Gambaran Histopatologis Duodenum Pada Ayam Pedaging Yang Diberi Probiotik
Gambaran Histopatologis Duodenum Pada Ayam Pedaging Yang Diberi Probiotik
Gambaran Histopatologis Duodenum Pada Ayam Pedaging Yang Diberi Probiotik
SAIN VETERINER
ISSN : 0126 - 0421
Abstract
This aim of research was to know histopathology lesions of broiler duodenum in chicken coccidiosis with
probiotic administrasion. Sixty six DOC of broiler, strain Arbor acress, male sex were divided into 5 groups of
twelve each. Chickens in Groups I, II, III, IV and V were given standard food, standard food+probiotic, standard
food+1000 oocysts, standard food+probiotic+1000 oocysts and standard food+probiotic+ 3000 oocysts,
respectively. Probiotic was given starting at the age of 8 days by sprayed in food with the dose 2 ml/ 250 ml water/
1 kg food. At the age of 38 days, chickens were infected orally by given 1000 oocysts for group III and IV, and
3000 oocysts for group V. Group I and II were euthanazed at the age of 39 days, group IIIA, IVA, VA at 5 days post
infection, group IIIB, IVB, VB at 6 days post infection, and group IIIC, IVC, VC at 7 days post infection.
Histopathologic lesions of the duodenums were analyzed with qualitative analyze. Results showed that
infection without probiotic area were found histopathologic changes of duodenum in the form of congestion,
hemorrhages, schizonts and macrogametes representing of Eimeria sp stadium which caused coccidiosis.
Treatment infection with probiotic were found histopathologic changes in the duodenum, such as congestion,
hemorrhages, necrotic epithelial cells, and also schizonts, microgametes and macrogametes representing of
Eimeria sp stadium which caused coccidiosis. Probiotic in the present study did not have any effect for
histopathologic changes in the duodenum in the broiler chickens infected coccidiosis.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologis duodenum pada koksidiosis ayam yang
diberi probiotik. Ayam pedaging sebanyak 66 ekor DOC strain Arbor acress, jenis kelamin jantan dibagi menjadi
5 kelompok: I (kontrol, diberi pakan basal) dan II (pakan basal + probiotik) masing-masing 6 ekor, III (pakan
basal + infeksi 1000 oosista), IV (pakan basal + probiotik + infeksi 1000 oosista), V (pakan basal + probiotik +
infeksi 3000 oosista) masing-masing 18 ekor. Pemberian probiotik pada ayam dimulai umur 8 hari secara spray
pada pakan dengan dosis 2 ml/250 ml air/1 kg pakan. Pada umur 38 hari ayam diinfeksi secara per oral dengan
1000 oosista untuk kelompok III dan IV, dan 3000 oosista untuk kelompok V. Ayam kelompok I dan II dinekropsi
pada umur 39 hari; kelompok IIIA, IVA, VA pada 5 hari setelah infeksi; kelompok IIIB, IVB, VB pada 6 hari
setelah infeksi; IIIC, IVC, VC pada 7 hari setelah infeksi. Gambaran histopatologi organ duodenum dianalisa
secara kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa pada perlakuan infeksi tanpa probiotik terjadi perubahan
histopatologi pada duodenum berupa kongesti, hemorhagi, dan adanya skizon dan makrogamet yang merupakan
stadium dari Eimeria sp penyebab koksidiosis. Perlakuan infeksi dengan pemberian probiotik ditemukan lesi
histopatologis berupa kongesti, hemoragis, nekrosis sel-sel epitelia, dan juga adanya skizon, mikrogamet, dan
makrogamet yang merupakan stadium dari Eimeria sp penyebab koksidiosis. Probiotik dalam penelitian ini
tidak berpengaruh terhadap gambaran histopatologi organ duodenum pada koksidiosis.
235
Gambaran Histopatologis Duodenum pada Ayam Pedaging
236
Aven B. Oematan dan Damai Kusumaningrum
imunoregulator dari diet probiotik dalam sistem berasal dari sebuah poultry shop di Yogyakarta
imun lokal pada ayam (limfosit intraepitelia), dengan kandungan bakteri Lactobacillus sp,
meningkatkan resistensi terhadap E. acervulina Rhodopseudomonas sp, dan ragi Saccharomyces sp,
(mengurangi pelepasan oosista), dan secara rasional larutan formalin 10%, larutan alkohol 80%, larutan
untuk studi selanjutnya adalah efek yang bermanfaat alkohol 90%, larutan alkohol absolut, larutan silol,
dari probiotik yang berisi lactobacillus dan larutan parafin, larutan eosin, dan etilen.
menjelaskan peranan protektif (Dalloul et al., 2003). Probiotik berisi bakteri Lactobacillus sp,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek Rhodopseudomonas sp dan ragi Saccharomyces sp
probiotik terhadap skor lesi histopatologi organ mulai diberikan pada pakan ayam dengan cara spray
duodenum ayam pedaging pada kejadian mulai umur 8 hari dengan dosis 2 ml/250 ml air/1 kg
koksidiosis. pakan setiap pagi dan sore untuk 5 ekor ayam.
Probiotik diberikan pada ayam kelompok II, IV, dan
Materi dan Metode V. Vaksin Coccivac dengan dosis 1000 diberikan
secara peroral pada 7 ekor ayam berumur 2 minggu
Peralatan penelitian yang digunakan dalam yang akan dilintasi dengan masing-masing 1,2 ml.
penelitian ini antara lain kandang ayam baterai, Pada hari ke 7 setelah pemberian, ayam dinekropsi
tempat makanan dan minuman ayam, lampu kemudian organ duodenum, jejunum, ileum, dam
pemanas kandang, mikroskop, cawan petri, tabung sekum diambil fesesnya. Feses keempat organ
reaksi, mikropipet, sentrifus, spuit ukuran 1 ml, pipet tersebut dimasukkan dalam cawan petri yang telah
tetes tebal, gelas beker ukuran 250 ml, gelas obyek, diberi larutan kalium bikromat 2% dan ditunggu
deck glass, kaca benda rangkap, pengaduk magnetik, sampai oosista sporulasi pada suhu kamar.
pengaduk, jarum, timbangan, gelas ukur dengan Penghitungan oosista yang akan diinfeksikan
ukuran 25 ml, gunting, skalpel, pinset, mikrotom, dilakukan dengan cara sebagai berikut: oosista
dan kamera. Eimeria sp berasal dari cawan petri dimasukkan
Bahan penelitian yang digunakan dalam dalam tabung sentrifus, disentrifus selama 5 menit,
penelitian ini antara lain: ayam broiler strain Arbor lalu supernatan dibuang, diambil endapannya dan
acress umur 1 hari (DOC) sebanyak 66 ekor, pakan ditambahkan air kira-kira ¾ tabung, kemudian
basal yang tidak mengandung koksidiostat (bungkil disentrifus lagi, supernatan dibuang lagi, sampai
kedelai, jagung, tepung daging dan tulang, lemak kalium bikromat hilang sehingga mempermudah
4,5%, serat kasar 4,4%, kalsium 1,54%, phosphor untuk menghitung oosista, kemudian endapan
0,72%, air 12%), isolat Eimeria sp berasal dari isolat dalam tabung diaduk dan ditambah aquades ¾
vaksin Coccivac berisi spesies E. acervulina, E. tabung, setelah itu tabung dikocok, isi dalam tabung
maxima ,E. brunetti, E. tenella, E. necatrix, E. dimasukkan dalam gelas beker, oosista dalam gelas
hagani, E. mitis, E. praecox, E. mivati, larutan beker ini dihitung dengan menggunakan mikropipet
kalium bikromat 2% untuk pengawet oosista, larutan ukuran 0,2 mikroliter, setiap tetes mengandung 200
garam jenuh, larutan gula jenuh, larutan formalin oosista yang telah mengalami sporulasi sehingga
20%, probiotik berbentuk cair yang digunakan untuk menginfeksi 1000 oosista perlu 5 tetes, dan
237
Gambaran Histopatologis Duodenum pada Ayam Pedaging
untuk menginfeksi 3000 oosista perlu 15 tetes. silen sebanyak 2 kali dan cairan parafin 3 kali
Infeksi oosista Eimeria sp pada ayam masing-masing direndam selama 60 menit, dicetak
kelompok III, IV, dan V dilakukan pada ayam umur parafin blok dan dipotong dengan mikrotom setebal
38 hari, dengan dosis 1000 oosista untuk ayam 5 mikrometer. Potongan diletakkan pada permukaan
kelompok III dan IV, dan 3000 oosista untuk ayam gelas obyek yang telah diolesi dengan Mayer's egg
kelompok V. Larutan yang telah disiapkan diambil 5 albumin dan dibiarkan selama 60 menit. Pewarnaan
tetes mikropipet untuk ayam dengan pemberian histopatologis dengan metode hematoksilin-eosin.
dosis 1000 oosista dan 15 tetes mikropipet untuk Preparat dimasukkan ke dalam larutan silen selama 2
ayam dengan pemberian dosis 3000 oosista. Masing- menit sebanyak 2 kali, ke dalam alkohol absolut dan
masing tetes larutan yang telah ditentukan terlebih 90% masing-masing 2 kali selama 1 menit.
dahulu dimasukkan ke dalam tabung kecil dan Selanjutnya, sediaan jaringan dimasukkan ke dalam
dicampur 0,3 ml aquades supaya larutan semua larutan hematoksilin selama 10 menit, dicuci dalam
dapat efektif tertelan. Larutan dalam tabung kecil air mengalir selama 2 menit. Preparat dimasukkan ke
dihisap dengan pipet tebal. Dalam menginfeksi dalam larutan eosin selama 5 menit dilanjutkan
ayam diperlukan 2 orang, 1 orang untuk dengan larutan alkohol 90% sebanyak 3 kali
menghandling ayam dan 1 orang untuk memasukkan celupan, kemudian pada alkohol absolut sebanyak 4
larutan. Adapun posisi pada saat menginfeksi ini kali celupan. Selanjutnya, sediaan jaringan
leher ayam harus dalam keadaan lurus, kepala direndam selama 2 menit (dilakukan 2 kali),
menengadah dan paruh dibuka, kemudian dengan kemudian ditetesi etilen dan ditutup dengan gelas
hati-hati larutan yang telah dihisap dengan pipet penutup (Anonimous, 1957). Sediaan histopatologis
tebal dimasukkan ke dalam oesophagus supaya jaringan (duodenum0, kemudian diperiksa di bawah
dapat masuk juga ke dalam saluran pencernaan. mikroskop cahaya, diamati lesi histopatologis
Setelah dipastikan semua larutan masuk kemudian duodenum dan dihitung jumlah stadium Eimeria sp.
ayam diletakkan ke dalam kandang seperti semula. Gambaran lesi histopatologis duodenum dianalisa
Semua ayam kelompok I dan II berumur 39 secara kualitatif.
hari dinekropsi, sedangkan ayam kelompok IIIA,
IVA, dan VA dinekropsi pada hari ke 5 post infeksi, Hasil dan Pembahasan
kelompok IIIB, IVB, dan VB hari ke 6 post infeksi,
dan kelompok IIIC, IVC, dan VC pada hari ke 7 post Salah satu karakteristik yang digunakan untuk
infeksi, kemudian ayam yang dinekropsi diambil identifikasi Eimeria sp adalah lokasi dari lesi pada
duodenum. Duodenum, difiksasi dengan formalin usus. Spesies Eimeria yang biasa menyerang pada
10 % selama 24 jam, kemudian dipotong secara duodenum diantaranya E. acervulina, E. mivati, E.
melintang dengan ukuran panjang x lebar x tinggi praecox, dan E. hagani (Calnek et al., 1997). Dalam
yaitu 3-5mm x 1mm x 1mm. Setelah itu dimasukkan dua galur Eimeria yang berbeda secara genetik dari
ke dalam alkohol secara bertingkat berturut-turut garis keturunan ayam, derajat perbedaan dari
80% 1 kali, 90% dan alkohol absolut masing-masing patogenesis penyakit tergantung dari genetik dari
2 kali selama 60 menit, dimasukkan kedalam larutan hospes (Lillehoj, 1998). Imunitas protektif hospes
238
Aven B. Oematan dan Damai Kusumaningrum
Gambar 1. Gambaran histopatologis duodenum yang diinfeksi 1000 oosista, tanpa probiotik, pada 5 hari post infeksi.
Terlihat adanya kongesti, hemoagis, dan adanya stadium skizon, makrogamet Eimeria sp. (Hematoksilin-
eosin, 250x.).
239
Gambaran Histopatologis Duodenum pada Ayam Pedaging
Gambar 2. Gambaran histopatologis duodenum yang diinfeksi 3000 oosista, dengan pemberian probiotik, 7 hari post-
infeksi. Terlihat adanya kongesti, hemoragis, nekrosis sel-sel epitelia , adanya stadium skizon, mikrogamet,
dan makrogamet Eimeria sp. (Hematoksilin-eosin, 250x.).
240
Aven B. Oematan dan Damai Kusumaningrum
expression of heterologous proteins: A tool to Swanson, K.S., Grieshop, C.M., Flickinger, E.A.,
develop live oral vaccines. http : // www-asean Bawer, L.L., Chow, J., Wolf, B.W., Garlep,
biotechnology-info / Abstract / 21021000. K . A . a n d F a h e y, G . C . ( 2 0 0 2 )
Tanggal akses 21-10-2008. Fructooligosacharides and nutrient.
Digestibilities and fecal protein catabolize
Seddon, H.H. (1996) Disease of domestic animal in concetrations in healthy adults dogs. J. Nut. 5:
Australia, protozoa and virus disease. 6th 3721-373.1
edition. The ELBS and Bailliere Tindall,
London. William, R.B. (2002) Anticoccidial vaccines for
broiler chickens, Pathway to success. Avian
Shim, H.T. (1996) Practical user of yeast. In: Swine, Pathol. 31: 317-353
poultry and ruminant ration. Choong Ang
Chemical, Co, Ltd, Korea. William, R.B. (2006) Tracing the emergence of drug
resistance in coccidia (Eimeria sp.) of
Shirley, M.W. and Long, P.L. (1990) Control of commercial broiler flocks medicated with
coccidiosis in chicken: Immunization with decoquinate for the first time in the United
live vaccines in coccidiosis of man and Kingdom. Vet. Parasitol. 135: 1-14.
domestic animals. P.L. Long edition. CRC
Press, Boca Raton, Florida, USA. Wood, B.J.B. (1992) The lactic acid bacteria in
health and disease. Blackie Academic and
Profesional, London.
241