Kajian Pemanfaatan Pembenah Tanah Untuk Pertanian Berkelanjutan Pada Lahan Sawah Sub Optimal Di Propinsi Lampung
Kajian Pemanfaatan Pembenah Tanah Untuk Pertanian Berkelanjutan Pada Lahan Sawah Sub Optimal Di Propinsi Lampung
Kajian Pemanfaatan Pembenah Tanah Untuk Pertanian Berkelanjutan Pada Lahan Sawah Sub Optimal Di Propinsi Lampung
id
Study Of Soil Conditioner For Sustainable Agriculture In Sub Optimal Rice Fields
In Lampung Province
ABSTRACT
The study was conducted in Lampung Province with consideration for soil fertility in
rice fields are planted with rice tends to go down, so that the harvest of dry grain
production leveling off. The method used is a survey method, including primary data
collection through interviews using questionnaires. Identification of using soil
conditioner collected to reveal information about the type of soil conditioner that is
known farmers and types soil conditioner once used by farmers. The aim of this study
were: (1) an inventory of the type soil conditioner known and used by farmers, as well
as the resources and applications dose; (2) determine the benefits and constraints use
soil conditioner at the farm level, (3) to study soils conditioner prospect to increase
land productivity. The results showed that the organic matter, soil conditioner types
known and used in Central Lampung District is Zeolite Agro 2000, ZP.30 (enrichment
zeolit with P nutrient) and dolomite, whereas in the East Lampung District is a regular
zeolite and dolomite. The use of soil conditioner in both districts useful to increasing
the production of rice crop about 10-30%, also improve soil fertility and increase the
efficiency of nutrient uptake of inorganic fertilizers.
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
sehingga pemberian 5 ton Zeolit klinoptilolite /ha dapat mengkontribusi 150 kg K2O
jika semua kalium tersedia. Namun tidak semua K yang berada dalam Zeolit dapat
digunakan dengan segera oleh tanaman, sehingga masih perlu diberi tambahan pupuk K
dengan takaran yang lebih kecil, (3) meningkatkan ketersediaan P, dari hasil percobaan
bahwa pemberian Zeolit pada tanah Podsolik meningkatkn P dari 5.28 menjadi 20.1 mg
P2O5/kg (Suwardi, 2007), dimana mekanisme peningkatan P diduga karena Ca dalam
Zeolit mengikat P dalam tanah yang semula diikat oleh Fe dan Al, dan karena Ca dalam
Zeolit mudah dilepaskan dalam bentuk dapat dipertukarkan, maka P yang diikat Ca
menjadi tersedia. Perbaikan struktur tanah dan daya pegang tanah terhadap air karena
sifat fisik zeolit yang berongga, sehingga pemberian Zeolit pada tanah bertekstur liat
dapat memperbaiki struktur tanah, pori-pori udara tanah ditingkatkan, sedangkan Zeolit
yang diberikan pada tanah berpasir dapat meningkatkan daya pegang tanah terhadap air.
Pemberian Zeolit sebagai pembenah tanah sebaiknya diberikan dalam bentuk campuran
antara ukuran halus dan kasar agar pengaruhnya dapat bertahan untuk beberapa tahun,
sebab jika semua Zeolit yang diberikan 100% berukuran halus, akan memberikan
pengaruh yang semakin baik akan tetapi daya tahannya lebih pendek.
Pembenah tanah Dolomit (CaCO3.MgCO3) berperan untuk memperbaiki
pertumbuhan tanaman padi selama pH di bawah 4.50, kandungan Mg dapat ditukar < 25
mg Mg kg-1 atau < 0.21 cmol(+) kg-1, kejenuhan Mg < 5% (Aljabri .,2007). Namun
suatu jenis tanaman yang ditanam pada suatu tanah tertentu dengan kandungan Mg
relatif rendah mungkin saja tidak respons terhadap pemupukan Mg, hal ini disebabkan
oleh karena ion H+ yang berasal dari akar melalui proses pertukaran kation sangat
efektif melepaskan bentuk Mg tidak dapat ditukar menjadi bentuk Mg dapat ditukar
sehingga dengan mudah diserap akar tanaman (Al Jabbri., 2006).
Magnesium dapat ditukar sangat nyata berkorelasi dengan persentase kejenuhan
Mg dan secara konsensus bahwa persentase kejenuhan Mg sekitar 5% dari KTK tanah
sudah cukup untuk hasil optimum dari berbagai jenis tanaman. Namun untuk tanaman-
tanaman tertentu yang memerlukan konsentrasi kation-kation basa yang lebih tinggi
dimana jeraminya dijadikan pakan untuk pencegahan penyakit hypomagnesaemia dari
binatang memamah biak, maka persentase kejenuhan Mg sekitar 10% dari KTK adalah
sangat dianjurkan untuk mempertahankan konsentrasi Mg dalam pakan ternak kering
0.2%.
Jenis pembenah tanah yang dikenal petani responden yang pernah menggunakan
di Propinsi Lampung adalah: Zeolit biasa, Zeolit Agro 2000, ZP 30, dan Dolomit. Jenis
pembenah tanah Zeolit Agro 2000 dan ZP.30 dikenal oleh 23.8% petani responden
mantan pengguna, dan 76.2% mengenal Zeolit biasa (tanpa merk dagang) serta 71.4%
mengenal Dolomit. Jenis pembenah tanah Dolomit dikenal oleh 85.7% petani responden
bukan pengguna dan sebanyak 50.0% mengenal Zeolit biasa. Mereka tidak pernah
menggunakan pembenah tanah, karena keterbatasan untuk mendapatkan informasi
tentang pembenah tanah, kurangnya penyuluhan, tidak tersedianya di kios, harganya
mahal, dan belum yakin pengaruhnya terhadap peningkatan produksi. Ada empat jenis
pembenah tanah yang pernah digunakan petani responden, di Propinsi Lampung yakni:
Zeolit Agro 2000, ZP.30 (Zeolit yang diperkaya unsur P), Zeolit biasa, dan Dolomit .
Pembenah tanah Zeolit Agro 2000 dan ZP.30 disubsidi kepada petani di Lampung
Tengah pada MH awal tahun 2007. Sebanyak 23.8% petani responden mantan
pengguna pernah menggunakan Zeolit Agro 2000 dan ZP.30. Sedangkan Zeolit biasa
pernah digunakan oleh 76.2% petani responden, dan yang pernah menggunakan
Dolomit adalah sebanyak 38.1%.
Penggunaan Zeolit biasa diguakan oleh petani renponden di Lampung Timur
saat itu bersamaan dengan adanya program pemerintah ―Gema Palagung‖ pada tahun
1998/1999, dan pelaksanaannya hanya sekali saja, kemudian pada tahun-tahun
berikutnya petani sudah tidak menggunakannya lagi dengan alasan bahan sulit diperoleh
dan tidak tersedia di toko.
Di Propinsi Lampung, pembenah tanah Zeolit Agro 2000 dan ZP.30 diaplikasi
oleh 23.8% petani responden mantan pengguna, sedangan Zeolit biasa diaplikasi oleh
76.2% petani responden, serta Dolomit diaplikasi oleh petani pengguna 38.1% (Gambar
2). Namun dalam pelaksanaan demplot, penggunaan pembenah tanah Zeolit Agro 2000
dan ZP.30 tidak berjalan sebagaimana seharusnya, sebab dari sejumlah responden
menyatakan bahwa pengaruh penggunaan pembenah tanah tersebut ternyata ada
yang meningkatkan, tetapi ada juga yang menurunkan produksi gabah kering
panen (GKP).
Aplikasi Dolomit di lahan sawah dilakukan oleh 38.1% dari total responden di
Propinsi Lampung, masih tergolong rendah, sebab menurut pengamatan petani bahwa
kenaikan hasil GKP yang cukup signifikan akibat pengaruh pemberian Dolomit, namun
karena tidak diikuti dengan kenaikan harga gabah pada saat panen, sehingga hanya
petani-petani tertentu saja yang berani berspekulasi untuk menggunakan Dolomit.
(Gambar 1).
Berdasarkan informasi dari petani responden, aplikasi Zeolit Agro 2000 +
ZP.30 menaikkan hasil GKP, hal ini disebabkan ada petani yang memberikan pupuk
kandang sebanyak 5 ton/ha, sehingga produksi gabah kering panen (GKP) dapat
mencapai 8.5 ton/ha. Peningkatan produksi GKP tersebut juga dipengaruhi oleh
pemberian Zeolit Agro 2000 + ZP.30, sehingga efisiensi serapan hara yang berasal dari
pupuk kandang dan pupuk anorganik menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, aplikasi Zeolit
Agro 2000 + ZP.30 menurunkan hasil GKP, hal ini disebabkan pupuk SP-36 dan KCl
juga dikurangi dan bahkan ada petani yang sama sekali tidak memberikan pupuk
anorganik. Pupuk SP-36 tidak diberikan dengan alasan karena ZP.30 sudah diperkaya
hara P dari pupuk P alam. Takaran pupuk SP-36 dan KCl juga dikurangi karena adanya
anggapan bahwa Zeolit adalah sebagai pupuk, dilain pihak petani sendiri tidak bisa
membeli pupuk karena kelangkaan pupuk dan atau harganya yang mahal.
Pemberian 100 - 200 kg Zeolit Agro 2000/ha + 200 - 400 kg ZP.30/ha di Seputih
Raman tergolong rendah, disamping itu, KTK Zeolit Agro 2000 dan ZP.30 < 80 cmol (+)
kg-1. Takaran Zeolit yang diberikan tergantung pada tingkat degradasi lahan. Pada
tingkat degradasi ringan dapat diberikan ≤ 5 ton/ha, tingkat degradasi sedang antara 5-
10 ton/ha dan untuk tingkat degradasi berat antara 10-20 ton/ha. Efektivitas pembenah
tanah dapat lebih ditingkatkan melalui pemberiannya di zone perakaran, sehingga
penggunaannya akan lebih efisien dan lebih praktis. Efisiensi pemupukan sangat
ditentukan oleh kualitas pembenah tanah yang digunakan. Hasil analisis KTK, contoh
Zeolit Agro 2000, ZP.30 dan Zeolit (produk PT Minatama) masing-masing adalah: 25,
64, dan 35 cmol(+) kg-1
Manfaat pembenah tanah bagi petani responden mantan pengguna adalah 95.2%
menyatakan bahwa pembenah tanah mengakibatkan tanah lebih subur, > 85.7%
menyatakan pupuk tidak hanyut, 81% tanah tidak tererosi, 71.4% penggunaan pupuk
berkurang, dan 66.7% produksi meningkat (Gambar 2).
Faktor pembatas internal penggunaan pembenah tanah bagi petani yang pernah
menggunakan dari urutan rangking terbesar sampai terkecil masing-masing adalah:
(1) aplikasi sulit (66.7%), (2) tidak tahu caranya dan tidak ada penyuluhan
(52.4%), serta (3) membutuhkan tenaga kerja banyak (42.9%), sedangkan faktor
pembatas internal penggunaan pembenah tanah bagi petani yang tidak pernah
menggunakan dari urutan rangkin terbesar sampai terkecil masing-masing adalah: (1)
membutuhkan tenaga kerja banyak dan tidak ada bimbingan/penyuluhan (71.4%), (2)
tidak tahu caranya (57.1%), (3) aplikasi sulit (50%).
100,0
90,0
80,0
70,0
60,0
% 50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
-
Penggun
Tanah
Produksi aan Pupuk
Tidak
lebih
meningk pupuk tidak
tererosi
subur
at berkura hanyut
ng
% 95,2 66,7 71,4 85,7 81,0
Gambar 2. Manfaat pembenah tanah bagi petani responden mantan pengguna
KESIMPULAN
Jenis pembenah tanah yang dikenal dan digunakan di Kabupaten Lampung Tengah
adalah Zeolit Agro 2000, ZP.30 (zeolit yang diperkaya hara P) dan dolomit, sedangkan
di Lampung Timur adalah zeolit biasa dan dolomit. Sedangkan dosis pembenah tanah
di kedua kabupaten untuk lahan sawah masing-masing:100 – 200 kg Zeolit Agro
2000/ha + 200 – 400 kg ZP.30/ha, 100 – 200 kg zeolit biasa, dan 100 – 400 kg
Dolomit/ha. Prospek pengembangan pembenah tanah (zeolit dan dolomit) dari
wawancara dengan PPL di ke dua kabupaten adalah pembenah tanah tersebut dapat
dikembangkan, jika ada sosialisasi melalui demplot yang dibina oleh Instansi
berkepentingan,
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabri, M. 2006. Penetapan rekomendasi pemupukan berimbang berdasarkan analisis
tanah untuk padi sawah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 1, No. 2. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. Departemen Pertanian.
Al-Jabri, M. dan Ishak Juarsa. 2007. Produktivitas tanaman padi sawah pada tanah
mineral masam di Lampung Timur. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional
HITI, Buku 1, halaman 301-309, 5-7 Desember 2007, UPN ―VETERAN‖
Yogyakarta
Simanjuntak, M. 2006. Penggunaan Zeolit dalam Bidang Pertanian. Program Studi Ilmu
Tanah S-1. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.
Sumbangan Baja. 2005. The use of Remote Sensing Technology for Agricultural
Development Planning South Celebes Case Study. Dikemukakan dalam Space
Technology and Application Conference towards Competitive ASEAN. BPPT
Technology, Jakarta, 5-6 August 2005.
Suwardi. 2007. Pemanfaatan Zeolit untuk Perbaikan Sifat-sifat Tanah dan Peningkatan
Produksi Pertanian. Disampaikan pada Semiloka Pembenah Tanah Menghemat
Pupuk Mendukung Peningkatan Produksi Beras, di Departemen Pertanian,
Jakarta 5 April 2007