Karakter Agronomis Dan Fisiologis Padi G PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Akta Agrosia Vol. 13 No.

1 hlm 40 - 49 Jan - Jun 2010 ISSN 1410-3354

Karakter Agronomis dan Fisiologis Padi Gogo yang ditanam pada


Media Tanah Bersekam pada Kondisi Air di Bawah Kapasitas Lapang

Agronomical and Physiological Characters of Upland Rice Grown in Soil-


Rice Hull Media under Lower Field Capacity

Ahadiyat Yugi Rahayudan Tri Harjoso


Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Dr. Soeparno Karangwangkal Purwokerto.
ahadiyat_yugi@yahoo.com

ABSTRACT
Rice is main staple food in Indonesia. Having dry land of 148 millions hectares, increasing upland rice
yield needs to be done. The main constrain of dry land is low phosporus availability which can be elevated by
hull ash application. The objective of the study was to identify the agronomical character of upland rice grown
in soil-containing rice hull ash under 80% field water capacity. A research was carried out in a wire house at
Faculty of Agriculture UNSOED. Treatments included variety (Situ Patenggang, Limboto, Towuti, Batutegi and
Aek Sibundong) and application of rice-hull ash at 0, 2, 4 or 6 ton ha-1 with three replicates. The results showed
that there were significantly effects on plant height and tiller number at different varieties. The higher plant
height was followed by the lower number of tiller and vise versa. Aek Sibundong variety had the highest number
of tillers than others. Water absorption was the highest in plant without addition of rice-hull ash. Each variety
gave the same response that increasing application dosage up to 6 ton ha-1 of rice-hull ash was followed by
higher content of silicon.

Key words: upland rice varieties, rice-hull ash, morphological and physiological characters.

ABSTRAK
Padi merupakan tanaman utama yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Pengembangan
produksi padi gogo dilahan kering perlu dilakukan. Luas lahan kering di Indonesia mencapai 148 juta hektar.
Kendala lahan kering adalah ketersediaan P tanah. Salah satu upaya untuk mengatasi kendala tersebut dengan
menggunakan abu sekam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter agronomis dan fisiologis
padi gogo yang ditanam pada media tanah bersekam pada kondisi air dibawah kapasitas lapang. Penelitian
dilakukan di polibag dalam rumah jaring Fakultas Pertanian Unsoed dengan menggunakan rancangan acak
kelompok pola faktorial dengan faktor varietas Situ Patenggang, Limboto, Towuti, Batutegi dan Aek Sibundong
dan faktor abu sekam (0, 2, 4, dan 6 ton -1), diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman dan jumlah anakan. Jumlah anakan pada varietas paling banyak, tetapi
tinggi tanamannya paling rendah. Untuk karakter fisiologis, pemberian abu sekam sangat nyata berpengaruh
pada tingkat serapan air pada umur 65 hari setelah tanam dan kandungan prolin daun. Aplikasi abu sekam 0 ton
ha-1 menunjukkan tingkat serapan air tertinggi, sedangkan untuk kandungan prolin tertinggi pada aplikasi abu
sekam 6 ton ha-1. Setiap varietas menunjukkan peningkatan kandungan silikat daun pada pemberian abu sekam
dan tertinggi pada aplikasi 6 ton ha-1.

Kata kunci: varietas padi gogo, abu sekam, karakter morfologis dan fisiologis
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 40

PENDAHULUAN diteliti dan hasilnya menunjukkan ada pengaruh


yang sangat baik sehubungan dengan pelepasan
Padi sebagai tanaman pokok nasional dan P oleh silikat. Selain itu, silikat diperlukan untuk
merupakan tanaman utama yang dikonsumsi oleh menjadikan tanaman padi khususnya memiliki
sebagian besar masyarakat Indonesia dan bentuk daun yang tegak (tidak terkulai), sehingga
produksinya dengan berbagai upaya ektensifikasi daun efektif menangkap radiasi sinar matahari dan
dan intensifikasi. Upaya peningkatan produksi padi efisien dalam penggunaan hara N yang
di berbagai daerah umumnya difokuskan pada menentukan tinggi dan rendahnya hasil tanaman.
area atau lahan dengan fasilitas irigasi yaitu padi Penggunaan abu sekam pada lahan
sawah dimana ketersediaan air selalu tersedia pertanian selain sebagai sumber silikat juga
sepanjang musim. Namun demikian, tingkat merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi
produksinya masih belum memenuhi kebutuhan pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian di
nasional dan bahkan terjadi kekurangan akibat sekitar lokasi penggilingan padi dan sekaligus
serangan hama dan penyakit, kekeringan, dan sebagai upaya pengembalian sisa panen ke areal
bencana alam seperti banjir. pertanian dan mendukung program pertanian
Untuk mengantisipasi kondisi di atas maka organik. Faktor penting lain yang perlu diperhatikan
pengembangan produksi padi gogo di lahan tadah adalah dalam hal pemakaian varietas sesuai
hujan perlu mendapatkan perhatian serius. Rata- dengan tipologi lingkungan tumbuhnya. Varietas
rata produktivitas padi gogo 2,56 ton ha-1, jauh di memegang peranan penting dalam peningkatan
bawah produktivitas padi sawah 4,57 ton ha-1. hasil per satuan luas.
Luas total daratan Indonesia 188,2 juta ha dan 148 Banyak penelitian telah dilakukan dalam
juta ha diantaranya merupakan lahan kering upaya meningkatkan produksi padi gogo di lahan
(Mulyani, 2006). Potensi lahan kering di banyak kering, antara lain status hara akibat keracunan
daerah belum dimanfaatkan secara optimal bagi Fe pada lahan yang ditanam padi gogo (Makarim
pengembangan tanaman padi dan tanamanan et al., 1989), penerapan sistem TOT (Supartoto
pangan lainnya. Sampai saat ini, kontribusi et al., 1998), padi gogo toleran Al pada tanah
produksi padi gogo baru mencapai 5-6% masam (Suwarto, 2001), padi gogo toleran
(Puslitbangtan, 2008). kekeringan dan efisien N (Farid dan Suprayogi,
Hal yang menjadi pembatas pada lahan 2001), studi morfologi dan fisiolgis padi gogo
kering diantaranya ketersediaan P yang rendah. toleran naungan (Suprayogi dan Hidayat, 1997;
Salah satu untuk mengupayakan P menjadi Suwarto dan Farid, 2001) dan toleran kekeringan
tersedia dalam tanah adalah dengan pemberian (Farid, 2004), sistem pengendalian gulma pada padi
silikat, karena silikat dapat melepaskan fosfor gogo (Aldi et al., 2004), padi gogo ditanam secara
terjerap dan mencegah tejadinya fiksasi. Hal ini tumpangsari dengan perlakuan pupuk hayati
karena silikat termasuk salah satu anion penentu (Hartati dan Suwarto, 2004), dan sistem tanam
potensial yang dapat berkompetisi dalam lorong (legowo) (Budiastuti, 2003; Pahrudin et al.,
menduduki kompleks jerapan. Dengan demikian 2004). Namun demikian belum banyak penelitian
sifat kompetisi ini dapat dimanfaatkan untuk yang dilakukan dengan mengaplikasikan abu
meningkatkan ketersediaan fosfor (Setijono, 1996; sekam pada kondisi air dibawah kapasitas lapang
Setiobudi dan Suprihatno, 1996). Ilyas et al. (2000) sebagai upaya untuk meningkatkan daya hasil.
juga menambahkan bahwa pemberian silikat dapat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengurangi jerapan P. Walaupun silikat itu sendiri mengetahui pengaruh pemberian abu sekam pada
secara umum tidak digolongkan sebagai unsur media tanah dengan kondisi air dibawah kapasitas
esensial bagi pertumbuhan tanaman. lapang dan pengaruhnya terhadap karakter
Salah satu sumber silikat yang bisa agronomis dan fisiologis padi gogo. Oleh karena
dimanfaatkan adalah abu sekam. Menurut analisis itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan
Bell dan Simmons (1997) bahwa kandungan silikat sebagai salah satu alternatif dalam upaya
dari abu sekam dapat mencapai 69,3%. Peranan meningkatkan produksi padi gogo yang berdaya
abu sekam sebagai sumber silikat sudah pernah hasil tinggi sebagai alternatif pola budidaya bagi
Akta Agrosia Vol. 13 No. 1 hlm 40 - 49 Jan - Jun 2010 42

petani di wilayah lahan kering tadah hujan. Selain counter, cutter, milimeter blok, meteran,
itu, sebagai langkah dan strategi untuk timbangan dan oven, cangkul, light intensity meter,
mendapatkan varietas unggul yang adaptif dan plastik untuk sampel contoh.
terhadap tipologi lingkungan spesifik (tadah hujan) Percobaan dilakukan dengan
dan memiliki daya hasil tinggi. menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor
METODE PENELITIAN yang dicoba terdiri atas varietas padi gogo (lima
varietas) dan abu sekam (empat dosis). Faktor
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium pertama varietas padi gogo terdiri atas V1 = Situ
Agronomi dan rumah kawat/wire house Fakultas Patenggang, V2 = Limboto, V3 = Towuti, V4 =
Pertanian Unsoed Purwokerto, berlangsung dari Batutegi dan V5 = Aek Sibundong. Sedangkan
bulan Mei – November 2009. faktor kedua abu sekam yang terdiri atas A1 =
Bahan utama dari penelitian ini adalah tanpa abu sekam, A2 = 2 ton ha-1, A3 = 4 ton ha-1
varietas padi gogo yaitu , Limboto, Towuti, Batutegi, dan A4 = 6 ton ha-1.
dan Aek Sibundong. Pupuk dan dosis yang Penelitian dilakukan di rumah kawat/wire
digunakan adalah Urea 200 kg ha-1 (dibagi dua house. Berdasarkan perlakuan yang diberikan
untuk dua kali aplikasi 15 dan 30 hst), SP36 150 terdapat 5 x 4 x 3 = 60 pot percobaan, tiap
kg ha-1 (15 hst) dan KCl 100 kg ha-1 (15 hst. Benih perlakuan terdiri atas 4 unit. Sehingga total polibag
yang ditanam dengan takaran 45 kg ha -1 dan pada penelitian ini berjumlah 240 buah. Tiap
aplikasi abu sekam. Alat-alat pendukung yang varietas padi gogo ditanam sebanyak 3 benih per
digunakan dalam penelitian ini antara lain hand polibag dan disisakan 2 bibit yang tumbuh baik.
Tabel 1. Analisis varians karakter morfologis padi gogo yang ditanam pada media bersekam pada kondisi air
dibawah kapasitas lapang

Keterangan: SR = Sidik Ragam, V=Varietas, HST=hari setelah tanam, A=abu sekam, BB=biomassa basah, BK=biomasa
kering, TT=tinggi, tanaman, JA=jumlah anakan, LD=luas daun; * = berbeda nyata pada taraf 95%, ns= tidak
berbeda nyata.
Tabel 2. Tinggi tanaman dan jumlah anakan padi gogo yang ditanam pada media bersekam pada kondisi air
dibawah kapasitas lapang
Varietas Tinggi tanaman Jumlah anakan
25 45 65 25 45 65
Hari setelah tanam
Situ Patenggang 34,25 b 61,34 b 80,00 b 5,25 a 16,00 b 22,08 b
Limboto 34,48 b 63,01 b 85,02 c 4,83 a 14,50 ab 18,58 ab
Towuti 28,48 a 45,08 a 65,25 a 7,08 b 20,00 c 38,75 c
Batutegi 33,19 b 64,17 b 94,98 d 4,33 a 11,67 a 16,5 a
Aek sibundong 30,03 a 47,73 a 63,05 a 7,75 b 21,17 c 41,83 c
LSD0,05 1,81 4,76 3,87 1,66 3,38 5,38
Keterangan: TT = tinggi tanaman, JA = jumlah anakan, HST = hari setelah tanam, angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf nyata 95%.
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 43

Metode Pelaksanaan Penelitian dan Instrumen tersebut diapungkan di permukaan air selama 4
yang digunakan jam untuk memperoleh maksimum turgiditas dan
Persiapan tanah dilakukan dengan ditimbang kembali. Setelah itu dioven selama 12
mengambil sampel tanah dari lahan tadah hujan jam dengan suhu 65 0C dan setelah itu ditimbang
Kecamatan Purwokerto Utara. Kemudian tanah untuk mengetahui berat keringnya. Pengamatan
tersebut dikeringkan dan digiling setelah itu disaring tingkat penyerapan air dilakukan pada saat fase
dengan saringan ukuran 2 mm. Pengaturan pot vegetatif, pembungaan dan pengisian biji.
dilakukan sesuai dengan ukuran plot percobaan Rumus yang digunakan untuk tingkat
yang telah direncanakan. Benih kemudian ditanam penyerapan air adalah:
dengan mengikuti jarak tanam padi gogo 25 x 25 Rwc = Wf – Wd (Oswal, 1994)
cm tiap lubang tanam dimasukan 3 benih. Abu Wt – Wd
sekam diaplikasikan pada saat awal sebelum Keterangan:
tanam dicampurkan dengan tanah dan pupuk Rwc = status air pada tanaman (tingkat
kandang (10 ton ha -1) Pemupukan dilakukan penyerapan air)
dengan memberikan urea dosis 200 kg ha-1, dua Wf = berat basah awal sampel
kali aplikasi yaitu 15 dan 30 hari setelah tanam Wt = berat basah sample setelah mencapai
(hst). Sedangkan untuk SP36 dan KCl dengan maksimum turgiditas
dosis masing-masing 150 dan 100 kg ha-1 diberikan Wd = berat kering sample
pada 15 hari setelah tanam (hst). Kondisi media Laju pertumbuhan diamati pada fase
dalam polibag di pertahankan pada kondisi 80% antara vegetative dan pembungaan yaitu 25, 45
dibawah kapasitas lapang dan pengecekan dan 65 hst (hari setelah tanam) terdiri atas laju
terhadap kondisi tersebut dilakukan setiap 2 hari pertumbuhan tanaman (LPT), laju pertumbuhan
sekali. relative (LPR), dan laju asimilasi bersih (LAB)
Pengamatan tanaman akan dilakukan, sebagai (Hunt, 1990).
berikut:
Analisis Tanaman LPT =W2 – W1
Pengamatan karakter morfologis T2 – T1
Pengukuran dan pengamatan tinggi LPR = ln W2 – ln W1
tanaman, luas daun, biomassa dan jumlah anakan T2 – T1
diambil dari sample yang sama, yaitu tiap petak LAB = ln A2 – ln A1 x W2 – W1
diambil sampel sebanyak 5 rumpun pada fase A2 – A1 T2 – T1
pembungaan. Tinggi tanaman diukur mulai dari Keterangan:
pangkal tanaman dari permukaan tanah sampai W2 = biomassa kering tanaman pada pengamatan
pada pucuk tertinggi dengan menggunakan hari ke-n
meteran. Luas daun diukur dengan menggunakan W1 = biomassa kering tanaman pada pengamatan
leaf area meter di Laboratorium Agronomi hari ke-n sebelumnya.
Unsoed. Jumlah anakan dihitung langsung di A2 = luas daun tanaman pada pengamatan hari
lapangan secara visual dengan menggunakan ke-n
handcounter. Biomassa tanaman diambil hanya A1 = luas daun tanaman pada pengamatan hari
bagian atasnya saja tanpa bagian akar tanaman. ke-n sebelumnya.
Sampel tersebut kemudian dioven selama 18-20 T2 = waktu pengamtan hari ke-n
jam pada suhu 60- 75 OC, setelah itu ditimbang. T1 = waktu pengamtan hari ke-n sebelumnya.

Pengamatan karakter fisiologis Kandungan silikat daun


Pengamatan tingkat penyerapan air Kandungan Si pada daun: sebanyak 60
ditentukan dengan mengambil sampel daun dari sampel diambil secara acak dan yang dianalisis
satu rumpun dari tiap petak percobaan dengan adalah bagian bendera daun padi (leaf blade).
ukuran 1 cm2 kemudian diukur secepatnya untuk Kandungan silikon dianalisis dengan menggunakan
mengetahui berat basah. Kemudian sample metode pemijaran.
Akta Agrosia Vol. 13 No. 1 hlm 40 - 49 Jan - Jun 2010 44

Perhitungan kadar SiO2 = (W1-W2)/W x 100% anakan dan luas daun secara umum menunjukkan
Keterangan: hasil yang tidak berbeda nyata kecuali pada tinggi
W1= berat endapan setelah pemijaran pertaman tanaman dan jumlah anakan pada perlakuan
(g) varietas (Tabel 1).
W2= berat endapan setelah pemijaran kedua (g)
W = berat sampel (g) Biomasa Basah dan Kering, dan Luas Daun
Pengaruh varietas terhadap bobot basah,
Kandungan prolin daun pada umur 25 hari setelah tanam (hst)
Penentuan kandungan prolin pada daun: menunjukkan nilai berkisar antara 0,95 – 1,48 g
sebanyak 60 sampel daun (5g) diekstrak dengan dan pengaruh aplikasi sekam menunjukkan nilai
menggunakan 10 mL 3% sulphosalicilic acid dan antara 1,05 – 1,39 g. Pada umur 45 dan 65 hst
hasilnya dianalisis dengan NMR spectroscopy berturut-turut karena pengaruh perlakuan varietas
(Bates et al., 1973). dan abu sekam adalah 9,05 – 11,00 g dan 9,65 –
Perhitungan kadar prolin 10,38 g; dan 34,30 – 38,33 g. Pengaruh varietas
= Konsentrasi x ml toluen pada luas daun pada umur 25, 45 dan 65 hst
BM prolin/bobot basah sampel menunjukkan nilai secara berturut-turut antara
63,45 – 79,01 g, 208,66 – 279,65 g dan 649,37 –
Analisis Data 800,97 g. Sedangkan pengaruh aplikasi abu sekam
Data yang diperoleh dianalisis dengan menunjukkan nilai berturut-turut 57,27 – 83,91 g,
menggunakan uji F untuk mengetahui tingkat 247,09 – 270,88 g dan 624,23 – 776,56 g.
signifikansi masing-masing faktor perlakuan dan
interaksinya terhadap variabel yang diamati Tinggi tanaman dan jumlah anakan
dengan menggunakan software IRRIStat ver. 4.3 Tinggi tanaman dan jumlah anakan antar
(2004). Apabila terdapat perbedaan yang nyata varietas menunjukkan perbedaan yang nyata.
akan dilanjutkan dengan uji LSD. Tabel 2 menunjukkan bahwa varietas Situ
Patenggang, limboto dan batu tegi menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai lebih tinggi dibandingkan dengan varietas
towuti dan Aek Sibundong pada semua umur
Karakter Morfologis Padi Gogo pada Media pengamatan yaitu 25, 45 dan 65 hst, berturut-turut
Tanah Bersekam pada Kondisi Air di Bawah lebih dari 33, 61 dan 80 cm. Varietas batutegi
Kapasitas Lapang pada umur 65 hst bahkan menunjukkan tinggi
Karakter morfologis yang terdiri atas tanaman paling tinggi yaitu 94,98 cm dibanding
biomasa basah dan kering, tinggi tanaman, jumlah varietas lainnya.

Gambar 1. Hubungan antara jumlah anakan pada berbagai varietas dan dosis aplikasi sekam yang berbeda
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 45

Tabel 3. Analisis varians kandungan silikat dan prolin daun, laju pertumbuhan dan tingkat serapan air padi gogo
yang ditanam pada media bersekam pada kondisi air dibawah kapasitas lapang

Keterangan: SR = Sidik Ragam, V=Varietas, HST=hari setelah tanam, A=abu sekam, LPT=laju pertumbuhan tanaman,
LPR= laju pertumbuhan relatif, LAB=laju asimilasi bersih, dan TSA=tingkat serapan air. * = berbeda nyata
pada taraf 95%, ns= tidak berbeda nyata.

Gambar2. Hubungan antara tinggi tanaman pada berbagai varietas dan dosis aplikasi sekam yang berbeda

Gambar 3. Kandungan prolin daun pada berbagai varietas


Jumlah anakan menunjukkan nilai yang umur 25, 45 dan 65 hst, berturut-turut lebih tinggi
bertolak belakang dengan tinggi tanaman dimana dari 7, 20 dan 38 buah dan berbeda nyata dengan
semakin tinggi jumlah anakan maka tanaman varietas Situ Patenggang, Limboto dan Batutegi
semakin pendek (Tabel 2). Varietas Towuti dan yang memiliki jumlah anakan pada 25, 45 dan 65
Aek Sibundong memiliki jumlah anakan lebih hst, berturut-turut lebih rendah dari 6, 16 dan 22
banyak dibandingkan dengan varietas lainnya pada buah (Gambar 1).
Akta Agrosia Vol. 13 No. 1 hlm 40 - 49 Jan - Jun 2010 46

Gambar 4. Kandungan prolin daun pada aplikasi abu sekam pada dosis yang berbeda

Gambar 5. Kandungan silikat daun pada berbagai varietas dengan aplikasi abu sekam pada dosis
yang berbeda

Karakter Fisiologis Padi Gogo pada Media abu sekam secara berturut-turut adalah 0,015 –
Tanah Bersekam pada Kondisi Air di Bawah 0,021, 0,088 – 0,095 dan 0,333 – 0,429 g hari-1.
Kapasitas Lapang LPR pun menunjukkan hasil yang tidak
Laju Pertumbuhan berbeda nyata pada perlakuan varietas dan aplikasi
Beberapa karakter fisiologis yang terdiri abu sekam. Pengaruh varietas terhadap LPR pada
atas laju pertumbuhan tanaman (LPT), laju umur 45 dan 65 hst menunjukkan nilai secara
pertumbuhan relatif (LPR), laju asimilasi bersih berturut-turut berkisar antara 0,075 – 0,086 dan
(LAB) dan tingkat serapan air menunjukkan hasil 0,070 – 0,090 g hari-1. Sedangkan pengaruh aplikasi
secara umum tidak berbeda nyata pada abu sekam menunjukkan nilai berturut-turut 0,076
pengamatan umur 25, 45 dan 65 hst, kecuali pada – 0,086 dan 0,068 – 0,098 g hari-1.
pengamatan umur 65 hari setelah tanam (hst) pada Hal sama terjadi pada parameter LAB
tingkat serapan air karena pengaruh aplikasi abu yang menunjukkan perbedaan tidak nyata dari
sekam (Tabel 3). pengaruh perlakuan varietas dan abu sekam.
Pengaruh varietas terhadap LPT pada Varietas Aek Sibundong menunjukkan nilai relatif
umur 25, 45 dan 65 hst, berturut-turut berkisar paling rendah pada pengamatan umur 45 dan 65
antara 0,014 – 0,022, 0,082 – 0,100 dan 0,355 – hst berturut-turut 0,011 g hari-1 dan 0,013 tertinggi
0,457 g hari-1. Sedangkan dari pengaruh aplikasi
pada varietas Batu Tegi yaitu 0,014 dan 0,017 g
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 47

hari-1. menunjukkan bahwa abu sekam memiliki potensi


untuk mengikat air dalam tanah dan mengurangi
Tingkat Serapan Air tingkat serapan tanaman. Namun demikian
Tingkat serapan air menunjukkan hasil tingginya serapan air tersebut diikuti dengan
yang berbeda nyata pada umur 65 hst. Tanpa penurunan bobot basah dan kering tajuk, luas daun
aplikasi abu sekam (0 ton ha -1) menunjukkan dan parameter laju pertumbumbuhan. Aplikasi abu
tingkat serapan air tertinggi dibandingkan dengan sekam meskipun menurunkan tingkat serapan air
aplikasi abu sekam 2, 4 dan 6 ton ha-1. Tanpa selama fase vegetatif namun tidak menurunkan
abu sekam menunjukkan tingkat serapan air 0,576 parameter karakter morfologinya. Bobot basah dan
g g-1 sedangkan aplikasi abu sekam 2, 4 dan 6 ton kering tajuk serta luas daun menunjukkan tidak
ha-1 berturut-turut 0,406, 0,484 dan 0,362 g g-1. ada perbedaan antar varietas dan dari aplikasi abu
Secara umum pengaruh varietas terhadap tingkat sekam. Beberapa hasil penelitian sebelumnya
serapan air pada umur 25, 45 dan 65 hst berkisar menunjukkan bahwa bobot basah dan kering yang
antara 0,070 – 0,094, 0,334 – 0,442 dan 0,400 – diamati pada berbagai varietas yang bebeda dan
0,497 g g-1, sedangkan untuk aplikasi abu sekam perlakuan yang berbeda sampai akhir fase
pada umur 25 dan 45 hst berturut-turut berkisar vegetatif menunjukkan hasil yang sama atau tidak
antara 0,068 – 0,091 dan 0,346 – 0,425 g g-1. berbeda nyata (Ahadiyat dan Harjoso, 2008).
Penelitian Farid (2004) menunjukkan bahwa pada
Kandungan Silikat dan Prolin Daun skala bibit kondisi air yang sama pada berbagai
Kandungan silikat menunjukkan bahwa varietas menunjukkan hasil yang tidak berbeda
perlakuan varietas dan aplikasi abu sekam nyata pula pada biomasa basah. Begitu pun total
menunjukkan adanya interaksi yang sangat nyata luas daun menunjukkan hasil yang tidak berbeda
(Tabel 3). Setiap varietas menunjukkan respons nyata pada kondisi pemberian air yang sama
yang hampir sama terhadap aplikasi abu sekam selama masa pertumbuhan sampai fase akhir
dimana semakin tinggi abu sekam yang diberikan vegetatif (Ahadiyat dan Harjoso, 2008).
akan meningkatkan kandungan silikat pada daun. Tinggi tanaman dan jumlah anakan antar
Varietas Limboto menunjukkan kandungan silikat varietas menunjukkan hasil yang bertolak belakang
tertinggi yaitu 0,879 % pada aplikasi abu sekam 6 (Gambar 1). Semakin tinggi jumlah anakan maka
ton ha-1. Setiap varietas menunjukkan hasil yang tinggi tanamannya rendah. Varietas Aek Sibundong
terendah pada kandungan silikat daun dengan menghasilkan jumlah anakan terbanyak >40 dan
aplikasi abu sekam 0 ton ha-1 berkisar antara terendah adalah varietas batu tegi <20 (Gambar
0,712–0,750 % (Gambar 5). 2). Hal ini sesuai dengan konsep source-sink
Kandungan prolin daun menunjukkan bahwa fotosintat yang dihasilkan tanaman akan
perbedaan yang nyata pada perlakuan varietas dan didistribusikan ke seluruh bagian organ dan per
aplikasi abu sekam meskipun tidak terdapat varietas memiliki kapasitas yang sama sehingga
perbedaan yang nyata (Tabel 3). Varietas Batu apabila distribusinya banyak ke pembentukan
Tegi menunjukkan kandungan prolin daun tertinggi anakan akan diikuti dengan rendahnya tinggi
yaitu 0,081 μM g-1 dibandingkan varietas lainnya tanaman, begitu juga sebaliknya. Tinggi tanaman
serta varietas Situ Patenggang dan Aek Sibundong pada berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan
kandungannya rendah yaitu 0,73 μM g-1 (Gambar respons yang berbeda pada varietas yang berbeda
3). Untuk aplikasi abu sekam diperoleh hasil namun diikuti dengan nilai yang bertolak belakang
tertinggi kandungan prolin daun pada aplikasi 6 dengan jumlah anakan (Suwarto, 2003; Aldi et al.,
ton ha-1 yaitu 0,094 μM g-1 (Gambar 4). 2004; Hartati dan Suwarto, 2004; Ahadiyat dan
Serapan air selama fase vegetatif Harjoso, 2008).
menunjukkan tidak ada perbedaan antar varietas Kandungan prorin antar varietas
(Tabel 3) namun untuk perlakuan tanpa pemberian ditunjukan bahwa Aek Sibundong dan Situ
abu sekam (0 ton ha -1) menunjukkan tingkat Patenggang lebih rendah dibandingkan varietas
serapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya, sedangkan varietas Batu Tegi memiliki
aplikasi abu sekam (2,4,6 ton ha -1). Hal ini kandungan tertinggi (Gambar 3). Kandungan
Akta Agrosia Vol. 13 No. 1 hlm 40 - 49 Jan - Jun 2010 48

prolin daun tinggi terjadi pada tanaman dengan akumulasinya di jaringan pelindung yang berfungsi
karakter rendah dalam luas daun dan jumlah mengurangi dampak cekaman kekeringan dengan
anakan tetapi tinggi pada tinggi tanaman, biomassa mengurangi transpirasi.
basah dan kering. Untuk perlakuan abu sekam
yang semakin tinggi diikuti dengan meningkatnya KESIMPULAN
kandungan prolin daun. Hal ini mengindikasikan
bahwa tanaman dengan kadar abu sekam tinggi Pada kondisi di bawah kapasitas lapang
pada tanah dalam kondisi agak tercekam meskipun semua varietas memberikan hasil yang tidak
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap berbeda pada luas daun, bobot basah dan kering
pertumbuhan tanaman. tajuk tetapi berpengaruh terhadap tinggi tanaman
Suatu bukti yang kuat bahwa ada korelasi dan jumlah anakan. Sedangkan pemberian abu
antara peningkatan kandungan prolin dengan sekam pada semua dosis tidak memberikan hasil
kapasitas untuk bertahan pada kondisi kekurangan yang berbeda pada semua karakter morfologis.
air dan prolin disintesis selama kekurangan air Tingkat serapan air, laju pertumbuhan
sebagai cadangan bahan organik N selama masa tanaman, laju pertumbuhan relatif, dan laju asimilasi
pemulihan (Taylor, 1996) dimana prolin didegradasi bersih tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
untuk meningkatkan status energi dalam proses antar varietas dan dari aplikasi abu sekam, kecuali
pemulihan tersebut (Lawlor, 1995). pada kandungan silikat dan prolin daun.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Varietas Aek Sibundong menunjukkan
tanaman yang mengalami peningkatan prolin indikasi toleran kekeringan dengan karakter tinggi
berarti dalam kondisi tercekam. Aek Sibundong dalam luas daun, jumlah anakan dan silikat daun
dan Situ Patenggang memiliki kandungan prolin namun rendah dalam kandungan prolin daun.
rendah artinya dibandingkan dengan varietas
lainnya sehingga lebih toleran terhadap
DAFTAR PUSTAKA
ketersediaan air yang rendah. Begitu pula dengan
adanya dosis abu sekam yang tinggi mengakibat-
Ahadiyat Y.R. dan T. Harjoso. 2008. Toleransi padi
kan kandungan prolin meningkat meskipun tidak
gogo terhadap ketersedian air berdasarkan
mempengaruhi pertumbuhan dan dibuktikan
fase pertumbuhannya dan pengaruhnya
bahwa serapan air paling tinggi terjadi pada
terhadap pertumbuhan tanaman dalam
perlakuan tanpa abu sekam.
upaya optimalisasi produktivitas di lahan
Kandungan silikat menunjukkan bahwa
kering tadah hujan. Laporan Penelitian.
semua varietas respons terhadap peningkatan
DIPA Fakultas Pertanian. Unsoed,
dosis aplikasi abu sekam. Hal ini menunjukkan
Purwokerto.
bahwa pemberian abu sekam sebagai sumber
Aldi, M.A., Darjanto dan A.D.H. Totok. 2004.
silikat mampu meningkatkan kandungan silikat
Pengaruh cara pengendalian gulma
pada daun padi gogo. Peningkatan kandungan
terhadap hasil empat kultivar padi gogo.
silikat daun seiring dengan peningkatan kadungan
J. Agrin. 8 (2): 100-107.
prolin, bobot basah dan kering tajuk, luas daun dan
Bell, P.F. and T.F. Simmons. 1997. Silicon
laju pertumbuhan, namun rendah dalam serapan
concentration of biological standards.
air. Rendahnya serapan air mengindikasikan
SSAJ 61:321-332.BPS. 2005. Statistik
bahwa tingkat transpirasinya rendah.
Pertanian, Jakarta.
Hasil yang sama pun didapat oleh
Budiastuti, S. 2003. Pemapanan pertanian lahan
Surapornpiboon et al. (2008) terhadap karakter
kering menurut konsep keberlanjutan
pertumbuhan dimana aplikasi Si dalam kulutr
fungsi lingkungan. Tesis. Universitas
larutan dapat memelihara aktifitas fotosintesis
Indonesia dan Pengembangan Sumber
untuk meningkatkan biomasa tanaman dalam
daya Lahan Pertanian, Jakarta.
kondisi cekaman kekeringan. Ma dan Takashi
Farid N. dan Suprayogi. 2001. Efisiensi N pada
(2002) menyebutkan bahwa efek mennguntungkan
padi gogo toleran kekeringan.
dari Si pada tanaman padi adalah peningkatan
Ahadiyat Yugi Rahayu dan Tri Harjoso : Karakter agronomis dan fisiologis padi gogo 49

Agronomika. 1(1): 39-50. 12.


Farid, N. 2004. Studi fisiologi toleransi kekeringan Puslitbangtan. 2008. Peluang Menuju
pada padi gogo. J.Agrin. 8(2): 108- 116. Swasembada Beras Berkelanjutan, Bogor.
Hartati dan Suwarto. 2004. Hasil dan kualitas dua Setijono, S. 1996. Intisari Kesuburan Tanah. IKIP,
varietas unggul padi gogo yang ditanam Malang.
tumpangsari dengan perlakuan pupuk Setiobudi, D. and B. Suprihatno. 1996. Response
hayati. Agronomika. 4(1): 1-9. of flooding in gogo rancah rice and
Hunt, R. 1990. Basic growth analysis. Cambridge moisture stress effect at reproductive
University Press, London. stage in walikjerami rice.
Ilyas, Syekhfani dan S. Prijono. 2000. Analisis Supartoto, T. Widiatmoko, Haryanto dan Amirudin.
Limbah Pertamina Abu Sekam sebagai 1998. Pengaruh TOT, intensitas
Sumber Silikat pada Andisol dan Oxisol penyiangan dan dosis pupuk N terhadap
terhadap Pelepasan Fosfor terjerap dengan pertumbuhan dan hasil padi gogo. Laporan
Teknik Pelarut 32P. Risalah Pertemuan Hasil Penelitian SPP/DPP Unsoed.
Ilmiah Penelititan dan Pengembangan Purwokerto.
Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta. Suprayogi dan P. Hidayat. 1997. Respons varietas
IRRI. 2004. IRRIStat ver. 4.3. IRRI Los Banos. padi gogo terhadap perubahan intensitas
Philipines. cahaya dan identifikasi karakter penanda
Lawlor, D.W. 1995. The effects of water deficit morfologis toleransi terhadap naungan.
on photosynthesis. In Environment and Laporan Hasil Penelitian Proyek APBN
Plant Metabolism: Flexibility and Peneliti Muda Dikti, Jakarta.
Acclimation. N. Smirnoff, ed (Oxford: Surapornpiboon, P, S. Julsrigival, C. Senthongand
Bios Scientific) D. Karladee. 2008. Effects of silicon on
Ma, J.F., and E. Takahashi. 2002. Soil, fertilizer, upland rice under drought condition.
and plant silicon research in Japan. CMU. J. Nat. Sci., 7(1): 163-171.
Elsevier Science B.V., Netherlands. Suwarto. 2001. Penampilan hasil galur murni padi
Makarim, A.K., O. Sudarman dan H. Supriadi. gogo Toleran Al pada tanah mineral
1989. Status hara tanaman padi masam. Agronomika. 1(1): 39-50.
berkeracunan Fe di daerah Batumarta, Suwarto. 2003. Penampilan sifat agronomik
Sumatera Selatan. Penelitian Pertanian. 9 populasi F2 hasil persilangan danau tempe
(4): 166-170. x mentikwangi dan resiproknya untuk
Mulyani, A, 2006. Perkembangan potensi lahan perakitan gogo aromatik. Agronomika
kering masam. Balai Besar Penelitian 3(1): 54 – 62.
Oswal, M.C. 1994. Soil Physics. Oxford and IBH Suwarto dan N. Farid. 2004. Studi beberapa
Publishing Co. PVT Ltd. New Delhi karakter morfologi dan fisiologi lima
Bombay Calcutta. India. genotipe padi gogo toleral naungan.
Pahrudin, A., Maripul dan R.D. Philips 2004. Cara Agronomika. 4(1): 49-58.
tanam padi sistem legowo mendukung Taylor, C.B. 1996. Proline and water deficit: ups,
usaha tani di Desa Bojong Cikembar downs, ins and outs. Plant Cell. 8:1221-
Sukabumi. Buletin Teknik Pert. 9(1): 10- 1224.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy