Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 171–178 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.

php/jai 171
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

PENGARUH PERBEDAAN KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN


PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN FINGERLINGS IKAN MAS
(Cyprinus carpio)

Effect of Different Protein and Protein-Energy Ratio in Diet on Growth of Common Carp
(Cyprinus carpio) Fingerling

M. Setiawati, R. Sutajaya dan M. A. Suprayudi


Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

ABSTRACT

Aquaculture activity including culture of common carp (Cyprinus carpio) is now facing on high price of
feed. Feed cost can reach more than 50% of production cost so that increase in feed price decreases in farmer
benefit. Toward increasing in benefit, it needs efficiency on production cost. This can be achieved by using a
diet containing suitable protein and protein-energy ratio for the need of fish cultured. Diet containing different
protein levels (28% and 31%) and protein-energy ratios (8 and 10), and a commercial feed as a control were
compared to determine protein content and protein-energy ratio suitable for common carp fingerlings. The
results showed that food efficiency was differed among the treatments, while relative growth rate was similar.
Diet containing protein of 31.15% with protein-energy ratio of 7.81, and protein of 28.08% with protein-
energy ratio of 9.12 were resulting higher food efficiency compared to that of diet containing 31.15% protein
with 7.81 protein-energy ratio and 28.27% protein with 8.28 protein-energy ratio.

Keywords: common carp, Cyprinus carpio, protein-energy ratio, food efficiency

ABSTRAK

Kegiatan budidaya ikan termasuk ikan mas (Cyprinus carpio) saat ini dihadapkan pada kenyataan
mahalnya harga pakan buatan. Kebutuhan biaya pakan dalam proses produksi mencapai lebih dari 50%
sehingga menurunkan tingkat keuntungannya. Untuk meningkatkan keuntungan, diperlukan efisiensi biaya
produksi yang salah satunya dengan memproduksi pakan yang mengandung kadar protein dan rasio protein
terhadap energi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan dengan kadar protein (28 and 31%) dan
rasio protein-energi (8 dan 10) yang berbeda diuji untuk mengetahui kandungan protein dan rasio protein-
energi yang sesuai untuk fingerling ikan mas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fingerling ikan mas yang
yang diberi pakan dengan kadar protein dan rasio protein energi yang berbeda menghasilkan tingkat efisiensi
pakan yang berbeda, namun tidak mempengaruhi tingkat pertumbuhan relatifnya. Pakan dengan kadar protein
31,15% dengan rasio protein energi 7,81 dan kadar protein 28,08% dengan rasio protein energi 9,12
menghasilkan nilai efisiensi pakan yang lebih baik daripada pakan yang mengandung kadar protein 31,15%
dengan rasio protein energi 7,81 dan kadar protein 28,27% dengan rasio protein energi 8,28.

Kata kunci: ikan mas, Cyprinus carpio, rasio energi protein, efisiensi pakan

PENDAHULUAN sistem budidaya intensif. Sistem budidaya


intensif memerlukan pemberian pakan buatan
Salah satu ikan budidaya yang yang yang intensif pula karena kepadatan
digemari oleh masyarakat Indonesia adalah ikan dalam satu wadah pemeliharaan cukup
ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan mas tinggi dan untuk mendapat pertumbuhan ikan
merupakan ikan yang tahan terhadap yang cepat. Akan tetapi kegiatan budidaya
perubahan lingkungan di sekitarnya dan ikan saat ini dihadapkan pada kenyataan
merupakan salah satu komoditi yang memilki mahalnya harga pakan buatan. Rata-rata
nilai ekonomis tinggi dan diproduksi dalam harga pakan buatan (pelet) di pasaran adalah
172

Rp. 3.500-5.500 per kg pakan. Kebutuhan bagi ikan mas, maka perlu dilakukan
biaya untuk pakan dalam proses produksi penelitian mengenai pengaruh perbedaan
mencapai lebih dari 50% sehingga kadar protein dan rasio energi protein pakan
peningkatan harga pakan secara signifikan terhadap pertumbuhan ikan mas dan tingkat
menurunkan tingkat keuntungan petani. efisiensi pakannya.
Bahkan saat ini, banyak pembudidaya ikan
yang harus menutup usahanya karena biaya
produksi tidak sebanding dengan harga jual BAHAN & METODE
ikannya. Untuk meningkatkan keuntungan
yang diterima para pembudidaya ikan, Formulasi Pakan
diperlukan efisiensi biaya produksi yang Ikan uji yang digunakan dalam
salah satunya dapat dilakukan dengan penelitian ini adalah fingerling ikan mas
menurunkan biaya untuk pakan buatan. Saat
(Cyprinus carpio), berukuran rata-rata 13,70
ini banyak pembudidaya ikan yang membuat
0,16 gram, dengan kepadatan 15 ekor per
pakan buatan sendiri, sehingga dapat
akuarium. Pakan uji yang digunakan berupa
mengurangi biaya produksi.
pelet dengan kandungan protein 28% dan
Pakan buatan harus mengandung
31%, dan rasio energi proteinnya masing-
seluruh nutrien yang diperlukan ikan seperti
masing 8 dan 10. Sebagai pembanding
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
digunakan pakan komersil yang memiliki
mineral dalam jumlah yang cukup dan
kadar protein 29,08%. Rancangan yang
seimbang. Kadar protein dan imbangan atau
digunakan dalam penelitian ini adalah:
rasio protein terhadap energi pakan
merupakan hal yang sangat penting dalam • Perlakuan A : kadar protein 31% dan
proses penyusunan pakan buatan bagi ikan. rasio energi protein 10
Lovell (1989) mengemukakan bahwa • Perlakuan B : kadar protein 31% dan
sebelum terjadi pertumbuhan, kebutuhan rasio energi protein 8
energi untuk maintenance harus terpenuhi • Perlakuan C : kadar protein 28% dan
terlebih dahulu, kemudian kelebihan energi rasio energi protein 10
dalam pakan akan digunakan untuk • Perlakuan D : kadar protein 28% dan
pertumbuhan. Protein merupakan molekul rasio energi protein 8
kompleks yang terdiri dari asam amino • Perlakuan E : pakan komersil kadar
esensial dan asam amino non esensial yang protein 29,08%
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk (Pembanding) dan C/P
pertumbuhan. Menurut Pandian (1989) 8,58
kebutuhan protein dan pertumbuhan ikan
memiliki hubungan yang linear. Dengan Proses formulasi pakan sesuai
demikian, kadar protein dan rasio protein perlakuan diawali dengan menguji
terhadap energi pakan harus sesuai dengan kandungan bahan-bahan yang akan
kebutuhan ikan agar pakan buatan dapat digunakan dengan uji proksimat. Setelah
efisien dan memberikan pertumbuhan yang diketahui kandungan dari bahan penyusun
optimal. Selain itu, bahan-bahan sumber yang digunakan, dilakukan formulasi pakan
protein relatif mahal, sehingga perlu sesuai dengan perlakuan pada penelitian.
dilakukan usaha untuk menurunkan kadar Tabel 2 menunjukan formulasi pakan yang
protein dalam pakan dan meningkatkan rasio digunakan dalam menyusun pakan uji.
energi terhadap protein dengan menambah
bahan-bahan lain yang mengandung lemak Pemeliharaan Ikan Uji
atau karbohidrat sebagai sumber energi lain Pada tahap awal pemeliharaan
(protein sparing effect) dalam pakan. Bila dilakukan proses adaptasi ikan uji yang
biaya produksi pakan dapat ditekan, maka digunakan terhadap kondisi lingkungan
usaha budidaya ikan mas dapat lebih selama satu minggu. Selama masa adaptasi,
menguntungkan. Untuk mengetahui kadar ikan uji diberi pakan komersil (pembanding)
protein dan rasio energi protein yang tepat berbentuk pelet dengan frekuensi 3 kali/hari.
173

Tabel 1. Formulasi pakan uji

Pakan(%protein pakan : C/P)


No Bahan
A(31 : 10) B(31 : 8) C (28 : 10) D (28 : 8)
1. Tepung ikan A 14,00 15,00 15,00 14,00
2. Tepung daging 8,00 8,00 9,00 6,00
3. Minyak masak 4,00 2,00 1,85 3,00
4. Tepung kedelai 23,00 22,00 15,00 20,00
5. Ampas tahu 16,50 23,00 22,00 18,00
6. Limbah kecap ikan 7,50 0,00 5,00 0,00
7. Vitamin mix 2,00 2,00 2,00 2,00
8. Mineral mix 3,00 3,00 3,00 3,00
9. Sagu 22,00 25,00 27,15 25,00
10. Filler (selulosa) 9,00

Tabel 2. Komposisi proksimat pakan uji (% bobot kering)

Kadar Proksimat Jenis Pakan


Pakan A 31,22:9,48) B (31,15:7,81) C (28,08:9,12) D (28,27:8,38)
Protein 31,22 31,15 28,08 28,27
Lemak 10,72 5,68 7,44 3,61
Abu 10,21 11,65 10,55 10,53
Serat kasar 7,91 16,23 14,92 14,05
BETN 39,95 35,28 39,00 43,54
Kadar air 6,98 8,59 7,88 9,25
DE (kkal/1kg) 2959,66 2432,44 2560,9 2370,1
C/P 9,48 7,81 9,12 8,38
Keterangan : BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; DE = Digestible Energy; 1 gram protein = 3,5 kkal DE;
1 gram lemak = 8,1 kkal DE, 1 gram karbohidrat/BETN = 2,5 kkal DE (NRC, 1977)

Tabel 3. Komposisi proksimat pakan pembanding (pakan komersil)

Kadar air* (%) Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) BETN (%) C/P

9,27 29,08 7,20 7,69 35,76 8,58

Setelah masa adaptasi ikan uji dipuasakan akuarium selama masa pemeliharaan dibuang
selama 24 jam untuk menghilangkan dengan cara disifon setiap harinya. Untuk
pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan.Ikan menjaga kualitas, dilakukan penggantian air
uji ditimbang dan dimasukkan ke dalam setiap hari sebanyak 20-50% dari volume
akuarium berukuran 40×50×35 cm3 dengan total air yang terdapat dalam sisitem
kepadatan 15 ekor/akuarium. Pada saat resirkulasi.
penimbangan, ikan dibius menggunakan MS Pengukuran kualitas air dilakukan
222 dengan dosis 100 ppm untuk sebanyak tiga kali selama masa pemeliharaan
menghindari stress. Pemeliharaan dilakukan yaitu pada hari ke-0, -20, dan hari ke-40.
selama 40 hari dan pemberian pakan uji Kisaran parameter kualitas air yang terukur
dilakukan secara at satiation (sampai ikan selama penelitian tersaji pada Tabel 4.
kenyang). Kotoran yang terdapat dalam
174

Tabel 4. kualitas air selama penelitian

Perlakuan (%Protein;c/p)
Parameter
A (31;10) B (31;8) C (28;10) D (28;8) E (P. Komersil)
DO 2,57 - 5,8 3,56 - 5,8 3,16 - 5,8 2,41 - 5,8 2,41 - 5,8
pH 6,02 - 7,16 6,23 - 7,16 6,05 - 7,16 6,12 - 7,16 6,02 - 7,16
NH3-N 0,11 - 0,45 0,11 - 0,22 0,11 - 0,44 0,11 - 0,32 0,11 - 0,49
NO2 <0,01 - 0,58 <0,01 - 0,66 <0,01 - 0,73 <0,01 - 0,71 <0,01 - 0,72
NO3 1,45 - 6,87 1,45 - 5,34 1,45 - 6,37 1,45 - 5,76 1,45 - 7,14

Pengamatan Ikan Uji d. Tingkat Kelangsungan Hidup


a. Tingkat Konsumsi Pakan Derajat kelangsungan hidup ikan
dihitung dengan rumus Effendi (1979), yaitu:
Tingkat konsumsi pakan merupakan
jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan
selama masa pemeliharaan. Tingkat Nt
SR 100%
konsumsi pakan dihitung dengan cara No
menimbang jumlah pakan yang dikonsumsi
ikan setiap harinya selama masa Keterangan :
SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
pemeliharaan. Nt = Jumlah individu ikan uji pada akhir
penelitian (ekor)
b. Laju Pertumbuhan Relatif No = Jumlah individu ikan uji pada awal
penelitian (ekor)
Laju pertumbuhan relatif ikan dihitung
dengan menggunakan rumus Huisman (1976) e. Retensi Protein dan Retensi Lemak
dalam Effendie (1979), yaitu:
Pu
Wt Wo RP 100%
PR 100% Pc
Wo
Lu
Keterangan : RL 100%
PR = Laju pertumbuhan relatif (%) Lc
Wt = Rerata bobot individu pada akhir masa
pemeliharaan (g) Keterangan :
Wo = Rerata bobot individu pada awal masa RP = Retensi protein (%)
pemeliharaan (g) RL = Retensi lemak (%)
Pu = Bobot protein (g)
c. Efisiensi Pakan Lu = Bobot lemak yang disimpan dalam
tubuh (g)
Efesiensi pakan (EP) dihitung dengan Pc = Bobot protein (g)
menggunakan rumus Takeuchi (1988), yaitu: Lc = Bobot lemak yang dikonsumsi oleh
ikan (g)
Bt Bd Bo
EP 100% f. Analisis Kimia
F
Keterangan :
Analisis kimia yang dilakukan adalah
EP = Efesiensi Pakan (%) analisis proksimat yang meliputi analisis
Bt = Biomasa mutlak ikan pada akhir protein, lemak, kadar air, dan kadar abu.
pemeliharaan (g) Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan
Bd = Biomasa mutlak ikan yang mati selama penyusun pakan, pakan uji dan tubuh ikan di
masa pemeliharaan (g)
Bo = Biomasa mutlak ikan pada awal
awal dan akhir penelitian. Analisis proksimat
pemeliharaan (g) dilakukan berdasarkan prosedur Takeuchi
F = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama (1988).
masa pemeliharaan (g)
175

HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan dengan tepung ikan. Selain itu,


tepung kedelai mengandung senyawa phytat
Setelah masa pemeliharaan selama 40 yang mampu mengikat logam-logam seperti
hari, terjadi penambahan bobot rata-rata Mg, Mn, Fe, Zn, Ca, dan protein yang sangat
individu pada akhir pemeliharaan dari berguna bagi pertumbuhan tanaman, hewan,
13,50 0,06 gram menjadi 30,24 1,61 gram. dan manusia. Ketiadaan enzim phytase pada
Lovell (1988) mengemukakan bahwa saluran pencernaan hewan (khususnya hewan
sebelum terjadi pertumbuhan, kebutuhan monogastric/nonruminansia: seperti unggas
energi untuk maintenance harus terpenuhi dan ikan) serta manusia, mengakibatkan
terlebih dahulu. Terjadinya pertumbuhan mineral dari tepung kedelai yang dikonsumsi
pada ikan uji pada semua perlakuan selama tidak dapat diabsorbsi dengan baik.
masa pemeliharaan menunjukkan bahwa Akibatnya senyawa ini terbuang percuma
energi pakan yang diberikan telah melebihi bersama kotoran (Mangunjaya, 2004).
kebutuhan ikan itu sendiri untuk maintenance Pada akhir masa pemeliharaan juga
(pemeliharaan tubuhnya) sehingga dilakukan penghitungan tingkat konsumsi
selebihnya digunakan untuk pertumbuhan. pakan (KP), efisiensi pakan (EP), retensi
Pertumbuhan ikan ditunjukkan oleh protein (RP), retensi lemak (RL),
adanya penambahan bobot pada akhir Pertumbuhan relatif (PR) dan kelangsungan
pemeliharaan. Dari keempat perlakuan (A, B, hidup (KH). Perbedaan tingkat konsumsi
C, dan D) tidak menunjukan adanya pakan oleh ikan pada masing-masing
perbedaan (P>0,05) untuk nilai pertumbuhan perlakuan disebabkan oleh kandungan
relatif, sementara nilai konsumsi pakan protein dan energi yang berbeda pada
berbeda (P<0,05). Hal ini menunjukan masing-masing pakan perlakuannya. Lovell
adanya perbedaan tingkat kecernaan pada (1988) mengemukakan bahwa pakan yang
masing-masing pakan perlakuan sebagai mengandung energi terlalu tinggi dapat
akibat dari perbedaan kuantitas bahan yang membatasi jumlah pakan yang dikonsumsi.
digunakan. Perlakuan A memiliki tingkat Interaksi antara kadar protein dan rasio
pertumbuhan yang sama dengan perlakuan energi protein pakan memberikan pengaruh
lainnya walaupun tingkat konsumsi pakannya secara signifikan terhadap konsumsi pakan
tinggi. Komposisi pakan pada perlakuan A (KP). Berbeda dengan yang dikemukan oleh
mengandung tepung kedelai sebagai salah Lovell (1988), pada perlakuan A (P:31,22%;
satu sumber proteinnya dengan jumlah yang C/P:9,48) dengan pakan yang mengandung
paling besar. Sebagaimana telah energi tertinggi (2959,66 kkal/100g pakan)
dikemukakan oleh Qinghui dan Xiaujun menghasilkan nilai konsumsi pakan yang
(2005) bahwa tepung kedelai mempunyai paling tinggi pula.
tingkat kecernaan yang lebih rendah bila

40
Bobot individu rata

30
(gram)

20

10

0
0 20 40
Hari ke

A (31;10) B (31;8) C (28;10)


D (28;8) E (P.Komersil)

Gambar 1. Bobot rata-rata individu (gram) ikan uji


176

Perbedaan ini disebabkan formulasi walaupun nilai proteinnya lebih rendah.


pada pakan A mengandung limbah kecap Dengan demikian sumber energi yang berasal
ikan dengan konsentrasi paling tinggi yaitu dari lemak dan karbohidrat pada pakan C dan
7,50 persen pakan bila dibandingkan dengan D dapat digunakan sebagai protein sparing
formulasi pakan pada perlakuan yang effect dalam pembentukan jaringan. Selain
lainnya. Menurut Kadir (2005) limbah kecap itu, nilai retensi protein pakan juga
ikan mengandung atraktan yang memiliki ditentukan oleh sumber protein yang
bau dan aroma yang khas dan disukai oleh digunakan dalam pakan yang sangat erat
ikan sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi kaitannya dengan kualitas protein yang
cenderung tinggi. Mayers dalam Halver ditentukan oleh komposisi asam amino dan
(1989) melaporkan bahwa pengaruh dari bau kebutuhan ikan akan asam amino tersebut
pada pakan dapat menarik berbagai jenis (Webster dan Lim, 2002). Sumber protein
macam ikan, kelompok krustase menyukai dan bahan yang digunakan pada formulasi
atraktan yang berasal dari tepung Artemia, pakan uji adalah sama, namun kuantitas
sisa pengolahan udang, glukosamin, dan bahan yang digunakan pada masing-masing
glisin. Sedangkan pada perlakuan C (P: perlakuan berbeda (Tabel 2). Formulasi
28,08%; C/P: 9,12) dengan pakan yang pakan pada perlakuan B (P: 31,15%; C/P:
mengandung 5% limbah kecap ikan 7,81) mengandung tepung ikan yang lebih
menghasilkan tingkat konsumsi pakan lebih tinggi yaitu 150 g/kg pakan (27% dari jumlah
rendah dibandingkan dengan perlakuan D (P: protein total) bila dibandingkan dengan
28,27%; C/P: 8,38) yang tidak mengandung pakan A (140 g/kg pakan tepung ikan atau
limbah kecap ikan (0% limbah kecap ikan). 25% dari jumlah protein total). Tepung ikan
Hal ini terjadi dikarenakan pakan pada memiliki komposisi asam amino yang sesuai
perlakuan D memiliki jumlah energi dan dengan kebutuhan ikan (Webster dan Lim,
kadar protein yang lebih rendah (2370,10 2002), yang menyebabkan nilai retensi
kkal/100g pakan) sehingga ikan memerlukan protein pada perlakuan B yaitu 37,31% lebih
sejumlah pakan lebih banyak untuk tinggi dibandingkan dengan perlakuan A.
mencukupi kebutuhan energinya sesuai Selain karena perbedaan kuantitas tepung
dengan yang dikemukakan oleh Lovell ikan, kuantitas tepung kedelainya juga lebih
(1988). Meyer dan Fracalossi (2004) juga tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan
menyatakan bahwa konsumsi pakan oleh lainnya (Tabel 2). Tepung kedelai tersebut
ikan tidak selamanya ditentukan oleh merupakan sumber protein yang memiliki
konsentrasi energi pakan, akan tetapi lebih tingkat kecernaan rendah sehingga sulit
dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusun untuk dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Qinghui
pakan tersebut. dan Xiaujun (2005) menyatakan bahwa
Nilai retensi protein menunjukan pemanfaatan tepung kedelai sebagai sumber
presentase bobot protein yang disimpan oleh protein mempunyai faktor pembatas yaitu
tubuh. Kadar protein, rasio protein energi dan ketidakseimbangan kandungan asam amino
interaksi antara keduanya memberikan essensial sehingga membutuhkan lebih
pengaruh secara signifikan terhadap nilai banyak energi dalam metabolisme dan
retensi protein (RP). Nilai retensi protein ekskresi, akibatnya energi yang digunakan
pada perlakuan B yang mengandung protein untuk pertumbuhan menjadi rendah. Al-
31,15% dan C/P 7,81, perlakuan C (P: Jabbar (2005) juga mengatakan bahwa
28,08%; C/P: 9,12), dan perlakuan D (P:28, kandungan jumlah asam amino metionin dan
27%; C/P: 8,38) tidak mengalami perbedaan lisin dalam pakan semakin menurun dengan
(P>0,05). Ketiga perlakuan tersebut memiliki semakin besarnya penggantian tepung ikan
nilai kisaran retensi protein 33,97 – 37,31% oleh tepung kedelai.
dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Sama halnya dengan nilai retensi
perlakuan A (P: 31,22%; C/P: 9,48) yang protein, nilai retensi lemak untuk perlakuan
hanya mencapai 25,10%. Hal ini disebabkan B, C dan D tidak mengalami perbedaan
pakan pada perlakuan C dan D memiliki (P>0,05) dan memiliki nilai retensi lemak
imbangan energi protein yang sesuai yang lebih tinggi (81,03% hingga 87,40%)
177

bila dibandingkan dengan perlakuan A yang pakan didapatkan dari rasio antara
hanya mencapai 72,05%. Hal ini disebabkan pertumbuhan dengan jumlah pakan yang
pakan pada perlakuan A memiliki kandungan dikonsumsi oleh ikan. Semakin besar nilai
lemak yang tinggi (10,72%), diduga melebihi efisiensi pakan, menunjukan pemanfaatan
kebutuhan lemak untuk ikan mas ukuran ± 13 pakan dalam tubuh ikan semakin efisien dan
gram (ukuran awal ikan uji) sehingga kualitas pakan semakin baik.
diperlukan lebih banyak energi dalam Sebagai pembanding pada parameter
menghidrolisis lemak tersebut (Craig dan perlakuan dengan pakan komersil (pakan E)
Helfrich, 2002). juga dihitung sebagaimana keempat
Interaksi antara kadar protein pakan perlakuan yang lainnya. Nilai untuk setiap
dan rasio energi protein pakan memberikan parameter uji pada pakan pembanding dapat
pengaruh yang signifikan terhadap nilai dilihat pada Tabel 6. Pakan B dan C memiliki
efisiensi pakan. Pakan perlakuan yang nilai retensi protein, retensi lemak, dan
memiliki kadar protein tinggi dan rasio efisiensi pakan yang lebih tinggi
energi protein rendah (perlakuan B) dan dibandingkan dengan perlakuan E yang
perlakuan dengan kadar protein rendah dan menggunakan pakan komersil. Walaupun
rasio energi protein tinggi (perlakuan C) pemberian pakan pembanding memiliki nilai
memiliki nilai efisiensi pakan (EP) yang pertumbuhan relatif ikan yang lebih tinggi
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yaitu 149,16%, namun pakan yang diberikan
dengan kadar protein tinggi dan rasio energi tidak efisien sehingga sangat berkaitan
protein tinggi (perlakuan A) atau sebaliknya dengan nilai ekonomis penggunaan pakan
yang memiliki kadar protein dan rasio energi dalam proses budidaya.
protein rendah (perlakuan D). Nilai efisiensi

Tabel 5. Konsumsi pakan (KP), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak RL),
pertumbuhan relatif (PR) dan kelangsungan hidup (KH) ikan Mas (Cyprinus carpio)
setelah dipelihara selama 40 hari

Perlakuan (% Protein : C/P)


Parameter
A (31,22 : 9,48) B (31,15 : 7,81) C (28,08 : 9,12) D (28,27 : 8,38)
KP (g) 503,93 13,12a 383,77 58,44b 416,34 38,50b 499,17 23,94a
RP (%) 25,10 2,35b 37,31 4,36a 36,02 4,36a 33,97 2,90a
RL (%) 72,05 13,44b 87,40 2,04a 87,01 8,92a 81,03 7,06a
EP (%) 46,90 1,92b 60,27 4,00a 59,53 1,37a 48,18 2,66b
PR (%) 117,19 7,08a 118,80 15,03a 120,78 9,69a 115,09 2,86a
KH (%) 100,00 ± 0,00a 100,00 ± 0,00a 100,00 ± 0,00a 100,00 ± 0,00a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan ada perbedaan antar perlakuan (p<0,05)

Tabel 6. Konsumsi pakan (KP), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak RL),
pertumbuhan relatif (PR), kelangsungan hidup (KH), dan bobot akhir ikan mas
(Cyprinus carpio) setelah dipelihara selama 40 hari untuk pakan komersil sebagai
kontrol

Parameter
Perlakuan
Bobo akhir
KP (gram) EP (%) RP (%) RL (%) PR (%) KH (%)
(Wt)
Pakan E* 678,93 ± 79,51 44,97 ± 5,96 28,97 ± 3,03 72,05 ± 13,44 149,16 ± 33,82 100±0,00 34,21 ± 5,03

Keterangan * : Protein 29,08%, C/P 8,58 (pakan kontrol)


178

KESIMPULAN Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of


fish. Auburn University. Published by
Pakan dengan kadar protein dan rasio Van Nostrand Reinhold. New York.
protein energi yang berbeda memberikan USA. 260p.
pengaruh terhadap tingkat efisiensi pakan,
namun tidak mempengaruhi tingkat Mangunjaya. F. 2003. Bioteknologi berbasis
pertumbuhan relatif pada ikan mas (Cyprinus kekayaan hayati. http://www.
carpio). Pakan dengan kadar protein 31,15% conservation.or.id/site/opini.php?
dengan rasio protein energi 7,81 dan kadar textid=7293283386540453
protein 28,08% dengan rasio protein energi
9,12 menghasilkan nilai efisiensi pakan yang Meyer G, and Fracalossi. 2004. Protein
lebih baik yaitu 60,27% dan 59,53% requirement of jundia fingerlings,
dibandingkan dengan pakan yang Rhamdia quelen, at two dietary
mengandung kadar protein 31,15% dengan energy concentrations. Aquaculture,
rasio protein energi 7,81 dan kadar protein 240: 331 – 343
28,27% dengan rasio protein energi 8,28%
yaitu 46,90% dan 48,18%. NRC (National Research Council).. 1977.
Nutrient requirement of warm water
fishes. National Academy of Fish
DAFTAR PUSTAKA Science. Washington, D.C. 78pp

Al-Jabbar, I. 2005. Penggunaan tepung Pandian, T. J. 1989. Protein requirement of


kedelai sebagai pengganti tepung ikan fish and prawns cultured in Asia. P:
dalam pakan juvenil ikan kerapu 11-12. In S. S. De Silva (Ed.) Fish
bebek (Cromileptes altivelis). Skripsi. Nutrition Research in Asia.
Bogor. FPIK IPB. Proceedings of the Third Asia Fish
Nutrition Network Meeting. Asian
Craig, S and Helfrich, L. A. 2002. Fisheries Society, Special
Understanding fish nutrition feeds Publication. 4. Manila, Philippines.
and feeding. htpp:// www. Ext. vt.
Edu/Pubs/Fisheries/420-256. html#L4 Qinghui Ai and Xiaojun Xie. 2005. Effects of
dietary soybean protein levels on
Effendi, H. 2000. Telaah kualitas air: bagi energy budget of the Southern
pengelolaan sumberdaya dan Catfish, Silurus Meridionalis.
lingkungan perairan. Fakultas Comparative Biochemistry and
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Physiology, 14: 461-469.
259 hal.
Takeuchi T. 1988. Laboratory work,
Effendi, M.I. 1979. Metoda biologi chemical evaluation of dietry
perikanan. Yayasan Dewi Sri. 112 hal nutrients. P: 179-225. In Fish
Nutrition and Mariculture. Watanabe,
Halver, J. E. 1989. Fish nutrition. Second T. (Ed.). Department of Aquatic
Edition. Academic Press. London. Bioscience, Tokyo University of
New York. 798pp. Fisheries. Tokyo

Kadir, M. 2005. Penggunaan kecap ikan Webster, C. D. and Lim, C. 2002. Nutrition
sebagai sumber lemak dalam pakan requirement and feeding finfish for
untuk ikan patin. Skripsi. Bogor. IPB. aquaculture. CABI Publishing. New
FPIK. York, USA.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy