Lapsus Abortus
Lapsus Abortus
Lapsus Abortus
ABORTUS INKOMPLIT
Oleh :
Wahyu Dian Puspita
132011101069
Pembimbing:
dr. Yonas Hadisubroto, Sp.OG
ABORTUS INKOMPLIT
Oleh :
Wahyu Dian Puspita
132011101069
Pembimbing:
dr. Yonas Hadisubroto, Sp.OG
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Definisi ...................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi ................................................ Error! Bookmark not defined.
2.3. Etiologi ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Patogenesis ............................................................................................... 9
2.5 Gejala dan Tanda ...............................................................................................10
2.6 Diagnosis ............................................................................................................13
2.5 Diagnosis Banding ................................................................................. 10
2.6 Tatalaksana ............................................................................................ 13
2.7 Komplikasi ........................................................................................................ 16
2.8 Prognosis ............................................................................................................18
BAB 3. LAPORAN KASUS ............................................................................... 19
BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 26
BAB 5. KESIMPULAN ...................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30
BAB 1. PENDAHULUAN
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak
aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi
tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. (9,10)
2
2.1 Definisi
Kata abortus (aborsi, abortion) berasal dari bahasa latin aboriri-keguguran
(to miscarry). Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
berkembang sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan
digunakan usia kehamilan yang kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.1,3,4,5
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus
dan menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa
menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.3,6
Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus
therapeutica dan abortus kriminalis. Abortus medisinalis adalah abortus yang
terjadi atas pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Pertimbangan yang dimaksud harus dilakukan oleh minimal tiga dokter
spesialis, yaitu spesialis Kandungan dan Kebidanan, spesialis Penyakit Dalam dan
spesialis Jiwa. Sedangkan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh
karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis
dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.3,6
2.2 Klasifikasi
Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)
dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.5
b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang
mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.5
3
2.3 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
3.1 Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh
kejadian nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan
separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama
berupa trisomi autosom.3
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi
ovum normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab
terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan
Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga
lahir.3 Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal
iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus
absolut.3
4
Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada
rendahnya konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa
mengurangi peluang kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat
pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan
genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri
dan pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa
berakibat abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell
anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan
mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3
Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif juga bisa
mengakibatkan abortus. Infeki virus pada kehamilan awal dapat
mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada
infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.3
Beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian abortus
diantaranya;3
Bakteria: Listeria monositogenes, Klamidia trakomatis, Ureaplasma
urealitikum, Mikoplasma hominis, Bakterial vaginosis.
Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.
Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.
Spirokaeta: treponema pallidum.
kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
sama dengan 6 minggu)
antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan
CT, kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan
plasma platlet normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan
pertambahan fosfolipid)
aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari
33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,
ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi
vaskular.3
lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali
lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita yang tidak
minum.1
Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500 mg caffeine
satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang
meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah
tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai
level paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat
daripada kontrol.1
2.4 Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti
dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan. Jika terjadi lebih awal, maka ovum
akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterus yang akan berakir dengan
ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Apabila kandung gestasi
dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus
sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal. Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal. Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. Kadang-kadang,
10
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi karena
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium.6
2.6 Diagnosis
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :
2.6.1 Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut
bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,
bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi.7
Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih
tertingal di dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa
11
Pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidaknya
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva
Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium
Colok vagina: Portio bisa terbuka/tertutup, teraba/tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus (sesuai usia kehamilan/tidak),
nyeri goyang portio (-), nyeri pada perabaan adneksa (-), kavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
12
2.8 Tatalaksana
2.8.1 Tatalaksana Umum
Lakukan penilaian secara cepat mengenai KU dan TTV
Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan darah
sistolik <90mmHg).
o Jika syok (+) lakukan tatalaksana awal syok.
o Jika syok (-) tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
o Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
o Gentamicin 5 mg/KgBB IV setiap 24 jam
o Metronodazole 500mg IV setiap 8 jam
Segera rujuk ibu ke rumahsakit
Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran
Lakukan tatalaksana khusus selanjutnya sesuai jenis abortus
2.9 Komplikasi
2.9.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan yang berlebihan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga koagulopati.6
2.9.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.6
17
2.9.3 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis
sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.6
2.9.4 Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp.,Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap
infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.6
2.8 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan
sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2
atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.
19
3.1 Identitas
Nama : Ny. ANA
Tanggal Lahir : 1-2-2000
Usia : 17 tahun
Alamat : Jl. Imam Bonjol, Tegal Besar, Jember
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku bangsa : Madura
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 2-4-2018
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Pasien mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir
mengeluh nyeri perut makin parah dan perdarahan banyak sehingga pasien
langsung dibawa ke Ponek RSUD Soebandi.
Riwayat Obstetri
Hamil ini merupakan hamil pertama pasien dan sebelumnya pasien tidak
pernah keguguran.
Riwayat menarche : 12 tahun
Riwayat menstruasi : teratur tiap bulan, biasanya selama 7 hari, nyeri (+)
Riwayat marital : menikah, 1 kali, usia 17 tahun (1 tahun yang lalu)
Riwayat ANC : periksa kehamilan 2 kali, di bidan.
HPHT : 31-12-2018
HPL : 07-09-2018
Riwayat Kontrasepsi
Pasien sebelumnya tidak pernah menggunakan kontrasepsi baik berupa
KB suntik ataupun pil.
21
Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Pemeriksaan luar
Tanggal : 19 Februari 2018
Konjungtiva anemis : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-)
Hati dan limpa : tidak teraba
Edema -/-, varises -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Payudara hiperpigmentasi -/-.
Jantung : gallop (-), murmur (-).
Paru-paru : bising nafas vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing
-/-
I. Pemeriksaan luar :
Abdomen :
Inspeksi : Flat
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Palpasi : nyeri tekan (+). Tinggi fundus uteri tidak teraba.
22
Perkusi : timpani
Genitalia eksterna : perdarahan (+)
Faal Hati
SGOT : 17 U/L (10-31 U/L)
SGPT : 8 U/L (9-36 U/L)
Albumin : 4,3 gr/dL (3,4 - 4,8 gr/dL)
Gula Darah
Glukosa Sewaktu : 107
Faal Ginjal
Kreatinin serum : 0,5 (0,5-1,1 mg/dL)
23
3.5 Diagnosis
Abortus Inkomplit
3.6 Tatalaksana
IVFD RL 20 tpm (tangan kiri)
Injeksi Cefotaxim 1 gr
Injeksi Ranitidine 1 amp
Injeksi Metoclopramide 1 amp
Pro Kuretase
3.7 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
3.8 Follow UP
02 April 2018, pukul 19.30 WIB, dilakukan tindakan operasi:
Diagnosis pre operasi : Abortus inkomplit
Laporan Operasi :
- Pasien berbaring posisi terlentang (litotomi) di atas meja operasi
dengan anestesi
- Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis menggunakan betadine dan
alcohol pada lapangan operasi
- Pasang spekulum sims anterior posterior
- Identifikasi portio, jepit portio arah jam 1
- Sondase uterus kesan antefleksi, 8 cm
- Evakuasi jaringan dengan abortic tang + 80cc
- Lakukan kuretase tumpul
24
BAB 4. PEMBAHASAN
2. Pemeriksaan ginekologi
- Inspeksi Vulva: perdarahan - Inspeksi Vulva: perdarahan
pervaginam ada atau tidaknya pervaginam disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi, sebagian jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk bau busuk dari vulva(-)
dari vulva - Inspekulo: perdarahan dari
- Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri (+), jaringan
cavum uteri, ada atau tidaknya konsepsi (+)
cairan atau jaringan berbau - Colok vagina: Portio bisa
busuk dari ostium terbuka 1 jari, teraba jaringan
- Colok vagina: Portio bisa hasil konsepsi, nyeri goyang
27
Missed Tidak ada Tidak ada Lebih kecil Tertutup Janin telah mati
Abortion dari usia tapi tidak ada
kehamilan ekspulsi jaringan
Konsepsi
Usia kehamilan pasien baru 3 bulan (12 minggu) dengan perdarahan yang
cukup banyak sehingga tatalaksananya harus segera dilakukan evakuasi (kuretase)
dengan jumlah jaringan yang keluar sekitar 80 cc.
29
BAB 5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA