jam
( = 99,122 + 3876,034 +
5616105 (Rp/jam
( = 152,775 +
7185,078 + 5488598 (Rp/jam
Gambar 4.1. Grafik Lengkung Masukan dan ( = 145,142 +
Keluaran PLTD Gunung Malang Unit 1
6502,356 + 5537623 (Rp/jam
( = 497,912 +
Limit daya untuk masing-masing unit generator
74255,54 + 9592699 (Rp/jam
2
Limit daya untuk masing-masing unit generator
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
PLTD BATAKAN
2
( = 76,9014 + 2266,6244 +
2
6531911 (Rp/jam
( = 266,4392 + 31284,02 +
5.6 Perhitungan biaya bahan bakar terhadap daya
768129 (Rp/jam
pembangkitan
Limit daya untuk masing-masing unit generator
Dengan mengetahui daya mampu dari masing-
2
masing unit pembangkit, maka dapat dihitung biaya
2
bahan bakar dari masing-masing unit genset.
PLTD KELEDANG
Untuk PLTD Gunung Malang dengan daya
( = 899,721 +
mampu , , , , ,
+ 6921947 (Rp/jam ( = 131,5001 (3,2)+ 17608,0 (3,2)+
( = 26,32604 + 5945292 = Rp 5.963.031,5101
+ 5943374 (Rp/jam ( = 101,9768 (3,2)+ 12817,535 (3,2)+
( = 261,0968 + 5758168 = Rp 5.790.849,895
+ 6763999 (Rp/jam ( = 18,22665 (3,2)+ 178,3960 (3,2)+
( = 837,7304 + 5292405 = Rp 5.331.022,344
+ 4603961 (Rp/jam ( = 164,7479 (3,2)+ 18731,075 (3,2)+
( = 173,5675 + 5925168 = Rp 5.988.775,655
+ 131100390 (Rp/jam) ( = 197,6087(3,2)+ 3832,38(3,2)+
Limit daya untuk masing-masing unit generator 5502114 = Rp 5.514.203,966
2 ( = 182,6789(3,2)+ 4835,461(3,2)+
2 5293622 = Rp 5.309.773,497
2 = ( ( ( (
2 ( ( =Rp 33.897.656,
3 Untuk PLTD Batakan dengan daya mampu
PLTGU Tanjung Batu 3,8 , = 3,6 (MW)
Gen. Turbin 14 ( = 43,083 + ( = 76,9014 (3,8)+ 2266,6244 (3,8)+
+ 14592104 (Rp/jam) 6531911 = Rp 6.541.635,285
Gen. Turbin 15 ( = 48,6495 + ( = 266,4392 (3,6)+ 31284,025 (3,6)+
+ 13095849 (Rp/jam) 9768129 = Rp 9.884.204,805
Steam Turbin 16 ( = 63,93 + = ( ( = Rp 18.425.840,090
46572 + 14638425 (Rp/jam) Untuk PLTD Keledang dengan daya mampu
Limit daya untuk masing-masing unit generator = 4, 0, = 3,2 = 3,6 = 3,2 = 6,0
10 (MW)
10 ( = 899,721 (4) + 657,8496 (4) +
8 6921947 = Rp 6.938.973,938
PLTD Karang Asam ( = 26,32604 (3,2)+21085,07 (3,2)+
A5-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
8943374 = Rp 9.011.116,598
( = 261,0968 (3,6)+ 36027,54(3,6)+
6763999 = Rp 6.897.082,114 Batakan, PLTD Keledang, PLTD Karang Asam
( = 837,7304 (3,2)+ 53503,11(3,2)+ dan PLTGU Tanjung Batu adalah :
7603961 = Rp 7.630.149,195 =
( = 173,5675 (6)+ 49510,67(6)+ = 33.897.656 +
13110039 =Rp 13.413.351,435 18.425.840,090 + 43.890.673,280 +58.226.552,27
= ( ( ( + 59.736.535,066= RP 214.177.256,71
( (
= Rp 43.890.673,280 Hasil simulasi dengan metode Algoritma Genetik
Untuk PLTGU Tanjung Batu dengan daya (GA) pada masing-masing pembangkit dibandingkan
mampu = 21, = 20 dengan hasil perhitungan pada beban yang sama
= 16 (MW). tanpa merperhitungkan rugi-rugi ditampilkan pada
( = 43,083(21)+ 45316,58(21)+ tabel 4.2
14592104 = Rp 22.562.751,568
( = 48,6495(20)+ 45159(20)+ 4.3 Hasil Simulasi dan Analisis
13095849 = Rp 17.065.743,677 Obyek penelitian yang dilakukan pada tesis
( = 63,93 (16)+ 46572,58 (16)+ ini dan data-data untuk karakteristik unit
14638425 = Rp 18.598.056,759 pembangkit, diperoleh dari PT. PLN Sektor
= ( ( ( = Rp Mahakam Kalimantan Timur. Jumlah pembangkit
58.226.552,27 pada PT. PLN sebanyak 5 unit pembangkit, yaitu : 4
Untuk PLTD Karang Asam dengan daya mampu unit pembangkit PLTD, 1 unit pembangkit PLTGU,
= 3,3 = 3,4 = 3,3 = 3,3 Semua data-data dari seluruh unit pembangkit bisa
= 3,2 = 6,0, = 6,0 (MW) dilihat pada tabel 5.11
( = 15,044 (3,3)+ 946,357 (3,3)+ Sebelum dilakukan simulasi dengan program
5574003 = Rp 6.573.289,806 aplikasi dengan menggunakan pemrograman
( = 74,433 (3,4)+ 2378,994 (3,4)+ Algoritma Genetika, dari data-data unit pembangkit
5579075 = Rp 6.598.164,028 yang sudah didapat yaitu : data jumlah pemakaian
( = 22,128 (3,3)+ 1961,62 (3,3)+ bahan bakar dan daya keluaran dari masing-masing
5601721 = Rp 8.923.371,075 pembangkit. Dalam simulasi optimasi operasi
( = 99,122 (3,3)+ 3876,034 (3,3)+ pembangkit, unit-unit thermal untuk menentukan
5616105 = Rp 10.043.195,51 persamaan biaya pembangkit terlebih dahulu
ditentukan karakteristik input-output masing-masing
( = 152,775 (3,2)+ 7185,078 (3,2)+
pembangkit. Persamaan karakteristik input-output
5488598=Rp 7.600.526,875
digunakan untuk mencari nilai daya masing-masing
( = 145,142 (6)+ 6502,356 (6)+
unit pembangkit dengan perhitungan dan program
5537623 = Rp 9.941.825,935
Algoritma Genetika. Sistem Kelistrikan PT.PLN
( = 497,912 (6)+ 74255,54 (6)+
(Persero) Wilayah Kalimantan Timur khususnya
9592699 = Rp 10.056.161,837
system Mahakam saat ini masih kekurangan energi
= ( ( (
oleh karena itu semua pembangkit dalam keadaan
( ( ( ( = Rp
operasi. Pembangkit sistem Mahakam yang
59.736.535,066
beroperasi saat ini tersebar di 5 pusat pembangkit,
Hasil perhitungan biaya total pembangkit :
dengan jumlah pembangkit terdiri dari 20 unit
PLTD Gunung Malang, PLTD
pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dan 3 Unit
pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU). Rugi-
Tabel 4.2 Hasil perhitungan dan GA tanpa rugi-rugi sistem
rugi pada saluran transmisi berubah sesuai dengan
Mahakam daya yang dibangkitkan oleh masing-masing unit
Pembangkit Perhitungan Algoritma Genetika
Daya(M
Daya(MW) Biaya Rp/jam W) BiayaRp/jam
PLTD Gunung
Malang 19,4 33.897.656,19 18 37.514.524.41
PLTD Batakan 7,4 18.425.840,09 7 16.511.405,82
PLTD Keledang 20 43.840.673,28 18,7 43.359.415,91
PLTD Karang Asam 28,63 59.736.535,07 27,2 57.985.243,85
PLTGU Tanjung
Batu 57 58.226.552,27 54,2 57.692.101,27
Total 132,43 214.177.256,71 125,1 213.062.691,34
A5-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
pembangkit. Perhitungan economic dispatch dengan Penyelesaian masalah Economic Dispatch dengan
menggunakan metode Algoritma Genetik dengan metode Algoritma Genetik menghasilkan
probabilitas crossover ( ) : 0,99 dan probabilitas kromosom-kromosom yang berisi informasi tentang
mutasi ( ) : 0,7 memberikan hasil yang berbeda keadaan unit-unit pembangkit yang harus
jika nilai random untuk populasi awalnya berbeda. diterjemahkan kedalam permasalahan sebenarnya
Dengan nilai random yang berbeda perilaku untuk dengan fungsi objektif yang telah ditentukan.
crossover dan mutasi juga akan berbeda, semakin Dari hasil perhitungan dan simulasi algoritma
kecil nilai epsilon (konvergen) untuk menghentikan genitika dari unit-unit pembangkit dihasilkan :
proses iterasi maka populasi pada akhir iterasi akan Dengan perhitungan sebesar Rp. 214.177.256,71
semakin seragam. Hal ini disebabkan karena proses Dengan simulasi algoritma genitika sebesar Rp.
seleksi yang dilakukan untuk kromosom yang 213.062.691,34
mempunyai nilai fitness yang tinggi akan Dengan rugi-rugi jaringan sebesar Rp.
mempunyai sector yang lebar, sehingga probabilitas 228.344.719,8896
terpilihnya kembali kromosom dengan fitness akan
lebih besar. Program economic dispatch dengan Saran
metode algoritma genetika ini dapat digunakan Untuk penelitian lanjutan agar dapat
untuk menghitung rugi-rugi yang terjadi pada diperhitungkan selain biaya bahan bakar juga
jaringan transmisi, dengan tanpa terlebih dahulu dilakukan perhitungan biaya operasional tiap
melakukan diferensiasi (perubahan bentuk pembangkit, agar mendapatkan hasil yang lebih baik
matematika) pada persamaan biaya pembangkitan.
A5-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak- Penelitian ini membahas tentang rencana berada pada batas yang wajar. Dengan demikian
interkoneksi Sistem Mahakam dengan Sistem Bontang ukuran penghantar dapat diperkecil sehingga jaringan
melalui GI (Gardu Induk) terdekat. Tujuan penelitian transmisi lebih ekonomis karena tidak membutuhkan
adalah desain model interkoneksi tenaga listrik antar tiang atau menara yang besar dan mahal. Penetapan
GI terdekat dari kedua sistem dimaksud yang
merupakan kesatuan interkoneksi tenaga listrik Sistem
jaringan transmisi harus memperhatikan faktor-faktor
Mahakam, dan menganalisis kinerja (performance) tertentu yang berujung pada biaya minimum (least
sistem setelah kedua sistem dimaksud diinterkoneksi. cost) dengan hasil paling optimal. Adapun faktor-
Permodelan sistem menggunakan software matlab faktor yang saling terkait untuk dipertimbangkan
ver.7.60 (matlab: M-File, simulink model: Power System yaitu antara lain besarnya daya yang akan disalurkan,
Analysis Toolbox; PSAT ver. 2.1.6). Hasil yang diperoleh panjang jaringan transmisi, besarnya beban yang akan
dalam penelitian ini berupa model simulasi
perencanaan interkoneksi Sistem Mahakam dengan
disambungkan, daerah lintasan yang dilalui jaringan
Sistem Bontang melalui interkoneksi jaringan transmisi transmisi, konfigurasi saluran, serta level tegangan
150 KV. Desain interkoneksi ditunjukkan melalui yang dipilih [2].
permodelan sistem interkoneksi tenaga listrik antara GI
Sambutan dengan GI Bontang.
INTERKONEKSI SISTEM TRANSMISI
Kata kunci-- Desain Interkoneksi Sistem, Jaringan
Transmisi, Sistem Mahakam, Sistem Bontang Perencanaan saluran transmisi meliputi
beberapa tahap yang sangat terkait antara satu
tahapan dengan tahapan atau bagian lainnya. Di
PENDAHULUAN antaranya adalah penentuan tegangan, dan pemilihan
jenis kawat konduktor. Ada beberapa metode yang
Sistem interkoneksi tenaga listrik adalah
dapat digunakan dalam pemilihan tegangan kerja
suatu cara modern untuk mensuplai tenaga listrik
sistem. Namun, dalam tugas akhir ini hanya akan
yang andal dan efisien. Dalam sistem ini yang paling
menggunakan beberapa metode saja, yaitu penentuan
berperan adalah bagian jaringan transmisi yang
tegangan berdasarkan perhitungan daya natural serta
digunakan untuk menghubungkan antara pusat-pusat
penentuan tegangan dengan rumus empiris yang
pembangkit listrik dengan pusat-pusat beban. Dengan
diformulasikan oleh Alfred Still [3].
adanya jaringan transmisi inilah maka sistem
Untuk penentuan tegangan kerja berdasarkan daya
interkoneksi tenaga listrik bisa terbentuk. Jaringan
natural digunakan rumus sebagai berikut:
transmisi akan efisien dan efektif jika digunakan
untuk menghubungkan antar pusat pembangkit listrik P
V = N KV
yang jauh. Sistem interkoneksi tenaga listrik ini akan Zo
(1)
cocok untuk daerah operasi tenaga listrik yang luas,
dengan demikian investasi yang dibutuhkan akan di mana :
sangat besar pula [1]. V = tegangan
Perencanaan interkoneksi tenaga listrik melalui PN = daya natural
pengembangan jaringan transmisi pada prinsipnya Z0 = impedansi karakteristik
adalah untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat- Sedangkan jika digunakan pendekatan rumus yang
pusat pembangkit ke pusat-pusat beban. Besarnya diformulasikan oleh Alfred Still :
daya listrik yang disalurkan sebanding dengan level
KWmaks
tegangan yang tinggi dengan arus yang lebih kecil V = 5.5 + l + KV
100 atau :
agar rugi-rugi teknis yang timbul pada saluran tetap
A6-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
KVA t = kenaikan temperatur (oC).
V = 5.5 + l + KV
150 (2)
di mana:
ALIRAN DAYA
l = panjang kawat dalam mil.
Studi aliran daya didasarkan pada data sistem
Perhitungan luas penampang konduktor pembangkit dan beban dengan jaringan listrik yang
dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dideskripsikan dengan matrik admitansi dari
adalah dengan rumus berikut : persamaan jaringan node seperti berikut :
P2 r L
A= I1 Y11 ... Y1i ... Y1N V1
PLV 2 cos 2 f (3)
... ... ... ... ... ... ...
di mana: I i = Yi1 ... Yii ... YiN . Vi I = YV
P = daya
V = tegangan ... ... ... ... ... ... ...
I Y ... YNi ... YNN VN
I = arus N N1 (6)
R = tahanan kawat di mana :
cos = faktor daya
A = luas penampang konduktor Vi : tegangan pada node ke i
= tahanan jenis kawat Ii : arus injeksi pada node ke i (sama dengan
L = panjang saluran
jumlah semua arus cabang pada node ke i)
PL = rugi-rugi
Yij : admitansi bersama di antara node ke i dan
Selain itu dapat juga digunakan rumus node ke j (sama dengan negatif dari
pendekatan untuk menentukan penampang kawat admitansi seri Yij dari cabang yang
optimum, dengan memperhatikan faktor-faktor
seperti biaya yang ekonomis, kapasitas hantar kawat. menghubungkan node i dan j)
Persamaan yang diformulasikan untuk penampang N : jumlah node pada jaringan
kawat optimum adalah: Y : matrik admitansi node
N
r .C f .Ce Yii = Yij : admitansi-sendiri dari node ke i
A = Im
1000wCe F i =1
(4)
(sama dengan jumlah semua
di mana
admitansi pada node ke i) [4]
Im = arus maksimum
w = berat kawat per CM-foot (CM = Solusi persamaan jaringan di atas dapat
Circular Mil) = 3,03 x 10-6 untuk kawat tembaga dilakukan dengan menggunakan metode Newton-
A = penampang kawat dalam CM Raphson. Pada metode ini, persamaan arus-tegangan
Cf = 9 + 0,8459K dari jaringan diselesaikan dengan deskripsi koordinat
= tahanan jenis kawat kartesian dengan frame acuan (a,b). Jika semua
K = fakor beban tahunan dalam persen generator direpresentasikan dengan model transient
Cc = harga kawat per pound
Ce = harga energi per Kwh orde 4 ( E 'd , E 'q , d&, w& ), Model 4, maka persamaan
F = biaya tetap tahunan, termasuk tegangan armatur generator dapat dinyatakan dengan:
pajak-pajak, asuransi, biaya modal, dan deprisiasi
(kira-kira = 15% ) E 'd - Vd 0 X 'q I d
Kapasitas hantar arus dari konduktor juga E ' -V = .I
merupakan faktor yang penting dalam pemilihan jenis q q X 'd 0 q (7)
konduktor. Rumus empiris untuk menghitung
kapasitas hantar arus dari SCHURIG dan
FRICK.adalah : Bentuk inversinya dinyatakan dengan:
A.Dt 0.009 Id 0 X 'q E 'd - Vd
I= 0.0025 + 1
I = . .
R d (5) q X 'd . X 'q - X 'd 0 E 'q - Vq
di mana:
I = arus kawat (amper)
I dq = Ydq ( E'dq - Vdq )
(8)
R = tahanan kawat (ohm/foot) Frame acuan (d,q) kemudian ditransformasi ke sistem
A = luas permukaan kawat (inchi2/foot (a,b) menjadi:
panjang kawat)
d = diameter kawat (inchi)
A6-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A6-3
ARAH KE GI KUARO
Bus 52 Bus 23
GI BONTANG Bus 22 Bus 21
GI SAMBUTAN GI BUKUAN GI KARANG JOANG
Bus 14
A6-4
PLTD BONTANG 1 PLTD BONTANG 2
Bus 27 Bus 32
PQ37 PQ38
PLTD BONTANG 3 PLTD BONTANG 4 PLTG Bus 24 PQ30 PQ28 PQ29 PQ31 PQ32
PT . MENAMAS BUS PLTU CFK PQ27 PQ39 PQ40
PLTMG KALTIMEX 4
Gambar 1. Model Desain Interkoneksi Tenaga Listrik GI Sambutan dengan GI Bontang pada Sistem Mahakam
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 1.
Hasil Perhitungan Aliran Daya pada Model Desain Interkoneksi GI Tabel 2
Sambutan dengan GI Bontang Sistem Mahakam dengan Metode Simulasi Hasil Perhitungan Aliran Daya pada Model Desain
Newton-Raphson Menggunakan Simulink Model PSAT Interkoneksi GI Sambutan dengan GI Bontang Sistem Mahakam
dengan Metode Newton-Raphson Menggunakan Simulink Model
Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi
No Bus
(KV) ( ) P (MW) Q (MVAr) P (MW)o Q (MVAr)
PSAT
1 11,500 0,000 -29,025 19,158
2 11,500 11,470 20,000 5,878 Tegangan Sudut Pembangkit Konsumsi
No Bus
3 11,500 13,437 25,000 6,357
(KV) (o ) P (MW) Q (MVAr) P (MW) Q (MVAr)
1 11,500 0,000 1,726 15,883
4 11,500 16,986 13,500 2,456
2 11,500 7,489 20,000 5,634
5 6,300 2,688 19,600 13,950 16,200 6,420 3 11,500 9,453 25,000 6,113
6 11,500 11,573 19,200 13,344 4,400 1,740 4 11,500 12,996 13,500 2,358
7 6,300 11,936 23,220 8,304 13,730 5,440 5 6,300 -1,477 19,600 13,858 16,200 6,420
6 11,500 7,397 19,200 13,248 4,400 1,740
8 6,300 13,645 7,700 1,467
7 6,300 7,654 23,220 8,241 13,730 5,440
9 6,300 7,803 12,080 9,577 8 6,300 9,362 7,700 1,436
10 6,300 13,281 6,100 3,757 9 6,300 3,527 12,080 9,530
25
Daya Aktif (MW)
20 Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus
15
10 15 17 20 19 16 16 23 23 15 15 52 52 22 18 19 20 22 18 17 15
5
0 Saluran
-5
-10
-15
-20 P Flow-lama [MW] Gambar 3. Grafik Simulasi Aliran Daya Reaktif pada Desain
Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus P Flow-baru [MW] Interkoneksi Sistem Mahakam
17 18 21 20 15 15 22 22 24 24 23 23 18 21 20 21 18 21 18 17
Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus
15 17 20 19 16 16 23 23 15 15 52 52 22 18 19 20 22 18 17 15
KESIMPULAN
Saluran Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang
Gambar 2. Grafik Simulasi Aliran Daya Aktif pada Desain perencanaan interkoneksi sistem tenaga listrik Sistem
Interkoneksi Sistem Mahakam Mahakam dengan Sistem Bontang, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Perencanaan interkoneksi tenaga listrik Sistem
Mahakam dengan Sistem Bontang didesain
melalui interkoneksi jaringan transmisi 150 KV.
Desain interkoneksi ditunjukkan melalui
permodelan sistem interkoneksi tenaga listrik
antara GI Sambutan dengan GI Bontang sebagai
kesatuan ketenagalistrikan pada Sistem Mahakam
Kalimantan Timur
A6-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
2. Berdasarkan hasil perhitungan aliran daya metode Ir. Harry Soekotjo Dachlan, M.Sc dan Drs. Ir. Moh.
Newton-Raphson dalam desain interkoneksi Dhofir, MT yang telah banyak memberikan bantuan
tenaga listrik antara GI Sambutan dengan GI dan bimbingan dalam penyelesaian penelitian ini.
Bontang pada Sistem Mahakam, maka dapat
meningkatkan suplai daya listrik antar sistem pada
Sistem Mahakam. Hasil desain interkoneksi DAFTAR PUSTAKA
antara Sistem Mahakam dengan Sistem Bontang [1] Himawan, lsa., 2004. Studi Perencanaan Jaringan
menunjukkan bahwa arah aliran daya aktif dan Interkoneksi Sistem Kelistrikan Provinsi Kalimantan Timur
aliran daya reaktif dari arah bus 52 (GI Bontang) dengan Sulawesi Tengah Menyongsong Tahun 2020. Tugas
menuju bus 23 (GI Sambutan). Akhir. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
3. Melalui simulasi pada desain interkoneksi model [2] Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) Provinsi
Sistem Mahakam, yaitu apabila terjadi kenaikan Kalimantan Timur Tahun 2007-2017., 2007. Pemerintah
beban pada bus 50 (GI Bontang). Hasil simulasi Provinsi Kalimantan Timur.
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan arah [3] Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) Tahun
2006-2026., 2005. Departemen Energi dan Sumber Daya
aliran daya aktif dari bus 23 (GI Sambutan) Mineral.
menuju bus 52 (GI Bontang). Sedangkan aliran [4] Kundur., 1994. Power System Stability And Control.
daya reaktif tetap dalam arah yang sama yaitu dari McGraw-Hill, Inc.
bus 52 (GI Bontang) menuju bus 23 (GI
Sambutan) Mohammad Zainuddin. Lahir di
Balikpapan, 01 Oktober 1962.
Menyelesaikan studi sarjana (S1)
UCAPAN TERIMA KASIH Jurusan Teknik Elektro di ITN Malang
tahun 1991. Menyelesaikan studi
Ucapan terima kasih disampaikan semua pihak pascasarjana (S2) Jurusan Teknik
yang telah banyak membantu dalam proses Elektro di Universitas Brawijaya
Malang tahun 2011. Mulai tahun 1993
penyelesaian penelitian ini. Khususnya kepada PLN bekerja sebagai pengajar di Jurusan
Wilayah Kalimantan Timur yang telah membantu di Teknik Elektro Politeknik Negeri
dalam memenuhi segala data dan informasi yang Samarinda sampai dengan sekarang.
diperlukan. Serta kepada yang terhormat Bapak Dr.
A6-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
AbstrakMakalah ini menguraikan hasil penelitian keadaan tegangan lebih dan berlangsung dalam waktu
tentang penggunaan elektroda bola-bola dan elektroda yang lama, maka isolasi peralatan tersebut akan rusak.
batang-batang sebagai peralatan proteksi tegangan lebih Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada
pada peralatan tegangan rendah. Diameter elektroda
bola dan elektroda batang yang digunakan berturut-
peralatan listrik akibat tegangan lebih, pemasangan
turut adalah 50 mm dan 10 mm. Jarak sela dari kedua peralatan pengaman tegangan lebih (arester) pada
susunan elektroda dicari agar memberikan tingkat sistem tenaga listrik sangat diperlukan.
proteksi sebesar 6 kV untuk mengamankan peralatan Sela elektroda adalah arester yang paling sederhana.
listrik tegangan rendah yang memiliki ketahanan impuls Penelitian ini menyelidiki penggunaan elektroda bola-
sebesar 6 kV atau menurut standar IEC merupakan bola dan elektroda batang-batang sebagai peralatan
peralatan dalam kategori IV. Distribusi medan listrik
dari susunan diperoleh melalui bantuan perangkat lunak
pengaman tegangan lebih pada sistem tegangan rendah,
FEMM 4.2. Penentuan jarak sela dilakukan melalui pada level proteksi 6 kV.
perhitungan dan pengujian laboratorium. Pengujian
probabilitas tembus dan pengujian katakteristik V-t dari
kedua susunan elektroda menggunakan bentuk II. GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA
gelombang tegangan impuls standar 1,2/50 ms. Dari PERALATAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH
penelitian ini didapat bahwa jarak sela elektroda yang
memberikan tingkat proteksi sebesar 6 kV bagi peralatan Timbulnya tegangan lebih pada sistem tenaga listrik
listrik tegangan rendah adalah 1,56 mm untuk sela bola disebabkan oleh surja hubung dan surja petir. Surja
dan 1,97 mm untuk sela batang. Pada jarak sela tersebut hubung timbul berkenaan dengan operasional sistem
susunan elektroda bola dan susunan elektroda batang yakni pada saat operasi pelepasan beban yang besar
memberikan probabilitas tembus 95% untuk tegangan
sebesar 6 kV. Karakteristik V-t menunjukkan bahwa
atau pada saat terjadi gangguan hubung singkat fasa ke
kedua bentuk susunan elektroda mampu memotong tanah.
tegangan di bagian muka gelombang terutama untuk Surja petir adalah surja yang timbul karena adanya
gelombang tegangan dengan amplitudo yang semakin sambaran petir. Surja petir dapat terjadi melalui
tinggi. Semakin tinggi amplitudo gelombang surja kejadian sambaran langsung dan melalui sambaran
tegangan yang melalui kedua susunan elektroda tersebut, tidak langsung. Sambaran petir secara langsung adalah
maka semakin cepat waktu pemotongannya yang
menunjukkan semakin besar energi gelombang surja
kejadian dimana suatu petir secara langsung
yang dibuang ke tanah oleh peralatan proteksi ini. menyambar kawat penghantar dan meng-injeksikan
muatan petir pada penghantar dan menghasilkan surja
Kata Kunci : Proteksi surja, elektroda bola dan petir.
elektroda batang, tegangan tembus, femm. Sambaran petir secara tak langsung adalah bahwa
petir yang terjadi tidak menyambar kawat penghantar
secara langsung tetapi menyambar objek di sekitarnya
I. PENDAHULUAN namun tetap menghasilkan surja pada sistem melalui
kopling elektromagnetik.
G ANGGUAN tegangan lebih dalam sistem tenaga
listrik dapat mengakibatkan kerusakan isolasi
peralatan listrik. Tegangan lebih adalah tegangan yang
Menurut standar IEC publikasi 664, perlindungan
terhadap tegangan lebih pada sistem tegangan rendah
dirasakan oleh peralatan listrik yang nilainya melebihi dibagi kedalam empat kategori, yaitu : kategori I (1.5
tegangan nominalnya. Tegangan lebih dapat ditahan kV), kategori II (2.5 kV), kategori III (4.0 kV), dan
oleh peralatan listrik hanya dalam waktu yang sangat kategori IV (6.0 kV)
terbatas. Apabila peralatan listrik dibiarkan mengalami Pembagian kategori tersebut adalah berkaitan
A7-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Selesai
Gambar 2. Metodologi Penelitian
A7-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Air
(b)
Sumber : hasil pengujian Gambar 6. Medan listrik pada sela elektroda bola-bola
Gambar 5. Kurva tegangan tembus Ud0 (kV) fungsi jarak sela pada (a) Distribusi medan listrik pada sela
sela elektroda bola-bola pada kondisi standar. (b) garis ekipotensial pada sela
|E |, V /m
dihitung sebagai berikut :
4.2e + 006
Ud
E =
s
4.1e + 006
6 kV
=
4e + 006 0.156 cm
3.9e + 006
= 38.46154 kV / cm
3.8e + 006 Emaks = 4.213200986e+006 Volt/meter
0 0.05 0.1 0.15
L e n g th , c m
= 42.132 kV/cm
(a)
A7-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
4e+ 006
3.5e+ 006
3e+ 006
2.5e+ 006
2e+ 006
0 0.05 0.1 0.15
L en g th , c m
(a)
Air
Gambar 10. Kurva tegangan tembus Ud0 (kV) fungsi jarak sela pada
sela elektroda batang-batang
A7-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V. KESIMPULAN
Dari hasil analisis, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Jarak sela pada elektroda bola-bola dengan
Gambar 13. Bentuk gelombang tegangan impuls dengan pemotongan diameter bola 50 mm, yang menghasilkan arrester
pada muka gelombang pada sela elektroda batang-batang (Ud = 6.40
kV pada t = 1 us)
pada level proteksi 6 kV, dengan probabilitas
tembus sebesar 95% adalah 1.56 mm.
Tabel 4. 2. Jarak sela pada elektroda batang-batang dengan
Besarnya Tegangan Impuls dan Waktu Pemotongannya
Ketika Terjadi Tembus pada Sela Elektroda Batang-Batang panjang batang 50 mm dan diameter batang 10
mm, yang menghasilkan arrester pada level
No Ud t(us) Keterangan Pemotongan Impuls
proteksi 6 kV, dengan probabilitas tembus sebesar
(kV)
1 7.6 0.2 Muka Gelombang 95% adalah 1.97 mm
2 6.4 1.0 Muka Gelombang 3. Karakteristik v-t dari sela elektroda bola-bola
3 6.08 1.2 Puncak Gelombang berdiameter 50 mm dengan jarak sela 1,56 mm
4 5.44 2.4 Punggung Gelombang dan sela elektroda batang-batang berdiameter 10
5 3.54 5.0 Punggung Gelombang
Sumber : Hasil pengujian dengan jarak sela 1,97 mm memenuhi sebagai
peralatan proteksi tegangan lebih karena kedua
susunan elektroda mampu memotong tegangan
A7-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
lebih di bagian muka gelombang dan semakin [4] Kind, D. 1993. Einfhrung in die Hochspannungs-
Versuchtechnik, Frieder. Vieweg & Sohn Verlagsgesellschaft
tinggi amplitudo gelombang akan dipotong pada mbH, Braunschweig. 1978. Prof. Dr. Ing. K.T. Sirait
waktu yang semakin singkat. (penterjemah). 1993. Pengantar Teknik Eksperimental
Tegangan Tinggi, Penerbit ITB. Bandung.
[5] Kuffel, E., Zaengl, W.S., Kuffel, J., High Voltage Engineering
Fundamentals, Pergamos Press. Second edition 2000, published
by Butterworth-Heinemann.
DAFTAR PUSTAKA [6] Meeker, David, 2009. Finite Element Method Magnetics
[1] Arismunandar, Artono., 2001. Teknik Tegangan Tinggi, Version 4.2, User Manual, EEE.
Pradnya Paramita, Jakarta. [7] Short., T.A., 2003. Electric Power Distribution Handbook,
[2] Dhofir, M., 2010. Koordinasi Isolasi Sela Elektroda Bola Dan CRC PRESS, United States of America.
Sela Elektroda Batang Menggunakan Pendekatan Statistik, The [8] Tobing, B.L., 2003. Peralatan Tegangan Tinggi, Gramedia
5th Electrical Power, Electronics, Communications, Controls, Pustaka Utama. Jakarta.
and Informatics International Seminar 2010, EECCIS 2010, [9] Wadhwa, C.L., 2007. High Voltage Engineering, Second
Brawijaya University Malang. Edition. New International (P) Limited, Publisher. 4835/24,
[3] Edwards, D.W., Wherrett, P.M. 2001. A Six Point Protection Ansari Road, Daryaganj, New Delhi 110002.
Approach for Lightning Protection, Surge Protection and [10] Zoro, R. 2009. Induksi dan Konduksi Gelombang
Grounding for Low Voltage Facilities, Erico Ltd Australia Elektromagnetik Akibat Sambaran Petir Pada Jaringan
Journals. http://www.erico.com. Tegangan Rendah. Makalah, Teknologi, Vol. 13, No. 1, April
2009 : 25-32. ITB. Bandung.
A7-7
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
ABSTRAK-Penelitian ini bertujuan menentukan Penerapan Power System Stabilizer (PSS) pada unit
penempatan Power System Stabilizer (PSS), dan pembangkit akan memberikan kontribusi pada
menganalisis kinerja sistem setelah penerapan PSS stabilitas sistem yang lebih baik.
pada pembangkit listrik di Sistem Mahakam untuk
meningkatkan stabilitas sistem tenaga listrik di Kata Kunci: Stabilitas Sistem Tenaga Listrik,
Sistem Mahakam. Pemodelan sistem dilakukan Power System Stabilizer (PSS)
dengan menggunakan program software Matlab,
Power System Analysis Toolbox (PSAT). PENDAHULUAN
Hasil simulasi dalam pemodelan Sistem Mahakam
melalui perhitungan dan analisis power flow dan Stabilitas sistem tenaga listrik didefinisikan
continuation power flow menunjukkan bahwa terjadi sebagai kemampuan suatu sistem tenaga listrik
peningkatan daya pada sistem, baik pada sisi atau bagian komponennya untuk mempertahankan
pembangkitan dan pembebanan, di mana sinkronisasi dan keseimbangan sistem (Kundur, P.
peningkatan daya aktif terjadi pada seluruh bus
beban. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
1994). Dari keadaan operasional yang stabil dari
dalam penelitian ini membahas tentang penerapan sistem tenaga listrik, terdapat keseimbangan antara
Power System Stabilizer (PSS) untuk meningkatkan daya input mekanis pada penggerak utama dengan
stabilitas pembangkit listrik Sistem Mahakam. daya output listrik pada sistem. Dalam keadaan
Berdasarkan data pada model Sistem Mahakam keseimbangan ini semua generator berputar pada
dengan menggunakan software Matlab ver.7.60 keadaan sinkron. Pada sistem tenaga listrik
(toolbox: simulink model PSAT) diperoleh eigenvalue terdapat tiga macam pengendali kestabilan untuk
berupa faktor partisipasi sebanyak 155 mode pada
besaran sudut rotor (d) dan kecepatan sudut ()
mendapatkan suatu kondisi sistem yang optimal,
untuk 14 unit pembangkit terbesar pada mode 55 yaitu pengendalian pada sisi pembangkit,
sampai dengan 85. Hasil analisis menunjukkan pengendalian pada sisi jaringan dan pengendalian
untuk nilai sudut rotor (d) terbesar pada generator 1, pada sisi distribusi (beban). Pengendalian pada sisi
sedangkan untuk nilai kecepatan sudut rotor () pembangkit terutama yang menyangkut kestabilan
terbesar pada generator 1 . suatu pembangkit dalam menyuplai daya, pada sisi
Dari data hasil analisis besaran yang jaringan mampu menyalurkan daya mencapai
paling dominan sudut rotor (d) dan kecepatan sudut
beban dengan kondisi gangguan yang beragam,
rotor (), maka penempatan Power System Stabilizer
(PSS) di tempatkan pada generator 1 (PLTGU sedangkan pengendalian pada sisi distribusi adalah
Tanjung Batu) pada Gardu Induk (GI) Embalut mengenai kestabilan daya yang terpakai
model Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus dengan (Anderson, P.M dan Fouad A.A. 1995).
PSS. Sebelum pemasangan PSS pada generator 1 Penggunaan Automatic Voltage Regulator
(PLTGU Tanjung Batu) nilai kecepatan sudut rotor (AVR) dengan penguatan (gain) yang tinggi untuk
() adalah 0,397 pu dan setelah penerapan PSS nilai
menambah kestabilan sistem tenaga listrik dapat
kecepatan sudut rotor ( ) adalah 0,0365 pu.
A8-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
menimbulkan ketidakstabilan, dengan semakin partisipasi dari tiap generator terhadap mode
tingginya gain pada AVR, ternyata juga osilasi kecepatan rotor dan osilasi sudut rotor
menimbulkan efek samping yaitu semakin kemudian digunakan untuk menentukan lokasi
lemahnya kemampuan redam (negatif damping) pemasangan PSS. Hal ini kemudian dijadikan dasar
dari generator sehingga berpotensi timbulnya penempatan PSS pada generator sinkron yang
osilasi frekuensi rendah (Supriyadi, A.N, 2009 ). memiliki faktor partisipasi besar terhadap
Disaat kondisi-kondisi tersebut bila ada ketidakstabilan sistem. Hasil yang diperoleh
perubahan kecil beban maka umpan balik yang ada menunjukkan pemasangan PSS pada generator
dapat menyebabkan redaman negatif. Dengan yang memiliki faktor partisipasi tinggi membuat
penguatan AVR yang cukup tinggi redaman sistem tenaga menuju kondisi stabil dengan cepat
negatif yang dihasilkan akan besar. Redaman dibandingkan dengan sistem tenaga tanpa
negatif akan mengurangi redaman positif akibat pemasangan PSS (Ruhle, O, 2006). secepat
konstanta redaman mesin. Bila jumlah redaman mungkin kembali ke kondisi normal.
total mengecil maka mesin akan berosilasi dengan Guna keperluan analisis ada tiga kondisi yang
frekuensi tertentu. Terlebih lagi bila redaman total harus dipertimbangkan yaitu stabilitas steady state,
menjadi negatif, amplitudo osilasi semakin lama stabilitas transien dan dinamik. Permasalahan
akan semakin membesar yang akan menyebabkan dalam stabilitas dinamik dapat dideskripsikan
sistem menjadi tidak stabil (Supriyadi, A.N, 2009 ). dengan menggunakan persamaan diferensial linier
Untuk mengatasi persoalan semacam itu, pada dan akibat yang terjadi berupa osilasi frekuensi
pembangkit-pembangkit termasuk pembangkit- rendah dapat distabilkan kembali dengan
pembangkit pada sistem kelistrikan di wilayah menambah sinyal kendali tambahan.
Kalimantan Timur yang mempunyai kemungkinan Penambahan sinyal kendali tersebut dilakukan
terjadinya hal diatas, perlu dipasang Power System dengan menambah blok diagram power system
Stabilizer (PSS). PSS adalah piranti dengan fungsi stabilizer (pss) dengan masukan perubahan
transfer tertentu yang dapat diatur besaran dan kecepatan, frekuensi dan daya.
fasanya. Dengan mengatur fasa PSS, sinyal
keluaran eksitasi akan menghasilkan redaman
positif yang berfungsi mengkompensasi adanya DESAIN DAN PEMODELAN
redaman negatif, agar redaman positif PSS cukup 3.1 Penerapan Power System stabilizer
untuk mengkompensasi redaman negatif, (PSS) pada Sistem Tenaga Listrik
komponen penguat yang ada didalam PSS harus
diatur nilai penguatannya (Larsen, E.V dan Swann, Model PSS yang digunakan dalam penelitian ini
D.A, 1981) merupakan model PSS (Model fasor) yang
Dengan menganalisis respon frekuensi pada menggambarkan penggunaan solusi fasor
kisar frekuensi osilasi tertentu, dapat dirancang untuk analisis stabilitas transien sistem
suatu kontrol yang kokoh untuk perubahan beban multimesin seperti yang ditunjukan dalam
tertentu. Gambar 1. Analisis stabilitas transien dari
sistem transmisi dua-mesin dengan Power
System stabilizer (PSS) dan Static Var
TINJAUAN PUSTAKA Compensator (SVC).
Kestabilan dinamik sistem tenaga listrik perlu
dijaga sehingga sistem tersebut tetap mampu
beroperasi jika mendapat gangguan-gangguan
kecil. Upaya untuk meningkatkan kestabilan
dinamik sistem tenaga dapat dilakukan dengan
menambahkan perangkat kontrol Power System
Stabilizer (PSS) yang dipasang pada sistem eksitasi
generator sinkron (Larsen,E.V.dan Swann,D.A,
1981). Pemasangan PSS ditujukan untuk
menambah redaman osilasi yang terjadi akibat
gangguan kecil seperti peningkatan beban. Analisis
kestabilan dinamik dilakukan dengan
menggunakan metoda analisis nilai eigen. Faktor
A8-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B1 B2 B3
M1 1000 MVA
C C
1000 MVA
c
13 .8 kV/500 kV
cC
L1 350 km
cC
L2 350 km
cC
sudut () untuk 14 unit pembangkit terbesar pada
C
A
B
Load
A
5000 MW
mode 55 sampai dengan 85. Hasil analisis
B
A
B
C
Pm m
C
Fault Breaker SVC
SVC
m
Pref 1 B B b
Turbine & <Vm (pu)> Vf _
Regulators M 1
<B (pu)> M2 5000 MVA
C C
5000 MVA
c
13 .8 kV/500 kV
pada generator 1 seperti ditunjukkan dalam
SVC
Pm m
Gambar 2, sedangkan untuk nilai kecepatan sudut
V pos , seq.
V
B1 B2 B3 (pu)
Model Power System stabilizer (PSS) dan Static Var 0,2 delta_Syn_7
delta_Syn_8
Compensator (SVC) 0,15
delta_Syn_9
0,1
delta_Syn_10
0,05 delta_Syn_11
0 delta_Syn_12
HASIL DAN PEMBAHASAN 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 delta_Syn_13
Mode delta_Syn_14
3.2 Analisis Kinerja Penerapan Power
System Stabilizer (PSS) pada Model
Sistem Mahakam Gambar 2 Grafik Perbandingan Sudut Rotor (d) terhadap Waktu
untuk 14 Pusat Pembangkit yang terhubung pada Model Sistem
Mahakam tanpa PSS
Berdasarkan data tenaga listrik Sistem Mahakam
(sistem tenaga listrik yang terinterkoneksi pada Keadaan Kecepatan Sudut
wilayah tertentu di provinsi Kalimantan Timur) 0,45
omega_Syn_1
tahun 2010, di mana analisis aliran daya 0,4
omega_Syn_2
omega_Syn_4
PSAT ver.2.1.6). Berikut adalah data 0,3
omega_Syn_5
0,25
ketenagalistrikan Sistem Mahakam tahun 2010, omega_Syn_6
0,2 omega_Syn_7
dengan data sistem transmisi 150 KV, dan data 0,15
omega_Syn_8
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 omega_Syn_13
Base MVA : 100 MVA Mode omega_Syn_14
A8-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Mahakam dengan menggunakan software Matlab seperti yang ditunjukkan masing-masing dalam
ver.7.60 (toolbox: simulink model PSAT) Gambar 6 dan Gambar 7.
dilakukan simulasi berupa gangguan tiga fasa pada 0.04
Keadaan Kecepatan Sudut Rotor (sm-tanpa pss-fault)
Bus 23
GI SAMBUTAN
Bus 22
GI BUKUAN
Bus 21
GI KARANG JOANG
Gambar 6. Grafik Perbandingan Kecepatan Sudut Rotor ()
Bus 45 Bus 43 Bus 44 Bus 41 Bus 42
terhadap Waktu untuk 2 Pusat Pembangkit yang terhubung pada
PQ45 PQ43 PQ44
PQ41 PQ42
GI Embalut tanpa PSS
Bus 14
Bus 27 Bus 32
Bus 1 Bus 3
PQ47 PQ46 Bus 11 Bus 12
0.03
PLTG SAMBERA PLTD KARANG ASAM PQ33 PQ34 PQ35
PLTD POWERINDO
Bus 25 Bus 26
PLTD COGINDO PLTD KALTIMEX 1
Bus 10 Bus 13
PLTGU
TANJUNG BATU
PLTU CFK PQ25 PQ26
0.025
Kecepatan Sudut (pu)
0.01
0.005 wSyn 1
Gambar 4. Model Sistem Mahakam 14 Mesin 45 Bus dengan
wSyn 14
PSS 0
w
Syn 1
3.3 Analisis Kinerja Sistem dalam
0.1 wSyn 2 Penerapan PSS Pada Sistem Mahakam
w
0.08 w
Syn 3
Kalimantan Timur dalam Stabilitas
Syn 4
Steady State (Small Signal Stability)
Kecepatan Sudut (pu)
0.06
A8-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
w
Syn 1
0.1 wSyn 2 KESIMPULAN
w
0.08
Syn 3
wSyn 4
Berdasarkan hasil simulasi dan analisis
pembahasan tentang penerapan Power System
Kecepatan Sudut (pu)
0.02
(PSS) pada generator 1 (PLTGU Tanjung Batu)
0.015
model Sistem Mahakam untuk nilai sudut rotor
0.01 (d) adalah 0,0229 pu dan kecepatan sudut rotor
0.005 () adalah 0,0365 pu.
0
wSyn 1 Penerapan Power System Stabilizer (PSS) pada
w
Syn 7 unit pembangkit akan memberikan kompensasi
-0.005
0 5 10 15 20 pada stabilitas sistem yang lebih baik.
waktu (dt)
A8-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
PSCC, Sevilla, 24-28 Juni 2002. Stabilizer (PSS) dan Thyristor Controlled Series
[2] Anderson, P.M and Fouad A.A., (1995). Power System Capasitor (TCSC) Damping Controller
Control and Stability, IEEE Press, 1995. Menggunakan Artificial Immune System (AIS) Via
[3] Kundur, P. 1994. Power System Stability and Clonal Selection, Buku Tugas Akhir Jurusan
Control, McGraw-Hill,Inc, NewvYork. Teknik Elektro ITS
[4] Larsen, E.V., dan Swann, D.A. 1981. Applying Power [7] Milano, F. 2010. Power System Analysis Toolbox
System Stabilizers Part I: General Concepts, (PSAT): Quick Reference Manual for PSAT,
IEEE, Vol. PAS-100, No.6, 1981. version 2.1.6
[5] Li Jun Cai., dan Istvan Erlich. 2005. Simultaneous [8] Ruhle, O. 2006. Eigenvalue Analysis on Power System
Cordinated Tuning of PSS and FACTS Oscillation
Controllers in Large Power System, IEEE [9]Saadat, H. 2004. Power System Analysis,
Transactions on Power System, Vol. 20 No.1, Mc.Graw Hill, Singapore
February 2005. [10] Supriyadi, A.N. 2009. Low Frequency Oscillation di
[6] Maryono, H. 2006. Koordinasi Power System Sistem Tenaga Listrik
A8-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak - Kestabilan merupakan salah satu tolok ukur kembali, dibutuhkan perhitungan kapan gangguan
dalam sistem tenaga listrik. Untuk sistem yang besar dengan tersebut diputuskan tanpa kehilangan keserempakan
interkoneksi di dalamnya, gangguan pada salah satu titik bisa putaran generator. Selanjutnya dapat ditentukan waktu
menyebabkan gangguan pada keseluruhan sistem. Supaya paling lama terjadinya suatu gangguan yang masih
kestabilan bisa terjaga, maka diperlukan waktu pemutusan dapat menstabilkan sistem atau waktu pemutusan kritis
kritis berdasarkan sudut pemutusan kritis untuk melindungi
(critical clearing time).
sistem secara keseluruhan maupun generator secara individu.
Pada tesis ini akan dianalisis pengaruh dari gangguan hubung Tujuan penelitian ini adalah terwujudnya hasil model
singkat tiga fasa simetris terhadap kestabilan sistem tenaga analisis yang dapat dipakai sebagai acuan untuk
listrik multimesin dengan menggunakan studi aliran daya, meningkatkan kinerja sistem.
admitansi reduksi dan penentuan waktu pemutusan kritis
dengan menganalisa kestabilan generator yang mengalami II. TINJAUAN PUSTAKA
gangguan berat pada ayunan pertama menggunakan metode
Runge Kutta orde 4. Tujuan penelitian adalah untuk A. Kestabilan
menghasilkan aplikasi yang nantinya bisa digunakan untuk Menurut Kundur (1994) Stabilitas transien adalah
mengetahui tingkat stabilitas transien dan waktu pemutusan kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan
efektif jika sistem mengalami gangguan. Data yang digunakan
kondisi sinkron ketika mengalami gangguan berat.
pada penelitian ini adalah sistem kelistrikan Sistem Mahakam
Kalimantan Timur. Hasil simulasi berbagai titik gangguan
Respon sistem yang dihasilkan melibatkan
pada saluran transmisi atau bus GI terlihat bahwa hubung penyimpangan besar sudut rotor generator dan
singkat pada bus generator lebih berpotensi menyebabkan dipengaruhi oleh hubungan non linier sudut daya.
ketidak stabilan pada sistem. Stabilitas tergantung pada keadaan awal dari sistem
operasi dan tingkat keparahan gangguan.
Kata Kunci - Kestabilan Transien, Sistem multimesin, Unjuk sifat mesin sinkron yang terlihat pada Gambar
Waktu pemutusan kritis. 1 adalah tanggapan sudut rotor untuk satu kasus stabil
dan dua kasus tidak stabil. Kasus stabil (kasus 1), sudut
rotor naik ke sebuah nilai maksimum, kemudian
I. PENDAHULUAN menurun dan berosilasi dengan amplitudo menurun
ISTIM interkoneksi pada PT. PLN (Persero) Wilayah sampai mencapai steady state. Pada kasus 2, sudut rotor
A9-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
0 Ynn Ynm Vn
I = Y t Ymm E '
B. Sistem Multimesin m nm m ................................. (2.5)
Menurut Saadat (1999), langkah pertama dalam studi -1
Vn = -Ynn Ynm E m
kestabilan transien adalah dengan mula-mula
menyelesaikan aliran daya dan menentukan magnitude [
I m = Ymm I m - Ynm
t
Ynn-1Ynm E m' ]
tegangan mula-mula serta sudut fasa. Arus mesin sebelum Im = Y red
bus E '
m ............................... (2.6)
gangguan dihitung dengan persamaan:
Daya listrik keluaran dari setiap mesin dapat
S i* Pi - jQi
Ii = = dinyatakan dalam bentuk tegangan internal mesin
Vi* Vi* i = 1,2,3,..., m ............................. (2.1) dengan persamaan persamaan:
m = jumlah generator
Vi = tegangan terminal ke-i
S ei* = Ei'* I i ......................................................... (2.7)
Pi = daya aktif mesin-i
Qi = daya reaktif mesin-i
Atau
Tegangan sumber sebelum reaktansi transien dapat
diperoleh dari persamaan berikut:
( )
Pei* = Re Ei'* I i .................................................. (2.8)
Dengan
Ei' = Vi + jX d' I i ....................................................... (2.2)
I i = mj=1 E 'j Yij
.................................................. (2.9)
Selanjutnya beban sistem diubah menjadi admittansi
ekivalen dengan menggunakan hubungan: Tegangan dan admittansi dinyatakan dalam bentuk
E ' = Ei' d i Y = Yij q i
S i* Pi - Qi polar yaitu i dan ij dan di substitusi
yi 0 = 2
= 2 harga Ii dari persamaan diatas akan menghasilkan:
Vi Vi
.............................................. (2.3)
Pei = Ei' E 'j Yij cos (q ij - d i + d j )
m
C. Persamaan Ayunan
Menurut Stevenson (1994), persamaan ayunan adalah
persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin
sinkron dalam studi kestabilan.
2 H d 2d
= Pm ( pu) - Pe ( pu)
w s dt 2 .................................. (2.12)
ws = Kecepatan serempak dalam satuan listrik
Gambar 2. Jaringan yang diperluas (Grainger & Stevenson, 1994) Pm (pu) = Daya Mekanik perunit
Pe (pu) = Daya elektrik perunit.
Jika persamaan diatas diekspresikan dalam bentuk
Titik (n + 1),(n + 2),,(n + m) adalah bus internal
frekuensi f, dengan:
mesin. Matriks persamaan arus untuk jaringan ini diberikan
oleh persamaan:
ws = 2pf ............................................................ (2.13)
I bus = YbusVbus Sehingga daya dinyatakan dalam satuan perunit:
..................................................... (2.4)
A9-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
16 12 2 3 13
H i d 2d i
= Pmi - Ei' E 'j Yij cos (q ij - d i + d j )
m
150/20 KV 150/20 KV
pf 0 dt 2 150/20 KV 150/20 KV 150/20 KV
2x 30MVA 1x 20MVA
j =1 ........ (2.18) 30MVA 2x 30MVA
1x 60MVA
2x 30MVA
1x 30MVA
15 1 6 7 8
Yij = elemen matriks admitansi bus
Hi = konstanta inersia mesin i pada dasar MVA (SB). G1
PLTGU
Tanjung Batu
sebagai berikut: 4 5 14
dibuat dalam perunit (pu) dengan dasar 100 MVA. PLTD PLTD
Gn. Malang Batakan
2. Untuk keperluan aliran daya, semua data impedansi Gambar 3 Diagram satu garis Sistem Mahakam KalimantanTimur
diubah ke dalam admitansi, dan beban tiap bus diubah
ke dalam admitansi pengganti ( YL = GL + jBL ).
3. Menghitung tegangan internal semua generator Ei di0 B. Data Sistem Tenaga Liistrik Sistem Mahakam
pada kondisi normal yaitu E d = Vt + jxd I. Tegangan
internal ini dipakai sementara sebagai acuan. Ini Data-data sistem kelistrikan Sistem Mahakam
dihitung dari studi aliran daya. Kalimantan Timur disajikan pada Tabel 1 sampai 3.
4. Menghitung matriks Y setiap kondisi jaringan dengan Tabel 1 Data Saluran Transmisi
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Admitansi beban pengganti dihubungkan antara bus R1 X1 Y/2
No. bus
(pu) (pu) (pu)
beban dengan simpul pedoman dan xd dihubungkan 16 0,00414 0,02036 0,0014
antara simpul yang lain dengan terminal generator. 1 15 0,00538 0,02642 0,0187
b. Semua elemen impedansi diubah ke dalam 1 12 0,0000 0,21680 0,0000
admitansi. 26 0,0000 0,10130 0,0000
37 0,0000 0,21270 0,0000
c. Elemen matriks Y adalah: Yii yaitu jumlah semua
4 11 0,0000 0,11050 0,0000
elemen admitansi yang dihubungkan ke simpul i. Yij 5 10 0,0000 0,09190 0,0000
67 0,00218 0,01070 0,0076
yaitu negatif admitansi antara simpul i dan j. 78 0,00688 0,02159 0,0068
5. Mengeliminasi semua simpul (kecuali simpul internal 79 0,02296 0,09718 0,0686
generator), diperoleh matriks Y kondisi jaringan yang 8 13 0,0000 0,24080 0,0000
9 10 0,00358 0,01759 0,0124
direduksi sebelum, selama, dan setelah terjadinya 9 14 0,0000 0,19280 0,0000
gangguan. 10 11 0,00768 0,02411 0,0076
6. Memilih lokasi gangguan yang terhubungsingkat dan 15 - 16 0,0000 0,40350 0,0000
saluran yang dilepaskan.
7. Menentukan waktu pemutusan kritis berdasarkan sudut
pemutusan kritis.
8. Mencetak waktu pemutusan kritis. Tabel 2 Data pembebanan beban puncak pada 6 Oktober 2010 jam
19.00
A9-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A9-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 9 Perbedaan sudut rotor gangguan pada bus 5, 5-10 lepas 6. Gambar 10 adalah gangguan hubung singkat yang
terjadi pada zone 9-10 dekat bus 9 (GI Karang Joang
150 kV) waktu pemutusannya 0.237 detik (11,85
putaran). Generator yang mengalami gangguan berat
adalah generator 4 dan generator 5.
Jika gangguan diputuskan pada 0.24 detik (12
putaran) maka perbedaan sudut rotor pada generator
4 dan generator 5 naik tak terbatas sehingga dapat
menyebabkan generator tersebut kehilangan
sinkronisasinya.
Waktu pemutusan kritis yang diperoleh dari analisis
kestabilan transient Sistem Mahakam pada berbagai titik
gangguan diperlihatkan pada Tabel 4.
Waktu Pemutusan
Gambar 10 Perbedaan sudut rotor gangguan pada bus 9, 9-10 lepas
Generator yang
mengalami
Zone lepas
gangguan
gangguan
gangguan
Kritis (tc)
b. Analisis hasil simulasi kurva ayunan
(detik)
Jenis
Titik
1. Gambar 4 adalah gangguan hubung singkat yang terjadi
pada zone 1-12 dekat bus 1 (PLTGU Tanjung Batu)
waktu pemutusannya 0,282 detik (14 putaran). Dengan
pemutusan tersebut sistem cenderung stabil karena 1 1- 6 0.282 2,3,4,5
saluran yang terputus adalah yang menuju ke beban, 1 1 - 12 0.282 stabil
sehingga tidak mempengaruhi pembangkit yang 1 1 - 15 0.282 stabil
berhubungan ke sistem. Perbedaan sudut rotor 2 2- 6 0.118 2
Hubungan Singkat 3 fasa
A9-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
DAFTAR PUSTAKA [8] Kundur, P. 1994. Power Sistem Stability and Control. McGraw-
Hill. New York.
[1] Anderson, P.M. and Fouad, A. A. 1977. Power Sistem Control and [9] Sauer, P.W. and Pai, M.A. 1998. Power Sistem Dynamic and
Stability. Vol-I. The Iowa State University. USA. Stability. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
[2] Cekdin, Cekmas. 2007. Sistem Tenaga Listrik. ANDI. Yogyakarta. [10] Stagg, G.W. and El-Abiad, A.H. 1968. Computer Methods in
[3] Darmawan, E. dan Nurdin, M. 1993. Studi Stabilitas Peralihan Power System Analysis. McGraw-Hill. Kogakusha, Ltd.
Sistem Tenaga Menggunakan Ekspansi Deret Taylor. Proseding [11] Saadat, H. 1999. Power Sistem Analysis. WCB/Mc Graw-Hill.
Seminar Nasional Ketiga Teknik Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Singapore.
[4] Glover, J.D. and Sarma, M. 1987. Power Sistem Analysis and [12] Stevenson, W.D. 1994. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Edisi
Design. PWS-Kent Publishing Company. Boston. ke-4. Erlangga. Jakarta.
[5] Grainger, J.J. and Stevenson, W.D. 1994. Power Sistem Analysis. [13] Widodo, R. J. dan Sanda Utama, M. E. 1993. Analisa
Mc Graw-Hill. Singapore. Kestabilan Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Metode
[6] Haque, M.H. 1994. Equal Area Criterion: an axtension for Lyapunov. Proseding Seminar Nasional Ketiga Teknik Tenaga
multimachine power systems. IEE Proc-Gener.Transm. Distrib., Vol Listrik. ITB, Bandung.
141, No. 3.
[7] Kimbark, E.W. 1995. Power Sistem Stability. Volume I Elements of
Stability Calculations. A John Wiley & Sons, Inc. New York.
A9-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak- Tujuan dari operasional sistem tenaga listrik II. UNIT COMMITMENT (UC) PEMBANGKIT
adalah menyediakan suatu kualitas pelayanan energi DAYA LISTRIK
listrik yang berkesinambungan dengan biaya operasional
yang minimum. Dengan adanya perubahan beban
Penggunaan algoritma PSO menghasilkan mean
terhadap konsumsi tenaga listrik dari waktu ke waktu, square error dan hasil prakiraan relatif lebih baik
maka perlu dilakukan penjadwalan operasi unit-unit dengan jumlah iterasi yang lebih sedikit dibandingkan
pembangkit dan pengalokasian beban. Penjadwalan unit dengan Backpropagation, tetapi memerlukan waktu
pembangkit (Unit Commitment) menentukan unit-unit komputasi yang lebih lama. Hal ini dikemukakan dari
pembangkit yang hidup (ON) dan mati (OFF) dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nurmahaludin
memperhatikan kendala-kendala (constraints) yang ada.
Optimasi penjadwalan operasi unit-unit pembangkit
pada tahun 2010.[1]
diperoleh dengan metode Particle Swarm Optimization. Kwang Y. Lee (2006) telah menggunakan metode
Penyelesaian Unit Commitment dengan cara komputasi Particle Swarm Optimization untuk permasalahan
evolusioner. economic dispatch yang dianggap sebagai salah satu
Metode ini diaplikasikan pada pembangkit PT. PLN masalah komplek untuk ditangani dan menggambarkan
(Persero) Wilayah Kalimantan Timur. Hasil simulasi kelebihan dan kekurangan dalam penyelesaian
menunjukkan bahwa metode PSO memberikan hasil dan
economic dispatch.[2]
performansi lebih baik dibanding metode iterasi lambda
dalam hal biaya total optimum. Unit commitment adalah penentuan pembangkit mana
yang akan On Line dari sejumlah pembangkit yang siap
Kata Kunci Unit Commitment, Particle Swarm dioperasikan untuk mensuplai beban selama periode
Optimization tertentu, karena kebutuhan beban selalu berubah maka
pembangkit yang akan dioperasikan harus disesuaikan
I. PENDAHULUAN dengan kebutuhan beban.
Pengoperasian pusat-pusat pembangkit di dalam
T UJUAN dari operasional sistem tenaga listrik
adalah menyediakan suatu tenaga listrik
seekonomis mungkin dengan memperhatikan mutu,
sistem tenaga listrik selalu dikoordinasikan dengan
tujuan agar pembebanan atau penjadwalan dari
keandalan dan kualitas pelayanan yang pusat-pusat pembangkit tersebut optimum (ekonomis)
berkesinambungan. Didalam memproduksi energi listrik pada setiap interval waktu perubahan beban untuk siklus
akan diperoleh karakteristik yang berbeda-beda setiap waktu tertentu. Penjadwalan yang optimum adalah
unit pembangkit. Hal ini diakibatkan karena perbedaan kombinasi tertentu dari unit-unit pembangkit yang
output pembangkit, pemakaian bahan bakar dan faktor dijadwalkan (dioperasikan) dengan kapasitas total
yang lainnya. cukup untuk mensuplai beban pada interval waktu
Dalam sistem operasi unit pembangkit termal, biaya tertentu dengan biaya operasi yang paling murah
bahan bakar merupakan biaya terbesar dari biaya (ekonomis).
operasi pembangkitan tenaga listrik. Penghematan biaya Konsekuensi unit commitment adalah bahwa akan ada
bahan bakar dalam prosentase yang kecil akan memberi unit pembangkit termal yang di stop dan di start kembali
dampak yang besar dalam jumlah rupiah, mengingat dalam periode optimasi, hal ini akan menyebabkan
besarnya jumlah biaya bahan bakar, sehingga efisiensi sejumlah kalori yang hilang pada saat unit di stop
pemakaian bahan bakar yang sangat besar berpengaruh sehingga menjadi dingin dan perlu dipanaskan lagi
terhadap penghematan biaya operasi. Oleh karena itu, sewaktu di start.
salah satu strategi yang bisa digunakan untuk Masalah economic dispatch adalah pembagian
meminimalkan biaya bahan bakar total adalah dengan pembebanan pada setiap unit pembangkit sehingga
melakukan penjadwalan unit-unit pembangkit termal diperoleh kombinasi unit pembangkit yang dapat
(unit commitment) dan pengalokasian beban (economic memenuhi kebutuhan beban dengan biaya yang
dispatch). optimum atau dengan kata lain untuk mencari nilai
optimum dari output daya dari kombinasi unit
pembangkit yang bertujuan untuk meminimalkan total
A10-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
biaya pembangkitan dan dapat memenuhi batasan probabilitas dalam menemukan solusi yang lebih baik
equality dan inequality. Secara umum fungsi biaya dari menjadi lebih kecil. Jumlah partikel yang digunakan
tiap generator dapat di formulasikan secara matematis umumnya antara 20-50 partikel [3]. Dalam penelitian ini
sebagai suatu fungsi obyektif seperti yang diberikan digunakan 40 buah partikel.
pada persamaan sebagai berikut:
B. Inertia Weight
(1)
Dalam suatu bentuk n dimensi penelusuran space,
(2) posisi dan velocity terhadap individu i adalah
direpresentasikan sebagai vektor
A. Persamaan Kesetimbangan Daya Aktif dan dalam algoritma PSO. Misalkan
Pada kesetimbangan daya, equality constraint harus dan
dipenuhi yaitu total daya yang dibangkitkan oleh adalah individu i yang
masing-masing unit pembangkit harus sama dengan merupakan posisi terbaik saat ini. Update velocity pada
total kebutuhan beban pada sistem. Equality constraint individu i adalah dengan memodifikasi persamaan dasar
kesetimbangan daya adalah : pada algoritma PSO pada persamaan (6) yaitu:
(3)
(6)
B. Batas Daya Maksimum Dan Minimum Dalam proses update velocity ini, nilai-nilai parameter
Pembangkit
seperti w, c1 dan c2 harus ditentukan terlebih dahulu.
Output setiap unit generator mempunyai batas Secara umum parameter weight w diperoleh dengan
minimum dan maksimum pembangkitan yang harus menggunakan persamaan (7) yaitu :
dipenuhi (inequality constraint), yaitu : (7)
(4)
Setiap individu berpindah dari posisi awal ke posisi
berikutnya dengan memodifikasi posisi individu
C. Cadangan Berputar (Spinning Reserve) menggunakan modifikasi velocity pada persamaan (6).
Cadangan berputar adalah banyaknya daya yang harus Persamaan modifikasi posisi individu dinyatakan pada
tersedia di dalam sistem yang akan digunakan untuk persamaan (7) berikut:
merespon sistem apabila satu unit pembangkit tiba-tiba (8)
keluar dari sistem karena adanya alasan-alasan teknis Dalam penelitian ini menggunakan konstanta w = 0.6,
tertentu. Cadangan berputar adalah jumlah total daya c1 = 2 dan c2 = 1.
pembangkitan yang ada dari semua unit on-line pada
sistem dikurangi beban sistem, dimana secara matematis C. Update Pbest dan Gbest
ditunjukkan sebagai berikut : Pbest dari setiap individu pada iterasi k+1
(5) menggunakan persamaan :
(9)
III. PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (10)
Kennedy dan Eberhart telah mengembangkan suatu Dimana :
algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) berdasar adalah fungsi obyektif yang dievaluasi pada posisi
pada perilaku individu-individu yaitu particle atau individu i dan iterasi ke-k.
agents pada suatu swarm. Penelusuran algoritma PSO adalah posisi individu ke-i pada iterasi k+1
paralel memanfaatkan suatu kelompok individu yang adalah posisi terbaik untuk individu ke-i sampai
serupa dengan artificial intelligence yang lain
iterasi k+1
berdasarkan teknik optimisasi heuristik [3].
Gbest pada iterasi k+1 diset sebagai posisi terbaik yang
A. Jumlah Partikel telah dievaluasi begitu juga pada .
Pencarian nilai optimum dalam PSO dilakukan secara
simultan terhadap sejumlah kandidat solusi yang disebut IV. IMPLEMENTASI PSO PADA PENYELESAIAN
dengan swarm. Swarm merupakan kumpulan dari UNIT COMMITMENT
individu tunggal yang disebut dengan partikel. Diagram alir perhitungan penjadwalan pembangkit
Individu-individu tunggal dalam swarm dianalogikan seperti dalam gambar (Gambar 1) dijelaskan sebagai
sebagai suatu himpunan solusi yang mungkin dari berikut :
permasalahan optimisasi. 1. Menentukan total unit pembangkit dan periode
Penentuan jumlah partikel dilakukan dengan waktu untuk analisa. Dengan penentuan total unit
memperhatikan lama waktu komputasi dan probabilitas pembangkit disertai juga oleh data penjadwalan
dalam menemukan solusi optimum. Semakin besar unit pembangkit dan daya output setiap
jumlah partikel yang digunakan akan membuat pembangkit.
perhitungan menjadi lebih lama. Tetapi jika jumlah 2. Menentukan parameter algoritma PSO, seperti
partikel yang digunakan terlalu sedikit, maka jumlah swarm, bobot inersia, jumlah iterasi dan
A10-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A10-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(17) Y
Iterasi
Pertama ?
Nilai dapat diperoleh dari persamaan (17) yang
disubstitusi dengan persamaan (16) untuk mendapatkan T
penjadwalan generator yang optimal.
Y
Solusi untuk Economic Dispatch dengan mengabaikan <Toleransi
(23)
Prosedur metode iterasi lambda dapat dijelaskan dari
flowchart dalam gambar (Gambar 3) sebagai berikut:
A10-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
VIII. KESIMPULAN
Dengan mengimplementasikan metode Particle
Tabel. 2. Perbandingan Hasil Simulasi Menggunakan Metode Iterasi
Swarm Optimization untuk penjadwalan unit
Lambda Dan PSO
pembangkit tenaga listrik pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Kalimantan Timur tanggal 6 Oktober 2010,
maka dapat diambil suatu kesimpulan dari hasil simulasi
sebagai berikut :
1. Proses Metode Particle Swarm Optimization
memberikan sebuah analisis penyelesaian dalam
penentuan status (ON) dan (OFF) unit-unit
pembangkit yang cukup efektif dalam
Setelah penetapan parameter-parameter yang mengoptimalkan pembagian pembebanan.
digunakan dalam metode Particle Swarm Optimization 2. Penentuan pembagian pembebanan yang optimal
maka komputasi dapat dilakukan, untuk menentukan pada setiap unit pembangkit dapat memenuhi
unit pembangkit mana saja yang (ON) dan (OFF) untuk equality constraint dan inequality constraint yang
A10-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
telah ditentukan dengan total beban 1,230.82 MW. Aplikasi Prakiraan Temperatur Udara. Master Tesis Universitas
Brawijaya. Malang
3. Hasil simulasi tanggal 6 Oktober 2010 yang [2] Kwang Y. Lee dan Jong-Bae Park. Oktober 2006. Application of
dilakukan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Particle Swarm Optimization to Economic Dispatch Problem:
Kalimantan Timur dengan beban yang sama Advantages and Disadvantages. IEEE Transactions on Power
Systems
dengan menggunakan metode Particle Swarm
[3] Kennedy, J., dan Eberhart, R. 2001. Swarm Intelligence.
Optimization (PSO) memberikan performansi Academic Press. USA
yang lebih baik dibandingkan dengan iterasi [4] Wood J.A dan Bruce WF. 1984. Power Generation, Operation,
lambda. Total biaya bahan bakar yang diperoleh And Control. John Willeys and Sons
[5] Saadat Hadi. 1999. Power System Analysis. International
pada metode Particle Swarm Optimization (PSO) Edition, McGraw-Hill Inc. New York
sebesar Rp. 894,817,809.- per hari sedangkan
dengan metode Iterasi Lambda sebesar Rp. Verra Aullia lahir di Samarinda, 13 April 1978 sebagai anak kedua
dari tiga bersaudara dari Ayah Drs. H. Samsi Basri (Alm) dan Ibu Hj.
907,171,085.- per hari. Elmywati, SDN 056 Teluk Lerong Ulu Samarinda lulus tahun 1990,
4. Dengan metode Particle Swarm Optimization SMP Muhammadiyah 2 No. 3852 Samarinda lulus tahun 1993,
waktu yang diperhitungkan untuk proses SMAN 3 Samarinda lulus tahun 1996, Sarjana Teknik Elektro Institut
Teknologi Nasional Malang lulus tahun 2002,
komputasi selama 23 detik. Penulis bekerja sebagai dosen d i Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Samarinda sejak tahun 2002 sampai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nurmahaludin. 2010. Analisis Optimisasi Jaringan Syaraf
Tiruan Dengan Algoritma Particle Swarm Optimization Pada
A10-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Implementasi
Artificial Neural Network Pada Pengendalian
Tegangan Output PWM Boost Converter CCM
Switch Mode Beban Resistif
Achmad Fanany Onnilita Gaffar 1) Muhammad Aziz Muslim 2) M. Julius 2)
1)
Program Magister dan Doktoral Fakultas Teknik,
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang.
2)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang.
email : onny_gaffar@yahoo.com
Absrak- Boost Converter adalah plant fasa non yang sukar dikendalikan. Kemampuan adaptasi ANN
minimum dimana terdapat zero non Hurwitz (tidak Controller akan diuji pada MRC Tegangan Output
stabil). Agar dapat dikendalikan maka perlu diubah PWM Boost Converter CCM Switch Mode. Kasus
menjadi plant fasa minimum dengan menambahkan PFC pertama, Boost Converter diperlakukan sebagai Plant
(Parallel FeedForward Compensator). Augmented Plant Fasa Minimum setelah melalui proses konversi fasa
dengan fasa minimum kemudian digunakan untuk
membangun ANN Inverse Plant. DMRC (Digital Model
non minimum ke fasa minimum. Kasus kedua, Boost
Reference Control) berbasis ANN yang didesain Converter diperlakukan sebagai Plant Fasa Non
didasarkan pada dua perlakuan Boost Converter sebagai Minimum (tanpa konversi).
plant. Pertama, sebagai Plant Fasa Minimum. Metode
yang digunakan adalah PPC (Pole Placement Control) dan II. BOOST CONVERTER
Direct Mode. Kedua, sebagai Plant Fasa Non Minimum. Konsep dasar PWM Boost Converter CCM Switch
Pada Metode 1, ANN Inverse Plant dibangun dari bagian Mode ditunjukkan dalam Gambar 1.
Plant Fasa Non Minimum yang invertible. Pada Metode 2, Pada kondisi On State diperoleh :
ANN Inverse Plant dibangun melalui pendekatan respons
0 0 1
inverse non kausal versi delayed. Hasil yang diperoleh i&L iL + L V (1)
adalah Metode 2 jauh lebih baik dibandingkan dengan & = 1 v s
Metode 1, PPC maupun Direct Mode. v
O 0 - o 0
RC
Kata kunci-- boost converter, PWM, switch mode, CCM,
fasa non minimum, fasa minimum, ANN, Inverse Plant,
DMRC, PPC, Direct Mode, invertible, non-invertible.
Pada kondisi Off State diperoleh :
I. PENDAHULUAN 1
0 - 1
Boost Converter adalah dc-dc converter yang i&L L iL (2)
menghasilkan tegangan output lebih besar dari & = +
v L Vs
v
o 1 1 o 0
inputnya. Perubahan posisi switch secara bergantian -
dengan frekuensi tertentu, akan mengiris (chop) C RC
tegangan input menjadi deretan pulsa tegangan Pada kondisi Steady State diperoleh :
frekuensi tinggi (duty cycle) selama kondisi Switched V (3)
Vo = s
On. Energi tersimpan dalam induktor kemudian 1- D
ditransfer menjadi tegangan output selama kondisi Syarat batas induktansi Boost Inductor :
Switched Off. Rata-rata tegangan output diperoleh dari (1 - D)2 DR
rata-rata tegangan input yang diiris. Pengendalian pada L b = (4)
2f
duty ratio akan diperoleh tegangan output yang lebih
besar dari tegangan inputnya. [1]. dimana L > Lb untuk operasi CCM. Syarat batas
Neural Control adalah metode pengendalian berbasis kapasitansi Filter Capasitor :
ANN dimana data yang tersedia adalah merupakan DV . o
Cmin = (5)
hasil pengukuran perilaku dinamis sistem. Kemampuan vr .R. f
ini sangat cocok untuk diterapkan pada sistem kendali
adaptif dimana Controller memerlukan adaptasi oleh
karena adanya perubahan perilaku sistem. [2].
Disamping tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap
gangguan, Boost Converter juga termasuk sistem fasa
non minimum dengan zero non Hurwitz (tidak stabil)
A11-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
-
Gambar 2. Rangkaian ekuivalen kondisi On State [4]
vL= Vs - v_o io
+
+
iL iC
Vs S C R vo
-
Gambar 4. Arsitektur ANN FeedForward Multilayer [5]
Gambar 3. Rangkaian ekuivalen kondisi Off State [4]
rL
Ga ( s) = G ( s ) + H -1 ( s)
L iL io
+
(14) + vL - iS
D( s). A( s) + N ( s).B( s) iC
=
N ( s). A( s) Vs S C R vo
diperoleh zero dari Ga(s) adalah Hurwitz sehingga
Ga(s) adalah fasa minimum. Pada penelitian ini -
digunakan metode direct digital design dimana semua Gambar 8. Rangkaian Boost Converter dengan DCR Boost Inductor
komponen analog (domain s) diubah ke dalam bentuk saat On State (Desain)
diskrit (domain z). Model kendali digital ditunjukkan L iL iO
dalam Gambar 6. +
+ vL - iS
iC
vo(t)
Vs S C R vO
Output
Voltage
Sensor -
Gambar 9. Rangkaian Boost Converter dengan DCR Boost Inductor
A/D saat Off State (Desain)
d(n)Tsamp
Converter
Untuk menguji operasi Boost Converter pada CCM maka GP ( z ) = (1.4729 x10 -7 )
dilakukan pengamatan menggunakan SimPower System
Matlab dengan hasil simulasi ditunjukkan dalam Gambar z 4 - 1.96222 z 3 - 0.03585 z 2
10. diperoleh : +1.962241z - 0.964129
(a) Steady state value Vo = 23.82 V. . 5
z - 4.683868 z 4 + 8.7643 z 3
(b) Maksimum overshoot Vo = 28.84 V.
-8.188793 z + 3.820176 z
2
(c) Settling time = 18 msec.
(d) Steady state value IL = 1.193 A. -0.711815
(e) Maksimum overshoot IL = 4.47 A.
B + ( z)
= bP 0 P
AP ( z )
Gm ( z ) = ( 0.025625 )
z 4 - 3.2 z 3 + 3.84 z 2
-2.048 z + 0.4096
. 5
z - 4.174238 z + 6.957562 z
4 3
-5.789074 z 2 + 2.404839 z
-0.399048
Bm + ( z )
= bm 0
Am ( z )
Gambar 10. Grafik Tegangan Output dan Arus Induktor - Open Loop
System PWM Boost Converter CCM Switch Mode (Desain)
A11-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
BP ( z -1 )
y (k + 1) = .u (k ) =
AP ( z -1 )
4 5
b0u (k ) + b j u (k - j ) - a j y (k + 1 - j )
j =1 i =1
maka :
m
e(k + 1) = y (k + 1) - ym (k + 1) = b0u (k ) + b j u (k - j )
j =1
n
- ai y (k + 1 - i ) - ym (k + 1)
i =1
Gambar 13. Hasil simulasi DMRC berbasis ANN pada Plant Fasa
Minimum dengan metode Direct Mode
=
( 3.91x10 )(1 + 0.156 z
-4 -1
- 0.844 z -2 )
1 - 2.783868 z -1
-2
-3
+2.574951z - 0.790905 z Gambar 14. Hasil simulasi DMRC berbasis ANN Metode 1 pada Plant
Fasa Non Minimum (Desain)
A11-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
AbstractDesign was developed in the Waduk dengan cara pembuatan pembangkit listrik tenaga mikro
Setupatok in Cirebon as microhydro power plants. Design hidro (PLTMH), termasuk energi yang ramah
based on the calculation results and analysis indicate that lingkungan dan juga merupakan energi terbarukan.
the magnitude of the potential energy of the water
reservoir with a flow rate Setupatok of 2084 liters /sec, and
debit the mainstay of 833.6 liters/sec. The simulation
results of the design of network system shows the voltage
magnitude at each bus (node), the voltage drop, power flow II. TINJAUAN PUSTAKA
and power losses. Further economic analysis is also A. Pengukuran Kecepatan Aliran
performed to determine the design of energy sale price per
kWh is set at IDR447, 3 /kWh. Kecepatan aliran sungai merupakan komponen
aliran yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh
Index TermsDesign, microhydro power plants, Waduk pengukuran debit secara langsung di suatu penampang
Setupatok, debit mainstay, system analysis, economic
sungai tidak dapat dilakukan. Kecepatan aliran ini
analysis
diukur dalam dimensi satuan panjang setiap satuan
AbstrakPerancangan dikembangkan pada Waduk waktu, umumnya dinyatakan dalam m/detik [5].
Setupatok di Kabupaten Cirebon sebagai pembangkit Kecepatan aliran permukaan dihitung dengan
listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). Hasil perancangan persamaan:
berdasarkan perhitungan dan analisis menunjukkan
bahwa besaran potensi energi air Waduk Setupatok
.............................................. (1)
dengan debit aliran sebesar 2084 liter/detik, dan debit di mana:
andalan sebesar 833,6 liter/detik. Hasil simulasi terhadap V = Kecepatan aliran permukaan (m/det)
rancangan sistem jaringan menunjukkan besaran L = Panjang garis pertama dan kedua (m)
tegangan pada setiap bus (node), tegangan jatuh, aliran T = waktu tempu pelampung (detik)
daya, dan rugi daya. Selanjutnya analisis ekonomi juga
dilakukan untuk menentukan rancangan harga jual energi Kecepatan aliran sungai dihitung dengan persamaan:
per kWh yang ditetapkan sebesar Rp447,3 /kWh.
............................................. (2)
Kata kunciPerancangan, PLTMH, Waduk Setupatok, di mana:
debit andalan, analisis sistem, analisis ekonomi C = Koefesien = 0,86
A12-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C, d dan e = Dalamnya air pada setiap garis pengukuran pemanfaatan potensi air yang terkumpul di bak
Vd = Kecepatan aliran rata-rata pada garis pengukuran penenang. Air dari bak penenang mengalir melalui pipa
pengaliran d pesat menuju turbin di dalam rumah pembangkit.
Qd = Debit (m3/s). Hidrologi saluran tertutup dengan menggunakan pipa,
diameter pipa pesat dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut:
C. Waduk
Duration curve adalah suatu grafik yang .................................. (6)
memperlihatkan debit sungai dan selama beberapa di mana :
waktu tertentu dalam satu tahun, debit ini terdapat D = diameter pipa (mm)
dalam sungai. Jelas bahwa debit minimum terdapat N = koefisien kekasaran
selama setahun penuh, debit maksimum (banjir) hanya Q = debit desain (m3/s)
terdapat selama beberapa jam. Duration curve L = panjang pipa pesat (m)
digambarkan dari data-data debit [6]. H = tinggi jatuhan (gross head) (m)
Berdasarkan duration curve dari suatu aliran sungai
dapat diambil beberapa daya teoritis sebagai berikut: Turbin
a. Daya teoritis mminimal, yaitu daya yang terdapat dalam Turbin merupakan mesin tenaga yang menghasilkan
sungai selama setahun penuh (365 hari atau 8760 jam); energi mekanis dari total energi aliran yang masuk,
P100 Bekerjanya turbin yaitu dengan memanfaatkan tinggi air
b. Daya teoritis 95% (8322 jam) dari satu tahun; P95 jatuh H dan kapasitas air V [3]. Persamaan umum daya
c. Daya teoritis 50% ( 6 bulan atau 4380 jam); P50 yang dihasilkan oleh turbin adalah:
d. Daya teoritis berdasarkan debit rata-rata (Q rata-rata
hingga luas empat persegi panjang Qm x 365 hari = luas ............................................ (7)
duration curve); Pm. di mana :
Pt = daya (W)
Bila debit yang diambil berdasarkan Qt (Q yang g = gravitasi (9,81)
terdapat selama t hari dalam satu tahun), maka dapat Q = debit aliran (m3 /detik)
digunakan persamaan: H = tinggi jatuh air (m)
t = efesiensi turbin
........................................... (5)
di mana :
P = daya (W)
= massa jenis air (1000 kg/m3) Kriteria pemilihan Jenis turbin
g = gravitasi (9,81) Pemilihan jenis turbin yang sangat penting adalah
Qt = debit aliran (m3 /detik) dengan memperhatikan daerah operasinya serta
H = tinggi jatuh air (m) kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin. Pada
tahap awal pemilihan jenis turbin dengan
memepertimbangkan parameter-parameter khusus yang
D. Penentuan Tinggi Jatuh atau Head mempengaruhi sistem operasi turbin. yaitu:
1. Tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang
Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan cara
akan dimanfaatkan untuk operasi turbin merupakan
metoda pengukuran sipat datar memanjang.
faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis
Kedudukan-kedudukan di mana sebuah rambu dipegang
turbin
untuk pengukuran garis dengan satu pemasangan
2. Daya yang diinginkan berkaitan dengan head dan
instrument ke garis dengan pemasangan instrument
debit yang tersedia.
berikutnya disebut titik-titik balik (TB). Sebuah titik
3. Kecepatan (putaran) turbin yang akan
balik adalah titik pasti di mana diambil kedua bidikan
ditransmisikan ke generator
plus maupun minus harus dibuat mendekati sama
dengan pengukuran langkah [2]. Ketiga faktor yang telah diuraikan diatas seringkali
diekspresikan sebagai kecepatan spesifik (Ns), yang
didefinisikan dengan persamaan:
E. Model PLTMH
................................................. (8)
Skema pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTMH), di mana bagian utama dari PLTMH yaitu di mana :
Intake, Pipa Pesat, Turbin, dan Generator. n = putaran per menit (jumlah putaran turbin ditentukan
awal)
Pipa Pesat (Penstock) Q = debit air (m3/s)
Proses konversi energi dari energi potensial hidrolik H = tinggi jatuh air (m).
menjadi energi kinetik yang akan dirubah menjadi Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran
energi mekanik oleh unit turbin terjadi melalui (range) tertentu berdasarkan data eksperimen.
A12-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A12-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
dilakukan evaluasi atau analisis ekonomi dengan pilihan terbaik untuk gross head yaitu pada ketinggian
menggunakan kaidah ekonomi yang berlaku. 7,3 m, karena yang utama dari adanya pembangunan
pembangkit listrik tenaga mikrohidro ini adalah tidak
III. METODE PENELITIAN terganggunya fungsi utama dari waduk yaitu sebagai
pemasok air irigasi untuk persawahan dan perkebunan.
A. Metodologi Penelitian
Kalau sumbu turbin berada pada ketinggian 0,55 m di
Data yang diperlukan adalah: atas lantai, berarti Net Head akan diperoleh sama
1) Foto topografi sekitar area Waduk dengan 6,75 m. Hal tersebut dapat dilihat dalam Gambar
2) Curah hujan selama 9 tahun terahir 2.
3) Kapasitas waduk + 16.62 Muka Air
4) Jumlah Kepala Keluarga + 13.87
A12-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A12-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
0.9999000
0.9998000 0.9997390 0.9997306
Tegangan (pu)
V. KESIMPULAN
0.9997000 0.9996885
0.9996000 1. Hasil perhitungan besar debit aliran berdasarkan
0.9995000
Bus 1 Bus 2 Bus 3 Bus 4 pengukuran parameter di lapangan sebesar 2084 liter/detik,
Saluran Distribusi sedangkan melalui analisis duration curve dan pendekatan
Gambar 5. Grafik Batas Toleransi Tegangan dalam pu empiris berdasarkan data curah hujan diperoleh debit
andalan sebesar 833,6 liter/detik
Batas Toleransi Tegangan 2. Seluruh debit air dapat digunakan untuk PLTMH, karena
( 399 V tegangan 342 V; 231 V tegangan 198 V) buangan air dari PLTMH disirkulasikan kembali masuk
400.0000
350.0000
380.0000 melalui pintu pembagi utama, sehingga fungsi irigasi dari
Tegangan (V)
300.0000
250.0000 219.9426 219.9407
219.9315
waduk tidak terganggu
200.0000
150.0000 Tegangan (V)
3. Perancangan rangkaian turbin dan generator menggunakan
100.0000
50.0000
program Skechup berdasarkan analisis parameter turbin
- Crossflow dengan perbandingan putaran 1:3, dengan
Bus 1 Bus 2 Bus 3 Bus 4
transmisi yang digunakan model sabuk V
Saluran Distribusi
4. Perancangan jaringan distribusi melalui analisis aliran
Gambar 6. Grafik Batas Toleransi Tegangan dalam V daya menggunakan program PSAT, diperoleh tegangan
sistem 220 Volt tiap fasa, dan jatuh tegangan sebesar 0,685
Volt tiap fasa, sehingga masih dalam batas toleransi
menurut standar PLN
5. Harga jual listrik per kWh ditentukan dengan analisis
sensitivas ditetapkan sebesar Rp447,3 per kWh.
A12-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Sinaga, Jorfri., 2009. Perancangan turbin Air Untuk system
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (Studi Kasus Desa
Way Gison Kec. Sekincau Kab. Lampung Barat), Jurnal sain
dan Inovasi 5(1)57-64(2009).
[2] Brinker, Russell C., Wolf, Paul R., 1984. Dasar-Dasar
Pengukuran Tanah (Surveying), Edisi Ketujuh. Jakarta,
Erlangga
[3] Dietzel, Fritz., 1996. Turbin, Pompa dan Kompresor. Jakarta.
Erlangga.
[4] Fitzgerald, A.E., Higginbotham, David E., Grabel, Arvin., 1984.
Dasar-Dasar Elektroteknik, Edisi ke ke lima. Erlangga,
Jakarta.
[5] Harto Br, Sri., 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka utama,
Jakarta.
[6] Patty, O.F., 1995. Tenaga Air. Jakarta. Erlangga.
[7]Sosrodarsono, Suyono., Takeda, Kensaka., 1993. Hidrologi Untuk
Pengairan. Cetakan ketujuh, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
[8] http://www.google.com/sketchup/download/
[9] http://www.uclm.es/area/gsee/Web/Federico/psat.htm. Copyright
(C) 2002-2010 Federico Milano 2002-2010. Power System
Analysis Toolbox (PSAT), version 2.1.6. May 13, 2010.
Matlab Toolbox. September 28, 2010.
A12-7
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(1)
AbstractMobil listrik merupakan alternatif
kendaraan masa depan. Sumber tegangan berasal dari Pada penelitian ini tegangan masukkan yang
aki. Untuk menaikkan tegangan masukan DC agar,
dibutuhkan inverter tiga fasa bernilai 311 volt yang
berasal dari konverter dc dc dengan sumber
maka diperlukan konverter DCDC. Konverter
tegangan 48 volt. Boost converter sesuai rumus di
digunakan sebagi suplai inverter yang nantinya
atas tidak dapat menghasilkan tegangan keluaran
digunkan untuk mengatur kecepatan motor listrik.
311 volt dengan tegangan masukan 48 volt.
Boost converter dapat menaikkan tegangan namun
Flyback converter dapat digunakan pada
masih belum mencukupi nilai tegangan yang
penelitian ini namun penggunaan konverter ini
diharapkan karena konverter ini hanya dapat diatur hanya mampu digunakan pada daya keluaran sampai
melalui dutycycle. Flyback converter dapat memenuhi 150 watt saja. Daya keluaran pada penelitian ini
tegangan keluaran namun daya keluaran yang sekitar 435,3 watt.
dihasilkan belum terpenuhi . Pada penelitian ini dibuat Penggunaan push pull converter merupakan
sebuah rangkaian push pull converter sebagai suplai sangat tepat disamping dapat menghasilkan tegangan
inverter 3 fasa. Fungsinya untuk menaikkan tegangan keluaran sebesar 311 volt dangan tegangan
dari 48 volt DC menjadi 311 volt DC dengan daya masukkan sebesar 48 volt,konverter ini juga dapat
keluaran 435,3 W. Mikrokontroler sebagai pembangkit digunakan pada daya keluaran mulai 150 watt
Pulse Width Modulation(PWM) yang digunakan sampai 500 watt.
sebagai pemicu MOSFET. Sumber tegangan rangkaian Agar nilai tegangan keluaran bernilai konstan,
push pull converter berasal dari empat buah AKI maka ditambahkan pengendali PI.
yang disusun secara seri. Nilai tegangan keluaran
konstan maka ditambahkan pengendali PI. Alat II. TINJAUAN PUSTAKA
pengisian AKI menggunakan rangkaian penyearah
Dalam penelitian ini kami mengacu pada: Stephen
gelombang penuh terkontrol. Rangkaian ini dapat
J. Bitar, Larry Nelson Jr, Eric Ruscitti,Worcester
menghasilkan tegangan 57,6 volt DC dari sumber 110
Polytechnic Institute Inggris dalam tugas akhir yang
volt AC yang diambil dari trafo. Hasil yang kami
berjudul High Voltage DC-DC Converter,
harapkan adalah pushpull converter dapat
menjelaskan push-pull converter yang dapat
menghasilkan tegangan keluaran sebesar 311 volt
mengkorversi tegangan 12 V DC menjadi 170 V DC
secara konstan dan penyearah gelombang penuh
dengan daya sebesar 250 W dan efisiensi 85%.
terkontrol dapat menghasilkan tegangan keluaran
Azimah Binti Sari,University Teknologi Malaysia
sebesar 57,6 volt dengan arus sebesar 7,2 ampere.
dalam paper yang berjudul PUSH-PULL
Kata Kunci Pushpull converter, Penyearah CONVERTER, menjelaskan push-pull converter
gelombang penuh terkontrol, Pengendali PI. dapat menurunkan tegangan dari 28 Volt menjadi 5
Volt.
I. PENDAHULUAN
III. DASAR TEORI
Konverter dc dc atau yang biasa dikenal dengan
dc chopper adalah konversi tegangan masukan dc ke A. Push Pull Converter
tegangan keluaran dc yang diinginkan. Konverter dc- Rangkaian push pull converter bisa digunakan
dc dapat berfungsi sebagai menaikkan tegangan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan yang
masukkan atau menurunkan tegangan masukkan. berasal dari tegangan sumber. Berikut ini gambar
Salah satu jenis konverter dc dc adalah boost rangkaian push pull converter ditunjukkan pada
converter. Konverter ini menaikkan tegangan. Gambar 1.
Tegangan keluaran dari boost konverter hanya dapat
diatur melalui duty cycle, sesuai rumus berikut ini :
A13-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(2)
dimana:
Vo : Tegangan keluaran
Vin : Tegangan Masukan
D : Dutycycle
Gambar bentuk gelombang arus dan tegangan Gambar 2. Bentuk gelombang arus dan tegangan
untuk push pull converter ditunjukkan pada
Gambar 2.
A13-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V. PERENCANAAN SISTEM
A. Blok Diagram Sistem
Perancangan sistem secara keseluruhan dapat
dilihat pada Gambar 6.
~
TRAFO
STEP
DOWN
CHARGER
(3) Pemba
Arus keluaran rata rata gi
(4) tegang
MIKROKONTR
Daya yang dikirim ke beban adalah sebuah fungsi OLER
tegangan masukan, sudut penyalaan dan bagian
beban. P = I2rmsR digunakan untuk menentukan daya
Gambar 6. Blok diagram sistem
pada beban reistor, dimana
Jala-jala PLNsebagai sumber tegangan charger
yang diturunkan melalui trafo 220/110V 10A.
(5) Charger menggunakan rangkaian controlled full
wave rectifier dengan tegangan output 57,6 V karena
C. Pengendali Proposional(P) dan Integral(I) menggunakan 4 buah aki dengan tegangan per cell
Pengendali PI adalah sistem pengendali 2,4 V,arus output 7,2 A dan a=80,620. Empat buah
gabungan antara pengendali proporsional dan aki dengan tegangan 48 V dan arus sebesar 10,67 A
integral. Pengendali P (proposional) memiliki digunakan untuk mensupali push-pull
pengaruh pada sistem, antara lain: converter,dengan tegangan output 311 V dan arus
1. Menambah atau mengurangi kestabilan. output 1,4A dipergunakan sebagai suplai inverter
2. Dapat memperbaiki respon transien khususnya tiga fasa.
rise time dan setting time.
3. Mengurangi error steady state dengan cara B. Perencanaan Push Pull Converter
memperbesar nilai Kp yang akan membuat sistem Perencanaan untuk push-pull converter dengan
lebih tidak stabil. masukan dari baterai aki 48 Vdc dan didesain untuk
menghasilkan tegangan keluaran sebesar 311 Vdc
Pengendali I (integral) memiliki pengaruh pada dilakukan dengan jalan menghitung rasio trafo,
sistem, antara lain: resistor, nilai induktor dan kapasitor, dengan
1. Menghilangkan error steady-state. persamaan.
2. Respon lebih lambat (dibanding pengendali P).
3. Dapat menimbulkan ketidakstabilan karena (6)
menambah orde sistem.
(7)
Blok diagram pengendali PI dapat dilihat pada
gambar 5 berikut: D (8)
e(t) u(t)
input output
Kp +
Ki
Plan (9)
D
s
t
D (10)
D
H
Gambar 5. Blok Diagram Pengendali PI
A13-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Menghasilkan nilai a= 8; R= 222,14; L= 2,77 Menghasilkan nilai = 80,62o dan R = . Dengan
mH; C= 28,2F. Dengan menggunakan simulasi menggunakan software simulasi PSIM, maka
PSIM, maka diperoleh bentuk gelombang tegangan diperoleh betuk gelombang tegangan dan arus
keluaran dari pushpull converter dapat dilihat pada keluaran yang dapat dilihat pada Gambar 7 & 8.
Gambar 6 & 7.
Gambar 7. Bentuk gelombang tegangan keluaran Gambar 8. Bentuk gelombang tegangan dan arus keluaran
Berikut ini adalah tabel nilai tegangan Berikut ini adalah tabel nilai tegangan & arus
keluaran yang dihasilkan push pull converter, keluaran yang dihasilkan rangkaian penyearah
dapat dilihat pada Tabel 1. gelombang penuh terkontrol, seperti terlihat pada
Tabel 2.
TABEL 1. TABEL NILAI TEGANGAN KELUARAN DARI PUSH PULL
CONVERTER
TABEL 2. TABEL NILAI TEGANGAN DAN ARUS DARI RANGKAIAN
PENYEARH GELOMBANG PENUH TERKONTROL
Tegangan Keluaran(volt)
Duty cycle
Simulasi Tegangan Keluaran(V) Arus Keluaran(A)
Teoritis alpha()
Simulasi Teoritis Simulasi Teoritis
0,4 361,589 311
80,62 57,59 57,6 5,76 7,2
C. Perencanaan Penyearah Gelombang Penuh
Terkontrol D. Perencanaan Sensor Pembagi Tegangan
Perencanaan untuk penyearah gelombang penuh Sensor tegangan yang digunakan dalam tugas
terkontrol dengan masukan dari trafo 110 Vac dan akhir ini yaitu pembagi tegangan (Voltage Devider).
didesain untuk menghasilkan tegangan keluaran Voltage devider ini digunakan untuk mendeteksi
sebesar 57,6 Vdc dilakukan dengan jalan tegangan keluaran sistem yang digunakan sebagai
menghitung sudut penyulutan dan resistor dengan sinyal referensi untuk kontrol PI. Sensor tegangan
persamaan. dirancang dengan tegangan output 5 volt DC yang
mewakili 311 volt DC. Nilai tegangan referensi yang
Vout = a (11) diharapkan yaitu 311 volt DC. Sensor pembagi
p
tegangan yang digunakan menggunakan resistor
Iout = a (12) yang disusun secara seri dengan perhitungan
p
menurut hukum KVL (Kirchof Voltage Low).
A13-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Untuk perencanaan nilai tahanan R1 dan R2 adalah
VI. KESIMPULAN
seperti perhitungan dibawah ini.
Dari hasil simulasi dan perencanaan dapat
R2 disimpulkan bahwa:
Vout = Vin
R1 + R2 1. Pada rangkaian push pull converter dengan
duty cycle 0,4 menghasilkan tegangan keluaran
R2 secara teoritis dan simulasi masing masing
5= x311
R1 + R2 (13) sebesar 311 volt dan 361,589 volt. Maka
presentase error yang dihasilkan sebesar 16,08%.
5 R1 + 5 R 2 = 311R 2 2. Pada rangkaian penyearah gelombang penuh
5 R1 = 306 R 2 terkontrol dengan sudut penyalaan sebesar
80,620, maka menghasilkan tegangan keluaran
R2 ditentukan sebesar 5,6k, sehingga tahanan R1 secara teoritis dan simulasi masing masing
dapat dihitung sebagai berikut. sebesar 57,6 volt dan 57,59 volt, maka presentase
R1 = 61,2 x5,6k = 342,72kW error yang dihasilkan sebesar 1 %. Arus keluaran
Maka tahanan yang digunakan adalah 5,6kW dan yang dihasilkan secara teoritis dan simulasi
masing masing sebesar 7,2 A dan 5,76 A, maka
342,72kW. Untuk nilai tahanan tersebut disesuaikan
presentase error yang dihasilkan sebesar 2,78 %.
dengan yang ada dipasaran. Sedangkan perhitungan
daya dari tahanan tersebut dapat dihitung dari R total DAFTAR PUSTAKA
sensor.
[1] Rashid, Muhammad H, POWER ELECTRONICS:
Rtotal = R1 + R2 = 342,72k + 5,6k = 348,32kW CIRCUITS, DEVICE, AND APPLICATIONS, 2ND
(14) ED.,PT Prenhallindo, Jakarta, 1999.
[2] Daniel W, Hart, IINTRODUCTION TO POWER
Arus yang mengalir yaitu. ELECTRONICS, Prentice-Hall.Inc, Amerika Serikat, 1997
Vac 311 [3] Effendi, M. Zaenal, Desain Induktor dan Transformator
I= = = 0,89mA (15)
Rtotal 348,32k
A13-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kata Kunci Mic Condensor, Getaran, Motor DC, dimana j dan k merupakan indeks integer dan j,k(t)
DWT. adalah fungsi ekspansi wavelet yang biasanya
merupakan basis orthogonal. Selanjutnya kombinasi
I. PENDAHULUAN dari fungsi penskalaan dan wavelet dapat dinyatakan
sebagai :
G etaran yang berlebihan pada mesin merupakan awal
dari beberapa gejala kerusakan pada mesin seperti
Mechanical looseness yang merupakan gejala kerusakan f (t ) = c j(k)2j/2(2jtk)+ d j(k)2j/2 (2 j t k) (2)
pada mesin yang dapat mengakibatkan kerusakan yang k k
lain, seperti unbalance dan misalignment pada motor jika fungsi skala j,k(t) dan wavelet j,k(t) adalah
induksi, sehingga akan mempengaruhi efisiensi kerja orthogonal, maka koefisien cj(k) dan dj(k) bisa didapat
motor. sehingga :
Teknik monitoring getaran sangat sesuai untuk
menganalisis berbagai kerusakan dalam bearing dan
teknik ini dapat memberikan informasi dini tentang
cj(k)= h (m2k)c
m
j+1(m) (3)
Metode Discrete Wavelet Transform (DWT) pada Persamaan (3) dan (4) secara bersama-sama
resultan cutting force merupakan algoritma untuk membentuk satu tingkat dari iterasi basis data sebuah
menganalisis kerusakan alat dalam bentuk yang filter digital, dimana koefisien cj(k) berasal dari bagian
asymmetry weighting function dan diimplementasikan lowpassnya, faktor pembobot h0(k) merupakan bagian
dengan menggunakan hardware pemrosesan sinyal pada low-pass filternya yang berfungsi sebagai filter
penskalaan. Sedangkan koefisien dj(k) berasal dari
alat pendeteksi kerusakan mesin secara on-line
bagian high-passnya, faktor pembobot hl(k) berasal dari
pengontrolan mesin CNC[5].
high-pass filternya dan berfungsi sebagai filter
waveletnya. Untuk selanjutnya secara bersama-sama
Discrete Wavelet Transform (DWT) kedua koefisien diatas membentuk tingkat pertama dari
Transformasi sinyal merupakan bentuk lain dari iterasi basis data filter digital, dimana koefisien h0(k)
penggambaran sinyal yang tidak mengubah isi informasi merupakan filter penskalaan dan koefisien hl(k)
dalam sinyal tersebut. Transformasi wavelet (wavelet merupakan filter wavelet. Selanjutnya dilakukan
transform) menyediakan penggambaran frekuensi waktu down-sampling untuk mendapatkan koefisien ekspansi
dari sinyal. Pada awalnya, transformasi wavelet pada level selanjutnya yaitu j-1. Proses tersebut di
digunakan untuk menganalisis sinyal bergerak tunjukkan oleh gambar 1.
(non-stationary signals). Sinyal bergerak ini dianalisis
dalam transformasi wavelet dengan menggunakan
A14-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
1000Hz
500
0 500Hz
1000Hz
2 2
A14-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(b)
(c)
Gambar 5. Data suara getaran (a)Kondisi Normal, (b)Kondisi Baut
kendor, (c)Kondisi Rotor unbalance.
A14-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kurang dari
Normal 1
0.1 V
Normal 2 0.1 V
Normal 3 0.1 V
Gambar 7. Hasil DWT data suara getaran untuk kondisi Baut kendor.
Normal 4 0.1 V
Dari hasil dekomposisi DWT 3 level dari data suara
getaran untuk kondisi baut kendor yang ditunjukkan
oleh gambar 7, bahwasanya grafik yang tinggi terjadi
Kurang dari
pada sample 0-100. Dan seterusnya perubahan grafik Normal 5
0.1 V
tidak terjadi begitu signifikan. Hal ini mengindikasikan
terjadi perubahan suara motor DC yang agak keras dan
terjadi getaran yang ditunjukkan dengan semakin Kurang dari
melebarnya range grafik tinggi pada gambar. Hal ini Normal 6
0.1 V
terjadi karena kondisi motor DC dalam keadaan baut
kendor.
Baut Kurang dari
1
Kendor 0.1 V
Baut
2 0.1 V
Kendor
Baut
3 0.1 V
Kendor
Baut
4 0.1 V
Kendor
Baut
Gambar 8. Hasil DWT data suara getaran untuk kondisi Rotor 6 0.1 V
Kendor
unbalance.
A14-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
0.25
0.2
tegangan (v)
Normal
0.15
0.1
Baut Kendor
0.05
0 Rotor
Unbalance
1 2 3 4 5 6
percobaan
A14-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kata Kunci: Karakteristik v-t, Tingkat proteksi 4 kV, susunan II. DASAR TEORI
elektroda koaksial.
2.1 Bahaya Surja Terhadap Peralatan Sensitif
I. PENDAHULUAN Komponen semikonduktor adalah komponen
Kepadatan petir di Indonesia relatif tinggi dengan elektronika yang pada umumnya merupakan bagian dari
demikian peralatan listrik dan peralatan elektronik sering perangkat pengontrol atau pengubah sistem daya
mendapatkan ancaman tegangan lebih karena petir baik (konverter). Peralatan listrik yang tidak menggunakan
oleh sambaran langsung maupun tidak langsung. Tegangan komponen semikonduktor lebih tahan terhadap surja petir.
lebih petir dapat menimbulkan kerugian dan bahaya Dalam intensitas arus maksimum tertentu, kerusakan
kerusakan bagi peralatan listrik atau elektronik[11]. Bahaya akan terjadi pada isolasi. Belitan dalam motor listrik akan
radiasi sambaran petir dapat menjangkau jarak 1,5 km dari terbakar akibat tidak tahan terhadap tingginya tegangan
titik sambaran dan bahkan perambatan gelombang surjanya lebih yang mengenainya. Sedangkan peralatan listrik yang
dapat menjangkau hingga puluhan kilometer [7]. menggunakan komponen semikonduktor merupakan
peralatan yang sensitif terhadap surja petir.
A15-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Komponen semikonduktor merupakan perangkat yang = 1, sehingga untuk medan tidak homogen mengurangi
sangat rentan terhadap perubahan arus atau tegangan yang tingkat tegangan tembus susunan.
mendadak melampaui toleransi maka peralatan tersebut
akan rusak/tidak berfungsi.
2.3 Medan Pada Susunan Elektroda Koaksial
2.2 Distribusi Medan Listrik dan Kekuatan Pada Gambar 2 memperlihatkan sebuah susunan
Tembus Material Isolasi Gas elektroda koaksial dengan radius elektroda dalam r1 dan
Tegangan (V) antara dua elektroda mungkin cukup radius elektroda luar r2. Dengan menggunakan Teorema
terisolasi dengan menempatkan bahan isolasi homogen. Gauss[4], dapat ditentukan intensitas medan listrik diantara
Intensitas medan tembus Eb dianggap sebagai suatu elektroda tersebut. Penerapan Teorema Gauss, dengan jari-
konstanta karakteristik material antara elektroda tersebut. jari permukaan Gauss r, maka :
Jarak sela antara elektroda (d) dihitung sebagai d = V/Eb
untuk medan homogen. Elektroda yang digunakan dari _
bahan yang baik dan dalam ukuran tertentu, dimana Q = D .d s (3)
distribusi medan antara elektroda dari bahan ditekankan _ _ _ _ _ _
pada nilai intensitas medan maksimum Em tertentu. = D d s + D d s + D .d s
atas samping bawah
Dengan analisis medan dapat disimpulkan bahwa
kondisi Em = Eb akan memberikan solusi optimal untuk dengan
masalah isolasi. Hal ini berlaku hanya bila Eb memiliki nilai Q = muatan yang dilingkupi permukaan Gauss
yang sangat spesifik yang berkaitan langsung dengan D = rata-rata kerapatan fluks
distribusi medan dan dapat dihitung untuk bahan isolasi ds = vektor luas diferensial yang tegak lurus
pada umumnya, seperti gas. Namun, untuk dielektrik padat
permuakaan Gauss.
dan cair nilai-nilai tersebut hanya cukup diketahui. Contoh
sederhana dari sistem isolasi yang merupakan konfigurasi Karena D pada susunan koaksial arahnya radial, maka
elektroda batang-bidang dengan isolasi udara diperlihatkan integral pada bidang atas dan bawah hasilnya nol, dan
pada Gambar 1. menjadi:
_ _
Tegangan
Q = r L = samping D . d s (4)
Diameter
D
dengan
= kerapatan muatan pada elektroda
L = panjang tabung Gauss.
Em
d
x
_
E(x) Bidang D = rata - rata kerapatan fluks
_
Gambar 1. Konfigurasi elektroda Rod-bidang (dengan factor d s = vektor luas
efisiensi yang dipengaruhi oleh perubahan bidang
elektroda rod = V / (dEm))[6] Gambar 2 berikut menunjukkan sebuah susunan elektroda
koaksial
Gambar 1 jarak sela dan kerapatan udara diasumsikan Elektroda Dalam
r
tetap konstan, D diameter batang berbentuk hemispherical -
ds
Elektroda Luar
A15-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
r dr r r
V= = ln r | 2 Vb `
2pe r 2pe0 r1
dimana
atau ts tf
rL r t0
V = ln 2 (10) t
2pe 0 r1 Gambar 3 Karakteristik V-t[5]
Dengan menggunakan persamaan (7) pada persamaan
(10) didapat hubungan antara V dan E sebagai berikut : Kurva V-t impuls sangat penting untuk menentukan
dimensi sistem yang diisolasi gas yang megalami tekanan
r
V = E r ln 2 (11) tegangan impulse petir. Kriteria persamaan luas [5], untuk
r1 prhitungan V-t dapat ditinjau dari karakteristik persamaan
Dan rumusan untuk intensitas medan listrik menjadi luas sebagai berikut ;
V (12)
E =
r Vb
r ln 2 Vb 3
r1 Vb 2
A15-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Objek Uji
RM C1 RE C2
III. METODOLOGI
OSC
3.1 Metodologi penelitian
Metodologi penelitian mencakup pemodelan sistem, DGM DSTM
ZL
A15-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Er r ln r2 /r1 ln r2 /r1
= = 1 =
Em r2 - r1 r2
-1
r1
Dalam perencanaan ini digunakan isolasi udara pada
kondisi suhu 200C dengan tekanan udara p = 1013 mbar =
30 kV/cm. Dalam menentukan dimensi susunan elektroda
koaksial sebagai arester, pertama kali menentukan nilai
elektroda dalam (r2 dengan suatu nilai tetap 10 mm). Jika
nila r2 ditetapkan 10 mm, dengan menggunakan persamaan
effisiensi maka nilai-nilai r1, s, dan tegangan tembus Vb
dapat didekati dengan persamaan tegangan tembus :
r2
Vb = Ed .r1. ln
r1
Gambar 8 Distribusi medan susunan elektroda
Jika diketahui Vb = 4 kV, intensitas medan tembus koaksial dengan r1 = 8.55 mm dan r2 10 mm
pada keadaan normal Eb =30 kV/cm, dan r2 =10 mm maka
nilai r1 = 8.55 mm, sedangkan untuk ; Besarnya tegangan yang diterapkan untuk masing-
r masing elektroda dari susunana elektroda koaksial sama
ln 2 besar yakni 4000 volt. Bentuk tegangan pada susunan
r1 elektroda koaksial sebagai arester ditunjukkan pada
h= = 0.92
r2 Gambar 9 berikut.
ln - 1
r1
Vb (Volt )
r - r1
Bentuk karakteristik gelombang hasil pengujian tabel 1, terlihat kenaikan tegangan Vdc(kV) dengan
seperti pada gambar 11 berikut. effisiensi yang tetap akan memberikan hubungan yang
linier seperti yang ditunjukkan oleh grafik hubungan antara
tegangan masukan Vdc (kV) dan tegangan keluaran
Vosc(kV) dan tegangan impuls Vi(kV).
Vd Untuk kurva V-t berdasarkan grafik hasil pengujian
pada gambar 11 dengan efisiensi rata-rata 0.92, dan jarak
sela 1.45 mm, susunan elektroda koaksial sebagai arester
akan melakukan pemotongan mulai 3.70 kV sampai dengan
4.98 kV tegangan impuls. Hal ini menunjukkan semakin
Td besar nilai Vdc (kV) yang diterapkan, maka makin tinggi
Gambar 11 Bentuk pemotongan pada muka gelombang prosentase terjadinya tembus. Waktu pemotongan juga
bergantung pada besarnya Vdc (kV), semakin besar Vdc (kV)
Dalam pengujian tegangan dan waktu potong pada yang diterapkan waktu pemotongan semakin cepat.
arester susunan elektroda koaksial beberapa data hasil
pengujian tegangan dan waktu potong ditunjukkan pada V. KESIMPULAN
tabel 1. Dari analisis dan pembahasan dalam penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
Tabel 1 Data pengujian kurva V-t
1. Untuk menghasilkan tingkat proteksi 4 kV pada
No Vdc(kV) Vi(kV) Vosc(kV) Td (us) peralatan tegangan rendah dimensi elektroda koaksial
1 4.6 3.70 1.96 1.44 dengan jari-jari elektroda dalam r1 sebesar 8.55 mm,
2 4.7 3.76 1.99 1.36 dan jari-jari elektroda luar r2 sebesar 10 mm. Susuan
3 4.8 4.15 2.2 1.22 ini memberikan jarak sela d sebesar 1.45 mm dimana
4 4.9 4.16 2.23 1.09 pada jarak ini memberikan distribusi medan yang
5 5 4.38 2.32 0.86 homogen.
6 5.1 4.45 2.35 0.77 2. Karakteristik v-t dari susunan elektroda koaksial
7 5.2 4.57 2.42 0.68 sebagai arester menunjukkan tingkat pemotongan
tegangan impuls terendah 3.70 kV dan waktu potong
8 5.3 4.73 2.50 0.64
sebesar 1.44 us, sedangkan tertinggi 4.98 kV dan
9 5.4 4.87 2.58 0.58
waktu potong sebesar 0.54 us. Hasil ini menunjukkan
10 5.5 4.98 2.64 0.54 semakin tinggi tingkat tegangan yang diterapkan
Sumber : Hasil Perhitungan amplitudo pemotongannya semakin cepat
Dengan menghubungkan data-data tegangan impuls DAFTAR PUSTAKA
(Vi) dan Td, dapat dibuat grafik V-t curve yang merupakan
tempat kedudukan titik-titik potong dan waktu potongnya [1] Arismunandar, A. 2001.Teknik Tegangan Tinggi. Pradnya
seperti pada gambar grafik 12. Paramita. Jakarta.
[2] Cooray Vernon, 2010. Lightning Protection IET Power and
Energy Series 58, Published by Institution of Engineering and
6 Technology, London.
y = -1.273x + 5.556 [3] David, M. 2009. Finite Element Method Magnetics Version 4.2,
V (kV)
A15-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
frekuensi listrik. Transformator merupakan peralatan dan efisien. Beberapa alasan metode Fuzzy Logic
listrik yang harus selalu mendapat perhatian secara digunakan dalam analisis gas pada minyak
optimal dan diberikan perawatan yang memadai. Transformator adalah konsep Fuzzy Logic sangat
Transformator diharapkan dapat beroperasi maksimal sederhana sehingga mudah dipahami, Fuzzy Logic
untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, fleksibel dalam arti dapat dibangun dan dikembangkan
komersial dan industri. [10]. dengan mudah, Fuzzy Logic memberikan toleransi
Transformator yang sudah sering dirawat pun terhadap ketidakpresisian data. Kelebihannya dibanding
tidaklah lepas dari fenomena kegagalan, apabila konsep yang lain bukan pada kompleksitasnya, tetapi
kegagalan ini berlangsung terus-menerus maka akan pada naturalness pendekatannya dalam memecahkan
menyebabkan kerusakan. Salah satu penyebab utama masalah. [12].
munculnya kegagalan pada transformator adalah timbul Berdasarkan penjelasan diatas penulis akan
panas yang berlebih. Faktor yang biasanya membahas tentang analisis kandungan gas pada minyak
menimbulkan panas berlebih adalah pembebanan pada Transformator untuk mendeteksi gangguan (failure)
transformator yang terlalu besar. dengan menerapkan metode Fuzzy Logic. Penerapan
metode Fuzzy Logic yang bertujuan untuk memudahkan
A16-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A16-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kondisi Pada level ini mengindikasikan bahwa operasi transformator memuaskan. Namun
tetap diperlukan pemantauan kondisi gas-gas tersebut. Bila salah satu gas
1
nilainya melebihi batasan level harus diinvestigasi dengan cepat.
Pada level ini menandakan komposisi gas sudah melebihi batas normal dan
Kondisi
tingkat TDCG mulai tinggi ada kemungkinan timbul gejala-gejala kegagalan yang
2 harus mulai diwaspadai dan lakukan pencegahan agar gejala tidak berlanjut. Bila
salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus diinvestigasi.
Pada level ini mengindikasikan dekomposisi tingkat tinggi dari isolasi kertas dan
Kondisi atau minyak transformator. Sebuah atau berbagai kegagalan mungkin sudah
terjadi. Lakukan pencegahan agar gangguan tidak berlanjut. Lakukan investigasi
3
lebih cermat untuk tiap combustible gas. Pada kondisi ini transformator sudah
Gambar.1. Pembentukan gas terhadap kenaikan suhu harus diwaspadai dan perlu perawatan lebih lanjut.
Pada level ini mengindikasikan pemburukan yang sangat tinggi dan adanya
4.
Total Dissoved Combustible Gas (TDCG) Kondisi
dekomposisi / kerusakan pada isolator kertas dan atau minyak transformator
IEEE telah menerapkan standarisasi untuk 4 sudah meluas. Melanjutkan operasi transformator dapat mengarah pada
melakukan analisis berdasarkan jumlah gas terlarut yang kerusakan transformator. Segera lakukan tindakan perbaikan.
A16-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A16-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A16-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
p
inverter ini adalah four switch three phase inverter q1 q3
(FSTPI). Apabila tegangan keluaran FSTPI dibentuk C1
dengan teknik space vector pulse width modulation R U Beban
Vdc S V 3F
(SVPWM), maka topologinya dikenal sebagai SVPWM T W ~
q2 q4
FSTPI [1-4]. C2
SVPWM FSTPI lebih ekonomis ketimbang topologi
inverter tiga fasa yang konvensional. Jumlah komponen n
A17-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(1)
(2)
(3)
dengan
v10, v20,v30 adalah tegangan fasa R, S, dan T ke titik n,
v1, v2,v3 adalah tegangan fasa R, S, dan T ke titik netral
Gambar 2. Sektor SVPWM inverter tiga fasa konvensional [7] vN0 adalah tegangan titik netral (N) ke titik n, dalam volt
(4)
(5)
dengan
adalah komponen v dalam sumbu a (real)
adalah komponen v dalam sumbu b (imajiner)
Gambar 3. Sektor SVPWM pada topologi FSTPI[7]
Tegangan keluaran SVPWM inverter tiga fasa Pada SVPWM harus didefinisikan terlebih dahulu
merupakan hasil konversi dari tegangan masukan dc sebuah vektor referensi, misalkan v dalam bidang ab.
menggunakan teknik SVPWM. SVPWM adalah teknik Pendekatan yang digunakan oleh vektor referensi v
modulasi vektor ruang yang diterapkan dengan berdasar kepada pemilihan urutan switching q1, q2, q3,
dan q4. Berikut ini adalah persamaan v[1];
menggunakan sistem koordinat kartesian ab. Pada
teknik SVPWM konvensional, bidang ab dibagi
(6)
menjadi enam buah sektor (Gambar 2). Sedangkan pada
FSPTI hanya terdapat empat buah sektor seperti dalam dengan
Gambar 3. m adalah indeks modulasi
tegangan masukan FSTPI, dalam volt
Tabel 1. Proses switching FSTPI [7]
pergeseran sudut v terhadap sumbu a
V dan Vb
0 0 Y N
Vb 0
1 0
2,3,4 4,1,2
1 1 Y
Vb 0
N Y
Vb 0
N
A17-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Model mekanik[17]:
(15)
A17-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Torsi motor
1 2
A17-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
3ms, kemudian kembali berputar pada kecepatan FSTPI-fed induction motor drives. COMPEL: The
International Journal for Computation and Mathematics in
1200rpm.
Electrical and Electronic Engineering Vol. 26 No. 1, hal.
127-147, 2007
UCAPAN TERIMA KASIH [13] Wilamowski, B. M., Irwin, J. D. 2011. Power electronics and
motor drIves, The Industrial Electronics Handbook, 2 nd
Terima kasih untuk program beasiswa BPPS tahun
edition. Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis Group, LLC
anggaran 2010-2012 sebagai penyandang dana penelitian ini.
[14] Senturk, O., S., Nielsen, S.M., Teodorescu, R. Helle, L., dan
Rodriguez, P. 2009. A Single Leg Switched PWM Method for
Three-phase H-Bridge Voltage Source Converters. Energy
DAFTAR PUSTAKA Conversion Congress and Exposition (ECCE)-2008, IEEE, hal.
[1] Dzung, P. Q., Phuong, L. M.. 2007. A Modified Space Vector Pwm 3137-3142
Algorithm For Low-Cost Inverter Control. International [15] Bose, B. K. 2006. Power Electronics And Motor Drives:
Symposium on Electrical & Electronics Engineering, Track 3. Advances And Trends. Prentice Hall. New Jersey.
[2] Ma, T., T. 2011. New Control Strategies for a Two-Leg [16] Buso, S., Mattavelli, P. 2006. Digital Control In Power
Four-Switch STATCOM. Hongkong: Procedings of the Electronics. Morgan & Claypool. Nebrasca
International Multi Conference of Engineers and Computer [17] Boldea, I., Nasar, S.A. 2010. The Induction Machines Design
Scientist 2011, Vol. II. Handbook, Second Edition. Taylor And Francis Group, Llc.
[3] Mohanty, n. K., Muthu, R. 2010. Microcontroller Based PWM London
Controlled Four Switch Three Phase Inverter Fed Induction
Motor Drive. Serbian Journal Of Electrical Engineering Vol. 7,
No. 2, November, pp. 195-204
[4] Mohanty, N.K., Muthu, N. 2011. A Novel Implementation of BIBLIOGRAPHY
Xilinx FPGA Based Four Switch Three Phase IGBT Inverter
Fed Induction Motor Drive Using PWM. European Journal of Aripriharta mahasiswa S2 Teknik Elektro FT-UB. Sejak
Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.48 No.3 pp.424-433. 2005-sekarang bergabung sebagai dosen di TE
EuroJournals Publishing, Inc. FT-UM. Minat risetnya terfokus pada bidang
[5] Monfared, M., Rastegar, H., Kojabadi, H., M. 2008. Overview of elektronika daya modern, energy saving dan smart
Modulation Techniques for the Four-Switch Converter Topology. system.
2nd IEEE International Conference on Power and Energy (PECon
08), December 1-3, 2008, Johor Baharu, Malaysia
[6] Monfared, M., Rastegar, H., Kojabadi, H. M. 2010. A Simple
and Efficient Control Strategy for Four-Switch Three-Phase
Power Converters. Advances in Electrical and Computer Rini Nur Hasanah, ST., MSc. PhD. adalah dosen di
Engineering Vol. 10, No. 1. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
[7] Muralidhara, B. , Ramachandran, A., Srinivasan, A., Channa Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia. Ia
Reddy, M. 2010. Space Vector PWM Signal Generation for a mendapat gelar PhD di bidang electromechanics dan
Three Phase Inverter and Hardware Implementation Using - MSc dalam bidang energi, dari Institut Teknologi
Controller. International Journal of Engineering Science and Federal Swiss di Lausanne, Swiss. Kepentingan
Technology Vol. 2(10), pp. 5074-5979 penelitiannya meliputi cabang-cabang
[8] Neacsu, O.D. 2006. Power Switching Converter-Medium & electromechanics energi dan juga. Ia telah menerbitkan artikel dan
high Power. Inggris, London: Taylor & Francis disajikan dalam beberapa jurnal ilmiah dan seminar.
[9] Niasar, A.H., Vahedi, A., Moghbelli, H. 2009. Low-cost
sensorless control of four-switch, brushless DC motor drive
with direct back-EMF detection. Journal of Zhejiang
Teguh Utomo, Ir., MT. dosen Teknik Elektro
University SCIENCE, Vol. 10, Ed. 2, hal. 201-208.
FT-UB. Minat riset dibidang energi baru dan
[10] Corra, M. B. R. Jacobina, C., B. Silva, E. R. C., Lima, A. M. N.
terbarukan. Telah banyak berkecimpung dalam
2006. A General PWM Strategy for Four-Switch Three-Phase
berbagi kegiatan workshop, training, penelitian dan
Inverters. IEEE Transactions On Power Electronics, Vol. 21,
pengabdian masyrakat di bidang energi, utama
No. 6, November
mikrohidro. Ia telah menerbitkan artikel dan
[11] Quang, N. P., Dittrich, J. A. 2008. Vector Control Of
disajikan dalam beberapa jurnal ilmiah dan seminar.
Three-Phase AC Machines. Springer. Berlin
[12] Badsi, B.E., Guermazi, A., Masmoudi,A. On the comparison
between different space vector PWM strategies implemented in
A17-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A18-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
gain dari inverter. Gain converter didefinisikan sebagai Model transformator ideal tampak pada Gambar 3. (a)
rasio tegangan output AC terhadap tegangan input DC. dimana antara input dengan output mempunyai
hubungan:
- Single Phase Full Bridge Inverter
(1-1)
IV. PERANCANGAN SISTEM
Pada perencanaan sistem dari makalah ini
= Vp menjelaskan tentang inverter. Dimana inverter ini
adalah bagian dari keseluruhan perancangan sistem
yang sudah kami kerjakan. Inverter merupakan
B. Transformator
pengontrolan dari tegangan DC yang berasal dari
Transformator adalah alat statis yang digunakan keluaran dari aki untuk mengubah sinyal DC menjadi
untuk mentransfer energy dari suatu rangkaian satu ke sinyal AC yang nantinya dipergunakan sebagai inputan
rangkaian yang lain. Transfer energi tersebut pada trafo step-up yang kemudian dipergunakan untuk
kemungkinan menaikkan atau menurunkan tegangan. menyalakan lampu sebesar 400 watt.
Namun frekuensinya akan sama pada kedua rangkaian. Sedangkan untuk perencanaan sistem dari sollar cell
Jika transformasi terjadi dengan kenaikkan tersebut dan kincir angin, masih dalam proses penelitian kami.
disebut transformator step-up. Apabila tegangan Pada gambar 5 dibawah ini adalah cara kerja dari
diturunkan disebut transformator step-down. perencanaan sistem yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Panas dari matahari menyinari solar cell yang akan
merubah dari energy panas menjadi energy listrik
untuk menyimpan energy listrik ke dalam aki.
2. Dalam penyimpanan energy listrik ke dalam aki
dilakukan bersamaan dengan komponen kincir
angin yang di gerakkan oleh angin sehingga
memutar alternator yang menghasilkan energy
gerak akan di ubah kedalam energy listrik.
3. Hasil penyimpanan energy listrik didalam aki
masih berupa tegangan sebesar 24 Vdc, yang
Gambar 2. Transformator Dasar kemudian akan di searahkan di dalam inverter.
Dimana dalam proses inverter mengubah sinyal dc
Transformator mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
menjadi ac.
konversi tegangan step up atau step down dan
4. Hasil keluaran dari inverter sebesar 24 Vac akan
menyediakan isolasi elektrik antara input dengan output.
dinaikkan tegangannya sebesar 220 Vac melalui
A18-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
trafo step-up, sehingga hasil keluaran dalam trafo 4. Menentukan inti besi (KERN)
tersebut digunakan untuk menyalakan beban
lampu. Panjang inti (b) :
5. Dan mikrokontroler digunakan sebagai switch
mosfet pada inverter dan mengatur penyalaan
lampu melalui RTC dan LDR. = =
4,068 cm
Lilitan primer :
i = 4 Ampere
Lilitan sekunder :
Seharusnya waktu ideal untuk pengisian battery
24 V 36 Ah dengan solar cell adalah 8 jam,
sehingga:
Arus output dari solar cell :
6. Menentukan ukuran kawat tembaga (AWG)
Diameter kawat primer ( ) :
Jadi seharusnya menggunakan solar cell:
4.5 x 24 = 108 WP D
Apabila battery digunakan selama 7 jam, maka i
konsumsi battery: a
meter kawat sekunder ( ) :
Sehingga beban yang mampu disupply oleh battery 24
Volt / 36 Ah adalah: M
5.14 A x 24 V = 123,36 Watt a
ka, ukuran kawat yang digunakan adalah 2,2
2. Pembuatan Trafo Step up mm untuk lilitan primer dan 0,7 mm untuk
lilitan sekunder.
1. Jenis transformator : transformator step-up
Vp = 24 V 7. Total kawat AWG yang diperlukan :
Vs = 220 V efisiensi = 90% Keliling Bobin Inti Induktor
2. Menentukan daya primer dan daya sekunder Kcore = 2(P + L)
= 2(4,1 + 6,25)
P. primer = = 20,7 cm
= Jika Toleransi Panjang Kawat = 50%
3. Menentukan arus primer dan arus sekunder Panjang Kawat Primer =
=
= 1890 + 945
= 2835 cm = 28,35 m
A18-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
=
= 16905 + 8452,5
= 25357,5 cm = 253,575 m
V. HASIL PENGUJIAN
A. Penelitian melalui simulasi
Gambar 8. Rangkaian inverter, trafo berbeban
Penelitian yang dilakukan melalui simulasi antara
trafo dengan beban dan inverter, travo dan beban.
Rangkaian simulasi dengan PSIM :
Gambar 7. Hasil simulasi rangkaian trafo berbeban Gambar 9. Hasil simulasi tegangan yang keluar dari inverter dan
tegangan keluaran dari trafo berbeban.
Dari hasil simulasi diatas dapat dilihat hasil dari Vout
simulasi sebesar 194 V.
A18-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A18-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
menyelesaikan kerja praktek di PT. Toa Galva Industri di Depok Pada tahun 2001-2005 beliau juga mengajar dengan mata kuliah
Jawa barat. Bahasa Indonesia(TTKI) pada jenjang program D4. Setelah itu, beliau
juga pernah mengajar memberikan materi tentang mata kuliah
Suryono lahir di Surabaya, 23 Nopember 1963, Standart Instalasi&K3 pada jenjang program D4 dari tahun
telah lulus Diploma III Teknik Elektro ITS tahun 2005-2009. Tidak hanya itu saja, beliau juga mengajar dengan materi
1986 di Surabaya, dan telah lulus Sarjana Teknik Dasar Kualitas Daya pada tahun 2007-2008 pada jenjang program D4.
Elektro ITS pada tahun 1990 dengan bidang
keahlian Teknik Sistem Tenaga. Tidak hanya Yahya Chusna Arief lahir di Jember, 09 Juni
berhenti di situ saja, kemudian lanjut jenjang dan 1960, telah lulus Sarjana Teknik Elektro ITS
telah lulus pendidikan Master Teknik Elektro tahun 1987 di Surabaya, dan telah lulus Master
pada tahun 1995 di ITB dengan bidang Elektroteknik. Pada tahun Teknik Elektro ITS tahun 1999 di Surabaya
2000-2001 mengikuti pelatian Counter Part, Osaka University Japan Bidang Keahlian adalah Teknik Sistem
yang diselenggarakan oleh JICA(Japan International Cooperation Tenaga, sebagai dosen sejak tahun 1989 di
Agency). Dan masih banyak lagi pelatihan yang diikuti. Pada tahun jurusan Teknik Elektro Industri, Politeknik
1991 beliau sudah aktif mengajar dengan mata kuliah Rangkaian Elektronika Negeri Surabaya. Aktif sebagai
Listrik 1 dan 2 hingga sekarang, pada jenjang program D3 dan D4. Asessor ATKIs(Indonesia Power Engineers Assessor IATKIs
Assessor)sejak tahun 2002.
A18-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak - Distribusi Probabilitas Tembus P(Vb) elektroda Menurut standar DIN VDE 0675/IEC Publ.66,
koaksial menunjukkan hubungan probabilitas tegangan peralatan listrik tegangan dibagi kedalam empat kategori
tembus pada setiap tingkatan tegangan yang diberikan pada berdasarkan tingkat (level) ketahanan terhadap tegangan
elektroda koaksial tersebut. Distribusi ini penting untuk impuls. Peralatan kategori IV memiliki ketahanan impuls
mendapatkan tegangan kepastian tembus (Vb-95) dari hingga 6 kV, kategori III memiliki ketahanan impuls hingga
elektroda koaksial. Dalam penelitian telah dirancang dan dan 4 kV, kategori II memiliki ketahanan impuls hingga 2,5 kV,
dibuat suatu susunan elektroda koaksial yang memberikan
tegangan kepastian tembus impuls sebesar 4 kV sesuai
dan kategori I memiliki ketahanan impuls hingga 1,5 kV.
dengan standar DIN VDE 0675/IEC Publ.66. Sebagai Dalam penelitian ini, elektroda koaksial dirancang memiliki
peralatan proteksi tegangan lebih, elektroda koaksial ini akan tingkat proteksi 4 kV dan diaplikasikan untuk proteksi
memotong setiap tegangan lebih impuls hingga pada level 4 peralatan dalam kategori III.
kV sebelum merambat ke peralatan listrik yang diamankan Perancangan arester koaksial mencakup penentuan
atau elektroda koaksial ini dirancang untuk memberikan dimensi dan pengujian distribusi probabilitas tembusnya.
tingkat proteksi sebesar 4 kV. Dari hasil rancangan Distribusi probabilitas tembus ini untuk menguji elektroda
didapatkan jari-jari elektroda dalam dari elektroda koaksial koaksial hasil rancangan apakah pada tingkat tegangan
adalah 8,55 mm dan jari-jari elektroda luarnya adalah 10 mm sebesar 4 kV memberikan probabilitas tembus sebesar 95%
dengan jarak sela udara sebesar 1,45 mm. Distribusi intensitas
medan listrik dalam susunan elektroda koaksial dibuat
(Vb-95 = 4 kV).
dengan bantuan perangkat lunak FEMM 4.2.
II. DASAR TEORI
Kata Kunci: Probabilitas tembus, tingkat proteksi 4 kV, Fenomena petir dapat menimbulkan tegangan lebih
susunan elektroda koaksial. pada setiap peralatan listrik dan elektronik yang berada
dalam radius 1,5 km dari titik sambaran. Tegangan lebih
I. PENDAHULUAN pada peralatan-peralatan tersebut dapat timbul dengan
Indonesia merupakan wilayah dengan kepadatan petir beberapa cara yaitu, pertama perambatan gelombang surja
relatif tinggi, sehingga setiap peralatan listrik dan tegangan melalui penghantar (kopling konduktif), kedua
elektronik yang ada di dalamnya dapat terganggu atau rusak dengan cara kopling induktif dan kapasitif, dan ketiga
akibat adanya sambaran petir (langsung atau tidak dengan cara radiasi.
langsung)[7]. Peralatan listrik dan elektronik yang berada Tegangan lebih yang ditimbulkan oleh sambaran petir
dalam radius 1,5 km dari titik sambaran akan terancam dari dapat mencapai orde ratusan kilovolt sementara peralatan
bahaya tegangan lebih. Tegangan lebih pada peralatan listrik dan elektronik hanya memiliki kekuatan isolasi pada
tersebut timbul karena mekanisme konduksi, kopling orde puluhan volt hingga ribuan volt[7]. Dengan demikian
induktif dan kapasitif, dan karena radiasi gelombang peralatan listrik dan elektronik sangat rentan terhadap
elektromagnetik. Oleh karena itu setiap peralatan listrik dan bahaya tegangan lebih akibat sambaran petir. Karena itu
peralatan elektronik perlu mendapatkan perlindungan dari dibutuhkan suatu peralatan pemotong tegangan (arrester)
bahaya tegangan lebih akibat adanya sambaran petir. yang berfungsi sebagai peralatan proteksi bagi peralatan
Pada dasarnya setiap susunan elektroda dengan sela listrik dan elektronik. Tegangan lebih ini harus dipotong
udara dapat digunakan sebagai pemotong tegangan lebih, hingga pada level aman bagi isolasi peralatan yang
termasuk susunan elektroda koaksial[4]. Tidak seperti diamankan.
susunan elektroda lain, susunan elektroda koaksial dipilih
karena lebih kompak, dapat disekmentasi/kaskade untuk
aplikasi multi fasa dan membutuhkan sedikit ruang.
A19-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
r
(4)
-
d s
Elektroda Luar
Beda potensial (V) antara elektroda dalam dan
-
D
elektroda luar dapat dihitung menggunakan persamaan :
-
r2
V = E dr
L
ds
-
D
-
-
D
r1
ds
r1 r dr r r
r r2 V= = ln r | 2
2pe r 2pe 0 r1
Gambar 1. Susunan elektroda koaksial dan permukaan Gauss.
atau
r r
Apabila muatan yang dilingkupi permukaan Gauss V = ln 2 (5)
adalah Q dan kerapatan fluk listrik dinotasikan dengan D, 2pe 0 r1
maka dengan penerapan Hukum Gauss untuk Gambar 1 Dengan menggunakan persamaan (4) dan persamaan
adalah, (5) didapat hubungan antara V dan E sebagai berikut :
_ r
Q = D .d s (1) V = E r ln 2 (6)
_ _ _ _ _ _
r1
= D d s + D d s + D .d s Dan rumusan untuk intensitas medan listrik menjadi
atas samping bawah
V (7)
E =
dengan r
r ln 2
Q = muatan yang dilingkupi permukaan Gauss r1
D = vektor kerapatan fluks (C/m2) Intensitas medan listrik akan turun dengan cepat dari r1
ds = vektor yang tegak lurus permuakaan Gauss. menuju r2. Intensitas medan maksimum dapat dihitung
Karena D pada susunan koaksial arahnya radial, maka melalui persamaan (7) yang terjadi pada r = r1 atau pada
integral pada bidang atas dan bawah hasilnya nol, dan permukaan elektroda dalam, yaitu :
menjadi: V (8)
E = m r
Q = r L = samping D ds r1 ln 2
(2) r1
A19-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Vb = E b d (11) _
Dengan menggunakan nilai-nilai V b dan dapat
Dimana Vb tegangan tembus, Eb intensitas medan tembus ditentukan fungsi distribusi probabilitas tegangan tembus
dielektrik udara, d jarak sela, dan efisiensi medan. dari susunan elektroda koaksial, yaitu :
untuk mendapatkan probabilitas tembus pada level-level Gambar 3 Design Elektroda Koaksial
Keterangan :
tegangan yang lain. Dari seluruh data pengujian dapat
r1 : jari-jari elektroda dalam
_ r2 : jari-jari elektroda luar
dihitung nilai tegangan tembus rata-rata V b dan simpangan d : jarak sela
bakunya yang dapat dihitung dengan rumus statistik l : panjang elektroda
berikut,
A19-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Setelah dimensi elektroda koaksial didapatkan, langkah Jika diketahui Vb = 4 kV, intensitas medan tembus
selanjutnya adalah melakukan pengujian pada obyek uji pada keadaan normal Eb =30 kV/cm, dan r2 =10 mm maka
tersebut dengan menggunakan tegangan impuls tipe 1,2/50 nilai r1 = 8.55 mm, sedangkan untuk ;
s. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan distribusi r
probabilitas tembus dari obyek uji. Setiap tingkat tegangan ln 2
dibebankan pada obyek uji sebanyak 10 kali dan dihitung r1
h= = 0.92
probabilitas tembusnya dengan membagi jumlah kejadian r2
tembus dengan 10 (jumlah seluruh pengujian). Pengujian ln -1
serupa diulangi untuk tingkat tegangan yang lebih tinggi. r1
Dari seluruh pengujian selanjutnya dihitung nilai tegangan Jarak sela didapat dari selisih jari-jari luar dan jari-jari
tembus rata-rata dan simpangan bakunya. Grafik distribusi dalam yaitu d = 1.45mm (10mm 8.55mm).
probabilitas tegangan tembus dapat ditentukan dengan
memasukkan nilai rata-rata tegangan tembus dan Bentuk Elektroda Koaksial Hasil Rekayasa.
simpangan bakunya. Grafik dan titik-titik data pengujian Bentuk susunan elektroda koaksial yang direkayasa
dapat diplot bersama dalam suatu salib sumbu. Dengan seperti pada Gambar 5.
menggunakan grafik distribusi ini dapat ditentukan nilai
tegangan tembus yang menghasilkan probabilitas sebesar
95%. Bila belum sesuai dilakukan koreksi terhadap dimensi
alat sampai didapatkan distribusi yang sesuai. Rangkaian
pengujian ditunjukkan pada Gambar 4.
D D F
1 2 Rd
Trafo TT
RM C1 RE C2
Intensitas Medan Menggunakan FEMM 4.2
OSC Bentuk intensitas medan listrik pada susunan elektroda
DGM DSTM
ZL koaksial ditunjukkan pada Gambar 6 berikut.
A19-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A19-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
DAFTAR PUSTAKA [6] Kuffel, E. Zaengl, W.S dan Kuffel, J. 2000. High Voltage
Engineering . University of Delhi
[7] P. Hasse. 1992. Overvoltage Protection of Low
[1] Arismunandar, A. 2001.Teknik Tegangan Tinggi. Pradnya Voltage Sistems, IEE, Series 12
Paramita. Jakarta. [8] PUIL. 2000. Standard Nasional Indonesia, Jakarta
[2] Cooray Vernon, 2010. Lightning Protection IET Power and [9] Syamsir, A. 2001. Dasar Pembangkitan dan Pengukuran
Energy Series 58, Published by Institution of Engineering and Teknik Tegangan Tinggi. Salemba Teknika, Jakarta.
Technology, London. [10] Supriyo. 2008. Pengaruh Keadaan Udara Basah
[3] David, M. 2009. Finite Element Method Magnetics Version 4.2, Terhadap Tegangan Tembus Arus Bolak-Balik (AC) Politeknik
User Manual, IEEE. Semarang.
[4] Hyat, W. H. JR, 1989, Engineering Electromagnetic First edition [11] Schwab, A.J. 1989. High Voltage Measurement Techniques, M.I.T.
McGraw-Hill Book Company, New York. Pres Cambrige, Massachusetts, and London, England.
[5] Kind, D. 1993. High Voltage Insulation [12] Schwaiger A. 1925. Electrische Festigkeitslehre,
Technology. Published by Friedr. Vieweg & Sohn. Springer-Verlag, Berlin.
Braunschweig.
A19-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Ud= tegangan tembus pada susunan elektroda (kV) sela (s) dan pengujian karakteristik volt-waktu.
s = jarak sela antar elektroda (cm) 4. Analisis hasil, meliputi kurva volt-waktu.
h m =efisiensi medan listrik maksimum ( 1 kV/cm )
Pada susunan elektroda keping sejajar, distribusi 2.1 Bentuk Obyek uji
medan listriknya homogen sehingga besar Em sama Bentuk arester yang dirancang untuk pengujian
dengan Er. Sebaliknya pada distribusi medan listrik non volt-waktu seperti gambar 2 berikut :
homogen akan terdapat kuat medan listrik lokal pada
daerah tertentu dalam jarak sela yang nilainya lebih besar
dari kuat medan listrik rata-ratanya. Dengan demikian
maka batas nilai faktor efisiensi medan listrik untuk
berbagai susunan elektroda dengan bentuk geometris
tertentu memenuhi syarat: h 1
Besar faktor efisiensi medan listrik bergantung pada
bentuk geometris dari susunan elektroda, yaitu untuk
susunan elektroda yang memberikan distribusi medan
listrik homogen semisal susunan pelat datar sejajar maka
h = 1, sedangkan pada susunan elektroda yang
Gbr. 2 Obyek uji berupa susunan sela bola dengan D = 30 mm.
menghasilkan distribusi medan listrik non homogen
seperti jarum-piring, batang-bola, maka nilai h < 1 . Obyek uji yang digunakan dalam percobaan ini
1.3 Kurva Tegangan- Waktu (V-t curve) adalah sela bola-bola sebagai arester untuk pengujian V-t
curve.
Kurva volt-waktu (V-t) adalah kurva yang
menyatakan hubungan tegangan tembus sela arester dan D1 D F Rd
2
waktu tembus, seperti yang ditujukan pada Gambar 1,
kurva diperlukan untuk melihat bagaimana arester Trafo TT
C atau G
Keterangan : D1 = D2 = 140 kV/20 mA.
E Rd = 100 k/60W
RM = 610 /60W
D
F RE = 260 /60W
A = Arester , (sela bola)
C1 = 10000 pF
Waktu (us) C2 = 1200 pF
Gambar 1 Kurva Volt time,[1] Rangkaian pengujian terdiri dari tiga blok utama yakni :
Keterangan:
1. Rangkaian Pembangkit Tegangan Tinggi AC, untuk
A = gelombang impuls yang datang pengisian kapasitor Impuls.
B = gelombang cepat, terpotong pada muka 2. Rangkaian Pembangkit Tegangan Tinggi DC
C = gelombang terpotong pada ekor 3. Rangkaian Pembagkit Tegangan Tinggi Impuls
D = gelombang penuh
E = lengkung Volt-time
F = gelombang terpotong pada puncak 2.2 Penentuan nilai s dengan simulasi
G = gelombang terpotong pada ekor dengan kemungkinan lompatan
Parameter utama dalam penelitian ini yang perlu
dicari adalah jarak sela (s) dimana untuk mendapatkan
II. METODOLOGI PENELITIAN jarak sela dengan pendekatan menggunakan persamaan
Schwaiger[7].
Metode yang digunakan dalam perencanaan dan Dimana untuk tegangan tembus yang dicari adalah
pembuatan sela bola meliputi : U d = 6 kV untuk kepastian tembus Ud-95. Intensitas
1. Pemodelan sistem, bentuk rangkaian pembangkit medan tembus Ed untuk keadaan normal adalah 30 kV/cm
impuls atau 3 kV/mm, untuk efisiensi dilakukan pendekatan
2. Simulasi, penentuan jarak sela (s) dengan simulasi menggunakan perangkat lunak FEMM 4.2[3].
menggunakan perangkat lunak FEMM 4.2
3. Pengujian Laboratorium, meliputi penentuan jarak
A20-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Dengan menggunakan perangkat lunak FEMM 4.2 adalah Ud= 6kV . Intensitas medan tembus Ed untuk
untuk mencari nilai efisiensi medan untuk tegangan keadaan normal (T 20 0C dengan P=10113 mbar sebesar
tembus Ud 6 kV, maka jarak sela s ditentukan dari s = 0.5 30kV/cm atau 3kV/mm)[6]
sampai dengan s = 20 mm. Dari simulasi FEMM 4.2 Dengan menggunakan perangkat lunak FEMM 4.2
diperoleh parameter intensitas medan rata-rata (Er) dan untuk mencari nilai efisiensi medan untuk tegangan
intensitas medan maksimum (Em) didapat dari tembus Ud 6kV, maka jarak sela s ditentukan dari 0.5
perbandingan antara tegangan U dan jarak sela s atau sampai dengan 20mm. Intensitas medan rata-rata (Er)
Em=U/s. Setelah nilai Er, Em diperoleh maka dengan dan intensitas medan maksimum (Em) didapat dari
menghitung nilai efisiensi dengan persamaan (1): perbandingan antara tegangan U dan jarak sela s atau
Em=U/s. Tegangan masukan untuk simulasi distribusi
medan listrik ditentukan sebesar 6000volt. Setelah nilai
2.3 Penentuan Nilai s dengan Pengujian.
Er, Em maka dengan menghitung nilai efisiensi dimana
Untuk menentukan jarak sela s dengan pengujian persamaan (1)
menggunakan tegangan tembus impuls dimana hasil jarak Setelah nilai efiseisi diperoleh dapat dihitung
sela lewat simulasi digunakan untuk pengujian tembus tegangan tembus (Ud).Dengan persamaan(4). Dalam
impuls. Dengan menggunakan tegangan Udc yang ditetap penelitian ini Ud diset sama dengan tegangan kerja arester
10 kV. Kemudian diplot dalam bentuk grafik dan dicari 6 kV dan hingga jarak sela s dapat ditentukan dari
trendnya. Dari trend yang ada maka dapat dihitung nilai persamaan (2.1). Nilai efisiensi yang sesuai untuk tembus
tegangan tembus Ud untuk menentukan jarak sela s yang 6 kV berada pada jarak sela s = 1.5 mm sampai dengan s
sesuai untuk tegangan tembus 6kV. Dari hasil = 2 mm dengan efisiensi = 1.
perhitungan tegangan tembus dan jarak sela s untuk
susunan elektroda bola-bola dijadikan dasar dalam
pengujian V-t curve. 3.3 Penentuan Nilai s dengan Pengujian
Untuk menentukan jarak sela s dengan pengujian
menggunakan tegangan tembus impuls dimana hasil jarak
2.4 Analisis hasil.
sela lewat simulasi digunakan untuk pengujian tembus
Data hasil pengujian yang diperoleh digunakan impuls.
sebagai bahan analisis untuk memperoleh hasil berupa Dengan menggunakan tegangan Udc yang tetap 10
karakteristik v-t curve. kV .Kemudian diplot dalam bentuk grafik dan dicari
trendnya. Dari trend yang ada maka dicari nilai tegangan
tembus Ud untuk mennetukan jarak sela s yang sesuai
III. PEMBAHASAN DAN ANALISIS untuk tegangan tembus 6 kV. Dai hasil perhitungan
3.1 Penentuan jarak sela melalui pendekatan tegangan tembus 6 kV dengan jarak sela s = 1.71mm
untuk bola dengan diameter D = 30 mm. Jarak s = 1.71
Dalam merekayasa sela bola sebagai arester yang mm ini dijadikan dasar untuk pengujian V-t curve.
diaplikasikan pada katagori IV atau dengan tegangan Dengan menggunakan perangkat lunak FEMM 4.2
ketahanan impuls sebesar 6 kV. Parameter utama dalam elektroda bola bisa digambarkan dengan setengah bola,
penelitian ini yang perlu dicari adalah jarak sela (s) karena di dalam FEMM4.2 terdapat fasilitas penggunaan
dimana untuk mendapatkan jarak sela dengan pendekatan axissymetris dan bentuk elektroda simetri bias
menggunakan persamaan Schwaiger. Diameter elektroda digambarkan separuhnya.
bola D = 30 mm. Berikut Gambar 4a. Elektroda bola D = 30 mm
Penentuan jarak sela elektroda bola melalui dengan jarak sela s = 20 mm dan bentuk garis-garis
pendekatan maupun melalui pengujian. Setelah jarak sela equipotensial yang digambarkan dengan menggunakan
dapat ditentukan selanjutnya dilakukan pengujian perangkat lunak FEMM 4.2.
karakteristik tegangan-waktu (V-t curve) dari arester sela
bola. Kurva V-t yang diperoleh dari pengujian elektroda
sela bola agar diketahui waktu terjadinya pemotongan
tegangan oleh elektroda sela bola sebagai arster. Untuk
analisis medan digunakan bantuan perangkat lunak
FEMM 4.2.
a
c
f
e
g
Gambar 4b Hasil simulasi equipotensial elektroda sela bola untuk
diameter bola D = 30 mm
Gambar 5 Hubungan antara tegangan tembus dan jarak sela (s)
Garis-garis ekipotensial ini terlihat semakin merapat
di antara kedua ujung elektroda pada sela bola Hal ini Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan hubungan
menunjukkan intensitas medan elektrik di antara kedua Ud terhadap s dimana makin besar jarak sela maka
elektroda semakin tinggi, terutama diujung dekat kedua tegangan Ud yang diterpakan juga semakin besar.
elektroda. Dari hubungan antara tegngan tembus Ud dan jarak sela s
Setelah diperoleh nilai kuat medan listrik hasil perhitungan diperoleh nilai regresi untuk tegangan
maksimum dan kuat medan listrik rata-ratanya dihitung tembus 6kV adalah sebagai berikut :
dengan menggunakan persamaan (3). Dengan tegangan Ud = 2.265 s+1.089 dan nilai (R2 =0.997)
tembus (Ud) sebesar 3 kV dan jarak sela (s) sebesar s = 20 maka tegangan tembus untuk 6 kV adalah sebagai berikut
mm, sehingga kuat medan listrik rata-ratanya adalah: : 6 = 2.265 s +1.089
3 s = (6-1.089)/2.265
Er = = 0.15 kV/mm s = 1.87 mm
20
A20-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Jadi jarak sela yang sesuai untuk daerah medan Jarak sela hasil pendekatan tegangan tembus dengan
homogen hasil simulasi dengan bantuan perangkat lunak menggunakan simulasi FEMM 4.2 dengan pengujian
FEMM 4.2 adalah sebesar s = 1.87 mm. pada alat memiliki nilai yang berbeda, yaitu pada
pendekatan sebesar 1.87mm sedangkan pada pengujian
sebesar 1.71mm. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan
3.4 Perkiraan Tegangan Tembus pada Elektroda Sela
berupa tekanan udara dan suhu udara yang berbeda antara
bola
pengujian dengan simulasi FEMM 4.2, sehingga
Untuk menghitung besarnya tegangan tembus secara memperngaruhi nilai faktor koreksi seperti yang
teori dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
(2). Besarnya tegangan tembus bergantung pada nilai ditunjukkan pada Persamaan (2). Pada pengujian ini, nilai
faktor efisiensi medan, kuat medan, dan jarak sela. Pada tekanan udara sebesar 712 mbar dan suhu udara sebesar
keadaan standar,yaitu pada suhu 20oC dan tekanan 1013 230 C. Kemudian dimensi perancangan alat pada simulasi
mbar,kekuatan dielektrik udara sebesar 30 kV/cm atau 3 dengan kondisi alat yang telah dibuat, tidak sama persis,
kV/mm. Dengan tingkat proteksi yang diinginkan yaitu karena keterbatasan instrumen untuk membuat alat yang
6kV sesuai standard untuk arester katakori Iv, maka jarak mendetail, sehingga mempengaruhi nilai. Perubahan nilai
sela adalah sebagai berikut : ini akan mempengaruhi nilai efisiensi dan kemudian jarak
Ud = s x 3 x 1 selanya.
6 = 3xs Dari Gambar 4 hubungan antara tegangan dan jarak
6 sela (s), dengan menggunakan nilai regresi dari grafik
s = maka jarak sela yang sesuai pengujian elektroda D = 30
3 mm untuk memperoleh tegangan tembus 6 kV dapat
s = 2 mm. dihitung sebagai berikut :
Jadi jarak sela yang dibutuhkan untuk diameter
adalah mm untuk menghasilkan gelombang tegangan U d = 2.608 s + 1.979
impuls sebesar 6 kV. Jarak sela ini sebagai hasil 2
pendekatan perhitungan yang selanjutnya dijadikan dasar R = 0.999
pembuatan konstruksi susunan elektroda yang akan diuji S = (6-2.608)/1.979 = 1.71
di laboratorium.
Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan
regresi diperoleh jarak sela untuk mendapatkan tegangan
3.5 Tegangan Tembus Impuls Rata-rata tembus 6 kV, maka jarak sela yang sesuai adalah s =
Hasil pendekatan tegangan tembus dengan 1.71 mm.
menggunakan simulasi perangkat lunak FEMM 4.2, Jarak sela ini yang digunakan untuk pengujian V-t kurva
dijadikan acuan dalam pengujian tegangan tembus dan probabilistik.
impuls, yaitu pengujian dimulai pada jarak s = 1.6 mm.
Pada setiap jarak sela, dilakukan pengujian dengan 3.6 Penentuan Karakteristik V-t Curva
mengubah nilai tegangan tinggi impuls, sehingga tembus
listrik dapat terjadi. Pada setiap jarak sela, dilakukan lima Pengujian untuk mendapatkan karakteristik
kali pengujian tegangan tembus. Hal ini bertujuan untuk tegangan-waktu potong (V-t Curve) sela bola untuk
- tegangan potong dan waktu potong, digunakan pula
mendapatkan nilai rata-rata tegangan tembus U d pada rangkaian pada Gambar 3. Data ini didapatkan dari
penunjukan nilai pada alat ukur dan plot osiloskop yang
jarak sela tersebut. Untuk besar jarak sela selanjutnya, terlihat pada Tebal 2.
ditentukan berdasarkan hasil rata-rata tersebut. Yang Salah satu hasil pengujian, ditunjukkan pada
terlihat pada tabel 2. Gambar 6 Grafik tersebut menunjukkan pemotongan
Tabel 2 Perhitungan tegangan rata-rata terhadap jarak sela.
tegangan tinggi impuls pada sela bola. Tinggi tegangan
potong dicatat dari titik mulai naiknya tegangan tinggi
No s(mm) Ud(kV) impuls hingga tinggi tegangan yang terpotong, yaitu
1 1.6 5.3 sebesar 3.65. kV(polaritas negatif). Sedangkan untuk
waktu potong, dicatat dari titik mulai naiknya tegangan
2 1.7 5.5
tinggi impuls hingga tegangan mulai terpotong, yaitu
3 1.8 5.7 sebesar 0.36 ns.
4 1.9 6.0
5 2 6.3 Ud
Pada Gambar 6 terlihat pemotongan terjadi bagian titik waktu potongnya, maka didapatkan luasan energi
muka gelombang. Hal ini ditunjukkan dari bentuk yang sama pada waktu potong yang berbeda.
gelombang yang terpotong, terlihat gelombang sebelum Kurva V-t impuls merupakan dasar yang sangat
mencapai puncak gelombang, sudah dipotong oleh sela penting untuk menentukan dimensi sistem yang diisolasi,
batang. Ditunjukkan pula dengan waktu potongnya yang gas yang mengalami tekanan tegangan impuls petir.
besarnya 0.36 ns. Nilai ini berada di bawah waktu dahi Dalam pengujian v-t kurve menggunakan bola-bola
dari tegangan impuls.. Beberapa data hasil pengujian, berdiameter bola-bola berdiameter D= 30mm, dimana
ditun jukkan pada Tabel 3. jarak sela berdasarkan hasil simulasi dengan perangkat
lunak FEMM 4.2 adalah 1.71mm .
Tabel 3. Karakteristik v-t untuk D=30mm
No Udc(kV) Ui(kV) Td(US)
1 6.3 3.65 0.36
IV. ANALISIS DAN KESIMPULAN
2 6.8 3.65 0.32 A. Analisis Penentuan Effisiensi
3 7.3 3.88 0.32
Berdasarkan penentuan tegangan dan efisiensi
dari elektroda sela bola dari hasil eksperimen pada Tabel
4 7.8 4.03 0.32
1 Terlihat bahwa dengan jarak sela kecil maka nilai
5 8 4.33 0.3 efisiensinya 1 dan tegangan semakin kecil pula, maka
6 9.2 4.26 0.28
dengan jarak sela semakin besar, effisiensi mendekati 1,
tegangan semakin besar.Maka akan memberikan
7 10.1 5.09 0.26
hubungan yang linier seperti yang ditunjukkan pada
8 11 5.39 0.24 Gambar 5.4c hubungan antara tegangan masukan Udc
9 11.6 5.7 0.24
(kV) dan tegangan keluaran Uosc(kV). Dari Tabel 3
tersebut diperoleh efesiensi rata-rata 1 dan jarak sela bola
s= 2mm.
Dengan menggunakan data pengujian Tabel 3
diperoleh hubungan antara Tegangan Potong terhadap
waktu potong dari hasil pengujian, sehingga dibuat B. Analisis Kurva V-t
Gambar V t Curve seperti pada Gambar 7. Untuk kurva V-t berdasarkan hasil pengujian pada
Gambar 3 dengan tegangan impuls, elektroda sela bola
sebagai arester akan melakukan pemotongan tegangan
mulai dari 6kV. Gambar 7 V-t Curve.
Hal ini disebabkan karena probabilitas tembus
elektron tidak bisa dipastikan didepan atau di belakang.
Pemotongan tegangan impuls terjadi di bagian muka atau
di bagian punggung gelombang. Pemotongan gelombang
impuls di bagian punggung gelombang terjadi pada
tegangan impuls dengan amplitudo yang relatif kecil,
tetapi ketika amplitudonya naik, pemotongan terjadi
semakin cepat atau terpotong di bagian muka gelombang.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa waktu
pemotongan bervariasi dengan tegangan uji yang
menunjukkan semakin besar nilai Udc(kV) yang
Gambar 7 V-t Curve untuk D = 30 mm jarak sela s = 1.71 mm
diterapkan, maka makin tinggi prosentase terjadinya
tembus. Artinya, semakin cepat terjadi pemotongan
semakin baik kinerja arester.
Pada Gambar 7, didapatkan garis regresi yang Semakin besar tegangan impuls semakin cepat
berasal dari sebaran titik-titik korrdinat dari Tabel 2. waktu pemotongan. Disamping itu juga dipengaruhi oleh
Fungsi yang didapat dari regresi yang mendekati nilai dimensi bola dan jarak sela. Dan semakin dekat jarak
fungsi sebenarnya data tersebut dan nilai dari regresi sela bola semakin cepat pemotongan terjadi. Waktu
tersebut adalah: pemotongan juga bergantung pada besarnya Udc(kV),
4.26 semakin besar Udc(kV) yang diterapkan waktu
U d = 15.57t d pemotongan semakin cepat.
2
R = 0.892
Pada kurva V-t (V-t Curve) tersebut, dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tegangan impuls yang
terpotong, maka semakin singkat pula waktu potongnya.
Jika dicari luasan antara titik pusat, titik fungsi dengan
A20-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A20-7
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A21-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tenaga Listrik[4]
Tujuan optimasi pengiriman daya reaktif pada suatu (8)
sistem tenaga listrik adalah untuk mengidentifikasi
dimana dan adalah faktor penalti, dan
variabel kontrol daya reaktif sistem dalam rangka
meminimalisasi rugi daya aktif (Ploss) dari sistem.
di persamaan (8) didefinisikan sebagai berikut:
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dengan
(9)
(1)
B. Algoritma Genetika (GA)[5]
Optimisasi pengiriman daya reaktif memiliki
batasan-batasan (constraints) sebagai berikut: Algoritna Genetika merupakan metoda adaptive
yang biasa digunakan untuk pencarian nilai dalam
Batasan Persamaan: Batasan ini berdasarkan sebuah masalah optimisasi. Algoritma ini didasarkan
persamaan aliran daya sebagai berikut: pada proses genetik yang ada dalam makhluk hidup,
yaitu perkembangan generasi dalam sebuah populasi
(2) yang alami dan mengikuti seleksi alam atau yang
bernilai tinggi akan bertahan. Nilai yang tinggi
(3) memberikan kesempatan untuk melakukan reproduksi
silang dengan individu yang lain dalam populasi. Hasil
dengan: reproduksi merupakan individu baru yang disebut
= tegangan bus ke i keturunan/generasi. Sedangkan individu dalam
= tegangan bus ke j populasi yang tidak terseleksi dalam reproduksi akan
= konduktansi antara bus i dan j hilang. Dengan mengawinkan semakin banyak indvidu
= susceptance antara bus i dan j maka akan semakin banyak kemungkinan terbaik yang
diproleh. Sebelum GA dijalankan , maka sebuah kode
= perbedaan sudut tegangan bus i dan j
yang sesuai (representatif) harus dirancang. Untuk itu
n = jumlah bus maka titik solusi dalam ruang permasalahan dikodekan
= jumlah total bus-bus diluar slack bus. dalam bentuk kromoson/string yang terdiri atas
= adalah jumlah bus PQ komponen genetik terkecil yaitu gen.
Operasi gen yang paling umum digunakan dalam GA
Batasan Pertidaksamaan: Batasan ini merupakan adalah reproduksi, pindah silang dan mutasi.
batasan kondisi operasi sistem. Tegangan bus generator Operator-operator yang ada dalam GA adalah sebagai
(Vgi), daya reaktif yang dibangkitkan oleh kompensator berikut:
seperti kapasitor banks (Qshi), seting tap transformator Reproduksi (Reproduction): Operator reproduksi
(ai), merupakan varibel kontrol yang sangat dibatasi. merupakan probabilitas seleksi apakah sebuah
Tegangan bus (Vi) dan daya reaktif yang dibangkitkan kromosom pada suatu individu akan terpilih untuk
generator (Qgi) merupakan batasan -batasan yang digunakan kembali berdasarkan nilai fitnessnya.
menentukan nilai fungsi obyektif. Batasan-batasan Terdapat beberapa metode seleksi seperti seleksi
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: proporsional nilai fitness, rangking nilai fitness dan
Batas tegangan: metode turnamen. Pada penelitian ini, metode seleksi
yang digunakan adalah metode rangking linier nilai
(4) fitness. Individu yang terpilih adalah individu dengan
nilai fitness yang tertinggi.
Batas kapasitas daya reaktif generator: Pindah Silang (Crossover): Operator pindah silang
terutama bertanggung jawab terhadap pencarian nilai
(5) global GA. Operetor tersebut pada dasarnya
Batas injeksi daya reaktif kompensator: mengkombinasikan struktur dari dua kromosom orang
tua untuk mendapatkan struktur kromosom yang baru,
(6) yang terpilih dengan probabilitas pindah silang (P c).
Pindah silang dapat terjadi pada satu posisi (single
Batas seting tap transformator: crossover) atau pada beberapa posisi (multiple
crossover). Pada penelitian ini, pindah silang yang
dilakukan hanya pada satu posisi.
A21-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Mutasi (Mutation): Operator GA yang terakhir adalah dalam populasi tersebut dikodekan menjadi nilai
mutasi. Mutasi digunakan untuk menambahkan nilai tegangan generator sesuai batasan nilai minimum dan
gen baru ke dalam sebuah populasi. Pada penelitian ini maksimumnya berdasarkan persamaan berikut ini:
digunakan operator mutasi biner untuk mengganti nilai
gen dari 1 menjadi 0 atau sebaliknya dengan nilai ( 10)
probabilitas mutasi (Pm) yang kecil. Setelah proses
mutasi dilakukan, periode generasi yang baru telah Proses optimasi pengiriman daya reaktif dengan
selesai dan prosedur yang sama akan diulang kembali menggunakan GA mengikuti prosedur sebagai berikut:
untuk menghitung nilai fitness populasi individu yan a. Inisialisasi : Serangkaian populasi awal diberikan
baru. Proses optimasi dengan menggunakan GA secara acak didalam batasan minimum dan
ditunjukkan pada gambar 1. maksimum dari variabel-variabel kontrol yaitu
tegangan dan daya reaktif generator yang dipilih
Populasi
sebagai populasi induk.
Evaluasi Seleksi
Awal Fitness Individu b. Evaluasi fungsi : Evaluasi fungsi (menggunakan
Persamaan (8)) digunakan untuk menentukan
fittnes setiap populasi.
c. Seleksi: Pada proses seleksi individuindividu
Reproduksi yang lebih baik memperoleh kesempatan lebih
Crossover
Dan Mutasi tinggi dalam generasi berikutnya bergantung pada
nilai-nilai fitnessnya. Proses ini diulang sesering
Populasi mungkin untuk memilih dua individu terbaik
Baru secara acak sebagai induk.
d. SBX crossover : operator SBX digunakan untuk
Gambar 1. Diagram Proses Algoritma Genetika (GA) menciptakan solusi-solusi anak yang berbeda dan
dekat dalam solusi-solusi induk. Prosedur untuk
III. ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI
menemukan solusi anak-anak dan
PENGIRIMAN DAYA REAKTIF.
dari solusi-solusi induk dan
Dalam penyelesaian masalah optimisasi pengiriman diberikan dibawah ini, faktor penyebaran
daya reaktif menggunakan GA, kontrol variabel yang didefinisikan sebagai rasio perbedaan mutlak
mempengaruhi aliran daya reaktif sistem antara lain dalam nilai anak-anak dan induk.
tegangan generator (VG), kapasitas daya reaktif
generator (QG), daya reaktif shunt kapasitor/reaktor
(Qsh) dan rasio tap tranfo (T), variabel-variabel ini (11)
direpresetasikan dengan gen-gen dalam kromosom
yang membentuk sebuah populasi dalam GA. Dalam Pertama, diberukan nilai acak u1 antara 0 dan 1
kasus ini reaktor shunt yang terdapat pada sistem dari fungsi distribusi probabilitas digunakan untuk
tenaga listrik tidak dilibatkan dalam optimisasi karena menciptakan keturunan yang diberikan dibawah
reaktor difungsikan untuk menjaga tegangan. Bila ini
sistem kehilangan beban pada bus tersebut maka pada
saluran yang panjang dan dialiri beban ringan akan
menjadi sumber VAR sehingga tegangan menjadi naik. (12)
Pada penelitian ini, optimisasi pengiriman daya
reaktif sistem dengan menggunakan GA bertujuan Dimana hc adalah bilangan real positif.
untuk mempertahankan tegangan bus pada batas-batas Menggunakan persamaan (12) untuk menghitung
yang diijinkan. Berdasarkan tujuan tersebut, dengan menyamakan area dibawah kurva
perubahan tegangan pada bus generator (PV bus) probabilitas sama dengan yang diberikan
kecuali slack bus merupakan variabel kontinyu sebagai berikut :
sehingga tegangan pada PV Bus direpresentasikan ke
dalam gen-gen pada kromosom yang membentuk
(13)
sebuah individu. Pengkodean gen dari kromosom satu
gen mewakili satu variabel yang direpresentasikan
dalam bentuk bilangan real (real encoding) seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2. Setelah memproleh solusi anak dihitung
sebagai berikut:
b b
b b
(14)
Gambar 2. Representasi Kromosom Untuk Optimisasi Daya Reaktif Flowchart optimasi pengiriman daya reaktif dengan
Populasi yang dibangkitkan berupa matriks acak yang menggunakan GA ditunjukkan gambar 3.
bernilai antara 0 dan 1 berukuran
. Setiap kromosom
A21-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
START
Load flow ,
A
Evaluasi Fungsi Obyektif
Pindah Silang
dan Mutasi
Rangking Nilai
Fitness Linier
untuk proses
Seleksi
Generasi baru
SBX
Max gen
Reproduksi tidak
Ya
Populasi Generasi
Anak terbaik
A stop
A21-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 2. Data Impedansi Saluran pu. Tabel 4 menunjukkan bus-bus yang memiliki profil
i-j R(pu) X(pu) 1/2B Tap Setting tegangan di bawah batas yang diijinkan.
1-15 0.014196 0.047502 0.01050 1
1-21 0.019664 0.065800 0.01150 1 Tabel 4. Tegangan bus kritis dan undervoltge sebelum optimasi
1-2 0.007017 0.032413 0.01925 1 pengiriman daya reaktif
1-16 0.021000 0.097000 0.01925 1 No Tegangan
2-16 0.013983 0.064587 0.019250 1 Nama Bus Status
Bus (pu)
3-16 0.007732 0.035713 0.014250 1 4 IPP Borang 0.95 kritis
3-17 0.002937 0.013566 0.005250 1 5 Borang 0.95 kritis
4-5 0.000172 0.001100 0.002750 1 8 New Tarahan 0.95 kritis
5-18 0.001813 0.011242 0.007750 1 9 Tarahan 0.95 kritis
6-19 0.001594 0.007174 0.008500 1 10 Besai 0.95 kritis
7-12 0.000509 0.002672 0.003750 1 11 0.95 kritis
Batu Tegi
8-33 0.000618 0.005085 0.004425 1
23 Bukit Kemuning 0.948 Under voltage
8-30 0.001468 0.016885 0.011000 1
24 Kotabumi 0.939 Under voltage
8-34 0.001750 0.014392 0.010325 1
25 Tegineneng 0.94 Under voltage
9-33 0.004183 0.013996 0.003250 1
10-23 0.003970 0.013283 0.002500 1 26 Menggala 0.91 Under voltage
11-28 0.008028 0.036128 0.012500 1 27 Gumawang 0.909 Under voltage
12-14 0.003455 0.021421 0.015625 1 28 Pagelaran 0.945 Under voltage
13-15 0.024764 0.082865 0.015000 1 29 Metro 0.939 Under voltage
14-15 0.004890 0.104200 0.025000 1 30 Sribawono 0.947 Under voltage
17-20 0.001250 0.007750 0.006000 1 31 Natar 0.939 Under voltage
17-18 0.000924 0.005790 0.004500 1 32 Teluk Betung 0.937 Under voltage
18-19 0.012458 0.0066951 0.026000 1 33 Sutami 0.948 Under voltage
21-22 0.034365 0.114991 0.019360 1 34 Kalianda 0.95 kritis
21-23 0.050417 0.168704 0.032000 1 35 Sukarami 0.941 Under voltage
22-23 0.017424 0.058305 0.012800 1 36 Adijaya 0.929 Under voltage
23-24 0.008886 0.029733 0.010500 1
24-26 0.030232 0.101163 0.018500 1
24-36 0.023660 0.079171 0.008000 1 Setelah dilakukan optimisasi pengiriman daya reaktif
24-25 0.007256 0.024279 0.007750 1 dengan metoda GA terjadi perubahan pembangkitan
25-28 0.010121 0.033868 0.006250 1 daya reaktif generator sehingga losses sistem dapat
25-31 0.004758 0.015922 0.002750 1 dikurangi. Rugi-rugi total setelah optimisasi
25-30 0.014626 0.078607 0.020500 1 pengiriman daya reaktif adalah sebesar 8.674 MW.
25-29 0.011491 0.040218 0.007175 1
26-27 0.011881 0.040444 0.014500 1
Pasokan daya dari pembangkit sebesar 1025.236 MW
29-30 0.026292 0.092023 0.013325 1 dan 1645.347 MVAR. Tabel 5 menunjukkan
31-35 0.006572 0.021992 0.004750 1 perubahan pembangkitan generator sebelum dan
31-33 0.015879 0.053132 0.009500 1 sesudah dilakukan optimasi.
31-32 0.004364 0.014603 0.002750 1
33-35 0.009727 0.032548 0.006000 1 Tabel 5. Daya pada Pembangkit Sumbagsel Sebelum dan Sesudah
optimasi.
Analisa aliran daya (load flow) dilakukan pada No Bus
Sebelum Optimasi Setelah Optimasi
sistem sumbagsel untuk mengetahui kondisi profil MW MVAR MW MVAR
tegangan sebelum dan sesudah optimisasi pengiriman 1 86.382 796.12 78.636 65.197
2 80 -142.6 80 -21.922
daya reaktif. Pada studi kasus ini, akan disimulasikan
3 124 -42.638 124 -206.812
optimasi pengiriman daya reaktif dengan 4 150 84.08 150 -1140.364
menggunakan GA pada kondisi beban dasar sistem 5 36 -331.124 36 1703.981
kelistrikan Sumbagsel. Adapun parameter-parameter 6 28 160.911 28 -93.409
GA yang digunakan pada penelitian ini ditunjukkan 7 210 50.331 210 4.367
pada tabel 3. 8 20 625.04 20 538.967
9 180 205.78 180 438.740
Tabel 3 Parameter Algoritma Genetika 10 90 195.72 90 301.5
Jumlah Generasi 100 11 28.6 122.847 28.6 55.1
Populasi 30 Total 1032.982 1724.352 1025.236 1645.347
Probabilitas Pindah Silang 0.8
Probabilitas Mutasi 0.05 Dilihat dari tabel 5. daya nyata (MW) dari pembangkit
tidak mengalami perubahan kecuali slack bus karena
telah terjadi penurunan rugi-rugi pada transmisi.
Hasil aliran daya dengan metode Newton Raphson
Perubahan besarnya aliran daya reaktif menghasilkan
sebelum dilakukan optimisasi daya reaktif
penurunan rugi-rugi transmisi mencapai 7083 MW.
menunjukkan rugi-rugi total sistem adalah sebesar
Perubahan besarnya aliran daya reaktif ke masing-
16.657 MW. Pasokan daya dari pembangkit sebesar
masing bus juga memberikan perbaikan tegangan.
1032 MW dan 1724.352 MVAR. Variasi tegangan
Bus-bus yang nilai tegangan pada kondisi awal
pada setiap bus berkisar antara 0.929 sampai dengan
dibawah 0,95 setelah pengiriman daya reaktif
1.002 pu. Terdapat beberapa bus pada sistem
mengalami perbaikan seperti pada tabel 6.
Sumbagsel memiliki tegangan kritis pada batas nilai
tegangan minimal serta tegangan bawah nilai batas
yang ditentukan (under voltage) yaitu kurang dari 0.95
A21-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Losses (MW)
9 Tarahan 0.998 normal
1.5
10 Besai 0.986 normal
11 Batu Tegi 0.986 normal
23 Bukit Kemuning 0.983 normal
1
24 Kotabumi 0.977 normal
25 Tegineneng 0.981 normal
26 Menggala 0.954 normal 0.5
27 Gumawang 0.959 normal
28 Pagelaran 0.983 normal
29 Metro 0.981 normal 0
30 Sribawono 0.991 normal
18_`19
1_15
2_16
3_17
5_18
7_12
8_30
9_33
1_2
11_28
13_15
17_18
21_23
24_26
24_25
25_31
25_29
29_30
31_33
33-35
31 Natar 0.982 normal
32 Teluk Betung 0.979 normal Saluran Antar Bus
33 Sutami 0.993 normal Gambar 6.Rugi-rugi (Losses) daya aktif antar saluran sebelum dan
34 Kalianda 0.994 normal sesudah optimisasi
35 Sukarami 0.985 normal
36 Adijaya 0.968 normal
V. KESIMPULAN
Perbandingan profil tegangan sebelum dan sesudah Setelah melakukan proses optimisasi pengiriman
optimisasi menggunakan GA dapat dilihat pada gambar daya reaktif pada sistem Sumbagsel dengan
5. menggunakan Algortima Genetika (GA) dapat diambil
kesimpulan bahwa optimisasi pengiriman daya reaktif
1.02 dengan metode GA dapat mereduksi rugi-rugi daya
pada saluran transmisi dari 16.657 MW menjadi 8.674
1 MW atau sekitar 52,07%. Dengan berkurangnya
0.98 rugi-rugi pada jaringan transmisi maka profil tegangan
sistem juga mengalami perbaikan sehingga memiliki
0.96
nilai dalam batas-batas yang diijinkan yaitu antara
Tegangan (pu)
A21-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak - Dalam makalah ini diuraikan hasil penelitian Salah satu perlakuan khusus yang dapat dilakukan
tentang sistem pembumian yang dilokalisir dengan cara pada daerah yang memiliki resistivitas yang besar adalah
menyisipkan larutan elektrolit garam di sekitar elektroda dengan penambahan elektrolit garam, karena garam
batang. Dengan metode ini diharapkan kontribusi tanah memiliki kandungan resistivitas yang kecil. Pada sistem
terhadap nilai resistansi pembumian menjadi kecil. Metode pembumian, nilai resistansi disekitar elektroda memiliki
ini didasari dari prinsip bahwa nilai resistansi pembumian
nilai resistansi terbesar dibandingkan daerah yang lebih
didominasi oleh media tanah yang terdekat dengan
elektroda batang (rod) dan lapisan tanah yang semakin jauh, maka diperlukan sebuah perlakuan khusus untuk
jauh dari elektroda tersebut pengaruhnya semakin kecil memperkecil nilai resistansi tersebut. Salah satu
terhadap penambahan nilai total resistansi pembumian. perlakuan khusus yang dapat dilakukan adalah dengan
Ada tiga jenis garam (NaCl, MgSO4, CaCl2) dengan menyisipkan larutan elektrolit garam di sekitar elektroda.
konsentrasi yang berbeda-beda akan diterapkan dalam Dalam penelitian ini beberapa jenis larutan garam dengan
penelitian ini. Larutan garam ditempatkan dalam suatu konsentrasi yang berbeda-beda diujicobakan pada
bak metal berbentuk silindris yang menyatatu dengan elektroda batang (rod).
tanah dan elektroda batang dicelupkan ke dalam larutan Penyisipan larutan garam di sekitar elektroda batang
tersebut. Bak metal yang digunakan berdiameter 50 cm dan didasari pada kenyataan bahwa elektroda tanah yang
tingginya 90 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
metode ini berhasil menurunkan nilai resistansi
terbentuk bersifat lokal, karena nilai resistansi
pembumian secara signifikan. Pada konsentrasi larutan pembumian hanya terkonsentrasi dalam radius efektif
garam NaCl dan CaCl2 sebesar 100% mampu tertentu. Sementara itu lapisan tanah yang paling dekat
menghasilkan penurunan nilai resistansi pembumian tidak dengan elektroda batang justru mendominas nilai
kurang dari 50%, sedangkan untuk garam MgSO4 dengan resistansi pembumian. Atas dasar teori ini maka dapat
konsentrasi yang sama menghasilkan penurunan nilai dirumuskan hipotesis bahwa nilai resistansi pembumian
resistansi pembumian tidak lebih dari 25%. Diantara suatu elektroda dapat diturunkan secara signifikan
ketiga jenis garam tersebut yang menghasilkan penurunan dengan menyisipkan larutan elektrolit garam di sekitar
terbesar adalah garam kalsium klorida (CaCl2). elektroda batang sehingga memperkecil pengaruh tanah.
Karena itu sistem pembumian seperti ini selanjutnya
Kata Kunci : resistansi pembumian, elektrolit garam, dinamakan sistem pembumian yang dilokalisir (localized
elektroda batang, localized grounding system grounding system).
I. PENDAHULUAN II. DASAR TEORI
Sistem pembumian merupakan bagian penting dalam
A. Resistansi dan Resistivitas Tanah
suatu sistem proteksi. Sistem pembumian digunakan
sebagai jalur pelepasan arus gangguan ke tanah. Dalam Resistansi pembumian terdiri dari resistansi
sistem pembumian, semakin kecil nilai resistansi elektroda batang, resistansi kontak, dan resistansi lapisan
pembumian maka kemampuan mengalirkan arus ke tanah tanah. Namun karena resistansi batang elektroda dan
semakin besar sehingga arus gangguan tidak merusak resistansi kontak sangat kecil dan dapat diabaikan, maka
peralatan, ini berarti semakin baik sistem pembumian praktis nilai resistansi pembumian didominasi oleh
tersebut. resistansi lapisan-lapisan tanah yang konsentris dengan
Pada lokasi kritis dimana nilai resistivitas tanah bentuk elektroda yang ditanam[2.
besar sangat sulit untuk memperoleh nilai resistansi Karena nilai resistansi berbanding lurus dengan
pembumian yang kecil, maka diperlukan beberapa resistivitas dan panjang material dan berbanding terbalik
perlakuan khusus untuk mendapatkan nilai resistansi dengan luasan, maka lapisan tanah yang terdekat dengan
yang kecil. Beberapa perlakuan khusus untuk elektroda batang akan mendominasi nilai resistansi
memperkecil nilai resistansi pembumian dapat dilakukan pembumian total, sedangkan lapisan tanah yang semakin
dengan cara (1) penambahan elektroda, (2) penambahan jauh dari elektroda batang pengaruhnya akan semakin
bahan-bahan kimia pada tanah di sekitar elektroda[1]. kecil. Lapisan-lapisan elektroda tanah yang dibentuk oleh
A22-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
elektroda batang dengan tebal yang sama diperlihatkan B. Pengaruh Ketidak Seragaman Lapisan Tanah
pada Gambar 1. Terhadap Nilai Resistansi Pembumian
Untuk memperkecil nilai resistansi pembumian
dapat dilakukan dengan menyisipkan media tertentu di
sekitar elektroda batang dengan resistivitas yang lebih
kecil dari elektroda tanah. Penambahan atau penyisipan
suatu larutan garam dengan konsentrasi tertentu dapat
disisipkan untuk memberikan lingkungan yang baik
dalam memperkecil nilai resistansi pembumian. Dengan
penyisipan ini, maka terdapat dua media di sekitar
elektroda batang, yaitu larutan elektrolit dan tanah.
Resistivitas larutan elektrolit harus dibuat jauh lebih kecil
dari resistivitas tanah dan disisipkan mengganti lapisan-
lapisan tanah yang terdekat dengan elektroda batang.
Gambar 1. Lapisan elektroda tanah dengan elektroda batang Jarak radial penyisipan dapat diatur sesuai dengan
keinginan. Cara penyisipan larutan elektrolit garam
Resistansi setiap lapisan elektroda tanah dapat ditunjukkan pada Gambar 3.
dihitung menggunakan persamaan,
r2 r1
rl (1)
Ri = l1 l2
Ai
dimana Ri adalah resistansi lapisan ke-i, Ai luas rata rata
elektroda tanah pada lapisan ke-i, r resistivitas tanah h
yang homogen, dan l adalah tebal setiap lapisan elektroda
tanah yang sama. Resistansi pembumian Re dari r1 r2
(2)
4000
3000
2000
1000
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Konsentrasi (%)
A22-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel II. Pengaruh konsentrasi larutan MgSO4 terhadap esistansi perhitungan resistansi setiap lapisan dan resistansi
pembumian elektroda batang
pembumian, titik kejenuhan dan jari-jari efektif sistem
Nilai Resistansi Penurunan Persentase pembumian batang dengan penyisipan elektrolit garam
Konsentr Elektroda Batang () Nilai Penurunan (setelah pengkondisian). Untuk konsentrasi 10% pada
asi Sebelum Setelah Resistansi Nilai setiap jenis garam, karakteristik yang menggambarkan
(%) Pengkon Pengkon Resistansi hubungan antara resistansi pembumian dan jarak radial r
disian disian () (%) ditunjukkan pada Gambar 7 - 9.
10 24 22 2 8.33
Resistansi
20 24 21,6 2.4 10.00 ()
30 24 21,2 2.8 11.67 18
16
40 24 20,5 3.5 14.58
14
50 24 19,8 4.2 17.42 12
60 24 19,2 4.8 19.83 10
8
70 24 18,9 5.1 21.20
6
80 24 18,6 5.4 22.53 4
90 24 18,2 5.8 24.17 2
0
100 24 18 6.0 24.94
0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000
10
Tabel III. Pengaruh konsentrasi larutan CaCl2 terhadap resistansi
pembumian elektroda batang 5
Nilai Resistansi Penuruna Persentase
0
Konsentr Elektroda Batang () n Nilai Penurunan
Resistansi 0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000
asi Sebelum Setelah Nilai
(%) Pengkon Pengkon Resistansi Jari - Jari (cm)
disian disian () (%)
Gambar 8. Grafik resistansi pembumian terhadap jarak radial untuk
10 24 15.2 8.8 36.67 elektrolit garam MgSO4 dengan konsentrasi 10%.
20 24 14.7 9.3 38.75
30 24 14.1 9.9 41.25 Resistansi
()
40 24 13.2 10.8 45.00
16
50 24 12.8 11.2 46.80 14
60 24 12.5 11.5 47.79 12
10
70 24 12.2 11.8 49.11
8
80 24 12.0 12.0 49.80 6
90 24 11.8 12.2 51.01 4
2
100 24 11.7 12.3 51.42
0
0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000
C. Pengaruh penyisipan elektrolit garam pada bentuk Jari - Jari (cm)
grafik hubungan R dan jarak radial
Gambar 4.4 Grafik resistansi pembumian terhadap jarak radial untuk
Dengan menggunakan data resistivitas elektrolit elektrolit garam MgSO4 dengan konsentrasi 10%.
garam dari hasil pengukuran dapat dihitung nilai
resistansi pembumian dengan menggunakan model
A22-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Dari Gambar 7 9 dapat diamati bahwa, penyisipan penyisipan elektrolit garam dapat ditingkatkan
elektrolit garam menghasilkan pembelokan pada grafik dengan cara memperbesar jari-jari elektrolit garam
resistansi pembumian dan pembelokan ini menghasilkan yang disisipkan (tidak lebih dari jari-jari efektif yang
penurunan nilai resistansi pembumian. Penurunan ini kurang lebih sebesar 150 cm). Penambahan
dapat diperbesar dengan cara memperbesar jari-jari kedalaman elektrolit garam juga akan memperkecil
elektrolit garam yang disisipkan dan atau memperdalam nilai resistansi pembumian.
elektrolit garam yang disisipkan. Jari-jari efektif
elektroda pembumian dapat dijadikan patokan atau batas
maksimum untuk menentukan jari-jari elektrolit garam DAFTAR PUSTAKA
yang disisipkan. Dari Gambar 4.2 4.4 jari-jari efektif
dari elektroda pembumian 150 cm. [1] Arifin, Asep J.N. 2005. Larutan Elektrolit dan Non
Metode pembumian lokal memberikan beberapa Elektrolit. Modul tidak dipublikasikan.
keuntungan, yaitu kemudahan dalam pengecekan dan Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah
pengontrolan konsentrasi elektrolit garam dan elektroda Yogyakarta.
batang yang dapat dilakukan setiap saat. Penggantian [2] Anonim. 1986. IEEE Buff Book: Recommended
larutan garam maupun batang elektroda mudah Practice For Protection and Coordination of
dilakukan. Industrial and Commercial Power System ANSI.
New York: Institute of Electrical and Electronics
V. KESIMPULAN DAN SARAN Engineers, Inc.
Dari hasil penelitian dengan metode Local [3] Hutauruk, T.S. 1991. Pembumian Netral Sistem
grounding system dapat diambil beberapa kesimpulan Tenaga dan Pembumian Peralatan. Jakarta:
sebagai berikut : Erlangga.
1. Nilai resistansi pembumian bersifat lokal, oleh [4] Kusumah, Frishal A. 2011. Pengaruh Larutan
karena itu metode pembumian lokal dengan media Garam Terhadap Resistansi Pembumian
elektrolit garam efektif dalam menurunkan nilai Elektroda Batang. Penelitian tidak dipublikasikan.
resistansi pembumian. Malang: Teknik Elektro Universitas Brawijaya.
2. Pada konsentrasi 100%, jenis garam kalsium klorida [5] Tagg, G.F. 1964. Earth Resistance. London: The
(CaCl2) dan natrium klorida (NaCl) menghasilkan Whitefriars Press Ltd.
penurunan paling efektif karena mampu menurunkan [6]Ugiantara, Made B. 2010. Pengaruh Penggunaan
nilai resistansi pembumian kurang dari 50%, Semen Konduktif Terhadap Resistansi Pembumian
sedangkan untuk garam magnesium sulfat (MgSO4) Elektroda batang. Penelitian tidak dipublikasikan.
kurang efektif karena menghasilkan penurunan Malang: Teknik Elektro Universitas Brawijaya.
kurang dari 25%. [7] Yanuarianto, Yudistiro. 2008. Pemanfaatan Arang
3. Penyisipan elektrolit garam dapat merubah bentuk Kayu Sebagai Media Pembumian Elektroda Jenis
(membelokkan) grafik resistansi mengakibatkan Batang. Penelitian tidak dipublikasikan. Malang:
penurunan nilai resistansi pembumian. Pengaruh Teknik Elektro Universitas Brawijaya.
A22-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A23-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
dapat memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan B. Persamaan Eqivalen Input Output Pembangkit
pembangkitan tenaga listrik untuk mengoptimalkan Termal
penjadwalan pembangkit termal untuk memperoleh Apabila pada pusat pembangkit memiliki lebih dari satu
efisiensi biaya bahan bakar dengan tetap terpenuhinya unit pembangkit, maka persamaan fungsi biaya eqivalen
kebutuhan beban dari sistem. dari n buah pembangkit adalah:
(2.1)
II. PEMBANGKITAN EKONOMIS PEMBANGKIT TERMAL dengan
Karakteristik pembangkit merupakan modal dasar Fi : biaya bahan bakar pembangkit termal ke- i
dalam melakukan pengaturan daya keluaran pembangkit, Rp/jam)
untuk menekan biaya bahan bakar. Melalui karakteristik Pi : output pembangkit termal ke- i (MW)
pembangkit dibuat model matematisnya, sehingga dapat ai ,bi,ci : konstanta input-output pembangkit termal
dilakukan proses optimasi dalam memperoleh optimum ke- i .
ekonomi biaya pembangkitan. Output listrik dari sistem
i : indeks pembangkit ke i (i = 1,2,3,...n)
pembangkit termal selain disalurkan melalui jaringan
Turunan biaya bahan bakar terhadap daya nyata dari
transmisi juga digunakan pada sistem tenaga bantu
persamaan (2.1) adalah seperti pada persamaan berikut:
(auxiliary power system) pada pusat pembangkit.
Penjadwalan pembangkit adalah menentukan (2.2)
pembangkit mana yang akan dihidupkan dari sejumlah Untuk menentukan total biaya produksi pada n unit
pembangkit yang akan dioperasikan untuk mensuplai pembangkit adalah sebagai berikut:
beban pada periode tertentu dengan biaya operasi yang
paling ekonomis. Permasalahan biaya operasi yang (2.3)
ekonomis berkaitan dengan masalah economic dispatch dengan:
yaitu pembagian pembebanan pada setiap unit FT : total biaya pembangkit ke - i
pembangkit sehingga akan diperoleh kombinasi unit Fi(Pi) : fungsi biaya pembangkit ke - i
yang dapat memenuhi kebutuhan beban harian dengan N : banyaknya pembangkit
biaya yang ekonomis atau dengan kata lain dapat i : indeks pembangkit ke-i
memenuhi batasan equality dan inequality (i = 1,2,3,.....n)
constrains.Untuk tujuan penjadwalan pembebanan C. Batas Pembebanan Ekonomis Pembangkit Termal
pernbangkit maka dinyatakan dalam sebuah persamaan, Banyaknya kendala yang dijumpai pada persoalan
yang lebih dikenal sebagai persamaan eqivalen Unit Commitment dapat merubah penjadwalan
input-output pembangkit. pembangkit yang ada. Diantara kendala tersebut seperti:
A. Karakteristik Input Output Pembangkit Termal 1. Batas kesetimbangan Daya aktif (equality
constrains).
Karakteristik pembangkit termal adalah Batas keseimbangan daya (equality constrains)
karakteristik menyetarakan hubungan antara input yaitu daya keluaran membangkit harus sama
pembangkit, sebagai fungsi dari output pembangkit dengan kebutuhan beban sistem. Persamaan dari
dapat dinyatakan sebagai berikut: kesetimbangn daya adalah:
1. Input dari pembangkit dinyatakan dalam : (2.4)
H = Mbtu/jam (energi panas yang dibutuhkan) dengan:
F = R/jam (total biaya bahan bakar) PD : Total kebutuhan beban dari sistem (MW)
2 Output dari pembangkit dinyatakan dalam : Pi : keluaran daya pembangkit ke i (MW)
P = MW (daya). 2. Batas daya maximum dan minimum unit
pembangkit (inequality constrains).
Inequality constrain yaitu batas daya keluaran yang
dimiliki oleh unit pembangkit berupa daya
maximum dan minimum untuk memenuhi
kebutuhan beban sistem.
Pimin Pi Pimax (2.5)
Dengan
Pimin, Pimax : daya output maximum dan minimum
pembangkit ke i
Gambar 1 Kurva karakteristik input-output unit pembangkit termal III. METODE YANG DIGUNAKAN
Adapun metode yang akan digunakan dalam
Pada gambar 1 menunjukkan karakteristik input-output penelitian ini adalah metode Langrange dan metode
unit pembangkit tenaga uap adalah tidak linier antara Improved Particle Swarm Optimization
input dengan output. Suatu unit pembangkit beroperasi
dengan beban yang selalu berubah-ubah, perubahan ini
A. METODE LAGRANGE
akan dicatat pada tiap periodenya. Dari hasil pencatatan,
akan diperoleh karakteristik input-outputnya Salah satu metode konvensional yang umum
digunakan untuk optimasi biaya (economi dispatch).
A23-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Perhitungan dengan menggunakan metode Langrange PSO standar. Particle Swarm Optimization (PSO)
terbagi atas dua yaitu dengan mengabaikan rugi-rugi pertama kali diperkenalkan oleh Kennedy dan Eberhart
saluran dan dengan memperhitungkan rugi-rugi saluran. pada tahun 1995, proses algoritmanya terinspirasi oleh
Pada metode Langrange dengan mengabaikan rugi-rugi perilaku sosial dari sekumpulan burung dalam suatu
saluran maka akurasi perhitungan economic dispatch swarm. Particle Swarm Optimization (PSO) adalah salah
akan berkurang. Rugi-rugi saluran merupakan satu dari teknik komputasi. Evolusioner berdasarkan
kehilangan daya yang ditanggung oleh pembangkit, pada penelusuran algoritma yang diawali dengan suatu
sehingga rugi-rugi menjadi tambahan beban bagi sistem populasi yang random yang disebut dengan particle.
tenaga. Dengan mengabaikan rugi-rugi sistem dapat Berbeda dengan teknik komputasi evolusioner lainnya,
digambarkan seperti pada gambar 2.1 setiap particle di dalam PSO juga berhubungan dengan
suatu velocity. Particle - particle tersebut bergerak
F1 P1 melalui penelusuran ruang dengan velocity yang dinamis
disesuaikan menurut perilaku historisnya. Oleh karena
itu, particle-particle mempunyai kecenderungan untuk
PD
P2 bergerak ke area penelusuran yang lebih baik setelah
F2
.
.
melewati proses penelusuran. Pada algoritma PSO, nilai
. .
. .
velocity di-update untuk masing-masing particle
kemudian menjumlahkan nilai tersebut. Update nilai
FN PN velocity dipengaruhi oleh kedua solusi yaitu global best
Gambar 2 Sistem dengan n-buah pembangkit tanpa rugi-rugi yang berhubungan dengan biaya yang paling rendah
Input sistem pada gambar 2 dengan biaya total bahan yang pernah diperoleh dari suatu particle dan solusi
bakar FT, seperti pada persamaan (2.3). Dari persamaan local best yang berhubungan dengan biaya yang paling
tersebut menunjukkan bahwa input (bahan bakar) rendah pada populasi awal. Jika solusi local best
merupakan fungsi objektif yang akan dioptimisasi, dan mempunyai suatu biaya yang kurang dari biaya solusi
beban sistem adalah PD. Karena mengabaikan rugi-rugi global yang ada, maka solusi local best menggantikan
maka jumlah output dari setiap pembangkit digunakan solusi global best. Pada PSO standar kecepatan particle
untuk melayani PD, sehingga : di update terlalu cepat dan nilai minimum fungsi tujuan
yang dicari sering terlewati. Sehingga perlu dilakukan
(2.6) modifikasi atau perbaikan terhadap PSO standar, salah
Persamaan Langrangenya: satunya dengan menambahkan suatu term inersia untuk
mengurangi kecepatan pada formula update kecepatan
(2.7) [5]. Biasanya nilai dibuat sedemikian rupa sehingga
Kondisi optimum dapat dicapai bila increamental fuel semakin besar iterasi yang dilalui, semakin mengecil
cost setiap pembangkit adalah sama. Untuk itu kecepatan particle. Nilai ini bervariasi secara linier
diperlukan kondisi yang harus ditambahkan pada dalam rentang 0.9 hingga 0.4
persamaan constraint dengan jumlah daya output harus Beberapa istilah umum yang biasa digunakan dalam
sama dengan jumlah daya yang diperlukan oleh beban. optimisasi Particle Swarm sebagai berikut :
Ada dua pertidaksamaan yang harus dipenuhi untuk tiap 1. Swarm : populasi dari suatu algoritma.
unit. Daya output dari tiap unit harus lebih besar dari 2. Particle: anggota (individu) pada suatu swarm.
atau sama dengan daya minimum yang dibolehkan dan Setiap particle merepresentasikan suatu solusi yang
kurang dari atau sama dengan daya maksimum unit potensial pada permasalahan yang diselesaikan.
pembangkit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Posisi dari suatu particle ditentukan oleh
persamaan berikut: representasi solusi saat itu.
N persamaan 3. Pbest (personal best): posisi suatu particle untuk
mendapatkan suatu solusi yang terbaik.
2Npertidaksamaan
4. Gbest (global best) : posisi terbaik particle pada
1 constrains swarm(populasi).
Dimana i adalah indeks pembangkit ke i. Jika hasil Pi 5. Velocity (kecepatan): suatu nilai vektor yang
yang diperoleh ada yang keluar dari batasan P min dan P menggerakkan proses optimisasi yang menentukan
max nya , maka batasan ketidaksamaan di atas dapat arah di mana suatu particle diperlukan untuk
diperluas menjadi: berpindah untuk memperbaiki posisinya semula.
Fi untuk Pi ,min < Pi < Pi ,max 6. Inertia Weight : inertia weight di simbolkan ,
=l
Pi
parameter ini digunakan untuk mengontrol
Fi
l
untuk dampak dari adanya velocity yang diberikan oleh
Pi (2.8)
suatu particle.
Fi
l
untuk Pi < Pi ,min Adapun persamaan IPSO dengan menggunakan
Pi Inertia Weigth Aproach (IWA):
(2.9)
B. METODE IMPROVED PARTICLE SWRAM OPTIMIZATION dengan ;
Teknik Improved Particle Swarm Optimization : Velocity individu i pada iterasi k
merupakan modifikasi dari persamaan dasar algoritma
A23-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
: parameter weight
Kombinasi Pembangkit
: koefisien akselerasi 2n - 1
harus ditentukan terlebih dahulu. Untuk nilai wmax= 0.9 Memilih Pbest dan Gbest
(2.10)
Update Posisi
dengan: Xk+1
(0,9 0,4) ya
Selesai
Particle berpindah dari posisi awal ke posisi berikutnya
dengan memodifikasi posisi individu menggunakan Gambar 3 Diagram alir algoritma IPSO
modifikasi velocity pada persamaan (2.9). Persamaan
IV. HASIL DAN ANALISIS
update posisi individu dinyatakan pada pers (2.11) .
Penyelesaian masalah Penjadwalan pembangkit
(2.11) dengan menggunakan IPSO, yaitu dengan
Didalam IPSO konsep optimasi didasarkan pada chaotic meminimalkan biaya bahan bakar diaplikasikan pada
sequences yang menjadi suatu alternatif yang baik untuk dua contoh dengan menggunakan algoritma yang
menyediakan keanekaragaman di dalam populasi dari diusulkan yaitu simulasi pertama menggunakan data
algoritma IPSO. Dalam penelitian ini, digunakan teknik standart IEEE 6 bus, sedangkan untuk simulasi kedua
chaotic sequences dengan menggabungkan constriction dengan menggunakan enam unit pembangkit termal pada
factor untuk memperbaiki kemampuan penelusuran sistem 500kV Jawa Bali pada saat beban puncak pada
global. Persamaannya sebagai berikut: tanggal 17 Maret 2009 pada jam 19.30 WIB [2]. Dan
(2.12) untuk membandingkan keakuratan hasil maka
Persamaan (2.12) adalah deterministik, menunjukkan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode
chaotic dinamik ketika = 4.0 dan f0 Langrange. Data yang dipakai adalah persamaan
{0,0.25,0.50,0.75,1.0}. karakteristik dari input-output pembangkit, nilai
Sehingga parameter enertia weight menjadi: maksimum dan minimum dari generator dan biaya bahan
(2.13) bakar.
Berikut adalah diagram alir implementasi IPSO dalam
penjdwalan pembangkit yang digunakan. A. Data IEEE 6 Bus
Data IEEE 6 bus dengan 3 unit pembangkit.
Dengan asumsi pembangkitnya adalah pembangkit
termal [17]. Data fungsi biaya pembangkit adalah:
Unit 1 : H1 = 176,95 + 13,514 P1 + 0,0004 P12Mbtu/h
100 P1 220 MW
Unit 2 : H2 = 129,97 + 32,63P2 + 0,001P22, Mbtu/h
10 P2 100 MW
Unit 3 : H3 = 137,41+ 17,69P3 + 0,0052P32, Mbtu/h
10 P3 20 MW
Biaya bahan bakar :
F1=1 R/Mbtu; F2=1 R/Mbtu; F3=1 R/Mbtu
A23-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A23-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
BIOGRAFI PENULIS
A23-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
proses penyaluran energi listrik berjalan lancar. Untuk Transformator adalah suatu peralatan tenaga listrik
menjaga keandalan dari transformator perlu dilakukan yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik
suatu pengujian untuk mengetahui keadaan dari dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya.
transformer tersebut, salah satunya adalah dengan Transformator terdiri beberapa bagian seperti pada
pengujian isolator yaitu berupa pengujian isolator padat gambar 1.
maupun pengujian isolator minyak. Pengujian fisik
dilakukan dengan menguji bahan isolasi padat dan
belitan pada transformator, sedangkan pengujian minyak
biasanya dilakukan dengan menguji karakteristik dari
minyak isolator dengan metode pengujian dan analisis
jumlah gas yang terlarut [8] .
Ada beberapa metode yang dilakukan untuk
menganalisis gas terlarut (Dissolved Gas) seperti TDCG
(Total Dissolved Combustible Gas), Rasio Dornenburg,
dan Rasio IEC yang semuanya dilakukan untuk
mendeteksi parameter gas Hydrogen (H2), Nitrogen
(N2), Methane (CH4), Carbon Monoxida (CO), Carbon
Gambar 1. Transformator
Dioxida (CO2), Ethylene (C2H4), Ethane (C2H6), dan Keterangan:
Acethylene (C2H2). Semua gangguan dapat 1. Mounting flange 9. Terminal connection
mengakibatkan kinerja transformator menjadi tidak 2. Tangki transformator 10. Carriage
optimal, dapat mempercepat penurunan kemampuan 3. Core 11. Baut pada core
kerja pada sistem pendingin, umur, dan kualitas kerja 4. Konservator 12. Header
sistem isolasi transformator. Karena itu gas digunakan 5. Sirip Radiator (Fin) 13. Termometer
sebagai salah satu indikator kondisi transformator [9]. 6. Windings 14. Relai Buchholz
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan salah 7. LV Bushing 15. Breather
satu metode klasifikasi yang meniru cara kerja otak
A24-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A24-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Keuntungan uji DGA adalah dapat mendeteksi dini suatu batas ambang, setiap neuron menggunkan fungsi
akan adanya fenomena kegagalan yang ada pada aktivasi yang dikenakan pada jumlah input yang
transformator yang diujikan diterima.
Kelemahan uji DGA adalah diperlukannya tingkat
E. Algoritma Backpropagation.
kemurnian yang tinggi dari sampel minyak yang
diujikan [4]. Metode jaringan saraf tiruan backpropagasi atau yang
juga disebut sebagai propagasi berbalik merupakan
C. Total Dissoved Combustible Gas (TDCG) bagian dari jaringan saraf tiruan yang menggunakan
Standarisasi yang telah ditetapkan IEEE untuk metode pelatihan terbimbing (supervised learning) yang
melakukan analisis berdasarkan jumlah gas terlarut yang memasukkan target keluaran dalam data untuk
mudah terbakar untuk menunjukkan apakah memproses pelatihan dari jarinmgan saraf tiruan tersebut
transformator yang diujikan masih berada pada kondisi didesain untuk operasi pada jaringan saraf tiruan feed
operasi normal, waspada, peringatan atau kondisi gawat / fordward lapis jamak (multi-layer). Jenis jaringan saraf
kritis. Kriteria 4 level kondisi telah dikembangkan untuk tiruan ini banyak diaplikasikan karena pada proses
mengklasifikasikan kondisi transformator. pelatihanya didasarkan pada interkoneksi. Artinya
Untuk menganalisis gas yang terlarut dalam minyak apabila keluaran dari program jaringan saraf tiruan salah
transformator ada beberapa metode yang dilakukan maka penimbang (weight) akan mengoreksi dengan
diantaranya adalah Metode TDCG (Total Dissolved
memberikan nilai yang baru agar kesalahanya dapat
Combustible Gas). TDCG adalah merupakan analisis
direduksi, sehingga didapakan nilai yang mendekati
berdasarkan jumlah gas terlarut yang mudah terbakar
hasil akhir yang diharapkan.
untuk menunjukkan kondisi operasi transformator. Pada
tabel 1 menunjukkan konsentrasi gas untuk Pada metode ini disebut sebagai backpropagasi atau
masing-masing gas dan kondisi TDCG. propagasi terbalik karena saat jaringan saraf tiruan
diberikan nilai input maka nilai tersebut akan diteruskan
Tabel 1. Konsentrasi Gas dan TDCG menuju lapisan tersembunyi (hidden layer) dan
Status H2 CH4 C2H2 C2H4 C2H6 CO TDCG selanjutnya akan diteruskan pada unit lapis keluaran.
K1 < 100 < 120 < 35 < 50 < 65 < 350 <720
Saat hasil dari unit keluaran tidak sama dengan hasil
K2 101 - 700 121-400 36-50 51 - 100 66 - 100 351 - 570
721 - yang diharapkan maka akan terjadi proses
1920
1921
backpropagasi atau data dari unit keluaran tersebut
K3 701-1800 401-1000 51-80 101-200 101-150 571-1400 -
4630 disebarkan mundur untuk menuju lapisan tersembunyi
K4 > 1800 > 1000 > 80 >200 > 150 > 1400
>
4630
dan diteruskan sampai pada unit lapis masukan. Proses
pergerakan maju dan mundur tersebut yang dinamakan
Pada tabel 2 dapat dilihat kriteria level analisis sebagai backpropagasi. Pada jaringan saraf tiruan
berdasarkan jumlah gas terlarut dengan ditunjukkan terdapat dua fase yaitu yang pertama adalah fase
keterangan pada masing-masing kondisi sesuai tingkat pelatihan yang akan mengumpulkan semua data
level TDCG. penimbang yang bersesuaian, dan fase kedua adalah fase
pengujian atau disebut juga sebagai fase testing.
Tabel 2. Kriteria Level TDCG
Level Keterangan TDCG
Kondisi Pada level ini mengindikasikan bahwa operasi transformator memuaskan. Namun
tetap diperlukan pemantauan kondisi gas-gas tersebut. Bila salah satu gas nilainya
1 melebihi batasan level harus diinvestigasi dengan cepat.
Pada level ini menandakan komposisi gas sudah melebihi batas normal dan tingkat
Kondisi TDCG mulai tinggi ada kemungkinan timbul gejala-gejala kegagalan yang harus
2 mulai diwaspadai dan lakukan pencegahan agar gejala tidak berlanjut. Bila salah
satu gas nilainya melebihi batasan level harus diinvestigasi.
Pada level ini mengindikasikan dekomposisi tingkat tinggi dari isolasi kertas dan
Kondisi atau minyak transformator. Sebuah atau berbagai kegagalan mungkin sudah terjadi.
Lakukan pencegahan agar gangguan tidak berlanjut. Lakukan investigasi lebih
3 cermat untuk tiap combustible gas. Pada kondisi ini transformator sudah harus
diwaspadai dan perlu perawatan lebih lanjut.
Pada level ini mengindikasikan pemburukan yang sangat tinggi dan adanya
Kondisi dekomposisi / kerusakan pada isolator kertas dan atau minyak transformator sudah
4 meluas. Melanjutkan operasi transformator dapat mengarah pada kerusakan
transformator. Segera lakukan tindakan perbaikan.
A24-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 4. Algoritma 6 6 1.
A24-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
[7] Lin, C.E. ; J.M Ling, dan C.L. Huang. 1993. An Expert
System for Transformator Fault Diagnosis Using Dissolved Gas
Analysis, IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 8, No. 1.
REFERENSI [8] Myers, S.D; Kelly, J.J. dan Parrish, R.H, 1981. A Gulde to
Transformer Maintenance, Transformer Maintenance Institut of
S.D. Myers. Inc. Akron, Ohio.
[1] IEEE Standar C57.104-1991. Guide for interpretation of [9] Nugraha, F. 2009. Monitoring Dissolved Gas Analysis
Gases Generate in Oil Immersed Transformer. (DGA) Dalam Rangka Menjaga Keandalan Operasional
[2] Jek Siang, Jong, 2005. Jaringan Syaraf Tiruan & Transformator. PLN Litbang Bidang Pembangkitan.
Pemrogramannya. Penerbit Andi. [10] R.R. Rogers, 1978. IEEE and IEC to Interpret Incipient
[3] John J. Winders, Jr, 2002. Power Transformer. Marcel Faults in Transformers, Using Gas in Oil Analysis, IEEE Trans.
Dekker, Inc. Electr. Insul, Vol EI-13 No.5.
[4] Joseph J, Kelly. 1980. Transformer Fault Diagnosis by [11] Syahrani.A ; dan Mulia.M, 1992. Kromatografi Gas Teori
Dissolved-Gas Analysis. IEEE Transactions on Industry Dasar, Instrumentasi dan Aplikasi. Mecphiso Grafika. Surabaya.
Applications, Vol. 1A-16, No.6. [12] SPLN 491: 1982. Minyak Isolasi Bagian 1: Pedoman
[5] Kusrini , 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Andi Penerapan Spesifikasi dan Pemeliharaan Minyak Isolasi.
Offset. Yogyakarta. [13] PT. PLN (Persero) P3B, 2003. Panduan Pemeliharaan Trafo
[6] Kusuma, D. 2003. Artificial intelegence (Teknik dan Tenaga. PLN Litbang Bidang Pembangkit.
Aplikasinya). Graha Ilmu Yogyakarta.
A24-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
I. PENDAHULUAN
Perangkat elektronik semakin berkembang
mulai awal berupa komponen diskrit sampai berupa
komponen terpadu (Integrated
Integrated Circuit (IC)). Dalam
pengunaannya kehandalan menjadi sangat perioritas
sebagai pilihan perangkat
gkat elektronik yang dirancang Gambar 1. Definisi Delay dalam Gerbang Digital (Rabaey, 2002)
untuk bekerja secara digital. Sistem
istem digital hanya akan Propagation delay diukur antara dua titik pada
bekerja pada dua kondisi yaitu kondisi yang di gelombang masukan dan keluaran seperti ditunjukan
logikakan sebagai 1 dan sebagai logika 0 dengan dalam Gambar 1. Propagation delay ketika transisi
batas tegangan (VIL, VOL, VOH, VIH) yang terkadang keluaran dari logika LOW ke k HIGH dinamakan
berbeda antara satuu jenis IC dengan yang lain. Hal ini tPLH, sedangkan transisi keluaran logika HIGH ke
dimaksudkan untuk mengatasi masalah pada lingkungan LOW dinamakan tPHL.
kerja yang berbeda namun tetap memiliki pemikiran
dasar yang sama yaitu logika 1 atau logika 0. 0
B1-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
#
Rata-rata antara tPHL dan tPLH dinamakan tpd
B1-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
menjadi permasalahan hanya jika tegangan naik di atas Tabel 1. Parameter Desain Transistor CMOS
Simbol NMOS PMOS Keterangan
nilai VIL. Mobilitas rata-rata electron dalam
e / n 580 x cm2 /V.s -
Secara umum suatu gerbang logika dikatakan saluran antara drain dan source
Mobilitas rata-rata hole dalam saluran
memiliki noise margin tinggi bila memiliki NML dan h / p - 230 x cm2 /V.s
antara drain dan source
NMH yang besar. VT 1V -1V Tegangan ambang pada PMOS dan NMOS
B1-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
6 0,24
24 ?@
0 3 0 4 96=8 95 95 8
7 0,12
12 ?@ Dari hasil simulasi di dapat bahwa nilai
2,16 ?@ parameter VTC tanpa kaskade dan dengan penambahan
0,12 ?@
kaskade memiliki nilai parameter yang sama, dengan
parameter VOH, VIH, VOL, VIL NMH dan NML walaupun
Secara lengkap perbandingan W dan L gerbang
dilakukan perubahan kombinasi nilai kapasitor.
dasar maupun kaskadenya AOI CMOS kaskade
Parameter AOI pada simulasi VTC tersebut ditunjukan
ditu
ditunjukkan dalam Tabel 2.
dalam Gambar 8.
Tabel 2. Perbandingan W dan L AOI
OI CMOS kaskade Inverter
No Transistor W(m) L(m) No Transistor W(m) L(m)
1 M1 0,24 0,12 11 M11 0,24 0,12
2 M2 0,24 0,12 12 M12 0,6 0,12
3 M3 0,6 0,12 13 M13 0,24 0,12
4 M4 0,6 0,12 14 M14 0,6 0,12
5 M5 0,24 0,12 15 M15 0,24 0,12
6 M6 0,6 0,12 16 M16 0,6 0,12
7 M7 0,24 0,12 17 M17 0,72 0,12
8 M8 0,24 0,12 18 M18 0,72 0,12
9 M9 0,6 0,12 19 M19 2,16 0,12
10 M10 0,6 0,12 20 M20 2,16 0,12
Gambar 8.. Parameter AOI pada Simulasi VTC
3 3 F 3 F
'
/ /
96 GH
2. 2.96 GH 192 GH
192
2. 2.96
96 GH 192 GH
B1-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B1-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[1] De Massa, Thomas A. Ciccone, Zack. 1996. Digital
Integrated Circuits. Canada: John Wiley & Sons.
[2] Geiger, Randall L.; Allen, P. E., dan Noel, R. S. 1990. VLSI
Design Techniques for Analog and Digital Circuits. New
York: McGraw-Hill, Inc.
[3] http://amutiara.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/153/IC
FAB.ppt.Akses tanggal 1 Nopember 2010
Gambar 11. Stick Diagram AOI CMOS kaskade [4] http://www.differencebetween.net/technology Akses tanggal
27juni 2011
[5] http://djuneardy.blogdetik.com/index.php/2009/09/11/apa-
M. Layout AOI CMOS Kaskade itu-cmos-complementary-
metal%e2%80%93oxide%e2%80%93 semiconductor/. Akses
Penggambaran layout tanpa pad i/o dilakukan tanggal 12 Juni 2010
dengan menggunakan default process Microwind (0.12 [6] http://www.interfacebus.com/Design_Logic_Family_Selectio
m CMOS Process) dengan = 0.12 m/2 = 0.06 m. n.html Akses tanggal 27juni 2011
Layout digambarkan dalam bentuk gerbang AOI CMOS [7] http://javenne.files.wordpress.com/2010/01/rangkaian-logika-
digital.ppt. Akses tanggal 10 Mei 2010
kaskade dengan W dan L gerbang dasar serta [8] http://www.labdasar.ee.itb.ac.id/lab/EL2195/0809/modul1.pd
kaskadenya. f.makna.VOLTAGE.TRANSFER.CHARACTERISTIC.
Layout IC AOI CMOS kaskade dengan pad i/o Akses tanggal 24 Mei 2010
ditunjukkan dalam Gambar 12. [9] Jacob, R. Baker, 2005, CMOS Circuit, Layout and
Simulation, 2nd Edition, IEEE Press Strories on
Microelectronic System, United States of America.
[10] Jaeger, R. C. 1997. Microelectronic Circuit Design. New
York: McGraw-Hill, Inc.
[11] Julius. M.St. 2009. Teknologi Rangkaian Terpadu.
Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Elektro, Malang
[12] Kang, S. M., Leblebici, Yusuf. 1999. CMOS Digital
Integrated Circuit. New York: McGraw-Hill, Inc.
[13] Tibyani, Darmawansyah, 2000. Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik:
Analisis dan Perancangan Integrated Circuit (IC) NAND
Berteknologi HCMOS (High Speed Complementary Metal
Oxide Silicon). FT. UNIBRAW., Malang.
[14] Tocci, R.J., 1991, Digital System : Principles and
Gambar 12. Layout IC AOI CMOS Kaskade dengan Pad i/o Application, fifth edition, Prentice-Hall International
Editions, ISBN : 0-13-213240-0
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Asep Megah Triyono Hadi, Bandung, 18 Mei 1966 Tahun 1992
Studi jejang sarjana (S1) Teknik Elektro Program Studi Sistem
Perancangan, perhitungan, dan simulasi IC AOI Tenaga di ITS Surabaya lulus tahun 1996, Magister teknik elektro di
CMOS kaskade memberikan beberapa kesimpulan dan UNIBRAW lulus tahun 2011. Bekerja di Politeknik Negeri Samarinda
saran yang bisa dikembangkan lebih lanjut. sejak tahun 1987 sampai dengan sekarang.
B1-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B2-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
1. Filter Digital . d
Berfungsi untuk menghasilkan pemrosesan = 2 k X k
sinyal yang diinginkan dW (2.3)
2. Algoritma Adaptif. Estimasi gradien dengan metode LMS sangat
Berfungsi untuk mengatur koefisien filter sederhana. Hanya dengan menggunakan error dan
tersebut. masukan saat ini maka kita dapat memperoleh
gradien(kemiringan) yang digunakan untuk
menyesuaikan bobot-bobot pada sistem adaptif.
Dengan algoritma stepest descent(mencari nilai
minima), bobot berikutnya menjadi :
d
Wk +1 = Wk
dW
Gambar 1. Diagram Blok Filter Adaptif
Sumber : Widrow, B,. Stearns, D, S,. Adaptive Signal Processing, Wk +1 = Wk + 2 k X k (2.4)
Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1985 hal 9
B2-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
adaptasi filter adaptip terilihat pada Gambar 4. selanjutnya. Berikut adalah diagram alir dari proses
identifikasi:
SELEASI
B2-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
digital
Dengan algoritma FFT, sinyal dalam kawasan waktu
dapat dirubah menjadi sinyal dalam kawasan waktu.
FIR dengan orde 50 berarti jika dikerjakan dengan
Gambar 8. Bentuk rekaman suara brawijaya komputasi DFT memiliki kompleksitas komputasi
N 2 = 502
Setelah melewati filter digital LPF dengan N = 50
= 2500
Fpass=1000, Fstop 1030 dan Fcutoff 1000,9
sedangkan FFT memiliki kompleksitas Np / 2 dengan
p = 2 log N ,
sehingga
p = 2log50
= .
Gambar 9. Suara yang telah difilter Kompleksitas komputasi FFT
Np/2 = (50* )/2
Dari data diatas dapat kita analisis dengan FDA tool =
pada Matlab Toolbox, sehingga bentuk filter digital Dengan komputasi FFT sebesar
adalah maka sinyal suara pada gambar
49 19 dapat dirubah menjadi sinyal dalam kawasan
Y(n) = h(k) . X(n - k) frekuensi seperti terlihat pada Gambar 10
k =0
Y(n)=0.0080172258229808929*X(n-1) - 0.0013668965948517061*X(n-2) -
0.010777756211938095*X(n-3) - 0.01429279001475217*X(n-4) -
0.0090998504977343013*X(n-5) + 0.0024412028125575524*X(n-6) +
0.013731767243807917*X(n-7) + 0.017586562611686559*X(n-8) +
0.010645337729842799*X(n-9) - 0.0040745231304356137*X(n-10) -
0.018251650634845167*X(n-11) - 0.022732120158008025*X(n-12) -
0.013104761382527755*X(n-13) + 0.0068394594918463935*X(n-14) +
0.02611876992878575*X(n-15) + 0.032069008430246154*X(n-16) +
0.017779214258506818*X(n-17) - 0.012530213734001473*X(n-18) -
0.043500689396355541*X(n-19) - 0.05474478887450767*X(n-20) -
Gambar 10. Hasil FFT dari suara (brawijaya) dalam kawasan
0.030597494888060645*X(n-21) + 0.031143460020696373*X(n-22) + frekuensi
0.1160410476144859*X(n-23) + 0.19748849332169771*X(n-24) +
0.24722263511319925*X(n-25) + 0.24722263511319925*X(n-26) +
0.19748849332169771*X(n-27) + 0.1160410476144859*X(n-28) +
0.031143460020696373*X(n-29) - 0.030597494888060645*X(n-30) - B. Proses Identifikasi
0.05474478887450767*X(n-31) - 0.043500689396355541*X(n-32) -
0.012530213734001473*X(n-33) + 0.017779214258506818*X(n-34) + Setelah proses perekaman dilakukan, langkah
0.032069008430246154*X(n-35) + 0.02611876992878575*X(n-36) +
0.0068394594918463935*X(n-37) - 0.013104761382527755*X(n-38) - berikutnya melakukan proses identifikasi dengan cara
0.022732120158008025*X(n-39)
0.0040745231304356137*X(n-41)
-
+
0.018251650634845167*X(n-40)
0.010645337729842799*X(n-42)
-
+
membandingkan suara yang kita rekam dengan suara
0.017586562611686559*X(n-43) + 0.013731767243807917*X(n-44) + baru. Jika nilai error tidak dimasukan akan terlihat
0.0024412028125575524*X(n-45) - 0.0090998504977343013*X(n-46) -
0.01429279001475217*X(n-47) -0.010777756211938095*X(n-48) - seperti gambar 11.
0.0013668965948517061*X(n-49) + 0.0080172258229808929*X(n-50)
H(Z)=0.0080172258229808929*Z-1 - 0.0013668965948517061*Z-2 -
0.010777756211938095*Z-3 - 0.01429279001475217*Z-4 - Gambar 11. Identifikasi tanpa nilai error
0.0090998504977343013*Z-5 + 0.0024412028125575524*Z-6 +
-7
0.013731767243807917*Z + 0.017586562611686559*Z-8 +
0.010645337729842799*Z-9 - 0.0040745231304356137*Z-10 - Setelah tampil peringatan seperti Gambar 11, maka
0.018251650634845167*Z-11 - 0.022732120158008025*Z-12 -
0.013104761382527755*Z-13 + 0.0068394594918463935*Z-14 +
nilai error harus dimasukan dengan batas antara 0
0.02611876992878575*Z -15
+ 0.032069008430246154*Z-16 + sampai dengan 1. Seperti terlihat dalam Gambar 12
0.017779214258506818*Z-17 - 0.012530213734001473*Z-18 -
0.043500689396355541*Z-19 - 0.05474478887450767*Z-20 - dengan nilai = 0.5 untuk akses yang ditolak.
0.030597494888060645*Z-21 + 0.031143460020696373*Z-22 +
-23
0.1160410476144859*Z + 0.19748849332169771*Z-24 +
0.24722263511319925*Z-25 + 0.24722263511319925*Z-26 +
0.19748849332169771*Z-27 + 0.1160410476144859*Z-28 +
-29
0.031143460020696373*Z - 0.030597494888060645*Z-30 -
-31
0.05474478887450767*Z - 0.043500689396355541*Z-32 -
0.012530213734001473*Z-33 + 0.017779214258506818*Z-34 +
0.032069008430246154*Z-35 + 0.02611876992878575*Z-36 +
-37
0.0068394594918463935*Z - 0.013104761382527755*Z-38 -
-39
0.022732120158008025*Z - 0.018251650634845167*Z-40 -
0.0040745231304356137*Z-41 + 0.010645337729842799*Z-42 +
0.017586562611686559*Z-43 + 0.013731767243807917*Z-44 +
-45
0.0024412028125575524*Z - 0.0090998504977343013*Z-46 -
0.01429279001475217*Z-47 - 0.010777756211938095*Z-48 -
0.0013668965948517061*Z-49+ 0.0080172258229808929*Z-50 Gambar 12. Tampilan akses ditolak
dengan = 0.5
H(Z) merupakan filter digital FIR yang dirancang
untuk megolah suara yang direkam, yang menunjukan Untuk Identifikasi Suara Menggunakan Filter
hubunggan antara keluaran dengan masukan pada filter Adaptif Dengan Metode Least Means Square Untuk
B2-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Voice Password Security dengan hasil akses diterima Secara grafis hubungan antara nilai dan nilai MSE
seperti terlihat pada gambar 13. dapat digambarkan seperti pada Gambar 14 dibawah
ini
B2-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Line Enhancher Least Means Square (ALE-LMS), Jurnal Hari Purwadi, Klaten, 06 Januari 1973
TeknikA No 33 Vol.1 Thn XVII, April 2010 anak ke dari ayah Suwarso dan Ibu Sulastri
[6] Rashid. R. A, Mahalin. N. A, Sarijari. M. A, Aziz A. A. A., (alm), SD sampai dengan SMA di kota
Security System Using Biometric Technology: Design and Klaten lulus tahun 1991, Studi Teknik
Implementation of Voice Recognition System (VRS), ICCCE Elektro Diploma III di Program Diploma
Conference, Johor Malaysia, 2008 Fakultas Teknik UGM lulus tahun 1997.
[7] Sonkamble, S,. Tholl,. R,. Sonkamble, B,. Survey of Biometric Melanjutkan Studi Teknik Elektro Ekstensi
Reccognition Systems and Their Aplications, Journal of di Fakultas Teknik UGM dan lulus tahun
Theoritical and Apliedd Information Technology (JATIT), 2010 2002, saat ini penulis bekerja di Politeknik
[8] http://asnugroho.wordpress.com/author/asnugroho/page/4/ Negeri Samarinda sejak tahun 2003 sampai
diakses 29 maret 2010 dengan sekarang. Tahun 2008 melanjutkan
[9] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14125/1/09E01 Program Magister dan Doktor Fakultas TeknikProgram Studi Teknik
248.pdf diakses 28 april 2010 ElektroUniversitas Brawijaya dan lulus tahun 2011.
[10] http://www.scribd.com/doc/3634041/Dasar-Teori-Pengenalan- Pengalaman bekerja dimulai dari tahun 1995 di sebuah kontraktor
Suara diakses 2 juni 2010 yang bergerak di bidang alat berat di pulau jawa. Selama menjadi
[11] http://ilmukomputer.org/wp content/uploads/2007/04/sistem- pengajar di politeknik negeri samarinda, pernah mengajar mata
adaptif.doc diakses 22 november 2010 kuliah yang terkait dengan pengolahan sinyal dan sistem pengaturan
dan instrumentasi. Penelitian yang telah dilakukan sebelumya adalah
aplikasi telemetri untuk mengukur ketinggian air sebagai deteksi dini
bahaya banjir di samarinda dan system telemetri untuk pengukuran
daya, arus dan tegangan 3 phasa di politeknik negeri samarinda
B2-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B3-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B3-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Disini, g(o,k) adalah penurunan fungsi jarak grid dengan nilai random. Setelah diberikan bobot random,
antar unit-o dan k, seperti g(k,k) = 1. Misalnya, untuk maka jaringan diberi input sejumlah dimensi node atau
g() sebuah fungsi Gaussian yang dapat digunakan neuron input (10x10). Setelah input diterima jaringan,
G(o,k) = exp ( - (o - k) 2), seperti dalam satu maka jaringan mulai melakukan perhitungan jarak
dimensi.Karena skema pembelajaran kolektif ini vektor yang didapatkan dengan menjumlah selisih atau
berupa masukan sinyal-sinyal yang dekat satu sama jarak antara vektor input dengan vektor bobot. Secara
lain akan dipetakan pada saraf tetangga. matematis dirumuskan :
(2)
B3-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
yang dapat dioptimasi dari jaringan saraf tiruan, antara koordinat neuron, user dapat menekan tombol Hitung
lain bobot dan arsitektur jaringan. Pemilihan bobot Koordinat Neuron, dimana proses ini diperlukan untuk
interkoneksi yang optimal akan memberikan output nantinya memetakan urutan kota-kota yang akan
optimal. dilewati. Neuron-neuron yang digunakan merupakan
neuron 1 dimensi yang disusun sedemikian rupa
IV. HASIL DAN DISKUSI membentuk sebuah ring atau cincin seperti ditunjukkan
pada Gambar 9.
Dari hasil perancangan sistem yang telah penulis buat,
0.6
didapatkan hasil software aplikasi yang secara visual
0.4
dapat menggambarkan atau memetakan jarak antar titik
0.2
pada permasalahan Traveling Salesman Problem (TSP)
0
dan menghitung panjang jalur dengan menggunakan -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
SOM). -0.4
B3-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
maksimum pada saat Dij = 0.Ilustrasi fungsi tetangga menyelesaikan permasalahan Traveling Salesman
Gaussian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini : Problem (TSP).
Dalam proses pelatihan / training JST SOM,
neuron-neuron yang digunakan merupakan neuron
1 dimensi yang disusun sedemikian rupa
membentuk sebuah ring atau lingkaran.
Jumlah neuron pada penelitian ini adalah sebesar 4
kali jumlah titik kota, dimana penulis memilih 4
dengan asumsi agar tidak terjadi pemilihan
koordinat neuron yang sama untuk dua atau lebih
kota yang berbeda.
Gambar 11. Ilustrasi fungsi tetangga Gaussian
Bobot antara kota dengan neuron digunakan
sebagai parameter yang akan diupdate, dimana
Dengan adanya model topologi tetangga, maka
pada JST SOM, bobot antara kota dengan neuron
neuron yang memiliki jarak terdekat dengan koordinat
yang mendekati koordinat kota (x,y) akan diambil
kota akan semakin kuat amplitudonya dan neuron
sebagai neuron winner. Setiap neuron yang pada
dengan jarak lebih jauh akan menurun kekuatan
saat inisial berbentuk lingkaran sudah berhasil
amplitudonya. Sehingga neuron dengan amplitudo
menempati koordinat kota masing-masing, akan
terbesar akan menjadi winner. Gambar 12
membuat lintasan berupa jalur penghubung antar
memperlihatkan output dari program aplikasi yang
kota.
dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kusiak, Andrew. 2000. Computational Intelligence : in Design
and Manufacturing. John Wiley & Sons Inc.
[2] Haykin, Simon. 1999. Neural Networks : a Comprehensive
Foundation. Prentice Hall Inc.
[3] Hery P., Mauridhi. 2002. Dasar Algortima Cerdas : Program
Diploma IV. PENS-ITS.
[4] Ritter H. 1991. Neural Computation and Self Organizing Map.
CNS Press.
[5] P. Engelbrecht, Andries. 2007. Computational Intelligence : an
Introduction. John Wiley & Sons Inc.
[6] Jek Siang, Jong. 2009. Jaringan Saraf Tiruan &
Pemorgramannya : menggunakan MATLAB. Andi.
[7] Dwi Astuti, Erna. 2009. Pengantar Jaringan Saraf Tiruan : Teori
dan Aplikasi. Star Publising.
[8] Kusumadewi, Sri. 2003. Artificial Intelligence, Teknik dan
Aplikasinya. Graha Ilmu.
Gambar 12. Printscreen Output Program Aplikasi yang dibuat. [9] Zhu, Anmin. and Yang X., Simon. 2003. An Improved
Self-Organizing Map Approach to Traveling Salesman Problem.
IEEE.
[10] Pepper, JW. and Golden, BL. 2002. Solving the Traveling
V. KESIMPULAN Salesman Problem with Annealing-based heuristics. IEEE.
Berdasarkan perencanaan, perancangan sistem, [11] Kohonen, T. 1990. The Self Organizing Map. IEEE\
pengujian dan analisis hasil dapat disimpulkan hal-hal [12] Nugroho, Gilang Adi. dan Syauqi Agam. 2010. Analisis
Algoritma Pencarian Rute Terpendek dengan Algoritma Djikstra
sebagai berikut : dan Bellman-Ford. Jurnal Informatika ITB.
Jaringan Saraf Tiruan Self Organizing Map (JST [13] Kusrini. dan Istiyanto, Eko Jazi. 2007. Penyelesaian Traveling
SOM) mampu menghasilkan solusi optimal dalam Salesman Problem dengan Algoritma Cheapest Insertion
Heuristics dan Basis Data. Jurnal Informatika. FTI - UK Petra.
B3-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B4-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
5 / 2
1/ 2
T
11 T
= 869 f 1.8410 +
2
T0 T0
e2239.1/ T e3352/ T
0.01275 + 0.1068
Fr,O + f 2 / Fr,O Fr,N + f 2 / Fr,N
(5)
dimana :
Z = pV (6)
Aalumunium = ( A0 ( A0 IRCalumunium )) (8)
Z = Impedansi Akustik dalam Rayls dengan :
p = Kerapatan Massa (density) dalam Kg/m3 Aalumunium = Amplitudo yang diserap oleh material jenis
V = Kecepatan Akustik dalam km/s
alumunium dalam Volt.
Sedangkan hubungan koefisien gelombang pantulan
dan gelombang transmisi dari dua jenis material yang A0 = Amplitudo dari sumber dalam Volt
berbeda adalah dengan persamaan (6)[8]. IRC alumunium = Koefisien impedansi akustik dalam
2 Rayls.
Z Z1
Z= 2 (7)
Z 2 + Z1 V. DAYA SERAP BAHAN
dengan :
Beragam material mempunyai impedansi akustik
Z = Redaman dalam prosentase
tersendiri dengan kondisi temperatur dan kelembaban
Z1 = Impedansi Material Pertama (W/m2)
tertentu, sehingga amplitudo sumber akan diserap oleh
Z2 = Impedansi Material Kedua (W/m2)
obyek pantul dengan besaran yang berbeda tergantung
Ketika dua material berbeda dihimpitkan dan
dari nilai impedansi akustik.
kemudian gelombang ultrasonik di tembakkan ke salah
Ketika gelombang dipantulkan ke sebuah obyek
satu sisi material, maka gelombang pantulan ultrasonic
berupa alumunium maka akan ada penambahan
akan mengalami redaman (absorption) sebanyak R, dan
amplitudo yang diserap sebesar :
sisanya akan diteruskan (dispersion), sehingga total
Gelombang yang di pancarkan oleh tranduser
prosentase gelombang yang melalui medium yang
sebesar 20 Vp-p akan mengalami redaman yang
berbeda tersebut harus 100%[9].
disebabkan oleh udara dengan suhu 20 C dan
kelembaban = 50 %, jarak 2 meter dengan menggunakan
persamaan 1 akan menjadi 7.99 V pada incident wave
B4-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(Ai). Dengan menggunakan persamaan yang sama maka Temperatur mempunyai tujuh membership function
amplitudo gelombang pantul (Ar) menjadi 2,49 Volts. berupa : Sejuk (S), Normal (N), Agak Panas (AP), Panas
(P) dan Sangat Panas (SP). Distribusi membership
normal mempunyai range per sepuluh setiap member,
sehingga didapat range lebar
Kelembaban mempunyai 5 membership yaitu :
Kering (K), Normal (N), Agak Lembab (L), Lembab (L)
dan Sangat Lembab (SL). Masing-masing membership
mempunyai range per duapuluh antar membership.
Rasio mempunyai 11 membership function yaitu R0
hingga R10 dengan jarak antar membership adalah
merata.
Sistem Fuzzy yang digunakan dalam perhitungan Untuk mendekati linearitas antara input dan ouput maka
adalah menggunakan metode mamdani. range masing-masing membership function sebagai
Tiga input dengan 245 rules dapat menghasilkan 250 berikut:
output. Antara input dan output adalah bersifat linear. 0 0.1 = K0 0.8 1.0 = K8
0.1 0.3 = K1 0.9 1.2 = K9
B. Input dan Output Fuzzy 0.2 0.4 = K2 1 3 = SD
Input fuzzy terdiri dari 3 parameter yaitu : 0.3 0.5 = K3 24=D
1. Temperatur 0.4 0.6 = K4 35=M
2. Humidity 0.5 0.7 = K5 4 6 = SJ
3. Ratio 0.6 0.8 = K6 4 6 = SJ
0.7 0.9 = K7 5 7 = AJ
7- 7-=J
B4-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Pada output terdapat 16 membership function (mf) dengan menghilangkan faktor penyerapan oleh
dengan dua kelompok output yaitu K0 hingga K9 dan SD material sebesar 11% hingga 18%.
hingga J. Kelompok K adalah kelompok dengan densitas 2. Hasil perhitungan dan hasil output pada sistem fuzzy
antar mf yang padat, hal ini disebabkan oleh semakin mempunyai mse = 0.23 dan dengan sistem fuzzy
dekatnya jarak obyek terhadap trannduser. Sedangkan dapat diatur mean square error sekecil mungkin
kelompok yang lain adalah kelompok dengan penentuan dengan menambahkan rules dalam sistem fuzzy.
jarak yang semakin jauh (gambar 3).
DAFTAR PUSTAKA
E. Hasil Perhitungan dan Fuzzy Output
[1] [1] Timothy J.Ross, 2004, Fuzzy Logic With Engineering
Hasil perhitungan dan fuzzy output di bandingan Application, John Wiley & Sons Ltd, England
untuk mendapatkan mean square error. [2] [2] Wilson, J. 2005. Sensor Technology Handbook.
Oxford, UK
Rata-Rata Amplitudo
[3] [3] H.B Kazemian, 2005, Development of Fuzzy Controllers,
London Metropolitan University, UK
6 [4] [4] D.A. Kostryuks dan Yu.A. Kuzavko, 2004, Anomalous
5
Reflection of A Longitudinal Ultrasonic Wave From a Strongly,
Journal of Engineering Physics and Thermophysics, Vol. 77, No.
4 5, 2004
Jarak (meter)
2010
3
[9] [9] NDT Resource Centre, Reflection and Transmission
2 Coeffisien, http://www.ndt-
1 ed.org/EducationResources/CommunityCollege/Ultr
0
asonics/Physics/reflectiontransmission.htm, 10
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Oktober 2010
Rasio (Ar/ao)
[10] [10] The Engineering Tool Box, Air Properties,
Gambar 7. Grafis Fuzzy Output http://www.engineeringtoolbox.com/air-properties-
d_156.html,25 Oktober 2010
Dari Gambar 5 adalah hasil dari penentuan jarak [11] Outdoor Noise Standarts and Regulation,
[12] [11] ISO 9613-1:1996 Accoustic-attenuation of sound during
dengan sistem fuzzy yang menunjukkan pendekatan ke propagation outdoors-Part 1: Calculation of the absorption of
hasil perhitungan Gambar 4. Selisih antara hasil sound by the atmosphere.
perhitungan dan fuzzy output adalah = 0.23. [13] [12] ANSI SI-26-1995, Method for Calculation of the Absorption
of Sound by the Atmosphere..
VII. KESIMPULAN
AGUS TRIYONO, Lahir di Samarinda 28 Agustus 1969,
Hasil simulasi dan analisis dapat di tarik menyelesaikan sarjana di bidang teknik elektronika di Institut
kesimpulan: Teknologi Nasional, Malang tahun 1996 dan menyelesaikan master
pada teknik elektro Universitas Brawijaya dibidang sistem kontrol
1. Dengan fuzzy system yang mempunyai parameter elektronika tahun 2011. Saat ini mengajar di teknologi informasi pada
yaitu rasio, kelembaban dan temperatur dapat Politeknik Negeri Samarinda, Kalimantan Timur sejak tahun 2003
ditentukan jarak obyek yang lebih akurat yaitu dengan konsentrasi jurusan teknik komputer.
B4-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B5-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
karakteristik antara lain Butterworth, Chebyshev dan dengan ditunjukan pada skala frekwensi ( atau f/fC)
Bassel. Dibandingkan dengan Chebyshev dan Basel, sama dengan satu.
Butterworth filter memiliki karakteristik penguatan Chebyshev atau equal ripple merupakan
yang flat (tanpa ripple) pada daerah frekwensi yang pendekatan lain untuk filter ideal. Sebagaimana nama
diloloskan (pass band), dan terus melemah secara keduanya menyiratkan, bahwa pendekatan ini akan
perlahan hingga nol pada daerah frekwensi yang tidak memiliki ripple pada passband di respon
diloloskan (stop band). Karakteristik pelemahan pada amplitudonya. Jumlah ripple merupakan salah satu
Butterworth filter dapat dirancang berbeda beda, parameter yang digunakan dalam menetapkan
sehingga didapat kemiringan (slope) yang berbeda pendekatan ini. Karakteristik pendekatan chebyshev
pula. Pada filter orde satu di dapatkan kemiringan antara lain memiliki slope atau rolloff curam dan
sebesar -6dB/octave (-20dB/decade), filter orde dua dekat dengan frekwensi cutoff saat dibandingkan
didapat kemiringan sebesar -12dB/octave (- dengan butterworth, tetapi dengan mengorbankan
40dB/decade), dan orde ke-n akan didapat kemiringan monotonitas di passband. Frekwensi cutoff pada
sebesar -6n dB/octave (-20n dB/decade). pendekatan chebyshev ini tidak diasumsikan sebagai
frekwensi -3dB seperti pada pendekatan butterworth
II. FILTER AKTIF filter, tetapi frekwensi dimana ripple (atau Amax )
Jaringan-jaringan filter bisa bersifat aktif maupun spesifikasi terlampaui. Penambahan ripple passband
pasif. Jaringan-jaringan filter pasif hanya berisi sebagai parameter, membuat proses untuk filter
tahanan, induktor, dan kapasitor saja. Filter aktif chebyshev sedikit lebih rumit dari pada pendekatan
menggunakan transistor atau op-amp di tambah butterworth, tetapi juga meningkatkan fleksibilitas.
tahanan, inductor dan kapasitor. Semua filter akan menunjukan pergeseran fase
Dalam kondisi real beberapa pendekatn digunakan yang bervariasi terhadap frekwensi. Hal ini adalah
untuk memenuhi berbagai macam aplikasi. Beberapa suatu karakteristik yang normal dari filter, tetapi
pendekatan yang sering digunakan antara lain dalam beberapa kasus itu bias menimbulkan masalah.
butterworth, chebyshev dan Bessel. Jika pergeseran fase meningkat secara linear terhadap
Butterworth atau disebut juga maximally-flat frekwensi, maka akan menimbulkan efek delay pada
respon. Merupakan salah satu pendekatan yang signal output dengan perioda waktu yang konstan.
terkenal, memiliki karakteristik penguatan yang datar Namun jika pergeseran fase tiak berbanding lurus
pada passband dengan tanpa ripple atau monoton. dengan frekwensi, komponen dari signal input pada
Pada butterworth memiliki slope atau kemiringan satu frekwensi akan muncul pada output bergeser
(rolloff) yang halus pada lowpass atau highpass pada fase (atau waktu) terhadap frekwensi lain.
rolloff sebesar 20dB /decade (6 dB/oktaf) untuk setiap Bessel atau Thompson filter memiliki karakteristik
pole . dengan demikian pada filter butterwort horde 5 pergeseran fase yang linear terhadap frekwensi
akan memiliki tingkat redaman 100dB setiap factor seperti ditunjukan pada gambar 2, sehingga group
kenaikan sepuluh diluar frekwensi cutoff. delay menjadi konstan.
Pada masing masing stage memiliki frekwensi dan frekwensi cutoff didapat,
cutoff yang sama, tetapi dengan factor quality yang 1
berbeda. Pendekatan yang digunakan pada masing c = (4)
R1C1 R 2 C 2
masing filter adalah butterworth dan arsitekture filter
yang digunakan adalah sallen-key, dengan penguatan Serta factor quality (Q),
atau gain filter untuk tiap stage ditetapkan sebesar R1C1 R 2 C 2
satu. Ditetapkan cutoff frekwensi sebesar 3.5KHz, Q= (5)
R1C 2 + R 2 C 2
dan dengan ini akan dicari nilai nilai komponen
yang akan digunakan, setelah itu dari nilai nilai Nilai nilai komponen didapat dengan
komponen tersebut akan dilakukan normalisasi, yang menggunakan persamaan (4) dan (5). dengan
bertujuan untuk menyesuaikan nillai nilai menggunakan ratio pada komponen, jika nilai R2 = R,
komponen hasil perhitungan dengan nilai nilai C2 = C, R1 =mR, dan C1 = n.C ; maka persamaan
n
komponen yang tersedia. didapat, m 2 xm + 1 = 0 , dimana x = 2 2
Untuk merancang filter, diperlukan tranfer fuction Q
(TF) dari filter yang akan dirancang. Bentuk umum Urutan langkah yang dilakukan untuk mencari nilai
TF dari lowpass filter orde 4 adalah : komponen adalah dengan menentukan terlebih dahulu
N ( s) K nilai capasitor C dan ratio capasitor n
H (s) = =
D ( s ) b 4 s + b3 s + b2 s 2 + b1 s + b0
4 3 Dari persamaan (2), TF filter lowpass butterwort
(1) orde 4 yang dibuat pada stage 1 memiliki TF adalah :
Dengan penguatan filter yang dirancang adalah
1
satu, maka variable K=1. Untuk mendapatkan nilai H ( s) = 2
nilai koofisien variable s pada denumerator dapat ( s + 1.8478s + 1)
digunakan table filter dengan pendekatan butterworth Sehingga factor Quality Q, untuk stage 1 adalah :
atau dengan bantuan software MATLAB. Dari hasil Q = 1/1.8478 = 0.54. jika ditentukan nilai C adalah
tersebut dapat dituliskan dalam bentuk TF yaitu : 1nF dan ratio untuk kapasitor dibuat 10, maka didapat
N (s) 1 nilai x= 32,29, sehingga ditemukan nilai m adalah
H (s) = = 32,25 atau 0,035. Nilai resistor dicari dengan
D( s ) ( s 2 + 0.7654s + 1)( s 2 + 1.8478s + 1)
menggunakan penjabaran persamaan (4), yaitu
(2)
1
Dari TF yang didapat , maka lowpass filter R=
butterworth dapat dirancang. Pada penelitian ini akan 2 . f c .C mn
TF tersebut akan diimplementasikan dengan Sehingga dengan menetukan frekwensi cutoff
menggunakan arsitektur sallen-key dengan penguatan sebesar 3500Hz, dan nilai m yang digunakan adalah
satu dan frekwensi cutoff awal ditetapkan sebesar 32.25, didapat nilai resistor R=2.53K. Sehingga
5000Hz. Pada tingkat pertama (stage 1) digunakan untuk R2 digunakan nilai 2.53K dan nilai R1 =
TF 1/(s2 + 1,8478s + 1) dan pada tingkat kedua 32.25 x R = 81,59K. dan nilai kapasitor C2 = 1nF
(stage 2) digunakan TF 1/(s2 + 0,7654s + 1) dan nilai untuk kapasitor C1 = 10 x 1nF = 10nF. Cara
A. Implementasi Lowpass Filter Orde Dua Dengan yang sama juga digunakan untuk mencari komponen
Arsitektur Sallen Key pada stage 2, dan didapat nilai R4 = 27.17 K dan R3
= 7.6 K serta nilai untuk kapasitor C4 = 1nF dan
Arsitekture sallen-key dapat dibangun dengan
C3 = 10nF.
menggunakan satu buah op-amp, seperti gambar
Dari nilai komponen yang didapat, terutama untuk
B5-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B5-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V. KESIMPULAN
Dari hasil simulasi, percobaan dan analisis yang
telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
a) Rangkaian LPF butterworth orde 4 rancangan
didesain dengan menggunakan op-amp
LM324 yang memiliki karakteristik bandwidth
maksimal 1MHz pada penguatan satu. Dengan
simulasi menggunakan software circuit maker
didapatkan frekwensi cutoff sebesar 3.52KHz,
dan pelemahan sebesar -80dB pada frekwensi
Gambar 12. Grafik respon penguatan dalam dB, terhadap frekwensi 41 KHz.
dengan Vin 3Vpp dan frekwensi 0 s/d 50KHz. b) Hasil pengukuran yang relative sama pada
komponen pasif untuk teknologi troughhole
Demikian pula pada pencapaian frekwensi cutoff, dan SMD, tetapi secara performance sangat
filter dengan teknologi SMD memiliki titik cutoff jauh lebih bagus komponen SMD
lebih mendekati dengan perhitungan dengan tingkat dibandingkan komponen diskrit. Hal ini
kesalahan 0.4% dan teknologi troug-hole dengan terbukti dari hasil pengukuran, pada teknologi
tingkat kesalahan sebesar 4.7%, hal ini ditunjukan troughhole yang memiliki tingkat kesalahan
pada gambar 13 dan gambar 14. Pada gambar 13 pada ketercapaian frekwensi cutoff sebesar
dengan Vin = 3Vpp maka tegangan output pada 11,4% sedangkan pada teknologi SMD didapat
frekwensi cutoff adalah sebesar 2.1Vpp, pada nilai kesalahan hanya sebesar 4,7%.
tengangan ini signal output filter teknologi SMD
B5-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
c) Dilihat dari signal output yang didapat dari [6] Khandpur,R S,2006. Printed Circuit Boards-Deign
Fabrication and Assembly, McGraw-Hill. USA
kedua teknologi ini, pada teknologi SMD
[7] Lacanette, K. 2010. A Basic Introduction to Filter Active,
memiliki noise yang lebih kecil jika Pasive, and Switched-Capasitor, National Semiconductor.
dibandingkan dengan teknologi troughhole. [8] Mancini, R. 2002. Op Amp for Everyone. Texas Instruments
Sehingga dapat dikatakan rangkaian teknologi [9] Prasad, R.P, . 2003, Surface Mount Technology : Principles
and Practice, Springer
SMD lebih tahan terhadap interferensi.
[10] Self, D. 2010. Small Signal Audio Design, Focus Press. UK
[11] Suherman. 2005. Implementasi Rangkaian
ACKNOWLEDGMENT ElektronikaMenggunakan Teknologi Surface Mount.
Ensikom. USU
Agusma Wajiansyah, mengucapkan terima kasih [12] Sumaryo, S. 2005. Desain Sistem Elektronika Berbasis PCB.
yang sebesar besarnya, kepada Bapak Dr. Agung STT Telkom. Bandung
Darmawansyah, ST., MT (alm) atas arahan-arahan [13] Thandar Kyu., Ming Aung Z., dan Min Naing Z. 2009.
Desain and Implementation of Active Filter for Data
dari beliau sehingga terselesaikannya penelitian ini. Acquisition System. IMECS.
Tiada yang dapat penulis ucapkan kecuali hanya doa [14] Williams, A., dan Taylor, F. 2006. Electronic Filter Design
semoga segala amal ibadah beliau dapat diterima Handbook, 4 edition, McGraw-Hill. USA
disisi ALLAH SWT. Juga kepada Bapak Rudy
Yuwono,ST., MSc atas masukan-masukan yang
sangat membatu dalam penelitian ini. Dan tidak
Agusma Wajiansyah, lahir di Surabaya 5
terlupakan kepada seluruh Bapak dan Ibu staf Agustus 1981 anak dari Jamain dan Suwarni.
pengajar Program Magister Teknik Elektro Menyelesaikan pendidikan dasar di SD030
Universitas Brawijaya. Dan diucapkan terima kasih pada tahun 1996, SMPN 07 pada tahun 1996,
SMUN 5 pada tahun 1999 di samarinda.
pula untuk Ibu saya, Istri tercinta serta putri saya Melanjutkan pendidikan Diploma III di
yang banyak membatu dalam member dukungan Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik
moril buat saya. Elektro dan lulus tahun 2002. Melanjutkan
pendidikan diploma IV di Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya ITS, jurusan Teknologi Informasi
dan lulus pada tahun 2004 serta mendapatkan gelar sarjana Sains
DAFTAR PUSTAKA Terapan (SST). Mulai pendidikan Magister pada tahun 2008 di
Universitas Brawijaya, Malang pada Fakultas Teknik jurusan
[1] Anonymouse, Leaded Surface Mount Technology (SMT). Teknik Elektro dan lulus pada tahun 2011, serta mendapat gelar
Intel Magister Teknik (MT).
[2] Chen, WK. 2003. The Circuit and Filter Handbook, Second Penelitian dosen muda dilakukan pada tahun 2006 dengan judul
Edition. CRC Press LLC. USA penelitian: Acces ADC 8-Bit Menggunakan Personal Computer.
[3] Coughlin. D., Robert, F., Soemitro., Herman, W., 1994, Dan penelitian terapan dilakukan pada tahun 2007 sebagai anggota
Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linier, Edisi dengan judul penelitian : Prototipe Sistem Telemetri untuk
Kedua, Erlangga, Jakarta. Pengukuran Tinggi Air di 3 Titik Pengamatan Melalui Kanal
[4] Darmawansyah, A. 2003. Implementasi Teknologi Hibrid Radio. Dan juga pada tahun 2008 pada penelitian terapan dengan
Film Tebal pada Rangkaian Filter High Pass Butterworth judul : Prototipe Sistem Telemetri Untuk Pengukuran Arus Beban
Orde Dua. Teknosains. Brawijaya, Malang 3 fase Melalui Kanal Radio.
[5] Franco, S. 2002. Design With Operational Amplifiers and Agusma Wajiansyah, SST.,MT.
Analog Integrated Circuit. McGraw-Hill, USA.
B5-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak Untuk mendapatkan optimalisasi dari suatu perancangan CMOS ini yaitu IC RS (Reset-Set) Flip-
kondisi pada parameter VTC (Voltage Transfer Flop. RS-FF (Flip-Flop) adalah keluarga Multivibrator
Characteristic), maka dalam analisis ini menggunakan yang mempunyai dua keadaaan stabil atau biasa disebut
parameter-parameter yang hanya terpengaruh dalam proses
Bistable Multivibrator. RS-FF merupakan rangkaian
perancangan. Semua parameter akan dieliminasi pada suatu
parameter paling utama yaitu nilai rasio perbandingan W dasar untuk menyusun berbagai jenis FF yang lainnya.
(width) dan L (length) dari CMOS sebagai driver. Kondisi unjuk kerja perancangan RS-FF yang ideal
Penelitian ini bertujuan menganalisa dan menentukan mencakup banyak aspek diantaranya; VTC (Voltage
rasio perbandingan W/L, untuk mendapatkan suatu kondisi Transfer Characteristic). Untuk mendapatkan suatu
yang optimal pada parameter VTC dalam merancang kondisi yang optimal, maka dalam analisis menggunakan
sebuah IC RS Flip-Flop berteknologi CMOS. Digunakan parameterparameter yang berpengaruh dalam proses
program PSPICE dan EWB untuk menguji spesifikasi
rangkaian dan ukuran dimensi komponen. Sedangkan
perancangan CMOS. Semua parameter akan dieliminasi
penggambaran tata-letak IC RS Flip-Flop yang dirancang pada suatu parameter paling utama yaitu nilai rasio W/L
menggunakan program Mikrowind. Langkah awal adalah dari CMOS.
menentukan spesifikasi dan tipe rangkaian sesuai dengan
parameter proses yang ada di dalam IC RS Flip-Flop
A. Karakteristik Voltage Transfer
CMOS, kemudian menentukan perubahan rasio
perbandingan W/L dilakukan dengan mengatur perubahan Karakteristik dari inverter CMOS dimana hanya salah
besaran parameter Mobilitas muatan elektron dalam satu dari transistornya yang ON saat keadaan mantap,
saluran antara drain dan source (n) pada range 500 cm2/V.s menyebabkan inverter CMOS memiliki sifat ratioless
- 900 cm2/V.s. inverter. Sifat ratioless inverter adalah sifat sebuah
Langkah selanjutnya mengevaluasi secara manual
inverter dimana tegangan keluaran dalam kondisi mantap,
sehingga hasil yang optimal didapatkan dari perhitungan
dan simulasi berdasarkan spesifikasi digambarkan berupa tidak dipengaruhi (independen) oleh rasio ukuran
tata-letak suatu IC RS Flip-Flop dengan rasio perbandingan transistor pull-up dan pull-down. Efek dasar dari ukuran
W/L sebesar 2,4. transistor pull-up dan pull-down adalah berakibat terhadap
Spesifikasi karakteristik transfer tegangan menghasilkan resistansi ekivalen transistor pada saat menghantar.
tegangan output keadaan tinggi (VOH) 5V, tegangan input Sehingga pengambilan ukuran dapat diarahkan pada
keadaan tinggi (VIH) 2,575V, tegangan input keadaan kemampuan divais untuk mensuplai arus yang sama baik
rendah (VIL) 2,375V, tegangan output keadaan rendah (VOL)
0V.
pada saat keluaran berlogika HIGH maupun LOW,
sifat ini dinamakan symmetric output drive.
Kata kunci Karakteristik VTC, W/L, Mobilitas
Elektron
Perbandingan width (W) dan length (L) untuk pull-up
dan pull-down transistor CMOS adalah :
I. PENDAHULUAN
B6-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B6-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
n C ox
Wn
n C ox
Wn Wp 580cm 2 /V .s Wn Wp W
Ln Ln = = 2,52 n
kR = 1 = L p 230cm 2 /V .s Ln Lp Ln
p C ox
Wp
p C ox
Wp (2)
Lp Lp
, sehingga
Dari Pesamaan (2) diketahui bahwa untuk mendapatan
Wn suatu grafik karakteristik alih yang simetris maka
n parameter nilai perbandingan antara lebar difusi dan
Ln W Wp Wp n Wn
1= n n = p =
Wp Ln Lp L p p Ln polisilikon transistor PMOS dengan NMOS adalah 1 : 2,5.
p
Lp (1) Perancangan selanjutnya adalah dengan menghitung
rasio Wn : Ln dengan memasukkan nilai OX = 2,3 x 10-13
F/cm, kn = 300A/V2, tox = 15 nm dan e / n = 580
D. Mobilitas Muatan Transistor MOS cm2/V .s, seperti dalam tabel 1, dimana nilai Cox berubah
Semikonduktor umumnya terbentuk melalui sesuai dengan ketebalan tox, diperoleh hasil perhitungan
mekanisme doping, yang dimaksudkan untuk sebagai berikut :
mendapatkan elektron valensi bebas dalam jumlah lebih W
banyak dan permanen sehingga diharapkan akan dapat K n = n .C ox . n dimana C ox = ox , sehingga ;
Ln t ox
menghantarkan listrik. Mekanisme ini dilakukan dengan
jalan memberikan atom pengotor ke bahan semikonduktor ox W n W k t
Kn = n. . n = n ox
murni sehingga apabila atom pengotor memiliki kelebihan t ox Ln Ln n . ox
electron valensi akan terdapat elektron bebas yang dapat W n k n t ox 300 x 10 -6 A / V 2 x 15 x 10 -9 m
= =
berpindah. Apabila semikonduktor murni diberikan Ln n . ox 580 cm 2 / V .s x 2,3 x 10 -13 F / cm
pengotor dengan valensi kurang maka akan terbentuk area Wn 300 x10-6 A / V 2 x15 x10-9 m 4500x10-15
kosong (hole) yang menjadi pembawa muatan. = = = 3,37 ~ 3
Ln 580 x10 cm / V.s x 2,3 x10 F / cm 1334x10-15
-4 2 -11
B6-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
e / n 2 2
200 cm /V.s 900 cm /V.s -
Gambar 8. Grafik VTC RS-FF CMOS W/L = 2,4
h / p - 230 cm /V .s
2
Dengan menentukan perubahan pada parameter n pada W/L = 2,5 - 2,6 - 2,7 dan 2,8
range tertentu, maka dengan melakukan perhitungan yang VIL= 2,330 V ; VIH= 2,590 V ; VOL= 0 V ; VOH= 5 V,
sama menggunakan persamaan (1) dan (2), didapat hasil NMH = 2,410 V ; NML = 2,330 V
perhitungan W dan L berikutnya seperti ditunjukan dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Nilai WnWp/LnLp terhadap rasio perbandingan W/L
nilai satuan (m )
No. W/L
Wn Wp Ln dan Lp
1 1 1,08 1,08 0,12
2 1,5 0,72 1,08 0,12
3 2 - 2,1 0,48 0,96 0,12
4 2,2 - 2,3 0,48 1,08 0,12
5 2,4 0,48 1,2 0,12
6 2,5 - 2,6 - 2,7 - 2,8 0,36 0,96 0,12
7 2,9 - 3 0,36 1,08 0,12
Gambar 9. Grafik VTC RS-FF CMOS W/L = 2,5 - 2,8
8 3,5 - 3,7 0,24 0,84 0,12
9 3,75 0,24 0,96 0,12
Dalam Tabel 3 diperoleh perbandingan W/L yang W/L = 2,9 dan W/L = 3
memiliki ukuran perbandingan yang sama, seperti pada
VIL= 2,375 V ; VIH= 2,598 V ; VOL= 0 V ; VOH= 5 V,
no urut 3,4,6,7,8 dan 9. NMH = 2,402 V ; NML = 2,375 V
E. Simulasi VTC
Simulasi yang dilakukan dalam RS flip-flop CMOS
meliputi nilai VTC dan noise margin terhadap perubahan
nilai rasio perbandingan W/L seperti pada Tabel 4,
dengan suhu normal (270C), seperti ditunjukan pada
Gambar 7 sampai dengan Gambar 10.
W/L = 2
VIL= 2,293 V ; VIH = 2,556 V ; VOL= 0 V ; VOH= 5 V, Gambar 10. Grafik VTC RS-FF CMOS W/L = 2,5 dan 3
NMH = VOH VIH = 5 2,556 = 2,444 V
NML = VIL VOL = 2,293 0 = 2,293 V
Hasil simulasi lengkap untuk VTC IC RS-FF CMOS
ditunjukkan dalam Tabel 4.
B6-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 4. Hasil Simulasi VTC IC RS-FF CMOS F. Stick Diagram RS Flip-flop CMOS
PARAMETER (V) Penggambaran stick diagram bertujuan memudah-kan
W/L
VIL VIH VOL VOH NML NMH dalam menggambar posisi transistor yang akan dirancang
1 2,233 2,42 0 5 2,233 2,58 sebelum penggambaran layout. Beberapa warna yang
1,5 2,28 2,48 0 5 2,28 2,52 digunakan dalam menggambar stick diagram, yaitu:
2 - 2,1 2,293 2,556 0 5 2,293 2,444 merah untuk polisilikon, kuning untuk difusi-p, hijau
2,2 - 2,3 2,305 2,561 0 5 2,305 2,439 untuk difusi-n, biru muda untuk metal 1, biru tua untuk
2,4 2,375 2,575 0 5 2,375 2,425 metal 2, serta hitam untuk kontak. Stick diagram RS flip-
2,5 - 2,6 - 2,7 - 2,8 2,33 2,59 0 5 2,33 2,41 flop CMOS ditunjukkan dalam Gambar 12.
2,9 - 3 2,375 2,598 0 5 2,375 2,402
3,5 - 3,7 2,423 2,621 0 5 2,423 2,379
3,75 2,458 2,639 0 5 2,458 2,361
B6-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B6-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
menggunakan metode perbedaan waktu sampai (Time
Difference Of arrival Estimation - TDOA) yang diterima = 331.5 + 0.6 (1)
Dimana adalah temperature ( ). Suara diukur
oleh sepasang mikrofon. Sinyal suara ditangkap
menggunakan dua buah mikrofon. Sinyal suara di korelasi
silang (Cross Corelation), dimana hasil puncak tertinggi berdasarkan seberapa kuat (keras) suara tersebut. Alat
dari cross correlation akan menunjukan nilai TDOA. Pada ukur yang digunakan adalah sound level meter, yang
penelitian ini, sistem mampu mengidentifikasi lokasi secara prinsip adalah membandingkan besarnya tekanan
sumber suara manusia dalam bidang setengah lingkaran
(
suara terhadap tekanan sekitar pada medium. Persamaan
), dengan sudut resolusi terbaik berkisar .
untuk menghitung level tekanan suara :
'
Kata Kunci Cross Correlation, Lokasi Sumber Suara,
TDOA.
! = 20 log & * +,
'
(2)
()
B7-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B7-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(a)
V. HASIL PENGUJIAN
Pengujian sistem dilakukan dengan memberikan (c)
Gambar 5. Hasil pengujian pada sudut 90 . (a) sinyal XG .(b) Sinyal XG
suara manusia ( kata halo) pada sudut-sudut yang ternomalisasi. (c) Siyal XI .(d) sinyal XI ternomalisasi.(e) korelasi
telah ditentukan dengan jarak 1.5 meter dengan silang XG dan XI .
frekuensi sampling 2500 Hz. Hasil sinyal suara sebelum
dan sesudah ternomalisasi dapat dilihat pada gambar 5. Puncak hasil cross corelation akan berada pada titik 0
Hasil normalisasi sinyal suara sesuai dengan rumus, saat sumber suara berada pada sudut 90 . Puncak hasil
amplitudo sinyal suara yang sudah dinormalisasi berada cross correlation ini akan bergeser kekanan saat sumber
pada nilai maksimum +1 dan nilai minimum -1. suara dekat dari mikrofon yang berfungsi sebagai sinyal
Perbedaan nilai amplitudo antara sampel satu dengan referensi, seperti hasil gambar 7 dibawah ini. Puncak
yang lain tidak sama, dikarenakan sensitifitas mikrofon hasil cross correlation akan bergeser kikiri saat sumber
tidak sama dan keras suara tiap orang berbeda. Oleh suara berada jauh dari sinyal referensi. Hasil pengujian
karena itu dilakukan normalisasisuara sebelum di cross secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 1.
correlation.
Hasil cross correlation antara sinyal -. terhadap
-/ dapat dilihat pada gambar 6. Dimana sinyal -. yang
ditangkap oleh mikrofon i sebagi sinyal referensi.
(a)
(a)
(b)
(b)
Gambar 5. Hasil sinyal suara (a) sinyal XG .(b) Sinyal XG ternomalisasi.
(c)
Gambar 5. Hasil pengujian pada sudut 22.5 . (a) sinyal XG .(b) Sinyal
XG ternomalisasi. (c) Siyal XI .(d) sinyal XI ternomalisasi.(e) korelasi
silangXG dan XI
B7-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
TABEL 1. PENGUJIAN IDENTIFIKASI POSISI SUMBER SUARA . antara sinyal yang diterima oleh dua mikrofon tersebut,
Posisi sumber suara Puncak hasil cross correlation akan bergeser kekanan
Sudut Aktual Sudut Perhitungan Error (%)
(Derajat) (Derajat)
(positif) saat sumber suara dekat dengan mikrofon yang
0.0 0.0 0.0 berfungsi menangkap sinyal referensi. Tingkat
22.5 28.71 27.6 sensitifitas antara mikrofon kiri dan kanan harus sama,
45.0 51.21 13.8 supaya tingkat kesalahannya kecil.
67.5 67.92 0.62
90.0 90.0 0.0
112.5 112.08 0.37
135.0 128.79 4.6 UCAPAN TERIMA KASIH
157.5 151.28 3.92 Penulis mengucapkan terimakasih kepada Direktorat
180.0 180.0 0.0
Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas pemberian
beasiswa BPPS.
Hasil pengujian identifikasi lokasi sumber suara
menggunakan TDOA antara sinyal yang diterima
DAFTAR PUSTAKA
mikrofon i dan mikrofon j, dapat dilihat pada Tabel 1.
[1] Yang Geng, and Jongdae Jung, Donggug Seol, Sound Source
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat persentase
kesalahan saat sudut aktual ( 22.5 dan 45 ) dengan
Localization System Based on Neural Network for Mobile
Robots, In Proceeding IEEE International Joint Conference on
sudut perhitungan masih cukup besar, hal ini Neural Network,2008.
dikarenakan tingkat sensitifitas dari mikrofon kiri dan [2] Ali Pourmohammad, Sayed Mohammad Ahadi, TDE ILD
Based 2D Half Plane Real Time High Accurasi Sound Source
mikrofon kanan tidak sama. Faktor lain yang Localization Using Only Two Microphone and Source
mempengaruhui besarnya persentase kesalahan karena Counting,In Proceedings IEEE International Conference on
adanya gangguan (noise). Metode identifikasi lokasi Electronics andIinformation Engineering, 2010
[3] John C Murray, Harry R. Erwin, Stefean Wermter, Robotic
sumber suara menggunakan TDOA memberikan hasil sound source localization architecture using cross correlation
yang cukup baik. and recurrent neural network,Elsevier,2009.
[4] Jean Marc Valin, Francois Michaud, Jean Rouat, Dominic
Letourneau, Robust Sound Source Localization Using a
VI. KESIMPULAN Microphone Array on a Mobile Robot, In Proceeding IEEE
Dari pengujian yang telah dilakukan, sistem mampu Conference on intelligent Robots and System,2003.
[5] Kenji Kodera, Akitoshi Itai, Hiroshi Yasukawa, Sound
mengidentifikasi lokasi sumber suara manusia yang Localization of Approaching Vehicle Using Uniform
berada bidang setengah lingkaran menggunakan TDOA Microphone Array, In Proceeding IEEE Intelligent
sinyal yang diterima oleh sepasang mikrofon. TDOA Transportation System Conference,2007.
dapat dilihat dari pergeseran puncak cross correlation
B7-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B8-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
mekanik dengan ukuran miniatur, yakni gyroscope Aturan burst duration stimulasi TB[n] pada cycle saat
dan accelerometer. ini yang dihasilkan:
- Perancangan dan implementasi portable electrical
stimulator dan rangkaian pengendali
p berbasis TB[N] = TB[N-1]
- + TB[N]
mikrokontroler ATMega8. Dimana TB[n-1]
1] adalah besar burst duration pada cycle
sebelumnya, TB[n] adalah nilai yang dihasilkan oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA kontroler.
Hilangnya sinyal perintah motorik darida otak menuju
otot pada pasien lumpuh dapat diatasi dengan
menggantikan sinyal perintah tersebut dengan sinyal
stimulasi elektrik buatan (artificialartificial electrical
stimulation)) yang diaplikasikan pada susunan syaraf tepi
(peripheral nervous system)) atau otot. Stimulasi elektrik
buatan ini bekerja dengan cara yang sama dengan sinyal
perintah motorik dari otak, menghasilkan kontraksi otot
untuk menghasilkan gaya otot yang dibutuhkan untuk
gerakan. Metoda ini disebut dengan functional electrical Gambar 3. Diagram konseptual control cycle-to-cycle [24]
stimulation, selanjutnya
njutnya disebut FES, dengan tujuan Pencarian metode kendali untuk FES gait yang
untuk menghasilkan kontraksi muskular dan efektif melibatkan dua metoda kendali yakni
mengembalikan fungsional gerakan [1]. Secara klinis trajectory-based control dan cycle-to-cycle control.
FES digunakan sebagai ortosis yang menghasilkan efek Trajectory-based control,, walau dapat dibuktikan stabil
terapi terhadap kelumpuhan yang diderita pasien. FES oleh Kubo dkk [15], namun itu terbatas untuk
dapat menghasilkan indirect
direct control terhadap kontraksi pengendalian single-joint (knee
knee joint control).
control Pada
otot dan gerakan, dan berkontribusi untuk normalisasi pengujian dengan two-joint
joint movements (knee and ankle
sistem neural yang mengalami kerusakan [2]. joints),
), tidak bisa mengkompensasi pengaruh gerakan
Kontribusi FES dalam normalisasi sistem neural satu joint terhadap joint yang lain. Hasil pengujian pada
tersebut disebabkan motorik respon yang terprogram penelitian Hatwell dkk [16] menunjukkan bahwa
dan berulang terhadap sinyal al stimulasi elektrik yang feasibility dari trajectory-based
based control masih belum
diterapkan secara terprogram dan berulang dalam jelas, dalam beberapa kasus mengalami osilasi,
jangka yang panjang. Riset klinis dasar mengenai walaupun metode ini diwujudkan dengan adaptive
restorasi gerakan dengan FES melibatkan beberapa tipe controller.
gerakan fungsional dalam kehidupan sehari-hari,
sehari seperti Boost Converter atau step up converter adalah dc
menggenggam (grasping)[3],[4],
)[3],[4], berdiri dan berjalan to dc converter yang berfungsi menaikkan level
(standing and gait) [1], [4]. tegangann dc menjadi level tegangan dc yang lebih
Gerakan manusia yang diimbas oleh FES tinggi. Prinsip kerja dari rangkaian ini adalah, ketika
membutuhkan metoda kendali yang cocok sehingga saklar S tertutup, sebagaimana terlihat pada Gambar 4,
dapat merestorasi kemampuan gerak seperti yang arus akan mengalir melewati induktor L dan energi akan
diinginkan. Akan tetapi mengendalikan
gendalikan gerakan anggota tersimpan di induktor L. Pada saat saklar S terbuka,
terb arus
badan dengan FES adalah tugas yang sulit dan akan mengalir melewati diode D menuju kapasitor C
kompleks, dikarenakan oleh nonlinearitas dari sistem sehingga kapasitor tersisi sebesar Vs. Induktor L
neuro-musculo-skeletal [5]-[7],
[7], varibalitas respon otot berfungsi sebagai pompa yang menerima energi pada
[8], waktu jeda dan kelelahan otot [6],[9]. Oleh karena saat saklar S tertutup dan mengalirkan energi ke
faktor inter-subject variability,, maka parameter
paramet FES kapasitor C ketika saklar S terbuka. Ketika saklarsak S
yang tepat untuk seorang pasien hanya cocok untuk kembali tertutup maka akan terjadi penyimpanan energi
dirinya sendiri dan dapat diperoleh melalui identifikasi pada induktor L dan energi ini akan dialirkan ke
melalui langkah eksperimen. Penelitian mengenai kapasitor C saat saklar S terbuka, sehingga tegangan
aplikasi metoda kendali FES untuk restorasi gerakan kapasitor menjadi 2 Vs. Kenaikan tegangan pada
meliputi metoda kendali open-loop loop control [1], [4], kapasitor C akan terus bertambah dengan pemberian
pemberi
[10]-[14], dan closed-loop control [15]-[19]. Walaupun energi yang dialirkan dari induktor.
closed-loop control telah dan sedang diteliti, namun
aplikasi FES pada level klinis pada umumnya
menggunakan sistem sederhana dan dikendalikan
open-loop control. Hal ini dikarenakan closed-loop FES
system yang sedang diteliti masih belum memenuhi
keseluruhan kriteria kehandalan dan integrasi dalam Gambar 4. Rangkaian dasar boost
b converter
aplikasi klinis. Sistem dengan open-loop
open control banyak
dipakai karena sederhana dan mudah diaplikasikan. III. PERANCANGAN ALAT WIRELESS-FES
Secara konseptual, diagram control cycle-to-cycle Berikut adalah diagram blok dari sistem Wireless
diperlihatkan pada Gambar
ambar 3. Dengan FES gait pattern FES, terlihat pada Gambar 5, yang terbagi dalam dua
yang sudah ada dan dikontrol dengan metode bagian utama. Bagian pertama adalah yang terhubung
cycle-to-cycle tersebut, diharapkan penderita paralyzed dengan PC (personal
personal computer),
computer sedangkan bagian ke
dapat bergerak sesuai dengan gerakan individu normal. dua terhubung ke kaki pasien dengan lower limb
B8-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B8-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B8-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Sebelum Wireless-FES diaplikasikan secara mentransfer data dengan baik. Yaitu, dari PC (master)
eksperimen kepada pasien, maka terlebih dahulu menuju pasien (slave) dan sebaliknya.
perangkat tersebut harus diuji-coba. Tahap awal adalah
dilakukan beberapa pengukuran rangkaian. Hasil REFERENCES
Pengukuran FES dengan menggunakan osiloskop [1] A Kralj and T Bajd, Functional Electrical Stimulation: Standing
digital TDS 2014 ditunjukkan pada Gambar 16. and Walking after Spinal Cord Injury, CRC Press, Boca Raton,
1989.
[2] L. Vodovnik, T. Bajd, A. Kralj, F. Gracanin, P. Strojnik,
Functional Electrical Stimulation for Control of Locomotor
System, CRC Critical Review in Biengineering, pp. 63-131,
1981.
[3] N. Hoshimiya, A. Naito, M. Yajima, and Y. Handa, A
Multichannel FES System for the Restoration of Motor Function
in High Spinal Cord Injury Patients, IEEE Trans. Biomed. Eng.,
vol. 36, pp. 754-760, 1989.
[4] A. Arifin, T. Watanabe, and N. Hoshimiya, ''Design of Fuzzy
Controller of the Cycle-to-Cycle Control for Multi-joint
Movements of Swing Phase of Hemiplegic Gait Induced by
FES,'' IEICE Trans. Information and Systems, Vol. E89-D, No.
Gambar 15. Foto rangkaian sensor Gyro-Accelerometer ADXL335 4, pp.1525-1533.
bagian pertama dan kedua [5] P.E. Cargo, P. H. Peckam, and G. B. Thrope, Modulation of
Muscle Force by Rectruitment During Intrmuscular
Stimulation, IEEE Trans. Biomed. Eng., vol. BME-27, pp.
679-1980.
[6] M. Levy, J. Mizrahi, and Z. Susak, Recruitment, Force, and
Fatigue Characteristics of Quadriceps Muscles of Paraplegics
Isometrically Activated by Surface Functional Electrical
Stimulation, J. Biomed. Eng.., vol. 12, pp. 150-156, 1990.
[7] M. Ferrarin, A. Pedotti, The Relationship between Electrical
Stimulus and Joint Torque: A Dynamic Model, IEEE Trans.
Rehabl. Eng., vol. 8, pp. 342-352, 2000.
[8] A. Trnkoczy, Varibiality of Electrically Evoked Muscle
Contraction with Special Regard to Closed-loop Control
Orthosis, Ann. Biomed. Eng., vol. 2, pp. 226-238, 1974.
[9] B.J. Bigland-Ritchie, F. Fulbrush, and J. J. Woods, Fatigue of
Gambar 16. Output dari FES menggunakan osiloskop Intermittent Sub-maximal Voluntary Controctions: Central and
Peripheral Factors, J. App. Physiol., vol. 61, pp. 421-429, 1986.
90 [10] D. R. Mc Neal, R. J. Nakai, P. Meadow, and W. Tu, Open-loop
80
70
Control of Freely-swinging Paralyzed Leg, IEEE Trans.
60 Biomed. Eng., vol. 36, pp. 895-905, 1989.
50
40
S umbu X [11] H. J. Chizeck, R. Kobetic, E. B. Morales, J. J. Abbas, I. H.
S umbu Y
30
Donner, and E. Simon, Control of Functional Neuromuscular
20
Stimulation System for Standing and Locomotion in
10
0
Paraplegics, Proc. IEEE, vol. 76, pp. 1155-1165, 1988.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 S udut ( )
[12] G. T. Yamaguchi, and T. Zajack, Restoring Unassisted Natural
Grafik 1. Sudut accelerometer terhadap sumbu X dan Y Gait to Paraplegia via Functional Neuromuscular Stimualtion: A
untuk perubahan tiap 10 derajat. Computer Simulation Study, IEEE Trans. Biomed. Eng., vol.
37, pp. 886-902, 1990.
[13] J. M. Hausdroff and W. K. Durfee, Open-loop Position Control
90
80
70
of the Knee Joint Using Electrical Stimulation of the Quadriceps
60
50
and Hamstrings, Med. & Biol. Eng. & Computing., vol. 29, pp.
269-280, 1991.
S umbu X
40 S umbu Y
30
20
[14] R. Kobetic and E. B. Marsolais, Synthesis of Paraplegic Gait
10 with Multichannel Functional Neuromuscular Stimulation,
0
0 20 40 60 80 100 1 20 140 160 18 0 200 S udut ( ) IEEE Trans. Rehabl. Eng., vol. 2, pp. 66-78, 1994.
Grafik 2. Sudut accelerometer terhadap sumbu X dan Y [15] K. Kubo, K. Fujita, N. Itakhura, Y. Iguchi, and H. Minatami,
untuk perubahan tiap 5 derajat. Simultaneous Closed-loop Control of Knee and Ankle Joints
Using Functional Electrical Stimulation, IEICE Trans. Inf. &.
Syst., vol. J71D, pp. 2197-2204, 1998 (in Japanese).
V. KESIMPULAN [16] M. S. Hatwell, B. J. Oderkerk, C. A. Sacher, and G. F. Inbar,
Dari hasil pengukuran pada stimulator dengan The Development of a Model Target Adaptive Controller to
Control Knee Joint of Paraplegic, IEEE Trans. Automatic
menggunakan osiloskop digital, terlihat bahwa keluaran Control, vol. 36, pp. 683-691, 1991.
FES berupa pulsa, yang lebar dan level pulsanya dapat [17] J. J. Abbas and H. J. Chizeck, Neural Network Control of
diatur dengan menggunakan PC. Kemudian pengukuran Functional Neuromuscular Stimulation System: Computer
Simulation Studies, IEEE Trans. Biomed. Eng., vol. 42, pp.
juga dilakukan pada bagian sensor ADXL335, yang 1117-1127, 1995.
dilakukan dalam dua macam perubahan sudut. Pada [18] G. W. Chang, J. Luh, G. Liao, J. Lai, C. Cheng, B. Kuo, and T.
Grafik 1, diperlihatkan adanya pengukuran denan Kuo, A Neuro-Control System for the Knee Joint Position
Control with Quadriceps Stimulation, IEEE Trans. Rehabl.
perubahan tiap 10, dan pada Grafik 2, diperlihatkan
Eng. Vol. 5, pp. 2-10, 1997.
adanya pengukuran denan perubahan tiap 5. Akhirnya, [19] Y. Chen, S. Chen, W. Chen, C. Hsiao, T. Kuo, and J. Lai,
diperoleh adanya perubahan sudut yang lebih maksimal Neural Network and Fuzzy Control in FES-assisted
Locomotion for the Hemiplegic, J. Med. Eng. & Tech., vol. 28,
pada perubahan sudut setiap 5. Dari dua hasil
pp. 32-38, 2004.
pengukuran tersebut, terbukti pula bahwa perangkat [20] J. Xu, T. H. Lee, H. W. Zhang, Analysis and Comparison of
tranciever X-Bee Pro dapat berfungsi dan berhasil Iterative Learning Control Schemes, Eng. App. AI., vol. 17, pp.
B8-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
675686, 2004. Measurements during Gait with Wearable Sensor System for
[21] H Dou, K. K. Tan, T. H. Lee, and, Z. Zhou, Iterative learning Rehabilitation, Proc. World Congress on Medical Physics and
feedback control of human limbs via functional electrical Biomedical Engineering 2009, Munich, Germany, pp. 506-509,
stimulation, Control Engineering Practice, vol. 7, pp. 315-325, 2009.
1999. [24] Arifin, Ahmad, Watanabe, Takashi, Matsuko, Application of
[22] A. Arifin, H. Saito, T. Watanabe, An Error Reduction Method Knowledge Engineering and Fuzzy System in Realizing
of Portable, Low-Cost Joint Angle Sensor System for Human Cycle-to-Cycle Control Method for Swing Phase of FES-Induced
Movement Measurement and Control, IEICE Technical Report, Gait, 3rd International Symposium on Medical, Bio and
MBE2008-69, pp.31-34, 2008. Nano-Electronics, Japan, 2008.
[23] H. Saito, T. Watanabe, A. Arifin, Ankle and Knee Joint Angle
B8-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak Sinyal Electromyograph adalah salah satu rata mencapai 85% untuk off-line test dan 71 % untuk
sinyal penting yang menunjukan aktifitas otot manusia, on-line test.
sedangkan untuk merekam data sinyal EMG yang Karlik [3] mengklasifikasikan sinyal EMG untuk
mempunyai karakteristik amplitude cukup kecil (0 10 kontol perangkat prosthetic multifunction menggunakan
mV) dan frekuensi pada range 20 500 Hz diperlukan 3 layer Back Propagation Neural Network (BPNN).
rangkaian pendukung seperti penguat differential, filter
Input BPNN adalah hasil dari segmentasi sinyal EMG
low pass, high pass dan notch filter. Sinyal EMG yang
dihasilkan oleh sebuah instrumentasi EMG memerlukan menggunakan Auto Regressive (AR) yaitu
beberapa analisa yang membuktikan bahwa yang a1,a2,a3,a4,dan sinyal power. Penelitian ini mempunyai
diperoleh adalah sinyal EMG bukan noise. Untuk tingkat akurasi rata-rata 97,6% untuk kategori 6
menganalisa sinyal EMG dalam kawasan frekuensi gerakan (R : Resting, EF: Elbow Flexion, EE: Elbow
digunakan (Discrete Fourier Transform) DFT dan (Mean Extension, WS: Wrist Supination, WP: Wrist Pronation
Power Frequency) MPF. Dari penelitian ini diperoleh nilai dan G: Grasp) dengan 5000 iterasi.
MPF pada otot Triceps brachii untuk gerakan Elbow Dalam paper ini penulis mencoba menyampaikan
Flexion sebesar 75,156 Hz sedangkan gerakan Elbow hasil dan analisa dari beberapa pekerjaan pendahuluan
Extension sebesar 65,069 Hz, gerakan Elbow Supination
sebesar 27,627 Hz, gerakan Elbow Pronation sebesar
pendeteksian sinyal EMG, yaitu bagian instrumentasi
47,659 Hz. Dari keempat data MPF diatas membuktikan elektronik yang digunakan. Bagian ini memerlukan
bahwa Instrumentasi EMG telah berfungsi merekam data informasi penting seperti pengambilan data pada otot
sinyal EMG yang berada pada frekuensi 20 500 Hz. tertentu yang dominan bekerja pada Elbow Joint, dan
pengetahuan rangkaian elektronik untuk mendisain
Kata Kunci : Sinyal Electromyograph, Elbow Joint, rangkaian instrumentasi EMG.
Penguat Instrumentasi, Rangkaian Filter, Discrete Fourier
Transform (DFT), Mean Power Frequency (MPF)
II. GERAKAN ELBOW JOINT
Beberapa gerakan elbow joint seperti ditunjukkan
pada gambar 1a dan 1b. Keempat gerakan Elbow Joint
I. PENDAHULUAN
tersebut mempunyai beberapa istilah yaitu flexion
Pengembangan teknologi Elektronika Biomedik (bergerak meninggalkan posisi resting), extension
semakin pesat dan salah satunya pada bidang (bergerak menuju posisi resting), Pronation (bergerak
rehabilitasi medik, sehingga penulis dalam penelitian ini menuju posisi punggung telapak tangan menghadap ke
mengangkat masalah sinyal Electromyograph depan), Supination (bergerak menuju posisi telapak
khususnya Elbow Joint yang sangat berperan sebagai tangan menghadap ke depan).
pendukung gerakan lengan manusia. Dari referensi yang digunakan menjelaskan bahwa
Sinyal EMG yang dideteksi menggunakan surface sinyal otot yang berperan untuk 4 pola gerakan Elbow
electrode dan ditampilkan pada osiloskop merupakan Joint ada 9 otot [4] seperti ditunjukkan pada tabel 1.
jumlahan dari beberapa fiber muscle.[1]
Sinyal EMG mempunyai range frekuensi pada energi Tabel 1. Otot yang menggerakkan Elbow Joint [4]
dominan antara 20 500Hz, dengan amplitudo antara 0 Muscle Action
10 mV. [2]. Biceps Brachi Flexion at Elbow
Banyak metode penelitian berbasis EMG telah rachialis Flexion at Elbow
dilakukan para peneliti untuk semakin meningkatkan Brachioradialis Flexion at Elbow
Anconeus Extension at Elbow
tingkat akurasi gerakan lengan maupun tingkat akurasi Triceps brachi (TB)Lateral head Extension at Elbow
dari pengenalan pola sinyal EMG. Beberapa peneliti TB. Long Head Extension at Elbow
seperti Huang dan Chen [3] membangun sebuah sistem TB. Medial Head Extension at Elbow
myoelectric discrimination untuk sebuah lengan Pronator Quadratus Pronation
buatan banyak sudut (multi- degree prosthetic hand). Pronator Teres Pronation
Mereka menggunakan Back Propagation Neural Supinator Supination
Netwok (BPNN) untuk memisahkan beberapa set ciri
(feature set). Dari sistem pemisah ini tingkat sukses rata
B9-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
{x )}
j
(n (k ) (n )e
kn
D F T = X = n = 0
x N
(4)
N
2 f (i ) m ag (i )
M P F = i=1
N (5)
2
i=1
m ag (i )
Otot yang yang menggerakkan Elbow Joint dapat Gambar 3. Blok Diagram Rangkaian Instrumentasi
ditunjukkan seperti pada gambar 2.
Dari 9 otot yang ada dipilih 3 otot yang dapat mewakili Rangkaian Instrumentasi yang digunakan dapat
gerakan Elbow Joint, yaitu triceps brachi,
brachi biceps brachi, dijelaskan sebagai berikut :
dan pronator teres.
1. Rangkaian Differensial Amplifier
III. ANALISA DOMAIN FREKUENSI
Untuk mengetahui komponen frekuensi yang ada Persamaan Differential
erential Amplifier [7] adalah
- 2. -2
-
pada sinyal rekaman suara, maka digunakan metoda *+ , . . ,,1 0 . . *432 ' *431 (6)
fourier transform (FT) diantaranya adalah Discrete -1 -2
Fourier Transform (DFT), dan Mean Power Frequency
(MPF) Perencanaan penguat : 1,2 Volt output pada
Input 5 mV, sehingga Penguatan sebesar 240 x
A. Discrete Fourier Transform (DFT) Desain penguat : nilai Rf dan R1 = 5,1K
5,1K
Secara matematis DFT dapat dihitung menggunakan Maka dengan Av = 240, nilai Rg = 836,82
persamaan (1) sebagai berikut :
(1)
B9-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
9#
- (10)
4< = 58#
2. Rangkaian Low Pass Filter orde 4 Gambar 9. Hasil Uji rangkaian HPF
B9-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B9-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B9-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B10-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Vo
Io =
R
Faktor daya input :
Po Vo sin 2
= = 1 +
VA Vs 2
Gambar 2.2 Rangkaian AC Voltage Controller dengan Triac B. RTC (Real Time Clock)
Serial RTC (Real Time Clock) merupakan modul
Rangkaian AC Voltage Control terdiri sepasang penghitung waktu dan penyimpanan data yang
SCR yang dihubungkan secara anti parallel atau invers compatible dengan DT-51. RTC yang digunakan dalam
parallel antara sumber dan beban.Hubungan anti paralel ProyekAkhir ini adalah DS1307, dimana komponen
SCR tersebut dapat diganti dengan Triac seperti yang utama RTC adalah DS1307 dengan fitur :
terlihat pada Gambar 2.2 untuk aplikasi daya rendah. a) Menghitung waktu mulai detik, menit, jam,
Untuk gelombang penuh pengontrolan fasa
tanggal, bulan, tahun, dalam hari dalam minggu
simetris dari SCR T1 dan T2 diberikan penyulutan
sebesar dan + masing-masing dari persimpangan dengan kompensasi tahun kabisat sampai 2100.
tegangan masukan, kekuatan aliran yang menuju ke b) Memory / RAM sebesar 31 byte.
beban dikontrol melalui kaki gate pada SCR. c) Akses single byte atau burst.
Pengoperasiannya dilakukan setiap setengah siklus. d) Support battery lithium atau Ni-Cd untuk
Pada saat siklus positif diberikan penyulutan fasa backup supply.
sebesar , dan pada saat siklus negatif penyulutannya e) Kemampuan Tricle Charge untuk pengisian
sebesar +. Prinsip pengoperasian setiap setengah
battery jenis Ni-Cd.
siklus ini hampir sama dengan halfwave rectifier
terkontrol.
B10-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A. AC Voltage Controller
Rangkaian pengontrol AC to AC satu fasa yang
tampak pada Gambar 3.2 dirancang untuk bekerja
sebagai pengontrol tegangan AC untuk mensuplai
tegangan ke beban dengan nilai tahanan tetap.
Data untuk simulasiAC Voltage Controller :
tegangan sumber Vac = 220 volt
beban lampu 220 volt, 100 watt
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara resistansi dan iluminasi
gain voltage sensor : Vo sen = 10 volt dan Vin max =
IV. PERENCANAAN SISTEM 311 volt
Vo sen 10
Perencanaan sistem secara keseluruhan dapat Gain = = = 0,0321
dijelaskan seperti blok diagram dibawah ini : Vin max 311
tegangan penyulutan thyristor :
untuk = 70
Vdc = Vo sen sin 70 = 10 0,939 = 9,39 volt
Untuk sama dengan 70(deg), maka adalah sebesar
1,19(rad).
START A
Nyala dengan
intensitas mula
Nyala lampu 75%
Baca waktu
Baca waktu
B10-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
% error =
(Vo perhitunga n Vo simulasi ) 100 %
netral. Fungsi resistor ini adalah untuk menurunkan
Vo perhitunga n tegangan dari tegangan sumber menjadi tegangan yang
(187 ,13 185,14 ) dikehendaki.
= 100 % = 1,06% Dalam perhitungan Vin yang digunakan 220 volt
187 ,13
danVout yang diharapkan adalah 5 volt, maka :
R2
Vout = Vin
Tabel 3.1 Hasil tegangan output secara perhitungan dan simulasi R1 + R 2 + R3
Tegangan Tegangan R2
Perhitungan Simulasi 5 = 220
R1 + R 2 + R3
(V) (V) Dimana R1 = R3, maka :
0 220 220 R2
30 217,29 216,67 5 =
220
2 R1 + R 2
45 210,52 209,5 10 R1 + 5 R 2 = 220 R 2
60 198,3 196,8
10 R1 = 215 R 2
70 187,13 185,14
10
R2 = R1
215
B. IC TCA 785 R2 = 0,047 R1
Rangkaian driver IC TCA 785 berfungsi sebagai Ditetapkan nilai R1 = R3 = 470k
470k
pembangkit pulsa dari rangkaian pengontrol gelombang R 2 = 0,047 470k = 22,09k
penuh satu fasa, pengaturan pulsa terletak pada Maka R2 yang digunakan adalah 22k 22k karena
potensiometer yang akan dikontrol melalui rangkaian keterbatasan variasi nilai komponen.
DAC. Pengontrolan dengan menggunakan IC TCA 785
akan diperoleh keuntungan sebagaii berikut : V. PENGUJIAN SISTEM
Penetapan titik nol yang lebih tepat. A. AC Voltage Controller
Pengaturan sudut penyulutan mulai dari 0
Untuk pengujian AC Voltage Controller
sampai dengan 180.
menggunakan beban berupa lampu pijar 220V, 100W
Daerah pemakaian yang lebih besar. yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 dibawah ini.
Rating arus kerja relatif kecil, mulai dari
250mA sampai 500mA. Tabel 4.1Hasil
Hasil pengujian AC Voltage Controller
Tagangan kerja 15 Volt. Vin Duty Vo-uji
uji Iout
P (W)
(V) cycle (V) (A)
Dapat digunakan untuk mengontrol tiga fasa
0 219 0,828 181,33
Untuk pengontrol gelombang penuh satu fasa yang
terkontrol, karena input dari tegangan jala-jala 30 215 0,788 169,42
mempunyai beda fasa 180 maka dibutuhkan pulsa 45 209 0,757 158,21
penyalaan yang mempunyai beda fasa 180 untuk setiap
220 70 175 0,647 113,23
siklus tegangan positif dan negatif. Hal ini dapat diatasi
dengan cara mengambil tegangan input dari sinkronisasi 90 155 0,511 79,205
IC TCA 785 (terdapat pada kaki no.5). Rangakaian 110 110 0,355 39,05
pembangkit pulsa dapat dilihat pada Gambar 3.4. 135 70 0,243 17,01
250
Tegangan output (V)
200
150
100
Gambar 3.4 Rangkaian skematik driver triac menggunakan IC TCA
785 50
0
Keluaran IC TCA 785 pada kaki no.14 untuk pulsa
penyalaan tegangan siklus negative jala-jala sedangkan 0 100 200
Dutycycle (%)
kaki no.15 digunakan untuk penyalaan tegangan dari Gambar 4.1 Grafik tegangan terhadap sudut penyalaan triac
siklus positif jala-jala.
C. Sensor Tegangan
Sensor tegangan menggunakan resistor pembagi
tegangan dipasang secara parallel
rallel antara phasa dengan
B10-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B10-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B11-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B11-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(a) (c)
(b) (d)
Gambar 3: (a) Sinyal suara jantung normal satu siklus, (b) STFT dari (a), (c) Sinyal suara jantung abnormal satu siklus (Mitral Regurgitasi),
(d) STFT dari (c).
~
, = , = ~
| |
(4)
dimana s menunjukkan skala, adalah time shift yang
menunjukkan pergeseran atau translasi mother wavelet
dan * ((t-)/s) menunjukkan mother wavelet.
C. Center Of Grafity (COG)
COG adalah titik pusat pivot dari sebuah area. Jika (tCOG,
sCOG) adalah koordinat dari CWT koefisien sebagai
magnitudo yang ternormalisasi, di mana lokasinya
adalah (t1, s1), (t2, s2),,(tn,sn), waktu-koordinat Gambar 4. Satu siklus suara jantung normal.
diberikan pada persamaan: Hamming window, lebar window adalah 100 point, dan
n
B11-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 5: (a) Sinyal suara jantung normal satu siklus, (b) Koefisien CWT untuk (a). Spektrum warna menunjukkan magnitudo ternormalisasi dari
koefisien wavelet, dimana ungu dan merah merepresentasikan energi terendah dan tertinggi. (c) Komponen A2 dan P2 pada sinyal suara jantung
kedua (S2), (d). Sinyal suara jantung abnormal (Mitral Regurgitasi) satu siklus, (e) Koefisien CWT untuk (d). Spektrum warna menunjukkan
magnitudo ternormalisasi dari koefisien wavelet, dimana ungu dan merah merepresentasikan energi terendah dan tertinggi. Satu siklus
mengandung suara pertama dan suara kedua. (f) Komponen A2 dan P2 pada sinyal suara jantung kedua (S2).
B11-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
katup pulmonary), yang terpisah lebih dari 0.020 detik. sebesar 0.071 0.01017, durasi A2 sebesar 0.021
Split dua komponen suara jantung, disebabkan oleh time 0,0096 detik dari total data, dan durasi P2 sebesar 0.016
delay antara komponen ortic dan komponen pulmoanari. 0,0039 detik. Dari hasil suara mitral regurgitasi,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat time tampak bahwa countour yang dihasilkan dari S2 tidak
split pada komponen A2 dan P2 yaitu sebesar 0.03 terpisah sedurasi S2 sebesar 0.02537 0.00115 detik.
0.0144 detik, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat time
Hong hong [12] dengan metode paket wavelet, dapat split pada komponen A2 dan P2 yaitu sebesar 0.03
menentukan time delay sebesar 10 ms. 0.0144 detik untuk jantung normal.
Satu siklus S2 pada jantung normal penelitian ini Penelitian selanjutnya adalah pemodelan suara
sebesar 0.071 0.01017 detik, sedangkan satu sikus S2 jantung yang diharapkan mampu lebih mendiskripsikan
pada Mitral regurgitasi sebesar 0.02537 0.00115 detik. dan memberikan informasi tentang karakteristik suara
Durasi dari komponen A2 sebesar 0.021 0,0096 detik, jantung secara objektif.
lebih lama jika dibandingkan durasi P2 sebesar 0.016
0,0039 detik. Hal ini berarti bahwa siklus S2 normal DAFTAR PUSTAKA
lebih lama jika dibandingkan dengan S2 abnormal. Time [1] A. Abbas K dan Bassam, Rasha (2009), Phonocardiography
delay antara A2 dan P2 sangat penting secara klinis, Signal Processing, Morgan & Claypool Publisher.
[2] M. Akay (1990), Noninvasive detection of coronary stenoses
untuk menganalisa adanya kelainan jantung secara before and after angioplasty using methods, IEEE trans. vol. 37.
kualitatif dan kuantitatif. [3] R.Lande dan Pelupessy (1989), Bunyi jantung, Cermin Dunia
Telah diperlihatkan bahwa metode CWT lebih akurat Kedokteran No. 56, Universitas Hasanudin.
dan tepat daripada STFT untuk menentukan karakteristik [4] J.Xu, dan LG Durand (2000), Non Linear Transient Chirp Signal
modelling of the Aortic and Pulmonary Component of the Second
sinyal suara jantung manusia secara simultan dalam Heart Sound. IEEE Trans Biomed Eng vol 47.
domain waktu dan frekuensi. Estimasi dari metode ini [5] A.Rizal, dan Suryani, Vera (tidak ada tahun), Pengenalan Suara
mampu mengkarakterisasi secara objektif dan jelas. Jadi, Jantung menggunakan Dekomposisi Paket Wavelet dan Jaringan
akan sangat membantu secara klinik baik kualitatif dan Syarat Tiruan ART2 (Adaptive Resonance Theory 2), Sekolah
Tinggi Teknologi Telkom Bandung.
kuantitatif. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya [6] B.Popov (2004), Automated Extraction of Aortic and Pulmonary
akan dilakukan pemodelan suara jantung yang Components of the Second Heart Sound for the Estimations of
diharapkan mampu lebih mendiskripsikan dan Pulmonary Artery Pressure, IEEE EMBS.
memberikan informasi tentang karakteristik suara [7] M.D. Lehrer, Steven, (1994), Memahami Bunyi dan Bising
Jantung Anak, Alih Bahasa Dr. Damayanti, DSA, Binarupa
jantung secara objektif. Aksara, Jakarta Barat.
[8] M. Barkat, (2005), Signal detection and estimation, Artech
House, Inc, Canton Street, Norwood.
[9] S.M, Debbal Amin dan Fethi Reguig-Bereksi (2008), Features of
VI. KESIMPULAN Heartbeat Sound signal Normal and Pathological, Bentham
Pada penelitian ini digunakan STFT dan Wavelet Science Publisher Ltd.
Transform untuk melihat frekuensi dominan kompenen [10] S. Emanuel dan D. abner J (1994), Rapid Interpretation of heart
sound and murmurs (Interpretasi Akurat Bunyi Jantung), Second
A2 dan P2. Hasil yang diperoleh adalah dengan Edition, Alih bahasa: Soenarno, dr, Penerbit buku kedokteran.
menggunakan STFT belum bisa memberikan hasil yang [11] M.S., Obaidat (1993), Phonocardiogram Signal Analysis:
akurat, karena masih terlihat over lapping sinyal, techniques and performance comparison, Journal of medical
sehingga komponen penyusun belum terlihat jelas. engineering and technology.
[12] H. Seung (1999), Comparison between Short Time Fourier and
Sedangkan dengan menggunakan Wavelet Transform Wavelet Transform for Feature Extraction of Heart Sound, IEEE
dapat memberikan informasi waktu dan magnitudo dari TENCON.
komponen penyusun S2, durasi S2 suara jantung normal
B11-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B12-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B. Load Cell
Prinsip kerja dari load cell adalah berdasarkan hokum
Hooke yang terdiri dari 4 strain gauge didalamnya.
Dimana 2 strain gauge mengalami tarik dan 2 strain
gauge mengalami tekan. Akibat adanya beban, pegas
mengalami regangan yang dinyatakan dalam angka
strain yang selanjutnya diteruskan ke amplifier.
Load cell adalah komponen utama pada sistem Gambar 3.4 Bentuk fisik pneumatic cylinder
timbangan digital. Tingkat keakurasian timbangan
bergantung dari jenis load cell yang dipakai. Sensor
load cell apabila diberi beban pada inti besi maka nilai IV. KONFIGURASI SISTEM
resistansi di strain gauge-nya nya akan berubah yang A. Perencanaan Sistem
dikeluarkan melalui empat buah kabel. Dua kabel Dalam membangun sistem otomatisasi pengisi gula
sebagai eksitasi dan dua kabel lainnya sebagai sinyal pasir pada kemasan berdasarkan nilai berat gula yang
keluaran ke kontrolnya. berbeda-beda
beda sebagai solusi untuk mempermudah dan
mengatasi permasalahan-permasalahan
permasalahan yang timbul
B12-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C. Perencanaan Motor
otor DC
Motor yang digunakan untuk menggerakan scroll
ulir pada hoper dalam penelitian ini direncanakan
sebagai berikut :
Torsi mekanik
T = F d (1)
Seperti tampak pada gambar 4.3
4 berikut ini:
B12-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 4.6 Bentuk gelombang arus output full wave rectifier 1 fasa
B12-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Output dari load cell akan dibaca oleh ADC internal Pengujian load cell ini dimaksudkan untuk
mikrokontroler, namun jika langsung dihubungkan menimbang berat gula yang akan di tampilkan pada
antara kabel output load cell dengan PORT ADC mikro layar lcd yang telah dirancang. Untuk menampilkan
maka ADC internal mikro tidak dapat membaca nilai berat dan pembacaan adc pada lcd maka harus
tegangan output dari load cell karena terlalu kecil memprogram pada mikrokontroler atmega16.
nilainya. Oleh karena itu sebelum masuk ke PORT ADC
mikrokontroler, output load cell harus dikuatkan
B. Pengujian Motor DC pada Hoper
menggunakan rangkaian IC INA 125.
Pengujian motor DC pada hoper dilakukan dengan
cara memberi tegangan yang bervariasi yaitu 24 volt dan
30 volt pada kemasan gula 1 kg, 500 gram dan 250
gram.
V. PENGUJIAN SISTEM
Tegangan _ data
Vadc = x 255
Tegangan _ referensi (3)
Tabel 5.1 Data hasil pengujian sensor load cell setelah dikuatkan
dengan IC INA 125
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan
tegangan yang ideal untuk menggerakkan motor dc agar
pengisian gula pasir pada kemasan dapat terisi dengan
cepat dan berat gula yang terisi sesuai dengan
permintaan yaitu 1 Kilogram, 500 Gram dan 250 Gram
dengan diharapkan tanpa adanya kurang atau lebih dari
berat yang diminta.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
B12-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B12-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B13-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B. Pemilihan Sensor
Sensor yang digunakan adalah akselerometer
3-sumbu MMA7361L dengan skala 1.5 g atau 6 g
Gambar 3. Posisi Sensor pada Segmen Foot
buatan Freescale Semiconductor, Inc. Untuk mengukur
gerakan kaki manusia yang relatif lambat, maka akan
dipilih skala 1.5 g (1 g = 9.81 m/detik2). dimana %&_' dan %&_( adalah tegangan output
Digunakan pula sensor giroskop 2-axis LPY510AL akselerometer pada sumbu X dan sumbu Z, sedangkan
dengan skala 400/s buatan STMicroelectronics. Pada %(!)&_* adalah tegangan output akselerometer pada tiap
analisa respon statis sudut sendi kaki, giroskop sumbunya ketika mengalami percepatan gravitasi nol.
digunakan sebagai penentu orientasi sudut tilt. Nilai %(!)&_* dan +, -./.0./ - dapat dilihat pada
Sensor akselerometer dan giroskop yang digunakan datasheet akselerometer [8].
menggunakan teknologi micro-electro-mechanical Arah sudut positif dan negatif ditentukan oleh sumbu
system (MEMS) dengan ukuran yang kecil, bertujuan laju-X giroskop, dimana bila berputar searah jarum jam
agar sistem sensor mudah dipakai dan nyaman bagi akan bernilai negatif, demikian sebaliknya.
pasien. Kedua sensor dijadikan satu PCB menjadi sensor Dengan pemilihan posisi sensor seperti di atas dapat
inersia (Inertial Measurement Unit / IMU) dengan arah dibuat sketsa diagram vektor untuk masing-masing
vektor sumbu seperti pada Gambar 1. Dibutuhkan empat segmen lower limb seperti pada Gambar 4. Sehingga
unit sensor inersia yang ditempatkan pada segmen body, sudut tilt untuk tiap segmen lower limb adalah:
paha, betis dan telapak kaki.
= 1
(6)
1
C. Penempatan Sensor
Untuk mendapatkan respon linier akselerometer = 2
(7)
dalam mengukur sudut tilt suatu segmen terhadap vektor 2
= (2)
=
_ _
(3)
!" # #$#
=
_ _
(4) Gambar 4. Sketsa Diagram Vektor Akselerasi Akselerometer pada
!" # #$#
Tiap Segmen Lower Limb
B13-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
7 = (10)
8 = (11)
= 45& (12)
B13-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B13-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B13-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B14-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Prinsip dasar dari sensor MEMS adalah capasitive B. Rangkaian pengkondisi sinyal
sensor dimana dengan percepatan getaran tertentu akan Dikarenakan sinyal output dari sensor MEMS
mengakibatkan perubahan kapasitansi dan pada sangatlah kecil yaitu 38mV/g(datasheet
akhirnya akan mengakibatkan perubahan tegangan ADXL150,2008) maka perlu dikuatkan untuk dapat
output dari sensor MEMS seperti persamaan di bawah: dibaca antar muka berupa Mikrokontroler
ATMega128L. rangkain yang digunakan sebagai
. pengkondisi sinyal adalah rangkaian instrumentasi
a=- C (1)
dengan penguatan 10x seperti gambar 4. Dibawah.
dimana output tegangan sensor kapasitif dari sensor
MEMS ditentukan oleh persamaan:
= (2)
B14-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
n
ftengah = 10 10 Hz
0, 3 , 6 , 9 , 12, .
n =
. !
"= 10
= 10 . !
B14-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(b)
(a)
(c)
)
Gambar 9. Frekwensi domain getaran bearing kecepatan 17.6m/menit
(b) (a) normal, (b)bearing kotor, (c)ball bearing aus
(c )
V. (a)
Gambar 7. Frekwensi domain getaran belt conveyor dengan kecepatan
16.6m/menit (a) belt normal, (b) kendor, (c) kendor maksimum
(b)
(a)
(c)
B14-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
kondisi PUSTAKA
bearing percobaan dikenali % error
[1] Hou Yu Fu and Meng qi Rui, (2008). Dynamic characteristic of
Normal 10 kali 8 kali 25 conveyor belts : (Elsevier) p. 629-633.
kotor 12 kali 11 kali 8.3 [2] N.Tandon and G.S Yadava, (2005). A comparison of some
condition techniques for the detection of ball bearing (Elsevier)
ball bearing p.244-256.
aus 12 kali 12 kali 0 [3] Dale Penington, (2004). Basic shock and vibration
theory:www.endevco.com.
Dari percobaan identifikasi belt dan bearing di atas [4] Bruno Fazenda, Fengshou Gu,et al (2009), Measurement and
Diagnostic of engine belt physical condition from acoustic
dapat dilihat bahwa untuk belt kondisi dengan % error signals, ICROS-SICE international conference
terkecil adalah kondisi normal dan bearing pada kondisi 2009,Fukuoka,Japan.
ball bearing aus. [5] Matej andre jasic and Dr.igor paberaj, (2008). MEMS
Accelerometer, University of lubjlana. Dept of physics
Pada belt % error terbesar pada belt adalah belt engineering.
kendor maksimum karena antara belt kendor dan kendor [6] Y Pang and G.Lodewijks, (2006). A Novel embedded conductive
maksimum karakter sinyal memiliki kemiripan diantara detection system for intelligent conveyor belt mobitoring
(IEEE,2006).
keduanya, sedang pada bearing kondisi error terbesar
pada kondisi normal, karena karakter sinyal antara
kondisi kotor dengan kondisi normal memiliki karakter
yang menyerupai.
V. KESIMPULAN
B14-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B15-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B15-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
3I 3x42,71x10#$
I = = = 1,3 mA
hfe 100
4 5 6
Vcc + I . R + V ( =0
Gambar 5. Sistematika proses kerja dari otomatisasi area
parkir 5 + 1,3x10#$ . R + 0,7 = 0
1,3x10#$ . R = 4,3
C. Perencanaan Catu Daya DC 4,3
R= = 3300 ohm
1,3x10#$
DC power supply digunakan sebagai sumber
tegangan DC untuk rangkaian sensor dan komponen Besaran komponen yang didapatkan menggunakan
komponen lain yang membutuhkan sumber tegangan persamaan di atas akan dimasukkan dalam rangkaian
DC. Pemasangan kapasitor pada sisi masukan bertujuan pada simulasi seperti terlihat pada gambar 8.
untuk meratakan arus dan menghilangkan ripple.
Rangkaian skematik untuk catu daya DC ditunjukkan
pada Gambar 6.
B15-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
*+ .
I = = = 0,0025 A 2,5 mA
,-( )///
V = V +V (
V = (I . R) + V (
V V (
R=
I
V V ( 24 0,7
R3 = R ) = = = 9480 Ohm
I 0,0025
V8 V ( 5 0,7
R$ = R7 = = = 1720 Ohm Gambar 10. Rangkaian driver motor DC menggunakan IC l298
I 0,0025
Rangkaian skematik pengaturan arah motor DC
menggunakan transistor sebagai trigger ditunjukkan
pada Gambar 9.
F. Perencanaan rangkaian driver motor DC
menggunakan Integrated Circuit (IC)
IC yang digunakan pada perencanaan driver motor
DC yaitu IC L298. IC L298 merupakan jenis jembatan
H (H-Bridge) yang terdiri dari dua buah H-Bridge.
Masing-masing jembatan terdiri dari tiga masukan,
yaitu dua masukkan input dan sebuah masukan enable. Gambar 11. Rangkaian skematik sensor inframerah
Masukan enable digunakan untuk mengaktifkan
H-Bridge sedangkan masukan input untuk mengatur
arah putaran motor. Tabel I. Pengujian Catu Daya DC
Tegangan Masukan Tegangan Keluaran (Volt)
% error
(Volt) Teori Praktek
6 6 6.1 0.41
24 24 24.2 0.83
B15-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
saklar transistor terbuka maka transistor akan menahan Untuk real plan, sensor inframerah jenis ini tidak bisa
tegangan supply motor sehingga tidak terdapat arus digunakan karena jarak jangkaunya yang masih rendah,
yang mengalir dan menyebabkan motor berada dalam kemungkinan bisa digantikan dengan sensor ultrasonic
kondisi diam. Saat transistor Q1 dan transistor Q4 yang jarak jangkau objek lebih panjang, yaitu sekitar 3
menerima trigger tegangan yang berasal dari nilai logika meter atau menggunakan laser. Gambar 12
1 mikrokontroler maka arus akan mengalir menuju
resistor R1 dan R4 yang menyebabkan transistor Q1 dan 5
(Volt)
terhubungnya transistor Q1 ke ground. 2 Terdapat
1,5 Terdapat
1 Penghalang)
Tabel III. Pengujian Rangkaian 0,5
Driver Motor Menggunakan Transistor 0
Tegangan Keluaran 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Logika Mikrokontroler
(Volt)
Jarak Jangkauan Sensor (cm)
PORT PORT PORT PORT Sebelum Setelah
A.0 A.1 A.0 A.1 Terbebani Terbebani Gambar 12. Kurva karakteristik sensor inframerah
0 0 0 0 - - menunjukkan grafik perbandingan antara jarak dengan
0 0 1 1 24 21.8 tegangan keluaran analog.
1 1 0 0 -24 -22.7
Tabel IV. Pengujian Rangkaian Pengujian motor DC yang digunakan pada plan
Driver Motor Menggunakan Ic L298 ditunjukkan pada Tabel VI.
Tegangan Keluaran (Volt)
Enable A Input 1 Input 2 Sebelum Setelah Tabel VI. Pengujian Karakteristik Motor DC
Terbebani Terbebani Arah
1 0 18.2 15.4 Rating Waktu Jarak Kecepatan
1 No Gerakan
0 1 -18 -15.3 Motor (Detik) (cm) (RPS)
Motor
0 1 0 Dont care Dont care Motor DC Gerakan
0 1 Dont care Dont care 1 24 Volt/ rotasi 33.69 48 1.43
2 Ampere sumbu x
Motor DC Gerakan
E. Pengujian sensor inframerah 2 24 Volt/ rotasi 17.6 46 2.62
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan jarak 2 Ampere sumbu y
Motor DC Gerakan
terjauh dari sensor inframerah. Tabel V menunjukkan
3 24 Volt/ rotasi 50.58 22 0.44
data pengukuran yang diambil dari pengujian ini. 2 Ampere sumbu z
Motor DC Gerakan
Tabel V. Pengujian Sensor Inframerah 4 24 Volt/ rotasi 3.49 3 0.86
Tegangan Sebelum Tegangan Setelah 2 Ampere sumbu y
Jarak
No Diberikan Penghalang Ada Penghalang
(cm)
(Volt) (Volt)
1 5 0 4.45
VI. KESIMPULAN
2 10 0 4.43 Setelah melakukan proses perencanaan, simulasi dan
3 15 0 4.43 perancangan alat dengan berdasarkan data yang
4 20 0 4.44 diperoleh maka dapat disimpulkan :
5 25 0 4.45
1) Perancangan driver motor DC menggunakan IC
6 30 0 4.43
L298 mengalami drop tegangan terbesar
7 35 0.08 4.44
8 40 0.33 4.42
dibandingkan metode pengontrolan lainnya, yaitu
9 45 0.85 4.44 dengan % kesalahan sebesar 0.15.
B15-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
2) Jarak maksimum yang mampu dijangkau oleh Indhana Sudiharto, ST, MT. Lahir di Madiun, 27
sensor inframerah sebesar 45 cm dan Februari 1966, telah lulus Sarjana Teknik Elektro ITS
tahun 2996 di Surabaya, dan telah lulus pendidikan
menghasilkan tegangan keluaran sebesar 4.44 V. Master Teknik Elektro tahun 2006 di ITS Bidang
3) Merujuk pada sistem secara keseluruhan, sistem Keahlian Teknik Sistem Tenaga, sebagai dosen sejak
tidak akan bekerja apabila pengguna memilih slot tahun 1996 di program studi Teknik Elektro Industri, Politeknik
parkir yang telah terisi kendaraan. Elektronika Negeri Surabaya. Aktif sebagai Assessor ATKIs
(Indonesia Power Engineers Assessor IATKIs Assessor) sejak tahun
2002.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Muhammad H. Rasyid, Power electronic circuit. Devices and
Applicatoins, second edition , Prentice-hall international, Inc, Epyk sunarno, S.ST, MT. Lahir di Ngawi pada
1993. tanggal 23 Juli 1962. Sekarang penulis mengabdi
sebagai staff pengajar tetap di program studi Teknik
[2] Muhammad Samsul Arif., Pengembangan Modul Praktikum
Elektro PENS ITS dan mengajar mata kuliah
Instalsi Industri Lanjut, Tugas Akhir, EEPIS-ITS, Surabaya, Mikrokontroler.
2007.
[3] Angga Laksono Suwiyantana., 2009, Perancangan dan
Pembuatan Sistem Logika Program Prototype Elevator Okky Rizqii Nur Akbar. Lahir di Surabaya pada
Menggunakan CodeVision AVR Pada Mikrokontroler ATMega tanggal 29 Oktober 1990. Riwayat pendidikan penulis
8535 (Software), Tugas Akhir, Universitas Muhammadiyah dimulai pada tahun 1996 di SD Negeri Kaliasin I dan
Malang, Malang, 2009. berhasil lulus pada tahun 2002, selanjutnya studi di
SMP Negeri 4 lulus tahun 2005. Tidak sampai disitu,
[4] http://www.wohr-parking.co.uk/.
pencarian ilmu dilanjutkan ke SMA Negeri 8 Surabaya dan lulus pada
[5] http://www.crayonpedia.org/mw/CRANE_DAN_ELEVATOR_ tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis kembali melanjutkan studi di
%28LIFT%29 PENS-ITS pada jurusan Teknik Elektro Industri. Sekarang ini penulis
aktif sebagai mahasiswa PENS-ITS.
B15-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak Pengaturan pencahayaan lampu pijar penglihatan. Memasang dan menggunakan kontrol
berdasarkan temperatur dengan cara mengatur nilai foto, pengaturan waktu penerangan, dan sistim
tegangan masukanya. Pengaturan nilai tegangan manajemen energi juga dapat memperoleh
masukanya menggunakan rangkaian AC-AC Controller. penghematan yang luar biasa. Walau begitu, dalam
Dengan mengatur sudut penyalaan rangkaian AC-AC beberapa kasus mungkin perlu mempertimbangkan
Controller yang besarnya bergantung oleh kondisi dari
nilai temperature. Nilai temperature di sensor
modifikasi rancangan penerangan untuk
menggunakan sensor suhu PT100. Tegangan keluaran mendapatkan penghematan energi yang
dari sensor suhu PT100 akan dihubungkan ke dikehendaki. Penting untuk dimengerti bahwa
ADC(Analog to digital Converter) pada Microcontroller lampu-lampu yang efisien, belum tentu merupakan
Atmega16 untuk ditampilkan pada layar LCD dan sistim penerangan yang efisien.
digunakan untuk mengatur sudut penyalaan dari
rangkaian AC-AC Controller. Untuk itu dalam Makalah ini akan dibuat sebuah
alat dengan menggunakan konsep pengaturan
Kata kunci AC Voltage Controller , sensor suhu PT100 pencahayaan lampu pijar berdasarkan kondisi suhu
,Microcontroller Atmega16 agar sistem penerangan lebih efisien, hemat energi
dan hemat biaya.
I. PENDAHULUAN
B16-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B16-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(3)
dengan,
Vo = tegangan output ADC (Volt)
Gambar 6. PIN driver TCA785 n = banyaknya bit
Vin = tegangan referensi (6,3Volt)
B16-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B16-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Renny Rakhmawati,,Lahir pada tanggal 24-10- Gigih Prabowo,,Lahir pada tanggal 05-12-1966
1972 Riwayat pendidikan S1Teknik Sistim Tenaga- Riwayat pendidikan : Kebumen technical high
ITS serta melanjutkan ke jenjang S2 dengan jurusan school pada tahun 1981,dan melanjutkan studi S2
yang sama yaitu Teknik Sistem Tenaga-ITS dan pada jurusan Teknik Sistem Tenaga-ITS dan pada
sekarang aktif mengajar menjadi dosen di Polikeknik tahun 1989 sampai sekarang aktif mengajar menjadi
Elektronika Negri Surabaya PENS-ITS dosen di politeknik elektronika negri Surabaya
PENS-ITS
B16-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B17-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
berkisar 20-400 Hz. Siklus jantung dari s1 pertama ke tersebut dalam bentuk *wav. dan di konversi berupa file
s1kedua terjadi pada durasi 800 ms [6]. dat. Lokasi auskultasi diambil pada areal anterior bagian
atas sebelah kiri. Pengukuran diambil di satu titik
IV. TRANSFORMASI WAVELET dengan cara diambilnya suara jantung saja tanpa paru
Wavelet adalah fungsi yang digunakan untuk dengan cara menahan nafas dan mengambil suara paru
mendekomposisi sinyal. Wavelet terlokalisasi di waktu yang tercampur dengan suara jantung.
dan domain frekuensi, sehingga pemrosesan sinyal
wavelet ini cocok untuk nonstationary sinyal yang B. Continuous Wavelet Transform
spektral untuk konten perubahan terhadap waktu. Secara matematis Continuous Wavelet Transform
Resolusi waktu-frekuensi wavelet adalah adaptif, (CWT) dari suatu signal ( ) dapat di selesaikan dengan
pemrosesan sinyal memungkinkan untuk melakukan persamaan [9],
analisis multiresolusi pada sinyal nonstationary. ( , )= ( , )
~
Sifat-sifat wavelet dan fleksibilitas untuk memilih 1
= ( )
wavelet membuat pemrosesan sinyal bermanfaat untuk | | (2)
~
aplikasi ekstraksi fitur.
Transformasi wavelet memiliki perbedaan yang jelas
jika dibandingkan dengan transformasi-transformasi dimana menunjukkan skala, adalah time shift yang
time-frequency lainnya, didalam transformasi wavelet, menunjukkan pergeseran atau translasi mother wavelet
fungsi window dapat berubah-rubah dalam menganalisa !
dan menunjukkan mother wavelet.
frekuensi.
Pada penelitian ini, mother wavelet yang digunakan
adalah complex morlet dengan persamaan sebagai
1
( , )= ( ) berikut :
#% ! *%
(1) ( )= " $ & '() !
& +
(3)
C. Center Of Gravity
Center Of Gravity merupakan titik yang sangat
penting yang berhubungan dengan areal, jika tCoG,sCoG
adalah Center of Gravity koordinat yang merupakan
kumpulan koefisien CWT yang di normalisasi
magnitude berada di lokasi koordinat (t1,s1), (t2,s2),,
(tn,sn) , maka koordinat waktu Center of Gravity di
hitung dengan persamaan berikut [10] ,
? !> >
Gambar 1. Resolusi time-frequency dari transformasi wavelet
;0< = ?>@A (6)
>@A B>
?
A. Pengambilan Data
> !>
Input data adalah suara jantung dan suara paru-paru C;0< = ?>@A (7)
>@A !>
yang terdistorsi suara jantung yang direkam dengan
menggunakan stetoskop digital litman tipe 4100 ,data
B17-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B17-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B17-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B18-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar.3. Diagram Sistem pada Penelitian Analisa Sinyal Electrocardiograph dan Phonocardiography secara simultan menggunakan
Continuous Wavelet Transform
B18-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(t ) dt <
2
Sinyal suara jantung dan sinyal jantung yang (3)
perekamannya dilakukan secara simultan kemudian
dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui hubungan kedua Mother wavelet yang digunakan adalah complex morlet.
sinyal tersebut dan makna fisiologis pada kerja jantung Morlet merupakan fungsi dari Gaussian, yang
yang dihasilkan dari hubungan kedua sinyal tersebut. termodulasi oleh eksponensial komplek, fungsi mother
C. Continuous Wavelet Transform (CWT) wavelet morlet ditunjukkan dalam Persamaan (4)
Continuous Wavelet Transform (CWT) merupakan berikut, dengan nilai 0 = 2f 0 dan f 0 = 0,849 [7].
proses konvolusi sinyal x(t) dengan sebuah fungsi
(t ) =
2
1 t
window, fungsi window dapat berubah disetiap waktu
4
e j0t e 2 (4)
B18-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Dengan
e j 0t = (cos 0 t j sin 0 t ) t
dan t = .
s
Untuk mengubah parameter skala menjadi frekuensi,
maka digunakan persamaan (5) sebagai berikut
fc
f = (5)
s
dimana f c adalah center frequency pada setiap skala
s, nilai f c = f 0 = 0.849.
V. HASIL EKSPERIMEN
Hasil perekaman suara jantung (PCG) pada posisi
Left Ventricle (LV) beserta sinyal jantung (ECG) secara
simultan ditampilkan pada osiloskop Agilent tipe
54621A dan menghasilkan file BMP (Gambar 4) dan Gambar.5. Kontur sinyal suara jantung (PCG) hasil CWT.
berupa file CSV. Ada empat data file BMP dan CSV
yang dihasilkan, masing-masing didapat dari hasil Pada Gambar 5 nampak bahwa gambar tengah
perekaman suara jantung di posisi Left Ventricle (LV), merupakan gambar utama keseluruhan kontur sinyal
Right Ventricle (LV), Pulmonary Artery (PA), dan suara jantung hasil CWT, sedangkan perbesaran titik A
Aortic (AO). Perekaman pada posisi tersebut melibatkan beserta keterangan konversi skala ke frekuensi dan
perekaman sinyal jantung sehingga bisa dihasilkan file waktu terjadi frekuensinya ada di bagian gambar kiri
BMP dan CSV berupa tampilan sinyal secara simultan. atas dari gambar utama, sedangkan perbesaran titik B
ada di gambar kanan atas, titik C ada pada gambar kiri
bawah, dan perbesaran titik D ada pada gambar kanan
VI. PEMBAHASAN
bawah. Pada gambar 6 nampak bahwa perbesaran titik A
A. Analisa Sinyal Suara Jantung (PCG) dan Sinyal beserta keterangan konversi skala ke frekuensi dan
Jantung (ECG) dengan CWT. waktu terjadi frekuensinya tersebut ada di bagian
Data CSV sinyal suara jantung untuk posisi Left gambar kiri atas keseluruhan kontur sinyal jantung,
Ventricle dan sinyal jantung secara simultan dirubah ke sedangkan perbesaran titik B ada di gambar kanan atas.
TXT dengan notepat. Untuk mendapatkan beberapa Pada Gambar 7 nampak bahwa perbesaran titik A, B,
informasi frekuensi dominan dan waktu terjadinya C, dan D beserta keterangan frekuensinya berada di atas
frekuensi tersebut dilakukan CWT pada sinyal suara gambar utama keseluruhan tampilan hasil DFT sinyal
jantung (Gambar 5) dan sinyal jantung (Gambar 6) Suara Jantung posisi Left Ventricle. Untuk Gambar 8
dengan frekuensi sampling 8000 Hz dan rata-rata nampak bahwa perbesaran titik A dan B beserta
jumlah datanya 1999 (data yang diperoleh merupakan keterangan frekuensinya berada di atas gambar utama
besarnya amplitude terhadap waktu). Beberapa keseluruhan tampilan hasil DFT sinyal Suara Jantung.
frekuensi yang dominan pada kedua sinyal diberi tanda
huruf A, B, C dan D untuk memudahkan dalam analisa.
Untuk memastikan beberapa informasi frekuensi
dominan yang dihasilkan masih berada rentang
frekuensi suara jantung (20 Hz sampai 500 Hz) dan
sinyal jantung (dibawah 20 Hz) maka dilakukan proses
DFT pada sinyal suara jantung (Gambar 7) dan sinyal
jantung (Gambar 8). Informasi waktu yang didapatkan
dari hasil CWT digunakan untuk mengetahui beberapa
posisi frekuensi dominan yang dihasilkan pada sinyal
suara jantung dan sinyal jantung. Pada suara jantung,
frekuensi dominan banyak berada pada bunyi suara
jantung pertama (S1) (Gambar 9), sedangkan pada
sinyal jantung frekuensi dominannya berada pada area
glombang QRS kompleks (Gambbar 10).
B18-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B
A
B A
Gambar.7. DFT Sinyal suara jantung posisi Left Ventricle (LV). Gambar.8. DFT Sinyal jantung
Hasil analisa sinyal suara jantung (PCG), kode A suara jantung pada empat titik yang berbeda
merupakan suara jantung pertama dengan frekuensi mempengaruhi hasil adanya informasi S1, S2, S3, dan
dominan 188 Hz di posisi 0,3 detik; kode B merupakan S4 suara jantung. Ini ditunjukkan pada posisi perekaman
suara S2 dengan frekuensi 197 Hz di posisi 0,65 detik; Right Ventricle yang menginformasikan tidak
kode C merupakan suara S3 dengan frekuensi 141 di terdeteksinya suara jantung S4 dan pada bagian
posisi 0,89 detik dan kode D merupakan suara S4 perekaman di Pulmonary Artery informasi sinyal suara
dengan frekuensi 169 Hz di posisi 1,16 detik. Hasil jantung S3 juga tidak terdeteksi. Untuk range frekuensi
analisa sinyal jantung (ECG), kode A merupakan area dominan suara jantung berdasarkan hasil perekaman
sinyal R-S dengan area frekuensi dominannya di 130 Hz pada keempat titik dihasilkan frekuensi suara S1 ada
sampai 154 Hz yang terjadi di antara 0,32 detik sampai pada range 188 Hz sampai 229 Hz; suara jantung S2
0,324 detik; kode B merupakan area sinyal QRS pada 197 Hz sampai 535 Hz; suara jantung S3 ada pada
kompleks dengan area frekuensi dominannya di 94 Hz 141 Hz sampai 212 Hz; suara jantung S4 ada pada 169
sampai 134 Hz yang terjadi di antara 1,2 detik sampai Hz sampai 273 Hz. Berdasarkan data yang diperoleh
1,3 detik. pada Table 2, sinyal QRS kompleks pada sinyal jantung
frekuensinya ada pada range 94 Hz sampai 134 Hz.
B. Analisa hasil CWT Terhadap Keterkaitan PCG dan
Setelah mendapatkan informasi frekuensi dan waktu
ECG.
pada suara jantung dan sinyal jantung beserta
Ditinjau dari informasi waktu yang diperoleh dengan keterkaitannya, penelitian akan dilanjutkan pada
CWT pada suara jantung (PCG) dan sinyal jantung Multimodal Cardiac Analysis untuk mendapatkan
(ECG) yang direkam secara simultan memberikan informasi utama yang berhubungan dengan anatomi dan
informasi bahwa pada detik ke 0,3 terjadi suara jantung fisiologi jantung. Selain itu, akan dilakukan pembuatan
S1 serta terbentuk sinyal R; pada detik ke 0,658 terjadi komunikasi serial yang menghubungkan instrumentasi
suara jantung S2 serta sinyal T yang merupakan PCG dan ECG ke PC.
repolarisasi otot ventrikel; pada detik 0,89 terjadi suara
jantung S3 serta fase setelah sinyal T dan pada detik ke
1,16 terjadi suara jantung S4 serta akan terjadi sinyal Q
atau segmen PR yang merupakan garis isoelektrik yang
menghubungka sinyal P dengan QRS kompleks
(Gambar 11).
Untuk hasil analisa data rekaman suara jantung dan
sinyal jantung di titik perekaman lainya di tampilkan
pada table 1 dan 2. Berdasarkan data yang diperoleh
pada table 1, menunjukkan bahwa posisi perekaman Gambar.9. Sinyal suara jantung posisi Left Ventricle (LV)
B18-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B18-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B19-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
d[]
dt
d[] 1 32
dt
[]2
32 n=1
{
y (nT ) = x(nT )}2
(4) INTERVAL RR = ( RI +1 RI )
E. Integrasi moving window Waktu Sampling (10)
Setelah sinyal dikuadratkan pada blok sebelumnya
maka pada blok ini sinyal QRS kompleks ini akan I. Deteksi titik P
diintegralkan dengan rentang waktu tertentu dan lebar
integrator disesuaikan dengan durasi QRS kompleks. Gelombang P adalah sebuah gelombang yang
Persamaan beda dari integrasi moving window timbul sebelum kompleks QRS. Sehingga gelombang P
dapat dicari dengan berdasarkan lokasi kompleks QRS.
Dengan menerapkan turunan pertama (first derivative)
1
y (nT ) = [ x ( nT ( N 1)T ) +
terhadap sinyal ECG, friesen [2]. X(n)
N merepresentasikan data amplitudo ECG pada bentuk
discrete time n. Kemiringan (slope) gelombang ECG
+ x( nT ( N 2)T ) + .. + x ( nT )] (5) didapat :
slope( n) = 2 X ( n 2) X (n 1) +
F. Fiducial mark
X (n + 1) + 2 X ( n + 2) (11)
Kompleks QRS berhubungan dengan sisi naik dari
integrasi bentuk gelombang. Durasi waktu pada sisi Batas slope ditentukan
naik sama dengan lebar dari kompleks QRS. Titik acuan
untuk lokasi temporal kompleks QRS dapat ditentukan slope threshold = 0.70 x max[ slope( n)] (12)
dari sisi naik sesuai dengan fitur bentuk gelombang
Point pertama dimana slope(n) lebih besar dari
yang diinginkan, seperti kemiringan puncak gelombang
slope threshold merupakan kandidat onset gelombang
R.
B19-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
QRS. Dibuat sebuah algoritma untuk menghasilkan Deteksi nilai maksimum slope
slope threshold berubah secara adaptive. Nilai Metode ini merubah persamaan slope threshold
maksimum slope(n) didapat dengan membandingkan menjadi
seluruh nilai slope(n). Sehingga dalam aplikasi real time
data berubah berurutan, dan nilai maksimum akan
menghasilkan nilai bervariasi.
(a)
(a)
(b)
(b)
(c)
(c) Gambar 4. Sinyal ECG PVC MITDB106: (a)
Gambar 3. Sinyal ECG Normal MITDB100: (a) Deteksi Interval RR, (b) Deteksi Durasi QRS, (c)
Deteksi Interval RR, (b) Deteksi Durasi QRS, (c) Deteksi Durasi Gelombang P
Deteksi Durasi Gelombang P
J. Deteksi titik R
Setelah mendeteksi onset dari kompleks QRS,
tinggi dari onset dianggap sebagai nilai minimum. Titik
maksimum setelah onset merupakan titik R. Nilai
maksimum (maxi) kemudian diupdate dengan
persamaan (13) (a)
(tinggi titik R - tinggi onset ) - maxi
maxi = + maxi
filter parameter
(13)
B19-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B19-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak--Kebanyakan peralatan elektronika memerlukan PFC boost sangat terkenal dan paling banyak dipakai
catu daya berupa sumber tegangan searah yang dihasilkan karena mampu mendapat faktor daya mendekati satu.
dari rangkaian penyearah tak terkontrol. Penggunaan Pemakaian Flyback converter sebagai PFC mempunyai
kapasitor sebagai filter pada rangkaian penyearah tak beberapa keuntungan diantaranya
terkontrol di sisi output menyebabkan faktor daya rendah. terdapat isolasi antara sisi input dan sisi output. Selain itu
Oleh karena itu dikembangkan proyek akhir jenis dc-dc
range untuk menaikkan atau menurunkan tegangan lebih
konverter yang akan diaplikasikan sebagai regulator
tegangan output adalah jenis konverter boost dan sebagai besar jika dibandingkan dengan converter yang lain.
converter perbaikan faktor daya adalah flyback converter.
Regulator diperlukan agar tegangan keluaran dari sistem II. PERENCANAAN SISTEM
stabil dan sesuai dengan set point. Agar rangkaian boost A. Perancangan AC DC Bridge Rectifier 1 fasa
dapat digunakan sebagai regulator tegangan maka harus
bekerja pada kondisi kontinyu. Pada penelitian ini Dalam perancangan alat ini menggunakan Trafo 1
digunakan PI kontroler untuk menjaga kesetabilan dari fasa dengan rating arus 3 A sebanyak satu buah. Setelah
tegangan output sehingga perubahan dari tegangan input itu dirancanglah pnyearah bridge untuk sistem full Wave
maupun perubahan beban tidak menyebabkan perubahan Rectifier, untuk itu digunakan satu buah penyearah bridge
yang signifikan dari tegangan output.
dengan rating 3 A.
Kata kunci--rectifier, flyback converter, boost converter,
PI controller.
I. PENDAHULUAN
Hampir semua pemakaian peralatan elektronika
pada saat ini memerlukan catu daya berupa sumber
tegangan searah yang dihasilkan dari konverter AC-DC
dari rangkaian penyearah dioda. Dalam suatu rangkaian
DC power supply, setelah dioda penyearah digunakan Gambar 1. Rangkaian full Wave Rectifier 1 fasa
Vinrectifier
kapasitor sebagai filter. Tetapi penggunaan filter ini
300
menyebabkan faktor daya yang rendah. Terutama yang 200
-300
satu telah menjadi objek yang mendapat perhatian secara 0 0.01 0.02 0.03 0.04
Pada akhir-akhir ini banyak dikembangkan dan Gambar 2. Gelombang tegangan input rectifier
diteliti bentukbentuk baru dari konverter yang
mempunyai kemampuan yang baik seperti faktor daya
tinggi dan juga rippel tegangan output yang kecil.
Beberapa konverter yang dapat digunakan sebagai PFC
yaitu converter boost, buck dan buck-boost. Konverter
B20-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Mode 2
300
200
100
-100
-200
-300
150
100
Untuk perancangan flyback konverter dibagi menjadi
50 beberapa step yaitu:
0
-50
1. Menentukan Dmax
-100
-150
Gambar 6. Gelombang Arus input rectifier dengan filter C 2. Menentukan nilai induktansi sisi primer
1 T
Vm sin tdt
T 0
Vdc =
2Vm
Vdc = 3. Menentukan jumlah lilitan sisi primer
B20-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
a) Mode 1
Mode 1 dimulai ketika M1 di on-kan pada t
=0. Arus masukkan yang meningkat mengalir
melalui induktor L dan Q 1. Karena tegangan
pada kapasitor masih 0 sehingga beban tidak
Gambar 13. Blok diagram kontrol PI
mendapat supply tegangan saat M1
pertama kali di on-kan. Rangkaian ekivalen Kontrol PI terdiri dari 2 jenis cara pengaturan yang
Mode1 ditujukkan pada Gambar 11. saling dikombinasikan, yaitu Kontrol P (Proportional) dan
Kontrol I (Integral). Masing-masing memiliki parameter
tertentu yang harus diset untuk dapat beroperasi dengan
baik, yang disebut sebagai konstanta. Setiap jenis,
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, hal
ini dapat dilihat pada Tabel
100
-100
-300
pengaturan yang lain seperti Fuzzy dan Robust, Sehingga 0 0.01 0.02
T ime (s)
0.03 0.04
B20-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
D. Simulasi kontrol PI
>=
Co ntinuous
Idea l Switch
carrier
po wergui
Ga + -i
D
g
+
- v
Scope
S
Display
PID
B20-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Perancangan PI controller perlu dilakukan [2] Yamudi, Design of One phase AC- DC Full wave Rectifier With
Flyback and Buck Konverter as Power Faktor Correction
dengan metode try and error untuk mencapai andCurrent Harmonic, PENS-ITS, Surabaya
tegangan yang diinginkan meskipun ada [3] Aditya, Rancang Bangun Penyearah Satu Fasa Menggunakan
Double Series Buck-Boost Converter Untuk Perbaikan Faktor
perubahan tegangan input maupun perubahan Daya, PENS-ITS, Surabaya
beban. [4] Datasheet of Mikrocontroller AT Mega 16
[5] Sutejo Maspriyanto, Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3
Menggunakan Kontrol PI Berbasis Direct Torque Control, PENS
DAFTAR PUSTAKA ITS, Surabaya
[1] Moh Zaenal Efendi, DC-DC Converter, PENS-ITS, Surabaya
B20-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak-- Tujuan penelitian ini adalah mendesain dan Complementary metal oxide semiconductor (CMOS)
menganalis implementasi teknonogi CMOS untuk rangkaian atau semikonduktoroksidalogam komplementer, adalah
data Konverter berupa digital to analog converter dengan sebuah jenis utama dari rangkaian terintegrasi. Teknologi
menggunakan metode R3R dalam sebuah IC. Sehingga CMOS digunakan di mikroprosesor, pengontrol mikro,
dihasilkan inovasi pengembangan IC dengan penggabungan RAM statis, dan sirkuit logika digital lainnya. Teknologi
sistem digital dengan kinerja maksimal berupa disipasi daya
CMOS juga digunakan dalam banyak sirkuit analog,
yang relatif rendah dan kecepatan proses sistem yang tinggi
serta linearitas yang dapat diandalkan dengan seperti sensor gambar, pengubah data, dan trimancar
memperhatikan parameter pada DAC serta daya yang terintegrasi untuk berbagai jenis komunikasi. Frank
rendah. Dari hasil percobaan ini diperoleh digital to analog Wanlass berhasil mematenkan CMOS pada tahun 1967
converter dengan daya sebesar 26.761mW.Penelitian saat ini (US Patent 3,356,858).
yang sedang berlangsung bertujuan agar didapat hasil DAC
yang lebih kecil ukuran dimensinya serta daya yang lebih II. METODOLOGI PENELITIAN
rendah.
Metodologi penelitian digambarkan pada diagram alir
Kata Kunci4 Bit, DAC, R3R.CMOS dalam gambar 2.1 menjelaskan tahapan metodologi yang
akan dilakukan dalam penelitian ini.
Metode penelitian ini meliputi :
I. PENDAHULUAN a. Pre Research
B21-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
( + + + (1)
= 2 ( + + + ) (2)
Gambar 1 Diagram alir proses penelitian
sumber : (Irwan Arifin, 2005)
III. PENELITIAN SEBELUMNYA .
Greenley B,Veith R,Chang D.Y, dan Moon U.K pada Dengan b1 sebagai MSB, bN sebagai LSB, dan VREF adalah
tahun 2005 menyatakan bahwa untuk sebuah 10-bit tegangan sinyal digital.
digital-analog converter (DAC) tegangan rendah untuk Dan untuk tegangan Vout perstepnya dapat dihitung
statis dc operasi dibuat dalam proses standar CMOS 0,18 menggunakan Persaman 3 sebagai berikut:
m. DAC dioptimalkan untuk sistem sirkuit terpadu yang
besar di mana memungkinkan puluhan DAC tersebut
(3)
B21-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 3. Digital to Analog Converter jenis R3R lader V. PERANCANGAN RANGKAIAN DIFFERENSIAL
AMPLIFIER MENGGUNAKAN SOFTWARE
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa rangkaian Dalam sebuah digital to analog converter memiliki 2
DAC jenis R3R memiliki kelipatan resistor sebesar 3 kali jenis komponen sebagai penunjang kinerja sebuah digital
yang menjadilkanya berbeda dari rangkaian R2R lader to analog converter yaitu:
DAC.Tegangan keluaran rangkaian DAC dalam Gambar 5
dapat ditunjukkan dalam Persamaan 4. 1. Komponen aktif
2. Komponen pasif
" $
( + + +
3 9 3$ Untuk sebuah komponen aktivnya diwakili oleh sebuah
= 3 ( + + + ) operational amplifier yang berfungsi sebagai penguat
" % & "
beda (differential amplifier) dengan impedansi input
(4) tinggi dan outputimpedansi rendah. Op amp banyak
digunakan untuk pengubah tegangan (amplitudo da
Dengan b1 sebagai MSB, bN sebagai LSN, dan VREF adalah npolaritas), osilator, filter dan rangkaian instrumentasi.
tegangan sinyal digital. dan untuk tegangan Vout Op amp terdiri dari diferential amplifier untuk
perstepnya dapat dihitung menggunakan Persaman 5. mendapatkan penguatan tegangan yang besar
berikut:
(5)
0,0000
0 20 40 60 80 100
-5,0000 Gambar 6. Rangkaian Op-Amp menggunakan DSCH
-15,0000
-20,0000
B21-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
VII. KESIMPULAN
Gambar 8. Rangkaian R3R Amp menggunakan DSCH Dari hasil analisis dan simulasi dari penelitian yang
masih berjalan hingga saat ini , dapat dinyatakan bahwa
R3R DAC yang dirancang saat ini didapatkan hasil
simulasi berupa daya sebesar 26,761 mW. Layout yang
digunakan berukuran 3m pada tegangan VDD sebesar 5
Volt. R3R memiliki waktu konversi yang baik serta
linearitas yang lebih kecil dari R2R.arah dari hasil
penelitian yang dilakukan dan sedang berjalan agar r3r
memiliki linearitas yang baik serta ukuran dimensi yang
lebih kecil serta daya yang lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
B21-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B21-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei,, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
I. PENDAHULUAN
Gambar 1. Gerbang NOT inverter CMOS
Complementary metaloxidesemiconductor
semiconductor ( CMOS ) (https://docs.google.com
https://docs.google.com)
merupakan transistor MOS yang terdiri atas tipe NMOS (n- (
Channel MOS) dan tipe PMOS (p-ChannelChannel MOS).
MOS Dalam Namun disini Q1 bukan sebagai beban, tetapi kedua
penggunaannya, transistor CMOS dipilih karena konsumsi transistor berfungsi sebagai complementrary switch
disipasi daya rendah daripada teknologi TTL, namun yang bekerja bergantian. Jika input 0 (low)( maka
memiliki kehandalan yang tinggi. Keunggulan lain dari IC transistor Q1 menutup dan sebaliknya Q2 membuka,
CMOS adalah noise margin yang lebih besar daripada noise sehingga keluaran tersambung ke VDD (high). (
margin pada IC TTL dan secara fisik teknologi CMOS Sebaliknya jika input 1 (high
high) maka transistor Q1 akan
memiliki ukuran yang sangat kecil. CMOS membutuhkan membuka dan Q2 menutup, sehingga keluaran
space 1 mil2 sedangkan transistor bipolar membutuhkan 50 terhubung dengan ground 0 volt (low).
( Inverter dasar
mil2. untuk desain merupakan IC digital. Seperti
Sepe ditunjukkan
Fleksibilitas dari Schmitt Trigger Transistor Transistor dalam Gambar 2.. inverter melakukan operasi logika
Logic (TTL) terhambat oleh kemampuan antarmuka yang dari bukan komplemen
plemen A ke komplemen . Ketika
terbatas, impedansi input rendah dan karakteristik output masukkan inverter dihubungkan ke tanah, maka
tidak seimbang. Schmitt Trigger bisa dibangun dari keluaran akan naik ke tegangan sumber (VDD) melalui
perangkat diskrit untuk memenuhi parameter tertentu, transistor PMOS atau M2 (dimana M1 akan menutup).
Schmitt
hmitt Trigger CMOS mengoptimalkan desain bila terminal masukan sama dengan tegangan sumber
karakteristik yang meliputi: interfacing dengan op amp dan (VDD), maka keluaran menuju ke tanah melalui
jalur transmisi, konversi tingkat logika, linear operation, transistor NMOS atau M1 (dimana M2 akan menutup).
dan desain khusus bergantung pada karakteristik CMOS. inverter CMOS memiliki beberapa karakteristik penting
Schmitt Trigger CMOS memiliki keuntungan sebagai s antara lain: Characteristics DC,DC Noise Margins,
berikut: Impedansi masukan yang tinggi (1012 ), Characteristics Switching,, dan Dynamic Power
keseimbang karakteristirk input dan output meliputi Dissipation.
(Ambang batas simetris, biasanya untuk VCC, Keluaran
Ke
sumber arus sama, Pengendali jalan keluaran). Ambang
positif dan negatif menunjukkan variasi rendah yang
berkaitan dengan suhu, batas tegangan (2V - 6V),
Komsumsi daya rendah, Kebal terhadap noise.
A. Transistor CMOS
CMOS adalah evolusi dari komponen digital yang paling Gambar 2 Skema Inverter CMOS dan simbol logika
banyak digunakan karena memiliki karakteristik konsumsi
daya yang sangat kecil. CMOS adalah singkatan dari
B22-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B22-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
! #$#%
(4)
Sebuah analisis yang serupa dapat digunakan untuk
menentukan titik tegangan switching yang lebih rendah
VSPL, sehingga hasil desain memberikan Persamaan
sebagai berikut:
Gambar 4. Skema Schmitt Trigger (Baker, 2010:524) & (& .)' *+,-
= =
' ) .(' *.. *+,- */0,
Untuk menganalisi rangkaian, kita asumsikan bahwa (5)
output dalam keadaan tinggi (VDD) dan input dalam keadaan
rendah (0 V), Gambar 4 menunjukkan bagian bawah dari
schmitt trigger yang digunakan dalam menghitung titik atas IV. HASIL SIMULASI
tegangan switching VSPH, MOSFET M1 dan M2 dalam
keadaa off, dengan Vin = 0 V M3 dalam keadaan on. pada Dari gambar Schmitt Trigger menggunakan
Sumber dari M3 dalam keadaan mengambang (floating) software simulasi microwind seperti dapat dilihat dalam
dimana VDD VTHN atau sekitar 4V untuk VDD = 5 V. Gambar 5 dimana untuk mengetahui kinerja dari
Potensial Vx, ditunjukkan dalam Gambar 5. schmitt trigger yang dirancang.
.
= =
.
(3)
B22-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[1] Baker, R. 2010. CMOS Circuit design Layout and Simulations.
Third Edition. Jhon Wiley and Sons, INC. Canada.
[2] Jaeger, R. 1997. Microelectronic Circuit Design. Auburn
University. The McGraw-Hill Companies, Inc.USA.
[3] Joman, P. 2011. Desain dan Analisis Multiplexer 4 Bit dengan
Metode Cascade Menggunakan Teknologi HCMOS.
Universitas Brawijaya, Malang.
[4] Katyal, V. Randall, L and Chen. D, J. 2008. Adjustable
Hysteresis CMOS Schmitt Trigger. Dept. of Electrical and
Computer Engineering IOWA State University Ames, IOWA,
USA.
[5] Ki Kim, K., Bim Kim, Y and Jun Lee, Y. 2007. Ultra-Low
Voltage VCO Design Using Schmitt Trigger on SOI. Dept. of
Gambar 10. Tegangan Histerisis Electrical and Computer Engineering Northeastern University
Boston. USA.
[6] Lun Chen, S and Dou Ker, M. 2004. A New Schmitt Trigger
Circuit in 0.13 m 1/2.5 V CMOS Process to Receive 3.3 V
Input Signal. Nanoelectronics and Gigascale Systems
Laboratory Institute of Electronics, National Chiao-Tung
University. Taiwan.
[7] Singhanath, P., Kasemsuwan, V and Chitsakul, K. 2011.
DTMOS Schmitt Trigger With Fully Adjustable Hysteresis.
International Conference on Circuits, System and Simulations
IPCSIT. Vol. 7. (2011) (2011) IACSIT Press. Singapore.
[8] Silapan, P dan Siripruchyanun, M. 2011. Fully and
Electronically controllable Current-Mode Schmitt Trigger
Employing Only Single MO-CCCDTA and Their Aplications.
Analog Integrated Circuits and Signal Processing (2011).
69:111-128. DOI 10.1007/s10470-010-9593-2.
[9] Stefanie, A. 2009. Perancangan IC 3 to 8 Decoder dengan
Gambar 11. Frekuensi dan tegangan
Menggunakan Teknologi HCMOS (High Speed
Complementary Metal Oxide Semiconductor). Universitas
V. KESIMPULAN Brawijaya. Malang.
[10] Yuan, F. 2010. A High-Speed Differential CMOS Schmitt
Trigger With Regenerative Current Feddback and Adjustable
Dari hasil analisis dan simulasi dari penelitian yang
Hysteresis. Analog Integrated Circuits and Signal Processing
masih berjalan hingga saat ini, dapat dinyatakan bahwa (2010). 63:121-127. DOI 10.1007/s10470-009-9374-y.
schmitt trigger yang dirancang memiliki daya sebesar 7.993 [11] Yuan, F. 2010. Differential CMOS Schmitt Trigger With
W pada Tegangan VDD = 1.2 V,serta ukuran layout Tunable Hysteresis. Analog Integrated Circuits and Signal
Processing (2010). 62:245-248. DOI 10.1007/s10470-009-
dengan luasan 0.25 m, ukuran Transistor P1, P2 dan P3 9366-y.
dengan ukuran W/L = 2.0/0.12 m dan transistor N4, N5
dan N6 dengan ukuran W/L = 1.0/0.12 m.
B22-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B23-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
berbasis komputer yang dapat digunakan sebagai elektromagnetik yang dihasilkan selama pembakaran
pra-deteksi atau keamanan dalam kasus kebakaran. membara dan menyala. Asap dideteksi dengan cara
Peralatan yang dibangun terdiri dari sensor suhu dan mengukur cahaya yang disebarkan oleh asap dari sebuah
asap, Programmable Peripheral Interface (PPI) 8255, sumber yang terkontrol menggunakan photodetector,
Analog to Digital Converter (ADC), Digital to Analog atau perubahan arus ion yang diciptakan oleh asap yang
Converter (DAC), driver dan semprotan air. Metode melewati sebuah medan radiasi ion. Panas dapat dengan
yang digunakan dalam mendeteksi dan keselamatan mudah dirasakan oleh sejumlah perangkat konvensional,
kebakaran menggunakan sistem fuzzy yang terdiri dari seperti termokopel yang terkompensasi dan termistor.
fuzzikasi, rule base dan defuzzifikasi. Hasil percobaan Suhu mutlak dan laju kenaikan suhu juga digunakan
untuk mendefinisikan kondisi alarm. Bagian ultraviolet
menunjukkan bahwa alat semprot otomatis berfungsi
dan inframerah dari spektrum elektromagnetik biasanya
berdasarkan hasil dari sensor suhu dan asap dengan
dideteksi dengan tabung vakum dan dioda, sel
aturan fuzzy yang diterapkan dalam sistem [3].
fotokonduktif dan photovoltaic, thermopiles dan sel
Dengan penggunaan ban berjalan yang sering di piroelektrik [6].
tambang batubara, kemungkinan timbulnya api Terdapat beberapa tipe detektor kebakaran, yaitu:
meningkat dan kerugian yang disebabkan oleh a. Detektor Kebakaran Penginderaan Panas
kebakaran ban berjalan menjadi lebih sering. Sistem Panas adalah penambahan energi yang menyebabkan
alarm tradisional dengan menggunakan sensor tunggal bahan temperaturnya naik dan juga energi dihasilkan
atau algoritma pemrosesan sinyal api yang relatif oleh bahan yang terbakar.
sederhana tidak dapat memenuhi kebutuhan deteksi b. Detektor Kebakaran Penginderaan Asap
kebakaran ban berjalan di tambang batubara. Sistem Asap adalah keseluruhan partikel yang
deteksi kebakaran multi-sensor merupakan melayang-layang baik kelihatan maupun tidak
perkembangan penting saat ini dalam teknologi deteksi kelihatan dari suatu pembakaran.
kebakaran otomatis. Titik penting dalam deteksi adalah c. Detektor Kebakaran Penginderaan Nyala Api
menggunakan algoritma yang lebih canggih untuk Nyala dari beberapa bahan (contoh hidrogen) tidak
memproses sinyal api. Dalam penelitian ini, terlihat secara kasat mata manusia. Detektor nyala
diperkenalkan prinsip algoritma berbasis jaringan api adalah suatu alat yang bereaksi terhadap
adaptive neural fuzzy network yang memiliki empat munculnya energi radiasi yang terlihat oleh mata
masukan - suhu (T), laju perubahan suhu (T), kerapatan manusia (kira-kira 4.000 ~ 7.700 Angstrom) atau
karbon monoksida (CO) dan tingkat perubahan diluar jangkauan penglihatan mata manusia [1].
kerapatan CO (CO). Hasil percobaan menunjukkan
bahwa menggunakan sistem ini dapat meningkatkan
kemampuan adaptif dan memperkuat kemampuan B. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation
melawan gangguan. Pada saat yang sama, dengan Kelemahan JST yang terdiri dari layar tunggal
menggabungkan inferensi fuzzy dan jaringan saraf yang membuat perkembangan JST menjadi terhenti pada
digunakan dalam pengolahan sinyal kebakaran membuat sekitar tahun 1970-an. Penemuan backpropagation yang
sistem menjadi lebih cerdas dan mengurangi tingkat terdiri dari beberapa layar membuka kembali
alarm palsu [4]. cakarawala. Terlebih setelah berhasil ditemukannya
berbagai aplikasi yang dapat diselesaikan dengan
II. DASAR TEORI backpropagation, membuat JST semakin diminati orang.
JST dengan layar tunggal memiliki keterbatasan
A. Kebakaran dalam pengenalan pola. Kelemahan ini bisa
Api adalah satu reaksi kimia yang kompleks dan cepat ditanggulangi dengan menambahkan satu/beberapa layar
yang melepaskan energi dalam bentuk panas dan cahaya. tersembunyi diantara layar masukan dan keluaran.
Lebih khusus lagi, sebagian besar pelepasan energi Meskipun penggunaan lebih dari satu layar tersembunyi
terjadi sebagai reaksi oksidasi, diringkas dalam segitiga memiliki kelebihan manfaat untuk beberapa kasus, tapi
pembakaran ditunjukkan pada Gambar 1. pelatihannya memerlukan waktu yang lama. Maka
Masing-masing dari tiga sisi - bahan bakar, oksigen dan umumnya orang mulai mencoba dengan sebuah layar
panas - diperlukan untuk proses pembakaran [5]. tersembunyi lebih dahulu.
Seperti halnya model JST lain, Backpropagation
melatih jaringan untuk mendapatkan keseimbangan
antara kemampuan jaringan untuk mengenali pola yang
digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan
untuk memberikan respon yang benar terhadap pola
masukan yang serupa (tapi tidak sama) dengan pola yang
dipakai selama pelatihan [7].
Gambar 1. Segitiga Pembakaran [5]
C. Mikrokontroler
Generasi sistem deteksi kebakaran saat ini dirancang Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit,
untuk merespon asap, panas, atau radiasi di mana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit
B23-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B23-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(a) (b)
B23-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B23-5
EECCIS2012 The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B24-1
EECCIS2012 The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 2 Definisi Delay dalam Gerbang Digital 2Vout + VT , p VDD + k RVT ,n (7)
VIL =
1 + kR
B24-2
EECCIS2012 The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V1 V0
1
2 3
n CL
NM H = VOH VIH
(12)
NM L = VIL VOL
(13) Gambar 6 Grafik Hubungan n dengan CL/CG
P = CLVDD f
2
(14)
Suatu gerbang logika yang ideal haruslah cepat dan
membutuhkan daya minimum. Salah satu parameter
yang dipergunakan untuk menunjukkan ukuran
kecepatan dan daya minimum sebuah gerbang adalah
power delay product (PDP). Semakin kecil nilai PDP,
maka semakin dekat
ekat gerbang logika tersebut ke bentuk
ideal. Persamaan ditunjukkan dalam Persamaan (15).
(1
Gambar 7 Diagram Blok MULTIDEM HCMOS 4 Bit
PDP = tdly.P (15)
B24-3
EECCIS2012 The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A. Desain Rangkaian
Tabel 2 Parameter Desain Transistor CMOS teknologi 0.12m
Rangkaian MULTIDEM menggunakan pin input dan
output secara bersama seperti ditunjukkan dalam
Gambar 4.3. S0 dan S1 berfungsi sebagai selector yang
digunakan untuk mengontrol logika rangkaian
multiplexer atau demultiplexer. Kontrol E berfungsi
sebagai saklar yang digunakan untuk mengaktifkan
salah satu rangkaian yang diinginkan. Kontrol E atau
enable dihubungkan pada gate MOS tipe n dan MOS
tipe p berfungsi untuk mengontrol secara bergantian
fungsi dari pin input dan pin output.
B24-4
EECCIS2012 The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C. Metode
Proses penentuan propagation delay terdapat dua
macam analisis yang digunakan yaitu melihat hasil
simulasi program menggunakan program PSPICE PSP
dengan merubah variable CL dan frekuensi, jika
dihasilkan sinyal unit step yang sesuai maka dilakukan
analisis nilai tPLH,tPHL, tr, tf, tPD. Jika sinyal unit step tidak
Gambar 10 Simulasi Propagation Delay Rangkaian Demultiplexer
sesuai maka dilakukan pemeriksaan pada rangkaian
HCMOS dengan merubah perbandingan nilai (W/L).
Analisis perhitungan dilakukan dengan memasukkan Nilai propagation delay dengan menggunakan
parameter CL, KN, KP,(W/L)N, (W/L)P, VDD ke dalam program simulasi PSPICE dan dalam kondisi aktif untuk
persamaan untuk menghasilkan nilai tPLH,tPHL, tr, tf, tPD. rangkaian multiplexer dengan frekuensi 10 MHz
Jika nilai tidah sesuai maka dilakukan pengecekan ditunjukkan dalam Gambar 11, diperoleh
diperole nilai tPLH =
perhitungan. 6.635ns; tPHL = 2.69ns; tr = 17.2ns;
17.2 tf = 1.05ns;
TPD = 4.66ns.
Analisis nilai noise margin yang juga dilakukan
dengan menggunakan dua metode yaitu
membandingkan nilai noise margin dengan analisis
sinyal VTC dari simulasi program PSPICE dengan
menentukan nilai VIH, VOH, VIL, VOL. Noise margin
diperoleh dengan memasukkan nilai ilai tersebut kedalam
ked
persamaan. Jika sinyal VTC tidak keluar sesuai dengan
yang diharapkan maka dilakukan pengecekan pada
rangkaian HCMOS dengan merubah nilai (W/L).
Analisis perhitungan dengan memasukkan parameter
VT,n; VT,p; KN; KP; KR; VDD; VIN; VOUT untuk
menghasilkan nilai VIH, VOH, VIL, VOL.
Gambar 11 Simulasi Propagation Delay Rangkaian Multiplexer
Disipasi daya diperoleh dengan menggunakan
analisis perhitungan dan memasukkan parameter
B. Noise Margin
perhitungan berupa nilai CL, VDD dan frekuensi. Power
delay product (PDP) merupakan nilai disipasi daya yang Nilai noise margin dengan memasukkan parameter
dipengaruhi oleh propagation delay.
delay Analisis nilai PDP Tabel 1 dalam Persamaan (7) dan (8), diperoleh nilai VIL
menggunakan perhitungan dengan memasukkan = 2.12V & VOL = 0Vdengan dengan memasukkan dalam
parameter PD dan tPD, dilakukan pembandingan dengan Persamaan (10) dan (11) diperoleh nilai VIH = 2.8V &
menggunakan parameter tPD hasil simulasi dan hasil VOH = 5V. Sehingga diperoleh nilai NMH = 1,75V &
perhitungan. Jika hasil yang diperoleh jauh berbeda, NML = 1,75V.
maka dilakukan pengecekan nilai propagation delay Nilai noise margin dengan menggunakan program
pada output A. PSPICE dilakukan dengan analisis grafik simulasi
si VTC
(Voltage
Voltage Transfer Caracteristic)
Caracteristic pada kondisi aktif
III. HASIL & PEMBAHASAN rangkaian demultiplexer yang ditunjukkan dalam
A. Propagation Delay Gambar 12, diperoleh nilai VOH = 5V; VIL = 2.52V;
VIH = 2,55V; VOL = 0V. Sehingga diperoleh nilai
Nilai propagation delay semakin kecil maka
NMH = 2,45V dan NML = 2,52V.
2,52
kecepatan proses IC akan semakin cepat. Keluaran yang
dihasilkan akan bersifat symmetric output drive jika
diambil nilai yang umum untuk parameter
transkonduktansi (KN = 2,5 KP), KN = N.Cox dan KP =
P.Cox dengan menggunakan Persamaan (1), ( (2), (3),
(4), (5), (6) dan C = 15pF. Maka nilai tPLH = 300ns; tPHL=
320ns; tr = 600ns; tf = 640ns; TPD = 310ns.
310ns
Nilai propagation delay dengan menggunakan
program simulasi PSPICE dan dalam kondisi aktif untuk
rangkaian demultiplexer dengan frekuensi 25 MHz Gambar 12 Simulasi VTC (Voltage Transfer Characteristic)
ditunjukkan dalam Gambar 10, diperoleh nilai tPLH = Rangkaian Demultiplexer
2.63ns; tPHL = 5.78ns; tr = 16.6ns; tf = 0.74ns; TPD =
4.2ns .
B24-5
EECCIS2012 The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Nilai noise margin dengan menggunakan program tersebut terjadi karena banyaknya variabel yang
PSPICE dilakukan dengan analisis grafik simulasi VTC digunakan dalam program PSPICE.
(Voltage Transfer Caracteristic) pada kondisi aktif Hasil analisis perhitungan dan simulasi membuktikan
rangkaian multiplexer yang ditunjukkan dalam Gambar bahwa teknologi HCMOS menghasilkan menghasilk nilai
13, diperoleh nilai VOH = 5V; VIL = 2.14V; VIH = propagation delay yang relatif rendah dengan orde ns,
2,2V; VOL = 0V. Sehingga diperoleh nilai NMH = hasil analisis perhitungan tPLH = 300ns; tPHL= 320ns; tr =
2,8V dan NML = 2,14V. 600ns; tf = 640ns; TPD = 310ns. Hasil simulasi dengan
kondisi aktif demultiplexer tPLH= 2.63ns; tPHL= 5.78 ns;
tr = 16.6ns; tf = 0.74ns; TPD = 4.2ns. Hasil simulasi
dengan kondisi aktif multiplexer tPLH= 6.635ns; tPHL=
1.05 s; TPD = 4.66ns.
2.69ns; tr = 17.2ns; tf = 1.05n
Hasil analisis perhitungan dan simulasi menghasilkan
nilai hasil perhitungan VIL = 2.12V; VOL = 0V; VIH =
2.8V; VOH = 5V; NMH = 1,75V; NML = 1,75V. Hasil
simulasi program PSICE pada kondisi aktif rangkaian
Gambar 13 Simulasi VTC (Voltage Transfer Characteristic) demultiplexer VOH = 5V; VIL = 2.52V; VIH = 2,55V;
Rangkaian
kaian Multiplexer VOL = 0V; NMH = 2,45V dan NML = 2,52V. Hasil
C. Disipasi Daya simulasi program PSIPCE pada kondisi aktif rangkaian
multiplexer VOH= 5V ; VIL= 2.14V; VIH= 2,2V; VOL =
Nilai disipasi daya dari hasil perhitungan diperoleh 0V; NMH = 2,8V dan NML = 2,14V.
dengan memasukkan nilai C = 15pF; tPD = 310ns; f = Nilai disipasi daya hasil perhitungan dengan f = 1MHz
1MHz dalam Persamaan (14) dan (15), sehingga adalah PD = 375W W dan PDP = 116,25pJ. Nilai disipasi
W dan PDP = 116,25pJ.
diperoleh nilai PD = 375W daya hasil simulasi kondisi aktif rangkaian
Nilai disipasi daya hasil simulasi dengan kondisi aktif demultiplexer dengan f = 25MHz adalah PD = 9375W
pada rangkaian demultiplexer diperoleh dengan dan PDP = 39.37pJ. Nilai disipasi daya hasil simulasi
memasukkan nilai C = 15pF; tPD = 4.2ns; f = 25MHz kondisi aktif rangkaian multiplexer dengan f = 10MHz
dalam Persamaan (14) dan (15), diperoleh nilai PD = adalah PD = 3750W W dan PDP = 17.47pJ.
9375 W dan PDP = 39.37pJ.
Nilai disipasi daya hasil simulasi dengan kondisi aktif REFERENSI
pada rangkaian multiplexer diperoleh dengan
memasukkan nilai C = 15pF; tPD = 4.66ns;
4.66 f = 10MHz [1] Maini, A.K. 2007. Digital Electronics: Principle Devices and
dalam Persamaan (14) dan (15), diperoleh
diperole nilai PD = Applications. John Wiley & Sons. England
3750 W dan PDP = 17.47pJ. [2] Darmawansyah, Tibyani. Mei 2008. Perancangan IC Decoder
Peraga Matriks 7 x 5 CMOS menggunakan Program Mikrowin.
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2
[3] Grout. 2006. Integrated Circuit Test Engineering. London:
IV. KESIMPULAN Springer-Verlag
[4] Kehrer, Wohlmuth., dkk. November 2003. A 40-Gb/s 2:1
Hasil perhitungan dan simulasi nilai propagation Multiplexer and 1:2 Demultiplexer in 120-nm
120 Standard CMOS.
delay, noise margin
gin dan disipasi daya dihasilkan nilai [5] Tocci Ronald J, Widmer,, Moss. 2007. Digital systems principles
simulasi yang lebih baik dari hasil perhitungan. Hal and applications. Pearson/Prentice Hall
[6] Giger, Randall L., dkk. 1990. VLSI Design Techniques For
Analog and Digital Circuit. Singapore: McGraw-Hill
McGraw Book Co.
B24-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B25-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
untuk meningkatkan arus rata-rata output pada bagian A. Konfigurasi Dual 2-Wide,2-Input TTL AOI
aktif pull-up menggunakan rangkaian pseudoDarlington Konfigurasi gerbang logika Dual 2-Wide,2-Input TTL
dalam rangkaian standar TTL AOI, sehingga dapat AOI, merupakan gabungan gerbang logika yang terdiri
diperoleh hasil lebih optimal terhadap kemampuan dari dua gerbang logika AND, satu gerbang logika OR dan
kinerja dari rangkaian terpadu standar TTL (Integrated Inverter seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Circuit Standar TTL) dual 2-wide,2-input AOI sehingga
dikategorikan sebagai rangkaian High-speed TTL
kemudian hasil penelitian akan dibandingkan dengan
datasheet IC TTL gerbang AOI dual 2-wide,2-input (IC
54LS51 atau 74S51).
B. Tujuan
Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah Gambar 3.1 Konfigurasi TTL AOI
merancang IC TTL AOI (AND OR INVERTER) jenis
standar Dual 2-Wide,2-Input dan dibandingkan dengan Sedangkan Daftar kebenaran TTL AOI Dual 2 wide 2
rangkaian menggunakan aktif base recovery pull-down Input ditunjukkan dalam Tabel 3.1. Fungsi logika TTL
dan Pseudo Darington pull-up sehingga diharapkan AOI yaitu jika input A dan B atau input C dan D pada
diperoleh hasil propagation delay yang optimal dan kondisi tinggi (High) maka output Y adalah berlogika
karakteristik alih tegangan (VTC) lebih simetris sehingga nol (Low).
dikategorikan sebagai rangkaian High-speed TTL AOI. Tabel 3.1. Daftar kebenaran TTL AOI Dual 2 wide 2 Input
Input Output
A B C D Y
II. METODELOGI PENELITIAN
High High x x Low
Penyusunan metodelogi penelitian berdasarkan x x High high Low
spesifikasi rangkaian standard TTL AOI dan x x x x High
menggunakan aktif base recovery pull-down dan Pseudo
Darlington pull-up dengan konfigurasi IC Dual
2-Wide,2-Input dan kemudian hasil simulasi di analisis B. Perencanaan rangkaian Dual 2 wide 2 Input TTL
dilanjutkan pengambaran layout IC, seperti ditunjukkan AOI
pada Gambar 2.1.merupakan diagram alir metodelogi
Tahap pertama perancangan rangkaian standar TTL
penelitian.
AOI yang menggunakan transistor bipolar jenis NPN,
rangkaian kombinasi yang dapat disederhanakan
konfigurasinya sehingga memperkecil jumlah komponen
transistor digunakan dalam perancangan dengan fungsi
yang sama sebagai rangkaian equivalent gerbang logika
TTL AOI (AND OR INVERTER) seperti ditunjukkan dalam
Gambar 3.2 merupakan standar TTL AOI Dual 2 wide 2
Input dan tahap kedua pencanaan menggunakan
rangkaian menggunakan aktif base recovery dan Pseudo
Darlington Gambar 3.3
B25-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C. Model Parameter Dasar Transistor Bipolar Mobilitas hole kolektor (pC) = 407 cm2/V.s, Emitor
Dalam merancang IC TTL terdapat beberapa nilai Lifetime ( pE ) = 0,2 ns, Base Lifetime ( nB ) = 0,2 ns
parameter proses yang telah diketahui nilai dan
,Kolektor Lifetime ( pC ) = 0,7 ns, lebar basis (WB) =
satuannnya,penggunaan parameter ini untuk lebih
mendekati pada karakteristik devais dan mempermudah 0,4 m, lebar emitor (WE) = 0,0012 m, lebar kolektor
dalam proses analisis.Nilai parameter parameter proses (WC) = 0,5 m ,diperoleh difusi elektron di basis
tersebut antara lain : menggunakan Persamaan [4] yaitu :
F merupakan forward common emitor gain yang DnB = n
k .T
(3.2)
digunakan adalah sebesar 10 q
R merupakan reverse common emitor gain yang DnB = 478 .
cm 2
( 0,026V ) = 12,4 cm 2 / s
digunakan adalah sebesar 0,1 V .s
IS merupakan arus saturasi yang digunakan adalah LnB ,basis diffusion length diperoleh dari Persamaan :
sebesar 3 ,64 x 10 16 A LnB = DnB nB (3.3)
ketiga parameter ini diperlukan untuk mengkarakterisasi
individu BJT meliputi IS , F, dan R [9]. LnB = 12,4 cm 2s -1.9,27 .10 -7 s = 0.00338647 cm
E. Perancangan Emitor Area Transistor Bipolar sehingga luasan Emitor Area ( A E ) dengan model
parameter IS (arus saturasi) bipolar transistor sebesar
Struktur transistor bipolar NPN pada penelitian ini
3,64.10 -16 A , dan WB = 0,4 m adalah :
menggunakan common emitor gain ( F = 10 ) dan R =
IS .WB N AB
0,1 sedangkan doping basis ,NDE = 10 20 cm-3 dan AE = (3.9)
doping basis (NAB) = 3,1.10 17 cm-3 ,Doping kolektor q Db ni 2
(NDC) = 2.10 16 cm-3 , Mobilitas hole emitor ( pE) = 50
m2/V.s, Mobilitas elektron basis (nB) = 478 cm2/V.s,
B25-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Sehingga luasan keseluruhan Emitor area (AE) adalah propagation Delay didefinisikan sebagai rata-rata tpHL
sebesar 2,28.10 5 cm 2 , atau luasan persegi emitor Area dan tpLH adalah :
ditentukan dengan A E = 19 x 120 m .
t +t
tPd = PHL PLH (3.18)
2
F. Karakteristik Transfer Alih Tegangan (VTC) Aproksimasi perhitungan untuk tPLH rangkaian tipe
VTC Standar TTL AOI totem pole dengan VOH = 3,5v dapat dituliskan dengan
Perhitungan karakteristik transfer alih tegangan Persamaan [7]:
(VTC) standar TTL AOI parameter VIL terjadi tegangan 1,7
tPHL = CL ( 3.19)
Pu
Do
masukan pada Q2 bekerja, Setelah Q2 aktif maju, akan I C (max) output aktif )
ll
wn
membuat signifikan tegangan drop pada R2 yang pada
gilirannya, akan mengurangi tegangan output, Kemudian aproksimasi perhitungan tPHL didefinisikan
menggunakan Persamaan[4] : dengan Persamaan :
VIL = VBEA - VCE(SAT) (3.10) 1,7
tPHL = CL (3.20)
pu
up
parameter VIH terjadi pada tegangan masukan yang Q2
I E ( average .output aktif )
dan Q3 jenuh,sehingga kedua transistor jenuh
ll
bersama-sama, dan tegangan VOL= VCE(SAT) = 0,1V
berdasarkan perhitungan nilai VIH diperoleh dari CL merupakan kapasitor beban rangkaian dan IC(Max)
Persamaan : adalah arus kolektor maksimum dari output aktif pull
VIH = 2.VBE(SAT) - VCE(SAT) (3.11) down sedangkan IE( Average Output pullup) merupakan arus
Sedangkan nilai Noise Margin Low (NML) didapatkan emitor rata rata dari output,sedangkan perhitungan rise
dari Persamaan : time (tr) adalah waktu yang diperlukan untuk berubah
NML = VIL - VOL (3.12) dari 10% VCC ke 90% VCC.
Kemudian perhitungan parameter Noise Margin High tr = 2.tpLH (3.21)
(NMH) didapatkan dari Persamaan : Fall time(tf ) merupakan waktu yang diperlukan untuk
NMH = VOH - VIH (3.13) berubah dari 90% VCC ke 10% VCC.
tf = 2.tpHL (3.22)
VTC High speed TTL AOI
Perhitungan parameter VTC high speed TTL AOI VIL , Propagation Delay standar TTL AOI
yang diperoleh Jika kondisi transistor Q2,Q3, dan Q6 Analisis perhitungan standar TTL AOI nilai
akan bekerja (menjadi maju aktif) secara bersamaan. parameter propagation delay ( tPlh ) berdasarkan
Sehingga tegangan input low (VIL) adalah : rangkaian aktif pull-up seperti ditunjukkan Gambar 3. 5
VIL = 2.VBEA - VCE(SAT) (3.14) Pada saat,Vo = VCE(sat) = 0,1 V , sehingga arus iB4 dapat
VIH , yang ditentukan dari Persamaan : diperoleh Persamaan :
VIH = 2.VBE(SAT) - VCE(SAT) (3.15) VCC - VBE 4 - VD - Vo
IB 4 = (3.23)
NML (Noise Margin Low ), highspeed TTL AOI R2
diperoleh yaitu :
NML = VIL - VOL (3.16)
Sedangkan parameter NMH (Noise Margin High),
highspeed TTL AOI dengan Persamaan :
NMH = VOH - VIH (3.17)
G. Propagation Delay
Parameter ini mempengaruhi keseluruhan waktu
delay yang dihasilkan ketika gerbang melakukan
transisi. Waktu propagasi dari penundaan ini adalah Gambar 3.5 Rangkaian aktif pull-up standar TTL
perbedaan waktu antara titik di mana VIN meningkat IB4,diperoleh Vo = VCE(sat) = 0,1V sebesar 2,1 mA
sampai 50% dari nilai akhir dan saat VOUT jatuh ke titik Saat Vo = VCE(sat) = 0,1 V ,pengisian arus kapasitor (iCAP
50%. ini disebut tpHL, Dan ketika VIN jatuh sampai 50% IE4 ) jika F = 10 yaitu :
dari nilai akhir dan saat VOUT menurun ke titik 50%. ini i Cap i E 4 = ( + 1 ). i B 4 = (10 + 1 ). 2 ,1 23 mA
disebut tpLH [9].didefinisikan seperti dalam Gambar 3.5
Pada saat Vo meningkat = 1,8 V sehingga arus basis dari
transistor Q4 yaitu 1,125 mA ,pengisian arus kapasitor
(iCAP IE4 ), jika common emitor Gain ( F = 10 )
diperoleh hasil :
iCap i E 4 = ( + 1) . i B 4 = .(1 + 10 )1,125 mA = 11,25 mA
Sehingga arus rata rata pengisian kapasitor yaitu :
23 mA + 11,25 mA
iCap (rata - rata) = 17 mA
Gambar 3.5 Definisi Propagation Delay 2
tpLH ,untuk kapasitor beban ( CL) = 15pf diperoleh yaitu
1,7
tPLH = 15 = 1,5 ns
17
B25-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Propagation Delay Highspeed TTL AOI Sedangkan perhitungan parameter propagation delay
tPHL high speed menggunakan arus IC3 (maksimium) , seperti
Analisis perhitungan parameter propagation delay tpLH
ditunjukkan pada Gambar 3.8 Sehingga perhitungan
high speed TTL AOI, berdasarkan rangkaian seperti
arus IC3 (maksimium) yaitu :
ditunjukkan Gambar 3.7
iC 3 = . i B 3 = 10. 5,26 mA = 52,6 mA
B25-5
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
00,3.4137)
3950 m x 3085m ditunjukkan pada Gambar 4.5
(600.000m,3.3679)
3.0V
2.0V
1.0V
(1.4652,61.892m)
0V
0V 0.5V 1.0V 1.5V 2.0V 2.5V 3.0V 3.5V 4.0V 4.5V 5.0V
V(16)
V1
Gambar 4.1. Hasil simulasi VTC standar TTL AOI Gambar 4.5 IC high speed TTL AOI tanpa pad I/O
menggunakan pad dengan ukuran layout sebesar 19,50
4.0V
3.0V
00,3.4264)
(1.3000,3.3086)
(1.5304,61.959m)
0V
0V 0.5V 1.0V 1.5V 2.0V 2.5V 3.0V 3.5V 4.0V 4.5V 5.0V
V(14)
V1
TP HL T PL H
( 10 .7 85 n, 1. 70 50 )1 5p f no v 1 (6 1. 53 0n ,1 .7 05 0) 1 5pf
(1 1. 04 7n ,1 .7 05 0) 20 pf n ov 2 (6 2. 04 2n ,1 .7 05 0) 2 0pf
4. 0V
(0 .0 00 ,3 .4 13 8)
(1 1. 30 9n ,1 .7 05 0) 25 pf n ov
(1 1. 57 0n ,1 .7 05 0) 30 pf n ov
( 11 .8 32 n, 1. 70 50 )3 5p f no v
( 12 .09 4n ,1 .7 05 0) 40 pf n ov
3
4
5
6
( 62 .5 53 n, 1. 70 50 ) 25 pf
(6 3. 06 5n ,1 .7 05 0) 3 0pf
( 63 .5 76 n, 1. 70 50 ) 35 pf
( 64 .0 88 n, 1. 70 50 ) 40 pf
1
sebagai berikut :
Menerapkan metode rangkaian aktif base recovery
( 12 .35 5n ,1 .7 05 0) 45 pf n ov 7 (6 4. 59 9n ,1 .7 05 0) 4 5pf
( 12 .61 7n ,1 .7 05 0) 50 pf n ov 8 (6 5. 11 0n ,1 .7 05 0) 5 0p f
8
2. 0V
0V
0s
1
1 0n s 20 ns 30 ns 40 ns 5 0n s 6 0n s 7 0n s 80 ns 90 ns 1 00 ns
untuk bagian aktif pull-down dan aktif pull-up
dengan rangkaian pseudoDarlington pada standar
V( 16 ) V( 16 a) V (1 6b ) V( 16 c) V (1 6d ) V( 16 e) V (1 6f) V (1 6g )
T im e
Gambar 4.3 Hasil simulasi Time Propagation delay standar TTL AOI
TTL AOI terhadap kinerja waktu propagasi dari
4 .0V
2 .0V
( 11. 335n ,1. 7132 )40 pf
(11 .168 n,1 .71 32)3 5pf
(1 1.0 01n, 1.7 132) 30p f
(10 .834 n,1 .71 32)2 5pf
(1 0.6 67n, 1.7 132) 20p f
3
4
5
7
8
( 62. 521 n,1. 713 2)40 pf
(6 2.2 06n, 1.7 132) 35p f
(6 1.8 91n, 1.7 132) 30p f
(61 .576 n,1 .71 32)2 5pf
(6 1.2 60n, 1.7 132) 20p f
8
8
1 .0V
0V
0s
V( 14c)
10n s
V(1 4d)
20n s
V (14e ) V( 14f)
30ns
V(14 g)
4 0ns 5 0ns 60 ns 70 ns 80n s 90ns 1 00ns 1 10n s
kapasitor 15pf, diperoleh peningkatan kecepatan 9,8
T ime
Gambar 4.4 Hasil simulasi Time Propagation delay Highspeed TTL kali dibandingkan datasheet TTL AOI SN54LS51.
AOI karakteristik alih tegangan (VTC) dihasilkan IC
high-speed TTL (aktif base recovery dan
C. Perbandingan data hasil simulasi dan datasheet
pseudo-Darlington) berdasarkan simulasi dan
Berdasarkan hasil simulasi dengan perbandingan perhitungan mempunyai nilai lebih simetris
menggunakan Datasheet IC SN54LS51didiskripsikan dibandingkan rangkaian terpadu standar TTL.
dalam Tabel 4.1 memberikan gambaran yang telah Berdasarkan hasil simulasi Disipasi daya (PD) yang
dirancang ,sebagai dasar perbandingan dan kesimpulan dihasilkan high-speed TTL lebih besar dibanding
tentang data hasil yang diperoleh dari perancangan kan rangkaian standar TTL AOI.
terhadap datasheet IC AOI TTL, menggunakan beban
beban kapasitor (CL) = 15 pf.
Tabel 4.1 Hasil simulasi perbandingan dengan Datasheet Time REFERENSI
Propagation delay TTL AOI
[1] Adel S. Sedra, Kenneth C. Smith, 2004.Microelectronic Circuit
Hasil simulasi s Fifth Edition Oxford university press, New York.
Satuan [2] Gray, Hurst, Lewis, Meyer, dkk. 2001. Analysis and Design of
Data sheet
Symbol High Analog Integrated Circuit. fourth Edition. John Wiley & Sons
Standar TTLAOI
Parameter speed Ltd.. New York
SN54LS51[8]
[3] J.-Y. Lee, S. Singh, and J. A. Cooper, 2008. Demonstration and
VOH 3,41 3,42 3,4 characterization of bipolar monolithic integrated circuits in
v 4H-SiC,IEEE Trans. Electron Devices, vol. 55, no.8.
VOL 0,062 0,062 0,5 v [4] John E Ayers.2004. Digital integrated circuits. CRC Press
LLC.University of Connecticut. Boca Raton London New York
VIH 1,47 1,53 2 v Washington, D.C.
VIL 0,60 1,30 0,8 v [5] Kurt Hoffmann.2004.System Integration From Transistor
NMH 1,94 1,89 1,4 v Design to Large Scale Integrated Circuits, John Wiley & Sons
NML 0,53 1,24 0,3 v Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester,West Sussex PO19
tPHL 0,78 0,50 8 ns 8SQ, England.
tPLH 1,53 0,94 13 ns [6] Muhammad H.Rashid.2011.Microelectronic Circuits:Analysis
tR 3,02 1,88 26 ns and Design.PWS publishing company.Boston.
B25-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
[7] March Cahay , ECECS 352: Electronics II (Spring 2012), business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221
[Online].Available : http://www.ece.uc.edu/~mcahay/ Avenue of the Americas, New York..
[8] National Semiconductor Data Sheet, Products Inc.,Texas , 1988. [10] Singh S., and J. A. Cooper, 2011. Bipolar integrated circuits in
[9] Richard C Jaeger, Travis N. Blalock.2011..Microelectronic 4H-SiC,IEEE Trans. Electron Devices, PP 99, no 1.
Circuit Design, Fourth Edition Published by McGraw-Hill, a [11] Philips Semiconductor Data Sheet, Products Inc., 1989.
B25-7
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak -- Penelitian ini membahas tentang rancang hasil berat gula yang tertera pada karung tidak sama
bangun sistem penimbangan gula dengan pengontrolan dengan hasil berat gula yang ditimbang pada warung-
motor untuk supply gula. Pembahasan mencakup cara warung yang ada. Untuk itu pada pabrik gula yang ada
pengontrolan kecepatan motor untuk scroll ulir dengan saat ini membutuhkan pengaturan pada saat
menggunakan mikrokontroler, dengan mengontrol penimbangan agar gula benar-benar sesuai dengan
kecepatan motor bisa mengatur gula yang akan jatuh
agar sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
yang tertera pada karung dan karung diberi barcode
penimbangannya menggunakan sensor berat yang agar jika ada kekeliruan dapat dilihat pada kode
berupa load cell yang berfungsi untuk mengetahui berat barcode tersebut.
gula pada karung/kemasan tersebut. Load cell disini Pada proyek akhir ini dijelaskan bahwa sistem
mempunyai batasan maksimum 5kg dan berat gula yang pengontrolan motor sebagai suplai gula adalah dengan
diinginkan juga harus sama dengan rating dari load cell mengatur kecepatan motor dc yang di kontrol
tersebut. menggunakan mikrokontroler untuk menggerakkan
Pada sistem ini sensor berat atau load cell scroll ulir. Scroll ulir ini digerakkan sesuai dengan
mengeluarkan tegangan DC yang bisa diproses berat gula yang ditimbang menggunakan sensor load
menggunakan Analog to Digital Converter dan cell (sensor berat). Jika berat gula tersebut kurang dari
menggunakan Mikrokontroler. Untuk bagian
penerimanya menggunakan RS 232. Untuk menampilkan
yang diinginkan maka kecepatan ulir ditambah agar
hasil pengukuran, menggunakan Personal Computer berat gula benar-benar sesuai. Dan jika berat gula
(PC) dengan program Visual Basic 6.0. Untuk melebihi dari berat yang ditetukan maka ulir berhenti
pengembangan tampilan visual basic dapat ditambahkan dan lebihnya gula yang sudah di dalam karung maka
sistem database, agar hasil penimbangan dapat tersimpan di ambil secara manual oleh operator yang ada. Berat
di PC. gula ini bisa dilihat pada tampilan lcd. Untuk
Kata Kunci : pengontrolan motor, load cell, visual meminimalisir kekeliruan maka dibuatkan database
basic 6.0 agar semua data pada saat memulai sistem sampai
proses berakhir dapat terlihat.
I. PENDAHULUAN
B26-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Nadi Gluterma Meter Digital . [4]Retna Prasetia, sebagai eksitasi dan dua kabel lainnya sebagai sinyal
Interfacing Port Paralel and serial computer with keluaran ke kontrolnya.
VB 6.0,Penerbit Andi, 2004.
Dari keempat referensi diatas maka dalam proyek
akhir ini akan di buat perancangan alat penggabungan
kedua penelitian diatas yaitu pengaturan scroll ulir
yang digerakkan oleh motor dc sebagai suplai dari
gula dan segera ditimbang dengan menggunakan load
cell. Gambar 2: Bentuk fisik sensor load cell
C. Barcode
III. DASAR TEORI Barcode merupakan instrumen yang bekerja
Beberapa dasar teori yang dijadikan sebagai berdasarkan asas kerja digital. Pada konsep digital,
referensi dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai hanya ada 2 sinyal data yang dikenal dan bersifat
berikut. boolean, yaitu 0 atau 1. Ada arus listrik atau tidak ada
(dengan besaran tegangan tertentu, misalnya 5 volt
A. Mikrokontroler AVR Atmega 128 dan 0 volt). Barcode menerapkannya pada batang-
AVR merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit batang baris yang terdiri dari warna hitam dan putih.
buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Warna hitam mewakili bilangan 0 dan warna putih
Instruction Set Computer) yang ditingkatkan. Hampir mewakili bilangan 1. Mengapa demikian? Karena
semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. warna hitam akan menyerap cahaya yang dipancarkan
AVR mempunyai 32 register general-purpose, oleh alat pembaca barcode, sedangkan warna putih
timer/counter fleksibel dengan mode compare, akan memantulkan balik cahaya tersebut.
interrupt internal dan eksternal, serial UART,
programmable Watchdog Timer, dan mode power D. Driver Motor Dc L298N
saving. Mempunyai ADC dan PWM internal. AVR L298 adalah jenis IC driver motor yang dapat
juga mempunyai In-System Programmable Flash on- mengendalikan arah putaran dan kecepatan motor DC
chip yang mengijinkan memori program untuk ataupun Motor stepper. Mampu mengeluarkan output
diprogram ulang dalam sistem menggunakan tegangan untuk Motor dc dan motor stepper sebesar
hubungan serial SPI. ATmega16 adalah 50 volt. IC l298 terdiri dari transistor-transistor logik
mikrokontroler CMOS 8-bit daya-rendah berbasis (TTL) dengan gerbang nand yang memudahkan
arsitektur RISC yang ditingkatkan. dalam menentukkan arah putaran suatu motor dc dan
motor stepper.
Prinsip kerja IC L298, IC ini memiliki empat
channel masukan yang didesain untuk dapat
menerima masukan level logika TTL. Masing-masing
channel masukan ini memiliki channel keluaran yang
bersesuaian.. Dengan memberi tegangan 5 volt pada
pin enable A dan enable B, masing-masing channel
output akan menghasilkan logika high (1) atau low
Gambar 1: Pin-pin Atmega16 dalam kemasan 40-pin DIP
(0) sesuai dengan input pada channel masukan. Untuk
lebih jelasnya prinsip kerja IC L298 dapat dilihat
Pin-pin pada Atmega16 dengan kemasan 40-pin pada tabel 2.2.
DIP (dual in-line package) ditunjukkan oleh Gambar
2.1. untuk memaksimalkan performa dari
mikrokontroler, AVR menggunakan arsitektur
Harvard (dengan memori dan bus terpisah untuk
program dan data).
B26-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Start
LOAD
AMPLIFIER
CELL
Inisialisasi
Gambar 3: Blok Diagram Sistem Port
B. Perencanaan Miniatur
Miniatur pada proyek akhir ini menggunakan besi Tegangan = 0,63 V
Kecepatan motor
berbentuk kotak dan bentuk U sebagai rangkanya Berat = 0 Kg
ADC = 0
= 100 Rpm
(Rpm)
B26-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 13: Duty Cycle 50% Gambar 14: Duty Cycle 100%
B26-4
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 3 : Perbandingan Vdc dengan Nilai ADC [4] Retna Prasetia, Interfacing Port Paralel and serial computer
No Berat Vdc ADC with VB 6.0,Penerbit Andi, 2004.
[5] www.national.com/catalog/sg2261.html
(Kg) praktek(Volt) [6] www.pvidia.com
0 0 0 0
1 1 0,96 49 Bubiyan Warba Anggara lahir di Surabaya, 8
2 2 2,02 96 Oktober 1990. Telah berhasil menamatkan wajib
3 3 2,96 142 belajar 9 tahun pada tahun 2002-2005 yang
4 4 3,88 189 kemudian melanjutkan ke jenjang SMA di SMAN
8 Pontianak yang berakhir pada tahun 2008. Dan
5 5 4,98 223 sekarang melanjutkan jenjang yang lebih tinggi di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut
Teknologi Sepuluh Nopember pada program studi D4 Elektro
Industri. Penulis aktif berorganisasi dan aktif dalam Himpunan
Mahasiswa Elektro Industri pada tahun 2009-2010 dan pernah
mengikuti pelatihan Latihan Kepemimpinan Managemen Mahasiswa
pra-Tingkat Dasar (LKMM pra-TD) pada tahun 2008 dan Latihan
Kepemimpinan Managemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM TD)
pada tahun 2009. Selain itu penulis juga pernah mengikuti pelatihan
Autocad pada tahun 2009 dan pelatihan Jaringan Komunikasi pada
tahun 2010 dan pada akhir tahun 2011 penulis pernah mengikuti
pelatihan Plc omron. Pada tahun 2010 penulis telah menyelesaikan
Gambar 15: Tampilan Grafik kerja praktek di PG. Krebet Baru II Malang.
VI. KESIMPULAN
Suryono lahir di Surabaya, 23 Nopember
Setelah dilakukan proses perencanaan, dan 1963, telah lulus Diploma III Teknik Elektro
simulasi dengan berdasarkan data yang diperoleh ITS tahun 1986 di Surabaya, dan telah lulus
Sarjana Teknik Elektro ITS pada tahun 1990
maka dapat simpulkan: dengan bidang keahlian Teknik Sistem Tenaga.
Bahwa nilai ADC mendekati linier. Tidak hanya berhenti di situ saja, kemudian
Untuk mengatur kecepatan motor dc lanjut jenjang dan telah lulus pendidikan
membutuhkan pengaturan dari Pwm pada duty Master Teknik Elektro pada tahun 1995 di ITB dengan bidang
Elektroteknik. Pada tahun 2000-2001 mengikuti pelatian Counter
cycle-nya. Part, Osaka University Japan yang diselenggarakan oleh JICA (Japan
Data base digunakan sebagai data record dari International Cooperation Agency). Dan masih banyak lagi pelatihan
sebuah proses produksi. yang diikuti. Pada tahun 1991 beliau sudah aktif mengajar dengan
mata kuliah Rangkaian Listrik 1 dan 2 hingga sekarang, pada jenjang
program D3 dan D4. Pada tahun 2001-2005 beliau juga mengajar
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia(TTKI) pada jenjang program
DAFTAR PUSTAKA D4. Setelah itu, beliau juga pernah mengajar memberikan materi
tentang mata kuliah Standart Instalasi&K3 pada jenjang program D4
dari tahun 2005-2009. Tidak hanya itu saja, beliau juga mengajar
[1] Muhammad Novan Yudha Armanda melakukan penelitian dengan materi Dasar Kualitas Daya pada tahun 2007-2008 pada
yang berjudul Rancang Bangun Weight Feeder Dengan jenjang program D4.
Menggunakan Sensor Load Cell. Teknik Elektro Industri
PENS-ITS Surabaya.
[2] Ahmad Ridwan melakukan penilitian yang berjudul Rancang Yahya Chusna Arief lahir di Jember, 09 Juni
Bangun Mesin Penyaji Juice Berbasis Mikrokontroler. Teknik 1960, telah lulus Sarjana Teknik Elektro ITS
Elektro Industri PENS-ITS Surabaya. tahun 1987 di Surabaya, dan telah lulus Master
[3] Mochammad Arief Pramujianto yang berjudul APLIKASI Teknik Elektro ITS tahun 1999 di Surabaya
MIKROKONTROLER ATMEGA85335 UNTUK Bidang Keahlian adalah Teknik Sistem Tenaga,
OTOMATISASI POMPA MOTOR DC DAN SOLENOID sebagai dosen sejak tahun 1989 di jurusan
VALVE PADA ALAT UKUR TEKANAN DARAH DAN Teknik Elektro Industri, Politeknik Elektronika
DENYUT NADI GLUTERMA METER DIGITAL Negeri Surabaya. Aktif sebagai Asessor ATKIs(Indonesia Power
Engineers Assessor IATKIs Assessor)sejak tahun 2002.
B26-5
The 6th Electrical Power, Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B28-1
The 6th Electrical Power, Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
E1 : detektor
E2 : transmiter
B28-2
The 6th Electrical Power, Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
VI. KESIMPULAN
Electrical Capacitance Tomography membutuhkan
rangkaian integrated switch untuk scanning antar
elektrodanya. Orde kapasitansi yang diukur oleh ECT
lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai kapasitansi IC
switch. Penerapan metode switch T dapat mengurangi
tegangan parasit yang disebabkan oleh efek kapasitansi
IC switch.
DAFTAR PUSTAKA
[1] A.M.Olmos,J.A Primicia and J.L.F Marron (2006), Influence of
shielding arrangement on ECT sensors, Sensors
Gambar 8: Grafik tegangan keluaran terhadap kapasitansi antara [2] A.M.Olmos (2008),Development of an electrical capacitance
metode switch T dan metode non switch T tomography system using four rotating electrodes, Sensors and
Actuators, Elsevier
Grafik gambar 7 memberikan informasi bahwasannya [3] A. Yusuf , W. Widada dan Warsito (2009),Rancang bangun
Sistem data akuisisi electrical capacitance tomography (ECT) 8
tegangan keluaran metode non switch T selalu lebih channel,Prosiding SINTIA 2009, Politeknik Negeri Malang
tinggi 32 mV dari tegangan keluaran metode switch T. [4] D.Styra dan L.Babout (2010),Improvement of AC-based
Hal ini disebabkan karena pada kondisi off, kondisi electrical capacitance tomography hardware, Electronics and
electrical engineering, ISSN 1392-1215, No 7(103)
terminal switch dalam keadaan impedansi tinggi dan [5] P.Wiliam dan T.York (1999),Evaluation of integrated
tegangannya tidal bernilai 0 Volt. Rangkaian metode electrodes for electrical capacitance tomography, 1st Word
switch T membuat tegangan keadaan off switch Conggress on Industrial Process Tomography, Buxton, Greater
mendekati 0 V, sehingga metode switch T dapat Manchester.
[6] S.M. Young danC.G.Xie (1992),Design of sensor electronics
mengurangi tegangan parasit rangkaian. for electrical capacitance tomography, IEE Procedings-G, Vol
Meskipun dengan metode switch T tegangan parasit 139.
dapat dikurangi, tetapi level tegangan parasitnya masih
cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena efek kapasitansi
yang ditimbulkan oleh komponen lain dalam rangkaian,
semisal kabel coaxcial, konektor dan PCB.
B28-3
The 6thElectrical Power, Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B20-1
The 6thElectrical Power, Electronics,
Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
memberikan sinyal-sinyallistrik
sinyallistrik ke komparator, lalu
diproses olehmikrokontroler yang hasilnya dikirim ke
server melalui perangkat nirkabel Zigbee. Monitoring
pembacaan kondisi input didasarkan pada jumlah juml
tetesan permenit, selanjutnya data hasil monitoring
ditampilkan pada layar monitor.
Pada jurnalnya yang berjudul A Novel Medical
Infusion Monitoring System Based on ZigBee Wireless
Sensor Network.Yang dan Sun mengembangkan deteksi
level cairan infus dalam
alam botol dengan menempatkan Gambar 1.1 Infus
(Sumber : kimia.upi.edu, 2010)
pemancar inframerah dan Komplikasi
resistor fotosensitif 0.3cm di atas dasar botol Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan
sebagaiperingatan garis. Ketika tingkat cairancair infus infus yang dikemukakan oleh Priska (2009) adalah :
turun dibawah baris, maka akan memberikan sinyal a. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam
peringatan yang akan menghidupkan speaker alarm dan jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri
LED. Pada saat yang sama, sinyal akan dikirimke host vena atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
komputer melalui jaringan ZigBee. tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang
Ogawa dkk, dalam penelitiannya yang berjudul A new pada pembuluh darah.
drip infusion solution monitoring system with a b. Infiltrasi,, yaitu masuknya cairan infus ke dalam
free-flow detection function menemukan solusi sistem jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat
monitoring infus
us baru telah dikembangkan untuk rumah ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
sakit dan fasilitas perawatan.. Sistem mendeteksi c. Trombofeblitis atau bengkak (inflamasi)
( pada
jatuhnya setiap tetes cairan infus di tabung tetes dan saat pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak
tidak ada aliran. Tiga lempeng elektroda tembaga dipantau secara ketat dan benar.
non-kontak digunakan sebagai sensor. sensor Elektroda
membungkus tabungPVC, infus dan tabung PVC dari
ruang tetes. Saat menetesenetes cairan infus memiliki
konduktivitas listrik, sehingga kapasitor terbentuk
antara cairan infus dan elektroda masing-masing.
masing
Sebuah gelombang sinus 30 kHz diterapkan ke
elektroda melilit tabung infus pasokan PVC dari
kantong infus. Output utput transduser berupa sinyal
kapasitas-coupled
coupled pada elektroda tetes ruang. Ketika (2a) (2b)
Keterangan : (2a)
a) Tromboflebitis, (2b)
( Naiknya Darah Menuju
terjadi penurunan cairan infus, yang mana akan Kantung Infus.
berakibat pada panjang dan diameter menyebabkan
kapasitansi ruang tetes meningkat selanjutnya B. Strain gauge
menyebabkan perubahan sinyal keluaran. Elektroda Adalah komponen elektronika yang dipakai untuk
ruang tetes dapat mendeteksi jatuhnya setiap tetes ruang mengukur tekanan (deformasi atau strain) pada alat ini.
tetes cairan. Ketika larutan infus menjadi Alat ini ditemukan pertama kali oleh Edward E.
bebasmengalir, penurunan cairan infus tidak Simmons pada tahun 1938, dalam bentuk foil logam
membentuk dan cairan infus mengalir terus menerus. yang bersifat insulatif (isolasi) yang menempel
me pada
Oleh karena itu, kapasitansi dari elektroda sekitar ruang benda yang akan diukur tekanannya. Jika tekanan pada
tetes tidak mengubah sinyal keluaran. Di sisi lain, benda berubah, maka foilnya akan ter deformasi, dan
elektroda melilit tabung infus pasokan polivinil klorida tahanan listrik alat ini akan berubah. Perubahan tahanan
di bawah ruang drip mendeteksi gelombang sinus 30 listrik ini akan
kan dimasukkan ke dalam rangkaian
kHz oleh cairan infus. Jembatan Wheatstone.
Besarnya tekanan akan dinyatakan dalam bentuk
III. DASAR TEORI faktor gauge, GF yang didefinisikan sebagai
Dalam dasar
sar teori ini akan dibahas tentang infus, di mana RG adalah tahanan sebelum ada
Strain gage,, penguat instrumentasi, mikrokontroller deformasi, R adalah perubahan tahanan listrik yang
ATMEGA8535 . terjadi, dan adalah tekanannya.
nya.
A. Infus Sebuah strain gauge atau pengukur tekanan mekanis,
sangat sensitif terhadap perubahan gaya mekanik. Alat
Infus adalah memasukkan cairan dalam jumlah
ini terdiri
ri dari selembar kertas foil logam tipis, yang
tertentu melalui vena penderita secara terus menerus
dibentuk sedemikian rupa menjadi benang-benang
benang yang
dalam jangka waktu yang agak lama.Penggunaan infus
sangat halus. Kertas foil ini terbungkus seluruhnya
cairan intravena (intravenous
intravenous fluid infusion)
infusion
olehlapisan film plastik.
membutuhkan peresepan yang tepat dan pengawasan
(monitoring)) ketat (Weistein, 2001).
B20-2
The 6thElectrical Power, Electronics,
Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31
31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 4.Simbol
Simbol Op amp
Gambar 6.Penguat
Penguat Diferensial
Penguat Operasional tersusun dari beberapa
rangkaian penguat yang menggunakan transistor atau Penguat differensial adalah penggunaan op amp
FET.Biasanya membuat penguat dari op amp lebih untuk mencari selisih antara dua buah titik tegangan
mudah dibandingkan membuat penguat dari transistor yang berbeda.
karena tidak memerlukan perhitungan titik kerja, bias,
dll. D. Mikrokontroler ATMEGA8535
Kelebihan penguat operasional (op amp):
Perangkat kontrol merupakan komponen yang paling
Impedansi input yang ang tinggi sehingga tidak
penting dalam sistem dimana semua pengendalian
membebani penguat sebelumnya.
proses, pengolahan data dan pengaturan dipusatkan.
Impedansi output yang rendah sehingga tetap stabil Salah satu perangkat yang dapat digunakan sebagai
walau dibebani oleh rangkaian selanjutnya. perangkat kontrol adalah Microcontroller AVR.
Lebar pita (bandwidth) yang lebar sehingga dapat Microcontroller AVR memiliki arsitektur RISC
dipakai pada semua jalur frekuensi audio (woofer, (Reduced
Reduced Instruction Set Computing)
Computing 8 bit. Dimana
midle, dan tweeter) semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit16 (16-bit
Adanya fasilitas offset null sehingga memudahkan word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1
pengaturan bias penguat agar tepat dititik tengah (satu) siklus clock,, berbeda dengan instruksi MCS51
sinyal. yang membutuhkan 122 siklus clock. AVR berteknologi
Bagian-bagian dalam Op amp : RISC, sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC
Penguat Differensial, yaitu merupakan bagian input (Complex
Complex Instruction Set Computing).
Computing Secara umum,
dari Op amp. penguat differensial mempunyai dua AVR dapat dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu
input (input + dan input -) keluarga ATTiny, keluarga AT90Sxx, keluarga
Penguat Penyangga (Buffer), yaitu penguat ATMEGA, dan AT86RFxx. Pada dasarnya dasar yang
penyangga sinyal output dari penguat differensial membedakan masing-masingmasing kelas adalah memori,
agar siap untuk dimasukkan ke penguat akhir op peripheral, dan fungsinya. Dilihat dari segi arsitektur
amp. dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan
Pengatur Bias, yaitu rangkaian
ian pengatur bias dari hampir sama. Dalam skripsi ini, dipergunakan salah satu
penguat differensial dan buffer agar diperoleh
diper AVR produk Atmel, yaitu ATMEGA8535L
ATMEGA yang
B20-3
The 6thElectrical Power, Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B20-4
The 6thElectrical Power, Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Infus tersumbat
dari beberapa pengujian yaitu: pengujian sensor dan
rangkaian pengondisi sinyal RPS, pengujian ADC, 50 352 489 208
pengujian gangguan infus. 341 350 530 191
Pengujian sensor dan RPS dilakukan dengan cara 342 350 547 188
merangkai sensor dan RPS pada infus, keluaran dari
342 350 699 182
sensor dihubungkan ke multimeter dan mikrokontroller
yang di setting sebagai data logger dan transmitter data 76 355 1162 108
SENSOR RPS
B20-5
The 6thElectrical Power, Electronics, Communications, Controls, Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
B20-6
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B29-1
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B29-2
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Sedangkan penyusunan perangkat dengan sistem telah dapat mengirimkan alamat ke unit luar.
yang dirancang ditunjukkan dalam Gambar 4. AD0 adalah representasi dari port address data
Data yang didapat saat pengujian adalah sinyal pada mikroprosesor dan yang ditampilkan dalam
clock, ALE, AD0, A0, IO/M, RD, dan WR. diagram waktu ini adalah port address data bit ke-0.
Sinyal clock, ALE,AD0, IO/M, RD, dan WR Port ini mengirimkan alamat bit ke-0 sampai ke-7
adalah sinyal-sinyal keluaran mikroprosesor yang dikirimkan mikroprosesor ke luar atau data (8
sedangkan A0 adalah sinyal keluaran dari unit bit) yang masuk ke mikroprosesor maupun keluar
bidirectional, yaitu unit yang menghubungkan dari mikroprosesor. Saat ALE aktif, port AD akan
mikroprosesor dengan unit luar seperti memori mengirimkan alamat sedangkan saat ALE tidak
ataupun unit input output. A0 adalah port yang aktif, port AD akan menggambarkan nilai data
menunjukkan alamat bit ke-0. yang akan terakses maupun yg diakses oleh
mikroprosesor.
A0 adalah representasi dari port address keluaran
unit bidirectional dan akan aktif setelah ALE aktif
(saat ALE falling-edge) dan yang ditampilkan
dalam diagram waktu ini adalah port address data
bit ke-0.
IO/M merepresentasikan sinyal IO/M
mikroprosesor 8085. Saat IO/M berlogika rendah
maka yang akan diakses oleh mikroprosesor adalah
memori sedangkan saat IO/M berlogika tinggi
maka yang akan diakses oleh mikroprosesor adalah
unit input atau unit output.
RD merepresentasikan sinyal RD
Gambar 4 Perangkat Pengujian Menggunakan FPGA
mikroprosesor 8085. Saat RD berlogika rendah
Data hasil pengujian saat menggunakan maka mikroprosesor akan membaca data dari unit
modulkit praktikum mikroprosesor 8085 luar dan unit luar tersebut memori atau input
ditunjukkan dalam Gambar 5.11. tergantung dari sinyal IO/M.
WR merepresentasikan sinyal WR
mikroprosesor 8085. Saat WR berlogika rendah
maka mikroprosesor akan menuliskan data ke unit
luar dan unit luar tersebut memori atau input
tergantung dari sinyal IO/M.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan analisis keseluruhan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Sistem memori yang dapat kompatibel
dengan mikroprosesor 8085 adalah sistem
memori berkapasitas 256 bit dengan jalur
Gambar 5 Hasil Pengujian Saat Menggunakan Modulkit
Praktikum mikroprosesor 8085 data 8 bit dan jalur alamat 16 bit.
2) Adanya port address dan data yang
Berdasar data yang didapatkan dari hasil tergabung dalam sistem mikroprosesor
komparasi antara sinyal-sinyal keluaran dari 8085 membutuhkan suatu unit yang
pengujian menggunakan modul praktikum yang mengolah data tersebut agar data dan
terdapat di Laboratorium Sistem Digital TEUB alamat dapat terpisah yaitu unit
dengan sinyal keluaran FPGA terlihat bahwa bidirectional. Unit buffer dibutuhkan
keluaran sinyal-sinyal sama sesuai dengan picu untuk mengontrol alamat (8:15) dari
clock masing-masing (untuk modul praktikum mikroprosesor ke unit luar dan unit
menggunakan frekuensi tipikal sebesar 2 MHz dan dekoder digunakan untuk mengubah
sinyal kontrol dari mikroprosesor menjadi
untuk mikroprosesor 8085 dalam FPGA
sinyal sesuai dengan kontrol untuk
menggunakan frekuensi maksimum mikroprosesor
masing-masing unit luar yaitu IO/M,
8085 yaitu 3,25 MHz). RD, dan WR menjadi MEMR,
ALE (Address Latch Enable) adalah sinyal yang MEMW, IOR, dan IOW.
mengaktifkan latch alamat. Sistem latch digunakan 3) FPGA dapat digunakan untuk
pada unit buffer dan unit bidirectional sehingga pengimplementasian sistem mikroprosesor
saat ALE telah aktif maka mikroprosesor 8085 8085 dan memori dan semua jenis fungsi
B29-3
The 6th Electrical Power, Elctronics, Communications, Controls, and Informatics Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
logika atau IC yang dibuat secara khusus and Answers. New Delhi:New Age International (P)
Limited, Publishers.
untuk fungsi yang spesifik.
[4] Webphysics.davidson. Microprosesor
4) Sistem yang telah dirancang telah dapat 8085.webphysics.davidson.edu/faculty/dmb/ py310/8085,
melakukan fungsi-fungsi dan perintah- diakses tanggal 5 Maret 2011.
perintah sesuai dengan instruksi yang [5] Chu, Pong P. 2008. FPGA Prototyping by VHDL
Examples Xilinx SpartanTM-3 Version.New Jersey:John
dijalankan serta menampilkan diagram
Wiley & Sons, Inc.
waktu yang serupa dengan diagram waktu [6] Dubey,Rahul. 2004. Introduction to Embedded System
yang dihasilkan oleh modulkit Design Using Field Programmable Gate Arrays. New
mikroprosesor 8085. York: Springer.
[7] Hartenstein, R.W. 1994. Field Programmable Logic
Architectures, Synthesis and Applications. New York:
DAFTAR PUSTAKA Springer.
[8] Maxfield, Clive. 2009. FPGAs World Class Design. San
Fransisco: Newnes.
[1] Hery_h.staff.gunadarma.ac.id//Materi Perkembangan 1
[9] Lee, Weng Fuok. 2000. VHDL Coding and Logic
Mikroprosesor.PDF, tanggal akses 7 Februari 2011.
Synthesis with Synopsis. San Diego:Academic Press.
[2] Scribd. Mikroprosesor.
[10] Roth, Charles H.,Jr. 1998. Digital Systems Design Using
www.scribd.com/doc/14684664/mikroprosesor , diakses
VHDL. Boston:PWS Publishing Company.
tanggal 5 Maret 2011.
[11] Thomas, Donald E., Philip R. Moorby. 2002. The Verilog
[3] Sen, S.K. 2010. Understanding 8085/8086
Hardware Description Language, Fifth Edition.New
Microprosessors and Peripheral ICs Through Questions
York:Kluwer Academic Publisher.
B29-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak - Untuk mendapatkan handphone (HP) bagi konsumen dalam menentukan spesifikasi HP
yang sesuai dengan kebutuhan, konsumen seringkali yang akan dibeli.
mengalami kesulitan dalam proses pemilihannya dan
tidak jarang tertarik dengan tawaran penjual yang B. Tujuan Penelitian
ternyata banyak fitur tidak terpakai pada HP tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Hal ini dikarenakan karena kurangnya pengetahuan Melakukan pemilihan handphoneberbasis sistem
konsumen tersebut tentang fitur-fitur yang dimiliki pakar menggunakan representasi pengetahuan
oleh tiap HP. Program ini digunakan sebagai alat
jaringan semantik dan Mengintegrasikan sistem
bantu bagi konsumen dalam menentukan spesifikasi
HP yang akan dibeli. Sistem pakar ini melakukan pakar dengan sistem basis data ke dalam suatu
pelacakan kaidah-kaidah dengan menggunakan prototipe aplikasi untuk membantu calon konsumen
pelacakan runut maju (forward chaining). Fasilitas- dalam memilih HP yang akan dibeli. Hasil penelitian
fasilitas dalam program ini juga dilengkapi dengan ini memberikan kemudahan pada konsumen dalam
basis pengetahuan yang dapat ditambah dan dengan menentukan HP yang akan dibeli sesuai dengan
tampilan interface yang lebih user friendly, baik dalam kebutuhannya.
menambah data pertanyaan dan kesimpulan. Metode
Representasi yang dilakukan dalam sistem ini adalah
II. KAJIAN PUSTAKA
logika dan jaringan semantik.Sistem ini menggunakan
bahasa pemrograman Delphi 7 dan basis data MySQL. A. Sistem Pakar
Kata Kunci: Handphone, Sistem Pakar, Representasi
Secara umum, sistem pakar (expert sistem)
Logika dan Jaringan Semantik
adalah sistem yang berusaha mengadopsi
pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer
dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa
I. PENDAHULUAN
dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar disusun oleh
A. Latar Belakang dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan
Untuk mendapatkan handphone(HP) yang (development environment) dan lingkungan
sesuai dengan kebutuhan, konsumenseringkali konsultasi (consultation environment).
mengalami kesulitan dalam menentukan HP yang
akan dibeli karena hal ini menyangkut pengetahuan
tentang fitur-fitur yang ada di dalam HP tersebut
yang diketahui oleh seorang pakar. Pada pemilihan
HP secara konvensional konsumen membeli
langsung ke toko dengan berbagai penawaran
menarik yang sebenarnya banyak fitur dari HP
tersebut yang tidak terpakai. Dalam penelitian ini
akan dibuat sistempakaruntukmenentukan
spesifikasihandphone
sebagaialatbantupengambilankeputusanmenggunaka
nrepresentasi jaringan semantikdalam pembelian
handphonesehingga dapat memecahkan masalah
yang ada. Program ini digunakan sebagai alat bantu Gambar 2.1 Arsitektur Sistem Pakar
Sumber: (Arhami, 2005)
C1-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Model logika
Logika merupakan suatu pengkajian ilmiah tentang
serangkaian penalaran, sistem kaidah, dan prosedur Gambar 2.3 Diagram pelacakan ke depan
yang membantu proses penalaran. Dalam melakukan Sumber : Arhami, M (2005)
penalaran, komputer harus dapat menggunakan
proses penalaran deduktif dan induktif ke dalam Kedua metode inferensi tersebut, dipengaruhi oleh
bentuk yang sesuai dengan manipulasi komputer tiga macam teknik penelusuran, yaitu depth-first
(Kusrini, 2006).Berikut contoh penalaran logika. search, breadth-first search dan best-first search.
Premis 1 : HP yang diinginkan adalah BB
Premis 2 : Jenis Jaringan adalah GSM depth-first search
Premis 3 : Harga > 5juta
Premis 4 : HP memiliki Memori Internal 4GB
Premis 5 : Memori eksternal MicroSD
Premis 6 : HP memiliki resolusi kamera 5 Mpix
Premis 7 : HP memiliki fitur GPRS
Premis 8 : HP memiliki fitur EDGE
Premis 9 : HP memiliki fitur 3G
Premis 10 : HP memiliki fitur Wifi
Premis 11 : HP memiliki fitur Bluetooth
Premis 12 : HP tidak memiliki fitur Radio Gambar 2.4 Diagram depth-first search
Sumber : Arhami, M (2005)
Premis 13 : HP tidak memiliki fitur TV
C1-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C1-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C1-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B. Inferensi
Teknik inferensi yang digunakan adalah
teknik inferensi runut maju (forward chaining).Hal
ini dapat dilihat saat user melakukan serangkaian
pilihan fitur HP secara berurutan. Proses pemilihan
HP dimulai dari merk HP, jenis jaringan, harga yang
diinginkan, dan OS HP yang digunakan. Kemudian
hasil dari penelusuran ini akan dikombinasikan dari
berbagai jenis fitur sehingga dapat menghasilkan
beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang dapat
diperoleh adalah varian HP yang diinginkan oleh
konsumen.Gambar 4.3 menunjukkan Penerapan
inferensi runut maju (forward chaining).
C1-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arhami, M.Konsep Dasar Sistem Pakar.Penerbit
ANDI.Yogyakarta. 2005.
[2] Kusrini. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Penerbit ANDI.
Gambar 4.5 Antarmuka Halaman Menu Pakar Yogyakarta. 2006.
[3] Kusrini. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan.
Penerbit ANDI. Yogyakarta. 2007.
[4] Kusrini.Aplikasi Sistem Pakar. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
2008.
[5] Mukhibudin, Anas. Perancangan Sistem Pakar untuk
Troubleshooting Turbin Uap. Universitas Brawijaya.
Malang. 2007.
[6] Natalia, Deasy Astrid. Pembangunan Sistem Pakar pada
Perangkat Mobile dengan WML dan PHP untuk Penyakit
Paru pada Anak.Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Surabaya. 2006.
[7] Subakti, I. & Hidayatullah, R. Aplikasi Sistem Pakar untuk
Diagnosis Awal Gangguan Kesehatan secara Mandiri
menggunakan Variable-Centered Intelligent Rule
System.Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
Surabaya. 2007.
Gambar 4.6 Antarmuka Halaman Menu Tampilan kepada
Konsumen
[8] Wijaya, Rahmadi. Penggunaan Sistem Pakar dalam
Pengembangan Portal Informasi untuk Spesifikasi Jenis
Penyakit Infeksi. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika
V. KESIMPULAN dam Komputer CIC. Cirebon. 2007.
Setelah dilakukan pengujian dan analisis
program, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai BIOGRAFI SINGKAT
Agusta R. Taufani,Malang, 17 Agustus 1981. Pendidikan SD
berikut : sampai SMA di Kota Malang lulus SMA tahun 1999, dan
1. Telah dilakukan langkah-langkah penelitian menyelesaikan pendidikan sarjana Teknik Elektro Fakultas Teknik
yang memperoleh pengetahuan tentang merk Universitas Brawijaya Malang Tahun 2007.
HP, varian, dan fitur-fiturnya. Pengetahuan Pengalaman Kerja sebagai General Manager Representative/GMR
atau Wakil Manajemen di PT. Yonasindo Intra Pratama di
tersebut kemudian diolah ke dalam bentuk: Tangerang pada Tahun 2008, Komisaris PT. Primaland Sejahtera
- diagram ketergantungan di Malang pada Tahun 2009-sekarang, dan Komisaris PT. Sumber
- tabel keputusan Awan Abadi di Malang Tahun 2011-sekarang.
C1-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C2-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
berdasarkan kondisi lapisan ionosfer yang berubah lain yang dapat mengevaluasi secara real time dari
setiap waktu perlu juga dilakukan.Hal ini dilakukan kondisi lapisan ionosfer untuk menentukan frekuensi
sebagai langkah untuk menjamin keberhasilan kerja yang akan digunakan. Solusi tersebut diterapkan
komunikasi dua arah yang diperlukan. dalam suatu sistem yang terintegrasi pada perangkat
Beberapa solusi dalam mengatasi kendala radio yakni sistem Automatic Link Establishment
berubahnya kondisi lapisan ionosfer yang (ALE).
mempengaruhi frekuensi kerja komunikasi radio HF Sistem ALE merupakan sistem yang melakukan
telah dilakukan. Solusi tersebut antara lain berupa pengujian terhadap semua frekuensi kerja yang dimiliki
pengaturan waktu komunikasi dan juga pengembangan pada sebuah sirkuit komunikasi radio.Dalam pengujian
sistem adaptif untuk meng-evaluasi kondisi propagasi tersebut, pemilihan frekuensi kerja ditentukan
yang terjadi. Solusi berupa pengaturan waktu berdasarkan hasil pendataan analisa kualitas penerimaan
komunikasi merupakan tindakan penjadwalan waktu frekuensi kerja yang paling baik dimasing-masing
komunikasi yang sesuai dengan prediksi kondisi lapisan stasiun.Metoda analisa ini dikenal sebagai metoda Link
ionosfer.Solusi penjadwalan waktu komunikasi tersebut Quality Analysis (LQA). Dengan metoda ini sistem ALE
dikenal sebagai manajemen frekuensi komunikasi radio dapat mengetahui frekuensi kerja yang dapat digunakan
HF. Contoh manajemen frekuensi komunikasi radio HF
sesuai dengan kondisi lapisan ionosfer yang
disajikan pada Gambar 1.
mempengaruhi propagasi komunikasi radio HF[6].
Mekanisme metoda LQA sistem ALE diilustrasikan
pada Gambar 2.
C2-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
memberikan informasi kondisi propagasi setiap jamnya. IV. HASIL PENERAPANDAN POTENSI PEMANFAATAN
Dengan sistem yang bekerja secara otomatis dan terus Dari penerapan jaringan stasiun ALE yang telah
menerus, informasi tentang kondisi propagasi dibangun oleh LAPAN hingga saat ini, diperoleh
komunikasi radio HF antar stasiun yang terlibat dapat informasi kondisi propagasi komunikasi radio HF secara
diketahui secara real time. Pada gambar 3 disajikan peta real time dari seluruh stasiun.Pada Gambar 4 disajikan
lokasi 3 stasiun ALE yang telah dibangun oleh LAPAN. contoh data hasil jaringan sistem ALE real time dari
stasiun ALE yang berlokasi di Bandung serta kemasan
informasi yang dapat diakses oleh masyarakat umum
melalui situs www.hflink.net.
(a)
Saat ini stasiun ALE LAPAN memiliki callsign
utama yakni YD0OXH.Sedangkan stasiun ALE lainnya
juga menggunakan callsign yang serupa dengan diakhiri
tambahan kode wilayah amatir radio pada bagian
belakang identitas callsign.Untuk stasiun ALE
Watukosek callsign yang digunakan adalah
YD0OXH3.Sedangkan untuk stasiun ALE Pontianak,
callsign yang digunakan adalah YD0OXH7.
C2-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C2-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
terdapat 3 rentang frekuensi yang memiliki waktu teknis dengan penerapan sistem adaptif yakni Automatic
komunikasi yang cukup panjang. Frekuensi tersebut Link Establishment (ALE).
adalah pada rentang 7 MHz, 10 Mhz, dan 14 MHz. LAPAN hingga saat ini telah membangun stasiun
Ketiga frekuensi tersebut dapat digunakan sesuai ALE di 3 lokasi yang berbeda.Dengan jaringan dari 3
dengan waktu yang tersaji pada grafik. Frekuensi 7 Mhz stasiun ALE tersebut, telah diperoleh informasi rentang
dapat digunakan untuk komunikasi pada jam 7 hingga 1 frekuensi kerja yang dapat digunakan untuk komunikasi
UT. Sedangkan rentang frekuensi 10 MHz dan 14 MHz radio HF disekitar stasiun ALE. Dengan menggunakan
dapat digunakan untuk komunikasi antara 00UT hingga dua metoda yang berbeda, yakni berdasarkan data
18 UT dan 03 UT hingga 16 UT. Hal yang serupa juga pengamatan secara real time melalui alamat website,
dapat diterapkan untuk sirkuit komunikasi antar dan penentuan frekuensi kerja yang dominan dengan
Pontianak dan Watukosek yang disajikan pada gambar menggunakan teknik adopsi manajemen frekuensi,
6(c). Dengan metoda tersebut, maka kebutuhan
informasi frekuensi kerja yang dapat digunakan untuk
informasi frekuensi kerja untuk sirkit komunikasi radio
sirkuit komunikasi radio HF disekitar lokasi stasiun
HF yang berada disekitar kedua lokasi stasiun ALE
ALE dapat diperoleh. Hal ini akan sangat bermanfaat
tersebut pada saat-saat tertentu seperti kondisi bencana
alam akan dapat terpenuhi. bagi penggunaan komunikasi radio HF, khususnya pada
Dengan informasi dan manfaatdari jaringan stasiun saat kondisi darurat seperti bencana alam. Selain itu,
ALE yang telah ada, LAPAN pada tahun 2012 ini perencanaan pengembangan stasiun ALE LAPAN pada
merencanakan menambah 4 stasiun ALE yang berlokasi tahun 2012 ini akan menambah jumlah informasi yang
di Kototabang, Manado, Kupang dan Biak. Hal ini diperlukan dalam rangka mendukung komunikasi
dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh informasi darurat diwilayah Indonesia.
kondisi propagasi komunikasi radio HF yang mencakup
seluruh wilayah Indonesia secara real time. Dengan REFERENCES
pengembangan jaringan stasiun ALE tersebut, maka [1] Nurdin R., 2012,Komunikasi Bencana,
rujukan informasi dari sirkit komunikasi stasiun ALE http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/04/komunikasi-bencana
/. Download Januari 2012
yang digunakan untuk menentukan frekuensi kerja
[2] Jiyo, 2010, Riset Ionosfer dan Pemanfaatannya, Materi Pelatihan
komunikasi radio HF akan menjadi lebih banyak. Dari Manajemen Frekuensi dan Teknis Komunikasi Radio Tingkat
pengembangan tersebut akan diperoleh informasi dari Lanjut Tahun 2011. Juni 2011.
sirkuit-sirkuit komunikasi yang berupa nilai frekuensi [3] McNamara, L.F. 1991. The Ionosphere: Communications,
kerja yang dapat digunakan sebagai rujukan pemilihan Surveillance, and Direction Finding, Krieger Publishing
frekuensi kerja diseluruh wilayah Indonesia. Informasi Company, 1991, pp. 135-147.
tersebut dapat diperolehdan dimanfaatkan setiap saat, [4] Dear V., 2009, Pengaruh Perubahan ketinggian (h) dan
Frekuensi Kritis lapisan ionosfer (fo) terhadap besarnya
khususnya pada saat terjadi bencana alam. Dengan
Frekuensi Kerja Maksimum (MUF) Sirkit Komunikasi Radio
informasi yang diperoleh,jaringan stasiun ALE LAPAN HF, Prosiding Seminar Sains Antariksa IV. April 2009. Hal.
dapat mendukung komunikasi darurat di wilayah 132-137. ISBN : 978-979-1458-23-8
Indonesia. [5] Jiyo, Yatini, C. 2005. Pengaruh Badai Antariksa
Oktober-November 2003 Terhadap Lapisan Ionosfer dan
V. KESIMPULAN Komunikasi Radio, Warta LAPAN Vol 7 No.3
[6] Dear V., 2012, Telaah Perbandingan Hasil Uji Komunikasi
Komunikasi radio merupakan salah satu pilihan Menggunakan Sistem ALE (Automatic Link Establishment)
sarana komunikasi pada saat kondisi tertentu seperti Dengan Data Ionosonda Tanjungsari Untuk Sirkuit Komunikasi
terjadinya bencana alam.Dengan sifat yang mandiri dan Bandung-Watukosek, Dalam Proses Publikasi Berita
relatif murah, serta mampu menjangkau wilayah Dirgantara, LAPAN.
komunikasi yang cukup jauh, radio HF dapat menjadi [7] Hflink, 2010, ALE Handbook for Government Chapter 3.
pilhan utama untuk komunikasi darurat. Kendatipun Available : http://hflink.com/standards/
demikian, keberhasilan komunikasi radio HF dibatasi [8] Suhartini S., 2006. Prediksi dan Manajemen Frekuensi
oleh ketergantunganakan kondisi lapisan ionosfer. Komunikasi Radio HF, Publikasi ilmiah LAPAN, ISBN
Namun, permasalahan ini telah diantisipasi dalam aspek 978-979-1458-00-99.
C2-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
*Fakultas Sains dan Teknologi, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jl.
Sisingamaraja, Jakarta 12110. Telp. (021) 7279 2753
**Pusat Teknologi Pertahanan dan Keamanan, Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
C3-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C3-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Parameter Ukuran Gain Warna merah pada gambar menunjukkan bahwa pola
Antena Vertikal
73.75 mm 1.32 dB radiasi pada arah tersebut sangat kuat dibandingkan
75 mm 1.27 dB dengan arah yang lain, contohnya pada warna kuning
70 mm 1.12 dB
atau hijau.
71.25 mm 1.29 dB
Antena Radial 72.5 mm 1.32 dB B. Direktivitas dan Gain
73.75 mm 1.37 dB
75 mm 1.27 dB Direktivitas (keterarahan) dari sebuah antena
30 1.27 dB didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) intensitas
32.149 1.22 dB radiasi sebuah antena pada arah tertentu dengan
Besar Sudut
34.2857 1.15 dB
36.4286 1.16 dB
intensitas radiasi rata-rata pada semua arah. Sedangkan
gain adalah penguatan atau kemampuan pada antena
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang berhubungan dengan direktivitas dan efisiensi
antena.
Dari Tabel 2 didapat panjang antena vertikal, antena
Dari hasil yang didapatkan melalui CST, antena
radial dan besar sudut yang terbaik dan akan dianalisa.
vertikal ground plane memiliki direktivitas dan gain
Sebelum memilih ukuran apa yang akan dipakai maka
seperti pada Gambar 8, yaitu 1.42 dBi dan 1.3 dB.
dicari terlebih dahulu gain dari masing-masing
perhitungan. Selanjutnya, didapat untuk antena vertikal
panjang yang dipakai adalah 73.75 mm, antena radial
73.75 mm dan besar sudut 30 dengan gain yang dimiliki
oleh masing-masing parameter tersebut adalah 1.32 dB,
1.37 dB dan 1.27 dB.
A. Pola Radiasi
Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah
pernyataan grafis yang menggambarkan sifat radiasi dari
suatu antena pada medan jauh sebagai fungsi arah[1]. Gambar 8. Besar Direktivitas dan Gain pada Antena Vertikal Ground
Plane
Menurut teori, pola radiasi dari antena monopole
adalah setengah dari pola radiasi dipole. Dikarenakan
antena monopole adalah antena yang memiliki C. Return Loss
ground-plane, sehingga pola radiasi dari antena ini akan Antena vertikal ground-plane yang didesain ini
tertahan pada area ground-plane[2]. Tetapi hal ini dapat diharapkan memiliki frekuensi yang berada pada 902
terjadi bila luas area ground-plane memiliki ukuran yang 928 MHz.Untuk melihat berada di frekuensi berapa
relatif besar. anena tersebut bekerja dapat dilihar pada return loss.
Pada Gambar 7 dapat dilihat pola radiasi dari antena Berdasarkan hasil dari antena yang telah didesain
vertikal ground-plane yang didesain dengan dengan menggunakan CST didapat gambar return loss
menggunakan software CST. Disini dapat dilihat bahwa seperti pada Gambar 9. Frekuensi center dari antena ini
antena ini mempunyai pola radiasi yang seperti bola adalah 0.924 GHz atau setara dengan 924 MHZ dan ini
dengan terdapat lubang dibagian tengahnya, seperti berarti antena yang telah di desain sesuai dengan apa
antena dipole. Hal ini, dikarenakan ground-plane dari yang diinginkan.
C3-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C3-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C4-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
mikrostrip, dimana lebar konduktor pada sisi permukaan Dimana c adalah kecepatan cahaya, reff adalah
atas substrat disebut patch. Arah radiasi medan magnetic konstanta dielektrik effective, fr adalah frekuensi
dari patch menuju pada lapisan substrat dengan resonansi dalam Hertz.
ketebalan tertentu sampai bidang ground. Bidang
ground merupakan lapisan konduktor yang menutupi
B. Rangkaian Transformer
seluruh lapisan substrat. Sehingga medan radiasi akan
terpantul keseluruh permukaan substart dan sebagian
menuju ke lapisan udara. Sebuah transformer merupakan bagian dari rangkaian
power divider. Pemodelan transformer dari power
divider ada tiga, yaitu : impedansi transformer jenis
A. Patch Bujur Sangkar
T-junction , transformer dan off side line. Untuk
rangkaian power divider transformer 1/4 memiliki
Sebuah patch bujur sangkar merupakan bagian dari konfigurasi, dimana nilai impedansi masuk adalah sama
bentuk umum patch persegi panjang. Bentuk struktur dengan impedansi karakteristik (Zo) saluran transmisi.
dari patch persegi panjang terhadap frekuensi resonansi Untuk nilai impedansi transformer adalah Zo/2.
(fr) dipengaruhi oleh mode dominan propagasi Sebuah saluran transmisi mikrostrip dirancang
gelombang tranverse magnetik TMmn, dimana m dan n melalui sebuah garis pada bidang konduktor yang
mode orde. Bentuk dimensi patch persegi panjang terletak disisi lapisan permukaan substrat dengan lebar
diperoleh melalui persamaan : patch. Lebar konduktor sebagai saluran transmisi
1/ 2
memiliki nilai impedansi karakteristik (Zo), dimana nilai
c m 2 n 2 impedansi dipengaruhi rasio antara lebar patch (w)
fr = + terhadap ketebalan substrat (h) serta konstanta
2 reff L W
(1) dielektrik. Nilai impedansi karakteristik saluran
transmisi mikrostrip untuk w/h > 1 diperoleh melalui
dimana fr adalah frekuensi resonansi dalam Hertz, reff persamaan :
adalah konstanta dielektrik efektive dan c adalah
kecepatan cahaya ( 3 x 108 m/dt ). Untuk L adalah
panjang sisi patch dalam milimeter dan W adalah lebar Z 0 (Ohm) =
[120 ( ) ]
eff
1 / 2
( eff + 0 , 3 ) h + 0 , 264
w Dimana h adalah ketebalan substrat dalam milimeter
L = 0 , 412 h dan w adalah lebar patch dalam milimeter.
( 0 , 258 )
w
+ 0 ,8
eff h (3)
dimana h adalah ketebalan substrat dalam milimeter, w III. METODOLOGI
adalah lebar saluran microstrip dalam milimeter dan eff
adalah konstanta dielektrik effective. Sedangkan untuk Pengembangan desain antena susun dua elemen patch
effisiensi radiasi lebar patch peradiasi (W) bujur sangkar dilakukan untuk peningkatan performansi tingkat power
diperoleh melalui persamaan : radiasi di daerah frekuensi Wi-Fi. Peningkatan power
c radiasi penting digunakan untuk antena pada aplikasi
W =
2 fr
( r + 1 ) pemancar transmisi. Secara struktur dasar desain antena
susun adalah penambahan sebuah elemen patch identik
2 (4) yang ditempatkan pada jarak resonansi frekuensi operasi
tertentu.
Untuk mendisain rancang bangun antena digunakan
metode simulasi dan pengukuran. Pada aplikasi
C4-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
rancangan simulasi menggunakan metode moment saat posisi 7,2 mm dari patch dan panjang stub adalah
dengan dukungan perangkat lunak Microwave Office 14,4 mm.
(MWO). Sedangkan untuk memvalidasi data parameter Rancangan antenna susun dengan dua elemen patch
hasil simulasi dilakukan melalui metode pengukuran merupakan bentuk luasan dari struktur antenna pada
menggunakan perangkat Network Analyzer di gambar 1.
Laboratorium Antena Departemen Teknik Elektro
Universitas Indonesia. Gambar 1 memperlihatkan
prototip antena mikrostrip satu elemen patch bujur
sangkar dengan penambahan sebuah stub saluran
transmisi untuk aplikasi Wi-Fi.
C4-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
gelombang guide saluran (). Panjang gelombang guide sebesar 33% terhadap antena satu elemen patch sebagai
dari suatu transformer senilai dengan = o/reff , dasar desain antena susun.
dimana o adalah panjang gelombang pada ruang bebas
adalah 122 mm dan konstanta dielektrik effective (reff )
adalah 1,891. Sehingga panjang gelombang guide yang
diperoleh adalah 88,7 mm dan panjang transformer 1/4
diperoleh 21,6 mm.
C4-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V. KESIMPULAN
REFERENSI
C4-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Sumartini Dana
Politeknik Negeri Kupang
sumartinidana@yahoo.com
C5-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
pulsa kotak. Tegangan sesaat, f(nT0) pada keluaran filter pengaruh bandwidth dan juga nosie dengan
PPM atau detektor korelasi adalah: menggunakan program matlab dan melakukan analisa
" " dari hasil pengolahan data. Untuk pengolahan data
=
" "
(2)
berdasarkan jumlah user, dimana akan disediakan data
dengan E1 adalah energi ternormalisasi dalam simbol 1 awal berupa jumlah user dan bobot kode yang kemudian
dan k mempunyai unit Hz/V. Daya derau ternormalisasi, akan dihitung berdasarkan rumus yang telah disediakan.
2 (V2) pada keluaran detektor adalah: 4/ = 48 + 4 8 (7)
= (3)
dimana N0 adalah normalisasi kerapatan spektrum daya dengan
derau satu sisi pada filter matched atau masukkan 9
48 = 0) (8)
korelator.
Dimana :
PPM-CDMA pada awalnya diajukan untuk
sistem-sistem komunikasi fiber optik pengguna N Pr : Probabilitas rate
Pb : Probabilitas bit error/ Bit Error Rate
dengan menggunakan PPM (n, w, a, c) sebagai
N : Jumlah user
rangkaian kode PN dimana n adalah panjang rangkaian
w : Bobot kode
bobot w dan a, c adalah batasan-batasan auto-korelasi n : Panjang kode
dan korelasi silang . a, c biasanya ditetapkan 1 untuk Data - data tersebut kemudian akan dimasukkan ke
mencapai perfoma tingkat kesalahan bit optimum dalam program matlab sehingga diperoleh informasi
(BER). Rangkaian kode PN C untuk pengguna pertama bagaimana perubahan yang terjadi terhadap Bit Error
dapat dipresentasikan dalam format biner sebagai Rate (BER) PPM CDMA berdasarkan jumlah user.
"
! , $ , % , . . ( ), dimana i = 1, 2, ..., N dan *
" " " "
Pengolahan data yang ke dua dilakukan berdasarkan
0,1 adalah pola-pola biner dalam j yang mencirikan pengaruh bandwidth terhadap Bit Error Rate (BER)
karakter Ci. Jumlah *" = 1 adalah sama dengan w. PPM CDMA. Data awal yang telah disediakan adalah
Catatan bahwa *" selalu sama dengan 1 dalam rangka jumlah user (N), bobot kode (w) dan data bit rate per
menginisial urutan awal Ci. user (Rb), data tersebut akan dilakukan perhitungan dan
Bit rate pada PPM-CDMA diperlihatkan pada juga disimulasikan ke dalam program matlab.
Persamaan 4 berikut : Bandwidth dalam komunikasi wireless optik
. = )./ (4) PPM-CDMA dibutuhkan lebih besar dari bandwidth
modulasi konvensional seperti AM dan FM karena
dengan Rb = data bit rate per user
n = panjang kode menggunaan teknik spread spektrum. Lebar bandwidth
yang digunakan dalam komunikasi wireless optik
= 0 0 + (5) PPM-CDMA memenuhi Persamaan 6 berikut :
5
: = 5./
dengan N = jumlah user
(9)
w = bobot kode
dengan W = Bandwidth (Hz)
Noise Rb = Data bit rate per user (bps)
Dengan meminimalisasi noise akan membantu 9
9
peningkatan performa sistem untuk menurunkan BER 48 = 0) = 5 48 = < 0
5) = (10)
sehingga data yang diterima semakin berkualitas. Salah Pengolahan data yang ke tiga berdasarkan pengaruh
satu hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisasikan noise.
noise yang diakibatkan oleh jumlah user adalah dengan ..4 6 )
membatasi jumlah user untuk setiap bandwith. = (11)
3 . ../
Sedangkan noise yang berasal dari lingkungan dapat
diatasi dengan menggunakan filter yang berfungsi
menyaring data yang diterima dan memisahkannya dari
noise dari udara atau lingkungan.
Dalam komunikasi wireless optik PPM-CDMA
hubungan antara noise dengan BER dapat ditunjukan
pada Persamaan 7 berikut :
.4 6
3 .445 = (6)
7./
dengan:
R : responsibilitas photodetector = 1
Rb : data bit rate per user
BER : Probabilitas error rate
Pavg : Daya rata-rata
No : Noise
III. METODOLOGI
Pengolahan data perubahan Bit Error Rate (BER)
Gambar 1. Diagram Alir Analisa Matlab
PPM CDMA berdasarkan perubahan jumlah user,
C5-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Data kemudian dimasukkan kedalam program matlab 7. Untuk jumlah user yang sama bila bobot kode (w)
sehingga diperoleh informasi mengenai perubahan nilai dinaikkan maka akan menyebabkan penurunan
BER/Pb. Untuk menganalisa probabilitas kesalahan bit Probabilitas error rate, namun karena perubahan yang
(BER/Pb) dengan sistem PPM-CDMA maka terjadi tidak begitu besar dan untuk menjaga faktor
menggunakan software matlab dengan urutan analisa peningkatan kecepatan bit (BEF) maka dipilih bobot
yang dapat disajikan dengan diagran blok pada Gambar kode yang lebih kecil, karena bobot yang semakin besar
1. akan menyebabkan faktor peningkatan kecepatan bit
akan semakin berkurang.
IV. ANALISA HASIL SIMULASI DAN PERHITUNGAN
Tabel 2. Probabilitas Error PPM-CDMA
A. Faktor Peningkatan Kecepatan Bit (BEF)
Jumlah Panjang Data Bit BEF Pb
Dengan menggunakan persamaan (5) maka faktor User Kode (M) PPM PPM
peningkatan kecepatan bit BEF PPM-CDMA yang (N) (n)
memiliki user sebanyak 10, 20, 30, 40 dan 50 dengan 10 61 5,9307 0,3345 0,6004
20 121 6,9189 0,2879 0,6055
nilai w=3 akan diperoleh hasil pada tabel 1 berikut : 30 181 7,4999 0,2659 0,6072
40 241 7,9129 0,2522 0,6081
Tabel 1. Faktor Peningkatan Kecepatan Bit BEF PPM-CDMA
50 301 8,2336 0,2425 0,6086
Jumlah User Panjang Kode Data Bit BEF PPM 60 361 8,4959 0,2351 0,6089
(N) (n) (M) 70 421 8,7177 0,2292 0,6092
10 61 5,9307 0,3345 80 481 8,9099 0,2242 0,6093
20 121 6,9189 0,2879 90 541 9,0795 0,2201 0,6095
30 181 7,4999 0,2659 100 601 9,2312 0,2165 0,6096
40 241 7,9129 0,2522
50 301 8,2336 0,2425 Dari tabel 2 maka simulasi pada matlab menghasilkan
60 361 8,4959 0,2351
70 421 8,7177 0,2292 gambar 3.
80 481 8,9099 0,2242
90 541 9,0795 0,2201
100 601 9,2312 0,2165
Nilai M (data bit) diperoleh dari persamaan
log n
M=
log 2
Dari tabel 1 maka simulasi pada matlab menghasilkan
gambar 2.
C5-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
2. Modulasi PPM-CDMA
D. Pengaruh Noise Pada Komunikasi Wireless Optik Dalam modulasi dilakukan proses spreading sinyal
Dalam komunikasi wireless optik PPM-CDMA dimana data asli akan ditambah dengan data biner dari
hubungan antara noise dengan BER dapat ditunjukkan generator kode yang kemudian akan disebar oleh
pada persamaan 11. Perbandingan noise terhadap BER pemancar wireless optik. Gambar 7 merupakan
pada komunikasi wireless optik PPM-CDMA dapat kode-kode PN yang akan ditambahkan pada data biner
dilihat pada Gambar 5. untuk ditransmisikan dengan panjang bit = 8 dan
memiliki nilai biner 0 1 0 0 1 1 0 1.
C5-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
bit mencapai 64 bit yang merupakan hasil perkalian akan meningkatkan panjang kode dan jumlah data bit
antara data biner dengan kode PN (8 x 8 = 64). yang ditransmisikan oleh pemancar yang
mengakibatkan penurunan factor kecepatan bit.
3. Demodulasi PPM-CDMA 3. Probabilitas error atau BER akan semakin besar
Merupakan proses pengembalian sinyal yang apabila jumlah user semakin meningkat.
dipancarkan ke bentuk semula sebelum digabungkan Peningkatan yang tajam terjadi ketika jumlah user
dengan kode PN. masih di bawah 30, ketika user berjumlah di atas 30
peningkatan BER menjadi lebih stabil.
4. Penggunaan Bandwidth yang semakin besar
mengakibatkan peningkatan nilai noise walaupun
terjadi penurunan nilai BER.
REFERENCES
[1] S. Deris, Teknologi Selular CDMA dan GSM Kerjasama
Radio Sonora FM dan PT. Elex Media Komputindo. 2003
[2] Chun K. See, Zabih Ghassemlooy, John M. Holding, Bit Error
Rate Analysis for PIM-CDMA Optical Wireless Communication
System Optical Communication Research Group, School of
Engineering, Sheffield Hallam Universyti, Pond Street,
Sheffield, S1 1WB. U.K.
[3] Mizawa, Takaya, The Mitigation of MAI for PPM-CDMA
Gambar 9. Data Despreading System with Optical Hard-Limiters by Transmitting Optical
Pulses with Two-Level Intensities. Tokyo unpublished. 2004.
Gambar merupakan data yang diterima yang [4] Hadi Martinius Satria dan Haryadi Sigit.
sigit@telecom.ee.itb.ac.id Analisis Sistem Komunikasi Wireless
kemudian dimodulasi untuk mendapatkan bentuk Optik. Jurusan Teknik Elektro-ITB. Bandung.
semula dari data biner semula. Dari hasil simulasi [5] Iwao Sasase. sasase@ics.keio.ac.jp. Optical Code Division
diketahui bahwa lebar bandwidth berhubungan dengan Multiple Acces. Dept. Of Information and Computern
Science.Keio Universyti. Japan.
panjang kode PN yang dipilih, dimana semakin besar
[6] Nugroho Arif, Suhardi, Perancangan dan Pengkajian UHF
panjang kode PN maka akan semakin besar pula Spread Spectrum Ethernet Radio untuk pembangunan
bandwidth yang digunakan dalam transmisi sinyal. Infrastruktur Komunikasi. ITB. Bandung. 2005.
Sedangkan probabilitas error penerimaan sinyal akan [7] M. Azizoglu, Jawad.A.Salehi, and Y. Li, Optical cdma via
temporal codes, IEEE Transactions on Communications, vol. 40,
semakin kecil karena bandwidth yang dipakai semakin pp. 1162-1170, Aug. 1992.
besar untuk mentransmisikan kode-kode biner yang [8] A. S. Holmes and R. R. Syms, All-optical cdma using
banyak. quasi-prime codes, IEEE Journal of Lightwave Technology,
vol. 31, pp. 569-570, mar. 1995.
[9] Wing. C. Kwong, P. A. Perrier, and P. R. Prucnal, Performance
Comparison of Asynchronous and Synchronous Code-Division
V. KESIMPULAN Multiple-Acces Techniques for Fiber-Optic Local Area
Networks, IEEE Transactions on Communications, vol. 39, pp.
Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat 1625-1634, Nov. 1991.
disimpulkan bahwa : [10] T. Ohtsuki, BER Performace of Turbo-Coded PPM CDMA
Systems on Optical Fiber, IEEE Journal of Lightwave
1. Dalam komunikasi wireless optic semakin besar Technology, vol. 18, pp. 1776-1784, Dec. 2000.
bandwidth yang digunakan akan menurunkan [11] J.Y. Kim and H. V. Poor, Turbo-Coded Packet Transmission for
probabilitas error data yang ditransmisikan, seperti an Optical Cdma Network, IEEE Kournal of Lightwave
terlihat pada gambar . Technology, vol. 18, pp. 1905-1917, Dec. 2000.
2. Peningkatan jumlah user pada system PPM-CDMA
C5-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C6-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
himpunan sensor dan adalah himpunan link Topologi yang digunakan adalah topologi jaringan
komunikasi (graph edges). Himpunan tetangga dari mesh. Komunikasi antara sensor yang berdekatan dalam
sensor j dinotasikan dengan . Model sistem dapat hop tunggal melalui saluran yang bersifat ideal dan time-
dilihat pada gambar 2. invariant. Noise kanal adalah additive white noise
Gaussian dan tidak berkorelasi antar kanal.
C. Sumber
Multi antena AP dengan M antena memetakan matriks
ruang-waktu S ukuran MxN menjadi alfabet terbatas
dengan N adalah jumlah slot waktu. AP mentransmisikan
S ke jaringan sensor nirkabel dengan jumlah sensor J.
Simbol s bersifat independen dan uniform dan modulasi
yang digunakan adalah BPSK, 4-PAM dan QPSK.
Gambar 2. Model Sistem
D. Teori Graph
A. Sensor
Secara umum bentuk dari graph dapat
Pada makalah ini digunakan pemodelan penyebaran dirumuskan menjadi G = (V,E). Suatu graph dikatakan
sensor dengan menggunakan distribusi uniform. terhubung apabila terdapat suatu edge diantara node
Pemodelan penyebaran sensor dengan menggunakan tersebut. Komposisi dari graph dapat dituliskan dengan
distribusi uniform dapat dirumuskan dengan:
matrix adjacency N x N, A = [ An ] dimana
1 a a
f ( xi , yi ) = 2 xi , yi (1) Anl = 1 jika ( n, l ) E dan lainnya bernilai 0. Dari
a 2 2
degree yang didapatkan dapat diperoleh suatu matrix
dimana a merupakan batas minimum panjang daerah diagonal D = diag ( d1 ......d n ) . Matrix Laplacian (L)
yang akan dimodelkan dan b merupakan batas maksimum
panjang daerah yang akan dimodelkan. dari suatu graph dapat diperoleh dari persamaan dibawah
Model pendeteksian sensor yang digunakan adalah ini. :
model deteksi biner. Jangkauan sensing dari sensor L=DA (4)
dimodelkan isotropik dengan radius tertentu yang disebut
range sensor (rs). Jarak antara target dan sensor E. Equalizer Zero Forcing
digunakan jarak Euclidean :
Ekualizer ini pertama kali diusulkan oleh Robert
(2.2)
di = ( xi xt ) + ( yi yt )
2 2
(2) Lucky. Equalizer Zero Forcing menerapkan inverse dari
saluran untuk sinyal yang diterima, untuk dikembalikan
dengan : menjadi sinyal sebelum masuk saluran. Nama Zero
di = jarak target dengan sensor ke i Forcing berkorespondensi dengan membuat ISI menjadi
(xi,yi) = koordinat dari sensor nol sehingga bebas dari noise. Zero Forcing akan
(xt,yt) = koordinat dari target membalikkan efek kanal dengan cara mengalikan vektor
di = jarak target dengan sensor ke i sinyal yang diterima dengan pseudo-inverse dari matrik
Jika target berada dalam range sensor maka diasumsikan kanal [5].
terdeteksi dan jika diluar range sensor maka tidak Misalkan saluran dengan 2 pengirim dan 2 penerima
terdeteksi. yang dimodelkan sebagai :
Sinyal yang diterima pada antena pertama :
[ ] x
B. Kanal
y1 = h1,1 x + h1, 2 x 2 + n1 = h1,1 h1,2 1 + n1 (5)
Data dari antena Access Point (AP) dikirimkan ke x2
sensor melalui kanal fading dengan koefisien fading hj
yang bersifat statik terhadap waktu transmisi AP ke Sinyal yang diterima pada antena kedua :
sensor, tetapi berubah dari transmisi ke transmisi. Blok
yang diterima yj ukuran N x 1 pada sensor ke-j diberikan [ ]x
y 2 = h2,1 x + h2, 2 x 2 + n1 = h2,1 h2,2 1 + n 2 (6)
hubungan input output sbb : x2
Dengan :
y j = ST hj + j (3) y1 dan y2 = simbol yang diterima antena 1 dan 2
Dengan : x1 dan x2 = simbol yang ditransmisikan
yj = sinyal yang diterima sensor ke-j n1 dan n2 = noise pada antena penerima 1 dan 2
ST = matrik ruang waktu h1,1 = kanal dari antena pengirim 1 ke antena penerima 1
hj = matrik kanal AP ke sensor j h1,2 = kanal dari antena pengirim 1 ke antena penerima 2
j = noise AWGN h2,1 = kanal dari antena pengirim 2 ke antena penerima 1
h2,2 = kanal dari antena pengirim 2 ke antena penerima 2
C6-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
meminimalkan kriteria :
Lebar Daerah (m)
{[ ][ ] }
6
E W yx W yx H (11) 1
5
4
Dimana :
3
W = matrik ekualisasi
2
H = matrik kanal
1
N = noise kanal
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Y = sinyal yang diterima Panjang Daerah (m)
C6-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 4. BER vs SNR Zero Forcing dan MMSE untuk BPSK pada
Kanal Rayleigh Gambar 6. BER dan SER vs SNR MMSE untuk modulasi BPSK, 4 PAM
dan QPSK pada Kanal Rayleigh
Gambar 4 membandingkan BER antara Equalizer
Zero Forcing dan MMSE dengan teori jika dimodulasi
BPSK dan dilewatkan kanal Rayleigh. Pada grafik Gambar 6 membandingkan BER dan SER antara
tersebut terlihat Zero Forcing sesuai dengan teori yaitu Equalizer MMSE jika dimodulasi BPSK, 4 PAM dan
QPSK jika dilewatkan kanal Rayleigh. Pada grafik
BER untuk BPSK 1 x 1. Akan tetapi nilai BER akan
tersebut terlihat kinerja MMSE untuk modulasi BPSK
semakin baik jika pada Zero Forcing diterapkan
juga paling baik dibandingkan modulasi yang lain karena
Successive Interference Cancellation yaitu pada nilai BER paling sederhana konstelasinya.
10-3 dB terjadi penurunan Eb/No 2,2 dB. Sedangkan
MMSE memiliki hasil yang lebih baik dari Zero Forcing
yaitu kenaikan sebesar 3 dB.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat
B. Simulasi Kedua disimpulkan :
Pada simulasi kedua ini akan dibandingkan kinerja 1) Dua metode pada demodulasi linier yaitu Equalizer
Zero Forcing dan MMSE untuk modulasi BPSK, 4 PAM Zero Forcing dan Minimum Mean Squared Error
dan QPSK. telah disimulasikan pada Jaringan Sensor Nirkabel
dengan modulasi BPSK, 4 PAM dan QPSK untuk
menghilangkan ISI jika dilewatkan pada kanal
Rayleigh.
2) Jenis modulasi yang paling baik kinerjanya apabila
diterapkan equalizer Zero Forcing dan MMSE
adalah modulasi BPSK.
3) Ekualizer MMSE memiliki kinerja yang lebih bagus
dibandingkan Zero Forcing karena tidak hanya
menghilangkan ISI tapi juga meminimalkan daya
dari noise.
Saran :
1) Perlu diteliti tentang pengolahan informasi yang
diterima sensor dengan sistem terdistribusi
menggunakan algoritma konsensus untuk mengatasi
kendala keterbatsan sumber daya sensor.
Gambar 5. BER dan SER vs SNR Zero Forcing untuk modulasi BPSK, 2) Apabila jumlah antena pengirim dan penerima
4 PAM dan QPSK pada Kanal Rayleigh
ditambah maka diperlukan kajian tentang diversity
Gambar 5 membandingkan BER dan SER antara maupun multiplexing.
Equalizer Zero Forcing jika dimodulasi BPSK, 4 PAM
dan QPSK jika dilewatkan kanal Rayleigh. Pada grafik
tersebut terlihat kinerja Zero Forcing untuk modulasi DAFTAR PUSTAKA
BPSK paling baik dibandingkan modulasi yang lain [1] Akyldiz, I.F, Sankarasubramaniam, Y, dan Cayirci, E,A Survey
karena paling sederhana konstelasinya. on Sensor Network, IEEE Commun Mag, 2002, hal. 102-114.
C6-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
[2] Hao Zhu, Alfonso Cano, Georgios B. Giannakis, Distributed Communication Receiver, European Journal of Scientific
Consensus-Based Demodulation : Algorithm and Error Analysis, Research, 2011, Vol. 59, No. 4, pp 522-532.
IEEE Transactions on Wireless Communications, 2010, Vol. 9,
No. 6.
[3] Hao Zhu, Alfonso Cano, Georgios B. Giannakis, Distributed
Ari Endang Jayati, dilahirkan di Kab. Semarang
Demodulation using Consensus Averaging in Wireless Sensor
tanggal 9 Februari 1980. Pada tahun 1992, penulis
Networks, Signal and Computers, 42nd Asilomar Conference on
menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Bringin
Signals, Sys and Comp, 2008.
1, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 1
[4] Hao Zhu, Alfonso Cano, Georgios B. Giannakis, Distributed in
Salatiga dan selesai pada tahun 1995. Penulis
Network Channel Decoding, IEEE Trans. On Signal Processing,
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di
vol. 57, 2009, pp 3970-3983.
[5] J.G. Proakis, Digital Communications, 4th edition, New Jersey : SMAN 1 Salatiga pada tahun 1998. Pada tahun 2002 menyelesaikan
McGraw-Hill, 2001. program Sarjana di Teknik Elektro UNDIP. Bekerja sebagai dosen PNS
[6] Jayati, A.E, Wirawan, Demodulasi Terdistribusi pada Jaringan dpk di Universitas Semarang sejak tahun 2005. Penulis melanjutkan
Sensor Nirkabel, Proceedings of Indonesian Student Conference studi program Magister pada tahun 2010 di Jurusan Teknik Elektro ITS
on Satellite ISCOS, 2011. bidang Telekomunikasi Multimedia, serta sedang melakukan penelitian
[7] Kumar, N. S, Kumar, K.R.S, Bit error Rate Performance mengenai Jaringan Sensor Nirkabel (JSN).
Analysis of ZF, ML, and MMSE Equalizer for MIMO Wireless
C6-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C7-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C7-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C7-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Terlihat dari Gambar 13 untuk nilai Return Loss Return loss yang dihasilakan antena saturnus lebih
antara -~ hingga -10 dB berada pada titik yang sama stabil jika dibandingkan dengan antena saturnus yang
dengan frekuensi yang memiliki nilai VSWR antara 1 telah dimodifikasi
C7-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Directivity Gain
DAFTAR PUSTAKA
[1] Balanis, Constantine A. 1982. Antena Theory: Analysis and
Design. 2nd Second Edition. John Wiley and Sons, Inc.
[2] Kraus, John Daniel. 1988. Antennas, New York: McGraw-Hill
International.
[3] Punit, Nakar S. 2004. Design of a Compact Microstrip Patch
Antenna for Use in Wireless/Cellular Devices. The Florida State
Gambar 18. Perbandingan Efisiensi University. Thesis.
[4] Yuwono, Rudy. 2005. A Novel Rugby Ball Antenna for Ultra
Wide Band Communication. Jurnal Teknik FT Unibraw.ed.
Agustus 2005 Anonymous.
C7-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C8-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
dengan direktor dan jarak antara direktor adalah 5 cm. Power Beam Width) diatas 30.
Untuk lebar gap pada driven elemen dan direktor adalah
2 cm. Pada Tabel 1, dapat dilihat ukuran dan jumlah dari
elemen-elemen yang terdapat pada antena yagi ini.
Sedangkan pada Gambar 2, merupakan gambar dari
simulasi antena yagi yang akan disimulasikan pada CST.
Hasil simulasi dari nilai VSWR dapat dilihat pada (c) 800 MHz
Gambar 4. Hasil dari simulasi tersebut diketahui bahwa Gambar 5. Simulasi pola radiasi pada 500 MHz, 650 MHz dan 800
MHz.
antena yang telah didesain memiliki VSWR dibawah 2.
Pada Gambar 5 menunjukkan pola radiasi sebagai fungsi Selain itu untuk mengetahui pola radiasi antena
pada frekuensi 500 MHz, 650 MHz dan 800 MHz. tersebut dapat dilihat secara 3D, pola radiasi tersebut
Pada frekuensi 500 MHz besar HPBW adalah 73.2, dapat dilihat pada Gambar 6. Dari gambar tersbut
pada frekuensi 650 MHz besar HPBW adalah 65.1 dan terlihat bahwa pola radiasi dari antena tersebut adalah
pada frekuensi 800 MHz besar HPBW adalah 48.8. directional, hanya pada satu arah saja.
Terlihat bahwa antena yagi memiliki HPBW (Half
C8-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C8-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
[5] CST Microwave Studio 2009, CST Studio Suite www.cst,com, Penulis pertama lahir di Tangerang,18 Mei 1991. Pada saat ini,
Spatial Cooperation [Computer Progam] penulis sedang menempuh strata 1 (S1) di Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Al-Azhar Indonesia, dari tahun 2008 hingga sekarang.
Untuk informasi lebih lanjut, dapat dihubungi melalui
poeyapoe@gmail.com
C8-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak- Permasalahan kurang efektifnya pola radiasi Teknik pada antena array yang memberikan
antena sering terjadi pada sistem komunikasi personal penerimaan maksimum pada arah yang ditentukan
dan bergerak. Hal ini diakibatkan gangguan dari pemakai dengan melakukan estimasi kedatangan sinyal dari arah
komunikasi lain. Gangguan dapat diminimalisasi dengan yang ditentukan sekaligus menolak sinyal yang tidak
menggunakan Smart Antenna yang mengubah pola
antenna untuk menyesuaikan diri terhadap noise dan
diinginkan dari arah lain disebut beamforming adaptif.
interference. Paper ini berisi analisa dan simulasi Berbagai algoritma beamforming adaptif yang sering
beamforming adaptif pada smart antenna menggunakan digunakan adalah LMS, NLMS, Recursive Least Square
algoritma Least Mean Square (LMS) dan Normalized Least (RLS), Constant Modulus Algorithm (CMA), Sample
Mean Square (NLMS). Kedua algoritma memberikan hasil Matrix Inversion (SMI), Minimum Variance
yang baik untuk pengarahan maksimal pada arah sudut
Distortionless Response (MVDR), dan lain sebagainya.
sinyal yang diinginkan. Algoritma LMS menunjukkan
hasil yang lebih baik daripada algoritma NLMS pada Algoritma-algoritma tersebut memiliki keunggulan
penolakan sinyal interferensi, tetapi NLMS menghasilkan sendiri dan kerugian berdasarkan konvergensi
konfergensi bobot yang lebih cepat dibandingkan kecepatan, kompleksitas dan aspek lain yang
algoritma LMS bersangkutan. Pada penelitian ini, dilakukan analisa dan
simulasi beamforming adaptif menggunakan algoritma
Kata KunciSmart Antenna, Beamforming Adaptif, LMS dan NLMS. Respon faktor array di plot untuk di
LMS, NLMS.
analisa apakah algoritma dapat memaksimalkan arah
beam ke arah sinyal yang diinginkan dan meminimalkan
I. PENDAHULUAN
daya ke arah sinyal gangguan. Analisa dilakukan
C9-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
k =1
w2
a (k ) merupakan vector array kemudi yang
y (t )
xm (t ) M dirumuskan
a (k ) = e j 1 k e j 2 k ... e j Mk
T
(7)
wm
Dan n (t ) merupakan vektor noise yang diterima
x M (t ) M yang dirumuskan sebagai berikut
wM
n (t ) = [ n1 (t ) n2 (t ) ... nM (t ) ]
T
(8)
sin
d
x% m (t ) x% M ( t )
x%1 ( t )
(m
d d
w (0) = [0 0...0]T (11)
Untuk k 0
y(k ) = wT (k 1) x(k ) = w H (k )x(k ) (11)
Gambar. 2. Sebuah antenna array linear dengan sensor sebanyak M
e( k ) = d ( k ) y ( k ) (12)
K
xm (t ) = s (t ) e
k =1
k
j mk
+ nm (t ) (4)
w ( k + 1) = w ( k ) + 2 e( k )x ( k ) (13)
Dengan :
sk (t ) = sinyal dari sumber ke k d ( k ) adalah sinyal yang diinginkan. w (0) adalah
nm (t ) = noise random kompleks yang diterima pada bobot awal. y ( k ) adalah output filter, e ( k ) adalah
sinyal error antara output filter dan sinyal yang
sensor ke m
diinginkan w ( k ) adalah fungsi bobot yang telah
mk = fasa sinyal ke k pada sensor ke m.
C9-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
mengalami pembaharuan pada algoritma LMS. Faktor Array LMS dengan Berbagai Jarak Antar Elemen
merupakan rasio adaptasi yang mempengaruhi 0
-3
kecepatan konvergensi pada algoritma LMS. Jika dipilih
sudut kedatangan
-10
nilai yang terlalu besar, maka konvergensi akan semakin
cepat tetapi mengakibatkan ketidakstabilan pada sistem.
-20
Jika dipilih nilai yang terlalu kecil, maka konvergensi
C. Algoritma NLMS Gambar. 3. Faktor array algoritma LMS dengan berbagai jarak antar
elemen dengan M = 10
Algoritma NLMS digunakan untuk mempercepat
konvergensi pada algoritma LMS tanpa melakukan
estimasi autokorelasi sinyal yang diamati. Perhitungan TABEL 1. EFEK PERUBAHAN JARAK ANTAR ELEMEN PADA LEBAR
BEAM DAN BER PADA ALGORITMA LMS
bobot pada algoritma NLMS hampir sama dengan
algoritma LMS hanya berbeda pada pembaharuan nilai jarak Beam-
HPBW BER
antar width Nulling interferer
bobot w( k ) yang dijabarkan pada persamaan (15) elemen
(dera-
(dera-
(per
terdekat
jat) sen)
[1][4] : (d) jat)
-51.61o (-29.32 dB);
0.5 10.41 23.49 0.3 %
27.46 o (-37.89 dB);
w ( k + 1) = w ( k ) + e ( k ) x ( k ) (15)
+ xT ( k ) x ( k ) 0.25 21.461 63.07 0.3 %
-52.18 o (-36.42 dB);
28.03 o (-40.17 dB);
Dengan membandingkan kedua algoritma, Batas -53.33 o (-23.58dB)
pemilihan nilai pada algoritma NLMS dijabarkan 0.125 63.38 87.09 0.2 %
33.76 o (-38.32 dB)
pada persamaan (16)
Gambar 3 dan Tabel 1 menunjukkan bahwa jarak
0< <2 (16)
antar elemen sebesar 0.5 mempunyai performansi yang
paling baik dibandingkan jarak antar elemen yang lain.
III. SIMULASI DAN HASIL Nilai HPBW dan beamwidth yang paling sempit dan
Simulasi dilakukan dengan menggunakan software nulling interferer terdekat dengan sudut sinyal
MATLAB 7.01. Simulasi smart antenna dilakukan gangguan maka dapat disimpulkan beam antenna yang
dengan mengubah jarak antar elemen antenna, merubah dihasilkan semakin terarah pada arah yang diinginkan
jumlah elemen antenna dan merubah rasio adaptasi pada dan penolakan gangguan yang lebih baik dibandingkan
masing-masing algoritma. Selanjutnya dilakukan jarak antar elemen d = 0.25 dan d = 0.125.
analisa pengaruh perubahan parameter tersebut pada
pembentukan beam antena. Sinyal yang diinginkan
berupa sinyal random yang dimodulasi menggunakan TABEL 2. EFEK PERUBAHAN JARAK ANTAR ELEMEN PADA LEBAR
BEAM DAN BER PADA ALGORITMA NLMS
phase shift keying.
jarak Beam-
HPBW BER
A. Efek perubahan jarak antar elemen dengan antar
(dera-
width
(per-
Nulling interferer
algoritma LMS dan NLMS elemen (dera- terdekat
jat) sen)
(d) jat)
Model antenna yang dipakai pada simulasi adalah -52.18 (-27.18 dB);
0.5 10.245 22.91 0.3%
antenna Uniform Linear Array (ULA) dengan jumlah 24.02 (-32.96 dB);
sample sinyal sebanyak 1000. Sinyal yang diinginkan -53.9 (-41.32 dB);
0.25 21.04 49.85 0.3 %
25.74 (-32.09 dB);
berada pada sudut 0o dengan SNR 0 dB. Sinyal -48.75 (-27.93 dB);
0.125 40.84 101.99 0.3 %
diasumsikan mempunyai dua interferer pada sudut 30o 52.67 (-33.93 dB);
dan -50o dengan INR masing-masing sebesar 10 dB.
Analisa pertama dilakukan dengan mengubah parameter Hasil yang tak jauh berbeda juga ditunjukkan pada
jarak antar elemen d. Jarak antar elemen yang dianalisa algoritma NLMS yang ditunjukkan pada Tabel 2, bahwa
adalah d = 0.5, d = 0.25 dan d = 0.125. Hasil simulasi jarak antar elemen sebesar 0.5 mempunyai performansi
ditunjukkan pada Gambar 3 dan dijelaskan lebih detail yang paling baik dibandingkan jarak antar elemen yang
pada Tabel.1 lain.
C9-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B. Efek perubahan jumlah elemen dengan algoritma C. Efek perubahan rasio adaptasi dengan
LMS dan NLMS algoritma LMS dan NLMS
Model antenna yang dipakai sama seperti pada unit Model antenna yang digunakan untuk simulasi adalah
sebelumnya. Sinyal yang diinginkan berada pada sudut antena ULA dengan jumlah elemen m = 10 dan d = 0.5
0o dengan SNR 0 dB. Sinyal diasumsikan mempunyai Analisa dilakukan dengan mengubah parameter rasio
dua interferer pada sudut 30o dan -50o dengan INR adaptasi . parameter rasio adaptasi yang dianalisa
masing-masing sebesar 10 dB dan d = 0.5. Analisa adalah =0.001, =0.0001 dan =0.00001. Hasil
dilakukan dengan mengubah parameter jumlah elemen. simulasi ditunjukkan pada Gambar 5 untuk algoritma
Jumlah elemen yang dianalisa adalah m=5, m=10 dan LMS dan Gambar 6 untuk algoritma NLMS.
m=15. Hasil simulasi ditunjukkan pada Gambar 4 dan 0.08
konvergensi bobot
0.05
-10
|w|
0.04
-20 0.03
miu = 0.001
Faktor Array (dB)
miu = 0.0001
miu = 0.00001
0.02
-30
0.01
-40 0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
sampling
m=5
-50 Gambar. 5. Konvergensi bobot pada algoritma LMS
m=10
m=15 Konvergensi Bobot NLMS dengan Berbagai Step Size
0.016
-60
-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 miu=0.001
Sudut kedatangan (derajat) 0.014 miu=0.0001
miu=0.00001
Gambar. 4. Faktor array algoritma LMS dengan berbagai jumlah
elemen 0.012
0.008
jumlah Beam-
HPBW BER
elemen width Nulling interferer
(dera- (per- 0.006
antena (dera- terdekat
jat) sen)
(m) jat) 0.004
1.7 -53.33o (-24.29 dB);
5 21.75 50.99
% 26.88 o (-50.99 dB); 0.002
0.4 -53.33 o (-37.92 dB);
10 10.202 22.91
% 26.31 o (-35.03 dB); 0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0.2 -53.33 o (-32.77 dB);
15 6.842 15.11 Sampling
% 25.16 o (-36.65 dB);
Gambar. 6. Konvergensi bobot pada algoritma LMS
Gambar 4 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah Gambar 5. menunjukkan semakin kecil nilai rasio
elemen sebesar 15 mempunyai performansi yang paling adaptasi pada algoritma LMS maka konvergensi akan
baik dibandingkan jarak antar elemen yang lain akan semakin lambat. Sedangkan Gambar 6. menunjukkan
tetapi mempunyai sidelobe yang paling banyak. Nilai semakin kecil nilai rasio adaptasi pada algoritma
HPBW dan beamwidth yang paling sempit NLMS maka konvergensi akan semakin cepat.
menunjukkan beam antenna yang dihasilkan semakin
D. Perbandingan algoritma LMS dan NLMS
terarah pada arah yang diinginkan. BER yang dihasilkan
pun mempunyai nilai terendah dibandingkan jumlah Model antena yang digunakan pada simulasi
elemen yang lain. Hasil yang tidak jauh berbeda juga perbandingan kedua algoritma adalah antenna ULA
ditunjukkan algoritma NLMS yang ditunjukkan pada dengan jumlah elemen m = 10, jarak antar elemen d =
0.5 dan rasio adaptasi =0.001. Hasil simulasi
Tabel 4.
ditunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Penjelasan
TABEL 4. EFEK PERUBAHAN JARAK ANTAR ELEMEN PADA LEBAR lebih detail ditunjukkan pada Tabel 5.
BEAM DAN BER PADA ALGORITMA NLMS Gambar 5 menunjukkan bahwa algoritma LMS lebih
jumlah Beam- baik dibandingkan algoritma NLMS dalam hal
HPBW BER
elemen width Nulling interferer
(dera- (per- penolakan sinyal gangguan. Pernyataan ini diperjelas
antena (dera- terdekat
jat) sen)
(m) jat) pada Tabel 5, algoritma LMS menghasilkan nulling
-53.9o (-25.75 dB); interferer lebih dekat dengan faktor array yang lebih
5 21.54 50.42 3.4%
25.74 o (-43.14 dB);
0.6 -53.33 o (-26.56 dB);
rendah pada sinyal gangguan dibandingkan algoritma
10 10.288 23.49 NLMS. Gambar 6 menunjukkan algoritma NLMS
% 24.59 o (-28.03 dB);
-53.33 o (-40.02 dB); mempunyai konvergensi yang lebih cepat dibandingkan
15 6.778 15.438 0.6%
32.04 o (-37.05 dB); algoritma LMS.
C9-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
LMS VS NLMS
0
-3 LMS IV. KESIMPULAN
NLMS
-10
Hasil simulasi smart antenna menggunakan algoritma
LMS dan NLMS menunjukkan kedua algoritma dapat
memaksimalkan beam ke arah sinyal yang diinginkan
-20
dan menolak sinyal gangguan dengan melakukan
Faktor Array (dB)
0.01
REFERENCES
[1] Yasin. M, Akhtar. P, dan Valiuddin, Performance Analysis of
0 LMS and NLMS Algorithms for a Smart Antenna System,
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Sampling International Journal of Computer Applications (0975 8887),
2010, vol4 No.9.
Gambar. 8. Perbandingan konvergensi bobot algoritma LMS dan [2] Yasin. M, Akhtar. P, dan Khan, J.M, Tracking Performance of
NLMS pada smart antenna RLS and KAPA Algorithms for a Smart Antenna System,
World Applied Sciences Journal 10 , 2010, ISSN 1818-4952.
[3] Yasin. M, Akhtar. P, dan Naqvi, S.H.Z, Design and
TABEL 5. PERBANDINGAN ALGORITMA LMS DAN NLMS PADA SMART Performance Analysis of Blind Algorithms for Smart Antenna
ANTENNA System Using Window Techniques. Middle-East Journal of
Beam- Scientific Research 7(4), 2011, ISSN 1990-9233.
HPBW BER [4] Diniz.P. S. Adaptive Filtering Algorithm and Practical
Algo- width Nulling interferer
(dera- (per- Implementation , 3rd ed, Springer, 2008, pp. 77-145.
ritma (dera- terdekat
jat) sen) [5] Zooghby A.L. Smart Antena Engineering. Artech House Inc.
jat)
o Boston-London, 2005, pp. 100-130.
-51.61 (-29.32 dB);
LMS 10.41 23.49 0.3 % [6] Newhall, G.W. Radio Channel Measurements and Modeling for
27.46 o (-37.89 dB);
Smart Antenna Array Systems Using a Software Radio
-52.18 (-27.18 dB);
NLMS 10.245 22.91 0.3% Receiver. 2003, Faculty of Virginia Polytechnic Institute,
24.02 (-32.96 dB);
Virginia.
[7] Das,S. Smart Antenna Design for Wireless Communication
using Adaptive Beam-forming Approach, 2007, Electrical
Engineering Department National Institute of Technology
Rourkela -769008, Orissa, India.
C9-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls andInformatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C10-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls andInformatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
c1 + c3 +c4 + c7 = 0
f0
c2
f1
c3
c0+ c1+c2+c5+c7 = 0
c2+ c5 +c6+c7 = 0
f2
c0 + c3 +c4 + c6 = 0
c6
C10-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls andInformatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C10-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls andInformatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C10-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls andInformatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C10-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls andInformatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Constrain. Di bawah ini adalah Gambar yang 1. Desain arsitektur LDPC dengan coderate
menunjukkan pin yang digunakan pada FPGA. dan ukuran matriks cek paritas 6x12dapat
A8 clk
didesain dan disintesis sehingga akan dapat
C2 Reset
diimplementasikan pada FPGA.
2. Berdasarkan hasil desain arsitektur, arsitektur
dengan code rate dengan ukuran matriks cek
paritas yaitu 6x12 , didapatkan delay proses
yang kecil yaitu 120 ns. Jika frekuensi clock
FPGA 100 MHz maka didapatkan bitrate
J19 Output1
sistem pengkode dengan desain arsitektur
N16 Output4 secara paralel ini adalah5 Mbps dan frekuensi
N18 Output3
kerjanya adalah 8,3 MHz.
3. hasil desain arsitektur pengkode ini akan dapat
U19 Output5
diimplementasikan ke dalam FPGA
U13 Output2
dikarenakan pemakaian resource-nya yang
kurang dari 100% dari yang telah disediakan
yaitu utilisasi nya 1%.
Gambar 4.3 Package View pada Xilinx ISE
DAFTAR PUSTAKA
D. Implementasi pada VHDL
[1] R. G. Gallager, Low-Density Parity-Check (LDPC), IRE
Hasil akhir dari HDL yang telah disinpenelitian Transactions on Information Theory, vol.IT-8,pp.21 28
,January 1962 , www.inference.phy.cam.ac/mackay/gallager/p
menghasilkan utilisasi resource sebagai berikut : pers/ldpc.pdf
Jumlah slices 102 dari 10.752 0% [2]. Hamdaner, Kajian Performansi Pengkodean Kanal Low
Jumlah slices flip flop 107 dari 21.054 = 0% Density Parity Check Code (LDPCC) Pada sistem MIMO
OFDM, STTTelkom Bandung 2006.
Jumlah LUT 4 input 186 dari 21.504 = 0%
[3]. Richardson, Thomas, Rdiger L. Urbanke, Efficient Encoding
Jumlah bonded IOB 8 dari 240 = 3% of Low Density Parity-Check Codes, IEEE Transaction on
Jumlah GCLKs 1 dari 32 =3% Information Theory, Vol. 47, February, 2001.
[4] Morreira, Patrick Guy Farrel. 2006. Essensials of Error
Control Coding . Wiley, UK
V. KESIMPULAN [5]. Bernhard M.J. Leiner, 2005.LDPC Codes a brief Tutorial
Berdasarkan hasil penelitian yang telah [6]. Tadashi Wadayama, Optimization Approach to Bit Flipping
Algorithms for Decoding LDPC Codes .Nagoya Institute of
dilakukan dalam tesis ini dapat disimpulkan beberapa Technology; Jepang
hal sebagai berikut:
C10-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
sektor pariwisata
pertambahan jumlah
penduduk, pendidikan, sektor industri dan
maupun tingkat
perekonomian. Hal tersebut diiringi kebutuhan
3G :
Gambar 1 merupakan arsitektur dari jaringan
[1]
C11-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
III. METODOLOGI
2.4 Coverage Area Perencanaan node-B sebagai site 3G di kota Malang
Coerage area adalah radius sel yang di-cover node mengikuti alur pada Gambar 2.
B. Teknologi 3G menggunakan frekuensi 2100 MHz,
jadi persamaan model hata COST-231 digunakan 3.1 Data Pendukung
untuk perhitungan cell radius dengan persamaan[7]: Data pendukung perencanaan berupa BTS existing
= 46,3 + 33,9 log 13,82log + yang berjumlah 25 BTS dari salah satu operator selular
44,9 6,55log log + dB (1) dengan mengetahui tinggi tower dan koordinat BTS
Dengan: existing, trafik GPRS, distribusi penduduk, kapasitas
kanal, dan parameter link budget untuk menghitung cell
LPL = Mean Path Loss (dB)
radius node B.
= Frekuansi (MHz)
= Tinggi antena base station (m) 3.2 Metode dan Perencanaan
r = jarak dari base station (Km) 1) Coverage Area
Faktor koreksi tinggi antena MS, sama Coverage area berdasarkan nilai radius sel
dengan okumura-Hata Model. menggunakan link budget untuk memperoleh nilai
path loss. Untuk daerah urban pada sisi uplink:
Data: FUL= 1945 MHz, hb = 30 m, hm = 1,5 m
Perhitungan sesuai morfologi frekuensi uplink dan
downlink ada pada Tabel 1. Dan Tabel 2.
C11-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Downlink
Transmitter (mobile) Urban Suburban
Max.mobile transmission power[mW] 2754,23 2754,23
As above in dBm 34,4 34,4
Mobile antenna gain[dBi] 18 18
Cable loss[dB] 3 3
EIRP [dBm] 49,4 49,4
dua pertimbangan untuk menentukan kandidat site Dengan cara yang sama untuk tipe node B yang lain,
3G, antara lain: dalam Tabel 4.
a) Blank spot dan nilai optimal Tabel 4. Data kapasitas User tiap tipe BTS
b) Demand 3G Penentuan site 3G berdasarkan
tingkat kebutuhan layanan, berdasarkan Tipe BTS Kapasitas user
penyebaran penduduk, morfologi urban dan 2 sektor 1 FA 736
2 sektor 2 FA 1472
yang memenuhi kriteria dibangun site 3G.
2 sektor 3 FA 2208
3.3 Kapasitas Kanal 6 sektor 2 FA 4416
3 sektor 1 FA 1104
1) Throughput 3 sektor 2 FA 2208
Throughput adalah parameter batas kemampuan 3 sektor 3 FA 3312
BTS untuk mengirim paket data dalam keadaan
benar terhadap waktu transmisi dari sumber ke 3) Perhitungan demand 3G
penerima. Secara teori throughput suatu BTS a) Perkiraan jumlah usia produktif tahun 2012
mencapai 2,5 Mbps. Namun pada kenyataanya nilai Perkiraan jumlah penduduk total tahun 2009
throughput per sektor per FA sebesar 2400 kbps. menggunakan persamaan trend dan jumlah usia
a) Perhitungan throughput per subscriber produktif dari usia 15-50, total usia produktif untuk
Data: Throughput 1 sektor 1 FA=2400 kbps, kecamatan Klojen tahun 2012 sebesar 83654 jiwa yang
Bit rate = 384 kbps, meliputi 11 kelurahan (Klojen, Rampal Celaket,
Trafik per subscriber(ASUBS) = 17mErl=0,017 Samaan, Kidul Dalem, Sukoharjo, Kasin, Kauman,
Erl Oro-oro Dowo, Bareng, Gadingkasri, dan
Perhitungan: Penanggungan) dari jumlah penduduk usia produktif
Throughput per subscriber = ASUBS xbit rate 83654 jiwa dan jumlah mahasisiwa 11266 jiwa (data
=0.017x384 = 6,528 BPS).
kbps b) Demand 3G
b) Perhitungan throughput BTS Demand 3G berdasarkan coverage node B terhadap
Data:Nilai throughput 2400kbps, untuk 1 sektor suatu wilayah, total usia produktif dan mahasiswa
1FA yang tercover adalah:
Perhitungan: Coverage Node B = node B-E (site 3G BTS E).
Throughput BTS untuk tipe 1 sektor 2 FA Wilayah coverage node B-E adalah Klojen, Sukun,
= sektor x FA x 2400 kbps Blimbing dan Kedungkandang. Klojen adalah salah
= 1 x 2 x 2400 kbps satu wilayah yang di-cover node B-E dengan radius 3G
= 4800 kbps (4,8 Mbps) pada node B-E=1,25 Km, Luas kec. Klojen=8,83 Km2,
Dengan cara yang sama, hasil lengkap dalam Tabel 3. Luas area Klojen yang ter-cover oleh node B-
E=2,744Km2 dan Jumlah UP dan mahasiswa=94.720
jiwa maka %area tercover adalah:
2,744
Tabel 3. Data throughput tiap tipe BTS
%area terLMN' BTS 3G = 100% = 31,08%
Tipe BTS Throughput (Kbps) 8,83
2 sektor 1FA 4.800 Dengan %area ter-cover 31,08%. Maka:
UP dalam area terLMN' = %area terLMN' UP dan mahasiswa
2 sektor 2FA 9.600
= 31,08% 94.72 = 29.435 YZ[
3 sektor 1FA 7.200
Dengan cara yang sama untuk wilayah tercover
3 sektor 2FA 14.400 node B-E hasil lengkap dalam Tabel 5.
3 sektor 3FA 21.600
Tabel 5. Penduduk yang ter-cover node B-E
6 sektor 2FA 28.800
Total
node- % area Pddk.
Kecamatan Pddk.ter-
B tercover Tercover
cover
2)Kapasitas kanal node B Klojen 31,08% 29.435
Data: Jumlah user 1 sektor 1 FA Blimbing 8,27% 10.709
234562758 9:;< =>?9@A 9:;< BC E 42.541
%&' tiap sektor tiap FA = Sukun 0,93% 1.412
34562758 7D3 5ED3
2400 Kbps Kedungkandang 0,74% 985
=
6,528 Kbps c) Prosentase demand GPRS
= 368 %&' tiap sektor tiap FA Trafik GPRS total kota Malang = 21.969.038 Kbyte
Total user GPRS untuk kota Malang = 300.000 user
Sehingga untuk node B tipe 1 sektor 2 FA Sehingga diperoleh jumlah rata-rata pemakaian data
1 sektor 2 FA = I sektor I FA 386 %&' tiap user sebesar:
= 1 2 368 = 736 %&'
C11-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kapasitas
Node- Demand Kapasitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang Tipe BTS
B 3G sisa
ditawarkan 4.1 Hasil
A 1.661 2.208 3 sektor 2 FA 542 Berikut ini adalah hasil plotting dari analisis
B 6.598 6.624 6 sektor 3 FA 26 perhitungan yang terdiri dari: Gambar 3 Plotting node
C 1.178 1.472 2 sektor 2 FA 294 B beserta demand dan radius sel. Gambar 4 Plotting
D 1.233 1.472 2 sektor 2 FA 239 cell radius titik site 3G beserta sektorisasinya
E 1.256 1.472 2 sektor 2 FA 216
F 1.344 1.472 2 sektor 2 FA 128
G 711 736 2 sektor 1 FA 25
H 468 736 2 sektor 1 FA 268
I 1.302 1.472 2 sektor 2 FA 170
4) Sektorisasi Antena
Sektorisasi antena pada node B berdasarkan potensi
demand wilayah node B.
5) Transmisi Radio
Node B dalam jaringan 3G membangun transmisi
radio dengan node B lain dan RNC. RNC bertugas
mengatur beberapa node B dalam jaringan UTRAN.
a) Jumlah E1
Jumlah E1 berdasarkan nilai throughput/ cell/
carrier, dalam perencanaan menggunakan nilai 2,4
Mbps, dengan persamaan:
p M%] q%p/L'rr/L Z'
I E1
2Mbps
Jumlah E1 pada node B dengan tipe 2 sektor 1 FA.
Throughput node B 2 Sektor 1 FA
2 1 2,4 Mbps 4,8 Mbps
t,j uv<=
E1 2,4 Mbps
w uv<=
Gambar 3. Plotting node B beserta radius sel dan demand
Jumlah E1 yang diperlukan oleh node B, 2 sektor 1
FA adalah 3E1. Dengan cara yang sama untuk semua
tipe node B, dalam Tabel 7.
C11-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V. KESIMPULAN
C11-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C12-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
minimum terhadap setiap anchor node yang ada pada perhitungan posisi node melalui interseksi tiga
JSN. Setiap node sensor yang telah menerima informasi lingkaran, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Sebuah
anchor tersebut, akan menambah nilai 1 pada jumlah lingkaran yang ditunjukkan pada gambar 2 mempunyai
hop, sebelum mengirimkan informasi anchor lagi ke persamaan :
node tetangga. Melalui tahap ini, semua node yang
tersebar pada JSN memperoleh nilai jumlah hop x2 + y2 = r 2 (3)
(hopsij) minimum terhadap setiap anchor node.
Selanjutnya, pada tahap kedua akan menghitung
Pada gambar 2 ditunjukkan sebuah unknown node
jarak estimasi antara unknown node dan anchor node.
(x, y) yang dapat diketahui posisinya dari tiga anchor
Setiap anchor node memperoleh nilai jumlah hop
nodes (xn, yn) yang telah diketahui posisinya.
(hij) minimum terhadap anchor nodes lainnya.
Sedangkan r pada gambar 2 merupakan jarak antara
Kemudian, dapat dihitung jarak rata-rata per hop (Ci)
unknown nodes dengan anchor nodes. Dengan
berdasarkan jarak antar anchor nodes dan nilai jumlah
diketahui 3 lingkaran di atas diperoleh tiga persamaan,
hop (hij) minimum antar anchor nodes. Jarak rata-rata
yaitu:
setiap hop (Ci) dapat dihitung dalam persamaan berikut.
( x x1 ) + ( y y 1 ) = r1 2
2 2
(4)
(x ) (y )
( )
x2 + y2 = r2 2
2 2
(5)
( xi x j ) + yi y
2 2
(1)
( x x3 ) + ( y y 3 ) = r3 2
j 2 2
C = ,i j (6)
i
h ij
C12-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
AX = AT B
14 jarak bernoise
X = ( AT A ) AT B
1 12
(11)
10
jarak (m)
Hasil estimasi posisi unknown nodes akan memiliki 8
perbedaan dengan posisi unknown nodes sesungguhnya.
Maka dapat dihitung error posisinya untuk mengetahui 6
14
sesungguhnya, sedangkan (xest, yest) merupakan estimasi
posisi unknown nodes. Sedangkan menghitung rata-rata 12
error posisi dari semua unknown nodes yang tersebar
10
n jarak (m)
errorave = errori n (13)
8
i =1
6
errorave
locave = 100%
0
(14) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Unknown node ke-n
R
Gambar 4. Grafik jarak unknown nodes terhadap anchor nodes ke-1
dan pengukuran jarak dengan noise. Pada gambar 4 Gambar 5. Hasil Estimasi Posisi Unknown Nodes
menunjukkan grafik jarak unknown nodes terhadap Pada hasil simulasi untuk menghitung jarak antar
anchor nodes ke-1 baik tanpa noise dan pengukuran anchor nodes seperti pada gambar 3, terdapat hasil
jarak dengan noise. Kemudian pada gambar 5 perhitungan jarak yang mengabaikan noise dan dengan
menunjukkan hasil estimasi posisi unknown nodes dari noise. Pada gambar 3, diambil contoh jarak dari anchor
hasil simulasi algoritma DV-hop yang menggunakan nodes ke-1 terhadap anchor nodes lainnya untuk
metode multilaterasi untuk estimasi posisinya. dianalisa. Dapat dilihat pada grafik gambar 3 bahwa
jarak anchor nodes ke-1 terhadap dirinya sendiri adalah
0 (nol). Sedangkan dalam pengukuran jarak yang
terpengaruh noise, maka hasilnya akan terdapat error.
Begitu juga pengukuran jarak anchor nodes ke-1
terhadap anchor nodes lainnya yang mengabaikan
noise, maka akan diperoleh hasil pengukuran jarak yang
sebenarnya karena menggunakan pengukuran
C12-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
euclidean. Namun, walaupun dengan menggunakan diubah-ubah untuk melihat perubahan error posisi yang
pengukuran euclidean, bila terdapat noise, maka akan diperoleh. Semakin besar rasio anchor nodes, maka
menyebabkan error. semakin banyak jumlah anchor nodes-nya. Bila dilihat
Dengan algoritma DV-hop, jarak antar anchor pada grafik, hasil dari metode trilaterasi dan
nodes dan jumlah hop yang telah diketahui, maka dapat multilaterasi terdapat perbedaan. Pada metode
dihitung jarak unknown nodes terhadap anchor nodes. multilaterasi menunjukkan semakin tinggi rasio anchor
Pada gambar 4, diambil contoh jarak unknown nodes nodes, maka semakin rendah error posisinya. Hal
terhadap anchor node ke-1. Hasil pengukuran euclidean tersebut tidak terjadi pada metode trilaterasi. Walaupun,
merupakan jarak sebenarnya karena perhitungan semakin tinggi rasio anchor nodes tetapi error posisinya
berdasarkan posisi sebenarnya. Bila dibandingkan relatif tetap dan tinggi. Hal tersebut dikarenakan pada
dengan hasil perhitungan algoritma DV-hop baik yang metode trilaterasi hanya menggunakan 3 anchor nodes
mengabaikan noise atau dengan noise, maka akan sebagai reference node saat estimasi posisi. Sehingga
terdapat error. Bila besar nilai hasil pengukuran DV-hop walaupun semakin banyak anchor nodes yang tersebar,
mendekati hasil euclidean, maka errror-nya semakin hanya 3 anchor nodes yang terdekat dari setiap unknown
rendah. nodes yang digunakan untuk estimasi posisi. Sedangkan
Pada gambar 5 dapat dilihat hasil estimasi posisi pada metode multilaterasi, semua anchor nodes yang
unknown nodes pada luas area yang telah ditentukan tersebar dapat digunakan sebagai reference node saat
sebelumnya. Posisi unknown nodes dapat diestimasikan estimasi posisi. Maka, seperti yang ditunjukkan pada
bila unknown nodes sudah mengetahui minimal grafik, semakin banyak jumlah anchor nodes akan
jaraknya terhadap 3 anchor nodes. Oleh karena pada memberikan hasil estimasi yang lebih akurat
simulasi ini, kita menggunakan metode multilaterasi, Grafik pengaruh perubahan total node terhadap error
maka setiap unknown nodes diestimasikan posisi posisi yang dihasilkan, ditunjukkan pada gambar 7.
terhadap keempat anchor nodes yang tersebar. Pada Simulasi menggunakan rasio anchor nodes tetap sebesar
gambar 5 terdapat estimasi posisi unknown nodes dari 10%, sedangkan total node yang diubah-ubah. Sehingga
hasil pengukuran euclidean, DV-hop yang bernoise dan semakin besar total node, maka semakin banyak jumlah
tanpa noise. Dapat dilihat bahwa estimasi posisi anchor nodes-nya. Bila dilihat pada grafik, hasil dari
unknown nodes dari hasil pengukuran euclidean metode trilaterasi dan multilaterasi terdapat perbedaan.
berimpit dengan posisi unknown nodes sebenarnya. Bila Pada metode mutilaterasi menunjukkan semakin besar
estimasi posisi unknown nodes dari hasil algoritma nilai total node, maka error posisi yang dihasilkan akan
DV-hop mendekati estimasi posisi unknown nodes dari semakin kecil. Namun, pada metode trilaterasi, error
euclidean, maka error posisinya semakin rendah. posisinya cenderung lebih meningkat, walaupun jumlah
Perubahan Total Node (Rasio Anchor Nodes 10%)
30
Perubahan Rasio Anchor Nodes
35
25
30
20
25
error posisi (m)
Multilaterasi
Trilaterasi
error posisi (m)
20 15
Multilaterasi
Trilaterasi
15
10
10
5
5
0
30 40 50 60 70 80 90 100
0 total node
5 10 15 20 25 30 35 40
rasio anchor nodes (%)
Gambar 6. Grafik Pengaruh Perubahan Rasio Anchor Nodes Gambar 7. Grafik Pengaruh Perubahan Total Node dengan Rasio
Anchor Nodes tetap 10%
Pada simulasi selanjutnya, akan diamati pengaruh anchor nodes-nya bertambah. Hal tersebut dikarenakan
jumlah anchor nodes terhadap error posisi unknown metode trilaterasi hanya menggunakan 3 anchor nodes
nodes. Simulasi dilakukan dengan luas area ditentukan sebagai reference node saat estimasi posisi. Dapat
100m 100m dan communication range semua node dilihat pada grafik gambar 7, bahwa saat total node
diasumsikan sama yaitu 40 m. Pada simulasi ini, adalah 30 node, dengan rasio anchor nodes 10%, maka
perhitungan jarak mengabaikan noise. Metode estimasi jumlah anchor nodes sebanyak 3 node. Pada saat
posisi yang digunakan adalah trilaterasi dan tersebut grafik error posisi dengan metode trilaterasi dan
multilaterasi. multilaterasi multilaterasi berimpit. Hal itu
Pada gambar 6 ditunjukkan grafik pengaruh menunjukkan error posisinya hampir sama. Namun saat
perubahan rasio anchor nodes terhadap error posisi dari total node bertambah, pada error posisi dengan metode
estimasi posisi hasil algoritma DV-hop. Dengan total multilaterasi menurun, tetapi error posisi dengan metode
node sebanyak 100 node, rasio anchor nodes trilaterasi meningkat. Metode trilaterasi dapat bekerja
C12-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
dengan baik saat jumlah anchor nodes yang tersebar DAFTAR PUSTAKA
hanya 3 node saja. Sedangkan metode multilaterasi
dapat memberikan error posisi semakin rendah dengan [1] D.Niculescu, B. Nath , Ad hoc positioning system, Proc. of
bertambahnya jumlah anchor nodes. IEEE GLOBECOM, San Antonio, 2001, pp. 2926 2931.
[2] D.Niculescu, B. Nath, DV Based Positioning in Ad Hoc
Bila diasumsikan estimasi posisi setiap unknown Networks, Division of Computer and Information Sciences,
nodes dari hasil algoritma DV-hop memiliki error posisi Rutgers, the State University of New Jersey, 2002.
sebesar errorave (persamaan (13) dan (14)), maka bila [3] Azzerdine Boukerche, et.al.,Localization Systems for
Wireless Sensor Networks , IEEE Wireless Communications,
dibandingkan dengan communication range nilainya 2007, pp. 6 - 12.
1, maka estimasi posisi masih berada dalam jangkauan [4] R, Mardeni, Othman, Shaifull Nizam, Node Positioning in
posisi unknown nodes sesungguhnya. Namun, bila ZigBee Network Using Trilateration Method Based on the
nilainya > 1, maka estimasi posisi diluar jangkauan Received Signal Strength Indicator (RSSI), European Journal
of Scientific Research, 2010, pp. 48-61.
posisi unknown nodes sesungguhnya. Semakin besar [5] Jian Li, et.al, A Weighted DV-Hop Localization Scheme for
nilai loc ave , maka semakin rendah akurasinya. Wireless Sensor Networks, International Conference on
Scalable Computing and Communication; The Eighth
Sedangkan semakin kecil nilai loc ave , maka estimasi International Conference on Embedded Computing, IEEE,
posisi semakin dekat posisi sesungguhnya. 2009, pp. 269-272
[6] Shuang Tian, Xinming Zhang, Pengxi Liu, Peng Sun, Xinguo
Wang, A RSSI-based DV-hop Algorithm for Wireless Sensor
IV. KESIMPULAN Networks , IEEE, 2007, pp. 2555 2558.
Berdasarkan hasil simulasi dan analisa, dapat [7] M. Khurana, A. Payal, Analysis of DV-Hop Localization
Algorithm in Wireless Sensor Networks, Proc. of the 5th
disimpulkan bahwa : National Conference, 2011.
Pada perhitungan jarak, bila hasil dari algoritma [8] Shoufeng Hou, Xiaojia Zhou, Xinxin Liu, A Novel DV-Hop
DV-hop mendekati hasil dari euclidean, maka Localization Algorithm for Asymmetry Distributed Wireless
Sensor Networks, IEEE, 2010, pp. 243-248.
error dari hasil perhitungan algoritma DV-hop [9] Xiang Yang Li, Wireless Ad hoc and Sensor Networks ,
semakin rendah. Sedangkan hasil pengujian Cambridge University Press, 2008.
error posisi dari algoritma DV-hop, bila jumlah [10] Guoqiang Mao, Baris Fidan, Localization Algorithms and
Strategies for Wireless Sensor Networks, Information Science
anchor nodes diperbanyak, maka akan Reference, New York, 2009.
menghasilkan error posisi yang rendah. [11] Shehryar Rao, A Composite Approach to Deal with
Pada pengujian pengaruh total node dengan rasio Localization Problems in Wireless Sensor Network, Master
Thesis Computer Science, Blekinge Institute of Technology,
anchor nodes tetap 10 % dapat menghasilkan Sweden, 2010.
error posisi yang semakin rendah dengan
bertambahnya anchor nodes. aretha Ruswiansari saat ini sedang menyelesaikan pendidikan D4
Pada pengujian pengaruh perubahan rasio yang ditempuh sejak tahun 2008 pada program studi teknik
telekomunikasi di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS,
anchor nodes dengan total node tetap, Surabaya, Indonesia.
menunjukkan rasio anchor nodes yang dapat Penelitian yang sedang dilakukan yaitu mengenai Wireless Sensor
digunakan untuk memperoleh error posisi yang Networks, dimana pada tugas akhir yang sedang dikerjakan saat ini
membahas mengenai localization system pada Wireless Sensor
baik. Networks.
Bila menggunakan rasio anchor nodes yang terlalu
tinggi akan menghasilkan estimasi posisi yang lebih Prima Kristalina menempuh pendidikan S1 Jurusan Teknik Elektro
akurat. Namun, juga harus dipertimbangkan dari segi dan S2 Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS), berturut-turut pada tahun 1984 dan 1994. Saat ini
biaya, karena penggunaan jumlah anchor nodes yang tercatat sebagai mahasiswa program Doktor di bidang Telekomunikasi
semakin banyak akan lebih mahal biayanya. Maka, kami Multimedia tahun ketiga di ITS. Selain itu menjadi staf pengajar di
menyarankan penggunaan rasio anchor nodes yang Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) pada program studi
Teknik Telekomunikasi. Bidang riset yang ditekuni adalah jaringan
sesuai, yaitu tidak melebihi 25% dan bila menggunakan sensor dan ad hoc nirkabel, dan komputasi terdistribusi paralel.
lebih dari 3 anchor nodes, lebih baik menggunakan
metode multilaterasi, agar bisa menghasilkan error Aries Pratiarso menempuh pendidikan S1 Jurusan Teknik Elektro
posisi yang rendah dan juga dapat menghemat biaya. dan S2 pada jurusan yang sama di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)berturut-turut pada tahun 1991 dan 2002. Saat ini
Sehingga dengan menggunakan biaya yang rendah menjadi staf pengajar di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
dapat diaplikasikan dalam jaringan sensor nirkabel skala (PENS) pada program studi Teknik Telekomunikasi. Bidang Riset
besar. yang ditekuni adalah Jaringan dan Komunikasi Nirkabel.
C12-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
atmosfer bawah, lapisan ionosfer tersusun dari partikel II. DINAMIKA IONOSFER DAN PENGARUHNYA
bermuatan (ion: proton dan elektron) sehingga TERHADAP PROPAGASI GELOMBANG RADIO
mempengaruhi perambatan gelombang radio yang
Ionosfer dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan D
melewatinya. Ionosfer regional dimaksudkan sebagai
(60-80 km), lapisan E (80-150), dan lapisan F (150-1000
lapisan ionosfer yang berada di atas wilayah Indonesia
km). Kadang kala pada ketinggian lapisan E terdapat
yakni area yang membentang dari 90BT (Bujur Timur)
lapisan tambahan yang disebut lapisan E-Sporadis.
hingga 135BT dan dari 5LU (Lintang Utara) hingga
Demikian pun untuk lapisan F. Pada siang hari dan
110LS (Lintang Selatan).
terutama pada saat aktivitas matahari sedang tinggi,
Kerapatan elektron lapisan ionosfer sangat
terdapat satu atau dua lapisan tambahan yang disebut
bergantung kepada: (i) proses ionisasi, (ii) proses
lapisan F1 dan F1.5 atau lapisan F3. Sedangkan lapisan
rekombinasi antar partikel bermuatan sehingga kembali
utama yang selalu ada disebut lapisan F2.
menjadi partikel netral, dan (iii) proses transportasi
Dinamika ionosfer dimaksudkan sebagai perubahan
partikel bermuatan dari suatu lokasi menuju lokasi
C13-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
kondisi lapisan tersebut dan bagian-bagiannya terhadap Lintang Rendah Indonesia (MSILRI) [14] dan Model
ruang dan waktu. Dinamika ionosfer meliputi perubahan Propagasi Lapisan E (M-ProE).
yang reguler dan yang tak-reguler. Perubahan yang Model ionosfer digunakan untuk memprakirakan
reguler meliputi variasi harian, variasi musiman, variasi kondisi lapisan ionosfer yang akan terjadi. Model
dekadal (10 tahunan), dan variasi terhadap garis lintang. MSILRI mampu menyediakan prakiraan frekuensi
Sedangkan sifat tak-reguler berkaitan dengan kejadian maksimum lapisan F (foF2), dan faktor pengali untuk
ekstrim di matahari, hujan meteor, dan gelombang menentukan frekuensi maksimum komunikasi radio
gravitas yang berasal dari atmosfer netral. dengan jarak 3000 km (M3000). Model M-ProE khusus
Untuk meneliti dinamika ionosfer di atas wilayah digunakan untuk memprakirakan frekuensi maksimum
Indonesia, maka dilakukan pengamatan menggunakan lapisan E (foE) dan kemunculan lapisan E-Sporadis di
radar HF (High Frequency) yang ditempatkan di 6 lokasi ketinggian 90-110 km. Sebelum pengembangan dua
pengamatan. Dari penelitian menggunakan data radar model tersebut telah dilakukan upaya pengembangan
tersebut diketahui variasi ionosfer di atas wilayah model prediksi secara statistik [15].
tersebut [1]-[2]. Kemudian, kegiatan riset juga Informasi prakiraan kondisi ionosfer digunakan
menghasilkan informasi tentang sifat tak-reguler lapisan sebagai bahan dalam merencanakan penggunaan kanal
ionosfer, baik sebagai akibat kejadian ekstrim di frekuensi. Bagi lembaga regulator, model ionosfer dapat
matahari [3]-[4], akibat hujan meteor [5]-[6], maupun digunakan sebagai alat bantu dalam menganalisis kanal
akibat gelombang gravitas [7]-[8]. yang akan diberikan kepada pengguna. Sedangkan bagi
Lapisan ionosfer merupakan medium yang dispersif operator, model ionosfer dapat digunakan dalam
terhadap gelombang radio. Ketika gelombang radio menentukan jadwal penggunaan kanal frekuensi atau
merambat pada lapisan ionosfer yang mempunyai manajemen frekuensi [16].
kerapatan elektron tidak seragam, maka gelombang Selanjutnya dari penelitian tentang sifat tak-reguler
tersebut akan mengalami pembelokan. Pembelokan lapisan ionosfer regional menghasilkan pemahaman
berulang dari gelombang radio oleh lapisan ionosfer tentang pengaruh kondisi ekstrim dari matahari, meteor,
akan menghasilkan pemantulan oleh lapisan tersebut. dan atmosfer netral terhadap perubahan kondisi lapisan
Kemampuan pantul lapisan ionosfer bergantung tersebut. Masing-masing penyebab memberikan dampak
kepada kerapatan elektron lapisan ionosfer (N). berbeda terhadap perubahan lapisan.
Hubungan antara frekuensi gelombang radio (f) yang Ketika terjadi ledakan (flare) yang besar di matahari
dipantulkan oleh lapisan ionosfer dengan kerapatan (badai matahari), beberapa menit kemudian lapisan
elektron N dinyatakan dalam persamaan (1) berikut ini ionosfer telah mengalami perubahan sebagai akibat
[9]. peningkatan intensitas gelombang elektromagnetik yang
f = 80,6 N (1) masuk lapisan ionosfer dan meningkatkan ionisasi di
Dengan f dalam Mega Hertz (MHz) dan N dalam satuan lapisan D [3]. Jika flare yang terjadi disertai pelepasan
elektron/m3 (el/m3). Secara umum, gelombang radio masa korona matahari (Coronal Mass Ejection, CME),
yang dipantulkan oleh lapisan ionosfer adalah maka beberapa jam atau hari kemudian kondisi ionosfer
gelombang radio pada band/pita HF (3-30MHz). Dalam akan mengalami perubahan (badai ionosfer). Kerapatan
kondisi tertentu gelombang radio pada band MF (Midle elektron ionosfer akan menurun secara drastis sehingga
Frequency) yang sedikit lebih rendah dari 3 MHz dan lapisan tersebut tidak mampu lagi memantulkan
pada band VHF (Very High Frequency) yang lebih gelombang radio (blackout) [4] dan gangguan terhadap
tinggi dari 30 MHz (hingga sekitar 50MHz) dapat ketelitian sistem navigasi dan pengukuran posisi dengan
dipantulkan oleh lapisan ionosfer. GPS (Global Positioning System) [17]. Sering pula
Gelombang radio pada band VHF yang lebih tinggi kejadian CME menimbulkan aurora di daerah kutub dan
dan pada band UHF (Ultra High Frequency) akan gelembung plasma.
mengalami pembiasan oleh lapisan ionosfer. Meskipun Hujan meteor dengan intensitas sangat tinggi (badai
hanya dibiaskan, namun ketika terjadi kondisi meteor) merupakan penyebab lain dari perubahan
tak-reguler seperti badai ionosfer sebagai akibat badai tak-reguler dari ionosfer. Penetrasi debu meteor di
matahari, atau gelembung plasma (plasma bubble) ionosfer dapat meningkatkan kerapatan elektron di
sebagai perwujudan ketidakstabilan lapisan ionosfer, ketinggian 80-110 km pada siang dan malam sehingga
maka kuat sinyal dari gelombang itu akan terganggu. menimbulkan lapisan E-Sporadis [5]-[6]. Kemudian,
gelombang gravitas diduga menjadi penyebab terjadinya
III. RISET IONOSFER REGIONAL gelembung plasma dan kejadian Spread F, selain
disebabkan oleh badai matahari [8]. Kejadian
Riset ionosfer regional yang telah dimulai dengan
gelembung plasma dan Spread F dapat menimbulkan
studi literatur pada tahun 1978 [10][11] dan
sintilasi yaitu ketakstabilan sinyal satelit [18]-[19].
pengamatan menggunakan radar HF (ionosonda) mulai
Sifat tak-reguler pada umumnya menyebabkan
tahun 1982 [2] hingga saat ini telah menghasilkan
gangguan terhadap komunikasi radio dan navigasi
pemahaman tentang variasi lapisan ionosfer [1,2,12,13].
berbasis satelit. Contohnya adalah pengaruh badai
Dari pemahaman variasi tersebut dibuatlah model
matahari Oktober-November 2003 terhadap penurunan
ionosfer regional seperti Model Sederhana Ionosfer
C13-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
OWF
16
10
Frekuensi (MHz)
10
8
6
8
6
contohnya, peningkatan indeks sintilasi hingga lebih dari
4
4
2
0,5 yang terjadi pada pukul 20:30 WIB hingga 21:30
2
0
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 WIB sebagai akibat kejadian gelembung plasma yang
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Waktu (WIB)
Waktu (WIB)
diindikasikan oleh kejadian Spread F (Gambar 3).
Gambar 1. Manajemen kanal menggunakan prediksi saat matahari
tenang (kanan) dan saat matahari aktif (kiri).
C13-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C13-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
[14] B. Muslim, Asnawi. D. R. Martiningrum, A. Kurniawan, [22] Jiyo, S. Suhartini, dan V. Dear, Prediksi Dan Manajemen
Syarifudin, Model Sederhana Ionosfer Lintang Rendah Frekuensi Radio HF (Sebagai Bahan Rapat Tim Identifikasi
Indonesia Untuk Parameter foF2 (MSILRI versi 2002), Penggunaan Pita Frekuensi HF (High Frequency) Untuk Dinas
Publikasi Ilmiah LAPAN Tahun 2007. Tetap di Indonesia), Bandung, 31 Mei 1 Juni 2011, tidak
[15] Habirun, Metode Prediksi MUF Menggunakan Model ARMA, dipublikasikan.
Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun VIII, Edisi [23] Jiyo, Propagasi E-Sporadis Pada Sirkit Komunikasi Radio
Khusus, Juli 2002. Pameungpeuk-Bandung dan Watukosek-Bandung, Prosiding
[16] Jiyo, S. Suhartini, V. Dear, Manajemen Frekuensi dan Evaluasi Seminar Nasional Fisika, Serpong, 12-13 Juli 2011, hal.
Kanal HF Sebagai Langkah Adaptasi Terhadap Perubahan [24] GPS NAVSTARS, The GPS Standard Positioning Service, 4th
Kondisi Lapisan Ionosfer, Berita Dirgantara, Vol. 12, No. 3, Edition, September 2008.
September 2011, hal. 110-117
[17] Asnawi dan B. Muslim, Respon Ionosfer Terhadap Coronal Jiyo Lahir di Ngawi, 15 Desember 1961,
Mass Ejection 14 Juli 2000 dari Pengamatan GPS, Prosiding menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan
Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya, Jurusan Fisika-ITS, Matematika-ITB tahun 1990 dan S2 Sains Atmosfer
2002. tahun 2000 di institut yang sama.
[18] S. Ekawati, Efek Sintilasi Ionosfer Terhadap Gangguan Saat ini ia bekerja sebagai Peneliti Madya bidang
Komunikasi Satelit, Berita Dirgantara , Vol. 11, No. 4, 2010 Fisika Magnetosferik dan Ionosferik pada Pusat Sains Antariksa
[19] S. Ekawati, Kemunculan Sintilasi di Daerah Anomali Ekuator LAPAN di Bandung. Ia banyak menulis tentang ionosfer regional dan
Ionosfer, Prosiding Seminar Nasional Fisika, Serpong, 12-13 pengaruhnya terhadap komunikasi radio, serta pengembangan sistem
Juli 2011. untuk evaluasi kanal komunikasi radio HF. Tulisan terbaru adalah
[20] Jiyo, Kajian Pengaruh Badai Antariksa terhadap Perubahan Manajemen Frekuensi dan Evaluasi Kanal HF Sebagai Langkah
Frekuensi Maksimum Komunikasi Radio, Prosiding Seminar Adaptasi Terhadap Perubahan Kondisi Ionosfer yang terbit di Berita
Nasional Antariksa, 2008. Dirgantara.
[21] J. M. Goodman, Space Weather and Telecommunications,
Springer Science+Business Media, Inc, 2005, hal. 197. Drs. Jiyo, M.Si.
C13-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kata Kunci E-Learning, Integrasi, IPTV, Vicon. Gambar 1. Aspek dalam e-learning [1]
C14-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
tempat. E-learning lebih efektif dan efisien cara untuk Multicast pada kasus live TV atau melalui IP Unicast
mendidik karena [8]: pada kasus Video on Demand. IP Multicast adalah suatu
Personalized metode dimana informasi dapat dikirim ke banyak
Interaktif komputer pada saat yang sama. Codec H.264 yang
Just-in-time direlease lebih baru (MPEG4) digunakan untuk
Current menggantikan MPEG2 yang lebih tua.
User-sentris Protocol standar yang digunakan pada system IPTV:
1. IGMP versi 2 untuk broadcast TV (Multicast)
A. Moodle Internet Group Management Protocol adalah salah
Moodle adalah sebuah nama untuk sebuah program satu protokol dalam kumpulan protokol Transmission
aplikasi yang dapat mengubah sebuah media Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) yang
pembelajaran ke dalam bentuk web. Moodle juga bekerja pada lapisan jaringan yang digunakan untuk
merupakan sebuah course management system yang menginformasikan router-router IP tentang keberadaan
digunakan untuk membuat sebuah proses belajar kelompok jaringan multicast. Sekali sebuah router
(learning) bisa dilakukan secara online, powerful dan mengetahui bahwa terdapat beberapa host dalam jaringan
fleksibel [10]. yang terhubung secara lokal yang tergabung ke
Ketika seorang web surfer datang untuk pertama dalam group multicast tertentu, router akan menyebarkan
kalinya kepada komunitas Moodle halaman utama, informasi ini dengan menggunakan protokol IGMP
biasanya akan terkejut dengan pesan selamat datang yang kepada router lainnya dalam sebuah internetwork
pertama: "Moodle is a course management system (CMS) sehingga pesan-pesan multicast dapat diteruskan kepada
- a free, Open Source software package designed using router yang sesuai. IGMP kemudian digunakan untuk
sound pedagogical principles, to help educators create memelihara keanggotaan group multicast di dalam
effective online learning communities. Prinsip-prinsip subnet lokal untuk sebuah alamat IP multicast.
pedagogis suara adalah konstruksi dasar sosial yang Untuk realtime streaming, data dikirim
membuat platform moodle cocok untuk menciptakan menggunakan protokol RTP (Real Transmission
komunitas belajar [4]. Protocol) melalui protokol UDP (User Datagram
Protocol) dengan IP Multicast. Data dikirim
B. Video Conference menggunakan protokol MPEG TS, sebagai tambahan
Saat ini sebagian besar organisasi atau institusi protokol RTP. RTP merupakan protokol yang dibuat
pendidikan telah terintegrasi sebuah LMS dengan sistem untuk memesan bagian dari bandwidth yang tersedia
informasi mereka (back-office, manajemen akademik, dll) untuk lalulintas UDP, RTP mengkompensasi jitter dan
ke titik di mana semua kegiatan belajar (virtual dan non desequencing yang terjadi pada jaringan IP. RTP tidak
virtual) memiliki counterpart (silabus, penilaian, dikembangkan semata-mata untuk lalulintas data suara
penjadwalan, dll) pada LMS kelas virtual. akan tetapi juga digunakan untuk lalulintas data video
Video conference adalah suatu aplikasi yang mampu karena sifatnya yang menjaga atau mendukung
melewatkan data audio dan video pada suatu jaringan. bandwidth yang akan digunakan oleh lalulintas UDP.
video conference biasa diterapkan pada berbagai jenis 2. RTSP untuk VOD (Unicast)
jaringan telekomunikasi. Agar video conference dapat Real Time Streaming Protocol(RTSP) adalah sebuah
berjalan dengan baik maka diperlukannya protocol yang protokol di level aplikasi untuk membangun dan
mengaturnya. Implementasi video conference pada mengontrol pengiriman data dengan real-time. RTSP
jaringan LAN menggunakan protocol H.323, sedangkan menyediakan framework yang extensible untuk bisa
protocol H.320 digunakan pada jaringan ISDN dikontrol dalam permintaan pengiriman data yang real
(Integrated Switched Digital Network) dan masih banyak time, seperti audio dan video. Protokol ini diarahkan
protokol-protokol video conference untuk berbagai untuk mengontrol session pengiriman data yang banyak,
jaringan yang akan digunakan. menyediakan pilihan channel pengiriman, dan
menyediakan pilihan mekanisme pengiriman. Client
C. IPTV dapat meminta untuk memainkan media, melakukan
Menurut PM N0.30/Per/M.Kominfo/8/2009 tentang pause, atau menghentikannya, seperti yang diketahui dari
Penyelenggaraan IPTV di Indonesia, IPTV didefinisikan remote control DVD player atau media player lainnya.
sebagai berikut: Media yang diminta dapat terdiri dari banyak stream
IPTV merupakan teknologi yang menyediakan layanan audio dan video yang mana dikirim sebagai stream
konvergen dalam bentuk siaran radio dan televisi, video, dengan waktu tersinkronisasi dari server ke client. Dalam
audio, teks, grafik, dan data yang disalurkan ke kontrol pengiriman media menggunakan RTSP, client
pelanggan melalui jaringan protokol internet yang dapat mengontrol pengiriman media, protokol RSTP
dijamin kualitas layanannya, keamanannya, dipakai untuk streaming VoD. Protokol ini
kehandalannya, dan mampu memberikan layanan diimplementasikan melalui protocol TCP dan
komunikasi dengan pelanggan secara 2 (dua) arah atau memberikan control melalui media stream ke pelanggan.
interaktif dan real time [9].
Video content pada dasarnya merupakan sebuah stream
transport MPEG2 atau MPEG4 yang dikirim melalui IP
C14-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C14-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C14-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
c. Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima, yang end sebesar 22.11 ms, sedangkan ketika mengakses
disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer. server vicon, didapat delay end to end sebesar 207 ms.
Rumus Packet Loss adalah sebagai berikut : Kemudian pada pengamatan ketika 1 user mengakses
server IPTV dengan bandwidth 1 Mbps, didapat jitter
Packet Loss= A - B x100% (4) sebesar 36,27 ms, sedangkan ketika mengakses server
A vicon, didapat jitter sebesar 7 ms. Sedangkan pada
pengamatan ketika 1 user mengakses server IPTV
Keterangan : dengan bandwidth 1 Mbps, didapat throughput sebesar
A : Banyaknya packet yang dikirim 495.76 kbps, sedangkan ketika mengakses server vicon,
B : Banyaknya packet yang diterima user didapat throughput sebesar 51.08 kbps. Dan pada
pengamatan ketika 1 user mengakses server IPTV
IV. HASIL DAN DISKUSI dengan bandwidth 1 Mbps, didapat packet loss sebesar
0,00%, sedangkan ketika mengakses server vicon, didapat
Sistem pada LMS ini dapat diakses dengan packet loss sebesar 2,09%.
menggunakan berbagai macam terminal seperti PDA, PC,
TV plus STU dan mobile phone. Pada sistem yang telah
V. KESIMPULAN
dibangun ini mampu menampilkan layar yang sinkron.
Sehingga kita bisa merasa berada sama seperti di kelas,
sebab jika salah satu pengguna menuliskan di layar maka Pada pengujian dengan pengguna didapat nilai
akan tampak hal yang sama pada pengguna yang lainnya. throughput yang semakin besar dan packet loss yang
Fasilitas-fasilitas yang ada di sistem ini yaitu: semakin kecil. Pada perencanaan system dapat
Audio dan video conferencing diaplikasikan dengan mengintegrasikan antara moodle,
Whiteboard IPTV, dan Vicon pada implementasi secara sederhana,
Net surfing diperlukan hardware server, access point dan device user.
Aplikasi Chat Sedangkan software yang diperlukan adalah moodle,
PHP, MySQL.
Jajak Pendapat dan kuis
Penilaian dan tes
DAFTAR PUSTAKA
Fasilitas pencarian
Fasilitas request video [1]. Ryu Hokyoung, Parsons David. (2009). Innovative Mobile
Sistem layar sinkron Learning: Techniques and Technologies. New York: Information
Sistem online Science Reference
[2]. Itmazi, J.A. dan Tmeizeh, M.J., (2008), Blended eLearning
Pembatasan pengguna Approach for Traditional Palestinian Universities, IEEE
Mengupload video Multidisciplinary Engineering Education Magazine, Vol. 3, No. 4,
Penjadwalan hal. 156-162.
TVB [3]. Remes, R. (2005), Learning Management System, Proceedings
of the 14th Annual Conference of Doctoral Students - WDS'05,
VoD Charles University, Prague, Part I, hal. 207212.
PVR [4]. Alier M F. Jos M. Casado P (2007), A Mobile Extension of A
pause TV Web Based Moodle Virtual Classroom. Proceedings of the e-
challenges07.
sistem monitoring [5]. Affandi Achmad, Firmansyah Arif, Hidayanto B Cahyo, Usagawa
e-learning Tsuyoshi, Ishimura Toshiro, Chisaki Yoshifumi. 2009.
Performance of Uni Directional LMS Synchronization in Various
Networks Capacity. Osaka Seminar, Jepang, October 2009.
[6]. Itmazi, J.A. dan Tmeizeh, M.J., (2008), Blended eLearning
Approach for Traditional Palestinian Universities, IEEE
Multidisciplinary Engineering Education Magazine, Vol. 3, No. 4,
hal. 156-162.
[7]. Bates Tony. 2005. Technology, E-learning and Distance
Education. London: Routledge the Taylor & Francis Group
[8]. Bielawski Larry, Metcalf David. 2003. Blended eLearning
Gambar 8. Hasil Streaming Video pada IPTV Integrating Knowledge, Performance, Support, and Online
Learning. Canada: HRD Press, Inc
[9]. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia Nomor 30, Penyelenggaraan Layanan Televisi
Protokol Internet (Internet Protocol Television/IPTV) di
Indonesia, 19 Agustus, 2009
[10]. Rice William. 2006. Moodle E-Learning Course Development A
complete guide to successful learning using Moodle. Birmingham:
Packt Publishing.
[11] Widya. 2011.---.Tugas Akhir ITS Surabaya
Gambar 9. Hasil Conference pada Video Conference [12] Adhiatma Nirwan. 2009. Integrasi Learning System dengan
Menggabungkan Video Conference dan Database E-Learning..
Surabaya
Pada pengamatan ketika 1 user mengakses server [13] Ahmadi Chandra. 2009. Aplikasi Mobile Learning Berbasis
IPTV dengan bandwidth 1 Mbps, didapat delay end to Moodle dan MLE Pada Pembelajaran Kedokteran. Surabaya
C14-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C14-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C15-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Dimana untuk mengetahui BER ( Bit Error Rate ) bisa berbagai macam noise yang dapat merusak sinyal
dicari dengan menggunakan rumus : informasi yang dikirimkan. Selain dari bahan buku
bacaan yang ada, kami juga mengumpulkan materi
2 Eb
BER = Pe = Q melalui fasilitas internet. Dalam hasil yang disajikan
kami menggunakan metode simulasi dengan
Noise merupakan gelombang elektromagnetik yang menggunakan software matlab, untuk mensimulasikan
terdapat di alam, dapat bersumber dari matahari, bumi, dan melihat berbagai macam pengaruh noise terhadap
atmosfer, galaksi, busi kendaraan bermotor (buatan sinyal yang di transmisikan, baik sinyal analog maupun
manusia), dan lain-lain. Dalam sistem telekomunikasi, sinyal digital.
sinyal asli dapat bercampur (ditambahkan) dengan sinyal Dari simulasi yang didapat kemudian kami
noise ini sehingga magnitude sinyal total per satuan menganalisis satu persatu jenis noise dan pengaruhnya
waktu merupakan penjumlahan kedua sinyal ini. pada sinyal analog dan digital yang ditransmisikan. Hal
Noise untuk keperluan desain sistem komunikasi ini dengan melihat grafik/figure yang didapat setelah
biasanya dianggap memiliki karakteristik sebagai melakukan run pada source code yang kami buat pada
berikut: software matlab.
White noise
Spektrum rapat daya noise dianggap memiliki harga IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang sama untuk setiap frekuensi (dalam pita
Pada bagian ini kami menampilkan hasil dan analisis
komunikasi yang digunakan).
dari masing-masing gambar yang kami peroleh dari hasil
simulasi
Terdistribusi Gaussian
A. Sinyal Analog
Pola kemunculan noise dianggap terdistribusi
Sinyal analog adalah sinyal yang sifatnya seperti
Gaussian dengan nilai rata-rata (mean) adalah nol dan
gelombang, selalu sambung menyambung dan tidak ada
varians tergantung. rapat daya yang diperkirakan dari
perubahan yang tiba-tiba antara bagian-bagian sinyal
noise tersebut.
tersebut (kontinu).
Noise seperti keadaan di atas disebut dengan AWGN
Gambar berikut adalah sinyal informasi dengan
(Additive White Gaussian Noise) dimana :
t = 0:0.0005:1;
fm1 = 100;
Fading atau fluktuasi sinyal dalam komunikasi m1 = cos(3*pi*fm1.*t); % sinyal informasi user1
wireless dapat dimodelkan dengan distribusi Rayleigh, fm2 = 60;
yang juga diturunkan dari distribusi Gaussian. Rumus m2 = cos(3*pi*fm2.*t); % sinyal informasi user2
BER untuk Rayleigh fading adalah fm3 = 20;
m3 = cos(3*pi*fm3.*t); % sinyal informasi user3
C15-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C15-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
error dalam transmisi sinyal, maka thermal noise harus semakin kecil. Akan tetapi pada simulasi noise AWGN
tetap diperhitungkan untuk menjaga originalitas sinyal. yang mempengaruhi sinyal digital, perubahan nilai SNR
Setelah melakukan simulasi terhadap sinyal noise, perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan perubahan nilai
pengaruh noise AWGN terhadap sinyal informasi, dan SNR yang terlalu besar tidak mampu menunjukkan
pengaruh thermal noise terhadap sinyal informasi, maka pengaruh noise AWGN pada sinyal digital, sehingga
didapatkanlah hasil sinyal yang telah terpengaruh oleh perlu penggunaan nilai SNR yang tepat dengan
noise AWGN dan thermal noise. perubahan nilai SNR yang diperhitungkan agar hasil
sesuai yang diharapkan.
Gambar 4.6 hasil Sinyal Informasi yang dipengaruhi noise AWGN Gambar 4.7 Sinyal Informasi terpengaruh noise AWGN
dan Thermal noise err = 1.7321
Perhitungan satu per satu seperti di atas menunjukkan
err1 = 5.6336 bagaimana proses suatu sinyal dirusak oleh kanal
err2 = 9.9855 AWGN, namun untuk menjawab persoalan yang
err3 = 7.5726 memiliki SNR berbeda-beda dan setiap SNR tersebut
diulang sebanyak lima kali (Monte Carlo) akan sulit jika
Error yang didapatakan setelah melakukan dilakukan satu per satu.pernedaan nilai SNR dan BER
penjumlahan antara sinyal informasi, noise AWGN dan yang terjadi bisa dipengaruhi oleh perbedaan level daya
Thermal noise, didapatkan nilai error yang berbeda pada yang dipakai pada SNR maupun banyaknya jumlah bit
frekuensi 100 Hz, 60 Hz dan 20 Hz. Membandingkan yang disimulasikan. Untuk lebih bisa melihat perubahan
nilai error antara sinyal yang tercampur dengan noise Bit Error Rate (BER) terhadap Signal to Noise Ratio
AWGN tanpa thermal noise dan sinyal yang tercampur (SNR) bisa dilihat pada gambar berikut.
thermal noise dan noise AWGN memperlihatkan hasil
yang sedikit berbeda dan selisih yang cukup kecil sesuai
dengan nilai error yang didapat dari hasil penjumlahan
sinyal informasi dengan sinyal noise AWGN.
Dari hasil yang didapatkan, thermal noise menambah
nilai error pada frekuensi tinggi dan SNR rendah, dan
pada frekuensi rendah tetapi SNR tinggi. Akan tetapi,
nilai error berkurang pada frekuensi dan SNR menengah.
B. Sinyal Digital
Sinyal digital adalah sinyal yang sifatnya pulsa,
terputus-putus / terjadi perubahan yang tiba-tiba antara
bagian-bagian sinyal tersebut. Sistem komputer bekerja
dengan sinyal ini. Merupakan serangakaian pulsa
tegangan yang dapat ditransmisikan melalui suatu
medium kawat.
Sinyal digital diatas, mengalami perubahan pada nilai
amplitudonya setelah tercampur dengan noise AWGN. Gambar 4.8 SNR vs BER untuk proses acak (hijau) dan teoretis (pink)
Dari nilai error yang didapat yaitu 2.2361 dari 200 bit untuk kanal AWGN
data dengan nilai SNR 3 dB yang dikirimkan, noise
AWGN mempunyai persentase yang cukup kecil Dengan nilai SNR dan N (jumlah bit) yang
terhadap perubahan informasi sinyal digital. Semakin disimulasikan,maka dihasilkan grafik yang diperlihatkan
kecil nilai SNR yang digunakan, maka error yang terjadi pada gambar 4.7 di atas. Terlihat antara hasil percobaan
akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya, untuk nilai dengan teoretis sangat dekat.
SNR yang semakin besar, nilai error yang terjadi akan
C15-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V. KESIMPULAN
Untuk melakukan simulasi karakteristik noise untuk
transmisi sinyal digital dan analog pada sistem
telekomunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan
software MATLAB yang dimodelkan dengan AWGN,
fluktuasi sinyal (fading) , yang dimodelkan dengan
Rayleigh fading. dan thermal noise
Penghitungan nilai error pada proses transmisi sinyal
analog dan digital dapat diketahui dengan perhitungan
MATLAB, sehingga bisa diketahui noise yang terjadi
gambar 4.10 SNR vs BER untuk proses acak (hijau) dan teoretis dari setiap sinyal yang dikirimkan.
(pink) untuk kanal fading Semakin banyak sinyal yang di transmisikan,
kemungkinan terjadi noise semakin besar, karena pada
Dengan nilai SNR, frekuensi doppler, perioda bit dan N transmisi banyak dipengaruhi oleh perubahan
(jumlah bit) seperti tertera pada tabel 1, maka m-file suhu/temperatur, noise alami, dan gangguan lain yang
tersebut dipanggil sedemikian hingga dihasilkan grafik merusak sinyal asli.
yang diperlihatkan pada gambar 4.9. Terlihat hasil
percobaan untuk SNR 5, 10, dan 10 dB cukup dekat
dengan kurva teoretis. Sementara untuk SNR 15 dan 20 DAFTAR PUSTAKA
dB relatif lebih jauh meskipun masih mengikuti kurva
[1] Brown, Robert Grover, Patrick Y.C. Hwang, Introduction to
teoretis. Kemudian pada SNR 25 dB kembali hasil Random Signals and Applied Kalman Filtering.
percobaan dekat dengan kurva teoretis. Fenomena ini [2] Tomasi, Wayne (1998). Electronic Communication Systems:
dapat dijelaskan dengan memperhatikan jumlah bit yang Fundamental Through Advanced (edisi ke-Third edition). New
dipergunakan tiap-tiap SNR dan perbandingannya Jersey: Prentice-Hall International,inc.
C15-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C15-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C16-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
III. METODOLOGI
Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
struktur cacat pada fibre bragg grating pada area C-band
adalah metode solusi dengan pendekatan teori couple
mode dan transfer matrix. Metode solusi digunakan
untuk mengetahui teori dasar, penggunanaan teori
couple mode dan transfer matrix untuk mengetahui
karakteristik struktur cacat bragg grating.
Simulasi menggunakan matlab dilakukan untuk lebih
memahami sifat dan karakteristik yang terjadi pada
struktur cacat fibre bragg grating berdasarkan analisa
Gambar 1 Karakteristik atenuasi pada silika berbasis single mode gambar atau grafik yang terjadi berdasarkan teori dan
fibre
penurunan rumus yang ada. Dengan melihat teori dasar
Gambar di atas adalah ilustrasi karakteristik atenuasi dan simulasi yang dilakukan, maka penggunaan fibre
vs panjang gelombang pada silika berbasis fiber optik bragg grating ke arah yang lebih jauh seperti sensor dan
single mode. Pada gambar ada 2 saluran komunikasi aplikasi lain bisa menjadi bahan pertimbangan yang
yaitu pada 1310 nm dan 1550 nm. lebih.
Struktur cacat pada fibre bragg gratinsg adalah salah
satu fitur penting dari gratings yang menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
kepekaan gratings terhadap lingkungan. Sensitifitas ini Untuk menghitung spektrum refleksi dan transmisi
memberikan kita kesempatan untuk diimplementasikan dengan berbeda, di mana didefinisikan dalam
sebagai sensor yang berbeda-beda. Cacat pada fibre persamaan
bragg gratings disebabkan oleh banyak faktor seperti sinh 2 ( B L)
R ( ) = =
2
tekanan, peningkatan suhu dan lain-lain. Di sini, kita
'2
akan mengamati karakteristik struktur cacat fiber cosh 2 ( B L)
Bragg grating dalam pusat dari gratings. Seperti dapat 2 dimana
dilihat pada gambar 1.
B = d dan parameter awal tertentu sebagai
2 2
'2
cosh 2 ( B L)
2 dan
R ( ) + T ( ) = 1
Gambar 3 Transmisi (atas) dan Refleksi (bawah) spektrum daya di
pusat dari kisi-kisi
C16-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C16-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C16-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
menjadi sangat lossy. Selain nilai , nilai Ldefect, Dari parameter yang ada dapat disimpulkan bahwa
refractive index, jumlah sel dasar (N) juga akan Nilai > 0 akan menghasilkan komponen
mempengaruhi nilai power transmisi dan refleksi yang aktif dan nilai < 0 akan menghasilkan
kemudian bisa digunakan untuk membuat komponen komponen pasif
aktif ataupun komponen pasif sesuai dengan kriteria jumlah sel dasar (SD) yang semakin besar,
yang dibutuhkan. maka besar power transmisi dan refleksi
semakin mengecil pada panjang gelombang
1550 nm, pusat gelombang C-band.
nilai power transmisi dan refleksi akan
semakin kecil dan cacat pada pusat
gelombang semakin kecil jika nilai
refractive index semakin berdekatan, dan
ketika nilai refractive index cukup besar,
maka dihasilkan power transmisi dan
refleksi yang besar tetapi cacat pada pusat
wavelength lebih kecil powernya.
Jumlah fraksi cacat berpengaruh terhadap
pola power transmisi dan refleksi pada fibre
bragg grating dan juga cacat yang terjadi
pada rentang gelombang 1.45 nm 1.65 nm.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bush, K, S Lolkes, RB. Wehrspohn, H. Foll, 2004, Photonic
Crystals: Advanced in Design, Fabrication, and
Characterization, Wiley-VCH Verlag GmbH & co. KgaA.
[2] Faccio, Daniele, 2006, Introduction to photonic crystals,
Chania.
[3] Joannopaulos, John D., Steven G. Johnson, Joshua N. Win,
Robert D. Meade, 2008, Photonic Crystals : Molding the Flow of
light second edition, Princeton University Press.
Gambar 10 Transmisi (atas) dan Refleksi (bawah) spektrum daya
[4] Boudrioua, Azzedina, 2009, Photonic Waveguides, John Wiley
dengan N = 45, f = 1.5, n1 = 1.44, n2 = 1.47 di pusat kisi-kisi & Sons.inc
[5] Skorobogatiy, Maksim, Jianke Yang, 2009, Fundamental of
Photonic Crystal Guiding, Cambridge University press.
[6] Sukhoivanov, Igor A, Igor V Gurvey, 2009, Photonic Crystals
Physiscs and Practical Modelling, Springer.
[7] Qadriyah, 2008, The Characteristics of Fibre Bragg Grating in
C-banf Region by Using Transfer Matrix Method. University Al
Azhar indoesia.
C16-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak Perkembangan teknologi telekomunikasi dan penyiaran. Peningkatan komunikasi nirkabel antar
menyebabkan perubahan bagi masyarakat khususnya kapal nelayan (maritim) seperti suara menggunakan
para nelayan akan kebutuhan teknologi. Kanal kanal radio HF akan berdampak terpenuhinya
merupakan komponen telekomunikasi yang sangat frekuensi kanal radio HF sedangkan kanal yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengiriman disediakan memiliki bandwidth terbatas. Untuk itu
data dari pengirim ke penerima. High frequency (HF)
merupakan salah satu sistem komunikasi radio nirkabel
perlu dilakukan karekterisasi trafik suara pada kanal
antar kapal nelayan yang dapat memberikan transmisi radio HF sehingga diketahui ketersediaan kanal.
jarak jauh, biaya yang rendah serta flexibelitas yang Kareketrisasi ini digunakan untuk melihat aktifitas
tinggi. Peningkatan penggunaan komunikasi suara pemakaian frekuensi yang digunakan untuk
melalui kanal HF akan berdampak pada percepatan komunikasi suara dengan lebar pita sebesar 3 KHz.
terpenuhinya bandwidth kanal sedangkan ketersediaan Seberapa besar pemakaian untuk trafik suara akan
bandwidth kanal yang dimiliki terbatas. Penelitian ini dilihat dengan membandingkan hasil rata-rata level
melakukan analisis karekterisasi trafik suara melalui daya dengan nilai ambang batas yang disebut dengan
kanal HF sehingga ketersediaan bandwidth kanal dapat threshold.
ditentukan. Dari data hasil pengukuran dan analisis
trafik suara didapat ketersediaan bandwidth selama
perekaman sebesar 66 kHz dari bandwidth keseluruhan A. Karekteristik Radio HF
sebesar 325 kHz dengan nilai noise floor sebesar -92 dBm
dan nilai threshold sebesar 89 dBm Diantara komponen telekomunikasi yang sangat
penting adalah kanal, yang menjadi lintasan yang
Kata Kunci : HF, Karekterisasi Kanal, dilewati dari pemancar ke penerima. Untuk
Ketersediaan Kanal. menghasilkan hasil yang lebih baik maka diinginkan
kanal yang ideal yaitu sinyal yang diterima terdiri dari
I. PENDAHULUAN sinyal tunggal yang merupakan bagian langsung sinyal
yang dikirim dan kemudian akan diperbaiki oleh
S EBAGAI negara bahari Indonesia adalah negara penerima. Namun pada kenyataan sebenarnya sinyal
yang diterima oleh penerima dipengaruhi oleh
yang kaya akan sumber daya alam dari segi kelautan. mekanisme propagasi seperti ionosfer yang
Untuk itu dibutuhkan suatu sistem komunikasi yang menyebabkan sinyal yang berubah-rubah variasinya
dapat mendukung dan memberikan sumber informasi terhadap waktu karena sinyal mengalami hamburan,
antar kapal nelayan sehingga potensi kelautan dapat pembelokan dan pantulan [7].
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Frekuensi kanal radio HF memiliki sensitifitas yang
Perkembangan sistem komunikasi nirkabel tinggi terhadap perubahan dari ionosfer dan waktu
khususnya antar kapal nelayan mengalami sehingga terdapat variasi rata-rata pada redaman
perkembangan yang begitu pesat dan telah melakukan lintasan. Didalam penyebaran frekuensi atau propagasi
reformasi dengan menciptakan alat-alat telekomunikasi gelombang radio HF memiliki variasi yang berbeda
sebagai sarana untuk berkomunikasi serta merupakan sesuai dengan lintasan yang dilewati dari pengirim ke
solusi perkembangan untuk masa depan. penerima. Propagasi gelombang radio HF biasa
High frequency (HF) merupakan salah satu sistem digunakan untuk broadcasting dan komunikasi
komunikasi nirkabel antar kapal nelayan yang bekerja bergerak di laut maupun di udara.
pada panjang gelombang 100 10 meter yang dapat
memberikan transmisi jarak jauh yang diakibatkan
pantulan ionosfer, perangkat yang sederhana sehingga Ada 3 jenis propagasi kanal HF diantaranya
biaya menjadi rendah dan menggunakan frekuensi
kanal dengan band 3-30 MHz [1],[2]. Penggunaan HF 1. Ground wave : Didekat tanah, digunakan pada
banyak dijumpai pada maritim, militer, penerbangan jarak pendek dengan jarak 100 Km diatas
C17-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
permukaan tanah dan 300 Km diatas permukaan sepanjang permukaan bumi yang berbeda-beda
laut. Redaman (attenuasi) gelombang tergantung ketinggiannya.
pada ketinggian antenna, polarisasi frekuensi, jenis Scattering merupakan hamburan terjadi ketika
tanah daratan atau daerah laut. perambatan gelombang elektromagnetik dihalangi oleh
2. Direct or line-of-sight wave : gelombang ini dapat media yang mempunyai ukuran dimensi lebih kecil
berinteraksi dengan gelombang-pantulan bumi jika dibandingkan dengan panjang gelombang yang
tergantung pada terminal, pemisahan frekuensi dan dikirim dari transmitter sehingga menyebabkan
polarisasi. pemantulan ke segala arah.
3. Sky wave : Tercermin dari ionosfer dan untuk
semua jarak. II. MODEL SISTEM
Pada kanal radio HF harus mempertimbangkan
karekteristik pengiriman informasi dengan dua
komponen utama yaitu perambatan dan sinyal NI (
noise dan interferensi) yang terjadi pada kanal radio
HF. Pada propagasi mempertimbangkan sinyal
masukan dengan respon impuls kanal terhadap waktu
yang bervariasi dan pengaruh dari distorsi kanal pada
saat dikirimkan melalui gelombang sky wave.
Sedangkan untuk komponen noise dan interferensi
dengan mempertimbangkan noise buatan manusia,
interferensi dan noise atmosphere [4].
Untuk kanal narrowband radio HF secara
matematika dapat dinyatakan dalam model waterson
Gambar 1. Propagasi gelombang radio HF [3] sebagai berikut [5].
B. Propagasi Gelombang Radio (1)
High frequency (HF) merupakan salah satu sistem dimana
komunikasi radio yang sederhana yang dapat : Sinyal output (penerima)
digunakan untuk komunikasi jarak jauh. HF memiliki : Sinyal input (pengirim)
frekuensi kanal yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan veri high frequency (VHF). Untuk melihat : Respon kanal
band frekuensi bekerja komunikasi melalui kanal HF : Sinyal NI
dapat dilihat dari gambar 2.
: Variabel waktu
: Variabel delay
Untuk menentukan ketersediaan kanal pada radio
HF digunakan sebuah model markov dengan parameter
yang berubah sebagai fungsi waktu. Model ini
digunakan untuk mengukur variasi daya yang diukur,
misalkan ( ) adalah daya yang diterima (dBm)
yang diukur pada waktu pada kanal frekuensi j. Jika
( ) adalah level noise yang diukur pada kanal ke j,
Gambar 2. Alokasi Frekuensi Radio[8]
maka suatu fungsi kanal availability ( ) [6]. Dan
Ada 3 hal mendasar didalam mekanisme propagasi bisa didefinisikan sebagai berikut:
gelombang radio yaitu refleksi, difraksi dan scattering.
Mekanisme ini menyebabkan terjadinya lintasan jamak ( ) (2)
(multipath) sehingga sinyal yang diterima pada
penerima mengalami variasi waktu maupun frekuensi.
Ini dipengaruhi oleh lapisan ionosfer sehingga sinyal Dimana T adalah nilai threshold yang ditentukan
mengalami refleksi, difraksi dan scattering. yaitu kanal frekuensi j tersedia (x=1). Sebaliknya jika
Reflection atau refleksi merupakan pantulan yang daya spektral yang diukur kurang dari T di atas
terjadi pada saat suatu sinyal bertumbukan dengan background level noise maka (x = 0). Saat = 0 maka
suatu permukaan yang lebih besar dibandingkan daya yang diukur kurang atau sama dengan dari T dan
dengan panjang gelombang sinyal tersebut. diatas tingkat noise level, dan ketika = 1 maka daya
Diffraction atau difraksi merupakan pembelokan yang diukur lebih dari T.
yang terjadi saat lintasan dari gelombang dihalangi
oleh permukaan yang tidak teratur (tajam dan kecil).
Difraksi memungkinkan gelombang radio merambat
C17-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C17-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
A. Hasil Pengukuran
Dari hasil penjumlahan noise floor dan SNR pada masing-masing frekuensi. Kemudian hasil
sebesar 3dB maka didapat nilai threshold sebesar - pemakaian yang dilakukan selama pengukuran
89dBm yang dapat dilihat pada garis hijau pada dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah probabilitas
gambar 8 dan gambar 9. pendudukan frekuensi dan lama waktu pendudukan
Hasil perbandingan antara rata-rata sinyal dengan selama 168 menit seperti yang terlihat pada gambar
nilai threshold dinyatakan dengan bit 1 dan bit 0 untuk 10.
memudahkan proses pengolahan data. Dimana nilai 1 Dari nilai probabilitas yang ditunjukkan pada
menyatakan ada sinyal suara (diatas nilai threshold) gambar 10 maka dapat ditentukan kanal yang memiliki
dan 0 menyatakan tidak berisi data suara (dibawah trafik padat, rendah dan kanal kosong.
nilai threshold).
Grafik probabilitas trafik suara
50
45
40
30
25
20
15
10
Dari hasil simulasi yang dilakukan terhadap D. Penentuan waktu pendudukan terhadap frekuensi
pemakaian frekuensi kanal HF pada band maritim
dihitung dan dikumpulkan untuk melihat trafik Langkah selanjutnya adalah menghitung waktu
pendudukan kanal untuk komunikasi suara yang terjadi pendudukan terhadap frekuensi yang digunakan untuk
C17-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 2. Pemakaian frekuensi 6.2 6.25 6.3 6.35 6.4 6.45 6.5
Frekuensi (MHz)
Total Lama
Probabilitas Gambar 11. Waktu pendudukan kanal terhadap frekuensi
Frekuensi Pendudukan
Pemakaian Keterangan
(MHz) kanal
(%)
(Menit) IV. KESIMPULAN
6,2 42,9 72 Digunakan
6,203 35,1 59 Digunakan Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan :
6,206 16,1 27 Digunakan
1) Dengan mengkarekterisi dan menganalisis trafik
6,209 0 0 Kosong suara pada kanal radio HF maka ketersediaan
6,212 1,2 2 Digunakan kanal dapat ditentukan.
2) Hasil pengukuran dan pengolahan data didapat
6,215 1,2 2 Digunakan nilai noise floor sebesar -92 dBm dan nilai
6,218 1,2 2 Digunakan threshold sebesar -89 dBm dari tetapan SNR
sebesar 3 dB.
6,221 1,2 2 Digunakan
3) Ketersediaan bandwidth selama pengukuran
6,224 1,2 2 Digunakan didapat sebesar 66 kHz yang didapat dari 22 titik
6,227 1,2 2 Digunakan frekuensi.
4) Trafik padat yang digunakan untuk komunikasi
6,23 0 0 Kosong suara terdapat pada frekuensi 6,512 sampai 6,515
6,233 0 0 Kosong MHz dengan probabilitas pemakaian mencapai
6,236 1,2 Digunakan 49,4 % dengan jumlah lama pendudukan kanal
2
mencapai 83 Menit .
6,239 2,4 4 Digunakan 5) Total Lama pendudukan kanal terbesar terdapat
6,302 3,6 6 Digunakan pada titik frekuensi 6,515 Mhz selama 83 Menit
dengan rata-rata waktu pendudukan 4,6 Menit.
6,305 3,6 6 Digunakan
6,308 3 5 Digunakan REFERENSI
6,311 0 0 Kosong
[1] Australian Government. (2007),Introduction to HF Radio
6,314 0 0 Kosong Propagation, IPS Radio and Space Services, Sidney,
Australia.
6,317 0 0 Kosong [2] Harris,(1996), Radio communications in the digital age,
Harris Corporation, RF Communications Division, Vol.1.HF
6,32 0 0 Kosong
technologi
6,323 0 0 Kosong [3] NATO. (2007), HF Interference, Procedures and Tools
The Research and Technology Organisation (RTO) of NATO.
6,326 0 0 Kosong [4] J. F. Mastrangelo, J. L. Lemmon, L. E. Vogler, J. A.
Hoffmeyer, L. E. Pratt, and C. J. Behm. (1997), A New
6,329 0 0 Kosong Wideband High Frequency Channel Simulation System,
IEEE Transactions on Communications, COM-45, 1, pp. 26-
6,332 0 0 Kosong 34
[5] Watterson, C.C., J.R. Juroshek, and W.D. Bensema. (1970).
6,335 0,6 1 Digunakan Experimental confirmation of an HF channel model
6,338 1,8 Digunakan IEEE Trans. Commun. Technol., vol. COM-18.pp. 792-803,
3 Dec.1970
6,512 43,5 73 Digunakan [6] Percival,D.J,(1997) a markov model for HF channel avaibility
in Central Australia.DSTO Electronic and Survailance
6,515 49,4 83 Digunakan Research laboratory.
[7] C.J Coleman, A Propagation Model for Radiowave Systems,
6,518 48,8 82 Digunakan IEEE 1994
6,521 40,5 Digunakan [8] Bela Dajka, laflin Nigel, A Simple Guide to Radio
68
C17-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Spectrum EBU Technical Review, Spectrum management, melanjutkan pendidikan di MTsN Kuok dan selesai pada tahun 1999.
2007 Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN
[9] Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika, Nomor : 1 Bangkinang pada tahun 2002. Pada tahun 2008 menyelesaikan
29/PER/M.KOMINFO/07/2009,(2009), tentang Tabel program Sarjana di Teknik Elektro UIN SUSKA RIAU. Bekerja
Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia, Jakarta sebagai dosen di Universitas Islam Negeri SUSKA Riau sejak tahun
2008. Penulis melanjutkan studi program Magister pada tahun 2010
di Jurusan Teknik Elektro ITS bidang Telekomunikasi Multimedia,
Sutoyo dilahirkan di Riau tanggal 02 Desember serta sedang melakukan penelitian mengenai sistem komunikasi HF.
1984. Pada tahun 1996, penulis menamatkan
pendidikan di MIN Merangin, kemudian
C17-7
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C18-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN dan 153,6 Kbps pada uplink. EVDO dikenal sebagai
High Rate Packet Data Air Interface. Teknologi EVDO
Penelitian yang akan dikerjakan ini memiliki tujuan adalah teknologi yang memungkinkan layanan internet
antara lain: secara wireless.
1. Membandingkan kondisi sinyal EVDO antara
hasil perhitungan konvensional, software dan 5.3 Teknologi Evdv
kondisi real lapangan
2. Melakukan evaluasi dan analisa terhadap hasil
Teknologi EVDV (Evolution Data and Voice)
perhitungan konvensional, software dan kondisi
adalah teknologi yang mengintegrasikan layanan suara
real lapangan
dan layanan multimedia data paket berkecepatan tinggi
3. Memberikan saran dan solusi yang lebih baik
secara simultan pada kecepatan sampai 3,09 Mbps.
bagi operator terkait
Namun kedua hal tersebut umumnya hanya mempunyai
4. Mendapatkan prosedur umum penentuan area
kecepatan transfer pada 300 Kbps.[4]
availability pada boundary EVDO
C18-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Drive test menjadi salah satu pekerjaan dalam Gambar 6.2 Site Rfs Untuk Area Dense Urban Jakarta
penelitian ini. Hal ini disebabkan dalam penelitian ini
membutuhkan data yang valid dari lapangan. Output
yang diinginkan dari hasil drive test ini adalah data
throughput yang diterima oleh subscriber (Modem
EVDO).
V. PROSES PENELITIAN
6.1 Diagram Alur Penelitian Gambar 6.3 Site RFS Untuk Area Urban
C18-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
tabel tersebut, dapat diketahui beberapa parameter yang Proses pekerjaan penelitian yang terakhir adalah
mempengaruhi besar kecilnya hasil link budget. melakukan survey lapangan. Pekerjaan ini dimaksudkan
mengetahui kondisi lapangan sebenarnya yang mana
nanti data survey ini akan di compare dengan hasil
Tabel 6.1 Parameter Link Budget
prediksi dan hasil drive test. Adapun data yang diambil
dalam survey ini adalah, foto kondisi lapangan dan foto
kondisi site.
Tujuan dari pengambilan foto kondisi lapangan
adalah mengetahui kondisi-kondisi dan sebab adanya
perbedaan antara hasil drive test dan prediksi.
Sedangkan tujuan pengambilan foto kondisi site adalah
mengetahui kondisi dan permasalahan yang ada di site
yang mungkin tidak pernah di perhatikan oleh Operator.
Secara lengkap dijelaskan pada lampiran 3.
6.7 Survey Lapangan Beberapa gambar hasil dari penelitian untuk daerah
dense urban diperlihatkan seperti pada gambar 7.4,
C18-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
gambar 7.5 dan gambar 7.6. Gambar 7.4 secara konvensional tidak dapat digunakan berdasarkan
menunjukkan batasan daerah dense urban yang diamati kelompok daerahnya. Hal ini dibuktikan juga dengan
dalam penelitian ini melalui Google Map. Gambar 7.5 hasil luas cakupan dari BTS dengan site id JKT_03A179
adalah gambar hasil prediksi untuk daerah dense urban dan JKT_03N180. BTS untuk site id JKT_03A179 dan
dan gambar 7.6 adalah gambar hasil dari drive testnya. JKT_03N180 tidak dikelilingi gedung-gedung yang
sangat tinggi dan padat seperti BTS dengan site id
JKT_03A001, JKT_03N005, JKT_03A007, dan
JKT_03N006. Dengan demikian, untuk perhitungan luas
cakupan BTS secara konvensional sebaiknya tidak
berdasarkan kelompok daerahnya, tetapi berdasarkan
kondisi dari masing-masing BTS. Perhitungan ini akan
lebih optimal lagi jika pengukurannya berdasarkan
kondisi sektor BTS.
Gambar 7.4 Daerah Dense Urban Pengamatan Pada gambar 7.1, dapat diketahui bahwa BTS
dengan site id JKT_03N006 tidak mempunyai kondisi
daerah yang sama untuk masing-masing sektor dengan
site id JKT_03A004. Untuk BTS dengan site id
JKT_03A006 hanya satu yang mengarah ke daerah
dengan karakteristik dense urban. Sedangkan
sektor-sektor untuk site id JKT_03A004 berada di
daerah dense urban.
Dari gambar 7.6 tersebut dapat diketahui bahwa
sebagian besar daerah yang berada di sekitar BTS
Gambar 7.5 Hasil prediksi Luas Cakupan
Untuk Daerah Dense Urban Pengamatan
mempunyai warna biru dan hijau, sedangkan daerah
yang berada lebih jauh dengan BTS mempunyai hasil
drive test dengan warna kuning. Warna biru
menunjukkan kecepatan akses data adalah lebih dari 800
kbps, warna hijau menunjukkan kecepatan akses data
yaitu 400 kbps 600 kbps, dan warna kuning
menunjukkan kecepatan akses data yaitu 100 kbps 400
kbps.
Tabel 7.1 Hasil Prediksi dan Drive Test Daerah Dense Urban
Gambar 7.6 Hasil Drive Test Daerah Dense Urban Pengamatan Jar Hasil Drive test
ak Hasil
N ke Pred Throu Throu
o Long Lat BT iksi RX_Le RX_L
ghput ghput
S (kbp vel 1 evel 2
1 2
(k s) (dB) (dB)
(kbps) (kbps)
m)
-6.2 0.6
106.8 614. 25.365 32.956 -70.10 -71.26
037 74
0097 4 355 266 5469 172
1 9 6
-6.2
106.8 0.6 -63.88 -67.07
044 1536 0 0
0132 25 6719 813
2 9
-6.2 0.5
106.8 1092.7 1092.7 -68.21 -70.46
049 31 1536
0158 492 492 4843 484
Gambar 7.7 Kondisi Daerah Dense Urban Pengamatan 3 6 7
-6.2 0.4
106.8 1843 914.21 914.21 -55.70 -56.08
056 38
0207 ,2 416 416 7031 594
4 8 3
7.2 Analisa Hasil Penelitian Untuk Daerah Dense 106.8 -6.2
0.3
1843 -55.28 -60.64
46 911.04 911.04
Urban Pengamatan 5
026 063
8
,3 9063 063
-6.2 0.2
106.8 952.14 956.66 -48.61 -48.61
068 61 1536
0308 937 193 7188 718
Berdasarkan hasil perhitungan secara konvensional 6 7 6
-6.2 0.1
106.8 -53.38 -51.43
yang dapat dilihat pada tabel 6.1, diperoleh gambaran 0351
074 82 3072 957.76 954.84
2813 359
7 8 9
hasil cakupan melalui Google Earth seperti pada gambar -6.2 0.0
106.8 -48.62 -44.76
7.1, gambar 7.2 dan gambar 7.3. Gambar 7.1 0409
081 83 3072 903.74 896.44
8906 172
8 7 2
memperlihatkan bahwa daerah dense urban pengamatan 106.8
-6.2 0.0
794.23 -44.62 -42.37
087 26 3072 791.32
tidak memperoleh layanan sinyal EVDO secara merata. 9
0455
4 3
999 8906 109
Untuk daerah urban pengamatan yang diperlihatkan 106.8
-6.2
0.1 1843 -55.80 -56.55
1 100 728.54 728.54
pada gambar 7.2, bahwa daerah ini mendapat layanan 0
0569
5
98 ,2 8594 078
C18-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
ini sangat jauh berbeda dengan hasil prediksi dengan a. Standar parameter masukan pada Mentum
menggunakan Mentum, yang mana pada hasil prediksi, Planet tidak update dengan kondisi lapangan
titik daerah ini memiliki nilai throughput adalah 614.4 yang ada saat ini.
kbps. b. Formula yag digunakan pada perhitungan
Selanjutnya pada saat titik daerah mempunyai konvensioal tidak sesuai dengan kondisi
Rx_level berkisar antara -55.7 dB sampai -56.0 dB, dan morfologi di Indonesia.
dengan jarak dari BTS adalah 438 meter, hasil c. Adanya beberapa parameter di lapangan yang
pengukuran throughput melalui drive test dilapangan mengakibatkan perubahan kondisi sinyal (baik
adalah 914.21 kbps. Hasil ini juga berbeda dengan hasil dari segi kapasitas maupun kualitas), salah
prediksi dengan menggunakan Mentum, yang mana pada satunya karena faktor PN Pollution.
hasil prediksi, titik daerah ini memiliki nilai throughput
adalah 1843.2 kbps. 8.2 Prospek Pengembangan
Berdasarkan kedua hasil diatas menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang terjadi antara hasil prediksi dan hasil Dari hasil analisa pada penelitian ini, terlihat bahwa
dari pengukuran yang dilakukan dengan drive test penelitian memiliki beberapa prospek pengembangan,
dilapangan. Perbedaan tersebut sudah pasti terjadi, hal antara lain:
ini disebabkan beberapa faktor, antara lain: 1. Memperoleh parameter transmisi yang sesuai
1. Faktor penetrasi oleh lingkungan, maksudnya untuk kondisi morfologi di Indonesia dengan
adalah adanya pelemahan sinyal yang cara pengambilan sampel (yang lebih banyak)
disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti dibeberapa wilayah.
gedung, pepohonan, kendaraan. 2. Membuat sebuah standar operasional bagi
2. Faktor pengguna layanan, maksudnya adalah operator dan penyedia layanan seluler dalam
semakin banyak pengguna yang berada pada melakukan prediksi, drive test, dan survey
daerah itu maka semakin rendah kecepatan yang lapangan agar diperoleh suatu kondisi yang
didapatkan. Pada faktor ini, biasanya yang lebih presisi.
terjadi adalah penggunaan sampel pada saat 3. Membuat sebuah standar dalam melakukan
melakukan prediksi kualitas sinyal dan luas optimasi pembangunan BTS baru.
cakupan tidak sama dengan yang ada di
lapangan.
Kemudian pada saat titik daerah mempunyai DAFTAR PUSTAKA
Rx_level berkisar antara -44.6 dB sampai -42.3 dB, dan
dengan jarak dari BTS adalah 26 meter, hasil [1] Muayyadi, Aly. Handout Sistem Komunikasi Seluler Bab
Large Scale Fading. IT Telkom. 2008.
pengukuran throughput melalui drive test dilapangan [2] http://deniadeputra.students-blog.undip.ac.id/
adalah 791.32 kbps sampai 794.23 kbps. Hasil ini juga [3] http://riqiemiqdad.files.wordpress.com/
berbeda dengan hasil prediksi dengan menggunakan [4] www.zte.com.cn
Mentum. Pada hasil prediksi titik daerah ini adalah 3072 [5] http://www.elektro.undip.ac.id/wp-content/
[6] http://riyadi2405.wordpress.com/2010/06/17/link-budget/
kbps. Untuk hasil ini disebabkan pada titik ini, jaraknya [7] http://sinauonline.50webs.com/CDMA/drivetest%20cdma.html
terlalu dekat dengan BTS sehingga titik ini hanya [8] Prahasta, Eddy. Belajar dan Memahami MapInfo .
mendapatkan hamburan dan pantulan dari sinyal BTS Informatika. 2004.
tersebut. [9] http://wwwen.zte.com.cn/en/solutions/wireless
[10] http://www.EVDOinfo.com
Dari penjelasan diatas, menunjukkan bahwa kualitas [11] Rappaport, Theodore S. Wireless Communications. Prentice
EVDO sangat dipengaruhi oleh Rx_level yang Hall. 2002.
didapatkan oleh Mobile Station (MS) pengguna.
C18-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C19-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Menggunakan metode drive test kita dapat Control Oscillator (VCO), RF Power Amplifier dan
mengetahui kualitas sinyal yang diterima MS ketika Antena.
mobile phone jammer diaktifkan.. VCO berfungsi untuk menghasilkan sinyal RF
yang akan men-jamming ponsel. Pemilihan VCO
dipengaruhi oleh 2 faktor yakni sistem frekuensi yang
akan di-jamming dan ketersediaan chip.
II. DASAR TEORI
2.3 Jamming to Signal Ratio (J/S)
2.1 Jammer Jamming to signal ratio adalah perbandingan
Jammer atau isolator sinyal adalah perangkat nilai jamming (j) dengan nilai sinyal pada receiver (s).
yang mentransmisikan frekuensi yang sama dan Proses jamming berhasil ketika sinyal jamming
kekuatan atau level daya yang cukup tinggi untuk menghilangkan fungsi dari suatu perangkat
membuat suatu device (radio, radar ataupun ponsel) komunikasi. Pada komunikasi digital, penghilangan
tidak dapat digunakan. Proses kerja dari suatu jammer fungsi tersebut terjadi ketika error rate dari transmisi
disebut sebagai jamming. Jammer adalah perangkat tidak sebanding atau melebihi dari error correction
yang dirancang untuk mengganggu komunikasi, maka yang digunakan. Proses jamming telah berhasil jika
jammer sangat diperlukan di tempat yang tidak daya jammer melebihi dari daya sinyal receiver.
membutuhkan perangkat komunikasi jarak jauh. Persamaan umum dari jamming to signal ratio adalah
Perangkat tersebut misalnya, ponsel, radar, radio, sebagai berikut(AhmedSudqi,2010:7)
ataupun email.
C19-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Free Space Loss (FSL) adalah hilangnya Drive test adalah proses pengukuran sinyal dari
kekuatan sinyal pada gelombang elektromagnetik saat BTS ke MS dalam sistem komunikasi bergerak
merambat dari pemancar ke penerima. Rumus Free dengan menggunakan MS yang telah didesain secara
Space Loss berlaku dengan syarat pemancar dan khusus . Pengukuran dengan metode drive test
penerima keduanya dalam posisi line of sight serta menggunakan bantuan tools perangkat lunak TEMS
berada di ruang bebas dan tidak mempertimbangkan Investigation dan MapInfo.
sumber kerugian (loss) lain seperti refleksi, kabel,
konektor dan lain-lain. 2.7 Global System for Mobile Communication
Free Space Loss atau rugi-rugi pada ruang terbuka Global System for Mobile Communication
diberikan menurut persamaan berikut (Ahmed (GSM) merupakan standar yang diterima secara
Sudqi,2010:7) : global untuk komunikasi selular digital. Sistem
transmisi GSM adalah menggunakan gelombang radio
dengan frekuensi yang telah ditentukan. Hal tersebut
sama dengan proses kerja jammer yang menggunakn
gelombang radio. Dalam penelitian ini prinsip kerja
gelombang radio pada sistem transmisi GSM dan
Keterangan : fenomena capture effect pada receiver merupakan
FSL = Rugi-rugi transmisi di ruangan terbuka ; alasan sistem GSM dapat di-jamming oleh mobile
d = jarak dari pemancar ke penerima (m) ; phone jammer.
= panjang gelombang (m) ;f = frekuensi (Hz) ;
c = kecepatan rambat gelombang radio (m/s) III. METODOLOGI
Untuk digunakan dalam perhitungan daya
maka persamaan (2) diatas harus diubah menjadi
3.1 Pengambilan Data Primer Menggunakan
satuan decibel, yakni (Ahmed Sudqi,2010:7):
Metode Drive test
(3) Drive test adalah proses pengambilan data
menggunakan mobile phone yang telah terinstalasi
progam TEMS Investigation. Data-data yang akan
diperoleh dari hasil pengukuran dengan metode drive
test adalah sebagai berikut :BSIC, BCCH-ARFCN, Rx
Level, Rx Qual , SQI, TA dan FER.
Dengan memasukkan nilai c sebagai kecepatan
gelombang radio yakni 3 x 108 m/s, maka persamaan 3.2 Pengambilan Data Primer Menggunakan
FSL yang digunakan adalah (Ahmed Sudqi ,2010:7) Spectrum analyzer
(4) Melalui pengukuran menggunakan spectrum
analyzer akan diperoleh daya maksimum jammer
2.5 Daya Jammer (Pjammer).Pengambilan data dilakukan dengan cara
Daya jammer adalah daya minimum yang menghubungkan spectrum analyzer dengan antena
diperlukan untuk men-jamming suatu mobile station helical yang berfungsi sebagai tranducer agar
atau daya minimum yang harus dikeluarkan jammer spectrum analyzer dapat menerima sinyal keluaran
pada saat kondisi on. Nilai daya jammer dalam mobile phone jammer yang akan direpresentasikan
penelitian ini menggunakan satuan dB. Untuk dapat dengan bentuk level daya pada display spectrum
mengetahui daya tersebut dapat diperoleh berdasarkan analyzer.
penjumlahan daya mobile station serta FSL (Ahmed
Sudqi,2010:8). 3.3 Pengambilan Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan
secara tidak langsung. Dalam penelitian ini data
sekunder diperoleh melalui studi literatur yang
Keterangan : diambil antara lain dari buku referensi, jurnal,
Pjammer = Daya jammer yang diperlukan untu men- Penelitian, internet, dan forum-forum resmi. Teori-
jamming suatu mobile station (dB);Pms = Daya teori yang dipelajari dalam penelitian ini meliputi
minimum mobile station (dB) ;FSL = Rugi-rugi jaringan GSM, Jammer, Drive Test, TEMS
transmisi di ruangan terbuka (dB) Investigation dan MapInfo.
Sumber:pengukuran
Tabel 4.2 : Hasil Drive test Pada Lokasi jauh Dengan BTS
Sumber: Pengukuran
C19-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Keterangan:
FSL = Free Space Loss (dB) ; f = frekuensi kerja
Gambar 4.1 Gambar diagram power budget
(Sumber: Pengukuran)
GSM (MHz) ;d = jarak jangkau jammer (km)
Melakukan perhitungan jarak jangkau Diperoleh nilai FSL sebesar 52.08 dB
maksimum jammer dengan menggunakan input nilai Maka dapat dilakukan perhitungan daya efektif
daya maksimum jammer saat dilakukan pengukuran jammer dengan menggunakan input nilai FSL pada
menggunakan spectrum analyzer. Daya Jammer perhitungan sebelumnya.
diperoleh dari pengambilan data primer,yakni saat
dilakukan pengukuran menggunakan spectrum
analyzer. Nilai daya jammer = -46 dBm = -76 dB.
Pmobile station diperoleh dari pengambilan data
primer,yakni saat dilakukan pengukuran Diperoleh nilai Daya jammer sebesar -64.08 dB
menggunakan TEMS Investigation dengan parameter
Ec/No. Nilai Pmobile station = -12 dB. 4.5 Perhitungan daya efektif jammer dengan lokasi
Melakukan perhitungan Free Space Loss dekat dari BTS
dengan menggunakan persamaan power budget (2.5) Melakukan perhitungan daya efektif jammer
dengan menggunakan input nilai jarak jangkau
jammer saat dilakukan pengukuran dengan parameter
lokasi dekat dari BTS. Berdasarkan rumus power
budget pada persamaan 2.5
C19-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Untuk menunjukkan bahwa nilai Jamming di kacaukan oleh noise keluaran mobile phone
lebih besar daripada nilai sinyal keluaran BTS jammer sehingga tampilan dalam MS adalah no
dilakukan perhitungan J/S sesuai persamaan 2.1. service, yang berarti mobile phone jammer
berhasil melakukan jamming.
4. Mobile phone jammer dapat difungsikan di luar
ruangan (misalnya ditempat parkir) dengan
lokasi yang berjauhan dari BTS agar dapat
bekerja dengan optimal.
Didapatkan nilai J/S sebesar 4.851
Nilai J/S lebih dari satu menunjukkan bahwa 5.2 SARAN
tingkat jamming lebih besar daripada sinyal keluaran 1. Disarankan pada pengukuran level daya dan
BTS sehingga mobile station dapat di-jamming jarak jangkau efektif jammer menggunakan
metode walktest , dan membandingkan hasilnya
dengan metode drive test
V. PENUTUP 2. Disarankan dalam proses pengukuran dilakukan
menggunakan bantuan perangkat lunak yang lain
5.1 KESIMPULAN seperti NEMO, lalu membandingkan hasilnya
dengan TEMS Investigation.
Berdasarkan proses pengambilan data dan
analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
beberapa hal, antara lain :
DAFTAR PUSTAKA
1. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dengan
tiga parameter lokasi,yakni di laboratorium, [1] Abdul-Rahman,Ahmed Sudqi . 2010, Dual band Mobile
phone jammer for GSM 900 & GSM 1800 ,Jordan
dekat dengan BTS dan jauh dengan BTS University of Science & Techology
diketahui terjadi perbedaan level daya dan jarak [2] Dept. of ECE TKM Institute of Technology . 2009, GSM
jangkau efektif sebuah mobile phone jammer. 900 Mobile Jammer, ECE TKM Institute of Technology
Ketika dilakukan pengukuran di laboratorium [3] ERICSSON software . 2008 TEMS investigation user
guide. Ericsson.
menggunakan spectrum analyzer mobile phone [4] Gairola, Shailendra. 2007. TEMS Investigation (GSM).
jammer memiliki daya -76 dB dan dengan jarak ADA Cellworks.
jangkau 39 m. Ketika dilakukan pengukuran di [5] Glatz,Eduard. 1999. Wireless Mesh Network. ATCN:
luar lapangan dengan lokasi jauh dari BTS WMN-TechnologiesWS0607
[6] Instruments,Texas,2010. Signal Conditioning for IF
mobile phone jammer memiliki daya -64.08 dB Sampling,Texas :Texas Instruments
dan dengan jarak jangkau 10 m. Ketika [7] Jisrawi,Ahmed,2010 , GSM 900 Mobile Jammer,Jordan
dilakukan pengukuran di luar lapangan dengan Universityof Science & Techology
lokasi dekat dari BTS mobile phone jammer [8] Jrg Eberspcher, Hans-Jrg Vgel,Christian Bettstetter,
Christian Hartmann. 2009. GSM Architecture, Protocols
memiliki daya -58.1 dB dan dengan jarak and Services Third Edition. John Wiley & Sons.
jangkau 5 m. [9] Kinley,R. Harold, 1985, Standard radio Communications
2. Penempatan lokasi mobile phone jammer Manual, New Jersey : Prentice-Hall, Inc
berpengaruh terhadap daya dan jarak jangkau [10] Kumar,Vinod, 2010, Jammer,Harmirpur: National Institute
of Technology
efektif mobile phone jammer. Mobile phone [11] Mouly,M.,Pautet,MB.1992. The GSM Communications,
jammer akan bekerja paling efektif ketika France: Investigation & Sys.
ditempatkan di dalam ruangan. Saat ditempatkan [12] Hartley,Rick. 2007. RF / Microwave PC Board Design and
di luar ruangan kinerja mobile phone jammer Layout, Avionics Sytems
[13] http ://electronics.howstuffworks.com/ Investigation-
akan menurun. Saat ditempatkan di luar ruangan phone-jammer.htm Diakses tanggal 1 Juli 2011
dengan lokasi dekat dari BTS,kinerja mobile [14] http://en.wikipedia.org/wiki/ Mobile_phone_jammer.htm.
phone jammer akan semakin memburuk Diakses tanggal 1 Juli 2011
dikarenakan daya keluaran jammer akan beradu [15] http://technoblogin.blogspot.com/2009/03/high-power-800-
mhzamps-Investigationular-phone.html. Diakses tanggal 23
kuat dengan daya dari BTS. Agustus 2011
3. Pada saat mobile station melakukan transmit
(uplink-downlink) ke BTS, sinyal dari MS yang
C19-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak-Penggunaan alat komunikasi pada beberapa (MS) menerima sinyal dan mengirimkan sinyal ke Base
tempat dapat merugikan banyak orang, sebagai contoh Transceiver Station (BTS). Prinsip kerja mobile phone
pada tempat ibadah dan ruang rapat. Hal dapat dicegah jammer adalah mobile phone jammer mengeluarkan
dengan menggunakan alat yang disebut mobile phone sinyal dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi
jammer. Penggunaan Mobile Phone Jammer dapat mobile station akan tetapi level daya yang lebih besar.
membungkan sinyal mobile station (CDMA dan GSM)
Ketika MS memasuki radius jangkauan mobile phone
baik uplink maupun downlink demgam cara kerja mobile
phone jammer mengeluarkan sinyal dengan frekuensi jammer, bagian dari mobile phone jammer yaitu noise
yang sama dengan mobile station akan tetapi daya yang generator menyamarkan proses jamming yang terlihat
dipancarkan lebih besar. seperti noise acak.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai Pada jaringan CDMA, jumlah user dalam satu cell
penempatan lokasi mobile phone jammer dalam ruangan. juga berpengaruh terhadap level daya yang dipancarkan
Dengan dua parameter yaitu dengan ada repeater dan MS dan BTS, hal itu merupakan power kontrol, yang
tanpa ada repeater. Dalam pengambilan data primer, berarti suatu upaya untuk mengontrol daya pancar dari
metode yang dilakukan adalah metode spectrum analyzer BTS atau dari MS agar mendapatkan kualitas
dan metode walktest . Pada pengukuran menggunakan komunikasi yang baik, level interferensi dapat ditekan
metode walktest, perangkat lunak yang digunakan adalah
TEMS Investigation 8.0.3 sebagai pengambilan data yang
seminimal mungkin dan memaksimalkan kapasitas.
berupa parameter kualitas sinyal (Ec/Io, FFER, RSSI, Kemampuan CDMA sebagai teknologi yang
TxPo, dan TxGA) dan MapInfo sebagai pengolahan logfile antijamming kini dapat dihilangkan karena kini jammer
hasil dari TEMS Investigation yang dapat menunjukan mengeblok rentang band frekuensi. Mekanisme mobile
jarak jangkau maksimal dimana mobile station terkena phone jammer mengganggu inisialisasi dari MS ke BTS
jamming. yang diakibatkan daya keluaran mobile phone jammer
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dengan lebih besar, sehingga MS tidak menerima konten dari
metode spectrum analyzer, daya mobile phone jammer BTS. Apabila terdapat dua pemancar dalam satu
memiliki daya -74,6 dB dan dengan menggunakan frekuensi tapi dengan level daya yang berbeda, maka
perhitungan matematis didapatkan jarak jangkau 43 m. sinyal yang akan diterima adalah sinyal dari pemancar
Pada pengukuran menggunakan metode walktest,
parameter pertama yang dipilih adalah lokasi tanpa
yang memilih level daya yang lebih besar. Penempatan
repeater yang didapatkan jarak jangkauan maksimal lokasi mobile phone jammer akan berpengaruh terhadap
jammer sebesar 17 meter dan dengan daya jammer efektif keberhasilan proses jamming.
sebesar -62,9 dB. Sedangkan pada parameter lokasi yang Pada penulisan laporan penelitian ini untuk melihat
terdapat repeater jarak jangkau maksimal jammer yang performansi dari mobile phone jammer yang berupa
didapatkan adalah 10 meter dan daya jammer efektif radius jangkauan jamming adalah dengan parameter
sebesar 60,2 dB. adanya antena dalam ruangan dan tanpa antena dalam
ruang. Dengan terdapat antena dalam ruang mobile
Kata kunci: Mobile Phone Jammer, Walktest, CDMA phone jammer akan saling beradu kuat level dayanya
yang menyebabkan perbedaan radius mobile phone
jammer. Dengan memanfaatkan TEMS Investigation
I. PENDAHULUAN sinyal dapat terlihat dimana sinyal hilang akibat
Dengan pengguna telepon seluler yang dapat terjadinya jamming dan berbagai informasi mengenai
mengganggu maka untuk mencegahnya adalah dengan sinyal dari BTS. Metode yang digunakan dalam
menggunakan mobile phone jammer. Mobile phone pengukuran adalah walk test. Walk test dilakukan
jammer adalah alat untuk mencegah Mobile Station dengan proses mobile phone jammer diletakkan di
C20-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
lokasi tertentu dan MS yang disambungkan laptop 2.3 Code Division Multiple Access (CDMA)
berjalan perlahan menuju lokasi tersebut untuk di record Konfigurasi jaringan pada sistem CDMA terkait
kuat sinyal yang diterima MS. Pada pengukuran tersebut dengan perangkat apa saja yang teradapat pada suatu
akan diperoleh beberapa parameter. Pembahasan jaringan CDMA.
meliputi analisa level daya mobile phone jammer dan Pada penelitian ini mobile phone jammer bekerja
jarak yang didapat dari pengukuran. pada bagian OSI layer fisik. Dapat dilihat pada Gambar
2.2 proses jamming terjadi antara mobile station dan
base transceiver station.
II. DASAR TEORI
2.1 Jammer Frekuensi Uplink 824 849 MHz
Mobile phone jammer adalah salah satu dari Frekuensi Downlink 869 894 MHz
jamming Denial of Service, yang membuat indikator Total CDMA Bandwidth 25 MHz (uplink) + 25
mobile station mejadi no service atau membuat MHz (downlink)
seakan- akan mobile station itu berada pada diluar Frekuensi Pembawa 1.25 MHz
jangkauan. Padahal itu yang disebabkan oleh frekuensi
mobile phone jammer yang lebih tinggi level dayanya.
2.2 Diagram Blok Mobile Phone Jammer
Diagram Blok mobile phone jammer
ditunjukkan pada Gambar 2.1 yang terdiri dari Power
Supply, IF Section, dan RF Section.
C20-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
artinya sinyal 2 frame dari 100 frame yang dikirimkan Suatu proses jamming dikatakan berhasil ketika
diperbolehkan mengalami error. sinyal jamming menghilangkan fungsi dari sistem
2. Ec/Io transmisi komunikasi. Biasanya, proses jamming yang
Rasio perbandingan antara energi yang dihasilkan dari berhasil memerlukan daya jammer yang lebih dari daya
setiap pilot dengan total energi yang diterima. Ec/Io juga sinyal receiver. Dalam pembahasan ini, receiver yang
menunjukkan level daya minimum (threshold) dimana digunakan adalah mobile station (MS).
MS masih bisa melakukan suatu panggilan
3. RSSI (Receive signal strength Interference)
RSSI digunakan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat sensitivitas di bagian penerima. Perbedaan RSSI
dan Ec/Io adalah RSSI digunakan dalam coverage. Pada
umumnya dinyatakan dalam satuan dBm.
4. TxGA (Transmitter Gain Adjust)
TxGA digunakan untuk pengontrolan daya dari BTS
saat dimulainya panggilan. Jika daya yang diterima di
MS terlalu rendah, maka BTS akan memerintahkan MS Gambar 2.5 Ilustrasi dari Persamaan J/S
untuk meningkatkan daya. Persamaan umum dari jamming to signal ratio
5. TxPo (Transmitter Power) adalah sebagai berikut
TxPower menunjukkan level daya rata-rata pemancar
yang dihasilkan dari seluruh BTS.
2.5 Free Space Loss (F)
Keterangan:
Pj = Daya jammer (dB); Gjr = Gain antena dari jammer
ke receiver (dB); Grj = Gain antena dari receiver ke
jammer (dB); Rtr = Jarak antara transmitter dan
receiver (Km); Br = Bandwidth receiver (Hz); Lr = Rugi
sinyal komunikasi (dB); Pt= Daya transmitter (dB); Gtr=
Gambar 2.4 Link Budget Gain antena dari transmitter ke receiver (dB); Grt=
Free Space Loss (FSL) adalah rugi yang terjadi Gain antena from receiver to transmitter (dB); Rjr=
dalam sambungan komunikasi melalui gelombang radio. Jarak antara jammer dan receiver (Km); Bj=
Free Space Loss mengasumsikan pemancar dan Bandwidth jammer (Hz); Lj= Rugi-rugi sinyal jammer
penerima keduanya berada di ruang bebas dan tidak (dB)
mempertimbangkan sumber kerugian (loss) lain seperti Jika nilai J/S diatas lebih dari atau sama dengan 1 maka
refleksi, kabel, konektor dan lain-lain. Demikian pula dapat dikatakan bahwa proses jamming tersebut
tidak memperhitungkan jenis dan karakteristik atau berhasil.
keuntungan dari tertentu antena.
Persamaan FSL yang digunakan adalah
III. METODOLOGI
Keterangan : Dalam penulisan penelitian ini, metodologi yang
FSL = Free Space Loss (dB) ;d = Jarak (m) dipergunakan adalah sebagai berikut:
f = Frekuensi (Hz) 3.1 Pengambilan Data
2.6 Perhitungan Daya Proses pengambilan data dilakukan untuk
Daya jammer adalah daya minimum yang diperlukan menyelesaikan penelitian ini. Data yang diperlukan
untuk melakukan jamming suatu mobile station yang adalah data primer dan data sekunder.
juga berarti daya minimum yang harus dikeluarkan 3.1.1 Data Primer
jammer pada saat kondisi on. Persamaan dari Data primer digunakan dalam penelitian ini
perhitungan daya adalah sebagai berikut: sebagai input dari rumus pada data sekunder. Data
primer didapatkan dari proses pengukuran secara
langsung yakni menggunakan metode walk test dan
Keterangan : menggunakan spectrum analyzer.
Pjammer = Daya keluaran jammer (dB); Pms = Daya 3.1.1.1 Menggunakan metode Walk Test
keluaran mobile station (dB); FSL = Free Space Loss Data-data didapatkan melalui metode walk test.
(dB) Logfile yang diproses MapInfo mempunyai keluaran
2.7 Jamming to Signal Ratio (J/S)
C20-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C20-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
TxGA
14 12 7 4 12 19 35 -
(dB)
TxPo - - - -
12 -7 -5 -
(dB) 14 11 72 24
Plot gambar map walktest pada kondisi mobile phone
jammer di non-aktifkan:
C20-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kondisi Mobile Phone Jammer Off Nilai J/S lebih dari satu menunjukkan bahwa
tingkat jamming lebih besar daripada sinyal keluaran
BTS sehingga mobile station dapat di-jamming
Dapat diketahui bahwa mobile phone jammer
memiliki daya efektif maksimum sebesar -74.6 dB
dengan jarak jangkau efektif maksimum sebesar 43
meter. Hal tersebut diperoleh setelah dilakukan
pengambilan data di laboratorium dengan asumsi rugi-
rugi daya paling rendah.
Gambar 4.6 Hasil Tampilan Spectrum Analyzer Pada pengambilan data pada ruangan tanpa
Pada tampilan spectrum analyzer dalam repeater daya efektif jammer meningkat menjadi -64.08
kondisi mobile phone jammer off dapat dilihat bahwa dB dengan jarak jangkau efektif 17 meter. Hal tersebut
pada frekuensi 869 MHz hingga 894 MHz merupakan menunjukkan adanya pengaruh rugi-rugi yang cukup
frekuensi kerja dari CDMA dan dapat ditentukan besar besar sehingga mampu mengurangi jarak jangkau efektif
daya mobile station dengan nilai -51,6 dBm. maksimum dari sebuah jammer. Dibanding dengan
Kondisi Mobile Phone Jammer On ketika dilakukan pengambilan data pada ruangan dengan
repeatern BTS,daya efektif maksimum jammer lebih
besar yaitu sebesar -60.2 dB dengan jarak jangkau
efektif maksimum 10 m. Hal tersebut membuktikan
pengaruh repeater terhadap kinerja mobile phone
jammer yakni saat diletakkan dekat dengan repeater,
daya sinyal dari repeater akan menekan daya sinyal
keluaran jammer sehingga jarak jangkau efektif sebuah
jammer akan berkurang. Dan daya yang dibutuhkan
Gambar 4.7 Hasil Tampilan Spectrum Analyzer untuk melakukan jamming sinyal MS terluar pada radius
Pada tampilan spectrum analyzer pada kondisi jammer juga dibutuhkan daya yang lebih besar.
mobile phone jammer ON dapat dilihat pada frekuensi
mobile phone jammer bekerja terdapat sebuah sinyal
yang memiliki pancaran daya yang besar dan pada V. PENUTUP
rentang frekuensi kerja CDMA. Hal tersebut membuat 5.1 Kesimpulan
sinyal yang akan diterima oleh mobile station menjadi Berdasarkan proses pengambilan data dan analisis
hilang. Pada range frekuensi 869 MHz hingga 894 MHz yang telah dilakukan pada penelitian ini, dapat
besar daya jammer yang di peroleh adalah -44,6 dBm disimpulkan beberapa hal, antara lain :
4.3 Pembahasan 1. Penempatan lokasi mempengaruhi besarnya daya
Untuk menunjukkan bahwa nilai Jamming efektif mobile phone jammer, dengan adanya
lebih besar daripada nilai sinyal keluaran BTS dilakukan repeater / BTS (Plaza Araya) membuat jammer
perhitungan J/S. Daya primer didapatkan jarak antara harus membutuhkan daya yang lebih besar
BTS terdekat dengan MS yaitu sebesar 150 meter dan dibanding dengan lokasi tanpa ada repeater / BTS
jarak antara mobile phone jammer dengan MS yaitu (GBE-UB). Hal tersebut disebabkan kualitas yang
sebesar 17 meter. Masukan yang diperoleh dari data terdapat pada lokasi yang terdapat repeater lebih
sekunder antara lain: Pt = 10 W ; Pj = 7 W; Gjr = 3 dBi; baik.
Gtr = 17 dBi; Lr = 2 dB; Lj = 3 dB; Br = 7 MHz dan Bj 2. Penempatan lokasi mempengaruhi luasnya jarak
= 50 MHz. jangkau efektif mobile phone jammer, dengan
Perhitungan J/S, daya menggunakan satuan adanya repeater / BTS (Plaza Araya) jarak jangkau
dBm. Untuk merubah satuan Watt menjadi satuan dBm efektif jammer menjadi lebih kecil dibanding dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut: lokasi tanpa ada repeater / BTS (GBE-UB). Hal itu
P(dBm) = 10 log10( P(W) / 1W ) + 30 disebabkan saling menghilangkan antara daya
Maka didapakan nilai Pt = 40 dBm dan Pj = 38,5 dBm. repeater dan daya mobile phone jammer yang
Selanjutnya mencari nilai J/S beradu kuat dalam memancarkan sinyal ke mobile
station.
3. Pada pengukuran walktest, mobile phone jammer
berhasil melakukan jamming dapat dilihat dengan
nilai FFER yang meningkat.
Didapatkan nilai J/S sebesar 1.232
4. Mobile phone jammer melakukan jamming pada
mobile station dengan memberikan noise acak yang
C20-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
dihasilkan oleh noise generator pada bagian mobile [2] Bakrie Telecom Training Center, 2011. Sesi 5 Arsitektur
dan Protocol 1x EV-DO. Jakarta: Milidetik
phone jammer.
[3] Dept. of ECE TKM Institute of Technology,2009, GSM
5.2 Saran 900 Mobile Jammer, ECE TKM Institute of Technology
1. Menggunakan parameter pengukuran yaitu jumlah [4] Djaelani, Elan. Menentukan Panjang Jangkauan Perangkat
pemakai mobile station (CDMA) dalam satu Jammer dengan Pendekatan Equivalent Isotropically
Radiated Power (EIRP): Pusat Penelitian Informatika-LIPI
ruangan dalam menganalisis performansi mobile
[5] Jisrawi,Ahmed,2010. GSM 900 Mobile Jammer, Jordan
phone jammer. University of Science & Techology
2. Menggunakan perangkat drivetest yang lain seperti [6] Kumar,Vinod, 2010. Jammer,Harmirpur : National
NEMO, lalu membandingkannya dengan TEMS Institute of Technology
Investigation. [7] Poisel, Richard. 2011. Modern Communications Jamming
Principles and Techniques, 2nd Edition. Norwood:
ARTECH HOUSE
DAFTAR PUSTAKA [8] Supri Anto, Agung, 2011. Analisi Kualitas Panggilan Code
Division Multiple Access (CDMA) 2000 1X Menggunakan
[1] Abdul Rahman, Ahmad SH. 2010, Dual band Mobile
TEMS.Semarang: Univ. Diponegoro
Phone Jammer for GSM 900 & GSM 1800 :Jordan
university of science & Techology
C20-7
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstrak- Long Term Evolution (LTE) merupakan yang rendah bagi operator serta layanan mobile
pengembangan dari teknologi sebelumnya yaitu High broadband yang berkualitas tinggi. Sistem komunikasi
Speed Packet Access (HSPA). Pada sisi uplink, LTE LTE mengadopsi teknologi multiple access Orthogonal
menggunakan teknik multiple acces Single Carrier Frequency Division Multiple Access (OFDMA) pada
Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA).
sisi downlink dan Single Carrier Frequency Division
Kelemahan dari teknik multiple access ini adalah
timbulnya interferensi berupa intersymbol interference Multiple Access (SC-FDMA) pada sisi uplink. [3]
(ISI) dan untuk mengatasinya, dalam sistem ditambahkan Teknologi SC-FDMA yang digunakan pada
cyclic prefix.Hal yang akan dibahas dalam penelitian ini sisi uplink LTE merupakan teknik multiple access
adalah pengaruh panjang cyclic prefix terhadap modifikasi dari orthogonal frequency division multiple
perfomansi SC-FDMA pada LTE dengan menganalis Access (OFDMA). Teknik multiple access ini rentan
parameter perfomansi yaitu parameter bandwidth, SNR, terhadap gangguan berupa inter-symbol interference
kapasitas kanal, dan BER. Dimana panjang durasi cyclic (ISI) dan inter-carrier interference (ICI) yang
prefix yang digunakan ada dua, yaitu normal cyclic prefix menyebabkan menurunnya kapasitas kanal, bit error
dengan durasi 5.21 s dan extended cyclic prefix dengan
rate (BER) sistem bertambah sehingga menyebabkan
durasi 16.67 s. Dari hasil analisis didapatkan bahwa
perfomasi SC-FDMA pada LTE lebih baik saat Signal to Noise Ratio (SNR) menurun. Oleh karena itu,
menggunakan normal cyclic prefix. Nilai bandwidth sistem pada setiap simbol SC-FDMA ditambahkan cyclic
terbesar 7.2051 MHz didapatkan saat menggunakan prefix (CP) untuk menghindari terjadinya gangguan
normal cyclic prefix, sedangkan saat menggunakan tersebut. CP bertindak sebagai guard interval diantara
extended cyclic prefix sebesar 7.2036 MHz. SNR sistem simbol yang berdekatan, apabila panjang dari guard
terbesar saat menggunakan normal cyclic prefix sebesar interval yang dialokasikan lebih besar daripada
41,7403 dB dan saat menggunakan extended cyclic prefix maksimum delay spread pada kanal (TCp ),
sebesar 41,099 dB. Kapasitas kanal sistem saat maka tidak akan terjadi ISI dan ICI. Panjang cyclic
menggunakan normal cyclic prefix sebesar 41,7058 Mbps
dan saat menggunakan extended cyclic prefix sebesar
prefix yang digunakan juga berbeda-beda. Panjang CP
40,1965 Mbps. Nilai BER paling besar saat menggunakan yang berbeda-beda ini akan mempengaruhi beberapa
normal cyclic prefix sebesar . dan saat parameter perfomansi dari sistem SC-FDMA pada
menggunakan extended cyclic prefix sebesar . . LTE. Parameter-parameter yang akan terpengaruh
Kata KunciBandwidth, BER, Cyclic Prefix, Kapasitas diantaranya yaitu bandwidth, SNR, kapasitas kanal dan
Kanal, SNR. BER. Berdasarkan alasan tersebut, dalam penelitian ini
menganalisis pengaruh panjang cyclic prefix terhadap
perfomansi sistem SC-FDMA pada LTE yang terdiri
Index Terms Bandwidth, BER, Channel Capacity, dari beberapa parameter yaitu bandwidth, SNR,
Cyclic Prefix, SNR. kapasitas kanal,dan BER. Yang mana teknik modulasi
yang digunakan adalah teknik modulasi QPSK, 16-
QAM dan 64-QAM. Sehingga dapat diketahui panjang
I. PENDAHULUAN cyclic prefix yang terbaik untuk perfomansi sistem SC-
P ERKEMBANGAN
menyebabkan
komunikasi data
teknologi
permintaan
juga
dan
akan
ikut
informasi
layanan
meningkat.
Berdasarkan alasan tersebut, 3GPP mengeluarkan suatu
FDMA pada LTE. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh panjang cyclic prefix terhadap
perfomansi SC-FDMA pada LTE.
C21-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas
as Brawijaya, Malang, Indonesia
2004 dan merupakan pengembangan dari teknologi menjadi penghubung antara elemen EPC satu dengan
sebelumnya yakni High Speed Packet Access (HSPA). yang lain dan antara
ara elemen EPC dengan eNode-B.[3]
eNode
LTE dirancang untuk mencapai target perfomansi
melebihi HSPA dalam hal efisiensi spectrum frekuensi,
kecepatan mencapaipai 100 Mbps pada sisi downlink da
50 Mbps pada sisi uplink, dan latency yang lebih
rendah dibandingkan dengan HSPA. (Harri Holma
2009)
LTE menggunakan dua teknik multiple access,
yaitu pada sisi downlink menggunakan Orthogonal
Frequency Division Multiple Access (OFDMA) dan
pada sisi uplink menggunakan teknik multiple access
Single Carrier Frequency Division Multiple Access
(SC-FDMA). Kedua teknik multiple access yang
digunakan memberikan keorthogonalan antar user,
mengurangi interferensi, serta mampu meningkatkan
menin
Gambat 1. Radio Protokol Stack LTE [3]
kapasitas kanal.[3]
Alokasi kanal bandwidth yang disediakan untuk
un
LTE memiliki rentang dari 1.44 MHz, 3 MHz, 5 Mhz, C. Single Carrier Frequency Division Multiple
10 MHz, 15 MHz, dan 20 MHz. Dengan masing- masing Access (SC-FDMA)
masing jumlah subcarrier tiap kanal bandwidth yaitu: Teknik multiple access yang digunakan pada LTE
72, 180, 300, 600, 900, dan 1200. [3] ada dua. Pada transmisi uplink,
uplink LTE menggunakan
teknik Single Carrier Frequency Division Multiple
B. Arsitektur Jaringan LTE Access (SC-FDMA),
FDMA), dan pada sisi downlink
Arsitektur jaringan LTE dirancang dengan tujuan menggunakan teknik Orthogonal Frequency Division
mendukung packet-switched dengan mobilitas tanpa Multiple Access (OFDMA). Kedua teknik multiple
batas, Quality of Service (QoS), serta latency yang access tersebut merupakan pengembangan dari teknik
minimal. Arsitektur LTE meliputi evolusi radio akses multiple access sebelumnya yaitu Orthogonal
yang disebut Evolved-Universal
Universal Terresterial Radio Frequency Division Multiplexing (OFDM). [5]
Access Network (E-UTRAN),
UTRAN), ditemani dengan evolusi SC-FDMA
FDMA pada dasarnya mempunyai
dari aspek non-radio dibawah istilah System performansi throughput dan kompleksitas yang hampir
Architecture Evolution (SAE) yang meliputi jaringan sama dengan OFDMA. Sama seperti OFDMA, SC- SC
Envolved Packet Core (EPC). Keduanya, E-UTRAN E FDMA membagi bandwidth transmisi menjadi
dan SAE terdiri atas elemen-elemen
elemen Envolved Packet beberapa subcarrier dengan subcarrier yang
System (EPS). orthogonal satu dengan lainnya untuk mengirimkan
Envolved Packet System (EPS) pada 3GPP dibagi informasi. Cyclic prefix (CP) atau guard interval juga
menjadi empat level, yaitu: User Equipment (UE), ditambahkan secara periodik pada saat pentransmisisan
Evolved-UTRAN (E-UTRAN), Evolved Packet Core sinyal untuk mennghindari inter symbol interference
Network (EPC), dan Services domain. (ISI).[3]
UE, E-UTRAN,
UTRAN, dan EPC bersama-sama
bersama mewakili
layer konektivitas Internet Protocol (IP). Fungsi utama D. Single Carrier Frequency Division Multiple
dari layer ini adalah untuk menyediakan konektivitas Access (SC-FDMA)
FDMA) pada Long Term Evolution
berbasis IP, dan sangat dioptimalkan penyampaian data (LTE)
pada tujuan saja. Semua layanan berbasis IP, node 1. Struktur Frame LTE
circuit switched dan interface pada arsitektur 3GPP Pada LTE, transmisi uplink dan downlink
sebelumnya tidak hadir pada E-UTRAN
UTRAN dan EPC sama dijadikan ke dalam sistem radio frame, dimana
sekali. durasinya sebesar 10 ms perframe. Struktur frame
UTRAN terkosentrasi pada
Perkembangan dari E-UTRAN pada setiap periode alokasi terdiri
te atas 20 slot dengan
satu node disebut envolved-NodeB
NodeB (eNode-B), semua periode slot 0.5 ms. Tiap subframe terdiri atas 2 slot
fungsi radio tergabung disana. eNode-BeNode adalah periode. Struktur frame 10 ms pada dasarnya berlaku
terminal point dari semua protokol radio terkait. pada mode transmisi FDD dan TDD. Tetapi pada
Sebagai jaringan, E-UTRAN
UTRAN hanyalah mesh sederhana penelitian ini, metode transmisi yang digunakan adalah
eNode-B B terhubung ke tetanggan eNode-B
eNode dengan metode FDD.
interface X2.
Core Network (CN) atau biasa disebut EPC pada 2. Resource Block
jaringan LTE bertanggung jawab pada semua kontrol Satu alokasi resource yang dtransmisikan pada
pada UE dan membentuk bearer (pembawa). Elemen LTE disebut dengan resource block. Setiap resource
dari EPC terdiri atas Mobile Management Entity block memiliki durasi 0.55 ms (satu slot) dan yang di
(MME), Service Gateway (S-GW),GW), PDN Gateway (P- dalamnya berisikan 12 subcarrier dengan bandwidth
GW), Home Subscription Server (HSS), dan Policy and 180 KHz, yang berarti jarak antar subcarrier sebesar 15
Charging Resource Function (PCRF). Interface S1 KHz. Jumlah resource block berbeda-beda pada tiap
kanal bandwidth,, mulai dari 6 resource block pada
C21-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
. ! "
kanal bandwidth 1.4 MHz hingga 100 resource block = (1)
pada kanal bandwidth 20 MHz. [4] .!.#$%& '
Dengan :
Bsistem= bandwidth sistem (Hz)
Ts = durasi simbol SC-FDMA (s)
Tsub =durasi simbol masing-masing subcarrier (s)
Tcp = durasi cyclic prefix (s)
Rtot = laju bit total yang tersedia (bps)
M = jumlah kemungkinan sinyal
N = jumlah subcarrier
)* = faktor cyclic prefix
Dengan,
Pbr = Peak Bit Rates (Kbps)
N = jumlah subcarrier
)* = faktor cyclic prefix
3. SC-FDMA Signal Processing 2. Rugi-Rugi Propagasi NLOS
Gambar 3 di bawah ini menunjukkan struktur LTE bekerja pada kondisi NLOS, yang berarti
transmitter dan receiver pada SC-FDMA: terdapat penghalang sinyal antara transmitter dan
receiver seperti rumah, pohon-pohon dan gedung.
Propagasi NLOS sering disebut propagasi multipath.
Besarnya rugi-rugi propagasi NLOS atau biasa disebut
pathloss (PL) pada saluran LTE dapat ditentukan
dengan Persamaan (3):
E
+< = = + 10. @. <AB C D G + H + +<9 + +<8 (3)
E F
C21-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C21-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Nilai erfc(x) atau complementary error function serta simulasi dengan Matlab, selanjutnnya dilakukan
(x) didefinisikan sebagai fungsi kesalahan dari variabel pengambilan kesimpulan berdasarkan teori dan hasil
(x) dapat dinyatakan sebagai: analisis.
&
h-mn v h
L
(14) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan,
h-mn
A. Umum
= error function complementary
Dilakukan analisis pengaruh panjang cyclic prefix
III. METODOLOGI PENELITIAN terhadap perfomansi SC-FDMA pada LTE berdasarkan
teori dan persamaan yang ada pada tinjauan pustaka.
Kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parameter-parameter yang dianalisis ada empat yaitu
kajian analisis terhadap pengaruh panjang cyclic prefix bandwidth, SNR, kapasitas kanal, dan BER. Teknik
terhadap performansi Single Carrier Frequency modulasi yang digunakan adalah QPSK, 16-QAM, 64-
Division Multiple Access (SC-FDMA) pada Long Term QAM serta menggunakan model propagasi Okumura-
Evolution (LTE) yang didasarkan pada studi literatur. Hata dengan kanal noise AWGN dan Rayleigh Fading.
Data yang diperlukan terdiri dari data sekunder yang Perhitungan dilakukan dengan program Matlab
bersumber dari buku referensi, jurnal, penelitian, 7.1.0.246 (R14). Hasil yang nantinya diharapkan adalah
internet, dan forum-forum resmi LTE. Data sekunder dapat diketahui bagaimana perfomansi dari SC-FDMA
pada LTE dilihat dari parameter-parameter perfomansi
yang digunakan mencakup konsep dasar SC-FDMA,
yang telah ditentukan jika panjang cyclic prefix yang
cyclic prefix dan LTE, parameter perfomansi SC-
digunakan berbeda, yaitu 5.21 s dan 16.67 s.
FDMA pada LTE. Metode perhitungan dan analisis
data yang digunakan adalah mengumpulkan beberapa 1. Analisis Pengaruh Panjang Cyclic Prefix
nilai parameter dari data sekunder menggunakan Terhadap Perfomansi Single Carrier Frequency
bantuan software Matlab 7.1.0.246 (R14). Division Multiple Access (SC-FDMA) pada
Berikut langkah-langkah perhitungan untuk Long Term Evolution (LTE)
mendapatkan performansi yang diinginkan: Analisis pengaruh panjang cyclic prefix terhadap
performansi SC-FDMA pada LTE dengan
menggunakan teknik modulasi QPSK, 16-QAM, dan
64-QAM dan model propagasi Okumura-Hata dan
kanal noise AWGN dan Rayleigh Fading yang terdiri
dari performansi bandwidth, signal-to-noise ratio
(SNR), kapasitas kanal, dan bit error rate (BER) pada
LTE yang menggunakan teknik multiple access SC-
FDMA.
Parameter yang digunakan untuk menganalisis
performansi pada sistem LTE menggunakan teknik
multiple access SC-FDMA adalah menggunakan
standar 3GPP release 8. Seperti yang telah dijelaskan
pada tinjauan pustaka, transmisi data pada kanal uplink
LTE dikirimkan dalam struktur frame yang di
dalamnya terdiri atas alokasi resource block dengan
jumlah subcarrier yang berbeda untuk simbol-simbol
SC-FDMA tergantung pada kanal bandwidth yang
digunakan, diantaranya adalah 1.4 MHz, 3 MHz, 5
MHz,10 MHz, 15 MHz, dan 20 MHz. Tabel 3
menjelaskan karakteristik resource block untuk
masing-masing kanal bandwidth berbeda:
Tabel 3. Karakteristik Resource Block pada Kanal Bandwidth
berbeda [5]
C21-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
QAM mentransmisikan 6 bit/symbol dengan 64 Sebelum melakukan perhitungan SNR, ada beberapa
kemungkinan sinyal. Untuk mengetahui besar nilai yang harus dimiliki, dianaranya yaitu nilai rugi-
parameter perfomansi, perhitungan pertama yang rugi propagasi (PL), daya terima minimum (Pr), dan
dilakukan adalah perhitungan laju data. Setelah nilai daya noise (No). untuk mencari nilai tersebut,
laju data didapatkan, maka perhitungan parameter- dilakukan dengan menggunakan persamaan (3), (8),
parameter perfomansi SC-FDMA dapat dilakukan. dan (9). Setelah itu dilanjutkan dengan perhitungan
Dalam penelitian ini diasumsikan menggunakan 6 SNR menggunakan persamaan (7) dan untuk
simbol per 1 ms subframe dengan panjang cyclic prefix mendapatkan nilai SNR sistem setelah penambahan CP
yang digunakan divariasikan menjadi dua jenis, yaitu menggunakan persamaan (10). SNR sistem dipengaruhi
durasi CP bernilai normal CP dengan durasi 5.21 s oleh panjang cyclic prefix, besarnya daya terima, dan
(7.29 %) dan extended CP dengan durasi 16.67 s (0.2 daya noise pada saluran transmisi. Semakin banyak
%). Untuk melakukan perhitungan parameter jumlah subcarrier, menyebabkan daya terima menurun
perfomansi yang pertama, maka terlebih dahulu harus sehingga SNR sistem juga menurun. Nilai SNR
diketahui besarnya laju data. Perhitungan laju data tertinggi diperoleh ketika menggunakan modulasi 64-
dilakukan dengan menggunakan Persamaan (2). Laju QAM dengan jumlah subcarrier 72 dengan CP =
data tertinggi sebesar 40.051 Mbps saat mnggunakan 0.0729 sebesar 41.7403 dB, sedangkan saat
CP = 0.0729. Sedangkan saat menggunakan CP= 0.2, menggunakan CP = 0.2 sebesar 41.1099 dB. Hasil
laju data tertinggi yang mampu dicapai sebesar 34.560 yang analisis SNR yang diperoleh ditunjukkan dalam
Mbps. Gambar 6.
C21-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C21-7
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kata Kunci Smart Vehicle , Google Maps, SMS II. TINJAUAN PUSTAKA
Gateway A. SMS Gateway
C22-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
B. NMEA Format Bulan, dan juga menawarkan perencana rute dan pencari
letak bisnis di U.S., Kanada, Jepang, Hong Kong, Cina,
NMEA adalah standar kalimat laporan yang UK, Irlandia (hanya pusat kota) dan beberapa bagian
dikeluarkan oleh GPS receiver. Standar NMEA Eropa. Google maps juga menyediakan Maps API yang
memiliki banyak jenis bentuk kalimat laporan, di digunakan untuk mengatur tampilan peta sesuai dengan
antaranya yang paling penting adalah koordinat lintang kebutuhan kita .
(latitude), bujur (longitude), ketinggian (altitude), waktu
sekarang standar UTC (UTC time), dan kecepatan Pada digunakan google map API Geocoding yang
(speed over ground). mereques dengan mengirimkan URL
Jenis kalimat NMEA adalah sebagai berikut: http://maps.googleapis.com/maps/api/geocode/xml?latl
Tabel 1. Jenis kalimat NMEA ng=-7.28046,112.78141&sensor=true .
Kalimat Deskripsi
$GPGGA Global positioning
sistem fixed data E. QT Programming
Qt Framework sudah sejak lama digunakan untuk
$GPGLL Geographic position mengembangkan aplikasi lintas platform. Qt sendiri
latitude / longitude dibuat pada tahun 1996 oleh perusahaan dari swedia
yang bernama Trolltech. Karena sifarnya yang lintas
platform anda dapat membuat aplikasi yang berjalan
$GPGSA GNSS DOP and
diatas platform Windows, Linux, dan Mac.
active satellites
Dengan Qt kode yang sama dapat dijalankan pada
$GPGSV GNSS satellites in target platform yang berbeda. Qt Framework sudah
view didesain sedemikian rupa sehingga mudah digunakan
$GPRMC Recommended oleh developer tanpa harus mengorbankan fleksibilitas
minimum specific dan efisiensi. Qt mendukung pengembangan dengan dua
GNSS data bahasa utama yaitu Object Oriented C++ dan Java.
Qt Framework memiliki koleksi class library yang
$GPVTG Course over ground lengkap dan konsisten didukung oleh dokumentasi yang
and ground speed komprehensif. Class library tersebut berisi semua
function yang dibutuhkan untuk mengembangkan
aplikasi.
C. Format Data GPS
F. Mysql
Pada penelitian ini digunakan format NMEA
MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem
$GPRMC,092204.999,A,4250.5589,S,14718.5084,E,0.
manajemen basis data SQL (bahasa Inggris: database
00,89.68,211200,,*25 yang dioleh menjadi format bisa
management system) atau DBMS yang
di kirim melalui sms , contoh format
multithread,multi-user, dengan sekitar 6 juta instalasi di
$4250.5589,S,14718.5084,E * , Tanda $ digunakan
seluruh dunia. MySQL AB membuat MySQL tersedia
untuk memulai databujur dan digunakan untuk
sebagai perangkat lunak gratis dibawah lisensi GNU
mengakhiri data bujur dan digunakan untuk penanda
General Public License (GPL), tetapi mereka juga
data lintang gps , untuk tanda * digunakan untuk
menjual dibawah lisensi komersial untuk kasus-kasus
penandaan akhir data.
dimana penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan
GPL.Untuk mempermudah digunakan Mysql Front ,
D. GoogleMap mysql Front merupakan tampilan grafis Mysql berbasis
windows yang banyak digunakan .
C22-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C. Perancangan Database
Perancangan Database disini ditujukan pada Gambar 6.
Pada Gambar 3 data koordinat dari smart vehicle di Pada perancangan ini menggunakan lima tabel yaitu
simpan dalam database , kemudian dilakukan parsing tabel inbox yang berfungsi untuk mencatat parameter
data untuk membedakan konten isi sms dengan karakter nama, nomer telpon, waktu. Tabel rumah Sakit lokasi
yang tidak diinginkan. hasil parsing data ini berupa bujur rumah sakit beserta koordinat yang digunakan oleh
lintang dalam format Degree/Minute yang harus sistem untuk merujuk ruma sakit terdekat saat terjadi
dikonversi kedalam format derajat . setelah dilakukan kecelakaan.
konversi derajat , data dikirim ke google map untk
reques lokasi ke goolemaps. Setelah itu google map
membalas informasi yang diminta pada sistem server D. Perancangan Sistem Tampilan
lokasi yang dikirim dengan format XML , pada tahap ini
dilakukan parsing data untuk memperoleh data jalan dan Perancangan Sistem tampilan yang ditunjukkan oleh
data ini akan disimpan. Setelah itu sistem mencari lokasi gambar 7 ini bertujuan untuk mengetahui alur dari sistem
rumah sakit terdekat dengan cari menghitung jarak antar yang kita buat, ada 8 Menu Utama dalam Sistem
2 titik , dan dicari jarak paling sedikit, kemudian mencari Monitoring ini yaitu :
data diri dari smart vehicle , dan juga nomer lain yang 1. MainPage : berfungsi untuk menampilkan peta
bisa dihubungi . setelah semua data ditemukan maka sms Googlemaps hasil pencarian lokasi kecelakaan
dikirim pada nomer yang telah ditentukan . Proses 2. SettingKoneksi : digunakan untuk mensetting
terakhir lokasi dikirim ke googlemap untuk ditampilkan.
Koneksi seriall , Koneksi Database , dan
B. Pre Processing
Pre-processing adalah proses awal mengelola data inbox
outbox
lokasi koordinat rumah sakit, yang diambil dari peta PK idinbox
PK idoutbox
garmin dari navigasi.net , dengan mengekstrak data nama report nama
dari peta garmin ini koordinat dimasukkan ke dalam tlp
waktu tlp
PK idreport
database . sehingga mempermudah dalam pencarian sms PK,FK2 idrumahsakit waktu
PK,FK3 idkontak sms
lokasi rumah sakit.
lokasi
waktu
rumah sakit kontak
FK1 idinbox
bujur PK idkontak
PK idrumahsakit
lintang
nama nama
tlp tlp
ket ket
bujur
lintang
C22-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C22-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C22-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C23-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
berdasarkan pilot tipe comb dan interpolasi linier. Pada Selanjutnya simbol-simbol OFDM di konversi
bagian IV, simulasi dan analisis. Bagian V, kesimpulan. kembali kedalam bentuk serial oleh P/S untuk
selanjutnya dikirimkan.
II. PEMODELAN SISTEM Sedangkan pada bagian penerima dilakukan proses
Secara umum, pemodelan yang digunakan terbagi kebalikan dari bagian pengirim yaitu dimulai dari S/P,
dalam dua bagian yaitu pemodelan untuk sistem OFDM guard removal, discrete fourier transform (DFT) sampai
dan pemodelan kanal. pada estimasi kanal. Pada estimasi kanal ini digunakan
estimasi berbasis pilot tipe comb berdasarkan LS yang
A. Sistem OFDM selanjutnya diinterpolasi dengan pendekatan linier dan
OFDM (orthogonal frequency division multiplexing) polynomial untuk mendapatkan respon frekuensi kanal
adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan F(f).
beberapa buah frekuensi yang saling tegak lurus
(orthogonal). OFDM adalah sebuah teknik transmisi B. Pemodelan Kanal
dengan banyak frekuensi (multicarrier), menggunakan Sinyal yang dipancarkan oleh pengirim akan
discrete fourier transfor (DFT) [5]. dipengaruhi oleh beberapa fenomena fisik, sehingga
Teknologi ini sebenarnya sudah pernah diusulkan sinyal yang diterima mengalami perubahan fase,
pada sekitar tahun 1950 dan penyusunan teori-teori dasar polarisasi dan level dari suatu sinyal terhadap waktu.
dari OFDM sudah selesai sekitar tahun 1960. Pada tahun Fenomena ini didefinisikan sebagai fading. Fading
1966, OFDM telah dipatenkan di Amerika [6]. dapat didefinisikan sebagai perubahan fase, polarisasi
Kemudian pada tahun 1970-an, muncul beberapa buah dan atau level dari suatu sinyal terhadap waktu. Definisi
paper yang mengusulkan untuk mengaplikasikan DFT dasar dari fading yang paling umum adalah yang
(discrete fourier transform) pada OFDM [7] dan sejak berkaitan dengan mekanisme propagasi yang melibatkan
tahun 1985 muncul beberapa paper yang memikirkan refraksi, refleksi, difraksi, hamburan dan redaman dari
pengaplikasian tekonologi OFDM ini pada komunikasi gelombang radio [9]. Dalam penelitian ini jenis kanal
wireless. Pada sistem OFDM estimasi kanal dapat dilihat yang akan digunakan adalah mobile-to-mobile rayleigh
seperti pada gambar 1. faded.
Contoh sederhana dari komunikasi mobile
machine-to-machine adalah car-to-car (C2C) atau
ekuivalen dengan komunikasi vehicle-to-vehicle (V2V).
Selain itu, komunikasi C2C atau V2V berada dibawah
naungan dari apa yang disebut sebagai komunikasi
mobile-to-mobile (M2M). Dikatakan sebagai sistem
komunikasi mobile-to-mobile, bila semua entitas dari
Gambar 1. Diagram blok sistem baseband OFDM [4]. jaringan adalah bergerak, apakah itu mobile users dan
atau vehicle [10].
Prinsip kerja dari sistem OFDM adalah sebagai Untuk kanal rayleigh faded dapat direpresentasikan
berikut. Deretan data biner (informasi) yang akan sebagai [11]:
dikirim dikonversikan terlebih dahulu kedalam bentuk
h = x(t ) + jy(t )
paralel oleh S/P, sehingga bila bit rate adalah R dan (1)
jumlah jalur paralel adalah p maka bit rate untuk
tiap-tiap jalur paralel adalah R/p. Selanjutnya digunakan x(t ) =
2 M
[
cos 2f cos( n )t + n
M n=1
]
(2)
QPSK sebagai modulasi untuk setiap subcarrier.
Pada blok pilot insertion dilakukan proses penyisipan y (t ) =
2 M
[
cos 2f sin ( n )t + n
M n =1
]
pilot berbasis pilot tipe comb. Kemudian dilanjutkan (3)
dengan proses inverse discrete fourier transform (IDFT)
untuk pembuatan simbol OFDM. Bila ukuran IDFT dimana k , n, k dan n,k adalah saling independent dan
adalah N maka N harus lebih besar dari jumlah didistribusikan secara uniform pada [ , ) untuk semua
subcarrier supaya menghasilkan oversampling. n dan k. h merupakan kanal rayleigh faded.
Penggunaan IDFT ini memungkinkan pengalokasian Untuk kanal mobile-to-mobile rayleigh faded dapat
frekuensi yang saling tegak lurus (orthogonal). direpresentasikan sebagai [12]-[13]:
Guard insertion bertujuan untuk menghindari
terjadinya ICI. Hal ini karena cyclic prefix (CP) yang h = x(t ) + jy (t )
digunakan pada guard insertion mengubah konvolusi (4)
linier dengan respon impuls kanal menjadi konvolusi x (t ) =
2 N ,M
NM ,m =1
[
cos 2f1 cos ( n )t + 2f 2 cos ( m )t + nm
x
] (5)
cyclic. Oleh karena konvolusi cyclic pada domain waktu n
menjadi perkalian skalar pada domain frekuensi maka
subcarrier akan tetap orthogonal. Dengan menyisipkan y (t ) =
2 N ,M
[
cos 2f1 sin ( n )t + 2f 2 cos ( m )t + nm
NM n,m =1
y
] (6)
CP berarti akan menambah panjang simbol OFDM dari
Tu menjadi Tu+Tcp, dimana Tcp adalah panjang CP [8].
C23-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
x/ y
dimana nm , dan adalah saling independent dan
Selanjutnya dilakukan penentuan hmid sebagai titik
didistribusikan secara uniform pada [ , ) untuk
tengah untuk interpolasi. Penentuan hmid ini didapat
semua n, m, x dan y. berdasarkan estimasi kanal yang telah dikonversi
kedalam domain waktu.
III. ESTIMASI KANAL DAN INTERPOLASI Interpolasi linier menggunakan dua buah pilot
Estimasi kanal merupakan suatu proses yang subcarrier yang berurutan bertujuan untuk menentukan
digunakan untuk mendapatkan karakteristik kanal respon kanal dari data subcarrier yang berada diantara
berdasarkan urutan pilot yang dikirim. Pada penelitian dua pilot. Interpolasi linier yang digunakan adalah
ini digunakan pilot tipe comb untuk mengestimasi kanal. interpolasi linier piecewise. Interpolasi linier piecewise
Pilot tipe comb berkerja pada domain frekuensi disebut juga sebagai interpolasi spline orde satu.
berdasarkan least square (LS) yang selanjutnya Interpolasi linier piecewise dibangun berdasarkan
diinterpolasi dengan pendekatan linier dan polynomial. interpolasi linier lokal [14].
( )
S i ( z ) := Li ( z ) = ai + bi z xi , z xi , xi +1 [ ] (13)
ai = y i (14)
y y
bi |= i +1 i (15)
Gambar 2. Estimasi berbasis pilot tipe comb [10]. xi +1 xi
X (k ) = X (mL + l )
2.5
(9)
2
x p(m) l =0
X ( k ) = data l =1,...,L1
(10) 1.5
dimana: 1
0.5
xp : nilai pilot carrier ke-m.
Level daya
0
L : Jumlah dari subcarriers/Np
-0.5
Estimasi kanal berbasis pilot tipe comb yang
-1
didasarkan pada LS dapat direpresentasikan sebagai
-1.5 Pilot
berikut [4]:
y p (k )
Respon Impuls
-2 linier
hep (k ) = Polynomial
x p (k ) -2.5
0 500 1000 1500 2000 2500
(11) Sampel
C23-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
-2
MSE vs Fd
Equalizer yang digunakan untuk mitigasi ICI adalah 10
MSE
C(f) = 1/F(f) (16)
Mean square error (MSE) digunakan untuk melihat Mobile-to-Mobile (M2M) menunjukkan penurunan nilai
kinerja dari interpolasi linier dan interpolasi polynomial. MSE pada saat nilai Fd kecil dari 0.095. Nilai Fd pada
MSE dapat juga ditulis sebagai: kanal mobile-to-mobile merupakan penjumlahan antara
Fd1 dengan Fd2, dimana nilai Fd1 sama dengan nilai
2
N) Fd2. Penurunan ini terjadi karena untuk nilai Frequency
ep
h
n =1
h Doppler (Fd) yang kecil jumlah osilasi yang terjadi pada
MSE = (17) kanal sangat kecil.
N
dimana: Estimasi kanal sangat dipengaruhi sekali oleh
) besarnya nilai Fd. Semakin besar nilai Fd maka titik data
hep : Estimasi kanal
yang digunakan untuk interpolasi akan semakin bergeser
h : Respon impuls kanal dari posisi yang seharusnya. Pergeseran posisi titik data
pada kanal yang menggunakan Fd = 0.4 dapat dilihat
Sedangkan parameter simulasi yang digunakan dalam seperti pada gambar 3.
simulasi dapat dilihat seperti tabel 1. Sedangkan MSE sangat dipengaruhi sekali oleh teknik
interpolasi yang digunakan. Pemilihan teknik interpolasi
Tabel 1. Parameter Simulasi yang tepat sangat berpengaruh dengan kondisi kanal
yang ada. Untuk kondisi kanal dengan nilai Fd yang
Parameters Specifications tinggi, lebih sesuai menggunakan interpolasi polynomial
FFT Size 128 karena lebih mampu mengikuti bentuk lengkungan dari
Number of Subcarrier 120 kanal terlihat seperti pada gambar 3. Sedangkan untuk
Pilot Ratio 1/8 kondisi kanal yang memiliki nilai Fd yang kecil lebih
sesuai menggunakan interpolasi linier karena lebih
Guard Interval 32
mendekati garis lurus.
Guard type Cyclic Extension
Signal Constellation QPSK BER vs Eb/No dengan Fd = 0.2
Channel Model Mobile-to-Mobile Polynomial M2M
Rayleigh Faded dan Linier M2M
Mobile-to-Fix Rayleigh Polynomial M2F
-1 Linier M2F
Faded 10
C23-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Gambar 5 menunjukkan perbandingan antara BER vs dipengaruhi oleh besarnya nilai Fd. MSE sangat
Eb/No dengan Fd = 0.2 pada kanal Mobile-to-Mobile dipengaruhi oleh teknik interpolasi yang digunakan.
dan kanal Mobile-to-Fix. Untuk mendapatkan nilai BER Untuk nilai Fd dibawah 0.1 interpolasi linier lebih baik.
10-2 pada interpolasi polynomial dan linier untuk kanal Sedangkan untuk nilai Fd diatas 0.1 interpolasi
Mobile-to-Mobile dibutuhkan Eb/No sebesar 18dB. polynomial memiliki kinerja yang lebih baik dibanding
Sedangkan interpolasi polynomial pada kanal dengan interpolasi linier. Estimasi kanal yang dilakukan
Mobile-to-Fix untuk mendapatkan nilai BER 10-2 memiliki hasil yang baik karena masih mampu mencapai
dibutuhkan Eb/No sebesar 23dB. Sedangkan interpolasi BER 10-2 untuk Fd = 0.3.
linier pada kanal Mobile-to-Fix dibutuhkan Eb/No
sebesar 24dB untuk mendapatkan BER sebesar 10-2.
DAFTAR PUSTAKA
BER vs Eb/No dengan Fd = 0.3 pada kanal Mobile-to-Mobile
[1] Hao Miin-Jong, Decision Feedback Frequency Offset
Polynomial, a = 1.5 Estimation and Tracking for General ICI Self-Cancellation
Linier, a = 1.5 Based OFDM Systems, IEEE Trans. On Broadcasting, vol. 53,
Polynomial, a = 1 no. 2, June 2007.
Linier, a = 1 [2] P. H. Moose, A technique for orthogonal frequency division
-1
10 Polynomial, a = 0.5 multiplexing frequency offset correction, IEEE Trans.
Linier, a = 0.5
Communication, vol. 42, pp. 29082914, Oct. 1994.
[3] J. J. Van de Beek, M. Sandell, and P. O. Borjesson, ML
estimation of time and frequency offset in OFDM systems,
BER
C23-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C24-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Pontianak(-0.06, 109.4) dan LAPAN Bandung (-6.9, terhadap noise (S/No) setiap 1 menit dan diperoleh S4
107.6). Data yang dianalisis adalah data pengamatan terkoreksi:
Januari sampai Desember tahun 2011 dan Januari
sampai Maret tahun 2012. Penerima GPS akan 100 500
mengukur TEC dengan sampling 60 detik. TEC adalah S 4 No = 1 + (4)
S / N o 19S / N o
jumlah kandungan elektron sepanjang sinyal satelit
dalam satuan TEC Unit (1 TEC Unit = 1016 elektron/m2).
Setelah diperoleh S4 terkoreksi (S4No), maka indeks
TEC dihitung dengan metoda kombinasi antara
sintilasi yang telah dikurangi noisenya (S4) diperoleh
pengukuran fasa (L) dan pseudo-range (P) yang dengan mengurangkan persamaan (3) dengan persamaan
merupakan TEC miring (STEC) dan secara matematis (4);
ditulis sebagai berikut [6]:
S 4 2 = S 4T 2 S 4 No 2 (5)
STEC=[9.483*((PL2-PL1-bc/a-p)+TECRX+TECcal]
TEC Unit (1)
Untuk menghindari salah interpretasi gangguan akibat
Dimana PL2 dan PL1 adalah pseudo-range (meter) sinyal multipath maka data dipilih dengan sudut elevasi lebih
L2 dan L1, bc/a-p adalah bias transisi sinyal C/A ke P dari 35o. Gambar 1 menunjukkan lintasan IPP
(dikonversi ke dalam meter dan dapat di unduh di laman (Ionospheric Pierce Point) satelit diatas penerima
University of Berne [7]. TECRX adalah besarnya TEC GISTM Pontianak dan Bandung dimana masing-masing
yang ditimbulkan dari bias penerima yaitu tunda L1/L2 garis biru dan merah adalah data dengan sudut elavasi
dan TECcal adalah TEC kalibrasi offset penerima. Hasil >35o untuk GISTM Pontianak dan Bandung. Sedangkan
persamaan (1) dikonversi untuk mendapatkan TEC tegak garis hitam adalah data dengan elavasi > 5o. Seleksi data
dengan menggunakan model pendekatan yang disebut dengan elevasi >35o merepresentasikan pengamatan
model lapisan tipis ionosfer yang menganggap ionosfer diatas stasiun GPS seperti ditunjukkan dalam gambar .1.
berada pada ketinggian 350 km [8].
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk melihat variasi musim bulanan adalah dengan
Induksi cuaca antariksa pada lapisan ionosfer di melihat peningkatan VTEC secara keseluruhan pada
karakteristikan dengan variasi kerapatan elektron dan bulan tertentu berbanding dengan bulan yang lain terkait
TEC ionosfer. Variasi TEC ionosfer menjelang aktivitas dengan faktor musim dan posisi matahari. Pola variasi
maksimum matahari periode 2011 dapat dilihat dari musim antara Pontianak dan Bandung juga
gambar 3 dan 4. Gambar 3 adalah untuk pengamatan di mempelihatkan kesamaan. Dari gambar 3 dan gambar 4
Pontinak dan gambar 4 untuk pengamatan di Bandung. nampak bahwa variasi musim VTEC tertinggi adalah
Kedua gambar tersebut menunjukkan variasi harian pada bulan-bulan equinox yaitu Maret dan September.
dalam waktu lokal yaitu median harian VTEC setiap Mekanisme peningkatan pada bulan equinox disebabkan
bulan (garis kontinu) dan deviasi standartnya (garis bar) posisi matahari yang tepat diatas equator selama bulan
dari Januari sampai Desember 2011. Variasi VTEC tersebut. Menurut Wu et al.[11,12] bawah pada saat
harian baik di Pontianak maupun Bandung tersebut elektrojet dalam arah timur yang dikaitkan
memperlihatkan pola yang sama dengan nilai minimum dengan medan listrik terjadi peningkatan. Sehingga pada
terjadi pada sekitar pukul 5 pagi dan perlahan naik bulan tersebut foto elektron melimpah terutama pada
seiring dengan proses peningkatan ionisasi yang daerah dengan medan listrik arah timur dan selanjutnya
dipengaruhi oleh aktivitas matahari menjelang siang dan efek air mancur juga akan terbentuk [13].
mencapai maksimum pada sekitar jam 13-14 waktu
lokal. Kemiripan pola ini disebabkan perbedaan Tabel 1. Perbandingan nilai atas dan bawah TEC tahun
meridian yang kecil dari kedua tempat terebut seperti 2011.
ditunjukkan dalam gambar 1. Namun demikian
Pontianak Bandung
walaupun terdapat kesamaan pola variasi, tetapi
berdasarkan Tabel 1, nilai VTEC Bandung lebih tinggi lower upper lower upper
Bulan bound bound bound bound SSN
sekitar 105TECu daripada VTEC Pontianak. Hal ini
disebabkan posisi Bandung lebih dekat dengan puncak Jan 1.04 35.57 6.16 57.44 18.8
anomaly equatorial. Feb 2.28 48.29 7.36 67.22 29.6
Mar 1.91 62.23 7.91 88.38 55.8
Apr 5.45 76.11 8.58 96.18 54.4
May 4.67 63.25 8.75 86.62 41.5
Jun 3.79 49.61 7.72 64.15 37.0
Jul 3.25 42.02 7.46 57.99 43.8
Agu 1.45 72.80 7.21 63.22 50.6
Sep 0.00 73.30 7.16 89.61 78.0
Okt 3.43 89.29 7.16 113.0 88.0
Nop 7.74 93.01 15.39 109.96 96.7
Des 5.05 78.17 15.14 102.93 73.0
C24-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
a b
C24-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Untuk melihat pengaruh kejadian sintilasi pada tanggal melebihi 0.5 yaitu saat terjadi CME 11 Maret 2012 maka
11 Maret 2012 pada akurasi posisi navigasi GPS, maka error posisi 2 kali lebih besar berbanding pada saat tidak
dilakukan perbandingan pada saat tidak terjadi sintilasi ada sintilasi. Error tersebut dapat lebih tinggi lagi
yaitu pada tanggal 6 Maret 2012 dengan menggunakan apabila menggunakan GPS frekuensi tunggal. Penelitian
data GPS BAKO (Cibinong) yang diambil dari laman ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan data pada
SOPAC (Scripps Orbit and Permanent Array Center) spasial yang lebih banyak sehigga dapat dibuat model
[17]. Gambar 9 adalah hasil analisi perbandingan posisi spasial baik model TEC maupun model sintilasi,
(meter) GPS BAKO Cibinong pada tanggal 6 Maret sehingga diharapkan dapat membantu pengguna GPS
2012 saat tidak terjadi sintilasi ionosfer (gambar a dan c) dalam antisipasi dampak cuaca antariksa terhadap sistim
dan saat terjadi sintilasi tanggal 11 Maret 2012 (gambar navigasi satelit umumnya.
b dan d). Kesalahan posisi mencapai 10 meter
(utara-selatan) saat terjadi sintilasi tanggal 11 maret REFERENCES
2012 (gambar 9 b,d). Sedangkan saat tidak ada sintilasi [1] Jakowski, N., Wehrenpfennig, A., Heise, S., and Stankov, S. M,
yaitu tanggal 6 Maret 2012 hanya 5 meter (gambar 9 a,c) Space weather effects in the ionosphere deduced from ground
and space based GPS measurements, in: Space weather effects
on communications and electric power distribution (Proc.
NATO Advanced Research Workshop on Effects of Space
Weather on Technology Infrastructure ESPRIT-2003, 2529
March 2003, Rhodes, Greece), 2003.
[2] Jakowski, N., Stankov, S. M., Klaehn, D., Schlueter, S., Noack,
T., Beniguel, Y., Rueffer, J., Rietdorf, A., Huck, B., and Daub,
C, Adverse space weather effects on precise positioning case
studies, in: Satellite Navigation User Equipment Technologies,
ESA-WPP239, Proc. Second ESA Workshop on Satellite
Navigation User Equipment Technologies NAVITEC 2004,
810 December 2004, ESTEC, The Netherlands, 758765,
2004.
[3] Makela, J. J., Kelley, M. C., Sojka, J. J., Pi, X. J., and Mannucci,
A. J, GPS normalization and preliminary modelling results of
total electron content during a midlatitude space weather event,
Radio Science, 36(2), 351361, 2001.
[4] Stankov, S. M, Ionosphere-plasmasphere system behaviour at
disturbed and extreme magnetic conditions. OSTC Final
Scientific Report, Royal Meteorological Institute of Belgium,
Gambar 10. Maping IPP lintasan satelit saat terjadi sintilasi pada Brussels,Belgium, 2002.
tanggal 11 Maret 2012 dari pengamatan di Pontianak dan [5] Skone, S. and Shrestha, S. M, Limitations in DGPS positioning
Bandung accuracies at low latitudes during solar maximum, Geophys.
Res. Lett., 29(10), 1439, doi:10.1029/2001GL013854, 2002.
Analasis ruang dari kejadian sintilasi tanggal 11 Maret [6] GSV 4004B. 2007. GPS Ionospheric Scintillation & TEC
Monitor (GISTM) Users Manual, (GSV GPS Silicon Valley).
2012 ditunjukkan pada gambar 10. Gambar 10 adalah [7] http:// www. aiub-download. unibe.ch/ CODE/P1C1.DCB),
lintasan satelit dari dua pengamatan yaitu Bandung dan [8] Klobuchar, J. Design and characteristics of the GPS ionospheric
Pontianak pada tanggal 11 Maret 2012. Dari gambar time-delay algorithm for single frequency users, in: Proceedings
nampak bahwa sintilasi kuat berada di daerah dekat of PLANS86 Position Location and Navigation Symposium,
Las Vegas, Nevada, p. 280286, 47 November.1986
puncak anomali equatorial. [9] Van Dierendonck A J, Klobuchar J & Quyen Hua, Ionospheric
Scintillation Monitoring Using Commercial Single Frequency
IV. KESIMPULAN C/A Code Receivers. Proceedings of ION GPS-93, Salt Lake
City,UT, September 1993
Badai matahari yang ditandai dengan kejadian flare [10] http://www.swpc.noaa.gov/SolarCycle/
dan juga CME menyebabkan perubahan cuaca antariksa [11] Wu, C.C., Fry, C.D., Liou, K., Tseng, C.L. Annual TEC
variation in the equatorial anomaly region during the solar
yang dapat menginduksi lapisan ionosfer. Lapisan minimum: September 1996August 1997. J. Atmos. Terr. Phys.
ionosfer yang terganggu akan berdampak pada sinyal 66, 199207. 2004
satelit. Tahun 2011 adalah fase moderat menjelang [12] Wu, C.C., Fry, C.D., Liou, K., Shan, Shao-Ju, Tseng, C.L.
Variation of ionospheric total electron content in Taiwan region
kenaikan aktivitas matahari fase 24. Analisi dalam
of the equatorial anomaly from 1994 to 2003. Adv. Space Res.
tulisan ini menunjukkan perubahan TEC dan sintilasi 41, 611616. 2008.
ionosfer dari pengamatan GISTM Bandung dan [13] Bhuyan, P.K., Borah, R.R. TEC derived from GPS network in
Pontianak. Pengamatan TEC dan sintilasi ionosfer yang India and comparison with the IRI. Adv. Space Res. 39,
830840, 2007.
disinergikan dengan informasi cuaca antariksa dapat [14] Birsa R., Essex E.A, Thomas R.M and Cervera M.A.
membantu pengguna satelit untuk mengetahui lebih awal Scintillation Response of Global Positioning System Signals
gangguan propagasi sinyal satelit. Hasil analisis during Storm Time Condition, proceedings of 4th Cooperative
Research Centre for Satellite Systems Conference, Rydges
menunjukkan bahwa kerapatan ionosfer tinggi pada
Capital Hill, Canberra, 12-15 February. 2002
puncak aktivitas matahari dan pada bulan-bulan equinox [15] http://wdc.kugi.kyoto-u.ac.jp/
dimana ionosfer di sekitar Bandung lebih tinggi [16] Alfonsi.L, Spogli. L ,Tong. J.R, De Franceschi. G, Romano.V,
berbanding Pontianak. Hasil investigasi dengan Bourdillon. A, Le Huy. M and Mitchell. C.N, GPS scintillation
and TEC gradients at equatorial latitudes in April 2006. Adv.
menggunakan GPS frekuensi ganda yaitu GPS BAKO Space Res. 47.17501757.2011
Cibinong pada saat terjadi sintilasi dengan indeks S4 [17] http://sopac.ucsd.edu/cgi-bin/dbDataBySite.cgi/
C24-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
I. PENDAHULUAN
Kegiatan pengamatan lapisan ionosfer yang dilakukan
oleh Pusat Sains Atmosfer LAPAN selama kurun waktu
30 tahun merupakan salah satu kegiatan inti, dimana
didalamnya mencakup pemenuhan kebutuhan data bagi
peneliti maupun kebutuhan informasi bagi masyarakat
umum. Secara tata kerja yang saat ini dilakukan, data
ionosfer harus melalui serangkaian proses seperti proses
pengambilan data mentah dari alat pengamatan ionosfer
(ionosonda), proses scaling, dan proses verifikasi. Setelah
melalui proses tersebut, data baru dapat dianggap valid
untuk kemudian disajikan untuk kepentingan penelitian. Gambar 1. Contoh tampilan ionogram
Saat ini kebutuhan data ionosfer meningkat dengan
tingkat urgensi yang cukup tinggi. Namun, para peneliti Saat ini LAPAN telah membangun 5 stasiun ionosonda
mengalami kesulitan mendapatkan data dengan cepat yang berlokasi di Kototabang, Pontianak, Tanjungsari,
disebabkan oleh belum adanya sistem penyimpanan data Pameungpeuk dan Biak. Stasiun ionosonda tersebut
yang terorganisir serta mudah diakses. Sejauh ini sistem beroperasi terus menerus selama 24 jam dengan interval
penyimpanan data dilakukan secara manual dimana data waktu pengamatan 15 menit sekali. Data hasil pengamatan
tersebut tersimpan dalam harddisk. Sistem penyimpanan dari masing masing stasiun yang berupa ionogram
tersebut memiliki kekurangan diantaranya kehilangan data dikirim melalui jaringan ftp (File Transfer Protocol) ke
akibat human error maupun virus, serta lamanya waktu Pusat Sains Antariksa yang berlokasi di Bandung.
pencarian data tertentu. Ionogram kemudian diolah dalam suatu proses yang
Dalam rangka optimalisasi kegiatan penelitian disebut scalling, yaitu proses pembacaan ionogram untuk
dilingkungan Pusat Sains Atmosfer, maka dikembangkan menghasilkan data numerik. Proses tersebut dilakukan
sebuah sistem penyimpanan data yaitu Bank Data Ionosfer oleh tim scaling (scaler) menggunakan 2 macam metoda,
Regional. Dengan sistem ini diharapkan para peneliti dapat yaitu metoda scalling dan pengkodean parameter ionosfer.
mengakses data dengan cepat dan akurat serta diperoleh Metoda scaling adalah suatu metoda pembacaan
informasi (history) pengunduh maupun pengunggah data. ionogram untuk memperoleh parameter berupa fmin, foE,
hE, foes, fbEs, hEs, tipe Es, foF1, hF, foF2, hF2 dan
II. DATA IONOSFER M(3000)F2. Namun, pada umumnya sesuai kebutuhan
Data ionosfer diperoleh mengunakan alat pengamat peneliti parameter yang di-scaling hanya sebanyak 11
yang disebut ionosonda. Ionosonda merupakan alat parameter yaitu : fmin, foE, hE, foes, fbEs, hEs, foF1,
pengamat ionosfer yang terdiri dari pemancar dan hF, foF2, hF2 dan fxF1.
penerima dengan rentang frekuensi pancar dari 1 22,3
MHz. Sifat ionosfer yang memantulkan gelombang radio,
C25-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Metoda pengkodean parameter ionosfer adalah suatu tabel tersebut disajikan informasi salah satu parameter data
metode penjelasan ionogram yang merepresentasikan ionosfer berupa nilai foF2 untuk setiap waktu pengamatan
kondisi ionosfer. Metode ini memiliki dua macam kode dari stasiun Tanjungsari.
yaitu Qualifying Letter (QL) dan Descriptive Letter (DL). Dibagian atas tabel menampillan informasi nama
Tabel 1. Tabel Pengamatan foF2 di Stasiun Ionosonda Tanjungsari
DATA IONOSFER 2010
Stasiun : Tanjungsari Parameter : foF2
Koordinat Geografis : 6,91 LS; 107,83 BT H: UT+7 Bulan : APRIL
D/H 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
ND JR
1
5.26 4.80 4.94 4.41 4.20 2.54 3.81 7.11 8.36 10.65 13.75 12.61 12.66 12.71 13.20 13.66 13.44 11.46 9.39 9.15 7.15 6.86 6.85
JR JR
2
6.85 8.34 4.30 4.36 2.99 2.71 4.41 6.29 7.31 9.04 10.44 11.09 12.85 13.45 14.50 15.21 14.41 13.56 12.34 8.49 5.90 5.29 4.56 4.26
JR JR
3
4.89 5.75 3.64 3.45 2.80 2.56 3.65 5.90 7.39 8.45 9.30 10.71 12.54 13.50 13.76 13.40 13.45 12.89 11.50 11.46 10.96 9.35 8.34 6.84
JR JS
4
7.54 8.44 3.66 3.34 3.44 3.39 4.66 6.96 7.60 9.01 9.91 10.64 11.99 13.26 13.86 14.91 14.61 13.14 10.99 10.29 9.01 7.11 5.45 4.99
B B A
5
4.95 4.46 3.09 4.14 6.56 7.09 8.54 10.85 11.10 11.51 13.70 14.41 13.89 13.66 13.34 10.85 9.49 12.34 7.16 5.21 4.74
QL merupakan penjelasan nilai parameter hasil scaling, stasiun, koordinat geografis stasiun, parameter yang
sedangkan DL menjelaskan gejala fisisnya. Kode untuk ditampilan dan bulan serta tahun pengamatan. Pada bagian
QL menggunakan simbol huruf-huruf : A-D-E-I- tabel terlihat deretan baris atas yaitu informasi waktu/jam
J-M-O-T-U-X dan kode untuk DL menggunakan simbol pengamatan, sedangkan kolom kiri berupa informasi
huruf-huruf : tanggal pengamatan. Setiap cell berisikan informasi nilai
A-B-C-D-E-F-G-H-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-V-W- X-Y parameter dan QL/DL. Apabila ingin mengetahui data nilai
dan Z. foF2 pada jam09.00 tanggal 2 maka dapat dilihat pada
baris 10 dan kolom 3.
III. SISTEM INFORMASI BANK DATA IONOSFER REGIONAL Selain hasil yang berupa tabel numerik, sistem bank
INDONESIA data ionosfer regional Indonesia juga menghasilkan
Konsep bank data ionosfer regional Indonesia dibuat informasi berupa grafik agar dapat mempermudah analisa
agar seluruh data ionosfer yang sudah terverifikasi dapat visualisasi secara cepat (quick look) kondisi ionosfer yang
didokumentasikan dengan baik, mudah diakses serta diinginkan. Contoh salah satu grafik yang dihasilkan pada
informatif bagi pengguna. sistem bank data ionosfer regional Indonesia disajikan
pada Gambar 3.
C25-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V. KESIMPULAN
Sistem informasi bank data ionosfer regional Indonesia
telah dibangun. Sistem ini menghasilkan informasi berupa
Gambar 4. Grafik pengamatan ionosfer selama satu bulan data ionosfer 11 parameter dalam bentuk tabel dan grafik.
di atas stasiun ionosonda Biak. Salah satu manfaat dari sistem ini adalah untuk
mendukung komunikasi radio HF. Selain itu dengan
Dengan memanfaatkan informasi yang diperoleh dari adanya bank data ionosfer regional Indonesia ini,
grafik satu bulan pengamatan nilai foF2 dan fmin, konsep dokumentasi hasil pengamatan ionosfer dapat tersimpan
manajemen frekuensi untuk mengetahui frekuensi kerja dengan baik dan terorganisir sehingga mempermudah
yang dominan dipakai setiap waktu dapat diperoleh [3]. proses pencarian data tertentu yang diperlukan.
Dengan melihat frekunesi pada rentang fmin dan foF2 Sistem ini masih mempunyai potensi untuk dapat
setiap waktu maka nilai frekuensi kerja suatu sirkit dikembangkan baik itu untuk jenis data penelitian ionosfer
komunikai radio HF yang dapat digunakan setiap waktu lainnya (TEC, sintilasi, dan lain-lain). Selain itu sistem ini
dapat diperoleh. Sebagai contoh pada Gambar 4. Terlihat direncanakan agar dapat diakses untuk kepentingan umum.
bahwa frekuensi yang dominan dipakai setiap waktu Sehingga dapat mendukung penelitian ionosfer regional
adalah frekuensi 4 - 6 MHz. Informasi ini dapat digunakan yang luas bagi masyarakat umum.
sebagai rujukan pemilihan frekuensi kerja yang hendak
digunakan pada komunikasi radio. REFERENSI
Salah satu contoh kemasan hasil dari sistem informasi [1] Pusat Sains Antariksa, 2011, Buletin Data Ionosfer Regional
data ionosfer regional indonesia disajikan dalam bentuk Indonesia, Edisi: Januari Maret 2010.
[2] Dear V., 2009, Pengaruh Perubahan ketinggian (h) dan Frekuensi
bulletin seperti dipelihatkan pada Gambar 5. Hal ini Kritis Lapisan Ionosfer (fo) terhadap besarnya Frekuensi Kerja
sebagai cara memberikan informasi dalam bentuk media Maksimum (MUF) Sirkit Komunikasi Radio HF, Prosiding
cetak serta antisipasi backup data apabila terjadi kerusakan Seminar Sains Antariksa IV, April 2009. ISBN :
978-979-1458-23-8.
atau kehilangan data pada media penyimpanan (data base) [3] Suhartini S., 2006, Prediksi dan Manajemen Frekuensi Komunikasi
sistem informasi data ionosfer regional Indonesia. Radio HF, Publikasi Ilmiah LAPAN, ISBN 978-979-1458-0099.
[4] Pusat Sains Antariksa, 2011, Buletin Data Ionosfer Regional
Indonesia, Edisi: April Juni 2010.
[5] Hengky A. M., 2005. Membuat Aplikasi Sistem Inventory dengan
Visual Basic.Net 2005 dan SQL Server 2005.
[6] W.R. Piggot and K. Rawer, U.R.S.I. Handbook of Ionogram
Interpretation and Reduction, Second Edition, November 1972
C25-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C26-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
yang menggunakan frekuensi di sisi bawah rentang HF II. AKTIVITAS MATAHARI DAN KONDISI
terputus yang dikenal dengan istilah SWF (short wave IONOSFER
fade-out) (Mc Namara, 1991, Cohen,N. Dan Prakiraan siklus matahari ke 24 ditunjukkan dalam
Davies,K.,1994, Martiningrum dkk, 20009). Gambar 1. Tahun 2009 adalah awal siklus matahari ke
Beberapa flare berenergi tinggi juga 24 dan diperkirakan puncak siklus matahari akan terjadi
melontarkan aliran proton yang akan mencapai bumi pada 2013.
bila arahnya sesuai. Dalam perjalanannya menuju bumi,
proton dapat menimbulkan kerusakan berat pada satelit
yang tidak dilindungi atau astronaut, karena kecepatan
rambatnya sekitar 0.8 kali kecepatan cahaya, atau
sekitar 2.5 x 108 meter/detik, sehingga kemampuan
penembusannya tinggi. Aliran proton dapat sampai di
bumi sekitar 10 menit sampai beberapa hari setelah awal
flare, tergantung berapa besar flare dan posisi matahari.
Karena merupakan partikel bermuatan, proton tidak
dapat memotong garis gaya medan magnet bumi, tetapi
harus berputar mengelilinginya. Ini berarti proton yang
mengarah ke ekuator bumi tidak dapat menembus
langsung ke ionosfer, dan ionosfer di daerah ekuator
terhindar dari dampak pengrusaknya. Di daerah dekat
kutub, ketika proton masuk ke daerah D, dia akan Gambar 1. Prakiraan siklus aktivitas matahari ke 24 (diambil dari
menyebabkan peningkatan kerapatan elektron sangat http://science.nasa.gov/science-news/
tinggi. Seperti telah diketahui, peningkatan kerapatan science-at-nasa/2009/29may_noaaprediction/)
elektron di daerah D akan meningkatkan absorpsi.
Dalam hal ionisasi oleh solar proton, absorpsi sangat Dari Gambar 1. dapat dilihat bahwa tahun 2010 - 2012
kuat tetapi hanya terjadi di daerah kutub atau sampai berada pada fase naik aktivitas matahari. Meningkatnya
sekitar 20 dari kutub. Kejadian ini diketahui sebagai aktivitas matahari ditandai dengan kemunculan bintik
PCA atau polar cap absorption, kadang-kadang disebut matahari (sunspot) dan terjadinya flare tipe besar.
polar black out (Suhartini, 2009). Bilangan sunspot biasa digunakan sebagai indikator
Efek ketiga dari flare matahari besar pada tingkat aktivitas matahari. Flare diklasifikasikan
ionosfer dan komunikasi HF, yang dalam banyak kasus menurut fluks sinar x yang dipancarkannya, menjadi
lebih besar dibandingkan SWF dan PCA adalah badai kelas B, C, M, dan X, dengan angka (1-9) di
ionosfer. Ketika terjadi badai, ionosfer berubah, suatu belakangnya yang menyatakan besarnya. Pada
saat sangat besar, terutama pada frekuensi kritis lapisan umumnya flare dengan kelas M5.0 ke atas dianggap
F2. Sebagai konsekuensi langsung dari badai ionosfer, sebagai flare besar. Bilangan sunspot, banyaknya flare
kondisi propagasi HF juga berubah, yang berdampak kelas M5,0, dan banyaknya flare kelas M5,0 yang
pada komunikasi HF. Badai ionosfer terjadi ketika awan terjadi siang hari di wilayah Indonesia bagian barat pada
plasma yang dilontarkan dari flare mencapai bumi. Ini siklus ke 23 dan awal siklus ke 24 ditunjukkan dalam
biasanya terjadi hanya pada flare besar, berenergi tinggi Gambar 2.
yang berada di dekat pusat permukaan matahari seperti 140
yang terlihat dari bumi. Ketika awan plasma mencapai 120
bumi, dia akan merubah medan listrik di tempat ionosfer 100
Jumlah
C26-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Tabel 1. Kejadian flare besar tahun 2010 sampai Maret 2012 sesuai frekuensi komunikasi HF. Informasi yang diberikan
urutan kelas terbesar sampai terkecil.
dalam prediksi frekuensi untuk satu sirkit komunikasi
adalah batas atas (MUF: maximum usable frequency),
Kelas Jam (UT) Tanggal
batas bawah (LUF : lowest usable frequency) dan
X6.9 07:48 08:08 9 Agustus2011
frekuensi optimal (OWF : optimum working frequency)
X5.4 00:04 03:40 7 Maret 2012
untuk berkomunikasi selama bulan tertentu. Gambar 4
X2.2 01:44 02:06 15 Februari 2011
menunjukkan perbandingan hasil prediksi frekuensi
X2.1 22:12 22:24 6 September 2011
untuk komunikasi antara Jakarta dengan Makassar bulan
X1.9 20:16 20:32 3 November 2011
Juni tahun 2009 dan 2012.
X1.9 09:21 09:48 24 September 2011
X1.8 22:32 22:44 7 September 2011
X1.7 18:10 20:30 27 Januari 2012 25
X1.5 23:13 23:29 9 Maret 2011 20
Frekuensi (MHz)
X1.4 10:29 11:44 22 September 2011
15
M9.3 03:41 04:04 4 Agustus 2011
M9.3 02:04 02:12 30 Juli 2011 10
M8.7 02:50 05:50 23 Januari 2012
5
M8.5 17:20 20:04 10 Maret 2012
M7.9 17:18 20:02 13 Maret 2012 0
M7.1 12:33 14:10 24 September 2011 2009 6:00 12:0018:00 2012 6:00 12:0018:00
M6.7 15:32 15:52 8 September 2011 Waktu (WIB)
M6.6 09:55 10:15 13 Februari 2011 MUF OWF LUF
M6.4 02:20 02:39 7 Februari 2010
M6.3 03:23 05:40 9 Maret 2012 Gambar 4. Prediksi frekuensi Jakarta Makassar bulan Juni tahun
2009 dan 2012.
M6.0 13:17 14:10 3 Agustus 2011
M5.8 20:29 20:42 24 September 2011
Selain meningkatnya frekuensi yang dapat
M5.3 01:35 02:05 6 September 2011
digunakan untuk komunikasi, aktivitas matahari tinggi
M5.3 10:35 10:55 8 Maret 2011
juga menimbulkan banyak gangguan pada komunikasi
radio. Flare besar akan berdampak langsung pada
Seiring dengan meningkatnya aktivitas matahari,
komunikasi HF di belahan bumi yang pada saat kejadian
ionosfer juga mengalami peningkatan kerapatan
flare sedang siang hari. Flare besar pertama pada awal
elektron. Gambar 3 menunjukkan variasi median
siklus ke 24 yang berdampak pada komunikasi radio di
bulanan foF2 (frekuensi kritis lapisan F2) jam 12:00
wilayah Indonesia terjadi pada tanggal 15 Februari 2011
WIB di Loka Pengamatan Dirgantara Sumedang (6,54
jam 01:44 02:06 UT (8:44-09:06 WIB). Gambar 5
LS, 107,55 BT) dan bilangan sunspot tahun 1998
menunjukkan frekuensi minimum (fmin), foF2 di
sampai dengan 2011.
Sumedang, dan persentase keberhasilan pengiriman data
dari Pameungpeuk (7,3 LS, 107,96 BT) ke Bandung
18 200 pada saat kejadian tersebut.
16
150 15 150%
foF2 (MHz)
14
Frekuensi (MHz)
12 100
10 100%
10
50
8 5 50%
6 0
98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11
0 0%
Tahun 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00
foF2 jam 12:00 Bil Sunspot
fmin Jam (WIB)
Gambar 3. Variasi median bulanan foF2 jam 12:00 di Sumedang dan foF2
bilangan sunspot. Flare
% Data Pmk-Bdg 7,2 MHz
III. FREKUENSI KOMUNIKASI HF DAN GANGGUAN Gambar 5. Fmin, foF2, dan persentase keberhasilan pengiriman data
KARENA AKTIVITAS MATAHARI dari Pameungpeuk ke Bandung pada kejadian flare tanggal 15
Februari 2011.
Frekuensi maksimum yang dapat digunakan untuk
komunikasi radio HF pada satu sirkit tertentu sangat IV. PEMBAHASAN
tergantung pada kondisi ionosfer ketika komunikasi
Tahun 2009 yang merupakan awal siklus
dilakukan. Semakin tinggi foF2, semakin tinggi pula matahari ke 24, ditandai dengan mulai teramatinya
frekuensi yang dapat digunakan. Sebagai panduan bintik matahari (sunspot). Meningkatnya aktivitas
frekuensi yang dapat digunakan untuk komunikasi pada matahari meningkatkan juga intensitas radiasi yang
jam dan bulan tertentu biasa digunakan prediksi dipancarkan, dan selanjutnya meningkatkan ionisasi di
C26-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
lapisan ionosfer, sehingga kerapatan elektronnya juga tinggi membutuhkan waktu sekitar 1-2 hari. Ketika
meningkat. Gelombang radio dapat dikembalikan ke sampai di dekat permukaan bumi, sinar X akan
bumi apabila frekuensinya sama dengan frekuensi menembus sampai di lapisan D ionosfer (ketinggian
plasma ionosfer. Hubungan antara frekuensi plasma sekitar 60 km dari permukaan bumi) dan akan
ionosfer dengan kerapatan elektronnya dinyatakan meningkatkan ionisasi di daerah tersebut. Peningkatan
dengan : ionisasi di lapisan D akan meningkatkan penyerapan
fp = 9 10-6 Ne (1) energi gelombang radio HF yang melewatinya, terutama
pada frekuensi rendah, sehingga komunikasi radio dapat
fp dalam MHz dan Ne dalam elektron/m3. terganggu. Peningkatan absorpsi teramati sebagai
Frekuensi maksimum yang dapat dikembalikan oleh
peningkatan frekuensi minimum (fmin) pada data hasil
suatu lapisan ionosfer dinamakan frekuensi kritis
pengamatan ionosfer. Pada kondisi gangguan yang lebih
lapisan tersebut. Dari Gambar 3 dapat dilihat variasi
parah, peningkatan absorpsi menjadi sangat besar
nilai foF2 di Loka Pengamat Dirgantara Sumedang
sehingga seluruh gelombang radio HF yang melewati
mengikuti variasi aktivitas matahari yang dinyatakan
lapisan D akan terserap sehingga komunikasi terputus.
dengan bilangan sunspot. Median bulanan foF2 jam
Keadaan ini disebut SWF (short wave fade-out) atau
12:00 yang berkisar antara 8 10 MHz pada tahun
black-out. Dalam kejadian flare kelas X2.2 pada
2008-2009 meningkat menjadi 12-14 MHz pada tahun
tanggal 15 Februari 2011, fluks sinar X (~ 10-4 Watt/m2)
2011-awal 2012. Nilai ini akan terus meningkat seiring
meningkat 10 kali dibandingkan kondisi sebelum atau
dengan semakin meningkatnya aktivitas matahari.
sesudahnya (~ 10-5 Watt/m2). Flare tersebut telah
Dalam komunikasi radio HF, batas atas frekuensi
menyebabkan putusnya komunikasi radio HF di wilayah
yang dapat digunakan tergantung pada jarak komunikasi
Indonesia pada tanggal tersebut antara jam 9:0010:00,
dan frekuensi kritis lapisan pemantulnya, sedangkan
hanya 12 menit setelah kejadian flare. Gambar 5
batas bawahnya tergantung pada tingkat penyerapan
menunjukkan frekuensi minimum (fmin) dan frekuensi
energi gelombang radio oleh lapisan D ionosfer. Batas
kritis lapisan F2 (foF2) ionosfer di Sumedang tidak
atas dan bawah ini biasa diberikan dalam prediksi
teramati antara jam 9:00 10:00. Pengiriman data dari
frekuensi komunikasi radio HF. Gambar 4 adalah plot
Pameungpeuk ke Bandung yang dilakukan secara rutin
hasil prediksi frekuensi untuk komunikasi antara Jakarta
menggunakan frekuensi 7,200 MHz juga mengalami
dengan Makassar pada bulan Juni tahun 2009 dan 2012.
kegagalan pada saat itu. Tidak ada data yang berhasil
Dapat dilihat bahwa pada saat aktivitas matahari
diterima di Bandung pada saat tersebut (keberhasilan
minimum (tahun 2009) frekuensi tertinggi yang dapat
pengiriman data =0%).
digunakan pada siang hari sekitar 16 MHz, sedangkan
Dampak tertunda berupa badai ionosfer tidak teramati
pada bulan yang sama pada tahun 2012, dimana pada kejadian flare tanggal 15 Februari 2011, namun
aktivitas matahari lebih tinggi, frekuensi tertingginya Suhartini (1999) menunjukkan bahwa flare tanggal 21
juga meningkat menjadi sekitar 22 MHz. dan 25 Agustus 1998 menyebabkan menurunnya foF2 di
Banyaknya bintik matahari yang dinyatakan dengan Tanjungsari sebesar 25%, sedangkan Jiyo dkk (2005)
bilangan sunspot semakin meningkat menjelang puncak menyatakan bahwa badai antariksa pada tanggal 28 dan
aktivitas matahari yang diperkirakan akan terjadi pada 30 Oktober 2003 menyebabkan terjadinya badai
tahun 2013. Sunspot diyakini merupakan penampakan magnetik dan badai ionosfer negatif di Tanjungsari
dari garis medan magnet di permukaan matahari, yang pada tanggal 30 dan 31 Oktober 2003 yang diikuti badai
merupakan sumber ledakan di matahari yang disebut positif tanggal 1 dan 2 November 2003. Dampaknya
flare. Flare besar (kelas M5.0 ke atas) pada umumnya terhadap komunikasi radio adalah terjadinya black-out
berdampak signifikan pada karakteristik ionosfer di pada sirkit komunikasi Songkhla-Sumedang pada
daerah yang pada saat kejadian flare sedang siang hari. tanggal 30 Oktober 2003 sebanyak dua kali, pada pagi
Bilangan sunspot dan banyaknya flare pada siklus dan siang hari. 13 kejadian flare besar berturut-turut
aktivitas matahari ke 23 dan awal siklus ke 24 yang terjadi antara tanggal 5 sampai 15 April 2001 yang
ditunjukkan dalam Gambar 2. Jumlah kejadian flare diteliti oleh Suhartini (2009) menunjukkan dampak
besar pada periode puncak aktivitas matahari siklus ke langsung berupa peningkatan frekuensi minimum
23 mencapai 51 pada tahun 2001, dan 22 diantaranya sebesar sekitar 10 MHz pada sirkit komunikasi antara
Songkhla (Thailand) dengan Sumedang (Jawa Barat),
terjadi pada saat wilayah Indonesia sedang siang hari,
dan dampak tertunda berupa penurunan frekuensi
sementara Tabel 1 menunjukkan bahwa sejak tahun
maksimum lapisan F2 di Sumedang selama beberapa
2010 sampai Maret 2012 telah terjadi 24 kali flare besar,
jam sebesar lebih dari 5 MHz. Peningkatan frekuensi
dimana 12 kali diantaranya juga terjadi siang hari di minimum lapisan ionosfer akan mengakibatkan
wilayah Indonesia. Hal ini dapat memberikan gambaran gagalnya komunikasi radio HF yang menggunakan
potensi gangguan komunikasi HF yang telah dan akan frekuensi pada sisi bawah rentang HF, sedangkan
terjadi karena peningkatan aktivitas matahari. Ketika penurunan frekuensi maksimum lapisan F2 berdampak
terjadi flare, matahari melepaskan partikel berenergi pada gagalnya komunikasi yang menggunakan
tinggi dan memancarkan gelombang elektromagnetik frekuensi pada sisi atas rentang HF.
seperti sinar X dan sinar . Radiasi gelombang
elektromagnetik ini dapat mencapai bumi hanya dalam
waktu sekitar 8 menit, sedangkan partikel berenergi
C26-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C26-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstract Wireless Mesh Network (WMN) is a trusted layanan (QoS) yang diberikan pada user. QoS tersebut
wireless network technologies evolve in the future. WMN meliputi throughput, delay, MOS dan jumlah paket
is a system that is self-configuring, where the wireless OLSR. WMN diharapkan mampu memberikan QoS
router can join the wireless mesh network that already yang baik terhadap layanan interaktif web video
exists so that the newly merged mesh router can forward conferencing.
packets of data transmitted. WMN has advantages such as
ease of installation, automatic connections between nodes,
self-healing. In this paper, carried out the type of WMN II. DASAR TEORI
testbed infrastructure BSS infrastructure mode and adhoc A. Wireless Mesh Network
mode using a routing protocol Optimized Link State
Routing (OLSR). Tests conducted for indoor scenarios by Pengembangan WMN berangkat dari konsep
generating web video conferencing services. Service QoS Ad-Hoc pada WLAN. Hal ini dikarenakan topologi
parameters include throughput and delay. The analysis yang ada dalam sebuah jaringan Ad-Hoc dimana setiap
showed that the performance of QoS in infrastructure BSS wireless station akan terhubung langsung satu dengan
mode compares favorably with adhoc mode. lainnya. Topologi yang digunakan dalam Ad-Hoc
adalah topologi mesh, yakni setiap node memiliki vertex
Index Terms Wireless Mesh Network, OLSR, Web ke setiap node lainnya. WMN merupakan salah satu
Conference Service, Quality of Service
aplikasi dari Mesh Networking, selain Mobile Ad-Hoc
Network (MANET) dan Wireless Sensor Networks
I. PENDAHULUAN
(WSN). Node pada WMN dapat berupa mesh router
C27-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
MESH CLIENT
C. Karakteristik WMN
Wireless mesh network memiliki beberapa
karakteristik umum, diantaranya adalah:
1. Multi-hops Gambar 4. (kiri) pure flooding dan (kanan) MPR flooding
C27-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C27-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C27-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
39.5 0.895
0.890
39.0
0.885
38.5
0.880
38.0
Delay (ms)
NRZ
0.875
37.5
0.870
37.0
0.865
36.5
0.860
36.0
0.855
35.5
5 10 15 20 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Infrastructure BSS 36.9 37.2 37.7 38.9 Gambar 11. Grafik NRL
Gambar 9. Grafik pengaruh jarak terhadap delay
790
780
770
V. KESIMPULAN
760 Dari evaluasi test bed jaringan WMN tipe
750
740
infrastructure dengan protokol routing OLSR untuk
730 layanan web conference dapat diambil kesimpulan
720 bahwa pengujian semakin banyak mesh router yang
710
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
bergabung dalam jaringan WMN Core maka semakin
lama waktu yang dibutuhkan untuk self-orginizing
Pengambilan Data
maupun self healing. Semakin banyak jumlah mesh
Gambar 10. Grafik Routing Overhead router, jumlah paket OLSR yang beredar di dalam
jaringan juga semakin bertambah.
Normalized Routing Load (NRL) merupakan Jarak client dengan MR/AP berpengaruh terhadap
jumlah routing paket yang ditransmisikan per paket data QoS layanan Web Conference, di mana semakin jauh
ke tujuan. Setiap hop dalam mentrasmisikan sebuah jarak antara client-MR/AP, semakin turun throughput
routing, dihitung sebagai satu transmisi. NRL adalah layanan dan semakin besar delay-nya. Untuk mode
jumlah dari semua paket kontrol yang dikirim oleh infrastructure BSS memiliki performansi yang lebih
semua node dalam jaringan untuk menemukan dan baik dibandingkan mode adhoc.
mempertahankan rute [6].
..(2)
C27-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C27-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C28-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(5) (10)
C28-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
(11
B Metode Analisis
Model peramalan yang digunakan meliputi model
(12)
Trend Analysis dan Regresi Polinomial, model Double
Moving Average serta model Double Exponential
Keterangan :
Smoothing. Alasan pemilihan metode ini adalah pola
= Standar deviasi data intensitas trafik yang diolah mengikuti pola data
n = Banyaknya jumlah data harian trend. Dari Gambar 2 terlihat bahwa untuk pola data
trend, sangat cocok jika menggunakan metode double
III. METODOLOGI moving average dan double exponential smoothing
Pada penelitian ini akan dilakukan peramalan
intensitas trafik dengan menggunakan dynamic
forecasting, dimana tujuan dari peramalan ini adalah
untuk membantu provider mengetahui kebutuhan
jaringan di masa yang akan datang.
A.Data Trafik
Data trafik yang akan diolah merupakan data trafik
voice dan video yang di ambil dari salah satu provider
GSM di wilayah Jawa Timur. Data trafik ini diperoleh
dari 8 RNC yang berbeda yaitu RNJBRO01, RNKED01,
RNMDU01, RNMLG01, RNPBO01, RNSBY01,
RNSBY02, dan RNSBY03 yang terdiri dari 38 Gambar 2. Kaitan Pola Data dengan Metode Peramalan [5]
kabupaten yang berbeda. RNJBRO01 terdiri dari
wilayah Banyuwangi, Bondowoso, Jember dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Lumajang. RNKED01 terdiri dari wilayah Jombang, Pada penelitian ini, akan ditampilkan 3 contoh kota
Kediri, kodya Kediri, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, dan yang memiliki karakteristik trafik yang berbeda, dimana
Tulung Agung. RNMDU01 terdiri dari wilayah kodya karakteristik trafik ini mewakili karakteristik 38
Madiun, Madiun, Magetan, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, kabupaten yang ada.
Ponorogo, dan Trenggalek. RNMLG01 terdiri dari
wilayah Blitar, kota Batu, kota Blitar, kota Malang, dan
Malang. RNPBO01 terdiri dari kota Probolinggo,
Probolinggo, dan Situbondo. RNSBY01 terdiri dari
wilayah Gresik, Jombang, kota Mojekerto, kota
Pasuruan, Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo dan Surabaya.
RNSBY02 terdiri dari Bangkalan, Bojonegoro, Gresik,
Lamongan, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Surabaya,
dan Tuban. RNSBY03 terdiri dari Bangkalan dan
Tuban. Dan tabel diatas merupakan data trafik harian
yang di ambil tiap harinya, hingga menjadi data trafik
bulanan.
Gambar 1 merupakan contoh dari data trafik yang
digunakan dalam software pembuatan prediksi intensitas
C28-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Kabupaten Pasuruan
Dari Tabel 2 bisa dilihat bahwa dengan menggunakan
Tabel 1. Perbandingan prediksi trafik suara kota Pasuruan model double exponential smoothing simpangan error
yang dihasilkan tidak terlalu besar, yaitu berkisar antara
9-17%. Hal ini terjadi karena data hasil peramalan tidak
jauh berbeda dengan data asli.
Kabupaten Malang
Tabel 3. Perbandingan prediksi trafik suara kota Malang
C28-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
V. KESIMPULAN
Referensi
[1] Ahmad Soleh Afif, GSM, GPRS, CDMA, 3G,
4G, HSDPA, EDGE dan DIAL UP, Fakultas
Komputer Universitas Subang, 2009.
[2] Alda Raharja, Penerapan Metode Exponential
Smoothing untuk Peramalan Penggunaan
Waktu Telepon di PT. Telkomsel DIVRE3
Gambar 5. Prediksi trafik video kota Magetan Surabaya, Fakultas Teknologi Informasi ITS,
2007.
Dari Tabel 5 terlihat jelas bahwa nilai MSE yang paling [3] Ali Warga, Analisa Runtun Waktu Teori dan
kecil adalah pemodelan double moving average. Trafik Aplikasi, BPFE Yogyakarta, 1985.
video memiliki pola data yang lebih beragam, untuk [4] Makridakis, Wheelwright, McGee. Metode
kabupaten Magetan ini, data trafik videonya mempunyai dan Aplikasi Peramalan, Binarupa Aksara
pola yaitu hampir ditiap bulannya besarnya nilai trafik Jakarta, 1999.
video memiliki kecenderungan meningkat. Dimana naik [5] J.E. Hanke, A.G. Reitsch, Bussiness
turunnya trafik memiliki nilai yang tidak terlalu jauh Forecasting, Prentice Hall, 2001.
berbeda. Simpangan Error yang dihasilkan bisa dilihat
pada Tabel 6
C28-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstraks- Teknologi nirkabel merupakan teknologi mengemas paket data MPEG-2 melalui media
yang sudah umum dipakai dalam berbagai aplikasi. transmisi yang berbeda-beda termasuk satelit,
Salah satu aplikasi yang sedang dalam tren dan kabel, maupun terestrial.
pengembangan secara periodik adalah teknologi Dalam proses transmisi data inilah
Broadcasting. Permasalahan kemudian muncul akibat kemudian digunakan teknologi Orthogonal
terbatasnya frekuensi, disebabkan pembatasan
Frequency Division Multiplexing (OFDM). OFDM
regulasi oleh pemerintahan tiap negara. Untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu diciptakan adalah sebuah teknik transmisi dengan banyak
teknologi yang memerlukan bandwidth kecil akan frekuensi (multicarrier) dan menggunakan Discrete
tetapi dapat menampung content yang cukup besar. Fourier Transformation (DFT). OFDM membagi
Salah satu aplikasinya adalah aplikasi Digital video aliran data (data stream) yang besar menjadi
broadcasting (DVB). Salah satu parameter yang beberapa aliran data paralel yang lebih kecil.
membuat DVB lebih unggul dibandingkan Perbedaan dengan FDMA konvensional OFDM
broadcaster analog adalah adanya implementasi mampu menghemat sampai dengan 50% frekuensi.
teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing Hal ini dimungkinkan karena OFDM menggunakan
(OFDM) didalam aplikasinya. Dengan implementasi
OFDM, maka bandwidth yang diperlukan akan lebih
sinyal orthogonal yang memungkinkan tidak
efisien. terjadinya sinyal interferensi.
Kata Kunci : Bandwidth, DVB, OFDM Permasalahan kemudian timbul bahwa
teknologi ini tidak 100% unggul tanpa kelemahan.
Kelemahan mendasar dari teknologi OFDM ini
adalah terjadinya frequency offset. Sistem ini sangat
I. PENDAHULUAN sensitif terhadap carrier frequency offset yang
disebabkan oleh jitter pada gelombang pembawa
(carrier wave) dan juga terhadap efek Doppler yang
Digital Video Broadcasting (DVB) merupakan
disebabkan oleh pergerakan baik oleh stasiun
teknologi transmisi multimedia yang menggunakan
pengirim maupun stasiun penerima. Yang kedua
modulasi digital. Teknologi ini mulai
adalah distorsi nonlinear. Teknologi OFDM adalah
dikembangkan berawal pada tahun 1993 bersamaan
sebuah sistem modulasi yang menggunakan multi-
dengan dibentuknya DVB Project yang
frekuensi dan multi-amplitudo, sehingga sistem ini
beranggotakan sekitar 250 institusi yang berasal
mudah terkontaminasi oleh distorsi tak linear yang
dari 30-an negara dan terdiri dari broadcaster,
terjadi pada amplifier dari daya transmisi. Dan yang
manufaktur, operator jaringan, badan regulasi, dan
terakhir adalah masalah sinkronisasi pada OFDM
institusi akademik. Project DVB tidak menjalankan
adalah sulit. Hal ini dikarenakan pada stasiun
fungsi sebagai regulator melainkan bekerja
penerima harus melakukan titik awal (start point)
berdasarkan aspek bisnis dan komersial [1].
untuk memulai operasi Fast Fourier Transform
Salah satu keunggulan mendasar yang dimiliki
(FFT) [7].
standar DVB ini adalah pemilihan MPEG sebagai
data containers. Dengan konsepsi tersebut maka
transmisi informasi digital dapat dilakukan secara
fleksibel tanpa perlu memberikan batasan jenis II. TINJAUAN PUSTAKA
informasi apa yang akan disimpan dalam data
container tersebut [3]. Pemilihan MPEG-2 untuk A. Pengertian DVB
sistem koding dan kompresi dilakukan karena Digital Video Broadcasting (DVB)
terbukti bahwa MPEG-2 mampu memberikan merupakan salah satu proyek Digital Television
kualitas yang baik sesuai dengan sumber daya yang (DTV) yang dikembangkan oleh DVB Project,
tersedia. Dari sudut pandang komersial, sebuah industri konsorsium dengan lebih dari 250
pengadopsian MPEG-2 sangat menguntungkan anggota dan di publikasikan oleh Joint Technical
karena memungkinkan DVB untuk berkonsentrasi Committee (JTC) of European Telecommunications
pada upayanya dalam menemukan cara untuk Standards Institute (ETSI) dan European
C29-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Data
Channel
coding/
Symbol
mapping
OFDM
modulation
Guard
interval/ DAC
I/Q-modulation RF
and up Bandwidth untuk jumlah subcarrier masing masing
interleaving (modulation) (IDFT) windowing conversion s RF (t )
source
N complex data
transmitted
baseband
subcarrier sebesar :
constellations {xi ,k } signal s(t)
Multipath
radio f =
1 (6)
channel
ts
received data received
const. {yi , k } signal r(t)
Symbol OFDM Guard Down conver-
Data
Decoding / de-
interleaving
mapping
(detection)
demodulation
(DFT)
interval
removal
ADC sion and I/Q
demodulation
rRF (t )
RF
Dengan menggunakan faktor guard
I/Q I/Q I/Q
sink
interval 3% dan dengan subcarrier 1704 serta Ts =
Channel est. Time sync. Carrier sync.
423,7 s maka bandwidth sistem OFDM dapat
: digital signal : analog signal
dihitung :
Gambar 2. Blok diagram transmisi OFDM point to point [2]
2 N SC 1 (7)
BOFDM = +
Ts (1 G )Ts
C29-3
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
2400
2200
Maka rugi rugi propagasi ruang bebas 2000
1400
1200
b = Pr S r (9)
Gambar 3. Hubungan jumlah subcarrier dengan bandwidth
subcarrier
SNR sistem
ts Dengan adanya adanya perubahan durasi
b'= b = (1 G ) b (10)
Ts simbol menjadi semakin besar seiring dengan
bertambah besarnya jumlah subcarrier. Sehingga
pengaruh dikarenakan lintasan jamak dapat diatasi.
Laju Transmisi Gambar 3 memperlihatkan pengaruh jumlah
C = BOFDM log2 (1 + b' ) subcarrier akan mempengaruhi besar bandwidth
Dengan menggunakan jumlah subcarrier yang sistem OFDM secara keseluruhan.
berbeda.
4.025
Bandwidth sistem OFDM (Hz)
4.0245
4.024
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.0235
4.023
-18
Pengaruh Jumlah Subcarrier terhadap SNR sistem OFDM x 10 Pengaruh SNR terhadap BER OFDM
45 1
0.9
44
0.8
43 0.7
BER
0.5
0.4
41
0.3
40
0.2
0.1
39
0
38 39 40 41 42 43 44 45
38 SNR (db)
1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
Jumlah Subcarrier
Gambar 8. Grafik hubungan SNR terhadap BER
Gambar 5. Grafik hubungan jumlah subcarrier terhadap SNR
Penambahan serta pengurangan CP akan
Penambahan ataupun pengurangan jumlah memberikan pengaruh terhadap sinyal OFDM.
subcarrier mempunyai pengaruh terhadap Penambahan CP akan menyebabkan rugi rugi
performansi sistem. Penambahan jumlah subcarrier energi yang semakin besar pula. Demikian pula jika
akan menyebabkan durasi simbol OFDM akan pengurangan CP akan mengakibatkan sistem
semakin lebar sehingga mengakibatkan semakin OFDM akan lebih sensitif terhadap frequency
sensitifnya sinyal terhadap time selective (fast) selective fading. Dengan berubahnya jumlah
fading. Demikian juga sebaliknya dengan adanya subcarrier maka besar bandwidth juga berubah.
pengurangan jumlah subcarrier maka durasi simbol Nilai bandwidth OFDM akan semakin kecil ketika
OFDM juga akan semakin menurun sehingga sinyal jumlah subcarrier bertambah. Peningkatan jumlah
akan lebih sensitif terhadap frequency selective subcarrier menyebabkan penurunan SNR. Hal ini
fading. dikarenakan semakin jumlah subcarrier akan
semakin melemahkan daya penerimaan pada
Pengaruh Bandwidth terhadap laju transmisi OFDM
60 penerima DVB. Laju transmisi mengalami
59 penurunan dengan meningkatnya jumlah
58 subcarrier. Hal ini dikarenakan besar total laju data
57 dibagi kedalam sejumlah N subcarrier. BER sistem
Laju transmisi (Mbps)
53
-18 Pengaruh jumlah subcarrier terhadap BER OFDM
x 10
52 1
0.9
51
4.022 4.0225 4.023 4.0235 4.024 4.0245 4.025 4.0255 4.026
Bandwidth (Hz) 6 0.8
x 10
0.7
Gambar 6. Grafik hubungan bandwidth terhadap laju transmisi
0.6
BER
0.5
Pengaruh SNR terhadap laju transmisi OFDM
60 0.4
0.3
59
0.2
58
0.1
57
Laju transmisi (Mbps)
0
1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
56 Subcarrier
55
Gambar 9. Grafik hubungan jumlah subcarrier terhadap BER
54
53
52 V. PENUTUP
51
38 39 40 41 42 43 44 45
SNR (db)
Berdasarkan hasil analisis penerapan OFDM
Gambar 7. Grafik hubungan SNR terhadap laju transmisi
pada DVB didapatkan bahwa sistem ofdm sangat
penting digunakan dalam hal efisien bandwidth
frekuensi khususnya dalam hal sistem
broadcasting. Karena tersedianya bandwidth yang
terbatas dan maraknya stasiun pemancar tv maka
pantaslah kalau sistem OFDM digunakan.
C29-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
House.
DAFTAR PUSTAKA [4] Proakis, John. 2000. Digital Communication.
Fourth Edition. New York: McGraw-Hill.
[5] Rappaport, Theodore S. 1996. Wireless
[1] de Bruin, Ronald, Jan Smits ; Digital Video Communication. Second Edition. Prentice Hall.
Broadcasting: Technology, Standards, and [6] Seybold , John S. 2005. Introduction to RF
Regulations. London : Artech House. Propagation. New Jersey. Wiley & Sons, Inc.
[2] Hara, Shisuke, Ramjee Prasaad. 2003. [7] Tufvesson, Frederik and Torleiv Maseng. 1998.
Multicarier Technique for 4G mobile Optimization of Sub-Cahnnel Bandwidth for
communications. London : Artech House. Mobile OFDM System. Dept. of Applied
[3] Prasad, Ramjee. 2004. OFDM for wireless Electronic, Lund University.
communications systems. London : Artech
C29-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Abstract - Orthogonal Frequency Division Multiple dalam satu subcarrier diperbolehkan diduduki oleh
Access (OFDMA) merupakan teknik multiple acces yang satu atau lebih user yang memiliki simbol OFDMA
memungkinkan beberapa user berbagi dalam bandwidth yang berbeda.[1]. Pengiriman data multimedia yang
yang sama. sistem OFDMA dapat menjaga setiap
subcarrier yang satu dengan yang lain agar tetap
umumnya berukuran besar diperlukan kecepatan data
orthogonal dan mencegah terjadinya Inter Symbol yang cukup tinggi untuk mencapai kualitas layanan
Interference (ISI dan ICI) pada sistem, dengan yang baik, namum jika data multimedia tersebut
menggunakan Cyclic Prefix. Cyclic Prefix (CP) ditransmisikan dengan kecepatan beberapa megabit per
merupakan duplikat bagian akhir dari simbol OFDMA detik maka akan menyebabkan adanya waktu tunda
untuk menghilangkan delay spread yang terjadi antar (delay) yang lebih besar dari waktu pengiriman 1
data yang saling tumpang tindih. Pergerakan kecepatan
user dan pengaruh efek Doppler yang diakibatkan oleh
simbol. Hal ini merupakan akibat adanya multipath
pergerakan user sangat mempengaruhi panjang CP yang fading, untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan
berdampak pada kinerja sistem OFDM. Dari hasil menggunakan cara yang lebih sederhana adalah dengan
simulasi didapatkan CP suatu user pada kecepatan menggunakan transmisi OFDM.
maksimal 180 Km/Jam didapatkan sebesar 0.23925
sedangkan user dengan kecepatan pergerakan 3 Km/Jam
didapatkan nilai CP sebesar 0.05725. Semakin tinggi II. LATAR BELAKANG
kecepatan selain dapat memperburuk nilai cyclic prefix
dapat juga memperbesar nilai dari efek Doppler yang Kelebihan dari sistem transmisi multicarrier
terjadi, kecepatan pengguna pejalan kaki sekitar 3 OFDMA adalah dapat mengefisienkan penggunaan
Km/Jam akan mendapatkan efek Doppler sebesar 5 MHz bandwidth. Selain itu sistem OFDMA dapat menjaga
dan user yang berkomunikasi saat berada dalam mobil setiap subcarrier yang satu dengan yang lain agar tetap
yang bergerak dengan kecepatan 120 Km/Jam akan orthogonal dan mencegah terjadinya interferensi (ISI
memiliki pengaruh efek Doppler sebesar 0.20025 MHz.
dan ICI) pada sistem, dengan menggunakan cyclic
Efisiensi penggunaan bandwidth sistem ketika
menggunakan normal CP 41.7403 dB lebih besar sama prefix (CP). Cyclic prefix (CP) merupakan duplikat
dengan 0,13 % dibandingkan saat menggunakan extended bagian akhir dari simbol OFDMA untuk
CP 41,099 dB sehingga semakin panjang CP maka menghilangkan delay spread yang terjadi antar data
efisiensinya akan semakin rendah. yang saling tumpang tindih. Berdasarkan aturan yang
telah ditetapkan bahwa delay spread tidak boleh
Kata Kunci OFDM, Cyclic Prefix (CP), Efek Doppler, melebihi 10% dari panjang simbol OFDMA agar nilai
Monte Carlo BER (Bit Error Rate) tetap kecil yaitu benilai 10-3.
Pada komunikasi wireless, sinyal yang diterima Kanal
I.PENDAHULUAN multipath yang setiap saat berubah karena pergerakan
user mengakibatkan nilai delay spread bervariasi,
Orthogonal Frequency Division Multiple Access
sehingga untuk meminimalisasi pengaruh delay spread
(OFDMA) merupakan teknik multiple acces yang
yang menyebabkan penerimaan simbol yang tumpang
memungkinkan beberapa user berbagi dalam
tindih atau sering disebut dengan Inter Symbol
bandwidth yang sama. OFDMA mengalokasikan
Interference (ISI).
multiple user pada frekuensi yang berbeda dan time
slot yang berbeda pula. Sehingga pada frekuensi Panjang cyclic prefix dipilih lebih panjang dari nilai
tertentu, kanal dapat melayani multiple user karena rootmean- square dari delay spread sehingga ISI dapat
C30-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C30-2
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
2 (1 ) + N 1
Penggunaan untuk durasi cyclic prefix sebesar 1/32
B sistem =
cp
dari durasi subcarrier adalah [4]:
(1 ) N . log M
cp
2
R
Tcp = 0,003125 Tsub
tot
(6) R [2 (1 ) + N 1 ]
B sistem =
tot cp
Tcp = 0,003125 (648.101310 6 ) = 16.2975s (1 ) N . log M
cp 2
IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA Gambar 4. Pengaruh kecepatan dan pergerakan pada panjang cylic
prefix user
Pemodelan sistem pertama adalah untuk
mendapatkan data acak yaitu dengan cara Gambar 3 dan 4 menunjukan nilai CP yang
membangkitkan data acak 2 BTS dan 17 MS secara didapatkan pada setiap user yang dipengaruhi oleh
random walk Monte Carlo kecepatan yang bervariasi antara 0 Km/Jam s/d 180
Km/Jam pada setiap user. Hasil simulasi yang
didapatkan yaitu nilai CP pada setiap user terangkum
pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Panjang cylic prefix pada setiap user
User Nilai CP
ke-
1 0.03125
2 0.04425
3 0.05725
Gambar 2. Random Walk MS (Mobile Station) Dan BTS (Base 4 0.07025
Transceiver Station) 5 0.08325
Gambar 2 menunjukan penyebaran dengan
6 0.09625
menggunakan distribusi uniform, pola penyebaran
7 0.10925
jumlah dan penentuan letak BTS berjumlah 1 BTS dan
8 0.12225
pola pnyebaran MS secara acak dengan jumlah 17 MS,
9 0.13525
penggunaan distribusi uniform pada penelitian ini
10 0.14825
adalah dikarenakan sesuai dengan pendekatannya yaitu
11 0.16125
pola penyebaran secara acak dalam fungsi stokastik
12 0.17425
dan probabilitas. Distribusi uniform adalah satu dari
13 0.18725
berbagai bentuk sebaran dalam fungsi probabilitas.
14 0.20025
15 0.21325
16 0.22625
17 0.23925
C30-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
User Nilai Fd
ke- (MHz)
1 0
2 5
3 16.667
4 33.333
5 50
6 66.667
7 83.333
8 100
9 116.67
10 133.33
Gambar 5. Hubingan bandwith dan panjang cyclic prefix
11 90
Berdasarkan hasil pengamatan grafik pada Gambar 5 12 100
dapat disimpulkan sebagai berikut : 13 200
Besarnya bandwidth sistem dipengaruhi oleh 14 0.20025
besarnya laju data, saat menggunakan extended CP 15 216.67
besarnya laju data menurun dikarenakan data yang 16 233.33
dikirmkan saat menggunakan extended CP lebih sedikit 17 300
dibandingkan dengan saat menggunakan normal CP
sehingga besarnya bandwidth sistem juga menurun saat Doppler Shift merupakan perubahan frekuensi atau
menggunakan extended CP pergeseran frekuensi radio yang disebabkan oleh
Efisiensi penggunaan bandwidth sistem ketika gerakan MS. Pergeseran frekuensi ini tergantung pada
menggunakan normal CP 0,13% dibandingkan saat kecepatan dan arah gerak MS yang akan menyebabkan
menggunakan extended CP sehingga semakin panjang modulasi frekuensi acak pada sinyal radio bergerak.
CP maka efisiensinya akan semakin rendah. Pergeseran Doppler dipengaruhi propagasi lintasan
jamak yang dapat memberikan pergeseran positif atau
Semakin banyak jumlah subcarrier yang digunakan negatif pada saat yang sama untuk lintasan yang
pada masing-masing kanal bandwidth mempengaruhi berbeda. Pada saat MS bergerak relatif terhadap BS,
besarnya bandwidth sistem, semakin banyak jumlah MS merasakan bergesernya frekuensi terima dari
subcarrier yang digunakan pada masing-masing kanal frekuensi pemancar. Pergeseran frekuensi tersebut
bandwidth maka semakin besar pula bandwidth sistem sebesar [4]:
nya. Fd = v / cos (11)
C30-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C30-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C30-7
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
I. PENDAHULUAN
Teknologi telekomunikasi nirkabel berkembang
pesat yang mana tidak dapat dipisahkan dari antena
sebagai elemen penting peradiasi. Antena berfungsi
sebagai sarana untuk memancarkan atau menerima
sinyalsinyal informasi yang dibawa gelombang radio.
Teknologi antena patch (mikrostrip) menjadi salah satu
alternatif utama karena sudah terbukti sangat handal
dalam penggunaannya pada frekuensi orde gigahertz.
Antena mikrostrip dibentuk dari suatu lapisan tipis
konduktor (strip) yang terdapat pada salah satu sisi
permukaan substrat sedangkan pada permukaan sisi Gambar 1 (a) Antena Mikrostrip Finite Ground Plane
lainnya dilapisi konduktor sebagai bidang pentanahan dan (b) Antena Mikrostrip Infinite Ground Plane[13]
(ground plane).
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis 2.1.2 Pengaruh Finite Ground Plane terhadap
pengaruh pengubahan ground plane yang semula Kinerja Antena Mikrostrip
infinite menjadi finite pada antena mikrostrip segitiga Pada penelitian sebelumnya tentang pengaruh
sama sisi dengan slot persegi panjang pada frekuensi finite ground plane terhadap kinerja antena mikrostrip,
kerja 2,4 GHz . Analisis tentang pengaruh finite ground telah didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :
plane perlu dilakukan untuk mengetahui kinerja antena Perubahan ukuran dan bentuk finite ground plane
mikrostrip itu sendiri berdasarkan parameter-parameter tidak memberikan perubahan yang signifikan
yang dihasilkan. Selain itu, perancangan dan fabrikasi terhadap frekuensi resonansi [13]
antena mikrostrip untuk kepentingan komersial tidak Perubahan luas finite ground plane mempengaruhi
mungkin menggunakan ukuran ground plane yang tidak pola radiasi terutama E-Plane dan menurunkan
terbatas (infinite ground plane). Sehingga pengetahuan nilai gain.[20]
tentang pengaruh finite ground plane terhadap Ukuran ground plane berpengaruh terhadap Axial
parameter kinerja antena mikrostrip sangat penting bagi Ratio. Finite Ground Plane berpengaruh terhadap
perancang antena. difraksi pada tepian ground plane yang berimbas
C31-1
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
pada axial ratio. Ukuran ground plane Sedangkan untuk panjang dan lebar slot
berpengaruh terhadap gain dan axial ratio. [20] diperoleh dengan masing-masing menggunakan
Pada ukuran finite ground plane yang bervariasi, persamaan (2.30) dan (2.31):
didapatkan kinerja antena mikrostrip lingkaran
berupa parameter gain maksimum pada saat radius
finite ground plane berukuran 0.6 0 .[17]
Hasil simulasi menunjukkan nilai bandwidth 2. Lebar finite ground plane tetap (l = 1 0 ) dan
sebesar 38 MHz yang mana pada frekuensi 2.4 GHz panjang bertambah ke bawah.
diperoleh VSWR sebesar 1.74786, RL sebesar -11.2385
dB, Gain sebesar -2.29479 dBi, polarisasi mendekati
linier dengan nilai axial ratio sebesar 55.507 dB, pola
radiasi berbentuk directional.
C31-4
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
5.3 Polarisasi
Berdasarkan data hasil pengukuran polarisasi dan
digambar ke dalam diagram polar, maka dapat diketahui
bentuk polarisasi antena ellips. Hasil uji antena sesuai Grafik 5.5 Diagram Polar Pola Radiasi Vertikal
dengan hasil simulasi yang mana axial ratio hasil
simulasi sebesar 0.37613 dB. 5.5 Bandwidth
Perhitungan bandwidth antena yang diuji
dilakukan dengan cara menghitung selisih antara
frekuensi atas dengan frekuensi bawah dimana masih
memiliki nilai VSWR < 2. Frekuensi terendah pada 2150
MHz dan frekuensi tertinggi tidak dapat ditentukan
karena keterbatasan Spectrum Analyzer, sehingga
bandwidth antena ini adalah > 500 MHz (lebih lebar
daripada hasil simulasi yaitu sebesar 60.64 MHz).
5.6 Directivity
Berdasarkan data hasil pengukuran pola radiasi,
diperoleh nilai -3dB beamwidth pola radiasi horizontal
dan vertikal adalah 140o (oHP = 140o), dan 60o (oHP =
60o). Maka nilai directivity antena adalah :
C31-5
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
C31-6
The 6th- Electrical Power, Electronics, Communications, Controls and Informatics International Seminar 2012
30-31 Mei, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Characteristics for Mobile Satellite Communications. [21] Vaudon, Patrick., Thierry Aubreton, Phelippe D. and B. Jecko.
John Wiley & Sons, Ltd. 1992. Influence of the Ground Plane Structure on The
[20] Sumantyo, Josaphat Tetuko Sri and K.Ito. 2006. Circularly Radiation Pattern of Microstrip Antenna. Journal IEEE,
Polarised Equilateral Triangular Patch Array Antenna 1993.
for Mobile Satellite Communications. IEEMAP, Vol.153,
No.6, December, 2006.
C31-7
GRATITUDE
WE WOULD LIKE TO THANKS TO ALL THAT DESCRIBED BELOW WHO HAVE GIVEN US INVALUABLE SUPPORTS
AND PARTICIPANTIONS
AND OTHERS....
Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.
Alternative Proxies: