Lapsus Abortus

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 33
At a glance
Powered by AI
The document discusses incomplete abortion, including its definition, causes, diagnosis, treatment and complications.

An incomplete abortion is when only part of the products of conception are expelled from the uterus, leaving some residual tissue behind.

Some causes of incomplete abortion include maternal illnesses, uterine abnormalities, infections and fetal abnormalities.

LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh :
Wahyu Dian Puspita
132011101069

Pembimbing:
dr. Yonas Hadisubroto, Sp.OG

KSM/LAB OBSGYN RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


KSM Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSD dr. Soebandi

Oleh :
Wahyu Dian Puspita
132011101069

Pembimbing:
dr. Yonas Hadisubroto, Sp.OG

KSM/LAB OBSGYN RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Definisi ...................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi ................................................ Error! Bookmark not defined.
2.3. Etiologi ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Patogenesis ............................................................................................... 9
2.5 Gejala dan Tanda ...............................................................................................10
2.6 Diagnosis ............................................................................................................13
2.5 Diagnosis Banding ................................................................................. 10
2.6 Tatalaksana ............................................................................................ 13
2.7 Komplikasi ........................................................................................................ 16
2.8 Prognosis ............................................................................................................18
BAB 3. LAPORAN KASUS ............................................................................... 19
BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 26
BAB 5. KESIMPULAN ...................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30
BAB 1. PENDAHULUAN

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya


perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Perdarahan yang
terjadi pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan terjadinya abortus.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing dan harus selalu diwaspadai tentang akibat dari
perdarahan yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri.3

Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi,


artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan
gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000).
Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak
terjadi di negara-negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang. (9,10)

Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak


persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan,
tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan,
infeksi dan eklampsia.(9,10)

Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak
aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi
tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. (9,10)
2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kata abortus (aborsi, abortion) berasal dari bahasa latin aboriri-keguguran
(to miscarry). Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
berkembang sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan
digunakan usia kehamilan yang kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.1,3,4,5
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus
dan menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa
menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.3,6
Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus
therapeutica dan abortus kriminalis. Abortus medisinalis adalah abortus yang
terjadi atas pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Pertimbangan yang dimaksud harus dilakukan oleh minimal tiga dokter
spesialis, yaitu spesialis Kandungan dan Kebidanan, spesialis Penyakit Dalam dan
spesialis Jiwa. Sedangkan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh
karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis
dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.3,6

2.2 Klasifikasi
Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)
dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.5
b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang
mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.5
3

c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil


konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.5
d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah
keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.5
e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.5
f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus
tiga kali berturut-turut atau lebih.5
g) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat
dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau
peritonium.5

2.3 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
3.1 Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh
kejadian nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan
separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama
berupa trisomi autosom.3
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi
ovum normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab
terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan
Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga
lahir.3 Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal
iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus
absolut.3
4

Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada
rendahnya konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa
mengurangi peluang kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat
pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan
genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri
dan pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa
berakibat abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell
anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan
mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3

3.2 Faktor anatomi


Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik
terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan
anomali uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana
kelainan anatomik uterus adalah septum uterus akibat daripada kelainan
duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-
30%).3 Mioma uteri juga bisa mengakibatkan abortus berulang dan
infertilitas akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas uterus.3 Sindroma
Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan mengganggu tempat
impalntasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.3 Kelainan
kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium
dapat juga berpengaruh.3 Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi
intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis mengakibatkan
komplikasi anomali pada uterus dan dapat mengakibatkan abortus.6
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti
dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.1 Pada
kelainan ini, dilatasi serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu gestasi
5

16-28 minggu.1 Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi


serviks yang signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala
yang minimal.1 Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi
uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan
mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1 faktor-faktor yang
mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan berulang, operasi
serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan pada dietilstilbestrol, dan
abnormalitas anatomi pada serviks.1
Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada metoda
yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten namun,
setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi
segmen uterus bahagian bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan
pemendekan abnormal serviks yang sesuai dengan inkompeten serviks.1

3.3 Faktor Endokrin


Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi
sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada
sistem humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah
konsepsi terutamanya kadar progesteron sangat penting dalam mengantisipasi
abortus.3
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan
malformasi janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali
lipat untuk abortus.3
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas endometrium
terhadap implantasi embrio. Kadar progenteron yang rendah diketahui dapat
mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana
trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan.
Pengangkatan korpus luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan
jika diberikan progesteron pada pada pasien ini, maka kehamilan dapat
diselamatkan.3
6

Penelitian pada perempuan yang mengalami abortus berulang, didapatkan


17% kejadian defek luteal yaitu kurangnya progesteron pada fase luteal.
Namum pada saat ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk
mendiagnosa kelainan ini.3
Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada kelangsungan
kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua mengubah semua sel
pada mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung
proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang
berlebihan pada jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas ekstravillus
dan infiltrasi leukosit pada mukosa uterus berperan penting di mana
sebahagian besar leukosit adalah large granular cell, dan makrofag dengan
sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai dalam jumlah yang banyak terutama
pada endometrium yang terpapar progesteron. Perannya pada trimester 1
adalah akan terjadi peningkatan sel NK untuk membunuh sel target dengan
sedikit atau tiada ekspresi HLA.3 Trofoblast ekstravillous tidak bisa
dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang cepat menghasilkan HLA1
sehingga terjadinya invasi optimal untuk plasentasi yang optimal oleh
trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini akan berpengaruh
pada kelangsungan kehamilan.
Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik ovarium
dapat merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan menggangu
keseimbangan humoral yang penting pada kelangsungan kehamilan.6

3.4 Faktor infeksi


Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian
abortus. Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin,
dan sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.3
Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga
janin sulit untuk bertahan hidup. Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi
plasenta dan bisa berlanjut kematian janin. Infeksi kronis endometrium dari
penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa mengganggu proses implantasi.
7

Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif juga bisa
mengakibatkan abortus. Infeki virus pada kehamilan awal dapat
mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada
infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.3
Beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian abortus
diantaranya;3
 Bakteria: Listeria monositogenes, Klamidia trakomatis, Ureaplasma
urealitikum, Mikoplasma hominis, Bakterial vaginosis.
 Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.
 Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.
 Spirokaeta: treponema pallidum.

3.5 Faktor imunologi


Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya
adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). ApA adalah antibodi
spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE. Peluang terjadinya
pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%.
Menurut penelitian, sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA
yang merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari
phosfolipid. Selain SLE, antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan
pada preemklamsia, IUGR, dan prematuritas.3 Dari international consensus
workshop pada tahun 1998, klasifikasi APS adalah:3
 trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa
atau kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan
histopatologi)
 komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak
jelas, tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih
kematian janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih
persalinan prematur
 dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia
berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)3
8

 kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
sama dengan 6 minggu)
 antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan
CT, kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan
plasma platlet normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan
pertambahan fosfolipid)
aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari
33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,
ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi
vaskular.3

3.6 Faktor trauma


Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang
yang diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi
maternoplasental, dan infeksi. Namun secara statistik, hanya sedikit insiden
abortus yang disebabkan karena trauma.1

3.7 Faktor Nutrisi dan Lingkungan


Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan
kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.6 faktor-
faktor yang terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah
merokok, alkohol dan kafein.
Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko abortus euploid.1 Pada
wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2
kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok.1 Rokok mengandung
ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.6 Karbon monoksida juga
menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.6
Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan
risiko abortus spontan dan anomali fetus.1 Kadar abortus meningkat 2 kali
9

lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali
lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita yang tidak
minum.1
Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500 mg caffeine
satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang
meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah
tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai
level paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat
daripada kontrol.1

3.8 Faktor Kontrasepsi Berencana


Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada
kontrasepsi yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk
mencegah kehamilan, risiko aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat
dengan signifikan.1

2.4 Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti
dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan. Jika terjadi lebih awal, maka ovum
akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterus yang akan berakir dengan
ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Apabila kandung gestasi
dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus
sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal. Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal. Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. Kadang-kadang,
10

fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi karena
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium.6

2.5 Gejala dan Tanda


Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules.1,2,3,4
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon
yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan
keluarnya fetus atau jaringan. Ini penting untuk melihat progress abortus. Pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi
infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar
dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus
yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-
sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran
kecil dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional
yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.6

2.6 Diagnosis
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :

2.6.1 Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut
bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,
bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi.7
Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih
tertingal di dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa
11

reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa


atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya
apakah berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur.
Rasa sakit atau keram bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan
darah tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan
riwayat infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.6 Riwayat kepergian ke tempat
endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas
dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.7

2.6.2 Pemeriksaan Fisis


 Keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat

 Pemeriksaan ginekologi:
 Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidaknya
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva
 Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium
 Colok vagina: Portio bisa terbuka/tertutup, teraba/tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus (sesuai usia kehamilan/tidak),
nyeri goyang portio (-), nyeri pada perabaan adneksa (-), kavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
12

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan darah
b) Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan hingga 2-3
minggu setelah abortus
13

c) Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih


hidup
d) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2.6 Diagnosis Banding2


a) kehamilan ektopik tertanggu
b) perdarahan anovular pada wanita yang tidak hamil
c) abortus mola hidatidosa
d) polip endoserviks
e) karsinoma serviks

2.8 Tatalaksana
2.8.1 Tatalaksana Umum
 Lakukan penilaian secara cepat mengenai KU dan TTV
 Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan darah
sistolik <90mmHg).
o Jika syok (+)  lakukan tatalaksana awal syok.
o Jika syok (-)  tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
 Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
o Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
o Gentamicin 5 mg/KgBB IV setiap 24 jam
o Metronodazole 500mg IV setiap 8 jam
 Segera rujuk ibu ke rumahsakit
 Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran
 Lakukan tatalaksana khusus selanjutnya sesuai jenis abortus

2.8.2 Tatalaksana Khusus


14

2.8.2.1 Abortus Imminens


Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun
hubungan seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan
seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada
kasus dimana perdarahan terus berlansung, kondisi janin dinilai dan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain dilakukan dengan segera. Pada perdarahan
berlanjut khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus
dicurigai kehamilan ganda atau mola.

2.8.2.2 Abortus insipiens


Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
Ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.
Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan
dengan segera. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil
konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus
20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer
Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi
hasil konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.

2.8.3 Abortus inkomplit


Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per oral diberikan. Jika
perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi
vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual (AVM).
Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau
Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.
15

Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan


dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per
menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg
pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil
konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera dievakuasi.

2.8.4 Abortus komplit


Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus
600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat diberikan transfusi
darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan pascakeguguran dan
pemantauan lanjut jika perlu.

2.8.5 Abortus septik/infeksius


Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan keseimbangan
cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang mencukupi sesuai dengan
hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan flour yang
keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit
atau ampicillin 4x 1gram ditambah gentamisin 2x80mg dan metronidazol
2x1gram. Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik minimal 6
jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan, uterus harus
dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan komplikasi. Antibiotik harus
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian
tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai dah
kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus diberikan dan irigasi
kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2. Histerektomi harus
dibuat secepatnya jika indikasi.

2.8.6 Pemantauan Pascaabortus


16

Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal


yang biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang
diketahui secara klinis. Kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikutnya
adalah cerah kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat
mempunyai efek samping pada kehamilan berikut.4
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya
setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali
bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat
atau infeksi.4
Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan
kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri
setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan
perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase
keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.4

2.9 Komplikasi
2.9.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan yang berlebihan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga koagulopati.6

2.9.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.6
17

2.9.3 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis
sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.6

2.9.4 Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp.,Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap
infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.6

2.9.5 Efek anesthesia


Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi
yang berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic abortus, paracervical blok
sering digunakan sebagai metode anestesia. Sering suntikan intravaskular yang
tidak disengaja pada paraservikal blok akan mengakibatkan komplikasi fatal
seperti konvulsi, cardiopulmonary arrest dan kematian.7

2.9.6 Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)


Pasien dengan postabortus yang berat terutamanya setelah midtrimester perlu
curiga DIC. Insidens adalah lebih dari 200 kasus per 100,000 aborsi.7
18

2.8 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan
sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2
atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.
19

BAB 3. LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Ny. ANA
Tanggal Lahir : 1-2-2000
Usia : 17 tahun
Alamat : Jl. Imam Bonjol, Tegal Besar, Jember
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku bangsa : Madura
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 2-4-2018

3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Pasien mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir

Riwayat perjalanan penyakit


Pasien merasa hamil 3 bulan. Pasien mengetahui dirinya hamil setelah
pasien terlambat menstruasi 4 minggu, kemudian pasien melakukan cek
kehamilan di bidan tes urin postif. Sejak saat itu pasien rutin kontrol kehamilan
ke bidan.
Saat usia kandungan menginjak bulan ke-3, pasien mengeluh keluar darah
dari jalan lahir berupa flek sejak tanggal 26-03-2018 namun hanya sedikit.
Karena flek terus menerus muncul, maka tanggal 31-03-2018 pasien periksa ke
dr. Sp.OG, dilakukan USG dan hasilnya death conceptus. Pada tanggal 02-03-
2018 pukul 08.00 darah yang keluar makin banyak, berupa darah segar
bercampur gumpalan darah berwarna merah tua disertai nyeri perut, sehingga
pasien periksa ke puskesmas Kaliwates. Dari puskesmas kaliwates pasien
disarankan ke poli hamil RSD dr.Soebandi. Saat berada di Poli hamil, pasien
20

mengeluh nyeri perut makin parah dan perdarahan banyak sehingga pasien
langsung dibawa ke Ponek RSUD Soebandi.

Riwayat penyakit dahulu dan operasi


Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami perdarahan. Pasien juga
belum pernah menjalani operasi apapun. Pasien menyangkal adanya riwayat
kencing manis, darah tinggi, perdarahan yang sulit berhenti maupun riwayat
trauma. Pasien juga menyangkal adanya kebiasaan merokok, minum alkohol,
mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sehubungan
dengan keluhan yang dialami pasien.

Riwayat Sosio Ekonomi


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai
pedagang di pasar. Pasien berobat menggunakan BPJS NON PBI.

Riwayat Obstetri
Hamil ini merupakan hamil pertama pasien dan sebelumnya pasien tidak
pernah keguguran.
Riwayat menarche : 12 tahun
Riwayat menstruasi : teratur tiap bulan, biasanya selama 7 hari, nyeri (+)
Riwayat marital : menikah, 1 kali, usia 17 tahun (1 tahun yang lalu)
Riwayat ANC : periksa kehamilan 2 kali, di bidan.
HPHT : 31-12-2018
HPL : 07-09-2018

Riwayat Kontrasepsi
Pasien sebelumnya tidak pernah menggunakan kontrasepsi baik berupa
KB suntik ataupun pil.
21

3.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit, lemah
Kesadaran : Kompos mentis
Anemis : -/-
Ikterik :-
Sianosis :-
Berat badan : 42 kg
Tinggi badan : 150 cm

Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C

Pemeriksaan luar
Tanggal : 19 Februari 2018
Konjungtiva anemis : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-)
Hati dan limpa : tidak teraba
Edema -/-, varises -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Payudara hiperpigmentasi -/-.
Jantung : gallop (-), murmur (-).
Paru-paru : bising nafas vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing
-/-
I. Pemeriksaan luar :
Abdomen :
Inspeksi : Flat
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Palpasi : nyeri tekan (+). Tinggi fundus uteri tidak teraba.
22

Perkusi : timpani
Genitalia eksterna : perdarahan (+)

II. Pemeriksaan Dalam :


Vulva : perdarahan pervaginam (+), jaringan hasil konsepsi (+),
tercium bau busuk dari vulva (-)
Vagina : introitus vagina luas, tidak teraba polip maupun massa,
forniks posterior menonjol.
Serviks : bentuk bulat, konsistensi padat kenyal, portio terbua 1 jari
dan teraba jaringan, fluxus (+) minimal, kanalis servikalis
tertutup, nyeri goyang / slinger pain (-), Cavum Douglas
menonjol (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


I. Pemeriksaan laboratorium
Hematologi lengkap (02-04-2018)
Hb : 12,5 g/dl (12,0 – 16,0 g/dl)
Leukosit : 11,9 x 109/L (4,5 - 11 x 109/L)
Trombosit : 218 x 109/L (150 – 450 x 109/L)
Hct : 34,3 % (36,0-46,0 %)

Faal Hati
SGOT : 17 U/L (10-31 U/L)
SGPT : 8 U/L (9-36 U/L)
Albumin : 4,3 gr/dL (3,4 - 4,8 gr/dL)

Gula Darah
Glukosa Sewaktu : 107

Faal Ginjal
Kreatinin serum : 0,5 (0,5-1,1 mg/dL)
23

BUN :8 (6-20 mg/dL)


Asam Urat : 4,6 (2,0-5,7 mg/dL)

3.5 Diagnosis
Abortus Inkomplit

3.6 Tatalaksana
 IVFD RL 20 tpm (tangan kiri)
 Injeksi Cefotaxim 1 gr
 Injeksi Ranitidine 1 amp
 Injeksi Metoclopramide 1 amp
 Pro Kuretase

3.7 Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

3.8 Follow UP
02 April 2018, pukul 19.30 WIB, dilakukan tindakan operasi:
 Diagnosis pre operasi : Abortus inkomplit
 Laporan Operasi :
- Pasien berbaring posisi terlentang (litotomi) di atas meja operasi
dengan anestesi
- Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis menggunakan betadine dan
alcohol pada lapangan operasi
- Pasang spekulum sims anterior posterior
- Identifikasi portio, jepit portio arah jam 1
- Sondase uterus kesan antefleksi, 8 cm
- Evakuasi jaringan dengan abortic tang + 80cc
- Lakukan kuretase tumpul
24

- Ijeksi methylergometrin 1 ampul IM


- Lakukan kuretase tajam hingga kesan bersih
- Vaginal toilet
- Kuret selesai
 Diagnosis Post operasi :
- Post kuretase dengan GA H-0 a/i Abortus inkomplit
 Terapi post operasi :
- Puasa sampai dengan BU (+) atau flatus (+)  dilanjutkan MSS
- Drip oxytocin 20 IU 28 tpm sampai dengan 12 jam post kuretase
- p/o Cefadroxyl 3x1 g
- p/o Asam Mefenamat 3x1 g
- p/o Methylergometrin 3x1 g

02 April 2018 pukul 22.00 (ROI)


S : Perdarahan dari jalan lahir (+), pusing (-), flatus (-).
O : keadaan umum : cukup
tekanan darah : 110/70 mmHg
nadi : 86 x/menit, teratur, kuat angkat
pernapasan : 18 x/menit, teratur
suhu : 36,60C
A : Post Kuretase dg GA a/i abortus incomplete H-0
P : - Puasa
- Drip oxytocin 20 IU  28 tpm s/d 12 jam post kuretase
- p/o Cefadroxyl 3x1 g
- p/o Asam Mefenamat 3x1 g
- p/o Methylergometrin 3x1 g

03 April 2018 pukul 06.00 wib (Nifas)


S : Pasien merasa tidak ada keluhan, flatus (+), BAB (-), BAK (+)
O : keadaan umum : cukup
tekanan darah : 100/60 mmHg
25

nadi : 88 x/menit, teratur, kuat angkat


pernapasan : 20 x/menit, teratur
suhu : 36,70C
A : Post Kuretase dg GA a/i abortus incomplete H-1
P : - MSS
- Drip oxytocin 20 IU  28 tpm s/d 12 jam post kuretase (pukul
10.00 wib)
- p/o Cefadroxyl 3x1 g
- p/o Asam Mefenamat 3x1 g
- p/o Methylergometrin 3x1 g
- BLPL
26

BAB 4. PEMBAHASAN

Diagnosis abortus dalam kehamilan dapat ditegakkan berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat. Berikut adalah perbandingan antara
teori dan temuan-temuan klinis yang dijumpai pada pasien yang mendukung
diagnosa terjadinya abortus inkomplit.
No. Teori Pasien
1. Anamnesis Anamnesis
- Amenorea - Riwayat telat haid (+) dengan
- Nyeri perut HPHT (31-12-2017)
- Perdarahan pervaginam - Nyeri perut sejak 1 minggu yang
sedang-banyak dengan atau hilang timbul dan memberat sejak
tanpa disertai pengeluaran 2 hari yang lalu
hasil konsepsi - Pasien mengeluh adanya
perdarahan cukup banyak tanggal
26 februari 2018 namun hanya
berupa flek, gumpalan mulai
muncul sejak tgl 02-03-2018 (H
MRS)

2. Pemeriksaan Fisik KU : lemah


1. Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Keadaan umum tampak lemah Nadi : 82 x/menit
- tekanan darah normal atau Pernapasan : 28 x/menit
menurun Suhu : 36,60C
- denyut nadi normal atau cepat
dan kecil Tanda-tanda syok (-)
- suhu badan normal atau
meningkat

2. Pemeriksaan ginekologi
- Inspeksi Vulva: perdarahan - Inspeksi Vulva: perdarahan
pervaginam ada atau tidaknya pervaginam disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi, sebagian jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk bau busuk dari vulva(-)
dari vulva - Inspekulo: perdarahan dari
- Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri (+), jaringan
cavum uteri, ada atau tidaknya konsepsi (+)
cairan atau jaringan berbau - Colok vagina: Portio bisa
busuk dari ostium terbuka 1 jari, teraba jaringan
- Colok vagina: Portio bisa hasil konsepsi, nyeri goyang
27

terbuka/tertutup, teraba/tidak portio (-), nyeri pada perabaan


jaringan dalam cavum uteri, adneksa (-), kavum douglas tidak
nyeri goyang portio (-), nyeri menonjol dan tidak nyeri
pada perabaan adneksa (-), -
kavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri

Untuk menegakkan diagnosis abortus jenis inkomplit, dapat digunakan


tabel perbandingan jenis-jenis abortus sebagai berikut:
Diagnosis Perdarahan Nyeri perut Uterus Serviks Gejala Khas

Abortus sedikit sedang Sesuai usia Tertutup Tidak ada ekspulsi


Imminens kehamilan jaringan konsepsi
Abortus Sedang- Sedang-hebat Sesuai usia Terbuka Tidak ada ekspulsi
Insipiens banyak kehamilan jaringan konsepsi
Abortus Sedang- Sedang-hebat Sesuai usia Terbuka Ekspulsi sebagian
Inkomplit banyak kehamilan jaringan konsepsi

Abortus sedikit Tanpa/sedikit Lebih kecil Terbuka/ Ekspulsi seluruh


Komplit dari usia Tertutup jaringan konsepsi
kehamilan

Missed Tidak ada Tidak ada Lebih kecil Tertutup Janin telah mati
Abortion dari usia tapi tidak ada
kehamilan ekspulsi jaringan
Konsepsi

Abortus Ada/tidak ada Ada/tidak ada Sesuai/ Terbuka/ Terjadi tanda-tanda


Septik lebih dari Tertutup infeksi, didapatkan
usia keputihan berbau
kehamilan

Dengan demikian diagnosis abortus inkomplit dapat ditegakkan. Sedangkan


pemeriksaan penunjang hanya bersifat opsional. Tatalaksana yang bisa diberikan
pada abortus inkomplit, adalah sebagai berikut:
• Lakukan konseling.
• Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan berat:
28

o Evakuasi isi uterus. Metode yang dianjurkan adalah aspirasi vakum


manual (AVM). Kuret tajam dapat dilakukan bila AVM tidak
tersedia.
o Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
• Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan ringan-sedang:
o Keluarkan hasil konsepsi yang tampak muncul dari ostium uteri
eksterna dengan jari atau forsep cincin.
o Rekomendasi FIGO: Misoprostol 600μg per oral dosis tunggal atau
400μg sublingual dosis tunggal.
• Jika usia kehamilan ≥16 minggu:
o Berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.

Usia kehamilan pasien baru 3 bulan (12 minggu) dengan perdarahan yang
cukup banyak sehingga tatalaksananya harus segera dilakukan evakuasi (kuretase)
dengan jumlah jaringan yang keluar sekitar 80 cc.
29

BAB 5. KESIMPULAN

1. Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang


sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan digunakan
usia kehamilan yang kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
2. Etiologi abortus sebagian besar diakibatkan oleh kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Selain itu juga bisa disebabkan oleh hipertensi menahun, faktor maternal
seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, toksoplasmosis, kelainan
traktus genitalia seperti mioma uteri.
3. Kecepatan dan ketepatan diagnosis serta terapinya dapat menentukan suatu
prognosa yang akan terjadi dikemudian hari
30

DAFTAR PUSTAKA

1. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics,


22nd edition. Mc-Graw Hill, 2005

2. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and


treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008

3. Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu


Kandungan, edisi 2008

4. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17

5. Standard Pelayanan Medis Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RS Efarina


Etaham, 2008, ms 33-35

6. Abortus Incomplete. Available at http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-


inkomplit , accessed on July 29, 2014

7. Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at


http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview ,accessed on July
29, 2014

8. Gaufberg F, Abortion Septic, Available at


http://emedicine.medscape.com/article/795439-overview ,accessed on July
29, 2014

9. Kontroversi Seputar Aborsi, available at http :


//www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/ 2003/gendervaw 02. htm, accessed on
July 29, 2014

10. Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan, available at http :


//www.theceli.com/opik/Aborsi.htm, accessed on July 29, 2014

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy