Kajian Pemanfaatan Pembenah Tanah Untuk Pertanian Berkelanjutan Pada Lahan Sawah Sub Optimal Di Propinsi Lampung

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.

id

KAJIAN PEMANFAATAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERTANIAN


BERKELANJUTAN PADA LAHAN SAWAH SUB OPTIMAL
DI PROPINSI LAMPUNG

Study Of Soil Conditioner For Sustainable Agriculture In Sub Optimal Rice Fields
In Lampung Province

Ishak Juarsah1), Rakhmiati, Eti P. Handayani, dan Yatmin2)


1)
Balai Penelitian Tanah; Jl. Tentera Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor
2)
Dosen Sekolah Tinggi Pertanian Dharmawacana, Metro, Lampung

ABSTRACT

The study was conducted in Lampung Province with consideration for soil fertility in
rice fields are planted with rice tends to go down, so that the harvest of dry grain
production leveling off. The method used is a survey method, including primary data
collection through interviews using questionnaires. Identification of using soil
conditioner collected to reveal information about the type of soil conditioner that is
known farmers and types soil conditioner once used by farmers. The aim of this study
were: (1) an inventory of the type soil conditioner known and used by farmers, as well
as the resources and applications dose; (2) determine the benefits and constraints use
soil conditioner at the farm level, (3) to study soils conditioner prospect to increase
land productivity. The results showed that the organic matter, soil conditioner types
known and used in Central Lampung District is Zeolite Agro 2000, ZP.30 (enrichment
zeolit with P nutrient) and dolomite, whereas in the East Lampung District is a regular
zeolite and dolomite. The use of soil conditioner in both districts useful to increasing
the production of rice crop about 10-30%, also improve soil fertility and increase the
efficiency of nutrient uptake of inorganic fertilizers.

Key words: ; Soil conditioner; levelling off; sub optimal land

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 02/Pert/Hk.060/2/2006 yang


dimaksud dengan pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau
mineral yang berbentuk padat atau cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi. serta dapat memperbaiki kemampuan tanah dalam memegang hara, sehingga
hara tidak mudah hilang, dan dapat dimanfaatkan tanaman.
Bahan pembenah tanah dapat digolongkan menjadi dua yaitu bahan pembenah
tanah alami dan sintetis. Bahan pembenah tanah alami yang banyak digunakan oleh
petani adalah kapur pertanian, fosfat alam, zeolit, bahan organik yang mempunyai C/N
rasio 7-12, blotong, sari kering limbah (SKL), emulsi aspal (bitumen), lateks atau skim
lateks. Sedangkan bahan pembenah tanah sintetis yang sudah dipasarankan adalah

Volume 14 (1): 1—9, Juni 2018 1


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

VAMA, HPAN, SPA, PAAm/PAM, Poly-DADMAC, dan Hydrostock. Jenis-jenis


pembenah tanah tersebut telah beredar di pasaran dan banyak digunakan petani, namun
hingga saat ini masih sangat sedikit informasi yang menjelaskan sejauh mana pembenah
tanah tersebut digunakan baik menyangkut jenis, dosisnya dan pengaruhnya terhadap
produksi pertanian.
Pemupukan P dosis tinggi secara berkelanjutan pada lahan sawah dapat
mengakibatkan kahat Zn, sebab Zn diikat oleh P menjadi senyawa Zn-P sehingga Zn tidak
tersedia bagi tanaman padi (Al-Jabri et al., 2006). Masalah ketidakseimbangan hara dapat
mengakibatkan fenomena leveling-off yang telah terjadi sejak beberapa tahun terakhir,
sehingga pemerintah terpaksa mengimpor tidak hanya beras, tetapi juga impor kedelai,
jagung, dan gula. Pembenah tanah baik dalam bentuk organik maupun mineral dapat
diaplikasikan tidak hanya pada tanah kering, tetapi juga pada tanah sawah. Menurut
Suwardi (2007), pembenah tanah kapur pertanian tidak perlu diberikan apabila kejenuhan
Al dalam tanah:  40% (jagung), dan  20% (kedelai), dan  60% (untuk padi sawah),
sebab penggenangan sudah merupakan self-liming effect, kecuali jika Mg-dd < 0.5 cmol(+)
kg-1 dan % kejenuhan Mg terhadap KTK efektif < 5% maka Dolomit dapat diberikan untuk
tanaman pangan. Sedangkan Zeolit dapat digunakan pada tanah-tanah dengan KTK sangat
rendah (< 0.5 cmol(+) kg-1 seperti pada tanah-tanah Regosol atau Inceptisols yang belum
berkembang bertekstur pasir; Podsolik Merah Kuning atau Ultisols/Oxisols; dan Latosol
Coklat atau Inceptisols/Ultisols.Sebaliknya Zeolit tidak dianjurkan pemberiannya pada
jenis tanah yang mempunyai mineral liat alofan, sebab tidak dapat meningkatkan KTK
tanah (Suwardi, 2007).
Kandungan C-organik tanah sawah umumnya < 1% adalah merupakan salah satu
ciri bahwa kualitas lahan sawah menurun yang mengakibatkan penurunan efisiensi
serapan hara, sehingga tidak hanya bahan organik saja, tetapi juga pembenah tanah
zeolit sebaiknya diberikan untuk meningkatkan KTK tanah sehingga efisiensi
pemupukan dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan (1) menginventarisasi jenis dan
aplikasi dosis pembenah tanah yang digunakan petani, (2) mengetahui kendala dan
peluang penggunaan pembenah tanah di tingkat petani, (4) mengetahui dampak dan
peluang pengembangan penggunaan pembenah tanah untuk meningkatkan produktivitas
lahan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Lampung Tengah dan Lampung Timur. Lokasi


penelitian dilakukan di Desa Rejo Besuki, Ratna Klandungan, Ratna Chaton, Rama
Indra (Kecamatan Seputih Raman/Kabupaten Lampung Tengah) dan di Desa Taman
Cari (Kecamatan Probolinggo/Kabupaten Lampung Timur). Responden ditetapkan
berdasarkan 3 kategori yaitu petani pengguna, petani pernah menggunakan atau dan
petani yang tidak pernah menggunakan pembenah tanah. Pemilihan responden pada

2 Juarsah, I., Rakhmiati, E.P. Handayani, dan Yatmin


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

masing-masing kategori dilakukan secara acak. Jumlah petani responden di Kabupaten


Lampung Tengah dan Lampung Timur masing-masin 24 dan 27 orang. Data primer
dikumpulkan dengan metode survei melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner
terstruktur baik dengan petani maupun dengan PPL dan Distributor. Data yang
dikumpulkan dari petani responden meliputi: (i) informasi jenis pembenah tanah yang
umum dikenal dan digunakan petani, (ii) sumber informasi dan aplikasi dosisnya, iii)
manfaat penggunaan pembenah tanah di tingkat petani, (iv) dampak, kendala dan
peluang pengembangan penggunaan pembenah tanah untuk meningkatkan produktivitas
lahan. Survei utama dilaksanakan dengan melakukan wawancara langsung dengan
petani dan PPL, dan distributor/agen pembenah tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama pelaksanaan penelitian ini terungkap bahwa petani.responden umumnya


hanya mengetahui pembenah tanah alami yakni zeolit, dolomit, dan pupuk kandang.
Sedangkan pembenah tanah alami lainnya seperti bitumen, skim lateks dan pembenah
tanah sintetis seperti VAMA, HPAN, SPA, PAAm/PAM, Poly-DADMAC, Hydrostock
tidak dikenal petani. Oleh sebab itu, kajian mendalam selanjutnya difokuskan kepada
pembenah tanah zeolit dan dolomit.
Zeolit sebagai pembenah tanah adalah mineral dari senyawa aluminosilikat
terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation alkali yang dapat
dipertukarkan. Zeolit sebagai pembenah yang diberikan ke dalam tanah dengan jumlah
relatif banyak dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga
produksi pertanian dapat ditingkatkan (Simanjutak, 2006; Suwardi, 2007). Sifat khas
dari Zeolit sebagai mineral yang berstruktur tiga demensi, bermuatan negatif, dan
memiliki pori-pori yang terisi ion-ion: K, Na, Ca, Mg dan molekul H2O, sehingga
memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan air secara bolak-balik. Pupuk
Urea dan KCl yang diberikan ke tanah yang sebelumnya sudah diberi zeolit, maka
kation NH4+-Urea dan kation K+-KCl dapat terperangkap sementara dalam pori-pori
zeolit yang sewaktu-waktu dilepaskan secara perlahan-lahan untuk diserap tanaman.
Zeolit mempunyai kerangka terbuka dengan jaringan pori-pori yang mempunyai
permukaan bermuatan negatif dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+-Urea dan
kation K+-KCl keluar dari daerah perakaran. Zeolit berperanan untuk menahan
sementara unsur hara di daerah perakaran, sehingga pupuk Urea dan KCl yang
diberikan lebih efisien. Jika takaran pupuk yang diberikan sesuai anjuran maka residu
pupuk berakhir lebih lama dengan peningkatan hasil yang lebih tinggi.
Sifat-sifat tanah yang dipengaruhi zeolit antara lain adalah: (1) meningkatkan
KTK tanah selama KTK zeolit diatas 100 cmol(+) kg-1, jumlah Zeolit yang diberikan  5
ton/ha untuk tanah mineral masam yang didominasi mineral liat 1:1, (2) meningkatkan
kalium tanah, hal ini disebabkan kandungan K2O dalam Zeolit klinoptilolite sekitar 3%,

Volume 14 (1): 1—9, Juni 2018 3


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

sehingga pemberian 5 ton Zeolit klinoptilolite /ha dapat mengkontribusi 150 kg K2O
jika semua kalium tersedia. Namun tidak semua K yang berada dalam Zeolit dapat
digunakan dengan segera oleh tanaman, sehingga masih perlu diberi tambahan pupuk K
dengan takaran yang lebih kecil, (3) meningkatkan ketersediaan P, dari hasil percobaan
bahwa pemberian Zeolit pada tanah Podsolik meningkatkn P dari 5.28 menjadi 20.1 mg
P2O5/kg (Suwardi, 2007), dimana mekanisme peningkatan P diduga karena Ca dalam
Zeolit mengikat P dalam tanah yang semula diikat oleh Fe dan Al, dan karena Ca dalam
Zeolit mudah dilepaskan dalam bentuk dapat dipertukarkan, maka P yang diikat Ca
menjadi tersedia. Perbaikan struktur tanah dan daya pegang tanah terhadap air karena
sifat fisik zeolit yang berongga, sehingga pemberian Zeolit pada tanah bertekstur liat
dapat memperbaiki struktur tanah, pori-pori udara tanah ditingkatkan, sedangkan Zeolit
yang diberikan pada tanah berpasir dapat meningkatkan daya pegang tanah terhadap air.
Pemberian Zeolit sebagai pembenah tanah sebaiknya diberikan dalam bentuk campuran
antara ukuran halus dan kasar agar pengaruhnya dapat bertahan untuk beberapa tahun,
sebab jika semua Zeolit yang diberikan 100% berukuran halus, akan memberikan
pengaruh yang semakin baik akan tetapi daya tahannya lebih pendek.
Pembenah tanah Dolomit (CaCO3.MgCO3) berperan untuk memperbaiki
pertumbuhan tanaman padi selama pH di bawah 4.50, kandungan Mg dapat ditukar < 25
mg Mg kg-1 atau < 0.21 cmol(+) kg-1, kejenuhan Mg < 5% (Aljabri .,2007). Namun
suatu jenis tanaman yang ditanam pada suatu tanah tertentu dengan kandungan Mg
relatif rendah mungkin saja tidak respons terhadap pemupukan Mg, hal ini disebabkan
oleh karena ion H+ yang berasal dari akar melalui proses pertukaran kation sangat
efektif melepaskan bentuk Mg tidak dapat ditukar menjadi bentuk Mg dapat ditukar
sehingga dengan mudah diserap akar tanaman (Al Jabbri., 2006).
Magnesium dapat ditukar sangat nyata berkorelasi dengan persentase kejenuhan
Mg dan secara konsensus bahwa persentase kejenuhan Mg sekitar 5% dari KTK tanah
sudah cukup untuk hasil optimum dari berbagai jenis tanaman. Namun untuk tanaman-
tanaman tertentu yang memerlukan konsentrasi kation-kation basa yang lebih tinggi
dimana jeraminya dijadikan pakan untuk pencegahan penyakit hypomagnesaemia dari
binatang memamah biak, maka persentase kejenuhan Mg sekitar 10% dari KTK adalah
sangat dianjurkan untuk mempertahankan konsentrasi Mg dalam pakan ternak kering 
0.2%.

Identifikasi penggunaan pembenah tanah

1. Jenis pembenah tanah yang dikenal dan pernah digunakan petani

Jenis pembenah tanah yang dikenal petani responden yang pernah menggunakan
di Propinsi Lampung adalah: Zeolit biasa, Zeolit Agro 2000, ZP 30, dan Dolomit. Jenis
pembenah tanah Zeolit Agro 2000 dan ZP.30 dikenal oleh 23.8% petani responden
mantan pengguna, dan 76.2% mengenal Zeolit biasa (tanpa merk dagang) serta 71.4%

4 Juarsah, I., Rakhmiati, E.P. Handayani, dan Yatmin


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

mengenal Dolomit. Jenis pembenah tanah Dolomit dikenal oleh 85.7% petani responden
bukan pengguna dan sebanyak 50.0% mengenal Zeolit biasa. Mereka tidak pernah
menggunakan pembenah tanah, karena keterbatasan untuk mendapatkan informasi
tentang pembenah tanah, kurangnya penyuluhan, tidak tersedianya di kios, harganya
mahal, dan belum yakin pengaruhnya terhadap peningkatan produksi. Ada empat jenis
pembenah tanah yang pernah digunakan petani responden, di Propinsi Lampung yakni:
Zeolit Agro 2000, ZP.30 (Zeolit yang diperkaya unsur P), Zeolit biasa, dan Dolomit .
Pembenah tanah Zeolit Agro 2000 dan ZP.30 disubsidi kepada petani di Lampung
Tengah pada MH awal tahun 2007. Sebanyak 23.8% petani responden mantan
pengguna pernah menggunakan Zeolit Agro 2000 dan ZP.30. Sedangkan Zeolit biasa
pernah digunakan oleh 76.2% petani responden, dan yang pernah menggunakan
Dolomit adalah sebanyak 38.1%.
Penggunaan Zeolit biasa diguakan oleh petani renponden di Lampung Timur
saat itu bersamaan dengan adanya program pemerintah ―Gema Palagung‖ pada tahun
1998/1999, dan pelaksanaannya hanya sekali saja, kemudian pada tahun-tahun
berikutnya petani sudah tidak menggunakannya lagi dengan alasan bahan sulit diperoleh
dan tidak tersedia di toko.

2. Aplikasi dan dosis pembenah tanah.

Di Propinsi Lampung, pembenah tanah Zeolit Agro 2000 dan ZP.30 diaplikasi
oleh 23.8% petani responden mantan pengguna, sedangan Zeolit biasa diaplikasi oleh
76.2% petani responden, serta Dolomit diaplikasi oleh petani pengguna 38.1% (Gambar
2). Namun dalam pelaksanaan demplot, penggunaan pembenah tanah Zeolit Agro 2000
dan ZP.30 tidak berjalan sebagaimana seharusnya, sebab dari sejumlah responden
menyatakan bahwa pengaruh penggunaan pembenah tanah tersebut ternyata ada
yang meningkatkan, tetapi ada juga yang menurunkan produksi gabah kering
panen (GKP).
Aplikasi Dolomit di lahan sawah dilakukan oleh 38.1% dari total responden di
Propinsi Lampung, masih tergolong rendah, sebab menurut pengamatan petani bahwa
kenaikan hasil GKP yang cukup signifikan akibat pengaruh pemberian Dolomit, namun
karena tidak diikuti dengan kenaikan harga gabah pada saat panen, sehingga hanya
petani-petani tertentu saja yang berani berspekulasi untuk menggunakan Dolomit.
(Gambar 1).
Berdasarkan informasi dari petani responden, aplikasi Zeolit Agro 2000 +
ZP.30 menaikkan hasil GKP, hal ini disebabkan ada petani yang memberikan pupuk
kandang sebanyak 5 ton/ha, sehingga produksi gabah kering panen (GKP) dapat
mencapai 8.5 ton/ha. Peningkatan produksi GKP tersebut juga dipengaruhi oleh
pemberian Zeolit Agro 2000 + ZP.30, sehingga efisiensi serapan hara yang berasal dari
pupuk kandang dan pupuk anorganik menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, aplikasi Zeolit

Volume 14 (1): 1—9, Juni 2018 5


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

Agro 2000 + ZP.30 menurunkan hasil GKP, hal ini disebabkan pupuk SP-36 dan KCl
juga dikurangi dan bahkan ada petani yang sama sekali tidak memberikan pupuk
anorganik. Pupuk SP-36 tidak diberikan dengan alasan karena ZP.30 sudah diperkaya
hara P dari pupuk P alam. Takaran pupuk SP-36 dan KCl juga dikurangi karena adanya
anggapan bahwa Zeolit adalah sebagai pupuk, dilain pihak petani sendiri tidak bisa
membeli pupuk karena kelangkaan pupuk dan atau harganya yang mahal.

Gambar 1. Aplikasi pembenah tanah Zeolit Agro 2000 +


ZP.30, Zeolit biasa, dan Dolomit

Pemberian 100 - 200 kg Zeolit Agro 2000/ha + 200 - 400 kg ZP.30/ha di Seputih
Raman tergolong rendah, disamping itu, KTK Zeolit Agro 2000 dan ZP.30 < 80 cmol (+)
kg-1. Takaran Zeolit yang diberikan tergantung pada tingkat degradasi lahan. Pada
tingkat degradasi ringan dapat diberikan ≤ 5 ton/ha, tingkat degradasi sedang antara 5-
10 ton/ha dan untuk tingkat degradasi berat antara 10-20 ton/ha. Efektivitas pembenah
tanah dapat lebih ditingkatkan melalui pemberiannya di zone perakaran, sehingga
penggunaannya akan lebih efisien dan lebih praktis. Efisiensi pemupukan sangat
ditentukan oleh kualitas pembenah tanah yang digunakan. Hasil analisis KTK, contoh
Zeolit Agro 2000, ZP.30 dan Zeolit (produk PT Minatama) masing-masing adalah: 25,
64, dan 35 cmol(+) kg-1

3. Manfaat dan faktor pembatas penggunaan pembenah tanah

Manfaat pembenah tanah bagi petani responden mantan pengguna adalah 95.2%
menyatakan bahwa pembenah tanah mengakibatkan tanah lebih subur, > 85.7%
menyatakan pupuk tidak hanyut, 81% tanah tidak tererosi, 71.4% penggunaan pupuk
berkurang, dan 66.7% produksi meningkat (Gambar 2).
Faktor pembatas internal penggunaan pembenah tanah bagi petani yang pernah
menggunakan dari urutan rangking terbesar sampai terkecil masing-masing adalah:
(1) aplikasi sulit (66.7%), (2) tidak tahu caranya dan tidak ada penyuluhan
(52.4%), serta (3) membutuhkan tenaga kerja banyak (42.9%), sedangkan faktor

6 Juarsah, I., Rakhmiati, E.P. Handayani, dan Yatmin


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

pembatas internal penggunaan pembenah tanah bagi petani yang tidak pernah
menggunakan dari urutan rangkin terbesar sampai terkecil masing-masing adalah: (1)
membutuhkan tenaga kerja banyak dan tidak ada bimbingan/penyuluhan (71.4%), (2)
tidak tahu caranya (57.1%), (3) aplikasi sulit (50%).

100,0
90,0
80,0
70,0
60,0
% 50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
-
Penggun
Tanah
Produksi aan Pupuk
Tidak
lebih
meningk pupuk tidak
tererosi
subur
at berkura hanyut
ng
% 95,2 66,7 71,4 85,7 81,0
Gambar 2. Manfaat pembenah tanah bagi petani responden mantan pengguna

Kendala eksternal ketersediaan bahan pembenah terutama Zeolit, sulit diperoleh


di kios-kios saprodi pertanian, hal ini disebabkan maju dan mundurnya bisnis pembenah
tanah sangat ditentukan oleh dampak positif dari penggunaan pembenah tanah. Jika
pembenah tanah berdampak positif terhadap peningkatan hasil, maka petani dipastikan
akan membeli pembenah tanah. Namun dengan semakin ramainya bisnis pembenah
tanah terutama kaptan/Dolomit dan Zeolit, yang diikuti dengan maraknya penjualan
pembenah tanah palsu, sehingga produksi tanaman menurun dan petani selalu dirugikan.
Oleh sebab itu, pemerintah hendaknya selalu memihak kepada petani dengan cara
mengantisipasi penjualan pembenah tanah palsu, dan memberi sangsi kepada
distributor-distributor nakal.

4. Dampak, kendala dan peluang pengembangan penggunaan pembenah


Dampak, kendala dan peluang pengembangan penggunaan pembenah tanah
diperoleh melalui wawancara dengan penyuluh pertanian lapang dan distributor. Respon
petani, dampak, kendala, dan prospek penggunan pembenah tanah hasil wawancara
dengan tiga penyuluh pertanian lapang (PPL) di Propinsi Lampung disajikan pada Tabel
1.

Volume 14 (1): 1—9, Juni 2018 7


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

Tabel 1. Dampak, kendala, dan peluang penggunan pembenah tanah hasil


di Propinsi Lampung

Dampak Kendala Peluang


1. Di Seputih Raman 1. Pembenah tanah Zeolit Zeolit dapat dikembangkan
Pemberian Zeolit Agro 2000 Agro 2000 dan ZP.30 sebagai pembenah tanah, jika
dan ZP.30; ada yang belum dijual bebas di zeolit yang dijual untuk
meningkatkan GKP, dan ada pasar; pertanian sudah lolos dari uji
juga yang menurunkan GKP. 2. Pembenah tanah Zeolit mutu (LUM) dan lolos uji
Produksi GKP turun karena belum dijual bebas di efektivitas (LUE) dengan
pukuk SP-36 takarannya pasar; harga yang terjangkau petani
dikurangi atau tidak 3. Tidak ada juknis/juklak dan mudah diperoleh di toko;
diberikan sama sekali; dari sponsor; Dolomit sudah biasa
Produksi GKP naik karena 4. Kurangnya digunakan, hanya secara
petani memberikan pupuk penyuluhan; berkala harus ada
kandang; pengawasan tentang
2. Pemberian Zeolit di Purbolinggo mutunya.
umumnya meningkatkan GKP

KESIMPULAN

Jenis pembenah tanah yang dikenal dan digunakan di Kabupaten Lampung Tengah
adalah Zeolit Agro 2000, ZP.30 (zeolit yang diperkaya hara P) dan dolomit, sedangkan
di Lampung Timur adalah zeolit biasa dan dolomit. Sedangkan dosis pembenah tanah
di kedua kabupaten untuk lahan sawah masing-masing:100 – 200 kg Zeolit Agro
2000/ha + 200 – 400 kg ZP.30/ha, 100 – 200 kg zeolit biasa, dan 100 – 400 kg
Dolomit/ha. Prospek pengembangan pembenah tanah (zeolit dan dolomit) dari
wawancara dengan PPL di ke dua kabupaten adalah pembenah tanah tersebut dapat
dikembangkan, jika ada sosialisasi melalui demplot yang dibina oleh Instansi
berkepentingan,

DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabri, M. 2006. Penetapan rekomendasi pemupukan berimbang berdasarkan analisis
tanah untuk padi sawah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 1, No. 2. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. Departemen Pertanian.

Al-Jabri, M. dan Ishak Juarsa. 2007. Produktivitas tanaman padi sawah pada tanah
mineral masam di Lampung Timur. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional
HITI, Buku 1, halaman 301-309, 5-7 Desember 2007, UPN ―VETERAN‖
Yogyakarta

Husaini. 2007. Karakteristik dan deposit pembenah tanah Zeolit di Indonesia.


Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Bandung. Dipresentasikan pada

8 Juarsah, I., Rakhmiati, E.P. Handayani, dan Yatmin


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 14 (1): 1—9, Juni 2018 http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

Semiloka Pembenah Tanah Menghemat Pupuk, Mendukung Peningkatan


Produksi Beras, Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air, Deptan. Bekerjasama
dengan konsorsium Pembenah Tanah Indonesia pada 5 April 2007 di Jakarta.
(Tidak dipublikasian).

Simanjuntak, M. 2006. Penggunaan Zeolit dalam Bidang Pertanian. Program Studi Ilmu
Tanah S-1. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.

Sumbangan Baja. 2005. The use of Remote Sensing Technology for Agricultural
Development Planning South Celebes Case Study. Dikemukakan dalam Space
Technology and Application Conference towards Competitive ASEAN. BPPT
Technology, Jakarta, 5-6 August 2005.

Suriadikarta, D. A., W. Hartatik, dan G. Syamsidi. 2003. Penerapan pengelolaan hara


terpadu pada lahan sawah irigasi. Dalam Prosiding Seminar Nasional
PERHIMPI. Biotrop, 9-10 September 2003.

Suwardi. 2007. Pemanfaatan Zeolit untuk Perbaikan Sifat-sifat Tanah dan Peningkatan
Produksi Pertanian. Disampaikan pada Semiloka Pembenah Tanah Menghemat
Pupuk Mendukung Peningkatan Produksi Beras, di Departemen Pertanian,
Jakarta 5 April 2007

Volume 14 (1): 1—9, Juni 2018 9

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy