Karakter Agronomis Dan Fisiologis Padi G PDF
Karakter Agronomis Dan Fisiologis Padi G PDF
Karakter Agronomis Dan Fisiologis Padi G PDF
ABSTRACT
Rice is main staple food in Indonesia. Having dry land of 148 millions hectares, increasing upland rice
yield needs to be done. The main constrain of dry land is low phosporus availability which can be elevated by
hull ash application. The objective of the study was to identify the agronomical character of upland rice grown
in soil-containing rice hull ash under 80% field water capacity. A research was carried out in a wire house at
Faculty of Agriculture UNSOED. Treatments included variety (Situ Patenggang, Limboto, Towuti, Batutegi and
Aek Sibundong) and application of rice-hull ash at 0, 2, 4 or 6 ton ha-1 with three replicates. The results showed
that there were significantly effects on plant height and tiller number at different varieties. The higher plant
height was followed by the lower number of tiller and vise versa. Aek Sibundong variety had the highest number
of tillers than others. Water absorption was the highest in plant without addition of rice-hull ash. Each variety
gave the same response that increasing application dosage up to 6 ton ha-1 of rice-hull ash was followed by
higher content of silicon.
Key words: upland rice varieties, rice-hull ash, morphological and physiological characters.
ABSTRAK
Padi merupakan tanaman utama yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Pengembangan
produksi padi gogo dilahan kering perlu dilakukan. Luas lahan kering di Indonesia mencapai 148 juta hektar.
Kendala lahan kering adalah ketersediaan P tanah. Salah satu upaya untuk mengatasi kendala tersebut dengan
menggunakan abu sekam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter agronomis dan fisiologis
padi gogo yang ditanam pada media tanah bersekam pada kondisi air dibawah kapasitas lapang. Penelitian
dilakukan di polibag dalam rumah jaring Fakultas Pertanian Unsoed dengan menggunakan rancangan acak
kelompok pola faktorial dengan faktor varietas Situ Patenggang, Limboto, Towuti, Batutegi dan Aek Sibundong
dan faktor abu sekam (0, 2, 4, dan 6 ton -1), diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman dan jumlah anakan. Jumlah anakan pada varietas paling banyak, tetapi
tinggi tanamannya paling rendah. Untuk karakter fisiologis, pemberian abu sekam sangat nyata berpengaruh
pada tingkat serapan air pada umur 65 hari setelah tanam dan kandungan prolin daun. Aplikasi abu sekam 0 ton
ha-1 menunjukkan tingkat serapan air tertinggi, sedangkan untuk kandungan prolin tertinggi pada aplikasi abu
sekam 6 ton ha-1. Setiap varietas menunjukkan peningkatan kandungan silikat daun pada pemberian abu sekam
dan tertinggi pada aplikasi 6 ton ha-1.
Kata kunci: varietas padi gogo, abu sekam, karakter morfologis dan fisiologis
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 40
petani di wilayah lahan kering tadah hujan. Selain counter, cutter, milimeter blok, meteran,
itu, sebagai langkah dan strategi untuk timbangan dan oven, cangkul, light intensity meter,
mendapatkan varietas unggul yang adaptif dan plastik untuk sampel contoh.
terhadap tipologi lingkungan spesifik (tadah hujan) Percobaan dilakukan dengan
dan memiliki daya hasil tinggi. menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor
METODE PENELITIAN yang dicoba terdiri atas varietas padi gogo (lima
varietas) dan abu sekam (empat dosis). Faktor
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium pertama varietas padi gogo terdiri atas V1 = Situ
Agronomi dan rumah kawat/wire house Fakultas Patenggang, V2 = Limboto, V3 = Towuti, V4 =
Pertanian Unsoed Purwokerto, berlangsung dari Batutegi dan V5 = Aek Sibundong. Sedangkan
bulan Mei – November 2009. faktor kedua abu sekam yang terdiri atas A1 =
Bahan utama dari penelitian ini adalah tanpa abu sekam, A2 = 2 ton ha-1, A3 = 4 ton ha-1
varietas padi gogo yaitu , Limboto, Towuti, Batutegi, dan A4 = 6 ton ha-1.
dan Aek Sibundong. Pupuk dan dosis yang Penelitian dilakukan di rumah kawat/wire
digunakan adalah Urea 200 kg ha-1 (dibagi dua house. Berdasarkan perlakuan yang diberikan
untuk dua kali aplikasi 15 dan 30 hst), SP36 150 terdapat 5 x 4 x 3 = 60 pot percobaan, tiap
kg ha-1 (15 hst) dan KCl 100 kg ha-1 (15 hst. Benih perlakuan terdiri atas 4 unit. Sehingga total polibag
yang ditanam dengan takaran 45 kg ha -1 dan pada penelitian ini berjumlah 240 buah. Tiap
aplikasi abu sekam. Alat-alat pendukung yang varietas padi gogo ditanam sebanyak 3 benih per
digunakan dalam penelitian ini antara lain hand polibag dan disisakan 2 bibit yang tumbuh baik.
Tabel 1. Analisis varians karakter morfologis padi gogo yang ditanam pada media bersekam pada kondisi air
dibawah kapasitas lapang
Keterangan: SR = Sidik Ragam, V=Varietas, HST=hari setelah tanam, A=abu sekam, BB=biomassa basah, BK=biomasa
kering, TT=tinggi, tanaman, JA=jumlah anakan, LD=luas daun; * = berbeda nyata pada taraf 95%, ns= tidak
berbeda nyata.
Tabel 2. Tinggi tanaman dan jumlah anakan padi gogo yang ditanam pada media bersekam pada kondisi air
dibawah kapasitas lapang
Varietas Tinggi tanaman Jumlah anakan
25 45 65 25 45 65
Hari setelah tanam
Situ Patenggang 34,25 b 61,34 b 80,00 b 5,25 a 16,00 b 22,08 b
Limboto 34,48 b 63,01 b 85,02 c 4,83 a 14,50 ab 18,58 ab
Towuti 28,48 a 45,08 a 65,25 a 7,08 b 20,00 c 38,75 c
Batutegi 33,19 b 64,17 b 94,98 d 4,33 a 11,67 a 16,5 a
Aek sibundong 30,03 a 47,73 a 63,05 a 7,75 b 21,17 c 41,83 c
LSD0,05 1,81 4,76 3,87 1,66 3,38 5,38
Keterangan: TT = tinggi tanaman, JA = jumlah anakan, HST = hari setelah tanam, angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf nyata 95%.
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 43
Metode Pelaksanaan Penelitian dan Instrumen tersebut diapungkan di permukaan air selama 4
yang digunakan jam untuk memperoleh maksimum turgiditas dan
Persiapan tanah dilakukan dengan ditimbang kembali. Setelah itu dioven selama 12
mengambil sampel tanah dari lahan tadah hujan jam dengan suhu 65 0C dan setelah itu ditimbang
Kecamatan Purwokerto Utara. Kemudian tanah untuk mengetahui berat keringnya. Pengamatan
tersebut dikeringkan dan digiling setelah itu disaring tingkat penyerapan air dilakukan pada saat fase
dengan saringan ukuran 2 mm. Pengaturan pot vegetatif, pembungaan dan pengisian biji.
dilakukan sesuai dengan ukuran plot percobaan Rumus yang digunakan untuk tingkat
yang telah direncanakan. Benih kemudian ditanam penyerapan air adalah:
dengan mengikuti jarak tanam padi gogo 25 x 25 Rwc = Wf – Wd (Oswal, 1994)
cm tiap lubang tanam dimasukan 3 benih. Abu Wt – Wd
sekam diaplikasikan pada saat awal sebelum Keterangan:
tanam dicampurkan dengan tanah dan pupuk Rwc = status air pada tanaman (tingkat
kandang (10 ton ha -1) Pemupukan dilakukan penyerapan air)
dengan memberikan urea dosis 200 kg ha-1, dua Wf = berat basah awal sampel
kali aplikasi yaitu 15 dan 30 hari setelah tanam Wt = berat basah sample setelah mencapai
(hst). Sedangkan untuk SP36 dan KCl dengan maksimum turgiditas
dosis masing-masing 150 dan 100 kg ha-1 diberikan Wd = berat kering sample
pada 15 hari setelah tanam (hst). Kondisi media Laju pertumbuhan diamati pada fase
dalam polibag di pertahankan pada kondisi 80% antara vegetative dan pembungaan yaitu 25, 45
dibawah kapasitas lapang dan pengecekan dan 65 hst (hari setelah tanam) terdiri atas laju
terhadap kondisi tersebut dilakukan setiap 2 hari pertumbuhan tanaman (LPT), laju pertumbuhan
sekali. relative (LPR), dan laju asimilasi bersih (LAB)
Pengamatan tanaman akan dilakukan, sebagai (Hunt, 1990).
berikut:
Analisis Tanaman LPT =W2 – W1
Pengamatan karakter morfologis T2 – T1
Pengukuran dan pengamatan tinggi LPR = ln W2 – ln W1
tanaman, luas daun, biomassa dan jumlah anakan T2 – T1
diambil dari sample yang sama, yaitu tiap petak LAB = ln A2 – ln A1 x W2 – W1
diambil sampel sebanyak 5 rumpun pada fase A2 – A1 T2 – T1
pembungaan. Tinggi tanaman diukur mulai dari Keterangan:
pangkal tanaman dari permukaan tanah sampai W2 = biomassa kering tanaman pada pengamatan
pada pucuk tertinggi dengan menggunakan hari ke-n
meteran. Luas daun diukur dengan menggunakan W1 = biomassa kering tanaman pada pengamatan
leaf area meter di Laboratorium Agronomi hari ke-n sebelumnya.
Unsoed. Jumlah anakan dihitung langsung di A2 = luas daun tanaman pada pengamatan hari
lapangan secara visual dengan menggunakan ke-n
handcounter. Biomassa tanaman diambil hanya A1 = luas daun tanaman pada pengamatan hari
bagian atasnya saja tanpa bagian akar tanaman. ke-n sebelumnya.
Sampel tersebut kemudian dioven selama 18-20 T2 = waktu pengamtan hari ke-n
jam pada suhu 60- 75 OC, setelah itu ditimbang. T1 = waktu pengamtan hari ke-n sebelumnya.
Perhitungan kadar SiO2 = (W1-W2)/W x 100% anakan dan luas daun secara umum menunjukkan
Keterangan: hasil yang tidak berbeda nyata kecuali pada tinggi
W1= berat endapan setelah pemijaran pertaman tanaman dan jumlah anakan pada perlakuan
(g) varietas (Tabel 1).
W2= berat endapan setelah pemijaran kedua (g)
W = berat sampel (g) Biomasa Basah dan Kering, dan Luas Daun
Pengaruh varietas terhadap bobot basah,
Kandungan prolin daun pada umur 25 hari setelah tanam (hst)
Penentuan kandungan prolin pada daun: menunjukkan nilai berkisar antara 0,95 – 1,48 g
sebanyak 60 sampel daun (5g) diekstrak dengan dan pengaruh aplikasi sekam menunjukkan nilai
menggunakan 10 mL 3% sulphosalicilic acid dan antara 1,05 – 1,39 g. Pada umur 45 dan 65 hst
hasilnya dianalisis dengan NMR spectroscopy berturut-turut karena pengaruh perlakuan varietas
(Bates et al., 1973). dan abu sekam adalah 9,05 – 11,00 g dan 9,65 –
Perhitungan kadar prolin 10,38 g; dan 34,30 – 38,33 g. Pengaruh varietas
= Konsentrasi x ml toluen pada luas daun pada umur 25, 45 dan 65 hst
BM prolin/bobot basah sampel menunjukkan nilai secara berturut-turut antara
63,45 – 79,01 g, 208,66 – 279,65 g dan 649,37 –
Analisis Data 800,97 g. Sedangkan pengaruh aplikasi abu sekam
Data yang diperoleh dianalisis dengan menunjukkan nilai berturut-turut 57,27 – 83,91 g,
menggunakan uji F untuk mengetahui tingkat 247,09 – 270,88 g dan 624,23 – 776,56 g.
signifikansi masing-masing faktor perlakuan dan
interaksinya terhadap variabel yang diamati Tinggi tanaman dan jumlah anakan
dengan menggunakan software IRRIStat ver. 4.3 Tinggi tanaman dan jumlah anakan antar
(2004). Apabila terdapat perbedaan yang nyata varietas menunjukkan perbedaan yang nyata.
akan dilanjutkan dengan uji LSD. Tabel 2 menunjukkan bahwa varietas Situ
Patenggang, limboto dan batu tegi menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai lebih tinggi dibandingkan dengan varietas
towuti dan Aek Sibundong pada semua umur
Karakter Morfologis Padi Gogo pada Media pengamatan yaitu 25, 45 dan 65 hst, berturut-turut
Tanah Bersekam pada Kondisi Air di Bawah lebih dari 33, 61 dan 80 cm. Varietas batutegi
Kapasitas Lapang pada umur 65 hst bahkan menunjukkan tinggi
Karakter morfologis yang terdiri atas tanaman paling tinggi yaitu 94,98 cm dibanding
biomasa basah dan kering, tinggi tanaman, jumlah varietas lainnya.
Gambar 1. Hubungan antara jumlah anakan pada berbagai varietas dan dosis aplikasi sekam yang berbeda
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 45
Tabel 3. Analisis varians kandungan silikat dan prolin daun, laju pertumbuhan dan tingkat serapan air padi gogo
yang ditanam pada media bersekam pada kondisi air dibawah kapasitas lapang
Keterangan: SR = Sidik Ragam, V=Varietas, HST=hari setelah tanam, A=abu sekam, LPT=laju pertumbuhan tanaman,
LPR= laju pertumbuhan relatif, LAB=laju asimilasi bersih, dan TSA=tingkat serapan air. * = berbeda nyata
pada taraf 95%, ns= tidak berbeda nyata.
Gambar2. Hubungan antara tinggi tanaman pada berbagai varietas dan dosis aplikasi sekam yang berbeda
Gambar 4. Kandungan prolin daun pada aplikasi abu sekam pada dosis yang berbeda
Gambar 5. Kandungan silikat daun pada berbagai varietas dengan aplikasi abu sekam pada dosis
yang berbeda
Karakter Fisiologis Padi Gogo pada Media abu sekam secara berturut-turut adalah 0,015 –
Tanah Bersekam pada Kondisi Air di Bawah 0,021, 0,088 – 0,095 dan 0,333 – 0,429 g hari-1.
Kapasitas Lapang LPR pun menunjukkan hasil yang tidak
Laju Pertumbuhan berbeda nyata pada perlakuan varietas dan aplikasi
Beberapa karakter fisiologis yang terdiri abu sekam. Pengaruh varietas terhadap LPR pada
atas laju pertumbuhan tanaman (LPT), laju umur 45 dan 65 hst menunjukkan nilai secara
pertumbuhan relatif (LPR), laju asimilasi bersih berturut-turut berkisar antara 0,075 – 0,086 dan
(LAB) dan tingkat serapan air menunjukkan hasil 0,070 – 0,090 g hari-1. Sedangkan pengaruh aplikasi
secara umum tidak berbeda nyata pada abu sekam menunjukkan nilai berturut-turut 0,076
pengamatan umur 25, 45 dan 65 hst, kecuali pada – 0,086 dan 0,068 – 0,098 g hari-1.
pengamatan umur 65 hari setelah tanam (hst) pada Hal sama terjadi pada parameter LAB
tingkat serapan air karena pengaruh aplikasi abu yang menunjukkan perbedaan tidak nyata dari
sekam (Tabel 3). pengaruh perlakuan varietas dan abu sekam.
Pengaruh varietas terhadap LPT pada Varietas Aek Sibundong menunjukkan nilai relatif
umur 25, 45 dan 65 hst, berturut-turut berkisar paling rendah pada pengamatan umur 45 dan 65
antara 0,014 – 0,022, 0,082 – 0,100 dan 0,355 – hst berturut-turut 0,011 g hari-1 dan 0,013 tertinggi
0,457 g hari-1. Sedangkan dari pengaruh aplikasi
pada varietas Batu Tegi yaitu 0,014 dan 0,017 g
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 47
prolin daun tinggi terjadi pada tanaman dengan akumulasinya di jaringan pelindung yang berfungsi
karakter rendah dalam luas daun dan jumlah mengurangi dampak cekaman kekeringan dengan
anakan tetapi tinggi pada tinggi tanaman, biomassa mengurangi transpirasi.
basah dan kering. Untuk perlakuan abu sekam
yang semakin tinggi diikuti dengan meningkatnya KESIMPULAN
kandungan prolin daun. Hal ini mengindikasikan
bahwa tanaman dengan kadar abu sekam tinggi Pada kondisi di bawah kapasitas lapang
pada tanah dalam kondisi agak tercekam meskipun semua varietas memberikan hasil yang tidak
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap berbeda pada luas daun, bobot basah dan kering
pertumbuhan tanaman. tajuk tetapi berpengaruh terhadap tinggi tanaman
Suatu bukti yang kuat bahwa ada korelasi dan jumlah anakan. Sedangkan pemberian abu
antara peningkatan kandungan prolin dengan sekam pada semua dosis tidak memberikan hasil
kapasitas untuk bertahan pada kondisi kekurangan yang berbeda pada semua karakter morfologis.
air dan prolin disintesis selama kekurangan air Tingkat serapan air, laju pertumbuhan
sebagai cadangan bahan organik N selama masa tanaman, laju pertumbuhan relatif, dan laju asimilasi
pemulihan (Taylor, 1996) dimana prolin didegradasi bersih tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
untuk meningkatkan status energi dalam proses antar varietas dan dari aplikasi abu sekam, kecuali
pemulihan tersebut (Lawlor, 1995). pada kandungan silikat dan prolin daun.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Varietas Aek Sibundong menunjukkan
tanaman yang mengalami peningkatan prolin indikasi toleran kekeringan dengan karakter tinggi
berarti dalam kondisi tercekam. Aek Sibundong dalam luas daun, jumlah anakan dan silikat daun
dan Situ Patenggang memiliki kandungan prolin namun rendah dalam kandungan prolin daun.
rendah artinya dibandingkan dengan varietas
lainnya sehingga lebih toleran terhadap
DAFTAR PUSTAKA
ketersediaan air yang rendah. Begitu pula dengan
adanya dosis abu sekam yang tinggi mengakibat-
Ahadiyat Y.R. dan T. Harjoso. 2008. Toleransi padi
kan kandungan prolin meningkat meskipun tidak
gogo terhadap ketersedian air berdasarkan
mempengaruhi pertumbuhan dan dibuktikan
fase pertumbuhannya dan pengaruhnya
bahwa serapan air paling tinggi terjadi pada
terhadap pertumbuhan tanaman dalam
perlakuan tanpa abu sekam.
upaya optimalisasi produktivitas di lahan
Kandungan silikat menunjukkan bahwa
kering tadah hujan. Laporan Penelitian.
semua varietas respons terhadap peningkatan
DIPA Fakultas Pertanian. Unsoed,
dosis aplikasi abu sekam. Hal ini menunjukkan
Purwokerto.
bahwa pemberian abu sekam sebagai sumber
Aldi, M.A., Darjanto dan A.D.H. Totok. 2004.
silikat mampu meningkatkan kandungan silikat
Pengaruh cara pengendalian gulma
pada daun padi gogo. Peningkatan kandungan
terhadap hasil empat kultivar padi gogo.
silikat daun seiring dengan peningkatan kadungan
J. Agrin. 8 (2): 100-107.
prolin, bobot basah dan kering tajuk, luas daun dan
Bell, P.F. and T.F. Simmons. 1997. Silicon
laju pertumbuhan, namun rendah dalam serapan
concentration of biological standards.
air. Rendahnya serapan air mengindikasikan
SSAJ 61:321-332.BPS. 2005. Statistik
bahwa tingkat transpirasinya rendah.
Pertanian, Jakarta.
Hasil yang sama pun didapat oleh
Budiastuti, S. 2003. Pemapanan pertanian lahan
Surapornpiboon et al. (2008) terhadap karakter
kering menurut konsep keberlanjutan
pertumbuhan dimana aplikasi Si dalam kulutr
fungsi lingkungan. Tesis. Universitas
larutan dapat memelihara aktifitas fotosintesis
Indonesia dan Pengembangan Sumber
untuk meningkatkan biomasa tanaman dalam
daya Lahan Pertanian, Jakarta.
kondisi cekaman kekeringan. Ma dan Takashi
Farid N. dan Suprayogi. 2001. Efisiensi N pada
(2002) menyebutkan bahwa efek mennguntungkan
padi gogo toleran kekeringan.
dari Si pada tanaman padi adalah peningkatan
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 49