Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 111-117
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 111-117
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 111-117
Journal of Online
Nutrition
di :College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 111
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc
ABSTRACT
Background : Prediabetes is a condition in which a person's blood glucose level is between normal and diabetic
levels. Diet is an effective way to lower blood glucose levels. Tomato juice is a drink that is associated with the
decrease of blood glucose levels. This study were designed to prove the effect of tomato juice on blood glucose
levels in prediabetes..
Method : This study was pre experiment with one group pre test-post test design. The subjects were people in
Sendangguwo Semarang taken by consecutive sampling. Total subjects was 21 people. Each sample was given 200
ml of tomato juice from 180 gram red tomato Lycopersicum commune that are blanched with water at a
temperature of 70-90 °C for 10 minutes and then blended and filtered. Tomato juice intervention is given for 3
weeks. Fasting blood glucose level was measured one day before and one day after the intervention using the
spectrophotometric method. During the intervention, intake data were obtained by the method of food recall 3 × 24
hours. Data were analyzed using Shapiro Wilk dan paired t-test.
Result : There were a decrease in fasting blood glucose levels of 9.00 mg/dl (7.64%) after being given tomato juice
for 3 weeks.
Conclusion : The statistical test showed there are significant differences on fasting blood glucose levels decrease
before and after being given tomato juice.
ABSTRAK
Latar Belakang : Prediabetes merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah seseorang berada diantara kadar
normal dan diabetes. Pengaturan diet merupakan cara efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah. Jus Tomat
merupakan salah satu bahan minuman yang dihubungkan dengan penurunan kadar glukosa darah. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian jus tomat terhadap kadar glukosa darah pada prediabetes.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group pre test-post test
design. Subjek penelitian adalah warga Kelurahan Sendangguwo Semarang yang diambil secara consecutive
sampling. Besar sampel adalah 21 orang. Tiap sampel diberi jus tomat sebanyak 200 ml yang berasal dari 180
gram tomat merah jenis Lycopersicum commune yang di-blanching dengan air pada suhu 70-90°C selama 10 menit
kemudian diblender dan disaring. Intervensi jus tomat diberikan selama 3 minggu. Kadar glukosa darah puasa
diukur satu hari sebelum dan satu hari setelah intervensi dengan menggunakan metode spektrofotometri. Selama
intervensi, asupan makan diperoleh dengan metode food recall 3×24 jam. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji Shapiro Wilk dan paired t- test.
Hasil : Terjadi penurunan kadar glukosa darah puasa sebesar 9,00 mg/dl (7,64%) setelah pemberian jus tomat
selama 3 minggu.
Simpulan : Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna terhadap penurunan kadar glukosa darah
puasa sebelum dan setelah pemberian jus tomat.
*)
Penulis Penanggungjawab
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 112
glukosa per oral berada diantara 140-199 mg/dl. Penelitian tentang konsumsi jus tomat terhadap
Berdasarkan penelitian, risiko IGT menjadi kadar glukosa darah penderita Diabetes Melitus
diabetes lebih besar dibanding IFG. 3 Progresivitas Tipe 2 pernah dilakukan. Namun, penelitian
IGT menjadi diabetes 6 – 10% pertahun.4 Kondisi tentang konsumsi jus tomat terhadap kadar glukosa
prediabetes dapat diperbaiki dengan pengaturan darah pada subjek prediabetes belum pernah
makanan dan melakukan olahraga secara teratur. 5 dilakukan. Selain itu, prediabetes tidak
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi obat-obatan sehingga diharapkan
15,5% kejadian prediabetes lebih besar tejadi pada jus tomat yang diberikan memiliki pengaruh yang
wanita dibanding pria karena secara fisik wanita signifikan. Hal inilah yang mendorong peneliti
memiliki peluang peningkatan BMI (Body Mass untuk melakukan penelitian tentang pengaruh jus
Index) lebih besar.6 Usia yang biasanya mengalami tomat terhadap kadar glukosa darah pada subjek
peningkatan glukosa darah adalah setelah 40 tahun prediabetes.
karena pada usia tersebut terjadi perubahan sel beta
pankreas yang menghasilkan hormon insulin.7 METODE
Pengaturan makanan memberikan pengaruh Penelitian dilakukan di wilayah kerja
yang efektif terhadap penurunan kadar glukosa Puskesmas Sendangguwo Semarang pada bulan
darah. Survei Pemeriksaan Gizi dan Kesehatan Juni 2012. Desain penelitian adalah pre
Nasional AS menemukan adanya pengaruh eksperimen dengan rancangan one group pre test-
makanan kaya karotenoid terhadap kadar glukosa post test design. Penentuan subyek penelitian
darah para pengidap diabetes.6 Salah satu bahan menggunakan metode consecutive sampling.
makanan yang dihubungkan dengan penurunan Sebanyak 57 orang bersedia diambil darahnya
kadar glukosa darah yaitu tomat. 7,8,9 Tomat untuk proses skrining awal dan diperoleh sebanyak
memiliki zat aktif utama yang disebut dengan 23 orang yang memenuhi kriteria inklusi untuk
likopen. Berbagai penelitian ilmiah menunjukkan, menjadi subyek penelitian yang semuanya
likopen merupakan kelompok karotenoid yang dijadikan 1 kelompok. Kriteria inklusi subjek
tidak hanya penting sebagai pigmen pemberi warna penelitian antara lain wanita usia 40-50 tahun yang
merah, tetapi juga sangat bermanfaat bagi belum menopause, kadar glukosa darah puasa 100-
kesehatan, yaitu menurunkan glukosa darah, 125 mg/dl, IMT > 23 kg/m2, tidak mengkonsumsi
memperlambat kanker prostat, dan mencegah obat-obatan yang mengendalikan kadar glukosa
osteoporosis.10 Kandungan likopen pada tomat darah dan tidak mengkonsumsi alkohol.
yang telah melalui proses pemanasan akan lebih Prosedur pertama dalam penelitian ini adalah
banyak dan lebih mudah diserap tubuh memberikan penjelasan tentang maksud penelitian,
dibandingkan dengan tomat segar.11 Pada metode penelitian yang digunakan, risiko dan
pembentukan likopen, suhu mempunyai peranan ketidaknyamanan yang akan dialami serta
yang penting, jika suhu naik maka likopen yang keuntungan yang diperoleh subjek penelitian.
terbentuk akan semakin banyak . 10,11 Likopen Subjek yang bersedia menjadi sampel diminta
dalam tomat akan lebih mudah diserap tubuh jika menandatangani informed consent, selanjutnya
diproses menjadi olahan seperti jus. 7 Kandungan dilakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi
likopen pada 100g tomat yang dibuat jus sebanyak badan (TB) untuk mengetahui IMT nya,
12,8 mg sedangkan pada 100g tomat segar pengukuran kadar glukosa darah puasa dan
sebanyak 5,8 mg.11 Likopen dapat menurunkan diberikan penyuluhan.
glukosa darah dengan cara menurunkan resistensi Subjek diberi intervensi berupa jus tomat.
hormon insulin, sehingga toleransi sel terhadap Jus tomat diberikan pada setiap subjek sebanyak
glukosa meningkat sehingga kelebihan kadar gula 200 ml yang berasal dari 180 g tomat tanpa
darah dapat ditanggulangi.7 Tomat yang digunakan tambahan gula dan air dengan frekuensi 1x/hari
sebanyak 180 gram dengan kandungan likopen 23 selama 21 hari. Pemberian jus tomat dilakukan
gram dapat menurunkan kadar glukosa darah secara langsung oleh peneliti dan setiap subjek
sebesar 1,2 mg/dl pada penderita diabetes selama 3 harus meminumnya di depan peneliti hingga habis
hari.10 100%. Kepatuhan mengkonsumsi jus tomat
Berdasarkan data Puskesmas Sendangguwo, dipantau dengan formulir daya terima. Pada hari
Semarang kunjungan prediabetes terus mengalami ke-22 dilakukan pengukuran kembali kadar
peningkatan. Pada tahun 2009 didapatkan 215 glukosa darah puasa sebagai data akhir.
kunjungan pasien prediabetes sedangkan pada Data yang dikumpulkan berupa data primer
tahun 2010 meningkat menjadi 347 kunjungan. meliputi data umum subjek, data asupan makan,
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 113
dan data tingkat kepatuhan yang dikumpulkan diperoleh dengan metode food recall 21×24 jam
melalui wawancara. Kemudian data yang dan diolah menggunakan nutrisurvey.
dikumpulkan melalui pengukuran antropometri Data yang diperoleh dianalisis secara statistik.
adalah data berat badan yang diperoleh melalui Analisis deskriptif digunakan untuk melihat
penimbangan dengan timbangan digital yang gambaran karakteristik subjek. Uji normalitas data
tingkat ketelitiannya 0,1 kg dan data tinggi badan glukosa darah puasa sebelum dan setelah perlakuan
yang diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data berdistribusi
mikrotoa yang tingkat ketelitiannya 0,1 cm. normal sehingga untuk mengetahui perbedaan
Sedangkan data biokimiawi yaitu kadar glukosa kadar glukosa darah puasa sebelum dan setelah
darah puasa dilakukan oleh petugas puskesmas pemberian jus tomat menggunakan uji paired t-
Sendangguwo dengan menggunakan metode test. Hubungan antara asupan makan selama
spektrofotometri. intervensi terhadap kadar glukosa darah
Variabel bebas adalah jus tomat yang berasal menggunakan uji korelasi pearson karena data
dari tomat jenis Lycopersicum commune yang berdistribusi normal.
berwarna merah dengan usia panen 70-100 hari di-
blanching dengan air pada suhu 70-90°C selama HASIL PENELITIAN
10 menit kemudian diblender dan disaring. Penelitian dilaksanakan di wilayah
Variabel terikat adalah kadar glukosa darah puasa Puskesmas Sendangguwo Semarang pada bulan
yang diambil melalui pembuluh vena mediana Juni 2012. Sebanyak 23 orang memiliki kriteria
cubiti dengan metode spektrofotometri setelah inklusi untuk menjadi subjek penelitian. Selama
subjek berpuasa selama 8 jam. Sedangkan variabel penelitian 2 orang drop out karena tidak mematuhi
perancu adalah asupan makan yaitu rata-rata prosedur penelitian sehingga jumlah akhir subjek
makan subjek penelitian selama penelitian yang penelitian adalah 21 orang.
Perlakuan (n=21)
Karakteristik Subjek
N % Rerata+SB
Kelompok Usia
40-45 tahun 13 61,9 45,19±2,82
46-50 tahun 8 38,1
IMT5
Overweight (23-24,9 kg/m2) 6 28,6 27,37±3,50
Obesitas (>25 kg/m2) 15 76,1
Aktifitas Fisik12
Ringan 16 76,19 2161,50±226,46
Sedang 5 23,8
Tingkat Pendidikan
Tamat SD 8 38
Tamat SMP 6 28,6 (-)
Tamat SMA 6 28,6
Tamat Perguruan Tinggi 1 4,8
Jenis Pekerjaan
Tidak bekerja 16 76,1
Wiraswasta 2 9,5 (-)
Pegawai swasta 1 4,8
Pegawai negeri 1 4,8
Buruh cuci 1 4,8
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 114
Tabel 1 menunjukkan subjek penelitian 45,19 tahun, IMT 27,37 kg/m3 dan aktifitas fisik
sebagian besar berada pada kelompok usia 40-45 2161,50 kal. Pada variabel usia, IMT dan aktifitas
tahun (61,9%), indeks massa tubuh (IMT) sebagian fisik tidak perlu dilakukan uji homogenitas karena
besar tergolong obesitas (71,4%), tingkat aktifitas kesamaan varians tidak menjadi syarat untuk uji
tergolong ringan (76,19%), pendidikan sebagian kelompok yang berpasangan.13
besar tamat Sekolah Dasar (38%), dan sebagian Perbedaan IMT Sebelum dan Sesudah
besar tidak bekerja (76,1%). Rerata usia adalah Intervensi
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata asupan rerata asupan energi , protein, serat, karbohidrat,
energi, karbohidrat, dan lemak pada sebelum dan lemak pada sebelum dan selama intervensi.
intervensi lebih tinggi daripada selama intervensi. Korelasi kadar GDP dengan Asupan Makan
Sedangkan asupan protein dan serat sebelum Selama Intervensi
intervensi lebih rendah daripada selama intervensi. Hubungan antara kadar glukosa darah
Uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan dengan asupan makan selama intervensi
ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Korelasi kadar glukosa darah dengan asupan makan selama intervensi
Kadar
Energi Karbohidrat Lemak Protein Serat
GDP
r -0,565 -0.075 -0.281 -0.525 -0.137
b
P 0.008 0.170 0.178 0.254 0.052
Keterangan : b (Uji Korelasi Pearson)
Tabel 4 menunjukkan adanya korelasi turun. Pada uji ini terdapat hubungan yang
negatif yang kuat antara penurunan kadar glukosa signifikan antara penurunan kadar glukosa darah
darah dengan peningkatan asupan energi. Hal ini dengan peningkatan asupan energi selama
ditunjukkan dengan nilai r sebesar -0.565, artinya intervensi (p<0,05).
semakin tinggi asupan energi maka GDP semakin
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 115
Korelasi IMT setelah intervensi dengan GDP Hubungan antara IMT setelah intervensi
setelah intervensi dengan GDP setelah intervensi ditampilkan pada
tabel dibawah ini.
Pb 0.396
Perlakuan (n=21)
Variabel pa
Rerata+SB
GDP Pre 112,76+6,715
GDP Post 103,76+6,971 0,001
∆GDP -9,00+10,17
Keterangan : a (Paired t test)
dimanfaatkan.18 Penurunan berat badan merupakan Intervensi yang diberikan adalah jus tomat
salah satu cara untuk menurunkan risiko sebanyak 200 dengan kandungan likopen sebanyak
prediabetes maupun DM. Monitoring terhadap 23 gram, protein 1,4 gram dan serat 3,2 gram.
kadar glukosa darah, asupan makan, dan aktifitas Setelah intervensi selama 3 minggu terjadi
fisik juga diperlukan untuk menjaga kestabilan penurunan kadar glukosa darah puasa sebesar 9,00
kadar glukosa darah.19 mg/dl (7,64%). Uji statistik menunjukkan terdapat
Aktifitas fisik sebagian besar subjek perbedaan bermakna antara GDP sebelum dan
penelitian (76,19%) mempunyai tingkat aktifitas sesudah intervensi.
ringan. Kurangnya aktifitas fisik dikaitkan dengan Kandungan likopen pada tomat mampu
kejadian prediabetes dan DM.20 Aktifitas fisik yang mengurangi kerusakan oksidatif pada DNA seluler
kurang mengakibatkan sensitivitas dari reseptor dan mengurangi lemak peroksidasi yang
dan insulin semakin menurun sehingga glukosa disebabkan oleh penyakit diabetes. Likopen juga
darah yang dipakai untuk metabolisme energi dapat meningkatkan konsentrasi insulin, penurunan
semakin sedikit.21 Salah satu cara untuk H202 sehingga dapat berfungsi sebagai
meningkatkan aktifitas fisik yaitu dengan antidiabetik.23 Selain itu likopen mampu
berolahraga. Sebanyak 23,8% subjek penelitian melindungi kerja pankreas dari radikal bebas,
mempunyai kebiasaan olahraga 3 kali seminggu sehingga pankreas dapat bekerja secara optimal
selama 15 menit. Olahraga yang dilakukan secara dalam menghasilkan insulin serta juga dapat
teratur yaitu 3-4 kali seminggu selama 30 menit menurunkan resistensi hormon insulin, sehingga
menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa toleransi sel terhadap glukosa meningkat. 24
darah oleh otot yang aktif sehingga secara Asupan serat selama intervensi mengalami
langsung dapat menyebabkan penurunan kadar sedikit peningkatan menjadi 11,39 gram walaupun
lemak tubuh, mengontrol kadar glukosa darah, dan masih jauh lebih rendah daripada rekomendasi
memperbaiki sensitivitas insulin.22 yang dianjurkan yaitu 25 gram/hari. 5 Menurut
Selama intervensi terdapat beberapa subjek berbagai hasil penelitian menunjukkan adanya
yang mengalami peningkatan dan penurunan BB keterkaitan antara serat pangan dengan penurunan
sehingga terjadi perubahan perhitungan IMT. Hasil kadar glukosa darah. Serat dapat memperlamban
uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan penyerapan glukosa dari usus kecil. Serat pada
bermakna antara IMT sebelum dan setelah tomat merupakan serat tidak larut (insoluble
intervensi. Sedangkan pada uji korelasi dietary fiber) yaitu hemiselulosa.25 Serat tidak larut
menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat mengurangi proses glukoneogenesis yang
lemah antara IMT setelah intervensi dengan GDP berpengaruh terhadap peningkatan sekresi insulin
setelah intervensi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai sehingga dapat mengurangi kenaikan kadar
r sebesar 0.195. glukosa.5
Asupan makan berpengaruh terhadap
kadar glukosa darah. Pada saat sebelum intervensi, KETERBATASAN PENELITIAN
rerata asupan energi, karbohidrat, dan lemak lebih Keterbatasan penelitian ini adalah
tinggi daripada selama intervensi sedangkan menggunakan desain pre eksperimen di mana tidak
asupan protein dan serat lebih rendah daripada adanya kelompok kontrol/ pembanding, selain itu
selama intervensi. Hal ini disebabkan karena tidak dilakukan pengontrolan aktifitas fisik selama
sebagian besar subjek selama pemberian jus tomat intervensi.
melakukan perubahan pola makan dan mengurangi
konsumsi gula sederhana. Pengaturan pola makan SIMPULAN
merupakan cara efektif untuk menurunkan kadar Terdapat penurunan bermakna pada uji beda
glukosa darah.1 kadar glukosa darah puasa sebelum dan setelah
Hasil uji korelasi variabel perancu pemberian jus tomat, namun secara validitas
menunjukkan asupan energi selama intervensi eksperimen penurunan glukosa darah puasa dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap disebabkan oleh variabel lain.
penurunan kadar glukosa darah. Variabel asupan
energi memiliki korelasi negatif yang kuat sebesar SARAN
-0.565 terhadap penurunan kadar glukosa darah. 1. Penelitian lebih lanjut diperlukan menggunakan
Asupan energi dalam jumlah yang tidak berlebihan kelompok kontrol/pembanding agar hasil yang
dan sesuai kebutuhan dapat mencegah pelonjakan diperoleh lebih kuat.
kadar glukosa darah.5
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 117
2. Perlu dilakukan pengambilan data aktifitas 13. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan
subjek selama intervensi karena aktifitas fisik Kesehatan: Statistik untuk Kedokteran dan
memiliki pengaruh yang besar terhadap Kesehatan: Diskriptif, Bivariat, dan Multivariat,
perubahan kadar glukosa darah. dilengkapi aplikasi dengan menggunakan metode
SPSS Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika: 2008. Hal
3. Pada prediabetes dianjurkan untuk melakukan
10-13.
aktifitas fisik dan mengkonsumsi jus tomat 14. Rimbawan, Albiner S. Indeks Glikemik Pangan.
karena dapat membantu mengontrol kestabilan Jakarta : Penebar Swadaya; 2004. Hal 23-70.
kadar glukosa darah. 15. Meyes PA. Glukoneogenesis dan Pengontrolan
Kadar Glukosa Darah. Dalam: Murray RK,
DAFTAR PUSTAKA Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia
1. Muchid A. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Harper 25th edition. Jakarta: EGC; 2003. Hal. 178-
Diabetes Mellitus. Direktorat Bina Farmasi 216.
Komunitas Dan Klinik, Departemen Kesehatan RI. 16. Arthur C, Guyton. Insulin, Glukagon, dan Diabetes
2005. Tersedia dari :URL: Melitus. Dalam : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
http://www.depkes.go.id. Jakarta : EGC; 1997. Hal 1010-28.
2. Manaf A. Prediabetes. Bagian Ilmu Penyakit 17. WHO. Asia-Pacific Perspective : Redefining
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Obesity and its Treatment. International
[serial online][dikutip 22 Agustus 2011]. Tersedia Association for the Study of Obesity. Sydney:
dari: URL: http://www.repository.unand.ac.id. Health Communications Australia Pty Ltd; 2000.
3. Codario AR. Type 2 diabetes, pre-diabetes, and the 18. Nugroho SA. Hubungan Antara Tingkat Stress
metabolic syndrome. Second Edition. Philadelphia, Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Pennsylvani, USA; 2010. Tersedia dari :URL: Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo I
http://www.springer.com. Kabupaten Sukoharjo [Skripsi]. Fakultas Ilmu
4. Skolnik NS. Insulin Resistance and Pre-diabetes. Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
U.S. Department of Health and Human Services; 2010.
National Institutes of Health. 2008; 09–4893. 19. Idamarie L. Nutrition for Weight Management.
5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Dalam : Mahan LK, Stump ES. Krause’s Food,
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Nutrition, and Diet Theraphy 11th edition.
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI; Pensylvania : Saunders; 2004. Hal 558-593.
2006. Hal 3-14, 30-31. 20. Ramachandran A, Snehalatha C. Diabetes Melitus.
6. Whitney E, Rolfes SR, Pinna K. Nutrition and Dalam : Michael JG, Barrie MM, John MK,
Diabetes Mellitus. Dalam : Understanding Normal Lenore A. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
and Clinical Nutrition 7th edition. Belmont : EGC; 2005. Hal 407-419.
Wadsworth; 2002. Hal 790-816. 21. Yusharmen. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor
7. Hastuti RT. Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika Risiko Diabetes Melitus. Direktorat Jenderal
pada Penderita Diabetes Mellitus; Studi Kasus Di Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Rsud Dr. Moewardi Surakarta [Tesis]. Program Lingkungan Departemen Kesehatan RI Jakarta.
Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro 2008. Hal 7-11.
Semarang; 2008. 22. Hadisaputro S, Setyawan H. Epidemiologi dan
8. Kurnia IA. Manfaat Buah-buahan dan Sayur- Faktor-Faktor Risiko terjadinya Diabetes Melitus
sayuran. Politeknik Kesehatan Departemen Tipe 2. Dalam : Diabetes Melitus Ditinjau dari
Kesehatan Denpasar Jurusan Gizi. Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang :
9. Lu W, Simin L, Manson JE, Gaziano JM, Buring Badan Penerbit UNDIP (PERKENI) : 2007. Hal
JE, Sesso HD. The Consumption of Lycopene and 133-154.
Tomato-Based Food Products Is Associated with 23. Sari MI. Reaksi-reaksi Biokimia sebagai Sumber
the Risk of Type 2 Diabetes in Women. J. Nutr Glukosa Darah [Skripsi]. Fakultas Kedokteran
2006; 136: 620–625. Sumatera Utara.2007.
10. Gartner C, Stahl W, Sies H. Lycopen is More 24. Kailaku SI, Sunarmani. Potensi Likopen dalam
Bioavailable from Tomato Paste than from Fresh Tomat untuk Kesehatan. Balai Besar Penelitian
Tomatoes. Am J Clin Nutr 2007;66:116–22 dan Pengembangan Pascapanen Pertanian: Buletin
11. Maulida D, Zulkarnaen N. Ektraksi Antoiksidan ( Teknologi Pascapanen Pertanian 2007 Vol.3
Likopen ) dari Buah Tomat dengan Menggunakan 25. Nainggolan O, Adimunca C. Diet Sehat dengan
Solven Campuran, n – Heksana, Aseton, dan Serat. Cermin Dunia Kedokteran. 2005 Vol. 51
Etanol [Skripsi]. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas No. 147.
Teknik, Universitas Diponegoro. 2010.
12. Marsetyo H, Kartosaputra G. Ilmu Gizi (Korelasi
Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja). Jakarta
: Rhineka Cipta; 2003. Hal 34-43.