Perilaku Sarapan Pagi Anak Sekolah Dasar: Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Stikes Mitra Lampung

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PERILAKU SARAPAN PAGI ANAK SEKOLAH DASAR

Irina Meriska1)
Kodrat Pramudho1)
Bambang Murwanto1)
1)
Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Stikes Mitra Lampung

Abstract : The Behavior Of Breakfast In Elementary School Child. In Indonesia, the adequacy of
nutrition of school-age children is not sufficient that the average energy consumption adequacy was
44.4% and the average adequacy konumsi protein is 30.6%. The morning breakfast was part of the
behavior to achieve balanced nutrition essential for healthy living, active and intelligent. The purpose
of this study was to determine the factors associated with the behavior of elementary school children
breakfast in the Village Kemiling Permai, District Kemiling, Bandar Lampung in 2013. This research
is a quantitative study with cross sectional approach. The study population was all students in grade
IV, V, and VI in the Academic Year 2013/2014 is in the Kemiling Pemai, covering public school
students and private elementary school. The total population of this research is numbered 848
students. The sample size was 106 students and analyzed using chi square test and logistic regression.
This research was conducted in December 2013. The results showed no relationship between
children's nutrition knowledge (p = 0.001), the availability of food for breakfast (p = 0.005), family
support (p = 0.001), and the role of the teacher (p = 0.001) with the behavior of a full breakfast. There
is no relationship of nutrition attitude (p = 0.721), mother's occupation (p = 0257), father's education
(p = 0.707), maternal education (p = 1.000) with the behavior of a full breakfast. Multivariate analysis
showed the availability of food for breakfast is the most dominant variable that is related to the
behavior of a full breakfast with a value of OR = 5.673.
Keywords: Behavior, Breakfast, Elementary School Child
Abstrak: Perilaku Sarapan Pagi Anak Sekolah Dasar. Di Indonesia, tingkat kecukupan gizi anak
usia sekolah belum cukup memadai yaitu rata-rata kecukupan konsumsi energi adalah 44.4% dan rata-
rata kecukupan konumsi protein adalah 30.6%. Sarapan pagi merupakan bagian dari perilaku untuk
mewujudkan gizi seimbang yang penting bagi hidup sehat, aktif dan cerdas. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sarapan pagi anak sekolah
dasar di Kelurahan Kemiling Permai, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung Tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa SD kelas IV, V, dan VI Tahun Pelajaran 2013/2014 yang ada di
Kelurahan Kemiling Pemai, meliputi siswa SD negeri dan SD swasta. Total populasi penelitian ini
adalah berjumlah 848 siswa. Besar sampel adalah 106 siswa dan analisis data menggunakan uji chi
square dan regresi logistik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013. Hasil penelitian me-
nunjukkan ada hubungan antara pengetahuan gizi anak (p=0.001), ketersediaan makanan untuk
sarapan pagi (p=0.005), dukungan keluarga (p=0.001), dan peran guru (p=0.001) dengan perilaku
sarapan pagi. Tidak ada hubungan sikap gizi (p=0.721), pekerjaan ibu (p= 0.257), pendidikan ayah
(p=0.707), pendidikan ibu (p=1.000) dengan perilaku sarapan pagi. Hasil analisis multivariat
menujukkan ketersediaan makanan untuk sarapan pagi merupakan variabel yang paling dominan yang
berhubungan dengan perilaku sarapan pagi dengan nilai OR = 5,673.

Kata Kunci: Perilaku, Sarapan Pagi, Anak Sekolah Dasar

Kesehatan merupakan hak dasar anak memiliki modal fisik bagus dan nutrisi otak
yang harus dipenuhi. Anak yang sehat menjadi yang cukup.
investasi bagi modal manusia. Minarto (2011) Prioritas pembangunan nasional yang
dalam Kompas.com (2011) lebih dari 50 juta tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
penduduk Indonesia adalah anak sekolah usia 6- Menengah Nasional (RPJMN) Kemenkes 2010-
18 tahun. Jika sejak dini diajarkan anak sekolah 2014 adalah perbaikan gizi masyarakat. Dimana
mengkonsumsi makanan sehat, mereka akan secara jangka panjang perbaikan gizi .

90
Meriska, Prilaku Sarapan Pagi Anak Sekolah 91

diterapkan untuk menurunkan tingkat dukungan keluarga dan peran guru anak
gizi kurang. Sedangkan sasaran jangka sekolah dasar
menengah yang ingin kita capai pada 2014 2. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin
dalam hal perbaikan gizi adalah menurunkan dengan perilaku sarapan pagi anak SD
persentase gizi kurang menjadi 15% dari saat 3. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi
ini (2013) sebesar 17.9%. Serta mengurangi anak dengan perilaku sarapan pagi anak SD
persentase anak pendek menjadi 32% dari 4. Mengetahui hubungan antara sikap gizi
tahun 2013 yaitu 35.8% (Febrida, 2013). anak dengan perilaku sarapan pagi anak SD
Data Riskesdas 2010 menunjukkan 5. Mengetahui hubungan antara pekerjaan
prevalensi kurus (IMT/U) nasional pada anak ayah dengan perilaku sarapan pagi anak SD
usia sekolah (6-12 tahun) sebesar 12.2% terdiri 6. Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan
dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara perilaku sarapan pagi anak SD
nasional prevalensi anak pendek (kerdil) 7. Mengetahui hubungan pendidikan ayah
dengan usia 6-18 tahun masih tinggi, yakni di dengan perilaku sarapan pagi anak SD
atas 3%. Prevalensi anak pendek juga 8. Mengetahui hubungan pendidikan ibu
mencerminkan adanya riwayat kurang gizi, dengan perilaku sarapan pagi anak SD
yang bisa mengancam masa depan mereka. 9. Mengetahui hubungan antara ketersediaan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010. makanan sarapan dengan perilaku sarapan
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan pagi anak SD
Dasar (Riskesdas) tahun 2010 prevalensi status 10. Mengetahui hubungan dukungan keluarga
gizi anak sekolah umur 6-12 tahun berdasarkan dengan perilaku sarapan pagi anak SD
TB/U di Provinsi Lampung kategori sangat 11. Mengetahui hubungan antara peran guru
pendek 20.4% dan pendek sebesar 20.4%, dengan perilaku sarapan pagi anak SD
sisanya normal sebesar 59.2%. Provinsi 12. Mengetahui faktor paling dominan dengan
Lampung merupakan provinsi kelima yang perilaku sarapan pagi anak SD.
prevalensi status gizi cukup tinggi untuk
kategori anak umur 6-12 tahun yaitu sangat METODE
pendek.
Sedangkan prevalensi status gizi anak Jenis penelitian ini kuantitatif dengan
umur 6-12 tahun berdasarkan IMT/U Provinsi pendekatan cross sectional study. Sebelum
Lampung untuk kategori sangat kurus adalah dilakukan penelitian, dilakukan survey
sebesar 4.6%, kurus 5.4%, normal 78.3%, dan pendahuluan ke lokasi penelitian. Selain itu,
sisanya 11.6% gemuk. Jika dilihat konsumsi dilakukan uji validitas dan realibilitas.
setiap provinsi maka Provinsi Lampung juga Populasi penelitian, seluruh SD kelas
mengalami masalah sebab rata-rata konsumsi IV, V, dan VI Tahun Pelajaran 2013/2014 yang
energi (55,2%) dan rata-rata konsumsi protein ada di Kelurahan Kemiling Pemai, meliputi
(36,9%) masih dibawah kebutuhan minimal siswa SD negeri dan SD swasta. Total populasi
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). penelitian berjumlah 848 siswa. Besar sampel
Berdasarkan data yang telah diuraikan 106 siswa dan analisis data menggunakan uji
di atas menunjukkan bahwa Provinsi Lampung chi square dan regresi logistik.
masih memiliki masalah tentang status gizi dan Penelitian ini dilakukan pada bulan
tingkat kecukupan energi dan protein pada anak Desember 2013. Lokasi penelitian adalah SD
umur 6-12 tahun atau usia sekolah. Status gizi Negeri 1 Kemiling Permai, SDN Negeri 2
dan konsumsi energi dan protein erat kaitannya Kemiling Permai, SD Negeri 3 Kemiling. Dan
dengan perilaku makan sesuai dengan apa yang SD Islam Terpadu Baitul Jannah.
telah dikemukakan di atas. Metode pengambilan sampel adalah
Penelitian ini bertujuan untuk : proportional random sampling berdasarkan
1. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku data jumlah anak SD kelas IV, V dan VI. Cara
sarapan pagi anak sekolah dasar jenis pengumpulan data dengan pengamatan dan
kelamin, pengetahuan gizi anak, sikap gizi pencatatan. Uji statistik yang digunakan adalah
anak, pekerjaan ayah, status pekerjaan ibu, uji Chi Square. Setelah analisis bivariat, maka
pendidikan ayah, pendidikan ibu, dilakukan analisis multivariat untuk mengetahui
ketersediaan makanan sarapan pagi, faktor-faktor yang berhubungan dengan
92 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 90-97

perilaku sarapan pagi anak dengan menganalisis Lebih separuh anak sekolah berjenis
semua variabel dependen dengan variabel kelamin laki-laki (55.7%), dan 44.3%
independen secara bersamaan. Analisis perempuan. Sebagian besar responden memiliki
multivariat dilakukan untuk mengetahui pengetahuan baik (65.1%), dengan sikap positif
hubungan lebih dari satu variabel independen (52.8%), dan sikap negatif (47.2%). seluruh
dengan satu variabel dependen, serta mencari responden ayahnya bekerja atau memiliki
manakah variabel independen yang paling pekerjaan (100.0%). Sebagian besar ibu
dominan terhadap variabel dependen. responden tidak bekerja (61.3%), Sebagian
besar ayah responden berpendidikan tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN (70.8%), pendidikan ibu responden 70,8%
berpendidikan tinggi, 86,8% responden
Hasil memiliki ketersediaan makanan sarapan baik.
Dukungan keluarga 63,2 % adalah tinggi.
Analisis Univariat Sebagian besar responden menyatakan peran
guru tinggi (56%), dan sisanya menyatakan
Tabel 1: Hasil Analisis Univariat
peran guru rendah (44%).
Variabel Jml %
Analisis Bivariat
Perilaku Sarapan
- Tidak 50 47.2
- Ya 56 52.8 Tabel 2: Hasil Analisis Bivariat
Jenis Kelamin
- Laki-laki 59 55.7 P-
Variabel OR CI Hubungan
value
- Perempuan 47 44.3

Pengetahuan Jenis Kelamin 1,000 1,02 0.48-2.21 Tdk berhub


- Kurang 37 34.9
- Baik 69 65.1 Pengetahuan 0,001 4,43 1,87-10,49 Berhub
Sikap Gizi
- Negatif 50 47.2 Sikap Gizi 0,721 1,24 0,58-2,66 Tdk Berhub
- Positif 56 52.8
Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu 0,257 0,58 0,26-1,29 Tdk Berhub
- Bekerja 106 100.0
- Tidak Bekerja 0 0.0 penddidikan 0,707 1,28 0,56-2.98
Tdk Berhub
Ayah
Pekerjaan Ibu
- Bekerja 41 38.7 Pendidikan Ibu 1,000 1,07 0,46-2,48 Tdk Berhub
- Tdk Bekerja 65 61.3
Ketersediaan 0,005 8,52 1,80-40,31
Pendidikan Ayah Berhub
Makanan
- Rendah 31 29.2
- Tinggi 75 70.8
Dukungan Klga 0,001 4,30 1,85-10,04 Berhub
Pendidikan Ibu
- Rendah 31 29.2
Peran Guru 0,001 4,07 1,81-9,20 Berhub
- Tinggi 75 70.8
Ketersediaan Makanan
- Kurang 14 13.2 Analisis ini dilakukan dengan meng-
- Baik 92 86.8
gunakan uji Chi Square dengan tingkat
Dukungan Klga
kepercayaan (taraf signifikansi) yang dipakai
- Rendah 39 36.8 0.05 (α=0.05), sehinggajika p-value < 0.05
- Tinggi 67 63.2 maka hasil perhitungan statistik akan bermakna
Peran Guru (ada hubungan), jika p-value > 0.05 maka hasil
- Rendah 47 44 perhitungan statistik tidak bermakna (tidak ada
- Tinggi 59 56 hubungan). Variabel pekerjaan ayah tidak
dilakukan uji bivariat karena seluruh ayah
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa lebih responden bekerja (100%), sehingga tidak bisa
dari separuh responden sarapan pagi (52.8%), diteruskan ke uji bivariat.
dan 47,2% tidak sarapan pagi.
Meriska, Prilaku Sarapan Pagi Anak Sekolah 93

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat dari berhubungan dengan perilaku sarapan pagi anak
sembilan variabel independen yang dilakukan SD di Kelurahan Kemiling Permai, Kecamatan
uji bivariat maka yang berhubungan dengan Kemiling, Kota Bandar Lampung Tahun 2013
perilaku sarapan pagi adalah pengetahuan gizi, adalah ketersediaan makanan sarapan pagi.
ketersediaan makanan sarapan, dukungan
keluarga dan peran guru. Sedangkan variabel PEMBAHASAN
independen yang tidak berhubungan adalah
jenis kelamin, sikap gizi, pekerjaan ibu, Keterbatasan Penelitian
pendidikan ayah, dan pendidikan ibu.
Penelitian ini hanya melihat perilaku
Analisis Multivariat sarapan pagi anak SD dari kebiasaan sarapan
anak setiap paginya ya atau tidak tetapi tidak
Tabel 3: Hasil Analisis Multivariat Antara melakukan pengamatan atau observasi langsung
Pengetahuan Gizi Anak, Ketersediaan jenis makanan sarapan yang dimakan oleh anak
Makanan Sarapan, Dukungan sekolah di rumahnya masing-masing. Penelitian
Keluarga, Peran Guru tidak melihat kuantitas sarapan pagi responden,
atau jumlah asupan makanan anak SD sehingga
Variabel Koef. P- OR CI 95% tidak dapat diketahui gambaran berapa besar
Regresi (B) Value
sumbangan zat gizi sarapan bagi tubuh anak.
Uji validitas dilakukan di SDN 5 Sumbe-
Pengetahuan 1.558 0.002 4.75 1.76-12.80 rejo yang masih satu Kecamatan Kemiling,
Gizi
tetapi berbeda kelurahan. Seharusnya, lebih
Ktrsdiaan 1.736 0.046 5.67 1.03-31.28 baik jika uji validitas dilakukan di kecamatan
Sarapan lain yang lebih jauh tapi mempunyai
karakteristik yang relatif sama dan masih di
Dukungan 1.397 0.006 4.05 1.48-11.06 Kota Bandar Lampung untuk menghindari
Klga terjadinya kontaminasi informasi.
Peran Guru 1.241 0.011 3.46 1.33-8.98
Analisis Univariat
Konstanta -4.047 0.000 0.02
Perilaku Sarapan Pagi

Hasil analisis pada Tabel 3, merupakan Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
model terbaik setelah dilakukan uji interaksi. anak yang melakukan sarapan pagi adalah
Hal ini terlihat besarnya p value semua variabel sebesar 52.8%, sedangkan yang tidak sarapan
di atas, yaitu pengetahuan gizi, ketersediaan adalah sebesar 47.2%. Penelitian terkait antara
makanan sarapan pagi, dukungan keluarga, dan lain adalah penelitian yang dilakukan oleh
peran guru adalah < 0,05. Widyanti dan Sidiarti pada tahun 2013, selama
Hasil analisis variabel yang paling bulan November (2010) di SD Taro Denpasar
dominan diantara beberapa variabel di atas Bali, bahwa dari 178 subject (sampel anak kelas
dilihat dari nilai OR yang paling besar diban- 1-6) ditemukan sebanyak 51.7% anak memiliki
dingkan variabel lainnya. Nilai OR terbesar kebiasaan sarapan pagi dan sisanya sebesar
pada variabel ketersediaan makanan sarapan 48.3% tidak sarapan pagi.
pagi = 5.673. Hasil analisis odds ratio (OR) Penelitian terkait lain Mariza (2012).
dari variabel ketersediaan makanan sarapan melakukan penelitian tentang kebiasaan sarapan
pagi adalah 5,673, artinya responden yang dan kebiasaan jajan di dua SD di Kecamatan
ketersediaan makanan sarapan paginya baik Pedurungan, Kota Semarang dan hasilnya
akan memiliki peluang 5,673 kali lebih besar menunjukkan bahwa sebanyak 28 orang (43.75)
untuk sarapan pagi dibandingkan dengan yang anak tidak biasa sarapan pagi, dan sisanya 36
ketersediaan makanan sarapan pagi kurang. orang (56.25%) anak terbiasa sarapan pagi.
Jadi, dari hasil analisis multivariat dari Perilaku sarapan pagi dalam penelitian ini
model prediksi diatas diperoleh hasil bahwa adalah kegiatan atau aktivitas makan pagi yang
variabel independen yang paling dominan dilakukan oleh anak sekolah dasar di rumah
94 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 90-97

sebelum berangkat sekolah. Artinya perilaku Sikap Gizi


sarapan pagi anak SD adalah yang dilakukan di
rumah, sedangkan anak-anak yang sarapan pagi Sikap seseorang terhadap makanan dapat
dengan membawa bekal atau jajan di sekolah bersifat negatif atau positif, yang bersumber
tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini pada nilai-nilai afectif yang berasal dari
disebabkan karena seyogianya sarapan pagi lingkungan (alam, budaya, sosial, ekonomi)
dilakukan di rumah agar mudah diawasi oleh dimana manusia itu tumbuh (Asfariana, 2008).
orang tuanya masing-masing. Penelitian ini menunjukkan bahwa antara anak
yang sikapnya negatif (47%) dan sikapnya
Jenis Kelamin positif (53%) hampir sama proporsinya.

Salah satu faktor keluarga yang mempe- Pekerjaan Ayah


ngaruhi tumbuh kembang anak adalah jenis
kelamin dalam keluarga. Pada masyarakat Banyak pendapat mengatakan bahwa
tradisional, wanita mempunyai status lebih seorang ibu jauh lebih baik untuk mendidik
rendah dibandingkan laki-laki, sehingga angka anak daripada seorang ayah. Hal ini tidak
kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada sepenuhnya benar, karena ayahpun juga
wanita. Demikian pula dengan pendidikan, mempunyai tugas untuk mendidik anak,
masih ditemukan banyak wanita yang buta kebijaksanaan, kedisiplinan dan tanggung
huruf (Soetjiningsih, 1995). Kenyataan ini jawab lebih dominan dimilik seorang ayah dari
mengisyaratkan bahwa ada perbedaan peran . pada ibu (Anisah, 2004 dalam Meirina, 2011).
Berdasarkan teori ini jelas bahwa seorang
Pengetahuan Gizi ayah juga memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap anaknya, termasuk juga dalam pola
Definisi pengetahuan secara luas yaitu pengasuhan dan penanaman perilaku makan
hasil penginderaan seseorang melalui pengliha- dan perilaku kesehatan yang baik. Meskipun
tan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba seluruh ayah dari anak SD yang dijadikan
tehadap suatu objek tertentu. Selain itu, responden dalam penelitian ini bekerja, bukan
pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman berarti tidak sempat untuk mengajarkan nilai-
sendiri atau pengalaman orang lain. Perilaku nilai kebiasaan makan yang baik bagi anak-
yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan anaknya, tinggal bagaimana bagaimana sang
lebih lama dibanding tidak didasari dengan ayah mengaplikasikan nilai kasih sayang serta
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). peran dan tanggung jawabnya dalam keluarga.
Sebagian besar anak sekolah dalam
penelitian ini, yaitu sebesar 65% memiliki Pekerjaan Ibu
pengetahuan baik. Tentunya sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Notoatdmodjo di atas Ibu yang bekerja bukan berarti tidak bisa
maka semakin baik pengetahuan gizi anak mempersiapkan sarapan pagi untuk anak-
maka diharapkan akan semakin baik pula anaknya. Ibu bekerja harus bisa membagi
perilaku makan yang dimiliki oleh anak waktunya untuk mengasuh dan mempersiapkan
tersebut. Anak yang memiliki pengetahuan makanan terbaik dan bergizi untuk anak-
yang baik maka akan memiliki kesadaran tinggi anaknya. Secara logika ibu yang tidak bekerja
untuk selalu melakukan kegiatan sarapan pagi akan memiliki waktu yang lebih lapang untuk
setiap harinya. Bukan hanya didasari oleh mengurusi keluarganya dan mempersiapkan
tradisi keluarga, tetapi lebih dari itu mereka sarapan pagi. Tapi hal ini juga tidak mutlak
memang benar-benar mengetahui dan demikian, meskipun seorang ibu bekerja tetapi
memahami manfaat sarapan pagi bagi tubuh jika ia seorang yang sadar akan peran dan
mereka. Oleh karena itu, hal ini mencerminkan tanggung jawabnya, serta pandai membagi
bahwa sangat penting memberikan pengetahuan waktu, bukan tidak mungkin ia pun bisa
gizi pada anak-anak sejak dini. menjadi ibu terbaik, pintar dan berpendidikan
seorang ibu maka upaya mencerdaskan anak
bangsa akan lebih terbuka. Ibu yang
berpendidikan biasanya memiliki keinginan
Meriska, Prilaku Sarapan Pagi Anak Sekolah 95

untuk belajar dan mengakses banyak informasi orang tua tidak membedakan anak-anaknya
demi perkembangan anak-anaknya, selalu dalam hal membentuk perilaku makan anak
berusaha memberikan yang terbaik dan yang baik, meskipun masih ada keluarga yang
mengutamakan kesehatan dan tumbuh kembang menerapkan perbedaan gender, dimana laki-laki
anak-anaknya. lebih dominan (patrilinial) atau perempuan
lebih diutamakan (matrilinial).
Ketersediaan Makanan Sarapan Pagi
Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan
Ketersediaan makanan sarapan di rumah Perilaku Sarapan Pagi
sangatlah penting karena merupakan merupakan
faktor yang sangat mendukung dan mensupport Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
anak untuk terbiasa sarapan pagi. Jika makanan Ristiana (2009) tentang Hubungan
tersedia setiap hari, khususnya makanan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan dengan
sarapan tentu si anak faktor psikologis yang Status Gizi dengan Indeks Prestasi Anak
akan memberikan pengaruh dalam membentuk Sekolah Dasar di SD No. 1 Bingkawan,
pola makan yang sehat pada anak. Ketersediaan Kecamatan Sibolangit diperoleh hasil bahwa
makanan pada anak SD dalam penelitian ini pengetahuan, sikap dan tindakan sarapan
sudah sangat baik, yaitu sebesar 86.8%. seluruh murid tergolong baik. Terdapat
hubungan bermakna antara tindakan/perilaku
Dukungan Keluarga sarapan dengan tingkat pengetahuan sarapan,
terdapat hubungan antara status gizi dengan
Orang tua pada dasaranya berkewajiban tindakan sarapan.
untuk menyajikan kondisi yang menguntungkan Hasil penelitian yang dikemukakan
bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi sebelumnya ternyata sejalan dengan yang
anaknya. Begitu juga dalam hal pemenuhan diperoleh pada penelitian ini. Hasil uji chi
kebutuhan jasmani, dalam hal ini berkaitan square menunjukkan bahwa terdapat hubungan
dengan pemenuhan gizi pada makanan yang antara pengetahuan dan perilaku sarapan pagi.
dikonsumsi sehari-hari oleh anak. Seorang ibu Artinya semakin baik pengetahuan anak SD
harus pandai mengolah makanan dan memiliki maka cenderung akan terbiasa sarapan pagi.
keterampilan sehingga anaknya menyukai Selain pengetahuan tentang gizi dan kesehatan,
makanan yang disajikan di rumah dan tidak tingkat pendapatan perkapita juga dapat
jajan (Paramesthi 2011). mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan
Terkait juga dengan hal tersebut di atas, dalam susunan makanan (Suhardjo, 1989 dalam
jelas bahwa dukungan keluarga khususnya Saifah, 2011).
orang tua sangat berperan nyata dalam Hasil penelitian yang dilakukan oleh
menciptakan perilaku makan yang positif pada Rohayati (2003) bahwa sebagian besar siswa
anak, termasuk perilaku sarapan pagi yang baik. SDN Jepang tidak terbiasa sarapan pagi di
Kebiasaan makan yang baik di dalam keluarga rumah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
biasanya akan diteruskan turun menurun dan kebiasaan sarapan siswa yaitu peranan ibu,
menjadi tradisi bagi si anak, sehingga tingkah laku orang terdekat (keluarga) dan
meskipun sudah dewasa atau berpisah selera makan anak. Ibu yang tidak bekerja akan
dari keluarganya, maka sarapan pagi tetap lebih mungkin memiliki kesempatan dan waktu
dilakukan. Dukungan keluarga merupakan hal untuk menyediakan makanan sarapan pagi di
yang sangat mungkin mempengaruhi perilaku rumah dibandingkan ibu yang bekerja. Ibu
makan anak. yang bekerja biasanya sibuk dan terkadang
tidak sempat mempersiapkan sarapan pagi
Peran Guru untuk keluarga. Dalam penelitian ni tidak ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan perilaku
Dalam penelitian ini, yang dilihat adalah sarapan pagi. Artinya tidak ada perbedaan
adakah peran guru terhadap siswanya untuk antara ibu bekerja dengan ibu yang tidak
memberikan pemahaman akan pentingnya gizi bekerja dalam mebentuk perilaku sarapan pagi
dan sarapan pagi, meskipun tidak melihat yang baik bagi anak-anaknya.
peran perempuan diperlakukan sama. Sehingga
96 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 90-97

Hubungan antara Pendidikan Ayah dengan Hubungan antara Peran Guru dengan
Perilaku Sarapan Pagi Perilaku Sarapan Pagi

Menurut Teori Lawrence & Green (2005) Dalam proses pendidikan, guru tidak
satu faktor yang mempengaruhi perilaku hanya menjalankan fungsi alih ilmu pngetahuan
individu atau organisasi adalah pendidikan (transfer of knowledge) tapi juga berfungsi
orang tua. Ayah turut memberikan kontribusi untuk menanamkan nilai (value) serta
penting bagi perkembangan anak, pengalaman membangun karakter (Character Building)
yang dialami bersama dengan ayah, akan peserta didik secara berkelanjutan dan
mempengaruhi seorang anak hingga dewasa berkesinambungan. Selain itu, guru juga
nantinya. Ayah turut memberikan kontribusi berperan sebagai pendidik (nurturer) yang
penting bagi perkembangan anak, pengalaman berperan dan berkaitan dengan tugas-tugas
yang dialami bersama dengan ayah, akan memberi bantuan dan dorongan (supporter),
mempengaruhi perkembangan dan tugas-tugas pengawasan dan pembinaan
kesejahteraan anak dan masa transisi menuju (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan
remaja (Cabrera, dkk, 2000 dalam Hidayati, dengan mendisiplinkan anak agar anak itu
Kaloeti & Karyono, 2011). menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah
Berbagai hal yang mungkin tidak diteliti dan norma hidup dalam keluarga dan
menjadi sebab mengapa pendidikan ayah tidak masyarakat (Saifah, 2011).
berhubungan dengan perilaku sarapan pagi anak Mie, David dan Jon (1997) dalam
SD. Pertama, ayah yang berpendidikan terlalu Saifah (2011) menyatakan bahwa guru
sibuk mencari uang sehingga ia menyerahkan mempunyai tanggung jawab yang besar pada
tugas dan tanggung jawab pengasuhan kepada siswa di dalam kelas. Guru membawa pengaruh
si istri. Si suami mempercayakan penuh urusan pada perilaku positif dan negatif terhadap
rumah tangga dan pendidikan pada istrinya, siswa-siswanya. Guru merupakan orang tua
tanpa mau tahu apakah semua berjalan dengan kedua karena siswa banyak waktu berinteraksi
baik atau tidak. Celakanya lagi si istri juga dengan guru. Guru berperan dalam kesuksesan
kurang peduli dan mengabaikan si anak. siswa.

Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Analisis Multivariat


Perilaku Sarapan Pagi
Setelah dilakukan analisis multivariat
Hermina, dkk (2009) penelitian tentang menggunakan uji regresi logistik sederhana
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan model prediksi, maka diperoleh hasil bahwa
Makan Pagi pada Remaja Putri di Sekolah faktor yang paling dominan berhubungan
Menengah Pertama (SMP). Beberapa faktor dengan perilaku
yang mempengaruhi kebiasaan sarapan pada bekerja (100%), sedangkan ibu responden lebih
anak perempuan sekolah remaja adalah banyak yang tidak bekerja (61%). Pendidikan
pengetahuan gizi mereka, ketersediaan makan ayah dan ibu responden sebagian besar tinggi
sarapan di rumah, pendidikan ibu mereka. masing-masing 71%. Sebagian besar anak
Terkait dengan apa yang dikemukakan di sekolah menyatakan bahwa ketersediaan
atas, maka benang merah yang bisa diambil makanan sarapan di rumah adalah baik (87%),
bahwa pendidikan ibu akan meningkatkan dan dukungan keluarga tinggi (63%). Lebih dari
pengetahuan ibu sehingga ibu yang separuh responden menyatakan bahwa peran
berpendidikan akan memiliki keterampilan guru adalah tinggi Ada hubungan antara
untuk mengolah makanan yang sehat dan pengetahuan gizi anak (p=0.001), ketersediaan
bervariatif untuk sarapan. Selain itu, ibu yang makanan sarapan (p=0.005), dukungan keluarga
berpendidikan juga memiliki pemahaman yang (p=0.001), dan peran guru (p=0.001) dengan
baik akan pentingnya kontribusi sarapan dengan perilaku sarapan pagi anak SD di Kelurahan
komposisi nutrisi yang tepat untuk membentuk Kemiling Permai, Kota Bandar Lampung Tahun
status gizi anak-anaknya. dan orang tua. 2013.
Meriska, Prilaku Sarapan Pagi Anak Sekolah 97

Tidak ada hubungan antara sikap gizi ataupun memasang poster di sekolah-sekolah
(p=0.721), pekerjaan ibu (p= 0.257), pendidikan agar mudah diakses oleh anak sekolah
ayah (p=0.707), pendidikan ibu (p=1.000) khususnya. Pihak sekolah melakukan
dengan perilaku sarapan pagi anak SD di perlombaan memasak menu sarapan pagi bagi
Kelurahan Kemiling Permai, Kecamatan keluarga responden terutama responden yang
Kemiling, Kota Bandar Lampung Tahun 2013. memiliki ketersediaan makanan sarapan di
Faktor yang paling dominan berhubungan rumah yang baik, sebagai contoh nyata bagi
dengan perilaku sarapan pagi anak SD di orang tua yang lain (sebagai motivator dan
Kelurahan Kemiling Permai, Kecamatan inisiator).
Kemiling, Kota Bandar Lampung adalah adalah Setiap guru selalu meningkatkan
ketersediaan makanan sarapan pagi di rumah. pengetahuannya tentang masalah-masalah
kesehatan, concern terhadap pendidikan
kesehatan anak serta care atau peduli terhadap
KESIMPULAN kesehatan siswa. Pihak sekolah juga melakukan
peningkatan pengawasan makanan jajanan yang
Lebih dari separuh anak sekolah memiliki dijual di sekolah ataupun di luar sekolah
perilaku sarapan pagi (53%) dan terbanyak (pedagang keliling atau warung yang ada di
berjenis kelamin laki-laki (44%). Pengetahuan sekitar sekolah).
gizi anak sekolah dasar sebagian besar adalah Anak-anak yang memiliki pengetahuan
baik (65%). Lebih dari separuh anak sekolah yang baik agar menjadi inspirator dan contoh
memiliki sikap gizi positif (53%). Seluruh ayah bagi anak-anak lainnya perihal kebiasaaan
responden Budaya Sarapan Pagi dan makan yang baik termasuk perilaku sarapan
Mensosialisasikan Pekan Sarapan Nasional di pagi.
setiap sekolah melalui pembagian leaflet, brosur
Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan
DAFTAR RUJUKAN Pendurungan Kota Semarang. Skripsi.
Febrida, Melly. 2013. Jurusan Gizi, Universitas Diponegoro,
4 dari 10 Anak SD di Indonesia Pendek Semarang.
Karena Kurang Gizi. Diakses pada tanggal Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr., 2003.
5 Februari 2013 Pukul 1.52 di Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
http://health.liputan6.com/read/545382/4- Rineka Cipta, Jakarta.
dari-10-anak-sd-
Paramesti, Mentari. 2011.
Hermina, dkk. 2009. Peran Orang Tua dan Partisipasi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Menjaga Pola Makan
Kebiasaan Makan Pagi pada Remaja Putri Sehat pada Anak. Artikel. Diakses pada
di SMP. Jurnal penelitian Gizi dan tanggal 28 Januari 2014 Pukul 1038 di
Makanan. Diakses pada tanggal http:/sosiopage.blogspot.com/2011/peran
3 November 201di http://ejournal.litbang -orang-tua-dan-partispasi
.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view
Kementerian Kesehatan RI. 2010.
Hidayati, dkk. 2011. Riset Kesehatan Dasar. Laporan. Badan
Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Penelitian dan Pengembangan
Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI,
Vol. 9 No 1, Semarang. Jakarta.
Lawrence, Green., & Marshall Kreuter. 2005. Saifah, A. 2011.
Health Program Planning : An Educational Hubungan Peran Keluarga, Guru,
And Ecological Approach. 4 th ed. McGraw- Teman Sebaya dan Media Massa
Hill, New York. dengan Perilaku Gizi Anak Usia
Sekolah Dasar di Wilayah Kerja
Mariza, Yuni Yanti. 2012. Puskesmas Mabelopura Kota Palu.
Hubungan antara Kebiasaan Sarapan (Tesis). Depok: Program Magister
dan Kebiasaan Jajan dengan Status Keperawatan. UI.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy