Eksplorasi Bakteri Endofit Dari Akar Tanaman Adam Hawa Dan Potensinya Sebagai Agens Hayati Dan Pemacu Pertumbuhan Tanaman Padi
Eksplorasi Bakteri Endofit Dari Akar Tanaman Adam Hawa Dan Potensinya Sebagai Agens Hayati Dan Pemacu Pertumbuhan Tanaman Padi
Eksplorasi Bakteri Endofit Dari Akar Tanaman Adam Hawa Dan Potensinya Sebagai Agens Hayati Dan Pemacu Pertumbuhan Tanaman Padi
Halaman 73–78
DOI: 10.14692/jfi.11.3.73
ISSN: 0215-7950
ABSTRAK
Adam Hawa (Rhoeo discolor) merupakan tanaman yang memiliki tingkat adaptasi yang baik pada
berbagai kondisi lingkungan. Kemampuan tersebut diduga karena adanya asosiasi mutualistik dengan
bakteri endofit. Penelitian ini bertujuan mengisolasi bakteri endofit dari akar tanaman Adam Hawa dan
menguji potensinya sebagai agens hayati dan pemacu pertumbuhan tanaman. Isolasi bakteri endofit
dilakukan dengan tahapan metode sterilisasi permukaan sampel akar, penggerusan, pengenceran, dan
penanaman pada medium tryptone soya agar (TSA). Sebanyak 21 isolat bakteri endofit berhasil diisolasi
dari akar tanaman Adam Hawa. Berdasarkan uji hipersensitif pada daun tanaman tembakau, sebanyak
19 isolat menunjukkan reaksi negatif (tidak terbentuk gejala nekrosis) dan hanya 2 isolat menunjukkan
reaksi positif (terdapat gejala nekrosis). Hasil uji terhadap aktivitas biokontrol dan pemacu pertumbuhan
tanaman padi menunjukkan 7 isolat bakteri endofit mampu menghambat pertumbuhan Fusarium
oxysporum secara in vitro dan 12 isolat mampu meningkatkan pertumbuhan bibit padi.
Kata kunci: aktivitas biokontrol, Fusarium oxysporum, uji hipersensitif
ABSTRACT
Rhoeo discolor has been known to have a good adaptation to various environmental conditions.
This character might be due to mutualistic association with endophytic bacteria. The objective of this
study was to isolate endophytic bacteria from roots of R. discolor and to evaluate their potency as
biocontrol agents and plant growth promoters. The methods to isolate endophytic bacteria involved
the following methods, sterilization of root surface, grinding of root tissues, dilution, and plating in
the medium tryptone soya agar (TSA). A total of 21 isolates of endophytic bacteria were isolated from
the roots of R. discolor. Based on hypersensitivity test on tobacco leaves, 19 isolates showed negative
reaction (no necrosis symptom) and only 2 isolates showed positive reaction (necrosis was developed).
The results on biocontrol and growth promoters assay showed that 7 isolates were able to inhibit the
growth of Fusarium oxysporum under in vitro test and 12 isolates were able to increase the growth of
rice seedlings.
Key words: biocontrol activity, Fusarium oxysporum, hypersensitivity test
*Alamat penulis korespondensi: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Kamper, Kampus Darmaga IPB, Bogor 16680.
Tel: 0251-8629364, Faks: 0251-8629362, Surel: munif73@gmail.com
73
J Fitopatol Indones Pradana et al.
74
J Fitopatol Indones Pradana et al.
Uji Kemampuan Bakteri Endofit dalam terdiri atas 10 tanaman. Peubah yang diamati
Menghambat Pertumbuhan F. oxysporum ialah tinggi tanaman, panjang akar, dan jumlah
Uji ini bertujuan mendapatkan bakteri daun. Analisis data dilakukan menggunakan
endofit yang berpotensi sebagai agens SAS versi 9.1.
pengendali hayati terhadap F. oxysporum.
Isolat F. oxysporum berasal dari koleksi HASIL
Laboratorium Mikologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Bakteri Endofit dari Akar R. discolor
Pertanian Bogor. F. oxysporum ditumbuhkan Sebanyak 21 isolat bakteri endofit berhasil
bersamaan dengan bakteri endofit pada diisolasi dari R. discolor (Tabel 1). Berdasarkan
medium agar-agar dektrosa kentang (ADK). bentuk, sudut, dan tepi koloni, bakteri endofit
Bakteri endofit ditumbuhkan pada bagian dapat dikelompokkan menjadi 9 morfospesies.
tengah cawan petri, kemudian F. oxysporum Bentuk koloni bakteri hasil isolasi sebagian
ditumbuhkan pada ¼ bagian dari cawan besar (13 isolat) berbentuk bulat, sisanya
petri. Uji ini diulang 2 kali. Pertumbuhan F. berbentuk tidak beraturan. Sebanyak 15 isolat
oxysporum yang menuju ke arah bakteri dan merupakan bakteri Gram positif dan 6 isolat
berlawanan arah dengan bakteri diukur pada Gram negatif. Pada uji hipersensitif diperoleh
hari ke-5 dengan rumus: 2 isolat (BE10 dan BE17) yang menimbulkan
R1 - R2 nekrosis pada tanaman tembakau, sedangkan
P= R1 × 100%, dengan 19 isolat lainnya tidak menimbulkan nekrosis.
P, persentase penghambatan pertumbuhan
(%); R1, jarak jari-jari miselium hingga tepi Kemampuan Bakteri Endofit dalam
cawan petri (cm); R2, jarak jari-jari miselium Menghambat Pertumbuhan F. oxysporum
hingga tepi zona hambat (cm). Uji in vitro pada 19 isolat bakteri
endofit dalam menghambat pertumbuhan F.
Uji Bakteri Endofit terhadap Pertumbuhan oxysforum menunjukkan bahwa sebanyak
Bibit Padi 8 isolat mempunyai kemampuan menghambat
Uji ini bertujuan menentukan kemampuan pertumbuhan F. oxysporum dengan persentase
bakteri endofit dalam meningkatkan per- penghambatan sebesar 25–87% (Tabel 1). Hal
tumbuhan tanaman padi. Sebanyak 1 koloni ini berarti bahwa 42% isolat bakteri endofit
tunggal bakteri ditambahkan pada 10 mL yang diisolasi dari akar tanaman R. discolor
medium TSB 100% (30 g TSB dalam bersifat antagonis terhadap F. oxysporum. Isolat
1000 mL akuades), kemudian dikocok selama yang terbaik dalam menghambat F. oxysporum
48 jam dengan kecepatan 100 rpm pada suhu secara in vitro ialah isolat BE6 dan BE8.
27 °C. Sebanyak 30 biji padi disterilkan
permukaannya menggunakan alkohol 70% Kemampuan Bakteri Endofit dalam
yang diberi Tween 20 0.05% selama 40 Meningakatkan Pertumbuhan Bibit Padi
detik dan dibilas dengan akuades sebanyak 3 Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi
kali. Selanjutnya benih padi dimasukkan ke dan panjang akar bibit padi menunjukkan
dalam suspensi bakteri dengan konsentrasi hasil yang beragam. Sementara pada panjang
108–109 sel mL-1. Perendaman biji padi dalam akar, persentase bakteri endofit memberikan
suspensi bakteri dilakukan selama 24 jam, pengaruh pertambahan panjang akar lebih baik
kemudian benih ditumbuhkan pada medium dari kontrol sebesar 42.11%, dan juga memberi
tanam campuran tanah dan kompos dengan pengaruh pada jumlah daun. Pertambahan
perbandingan 1:1 (v/v) yang telah disterilkan tinggi bibit dan panjang akar mengindikasikan
hingga tanaman berumur 4 minggu (Munif et adanya potensi bakteri endofit dalam memacu
al. 2012b). pertumbuhan tanaman (Tabel 2). Isolat terbaik
Uji ini disusun dalam rancangan acak yang mampu memacu pertumbuhan bibit padi
kelompok dengan 3 ulangan. Setiap perlakuan ialah isolat BE 4 dan BE 18.
75
J Fitopatol Indones Pradana et al.
Tabel 1 Ciri bakteri endofit asal akar tanaman Rhoeo discolor dan kemampuannya menghambat
pertumbuhan Fusarium oxysporum
Isolat Gram Reaksi Morfologi koloni Persentase penghambatan
bakteri hipersensitif terhadap F. oxysporum (%)
BE1 Positif - Irregular flat lobate 0.0
BE2 Negatif - Circular raise entire 25.0
BE3 Positif - Circular flat entire 25.0
BE4 Positif - Irregular flat lobate 0.0
BE5 Positif - Circular umbonate entire 0.0
BE6 Positif - Irregular flat undulate 87.5
BE7 Positif - Circular convex entire 25.0
BE8 Positif - Circular raise entire 87.5
BE9 Positif - Circular raise entire 0.0
BE10 Positif + Circular umbonate entire 25.0
BE1 Negatif - Irregular raise unridulate 50.0
BE12 Positif - Circular raised entire 0.0
BE13 Positif - Irregular flat undulate 0.0
BE14 Positif - Irregular flat entire 0.0
BE15 Negatif - Circular riase entire 0.0
BE16 Negatif - Circural raise entire 0.0
BE17 Positif + Circural raise entire 0.0
BE18 Negatif - Circural raise entire 0.0
BE19 Positif - Circural raise entire 0.0
BE20 Negatif - Circural conv entire 0.0
BE21 Positif - Irregular flat lobate 0.0
Tabel 2 Pertumbuhan bibit padi varietas Ciherang pada 4 minggu setelah tanam setelah benih
diberi perlakuan bakteri endofit
Isolat bakteri endofit Jumlah daun Panjang akar (cm) Tinggi bibit (cm)
BE1 3.04 abc 8.53 ab 16.84 a
BE2 3.24 abc 9.62 ab 16.42 a
BE3 3.21 abc 10.13 ab 18.00 a
BE4 3.28 ab 10.21 ab 17.48 a
BE5 2.86 c 9.48 ab 17.12 a
BE6 3.31 a 13.50 a 18.40 a
BE7 3.00 abc 9.82 ab 17.64 a
BE8 3.15 abc 8.70 ab 17.70 a
BE9 3.07 abc 6.38 b 18.21 a
BE10 3.03 abc 7.20 b 16.98 a
BE1 3.04 abc 8.40 ab 18.05 a
BE12 3.03 abc 7.35 b 17.65 a
BE13 2.94 abc 8.90 ab 18.49 a
BE14 3.00 abc 8.60 ab 16.23 a
BE15 3.16 abc 10.16 ab 17.11 a
BE16 3.04 abc 9.56 ab 16.87 a
BE17 3.05 abc 6.83 b 16.52 a
BE18 3.08 abc 8.30 ab 18.40 a
BE19 3.03 abc 7.66 b 17.72 a
BE20 2.89 bc 7.03 b 17.24 a
BE21 3.25 abc 7.50 ab 18.26 a
Kontrol 3.24 abc 9.01 ab 16.49 a
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
76
J Fitopatol Indones Pradana et al.
77
J Fitopatol Indones Pradana et al.
of endophytic bacteria from apple tree. plant growth rhizobacteria against wilt
Biologija. 57(2):98–102. disease of Capsicum annum L. caused by
Munif A, Hallmann J, Sikora RA. 2000. Fusarium solani. Biol Control. 60:59–67.
Evaluation of the biocontrol activity DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.
of endophytic bacteria from tomato biocontrol.2011.10.002.
againts Meloidogyne incognita. Med Fac Sturz AV, Nowak J. 2000. Endophytic
Landbouww. 65(2b):471–480. communities of rhizobacteria and the
Munif A, Hallmann J, Sikora RA. 2012a. strategies required to create yield enhancing
Isolation of endophytic bacteria from tomato associations with crops. Appl Soil Ecol.
and their biocontrol activities against fungal 15(2000):183–190. DOI: http://dx.doi.
disease. Microbiol Indones. 6(4):148–156. org/10.1016/S0929-1393(00)00094-9.
DOI: http://dx.doi.org/10.5454/mi.6.4.2. Vasudevan P, Reddy MS, Kavitha S, Velusamy
Munif A, Harni R. 2011. Keefektifan bakteri P, Paulraj RSD. 2002. Role of biological
endofit untuk mengendalikan nematoda preparations in enhancement of rice
parasit Meloidogyne incognita pada seedling growth and grain yield. Curr Sci.
tanaman lada. Bull Ristri. 2(3):377–382. 83:1140–1143.
Munif A, Wiyono S, Suwarno. 2012b. Wibowo AR. 2013. Isolasi bakteri endofit
Isolasi bakteri endofit asal padi gogo dan dari tanaman kehutanan dan potensinya
potensinya sebagai agens biokontrol dan untuk pengendalian Meloidogyne spp.
pemacu pertumbuhan. J Fitopatol Indones. pada tanaman tomat. [skripsi]. Bogor (ID):
8(3):57–64. Institut Pertanian Bogor.
Sundaramoorthye S, Raguchander T,
Ragupathi N, Samiyappan R. 2012.
Combinatorial effect of endophytic and
78
Volume 11, Nomor 3, Juni 2015
Halaman 79–84
DOI: 10.14692/jfi.11.3.79
ISSN: 0215-7950
ABSTRAK
Uji terhadap bakteri Candidatus liberibacter asiaticus, penyebab citrus vein phloem degeneration
(CVPD), secara PCR telah rutin dilakukan dari tulang daun jeruk, namun metode deteksi ini hingga kini
belum divalidasi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan memvalidasi metode identifikasi
terhadap bakteri penyebab penyakit CVPD sebagai konfirmasi bahwa metode yang digunakan telah
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Contoh tanaman uji bergejala klorosis daun diambil dari Bogor
dan Bekasi. Contoh uji dipisahkan terlebih dulu antara lamina daun dan tulang daun. Validasi metode
meliputi beberapa tahap, yaitu homogenitas contoh uji, ketersalinan (reprodusibilitas), dan keterulangan
(repetabilitas) metode uji. Hasil uji validasi dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya sebagai
metode standar. Hasil validasi menunjukkan bahwa tulang daun jeruk lebih baik digunakan untuk deteksi
dan identifikasi bakteri penyebab penyakit CVPD dibandingkan dengan bagian lamina daun. Metode ini
direkomendasikan sebagai metode rutin untuk deteksi bakteri CVPD.
Kata kunci: Candidatus liberibacter asiaticus, karantina, metode deteksi CPVD
ABSTRACT
A method for identification of the causal bacteria of citrus vein phloem degeneration (CVPD) based
on polymerase chain reaction (PCR) technique using template DNA extracted from leaf midrib of
citrus has been implemented routinely. The method has not been validated, therefore it is necessary to
validate the method to confirm that the method fit for its intended use. Leaf samples showing chlorotic
symptom was obtained from Bogor and Bekasi, West Java and used for test samples. These samples was
differentiated into 2 groups, i.e. leaf midrib and leaf mesophyll. Validation test involved homogenicity,
and reproducibility test; each test was replicated 2 times. The test showed that using leaf midrib gave
better result for detection of bacteria causing CVPD disease than using leaf mesophyll. Therefore, this
method is recommended as routine detection method for bacteria causing CVPD disease.
Key words: Candidatus liberibacter asiaticus, karantina, metode deteksi CPVD
*Alamat penulis korespondensi: Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian, Jalan Raya Setu Km. 06,
Cikarang Barat, Bekasi 17520
Tel: 021-82618923, Faks: 021-82618923, Surel: ummurustiani@gmail.com
79
J Fitopatol Indones Rustiani et al.
80
J Fitopatol Indones Rustiani et al.
81
J Fitopatol Indones Rustiani et al.
Tabel 1 Hasil uji pendahuluan contoh daun jeruk bergejala CPVD dari Bekasi dan Bogor
dengan metode polymerase chain reaction
Hasil uji pada 2 jenis contoh daun
Asal contoh daun
Lamina daun Tulang daun
Bekasi negatif positif
Bogor, Dramaga negatif negatif
Bogor, Situgede 1 negatif positif
Bogor, Situgede 2 negatif positif
Bogor, Gunung Bunder positif positif
Bogor, Cibeureum 1 negatif positif
Bogor, Cibeureum 2 positif positif
Tabel 2 Konsentrasi dan kemurnian DNA total hasil ekstraksi dari contoh daun jeruk bergejala
CVPD untuk persiapan uji validasi
Konsentrasi DNA (ng µL-1) Kemurnian DNA (λ260/λ280)
Asal contoh
Lamina daun Tulang daun Lamina daun Tulang daun
Bekasi 3.8 40.2 1.6 1.7
Bogor, Situgede 1 14.5 15.9 1.8 1.8
Bogor, Situgede 2 25.7 29.4 1.8 1.8
Bogor, Gunung Bunder 32.2 42.3 1.8 1.8
Bogor, Cibeureum 1 24.5 32.0 1.5 1.8
Bogor, Cibeureum 2 52.8 46.6 1.8 1.8
Pengukuran dilakukan menggunakan NanoDrop 2000 (Thermo Scientific) pada panjang gelombang 260 dan 280 nm
KA 1 2 3 4 5 M 6 7 8 9 K1 K2 M
1160 pb
Gambar 2 Visualisasi DNA Candidatus liberibacter asiaticus pada beberapa contoh daun jeruk
bergejala klorosis pada uji ketersalinan dan keterulangan yang dilakukan oleh analis ke-1. KA,
kontrol negatif; 1, Bekasi LV; 2, Situgede1 LV; 3, Bekasi TV; 4, Situgede1 TV; 5, Situgede2 LV;
6, Gunung Bunder TV; 7, Cibeureum1 TV; 8, Cibeureum2 TV; 9, Cibeureum1 LV; K1, kontrol
positif 1; K2, kontrol positif 2; M, Penanda 1 Kpb (Fermentas).
82
J Fitopatol Indones Rustiani et al.
2
Nilai amplifikasi DNA
0
Bekasi L Situgede L Gunung Cibeureum Bekasi T Situgede T Gunung Cibeureum T
bunder L L bunder T
Gambar 3 Konsistensi uji ketersalinan semua analis terhadap contoh homogen daun jeruk dari
tulang daun. Nilai 1 menunjukkan hasil amplifikasi DNA negatif; Nilai 2 menunjukkan hasil
amplifikasi DNA positif. , analisi ke-1; , analis ke- 2; , analis ke- 3, , analis ke- 4;
, analis ke- 5.
keracunan unsur hara Fe dan Zn (Bovė 2006). jeruk yang terinfeksi sering kali tidak dapat
Gejala klorosis yang disebabkan oleh infeksi dikenali. Oleh karena itu, metode deteksi
C. liberibacter asiaticus menunjukkan adanya yang akurat dan sensitif diperlukan untuk
gangguan fisiologi pada tanaman. Gangguan memastikan bibit jeruk bebas penyakit.
fisiologi terjadi karena massa bakteri Deteksi dengan metode PCR meng-
menyebabkan penghambatan transportasi gunakan primer untuk target gen 16S rRNA
nutrisi dari dan ke jaringan floem. Susanti et telah digunakan untuk mengidentifikasi
al. (2014) mengemukakan bahwa jaringan C. liberibacter asiaticus yang tersebar di
floem pada daun dan petiol akan mengalami kawasan Asia termasuk Indonesia. Metode
abnormalitas sel akibat infeksi CVPD. Jaringan yang sama juga digunakan untuk diagnosis
floem terinfeksi CVPD tertutupi oleh massa penyakit CVPD di Afrika Selatan, dan berhasil
bakteri dan akan menyebabkan degenerasi mengidentifikasi C. liberibacter africanus
sel-sel floem sehingga terjadi hambatan (Garnier et al. 2000; Razi et al. 2014). Hasil
nutrisi dari daun ke seluruh jaringan tanaman uji validasi yang dilakukan menunjukkan
lainnya. Selain massa bakteri, aktivitas bahwa metode ekstraksi DNA dari ibu tulang
floem juga mengalami gangguan oleh kalosa daun jeruk merupakan metode yang paling
dan protein yang terbentuk sebagai respons efektif. Lebih lanjut, hasil uji ketersalinan dan
adanya abnormalitas sel jaringan. Tanaka et keterulangan menunjukkan bahwa templat
al. (2006) mengonfirmasi melalui pengamatan DNA yang berasal dari ekstraksi tulang daun
menggunakan mikroskop elektron bahwa mempunyai tingkat konsistensi yang memadai.
bakteri penyebab citrus greening ditemukan Das (2004) dan Gopal et al. (2007) meng-
pada jaringan pembuluh floem daun bergejala, ekstraksi DNA dari ibu tulang daun dan batang
namun tidak dijumpai pada daun yang tidak tanaman jeruk asal India dan mengamplifikasi
bergejala. Pengumpulan massa bakteri di DNA C. liberibacter africanus dengan primer
jaringan floem menyebabkan konsentrasi OI1/OI2c. Amplifikasi mendapatkan hasil
DNA asal tulang daun di sebagian besar lokasi yang sama, yaitu target DNA berukuran
pengambilan contoh lebih tinggi dibandingkan 1160 pb. Hasil validasi metode deteksi bakteri
dengan lamina daun. Bakteri C. liberibacter secara PCR menggunakan tulang daun telah
asiaticus yang terakumulasi di dalam floem memadai sebagai uji rutin pada laboratorium
akan ditranslokasikan ke bagian tanaman. penyakit tanaman.
Pergerakan bakteri ke bagian lain berlangsung Penyebaran penyakit CVPD dapat terjadi
lambat sehingga gejala baru terlihat 4–6 bulan melalui penanaman bibit terinfeksi sehingga
setelah tanaman terinfeksi. Akibatnya bibit diperlukan penguatan sistem karantina
83
J Fitopatol Indones Rustiani et al.
84
Volume 11, Nomor 3, Juni 2015
Halaman 85–90
DOI: 10.14692/jfi.11.3.85
ISSN: 0215-7950
ABSTRAK
Nematoda parasit tumbuhan merupakan organisme pengganggu tanaman penting pada pertanaman
wortel (Daucus carota) di dataran tinggi Malino. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nematoda
parasit pada tanaman wortel. Identifikasi dilakukan berdasarkan pada ciri morfologi dan morfometrik
nematoda dari sampel tanah. Ektraksi nematoda dilakukan dengan teknik flotasi-sentrifugasi. Pengukuran
tubuh nematoda dilakukan pada stadium juvenil 2 meliputi panjang tubuh total, panjang stilet, panjang
esofagus dari pangkal stilet sampai perbatasan esofagus dengan usus, panjang ekor dari ujung posterior
sampai anus, diameter tubuh anterior, diameter tubuh maksimum, dan diameter tubuh posterior. Tiga
genus nematoda parasit diidentifikasi sebagai Meloidogyne, Rotylenchulus, dan Pratylenchus.
Kata kunci: juvenil stadium 2, Meloidogyne, Pratylenchus, Rotylenchulus
ABSTRACT
Plant-parasitic nematodes are important pests on carrot (Daucus carota) in Malino Highland. This
research aimed to identify plant-parasitic nematodes on carrot. The identification was carried out based
on the morphological and morphometric characters of second-stage juveniles that were extracted from
soil samples. Nematodes were extracted using the flotation-centrifugation technique. Morphometric
measurement included body length, stylet length, esophagus length from the basal knob to the esophagus
end, tail length from the posterior end to the anus, anterior diameter, maximum body diameter, and
posterior diameter. Three genera of plant-parasitic nematodes were identified as Meloidogyne,
Rotylenchulus, and Pratylenchus.
Key words: Meloidogyne, Pratylenchus, Rotylenchulus, second-stage juveniles
85
J Fitopatol Indones Mirsam et al.
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi gumpalan dan kotoran. Tanah yang halus
Selatan (Hikmia et al. 2012; Taher et al. 2012; diambil sebanyak 100 mL menggunakan
Halimah et al. 2013; Mirsam et al. 2015). gelas ukur dan dicampurkan dengan 800 mL
Di Indonesia kerusakan tanaman karena air dalam ember A, lalu diendapkan selama
nematoda parasit, kurang disadari oleh para 1 menit. Air dari ember A disaring ke dalam
petani maupun para petugas yang bekerja di ember B menggunakan saringan kasar untuk
bidang pertanian. Kehilangan hasil tanaman memisahkan partikel tanah yang halus
wortel akibat infeksi nematoda puru akar dan kasar. Air dalam ember B disaring di
mencapai 15–95% (Kurniawan 2010). atas saringan nematoda bertumpuk dengan
Pertumbuhan tanaman wortel di Malino kemiringan 30°, yaitu berturut-turut saringan
tidak merata, tanaman kerdil, daun menguning 20 mesh dan 400 mesh. Substrat tanah dan
dan tanaman yang bergejala mudah tercabut. nematoda yang tertinggal di saringan 400 mesh
Umbi wortel yang terinfeksi memperlihatkan dituang ke dalam tabung sentrifus. Substrat
gejala umbi bercabang, bintil-bintil berukuran disentrifugasi selama ± 5 menit dengan
kecil hingga bentuk distorsi yang besar, dan kecepatan 1500 rpm, kemudian supernatan
luka pada umbi dan akar. Penyebab umbi dibuang. Endapan ditambahi larutan gula
bercabang di Sulawesi Selatan dilaporkan 40% dan diaduk sampai merata, selanjutnya
oleh Mirsam et al. (2015) masih terbatas disentrifugasi selama ± 1 menit dengan ke-
pada Meloidogyne spp. Oleh karena itu, perlu cepatan 1700 rpm. Supernatan yang terbentuk
dilakukan studi identifikasi untuk melihat disaring dengan saringan 500 mesh dan dibilas
keragaman nematoda parasit yang berpotensi dengan air yang mengalir sehingga diperoleh
menginfestasi pertanaman wortel di Dataran suspensi nematoda, lalu dimasukkan dalam
Tinggi Malino. botol koleksi untuk diamati dan diidentifikasi.
86
J Fitopatol Indones Mirsam et al.
parafin. Bagian tepi kaca penutup direkatkan datar, stilet pendek, tebal dan mempunyai basal
dengan kuteks transparan. knob (stomato stylet), kelenjar esofagusnya
tumpang tindih dengan usus pada bagian
Pengukuran Nematoda ventral, mempunyai anulasi yang relatif
Identifikasi nematoda berdasarkan formula halus, serta ekornya panjang dan agak tumpul
pada de Man dengan mengukur dimensi (Gambar 3).
nematoda secara proporsional (Zuckerman Pengamatan morfologi dikonfirmasi
et al. 1985). Sebanyak 10 preparat nematoda dengan pengukuran morfometrik dimensi
juvenil 2 digunakan untuk pengukuran tubuh nematoda juvenil 2 yang meliputi
morfometrik. Pengukuran tubuh nematoda panjang tubuh total (PT), panjang stilet (PS),
juvenil 2 dilakukan menggunakan mikroskop panjang esofagus dari pangkal stilet sampai
binokuler (Dino-eye AM4234) yang telah perbatasan esophagus dengan usus (PEs),
dikalibrasi dalam ukuran mikrometer (µm) panjang ekor dari ujung posterior sampai anus
dengan pembesaran 2000× dan 4000×. (PEk), diameter tubuh anterior (DA), diameter
Parameter yang digunakan untuk identifikasi tubuh maksimum (DM), dan diameter tubuh
terhadap juvenil stadium 2 ialah panjang posterior (DP). Ukuran dimensi tubuh
tubuh total, panjang stilet, panjang esofagus nematoda juvenile 2 menunjukkan karakter
dari pangkal stilet sampai perbatasan esofagus morfometrik khas pada setiap jenis nematoda
dengan usus, panjang ekor dari ujung posterior sehingga menguatkan hasil pengamatan
sampai anus, diameter tubuh anterior, karakter morfologi (Tabel 1).
diameter tubuh maksimum, dan diameter
tubuh posterior. Identifikasi dilakukan dengan PEMBAHASAN
mengacu pada buku Pictorial Key to Genera
of Plant Parasitic Nematodes (May dan Lyon Ciri morfologi dan kisaran ukuran tubuh
1996) dan mencocokkan beberapa gambar nematoda diidentifikasi sebagai Meloidogyne,
pada beberapa sumber pustaka. Rotylenchulus, dan Pratylenchus. Meloidogyne
juvenil 2 memiliki kenampakan khas pada
HASIL bagian ekor, yaitu ujung ekor terlihat bergerigi
dengan kisaran panjang tubuh total 247.99–
Sebanyak 3 genus nematoda parasit 397.72 µm. Nilai tersebut berada pada kisaran
ditemukan pada pertanaman wortel di ukuran yang dilaporkan oleh Hunt et al.
Malino, yaitu Meloidogyne, Rotylenchulus, (2005) bahwa Meloidogyne juvenil 2 memiliki
dan Pratylenchus. Tubuh Meloidogyne panjang tubuh total berkisar antara 300–700
bervariasi bergantung pada spesies. μm, stilet relatif panjang, dan bentuk ekor
Fase istirahat Meloidogyne juvenil 2 yang khas. Nematoda ini termasuk endoparasit
memperlihatkan bentuk tubuh yang relatif menetap yang dapat menyebabkan bengkak
lurus, tipe bibir tidak set-off atau tidak memiliki pada akar yang disebut puru akar.
lengkungan bibir dan dilengkapi stilet yang Rotylenchulus juvenil 2 ditandai dengan
relatif panjang dengan tipe stomato stylet, ukuran tubuh gemuk dan fase istirahat
anulasi halus, dan ujung ekor terlihat bergerigi berbentuk huruf G dengan kisaran panjang
(Gambar 1). Ciri morfologi Rotylenchulus tubuh total 234.4–305.25 µm. Rotylenchulus
juvenil 2 ialah fase istirahat berbentuk huruf G, yang dilaporankan oleh CABI (2007) memiliki
bibir tidak set-off, stilet relatif pendek dengan panjang tubuh berkisar antara 230 μm dan
tipe stomato stylet, anulasi relatif halus, ekor 400 μm. Tubuh Rotylenchulus juvenil 2
tampak agak runcing dan tumpul tergantung pada fase istirahat bersifat semi-endoparasit
jenisnya, dan ukuran tubuhnya agak gemuk menetap. Sepertiga tubuh bagian anterior
(Gambar 2). Bentuk tubuh Pratylenchus masuk ke dalam akar inang, sedangkan dua
juvenil 2 pada fase istirahat berbentuk huruf C pertiga tubuh bagian posterior berada di luar
dan agak ramping, daerah kepala rendah, bibir akar.
87
J Fitopatol Indones Mirsam et al.
stilet ekor
anulasi
bibir
esofagus
anus
a b c d
Gambar 1 Morfologi Meloidogyne juvenil 2. a, penampakkan seluruh tubuh; b, anulasi;
c, bagian tubuh anterior; dan d, bagian tubuh posterior. Gambar a, pembesaran 2000×; Gambar
b, c, d, pembesaran 4000×.
stilet
ekor
bibir
esofagus anus
anulasi
a b c d
Gambar 2 Morfologi Rotylenchulus juvenil 2. a, penampakkan seluruh tubuh; b, anulasi;
c, bagian tubuh anterior; dan d, bagian tubuh posterior. Gambar a, pembesaran 2000×; Gambar
b, c, d, pembesaran 4000×.
stilet
anulasi
bibir ekor
anus
esofagus
a b c d
Gambar 3 Morfologi Pratylenchus juvenil 2. a, penampakkan seluruh tubuh; b, anulasi;
c, bagian tubuh anterior; dan d, bagian tubuh posterior. Gambar a, pembesaran 2000×; Gambar
b, c, d, pembesaran 4000×.
Tabel 1 Pengukuran morfometrik nematoda parasit wortel juvenil 2 isolat Malino berdasarkan
formula de Man
Ukuran Nematoda (µm)
Parameter Meloidogyne Rotylenchulus Pratylenchus
Rerata ± Sd Kisaran Rerata±Sd Kisaran Rerata±Sd Kisaran
PT 305.87±12.22 247.99-397.72 269.72±6.22 234.4-305.25 302.63±9.15 270.17-356.14
PS 9.53±0.13 8.99-10.09 7.33±0.35 5.47-8.63 9.97±0.22 9.11-11.00
Pes 43.83±1.15 39.09-50.39 45.47±1.59 36.64-53.35 39.54±0.63 36.77-42.31
PEk 14.27±0.64 11.41-17.90 19.73±0.55 17.06-21.73 18.32±0.45 16.92-19.89
DA 6.76±0.14 6.11-7.46 7.64±0.31 5.97-8.94 7.11±0.34 5.99-8.84
DM 10.67±0.36 8.73-12.18 12.43±0.15 11.41-13.16 10.50±0.30 9.14-11.45
DP 3.30±0.13 2.52-3.99 6.93±0.10 6.45-7.56 5.74±0.45 4.59-7.99
Sd, standar deviasi; PT, panjang tubuh total; PS, panjang stilet; PEs, panjang esofagus; PEk, panjang ekor; DA, diameter ante-
rior; DM, diameter maksimum; dan DP, diameter posterior.
88
J Fitopatol Indones Mirsam et al.
89
J Fitopatol Indones Mirsam et al.
Hunt DJ, Luc M, Manzanilla-López RH. Meloidogyne pada tanaman wortel dari
2005. Identification, morphology, and Dataran Tinggi Malino, Gowa, Sulawesi
biology of plant parasitic nematodes. Di Selatan. J Fitopatol Indones. 11(1):1–8.
dalam: Luc M, Sikora RA, Bridge J, editor. DOI: http://dx.doi.org/10.14692/jfi.11.1.1.
Plant Parasitic Nematodes in Subtropical Taher M, Supramana, Suastika G. 2012.
and Tropical Agriculture 2nd Edition. Identifikasi Meloidogyne penyebab
Wallingford (US): 301 CABI. hlm 11–52. penyakit umbi bercabang pada wortel
Kurniawan W. 2010. Identifikasi penyakit di Dataran Tinggi Dieng. J Fitopatol
umbi bercabang pada wortel, Daucus Indones. 8(1):16–21. DOI: http://dx.doi.
carota (L.) di Indonesia [tesis]. Bogor org/10.14692/jfi.8.1.16.
(ID): Institut Pertanian Bogor. Zeng Y, Ye W, Tredway L, Martin S, Martin
May WF, Lyon HH. 1996. Pictorial Key to M. 2012. Taxonomy and morphology of
Genera of Plant Parasitic Nematodes. plant-parasitic nematodes associated with
New York (US): Cornel Univ. turfgrasses in North and South Carolina,
Melakeberhan H, Webster JW, Brook RC, USA. J Zootaxa. 3452:1–46.
D’Auria JM, Cacckette M. 1987. Effect of Zuckerman BM, Mai WF, Harrison MB. 1985.
Meloidogyne incognita on plant nutrient Plant Nematology, Laboratory Manual.
concentration and its influence on plant Massachusetts (US): The University of
physiology of bean. J. Nematol. 19: Massachusetts Agricultural Experiment
324−330. Station Amherst.
Mirsam H, Supramana, Suastika G.
2015. Deteksi dan identifikasi spesies
90
Volume 11, Nomor 3, Juni 2015
Halaman 91–96
DOI: 10.14692/jfi.11.3.91
ISSN: 0215-7950
ABSTRAK
Di Indonesia kehilangan hasil yang besar akibat penyakit pascapanen sering sulit terukur karena
belum banyak dilakukan penelitian yang berkelanjutan mengenai hal tersebut. Penelitian ini bertujuan
menentukan genus cendawan penyebab busuk pada buah pascapanen, yang dapat digunakan untuk
mengetahui patogen penting pada komoditas pascapanen saat ini dan dasar pengelolaan sebagai
langkah lanjutan. Metode yang digunakan ialah pengambilan sampel, isolasi spora tunggal, pengamatan
morfologi, dan inokulasi. Hasil isolasi yang dilakukan pada buah pepaya diperoleh Colletotrichum.
Pada buah alpokat dan belimbing diperoleh cendawan Pestalotia. Pada buah mangga terdapat cendawan
Lasiodiplodia, sedangkan pada buah sawo dan pisang diperoleh Pestalotia dan Lasiodiplodia. Pada
buah pir dan apel terdapat cendawan Alternaria. Pada buah anggur terdapat cendawan Aspergillus,
sedangkan pada buah nanas diperoleh cendawan Fusarium sp.
Kata kunci: Alternaria, Aspergillus, Colletotrichum, Lasiodiplodia, Pestalotia
ABSTRACT
In Indonesia, high yield losses due to post-harvest diseases are often difficult to measure because
research focusing on such matter are still limited. This study aimed to determine the genera of fungi
that cause rot on postharvest fruit, which can be used as a basis to determine the important pathogens
in the current post-harvest commodities and for further disease management. The method used is
sample collection, single spore isolation, microscopic observation and identification of fungal genera.
Colletotrichum sp. was sucessfuly isolated from antrachnose of papaya. Pestalotia sp. was found in
the fruit rot of avocado and star fruit. Lasiodiplodia sp. was found in mango, while Pestalotia sp. and
Lasiodiplodia sp. was found in both sapodilla and banana. Alternaria sp. was found in the fruit rot of
pears and apples. Aspergillus sp. was found in grapes, and Fusarium sp. was isolated from pineapple
fruit rot.
Key words: Alternaria, Aspergillus, Colletotrichum, Lasiodiplodia, Pestalotia
*Alamat penulis korespondensi: Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Jalan Flora No. 1. Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
Tel: 0274-523926, Faks: 0274-523926, surel: aniwidiastuti@ugm.ac.id
91
J Fitopatol Indones Widiastuti et al.
92
J Fitopatol Indones Widiastuti et al.
Tabel 1 Hasil identifikasi cendawan penyebab busuk kering dan bercak pada beberapa buah
pascapanen di Yogyakarta
a b c d
e f g h i
Gambar 1 Gejala busuk buah yang ditemukan di lapangan pada buah: a, Alpokat; b, Anggur;
c, Belimbing; d, Mangga; e, Nanas; f, Pepaya; g, Pisang; h, Pir; i, Sawo.
berdinding tipis. Sel ujung mempunyai 2–3 postulat koch menunjukkan gejala yang sama.
seta yang panjang. Cendawan ini diidentifikasi Patogen penyebabnya ialah Aspergillus sp.
sebagai Pestalotia. Buah apel yang diamati menunjukkan
Cendawan dari buah anggur yang bergejala gejala busuk kering. Dari bagian sakit buah
busuk dan tampak cekung berhasil diisolasi, berhasil diisolasi isolat Alternaria yang
massa konidiumnya membentuk koloni berasosiasi dengan cendawan lain yang belum
berwarna hitam pada ADK. Tekstur koloni dapat diidentifikasi.
seperti bulu susunan, konidium radial pada Sampel buah mangga yang diamati
fialid yang memenuhi seluruh permukaan bergejala awal berupa bercak kehitaman
vesikel, vesikel bulat besar, konidiofor halus, pada sekitar pangkal buah yang meluas
berdinding tebal, dan berwarna cokelat. Hasil dan akhirnya menyebabkan buah busuk.
93
J Fitopatol Indones Widiastuti et al.
94
J Fitopatol Indones Widiastuti et al.
95
J Fitopatol Indones Widiastuti et al.
Elad Y, Malathrakist NE, Dik AJ. 1996. rot caused by Fusarium concentricum in
Biological control of botrytis-incited China. Plant Dis. 97(12):1657. DOI: http://
diseases and powdery mildews in dx.doi.org/10.1094/PDIS-03-13-0325-
greenhouse crops. Crop Prot. 1:224–240 PDN.
Ellis MB. 1971. Dematiaceous Hyphomycetes. Widiastuti A. 2013. Fruit rot disease caused by
Wallingford (UK): CMI. Lasiodiplodia spp. on several postharvest
Haggag WM, Singer S. 2013. First report of fruits in Indonesia. Di dalam: Proceeding
Colletotrichum capsici causing pre and of the 1st International Conference on
postharvest anthracnose on papaya in Horticultural Crops; 2013 2–4 Okt;
Egypt. IJEIT. 3(6):151. Yogyakarta (ID): Ministry of Agriculture.
Jurick II WM, Kou LP, Gaskins VL, Luo YG. hlm 209.
2014. First report of Alternaria alternata Widiastuti A, Budiarti WP, Pustaka AB,
causing postharvest decay on apple fruit Purwanto ME, Sholihah C. 2007. Critical
during cold storage in Pennsylvania. period of fruits of some tomato varieties
Plant Dis. 98(5):690. DOI: http://dx.doi. toward Alternaria solani. Di dalam:
org/10.1094/PDIS-08-13-0817-PDN. Proceeding The 3rd Asian Conference
Leslie JF, Summerell BA. 2006. The Fusarium on Plant Pathology; 2007 20–24 Agu;
Laboratory Manual. Ed ke-1. Oxford Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah
(UK): Blackwell. DOI: http://dx.doi. Mada. hlm 313–314.
org/10.1002/9780470278376. Vieira WAS, Nascimento RJ, Michereff SJ,
Sharma P, Verma OP. 2013. First report of soft Hyde KD, Câmara MPS, 2013. First
rot, a post harvest disease of sweet orange report of papaya fruit anthracnose caused
from India. J New Biol Reports. 2(1):28–29 by Colletotrichum brevisporum in Brazil.
Thomidis T, Exadaktylou E. 2012. First report Plant Dis. 97(12):1659. DOI: http://dx.doi.
of Aspergillus niger causing postharvest org/10.1094/PDIS-05-13-0520-PDN.
fruit rot of cherry in the prefectures of Zhang M, Wang Y, Wen CY, Wu HY. 2012.
Imathia and Pella, Northern Greece. First report of Fusarium proliferatum
Plant Dis. 96(3):458. DOI: http://dx.doi. causing fruit rot of Winter Jujube (Zizyphus
org/10.1094/PDIS-07-11-0620. jujuba) in storage in China. Plant Dis.
Wang JH, Feng ZH, Han Z, Song SQ, Lin SH, 96(6):13. DOI: http://dx.doi.org/10.1094/
Wu AB. 2013. First report of pepper fruit PDIS-12-11-1035-PDN.
96
Volume 11, Nomor 3, Juni 2015
Halaman 97–103
DOI: 10.14692/jfi.11.3.97
ISSN: 0215-7950
ABSTRAK
Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi pertanian
karena mampu meningkatkan produksi dan mengurangi adanya permasalahan penyakit di lapang.
Masuknya benih ke suatu negara melalui kegiatan impor berpotensi menjadi sarana masuknya patogen
baru, sehingga perlu dilakukan deteksi dan identifikasi terhadap benih tersebut. Penelitian ini bertujuan
mendeteksi dan mengidentifikasi cendawan terbawa benih Brassicaceae dari Amerika Serikat dan
Malaysia. Benih, baik yang diberi perlakuan sterilisasi permukaan maupun tidak, diinkubasikan pada
5 lembar kertas hisap lembap pada suhu 27–30 °C selama 14 hari. Cendawan yang tumbuh pada
benih diisolasi menggunakan medium agar-agar dekstrosa kentang dan agar-agar ekstrak malt untuk
diidentifikasi secara morfologi. Tiga cendawan yang paling banyak ditemukan, baik pada benih yang
permukaannya disterilkan maupun tidak ialah Aspergillus flavus, Curvularia lunata, dan A. niger. Semua
cendawan tersebut berpotensi sebagai patogen pada benih dan kecambah Brassicaceae. Selain itu juga
ditemukan dalam jumlah yang kecil Phoma lingam pada benih pak choy putih yang merupakan patogen
penting pada tanaman Brassicaceae.
Kata kunci: karakter koloni, karakter morfologi, metode blotter test, uji patogenisitas
ABSTRACT
Seed quality is very critical in agricultural production, especially to gain high yield and reduce
disease problems in the field. New diseases or pathogens is potentially entering a country through
seed movement by import activity. This study aimed to detect and identify seed-borne fungi from
Brassicaceae seeds imported from the United States and Malaysia. Seeds were incubated on 5 sheets
of wet blotting paper at a temperature of 27–30 °C for 14 days following surface sterilization. Each
fungus that grows on the seed was isolated on potato dextrose agar and malt extract agar for further
morphological identification. The three fungi most commonly found either on the seed with or without
surface-sterilization were Aspergillus flavus, Curvularia lunata and A. niger. All of the fungi were a
potential pathogen in the family Brassicaceae seeds and seedlings. Important pathogen in Brassicaceae
crops, i.e. Phoma lingam was also found in small amounts and only on white pak choy seeds.
Key words: blotter test, colony characteristics, morphological charateristics, pathogenicity test
*Alamat penulis korespondensi: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jalan Kamper, Kampus Darmaga IPB, Bogor 16680
Tel: 0251-8629364, Faks: 0251-8629362, Surel: widodo@ipb.ac.id
97
J Fitopatol Indones Harahap et al.
98
J Fitopatol Indones Harahap et al.
benih ditanam pada ADK tanpa cendawan. atau biakan, berwarna cokelat, memiliki satu
Benih diinkubasi selama 14 hari, pengamatan atau beberapa leher papila.
dilakukan terhadap persentase infeksi dengan
rumus: Infeksi Benih pada Uji Patogenisitas
Gejala yang diamati pada uji patogenisitas
Persentase A + B
= C × 100%, dengan menggambarkan hampir tidak ada benih
infeksi
berkecambah sehat. Persentase infeksi
A, jumlah benih tidak berkecambah; B, jumlah Aspergillus, Curvularia, dan Phoma men-
kecambah nekrosis atau mati; dan C, Jumlah capai 100%, sedangkan persentase infeksi
benih yang diinkubasi, Chaetomium mencapai 94%. Gejala infeksi
Aspergillus dan Phoma pada benih paling
HASIL banyak ialah berupa benih mati tidak
berkecambah (49–100% dan 87%) (Tabel 2).
Cendawan Terbawa Benih Brassicaceae Gejala infeksi Curvularia pada benih
Permukaan benih kubis bunga asal Amerika paling banyak ialah berupa benih berkecambah
Serikat dan benih sawi hijau asal Malaysia dan mengalami nekrosis, diikuti benih
yang tidak disterilisasi bebas dari cendawan, berkecambah lalu mati dan benih mati tidak
sedangkan pada benih kubis cina, pak choy berkecambah. Gejala infeksi Chaetomium
putih dan pak choy yang permukaannya paling banyak ialah benih berkecambah dan
disterilisasi terdapat Aspergillus niger, A. mengalami nekrosis, diikuti benih mati tidak
flavus, dan Curvularia lunata (Tabel 1). berkecambah serta benih berkecambah lalu
Cendawan yang ditemukan pada benih mati (Tabel 2).
pak choy putih yang tidak disterilisasi adalah Pada gejala benih mati tidak berkecambah,
A. flavus, A. niger, C. lunata (karakter sama benih ditutupi oleh massa miselium cendawan
dengan cendawan yang ditemukan pada benih dan jika dibuka lalu ditekan benih akan hancur
sebelumnya) dan Phoma lingam. Karakter karena telah membusuk. Benih yang tumbuh
koloni P. lingam yang ditemukan ialah menjadi kecambah juga dapat mengalami
miselium aerial, berwarna krem atau kuning nekrosis akibat serangan cendawan sehingga
kecokelatan dan berubah menjadi cokelat plumula, radikula atau daun kecambah
kehitaman dengan bertambahnya umur menguning. Gejala nekrosis lanjut dapat
cendawan, ditemukan piknidium pada benih menyebabkan kecambah menjadi mati.
Tabel 1 Cendawan pada benih Brassicaceae berdasarkan hasil blotter test
99
J Fitopatol Indones Harahap et al.
100
J Fitopatol Indones Harahap et al.
ini menghasilkan toksin yang mengubah agens pengendali (Syed et al. 2009; Mol et
kandungan kimia, menurunkan nilai nutrisi al. 2014). C. globosum dilaporkan efektif
dan viabilitas, serta menyebabkan kematian untuk mengurangi busuk benih dan rebah
benih atau kecambah beberapa tanaman (Duan kecambah yang disebabkan patogen tular
et al. 2007; Hussain et al. 2013). A. niger benih dan tular tanah seperti Pythium
terbukti patogen terhadap perkecambahan ultimum, Alternaria raphani, A. brassica,
benih jagung di Pakistan (Hussain et al. Fusarium spp. Antagonisme bervariasi
2013) dan juga dilaporkan oleh Pawar et al. mikoparasitisme, antibiosis, kompetisi, induksi
(2008) sebagai penyebab penyakit bercak ketahanan pada tanaman dan hifa interferens.
daun pada jahe di India. Aspergillus spp. dan C. globosum menghasilkan chaetoglobosin-c
C. geniculata bersifat patogen terhadap benih yang dapat menghambat beberapa patogen
kakao yang menyebabkan perubahan warna tanaman (Sibounnavong et al. 2011).
pada benih kakao dari cokelat mengkilat Pada penelitian ini diketahui bahwa
menjadi cokelat putih sehingga menurunkan C. globosum berpotensi sebagai patogen
viabilitas dan vigor benih (Baharuddin 2013). terhadap benih dan kecambah Brassicaceae.
P. lingam merupakan patogen pada tanaman Sementara ini belum ditemukan publikasi
Brassicaceae yang dapat menyebabkan benih yang mendukung hal tersebut meski cendawan
berkerut dan berkurang ukurannya serta ini banyak berasosiasi pada berbagai benih
mampu menyebabkan busuk benih. Patogen tanaman. Hal ini diduga karena pada uji
tersebut merupakan penyebab penyakit kaki patogenisitas kecambah yang ditumbuhkan
hitam penting pada Brassicaceae di Australia, pada medium ADK dalam keadaan lemah
Kanada dan Eropa yang dapat menyebabkan atau akan mati sehingga bisa dikolonisasi
kehilangan hasil sampai 95% (Hammoudi et oleh C. globosum yang merupakan kelompok
al. 2012). P. lingam tergolong organisme cendawan yang secara normal tidak
penggangu tumbuhan karantina golongan A2 menginfeksi benih yang masih utuh, akan
yang penyebarannya masih terbatas di wilayah tetapi infeksi mudah terjadi pada benih yang
Indonesia (Permentan No. 93 Tahun 2011) dan mengalami kerusakan dan membutuhkan
belum terdapat laporan terbaru mengenai P. kelembapan yang tinggi (Atanda et al. 2013).
lingam di Indonesia. Syed et al. (2009) menyatakan Chaetomium
P. lingam dapat ditemukan di dalam endofit diduga memproduksi enzim yang
benih Brassicaceae berupa miselium dorman dapat merusak dinding sel tanaman selama
di dalam kulit biji atau di dalam embrio proses kolonisasi tanaman inang dan mampu
(West et al. 2001). P. lingam terbawa benih memanfaatkan berbagai bahan yang berasal
kurang berperan dalam menyebabkan infeksi dari dinding tanaman inang.
pada tanaman, tetapi lebih berperan dalam Benih kubis bunga asal Amerika Serikat
penyebaran dan perkembangan penyakit dan benih sawi hijau, kubis cina, pak coy
pada daerah baru. Leptosphaeria maculans putih dan pak coy asal Malaysia dideteksi
(anamorf: P. lingam) menghasilkan metabolit mengandung cendawan saprob A. niger
sekunder sirodesmin PL yang merupakan dengan total persentase infeksi (1.5%),
toksin yang menyebabkan klorosis pada daun A. flavus (1.9%), C. globosum (0.1%) dan
tanaman dan belum diketahui perannya dalam cendawan parasit C. lunata (0.8%), P. lingam
penyakit kaki hitam (Gardiner et al. 2004) (0.2%) yang berpotensi sebagai patogen pada
C. globosum merupakan spesies yang benih ataupun kecambah Brassicaceae.
umum dan kosmopolitan, hidup secara saprob
pada rizosfer, filosfer, pengoloni utama tanah UCAPAN TERIMA KASIH
dan bahan yang mengandung selulosa seperti
sisa tanaman, benih, kompos, kotoran hewan, Penelitian ini dibiayai oleh Badan
kertas, dan bahan lainnya yang mengandung Karantina Pertanian, Kementrian Pertanian
selulosa, serta dilapokan berpotensi sebagai Republik Indonesia.
101
J Fitopatol Indones Harahap et al.
102
J Fitopatol Indones Harahap et al.
Pawar NV, Patil VB, Kamble SS, Dixit GB. Sutton BC. 1980. The Coelomycetes: Fungi
2008. First report of Aspergillus niger as a Imperfecti with Pycnidia, Acervuli
plant pathogen on Zingiber officinale from and Stromata. Kew (UK): CAB
India. Plant Dis. 92(9):1368. DOI: http:// Commonwealth Mycological Institute.
dx.doi.org/10.1094/PDIS-92-9-1368C. Syed NA, Midgley DJ, Ly PKC, Saleeba JA,
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian McGee PA. 2009. Do plant endophytic and
No. 93 Tahun 2011. Jenis Organisme free-living Chaetomium species differ?.
Pengganggu Tumbuhan Karantina. Jakarta Aus Mycol. 28:51–55.
(ID): Kementrian Pertanian. Watanabe T. 2002. Pictorial Atlas of Soil and
Sibounnavong P, Soytong K, Makhonpas Seed Fungi: Morphologies of Cultured
C, Adthajadee A. 2011. Evaluation of Fungi and Key to Species. Ed ke-2. Florida
Chaetomium-mycophyt to promote (US): CRC Press LLC.
the growth of kale. J Agric Technol. West JS, Kharbanda PD, Barbetti MJ, Fitt
7(5):1427–1433. BDL. 2001. Review article: epidemiology
Srivastava AK. 2014. Seed mycoflora of kusum and management of Leptosphaeria
(Schleichera oleosa (Lour) Oken, famili maculans (phoma stem canker) on oilseed
Sapindaceae) and their frequency variation rape in Australia. Plant Pathol. 50:10–27.
during one year of fungal infestation. DOI: http://dx.doi.org/10.1046/j.1365-
Online Int Interdis Res J. 4(3I):139–142. 3059.2001.00546.x.
103