Tia Mikro
Tia Mikro
Tia Mikro
2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
Eksplorasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Karet dan Manfaatnya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.)
Exploration and Characterization of Microorganisms from Rubber Seed and The Benefits for
Rubber Plant Growth (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)
Dita Amelia Novariza*, Lahmuddin Lubis, Suzanna Fitriany Sitepu, Radite Tistama
Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
*Corresponding author: ditaanovariza@gmail.com
ABSTRACT
The object of this research are to explore the microorganisms from rubber seed to prevent seed
pathogens and beneficial to the growth of rubber plant. The research was conducted in the
protection laboratory and greenhouse Sungei Putih Research Center from September to December
2014, using completely randomized design non factorial with 7 treatments and 4 replications. The
treatments used are microorganisms exploration of healthy rubber seed, ie M0 (control), M1
(Trichoderma sp.(a)), M2 (Trichoderma sp.(b)), M3 (Aspergillus sp.), M4 (Rhizopus sp.), M5
(Isolates BBK(a)), and M6 (isolates BBK(b)). The results showed that microorganisms exploration
from the healthy rubber seed has significant effect on all parameters. The best results to inhibit seed
pathogens in the laboratory is Aspergillus sp. at 81.27%. For germinate speed and plants height the
best results are Trichoderma sp.(b) at 5.75 days and 28.90 cm. The best results for the length of the
root is Trichoderma sp.(a) at 35.10 cm, and for the root weight is Aspergillus sp at 4,91 g.
Trichoderma sp.(a), Trichoderma sp.(b), and Aspergillus sp. besides potential as biocontrol agents
pathogenic seed by way of seed coating, also has potential as a stimulator of growth and biological
fertilizer which can improve the quality of the rubber plant growth.
Keywords: rubber plant, antagonistic microorganisms, seed coating, seed pathogens, growth
stimulator
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mikroorganisme dari biji karet untuk mencegah
patogen benih dan bermanfaat bagi pertumbuhan karet. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium
proteksi dan rumah kaca Balai Penelitian Sungei Putih pada bulan September sampai Desember
2014, menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuan yang digunakan adalah mikroorganisme hasil eksplorasi biji karet sehat, yaitu M0
(kontrol), M1 (Trichoderma sp.(a)), M2 (Trichoderma sp.(b)), M3 (Aspergillus sp.), M4 (Rhizopus
sp.), M5 (Isolat BBK(a)), dan M6 (Isolat BBK(b)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mikroorganisme hasil eksplorasi biji karet sehat berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil
terbaik untuk menghambat patogen benih di laboratorium adalah Aspergillus sp. yaitu 81,27%.
Untuk kecepatan berkecambah dan tinggi tanaman hasil terbaik adalah Trichoderma sp.(b) yaitu 5,75
hari dan 28,90 cm. Hasil terbaik untuk panjang akar adalah Trichoderma sp.(a) yaitu 35,10 cm,
sedangkan untuk bobot akar adalah Aspergillus sp. yaitu 4,91 g. Trichoderma sp.(a), Trichoderma
sp.(b), dan Aspergillus sp. selain berpotensi sebagai agens biokontrol patogen benih dengan cara
seed coating, juga berpotensi sebagai stimulator pertumbuhan dan pupuk biologis yang dapat
meningkatkan kualitas tanaman pertumbuhan karet.
Kata kunci: karet, mikroorganisme antagonis, seed coating, patogen benih, stimulator pertumbuhan
1925
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
PENDAHULUAN serangan patogen dengan senyawa yang
dikeluarkan, berupa senyawa metabolit
Tanaman karet (Hevea brassiliensis) sekunder yang merupakan senyawa bioaktif
termasuk dalam famili Euphorbiacea, dan dapat berfungsi untuk membunuh patogen
merupakan salah satu komoditas perkebunan (Prihatiningtias dan Wahyuningsih, 2006).
yang penting sebagai sumber devisa non Nassar et al. (2005) menyatakan
migas bagi Indonesia, sehingga memiliki bahwa sejenis Plant Growth Promotion (PGP)
prospek yang cerah (Damanik et al., 2010). ditemukan dari isolat jamur Williopsis
Luas areal perkebunan karet Indonesia saturnus, endofit akar jagung, mampu
baik perkebunan rakyat maupun perkebunan menghasilkan indole-3-acetic acid (IAA) dan
besar pada tahun 2012 adalah 3.486.800 ha, asam indole-3-piruvat (IPYA) secara in vitro
dengan produksi total mencapai 2.943.410 ton dalam media kimia. Hasil penelitian terbukti
(BPS, 2012). Kondisi ini masih perlu dilihat dari peningkatan bobot kering akar,
ditingkatkan dikarenakan permintaan akan panjang akar, dan tunas yang menunjukkan
kebutuhan karet yang semakin meningkat. peningkatan yang signifikan (P <0,05) pada
Sehubungan dengan peningkatan kebutuhan bibit tanaman jagung dibandingkan dengan
karet maka diperlukan teknologi dalam bibit perlakuan kontrol.
pengusahaan karet. Malfanova (2013) menyatakan bahwa
Salah satu komponen teknologi berbagai bakteri endofit telah menunjukkan
terpenting dalam pengusahaan karet adalah kemampuan memproduksi PGP. PGP
benih karena kualitas maupun kuantitas benih langsung dihasilkan oleh endofit sebagian
secara langsung akan mempengaruhi besar digunakan untuk penyediaan nutrisi
produktivitas perkebunan karet. penting bagi tanaman dan produksi atau
(Charloq, 2004). pemroses fitohormon. Sementara itu, efek
Hasil penelitian Djaafar et al. (2001) biokontrol bakteri endofit telah lama
menunjukkan bahwa salah satu faktor yang diketahui dengan pengamatan mikroskopik
mempengaruhi kemunduran viabilitas benih bakteri endofit dalam tanaman, di mana
adalah aktifitas mikroorganisme dalam mereka menyebabkan perubahan morfologi
penyimpanan. dan mengurangi gejala penyakit di lokasi
Keberadaan patogen pada benih akan dimana endofit itu sendiri tidak ada.
memberikan dampak yang meluas terhadap Pelapisan benih (seed coating)
pertanaman di lapang bahkan mengakibatkan merupakan proses pembungkusan benih
epidemi penyakit karena benih merupakan dengan zat tertentu (Bakhtiar, 2010).
sumber penyebaran patogen (Ilyas, 2001). Penggunaan coating sangat efektif dalam
Oleh karena itu, penyediaan benih industri benih, karena dapat memperbaiki
yang bebas patogen dan berdaya tumbuh baik penampilan benih, meningkatkan daya
sangat penting dilakukan. Pengendalian simpan, mengurangi resiko tertular penyakit
serangan patogen pada benih dapat dilakukan dari benih disekitarnya, dan dapat digunakan
pelapisan pada benih (seed coating) dengan sebagai pembawa zat aditif, misalnya
menggunakan mikroorganisme antagonis. antioksidan, anti mikroba, repellent, mikroba
Mikroba antagonis merupakan suatu jasad antagonis, zat pengatur tumbuh dan lain lain
renik yang dapat menekan, menghambat atau (Sukarman dan Seswita, 2012).
memusnahkan mikroba lainnya sehingga Berdasarkan uraian diatas penulis
berpeluang digunakan sebagai agen hayati tertarik melakukan penelitian tentang
dalam pengendalian mikroba penyebab eksplorasi mikroorganisme antagonis pada
penyakit tanaman (Hanudin et al., 2010). biji karet sebagai pelapisan pada benih karet
Mikroba endofit merupakan yang tidak hanya dapat mencegah serangan
mikroorganisme yang tumbuh dalam jaringan patogen benih tetapi juga bermanfaat bagi
tumbuhan. Mikroba endofit dapat diisolasi pertumbuhan tanaman karet.
dari jaringan akar, batang dan daun. Mikroba
endofit dapat melindungi tumbuhan inang dari
1926
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
BAHAN DAN METODE dan biji sakit. Isolasi dilakukan dengan
sterilisasi permukaan pada biji yang akan
Penelitian ini dilaksanakan di diisolasi. Isolasi dilakukan pada media PDA.
laboratorium proteksi dan rumah kaca Balai Setelah jamur tumbuh dan berkembang pada
Penelitian Sungei Putih yang berada pada media, jamur dipisahkan berdasarkan
ketinggian ± 80 meter diatas permukaan laut pengamatan visual kemudian dipindahkan ke
dan dilaksanakan pada bulan September media baru untuk dibuat biakan murninya.
sampai Desember 2014. Bahan yang Sedangkan bakteri yang tumbuh dan
digunakan dalam penelitian ini adalah biji berkembang pada media dipindahkan ke
karet klon PB260 yang berasal dari Balai media NA untuk dibuat biakan murninya.
Penelitian Sungei Putih, media PDA dan NA, Proses karakterisasi mikroorganisme
aquades, alkohol 96%, klorox 0,2%, reagen dilakukan berdasarkan ciri-ciri dan karakter
methyl blue, safranin, etil alkohol, dan kristal morfologis secara makroskopis (visual)
violet, parafilm, aluminium foil, aquades, dan dengan mengamati warna, bentuk permukaan
media tanam tanah, pasir, dan kompos. Alat dan luas pertumbuhan koloni
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroorganisme. Secara mikroskopis
cawan petri, erlenmeyer, tabung reaksi, dilakukan pengamatan dibawah mikroskop
haemocytometer, kaca preparat, autoklaf, dengan panduan buku H.L. Barnett (1972)
oven, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), pada jamur. Pada bakteri dilakukan
mikroskop, jarum ose, kotak tray dan kawat pengecatan Gram yang diamati dibawah
kerangka sporulasi, bak kecambah, polibag, mikroskop. Bakteri gram positif berwarna
cangkul, alat tulis, meteran dan kamera. biru atau ungu sedangkan bakteri gram
Penelitian ini menggunakan rancangan negative berwarna merah atau merah muda.
acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 7 Pada tahap selanjutnya dilakukan uji
perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang terhadap mikroorganisme hasil eksplorasi,
digunakan adalah mikroorganisme hasil yang terdiri dari uji pada patogen benih dan
eksplorasi biji karet yang sehat yaitu M0 uji pada biji karet. Uji pada patogen benih
(kontrol/ air steril), M1 (Trichoderma sp.(a)), dilakukan dengan metode biakan ganda (dual
M2 (Trichoderma sp.(b)), M3 (Aspergillus culture) yaitu dengan mengambil masing-
sp.), M4 (Rhizopus sp.), M5 (bakteri isolat masing jamur biakan murni patogen dan
BBK(a)), dan M6 (bakteri isolat BBK(b)). Data jamur antagonis hasil eksplorasi
dianalisis dengan sidik ragam. Jika efek menggunakan cock borer diameter 4 mm.
analisis menunjukkan pengaruh yang nyata, Kemudian diinokulasikan pada cawan petri
maka dilanjutkan dengan uji beda rataan yang berisi media PDA secara berhadapan
berdasarkan Uji Jarak Duncan (DMRT) pada dengan jarak 30 mm. Pada bakteri dilakukan
taraf 5 %. dengan mencampurkan 1 ml suspensi bakteri
Pelaksanaan penelitian dimulai dari dengan kerapatan 109 kedalam media PDA
melakukan sporulasi pada biji karet. Biji karet kemudian diinokulasikan jamur patogen
dipecahkan cangkangnya dan dipisahkan ditengah media tersebut. Uji pada biji karet
antara yang sehat dan yang sakit. Biji karet dilakukan dengan mengencerkan biakan
yang sehat kemudian disterilisasi permukaan murni dari mikroorganisme hasil eksplorasi
dengan menggunakan alkohol 70% selama ± dengan kerapatan 109 untuk bakteri dan 106
5 menit, selanjutnya menggunakan natrium untuk jamur. Biji karet yang sehat disterilisasi
hipokorit 1% selama ± 1 menit, kemudian permukaannya kemudian dilakukan sporulasi
dibilas sebanyak dua kali dengan aquades selama ± 3 hari. Biji karet hasil sporulasi
steril selama 1 menit (Zakaria et al., 2010). sehat dipisahkan untuk direndam didalam
Selanjutnya biji disporulasikan selama 3 hari suspensi mikroorganisme selama 15 menit.
untuk memancing pertumbuhan jamur. Hal Kemudian dilakukan sporulasi lagi selama ± 3
yang sama juga dilakukan pada biji karet yang hari. Selanjutnya biji yang tidak terinfeksi
sakit. Selanjutnya dilakukan isolasi dan mikroorganisme dikecambahkan pada bak
karakterisasi mikroorganisme dari biji sehat kecambah yang berisi pasir steril selama 21
1927
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
hari untuk melihat stadia perkecambahan biji Peubah amatan yang keempat yaitu
karet. Setelah 21 hari, kecambah dipindahkan tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur
ke polibag yang berisi media tanam tanah, setiap minggu selama 1 bulan. Tinggi
pasir, dan kompos dengan perbandingan 1: 1: tanaman diukur dari atas permukaan tanah
1. Kemudian diamati pertumbuhannya selama hingga tajuk tanaman tertinggi.
1 bulan. Pemeliharaan tanaman dilakukan Peubah amatan yang kelima yaitu
dengan penyiraman dan penyiangan setiap panjang akar (cm). Pada umur 4 MST,
pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan tanaman dicabut beserta akar kemudian
kondisi tanaman di rumah kaca. dibersihkan. Tanaman dipotong pada bagian
Peubah amatan terdiri dari 6 parameter leher akar. Panjang akar diukur dari leher akar
pengamatan. Peubah amatan yang pertama sampai ujung akar lateral terpanjang.
yaitu observasi visual dan karakterisasi Peubah amatan yang keenam yaitu
mikroorganisme. Karakterisasi pada bobot akar (g). Pengamatan bobot akar
mikroorganisme yang terbawa benih hasil dilakukan dengan menimbang akar tanaman
isolasi dari biji yang terserang penyakit dan yang telah dibersihkan mulai dari leher akar
biji yang sehat dilakukan secara makroskopis sampai ujung akar lateral terpanjang dengan
dan mikroskopis. timbangan analitik.
Peubah amatan yang kedua yaitu
Persentase daerah hambatan mikroorganisme HASIL DAN PEMBAHASAN
dari biji sehat terhadap mikroorganisme dari
biji sakit (%). Persentase daerah hambatan Berdasarkan hasil pengamatan dan
(inhibiting zone) diamati dan diukur setiap sidik ragam diketahui bahwa mikroorganisme
hari hingga hari ketiga setelah inokulasi hasil eksplorasi dari biji karet sehat
kemudian dihitung dengan rumus sebagai berpengaruh sangat nyata pada parameter
berikut. daerah hambatan terhadap mikroorganisme
R1-R2 dari biji sakit, kecepatan berkecambah,
Inhibiting Zone (IZ)= ×100%
R1 panjang akar dan bobot akar, serta
(Fokkema, 1978). berpengaruh nyata pada parameter tinggi
Peubah amatan yang ketiga yaitu tanaman 1 dan 2 MST.
kecepatan berkecambah (hari). Biji yang telah Berdasarkan hasil eksplorasi pada biji
berkecambah diamati stadia karet sehat diperoleh 4 isolat jamur dan 2
perkecambahannya setiap hari. Stadia isolat bakteri. Sehingga secara keseluruhan
perkecambahan biji karet terdiri dari stadia didapat 6 isolat yang selanjutnya digunakan
bintang, pancing, dan jarum. Pengamatan dalam penelitian ini.
pada stadia perkecambahan dilakukan
maksimal selama 21 hari.
Tabel 1. Hasil observasi visual karakter mikroorganisme dari biji karet sehat
Kecepatan
Ciri- ciri
isolat
No. Genus memenuhi
Makroskopis Mikroskopis cawan petri
(hari)
1. Trichoderma sp.(a) 3
2. Trichoderma sp.(b) 2
1929
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
6. Isolat BBK2
Sedangkan hasil isolasi pada biji karet sakit diperoleh 1 jamur yang dominan. Jamur ini
kemudian akan dijadikan jamur patogen pada uji antagonis.
Genus : Penicillium sp. Kecepatan
isolat
memenuhi
cawan petri
3 hari.
Tabel 2. Rataan daerah hambatan mikroorganisme dari biji karet sehat terhadap mikroorganisme
dari biji karet sakit (%)
Daerah hambatan (%)
Perlakuan
1 HSI 2 HSI 3 HSI
P X M1 43.63 a 56.88 b 69.44 ab
P X M2 50.50 a 65.20 a 80.11 a
P X M3 39.53 ab 74.33 a 81.27 a
P X M4 9.11 b 10.27 c 11.39 d
P X M5 47.13 a 72.70 a 26.85 d
P X M6 53.78 a 73.43 a 48.35 c
Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda
nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%
1930
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
Pertumbuhan Trichoderma sp.(b) dan Pada Gambar 1 terlihat bahwa
Aspergillus sp. yang cukup cepat pada media mikroorganisme pada perlakuan M1, M2, M3,
buatan sehingga mampu menghambat M5 dan M6 dapat menekan perkembangan
pertumbuhan cendawan lain. Pada Tabel 2 cendawan patogen. Sementara pada perlakuan
terlihat bahwa perlakuan M2 (Trichoderma M4, cendawan Rhizopus sp. tidak mampu
sp.(b)) dan M3 (Aspergillus sp.) berbeda nyata menekan perkembangan cendawan patogen.
dengan perlakuan M4 (Rhizopus sp.) pada Ini menunjukkan bahwa mikroorganisme
data 2 dan 3 HSI. Ini menunjukkan bahwa pada perlakuan M1, M2, M3, M5 dan M6
Trichoderma sp.(b) dan Aspergillus sp. berpotensi sebagai agens antagonis, tetapi
berpotensi sebagai cendawan antagonis. tidak pada perlakuan M4. Hal ini sesuai
Nasahi (2010) menyatakan bahwa dengan literatur Nasahi (2010) yang
mikroorganisme yang bersifat antagonis dapat menyatakan bahwa satu mikroorganisme
langsung menghambat patogen dengan dengan yang lainnya ada yang bersifat
sekresi antibiotik, berkompetisi dengan antagonis yaitu satu mikroorganisme
patogen-patogen terhadap makanan atau menekan mikroorganisme yang lain sehingga
tempat, selanjutnya Ratnasari et al. (2014) kerusakan tanaman dapat dikurangi dan ada
menambahkan bahwa cendawan Aspergillus juga yang bersifat adaptif mikroorganisme
niger memiliki kemampuan dalam satu atau yang lainnya tidak saling
menghambat pertumbuhan cendawan patogen mempengaruhi.
karena memproduksi enzim hidrolitik seperti
lipase, protease, selulase, pektinase.
A B A B
P X M1 P X M2
(P: Penicillium sp., M1: Trichoderma sp.(a)) (P: Penicillium sp., M2: Trichoderma sp.(b))
A B A B
P X M3 P X M4
(P: Penicillium sp., M3: Aspergillus sp.) (P: Penicillium sp., M4: Rhizopus sp.)
A B A B
P X M5 P X M6
(P: Penicillium sp., M5: Isolat BBK(a)) (P: Penicillium sp., M6: Isolat BBK(b))
Gambar 1. Daerah hambatan mikroorganisme hasil eksplorasi dari biji karet sehat terhadap
.mikroorganisme dari biji sakit (A: patogen, B: antagonis)
1931
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
1932
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
sebagai biodekomposer, mendekomposisi Serta dapat berlaku sebagai biofungisida,yang
limbah organik (rontokan dedaunan dan berperan mengendalikan organisme patogen
ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. penyebab penyakit tanaman.
Tabel 4. Rataan tinggi bibit tanaman karet 1-4 MST dengan pemberian seed coating
mikroorganisme dari biji karet sehat (cm)
Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
M0 19.88 c 20.68 d 24.48 29.00
M1 22.50 c 23.78 d 29.50 33.45
M2 27.98 a 28.90 a 30.05 37.45
M3 26.70 ab 27.83 ab 29.18 38.80
M4 19.03 c 20.33 d 22.53 29.15
M5 24.63 c 25.83 cd 27.75 36.55
M6 25.93 bc 27.65 bc 28.73 37.38
Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda
nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%
Tabel 5. Rataan panjang akar bibit tanaman karet dengan pemberian seed coating mikroorganisme
dari biji karet sehat (cm)
Panjang akar
Perlakuan
(cm)
M0 19.70 e
M1 35.10 a
M2 28.25 bc
M3 28.83 b
M4 21.28 e
1933
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
M5 25.05 de
M6 26.30 cd
Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda
nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%
Pada Gambar 2 terlihat bahwa akar hidup bebas bermanfaat bagi tanaman yang
bibit tanaman karet pada perlakuan M2 umum di rhizosfer. Tanaman yang
(Trichoderma sp.(b)) memiliki akar lateral diinokulasikan T. virens atau T. atroviride
yang pertumbuhannya cukup baik dibanding menunjukkan karakteristik auksin terkait
perlakuan lainnya. Ini karena spesies jamur fenotipe, termasuk peningkatan produksi
Trichoderma sp. mampu menghasilkan biomassa dan merangsang perkembangan
senyawa auksin yang berguna dalam akar lateral. Ketika tumbuh di bawah kondisi
pembentukan akar lateral. Contreras-Cornejo steril, T. virens menghasilkan senyawa-auksin
et al. (2009) menyatakan bahwa spesies terkait indole-3-acetic acid, indole-3-
Trichoderma termasuk kelas jamur yang asetaldehida, dan indole-3-etanol.
Gambar 2. Akar bibit tanaman karet 4 MST (M0: kontrol, M1: Trichoderma sp.(a), M2:
Trichoderma sp.(b), M3: Aspergillus sp., M4: Rhizopus sp., M5: Isolat BBK(a), dan M6:
Isolat BBK(b))
Tabel 6. Rataan bobot akar bibit tanaman karet dengan pemberian seed coating mikroorganisme
dari biji karet sehat (cm)
Bobot akar
Perlakuan
(g)
M0 2.04 e
M1 3.99 cd
M2 4.42 bc
M3 4.91 a
M4 2.60 e
M5 2.63 e
M6 4.54 ab
Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda
nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%
Tabel 6 menunjukkan bahwa tanah dimana salah satu fungsi unsur P untuk
pemberian seed coating mikroorganisme tanaman adalah berperan dalam pembelahan
mampu meningkatkan bobot akar tanaman sel sehingga berpengaruh juga terhadap tinggi
karet. Hal ini dapat dilihat dari data tanaman. Sesuai dengan pernyataan
pengamatan bobot akar tanaman yang Maningsih dan Anas (1996) yang
menunjukkan bahwa perlakuan M3 menunjukkan jamur Aspergillus niger dapat
(Aspergillus sp.) menghasilkan bobot akar meningkatkan kelarutan P dari AlPO4 sebesar
terbaik (4.91 g) yang tidak berbeda nyata 135% dan dapat meningkatkan P larut pada
dengan perlakuan M6 (Isolat BBK(b)) namun tanah Ultisol sebesar 30.4% dibandingkan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Ini kontrol, selanjutnya Damanik et al. (2011)
dikarenakan spesies cendawan Aspergillus sp. menyatakan bahwa di dalam tubuh tanaman,
memiliki kemampuan melarutkan P di dalam
1934
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
fosfor memberikan peranan yang penting viirens, A Plant Beneficial Fungus,
dalam beberapa kegiatan pembelahan sel. Enhances Biomass Production and
Promotes Lateral Root Growth
SIMPULAN Through An Auxin-Dependent
Mechanism in Arabidopsis. US
Perlakuan Trichoderma sp.(a), National Library of Medicine National
Trichoderma sp.(b), Aspergillus sp. selain Institutes of Health. 149(3): 1579-92.
berpotensi sebagai agens biokontrol patogen Damanik, S., M. Syakir., dan Siswanto. 2010.
benih dengan cara seed coating, juga Budidaya dan Pasca Panen Karet. Puat
berpotensi sebagai stimulator pertumbuhan Penelitian dan Pengembangan
dan pupuk biologis yang dapat meningkatkan Perkebunan, Bogor.
kualitas pertumbuhan tanaman karet. Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi,
Disarankan diadakan penelitian lebih Sarifuddin, dan H. Hanum. 2011.
lanjut untuk mengetahui keefektifan Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
mikroorganisme hasil eksplorasi dari biji USU Press, Medan.
karet sehat ini, baik sebagai agen biokontrol Danapriatna, N. 2009. Pengaruh Perlakuan
patogen benih maupun sebagai perangsang Benih dengan Pupuk Hayati Terhadap
tumbuh tanaman karet. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.
Fakultas Pertanian, Universitas Islam
DAFTAR PUSTAKA 45, Bekasi.
Djaafar, T. F., E. S. Rahayu, dan S. Rahayu.
Bakhtiar, Y. 2010. Penerapan Bifertilizer 2001. Kontaminasi Kapang Selama
Coated Seed pada Benih Tumbuh Penyimpanan Benih Jagung dan
Mandiri untuk Mendukung Reboisasi Hubungannya dengan Daya
dan Rehabilitasi Lahan. Balai Kecambah. J. Ilmu Pertanian
Pengkajian Bioteknologi, Tangerang. Indonesia. 10(2):46-49.
BPS. 2012. Produksi Perkebunan Rakyat Fokkema, D. W. 1978. Theories of Literature
Menurut Jenis Tanaman (ribu ton), in the Twentieth Century. C. Hurst &
2000-2012, Produksi Perkebunan Corporation, London.
Besar menurut Jenis Tanaman, Hanudin, E. Sutrya., S. Miharja dan I.
Indonesia (Ton), 1995 - 2013**, Luas Sanusie. 2010. Mikroba Antagonis
Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Sebagai Agen Pengendali Hayati
Menurut Jenis Tanaman, 2000-2012, Pengendali Penyakit Tanaman. Balai
Luas Tanaman Perkebunan Besar Penelitian Tanaman Hias, Cianjur.
Menurut Jenis Tanaman, Indonesia Herlina, L. dan P. Dewi. 2010. Penggunaan
(000 Ha), 1995 - 2013**. Diakses dari Kompos Aktif Aktif Trichoderma
http://balittas.litbang.deptan.go.id harzianum dalam Meningkatkan
pada tanggal 10 April 2014. Pertumbuhan Tanaman Cabai. Skripsi.
Barnett, H. L. 1972. Illustrated Genera of Fakultas Matematika dan Ilmu
Imperfect Fungi. 3rd Edition Burgess Pengetahuan Alam. Universitas
Publishing Company. Minneapolis, Negeri Semarang, Semarang.
Minnesota. Ilyas, S. 2001. Mutu Benih. Studium General
Charloq. 2004. Upaya Peningkatan Ketahanan di Faperta Universitas Tanjungpura.
Simpan Dua Variasi Benih Karet Pontianak, 21 April 2001. Hal: 1-8.
(Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Malfanova, N.V. 2013. Endophytic Bacteria
Dikupas Melalui Pemberian with Plant Growth Promoting and
Polyethylene Glycol. Tesis. Biocontrol Abilities. Leiden
Universitas Sumatera Utara, Medan. University Repository. Hal: 15-37.
Contreras-Cornejo, H.A., L. Macias- Maningsih, G. dan I. Anas. 1996. Peranan
Rodriguez, C. Cortes-Penagos, dan J. Aspergillus niger dan Bahan Organik
Lopez-Bucio. 2009. Trichoderma dalam Transformasi P Anorganik
1935
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (587) :1925- 1936
Tanah. Pemberitaan Penelitian Tanah
dan Pupuk. Badan Litbang Pertanian.
Puslittanah. 14(1): 31-36.
Maria, P. D, 2002. Eksplorasi dan Uji
Antagonisme Bakteri Rhizosfer Tanah
dan Endofit Akar untuk Pengendalian
Penyakit Layu (F. oxysporum f. sp.
cubense) pada Pisang (Musa
paradisiaca). Skripsi. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Nasahi, C. 2010. Peran Mikroorganisme
dalam Pertanian Organik. Universitas
Padjajaran, Bandung.
Nassar, A.H., K.A. El-Tarabily, dan K.
Sivasithamparam. 2005. Promotion of
Plant Growth by An Auxin-Producing
Isolate of the Yeast Williopsis
saturnus Endophytic in Maize (Zea
mays L.) Roots. J. Biology and
Fertility of Soils. 42(2): 97-108.
Prihatiningtias, W. dan M.S.H.
Wahyuningsih. 2006. Prospek
Mikroba Endofit Sebagai Sumber
Senyawa Bioaktif. Makalah.
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Ratnasari, J. D., Isnawati, dan E. Ratnasari.
2014. Uji Antagonis Cendawan Agens
Hayati terhadap Cendawan
Cercospora musae Penyebab Penyakit
Sigatoka secara In Vitro. J. Lentera
Bio. 3(2): 129-135.
Sukarman dan D. Seswita. 2012. Pengaruh
Lokasi Penyimpanan dan Pelapisan
(Coating) Benih dengan Pestisida
Nabati Terhadap Mutu Benih
Rimpang Jahe. Bul. Littro. 23(1): 1-
10.
Zakaria, L., A.S. Yaakop, B. Salleh, dan M.
Zakaria. 2010. Endophytic Fungi
From Paddy. J. Tropical Life Sciences
Research. 21(1): 101-107.
1936