Publikasi Ilmiah PDF
Publikasi Ilmiah PDF
Publikasi Ilmiah PDF
ABSTRACT
Pendahuluan
Menurut Mulhadi (2010), secara umum di Indonesia ada tiga jenis badan usaha, yaitu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan Koperasi.
BUMN atau Badan Usaha Milik Negara sesuai dengan namanya adalah perusahaan yang
sebagian besar atau seluruh sahamnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.. Kinerja keuangan menurut
Fahmi (2012) adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Kinerja keuangan BUMN tentu perlu diperhatikan karena
pendapatan BUMN mempengaruhi pendapatan pemerintah. Meskipun modal BUMN
dipisahkan dari kekayaan negara yang bersifat pasti karena keuangan BUMN memiliki
resiko yang sewaktu-waktu dapat untung dan rugi. Pemerintah mendapatkan uang dari
BUMN melalui keuntungan BUMN yang melakukan monopoli terhadap beberapa sektor
dan juga melalui pembagian dividen BUMN yang sahamnya dimiliki pemerintah. Oleh
karena itu dalam pengelolaan BUMN diperlukan adanya suatu sistem pengeloaan yang
terstruktur yaitu corporate governance.
1
2
modalnya. Struktur modal perlu diketahui terutama yang berasal dari hutang jangka pendek
dan jangka panjang. Struktur modal kini menjadi hal yang penting bagi BUMN. Menurut
Margaretha dan Ginting (2016) struktur modal berperan penting dalam kegiatan
operasional dan kemajuan perusahaan. Dalam penelitian terdahulu yang telah dilakukan
oleh Sekaredi (2011) didapatkan hasil bahwa ukuran dewan direksi dapat berpengaruh
kepada kinerja keuangan perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan memiliki jumlah
dewan direksi yang besar akan menguntungkan perusahaan dari sisi resource dependence.
Oleh karena itu BUMN dituntut memiliki sistem corporate governance yang baik. Hal ini
dimaksudkan untuk menaikkan kinerja BUMN dalam menjalankan perusahaannya.
Menurut Mulhadi (2010) BUMN memiliki pengaruh di sisi pendapatan dan pengeluaran
negara. Di sisi pendapatan BUMN menyumbang penerimaan negara baik penerimaan pajak
dan non pajak. Sedangkan di sisi pengeluaran jika BUMN memiliki kinerja yang rendah
maka akan menjadi beban bagi negara. BUMN dituntut untuk menguntungkan karena
menjadi sumber pendapatan negara. Penelitian serupa sebelumnya mengenai dampak
corporate governance terhadap kinerja keuangan telah dilakukan oleh Yushita et. al.
(2013) yang menemukan hasil dari tujuh indikator good corporate governance yang
digunakan ada tiga indikator yang berpengaruh yaitu struktur dewan direksi, komisaris
independen dan kualitas auditor eksternal. Lalu penelitian lain mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap struktur modal BUMN dan ditemukan bahwa ukuran perusahaan,
likuiditas, fleksibilitas struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan berengaruh terhadap
struktur modal BUMN. Penelitian ini memiliki rumusan masalah 1.) Mengetahui dan
menganalisis pengaruh struktur dewan direksi terhadap kinerja keuangan BUMN. 2.)
Mengetahui dan menganalisis pengaruh komisaris independen terhadap kinerja keuangan
BUMN. 3.) Mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas auditor eksternal terhadap
kinerja keuangan BUMN. 4.) Mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal
terhadap kinerja keuangan BUMN.
Tinjauan Pustaka
Corporate Governance
Corporate governance menurut Walker (2009) dalam Solomon (2010) digunakan
untuk melindungi dan memajukan kepentingan para pemegang saham melalui penetapan
arah strategis perusahaan dan menunjuk serta memantau manajemen yang mampu untuk
mencapai hal ini. Sedangkan corporate governance menurut Monks dan Minnow (2011)
adalah suatu struktur yang digunakan untuk memastikan pertanyaan yang benar telah
ditanyakan serta cek dan saldo telah berada di tempat untuk memastikan jawabannya telah
merefleksikan apa yang terbaik untuk menciptakan suatu nilai yang berjangka panjang,
berkelanjutan dan terbarui. Corporate governance sendiri berkembang menjadi good
corporate governance yang merupakan sistem yang diterapkan oleh perusahaan dalam
mengelola perusahaannya dengan mengedepankan prinsip-prinsip keterbukaan dan
dikelola dengan baik agar berjalan seperti kemauan para pemegang kepentingan
(stakeholder).
The Indonesian Institute for Corporate Governance (2009) menjelaskan definisi good
corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan
perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan yang lain. Jika perusahaan tersebut
sudah menerapkan good corporate governance di dalam pengelolaan mereka, maka mereka
akan siap untuk mengungkapkan kode etik perusahaan mereka, conflict of interest yang
terjadi dan kebijakan pengungkapan fakta. Mereka akan memberikan untuk memenuhi
etika bisnis. Akuntabilitas penting dalam praktek good corporate governance karena tata
kelola perusahaan tidak hanya bisa dipastikan akuntabel hanya berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan tapi dewan perusahaan juga harus bertanggung jawab atas setiap
transaksi, aktivitas yang terjadi dan keputusan yang mereka buat. Masalah dapat muncul di
4
tingkat manapun dalam suatu perusahaan. Baik itu didalam pelaporan keuangan, proses
pengungkapan maupun proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu para anggota
dewan perusahaan harus bertanggung jawab penuh atas efek apapun yang timbul. Selain
itu dewan perusahaan juga memiliki tanggung jawab untuk memantau manajemen guna
memastikan kinerja mereka telah berada di level efektif.
Komisaris Independen
Menurut Undang-Undang no. 1 Tahun 1995 tentang PT perseroan wajib mempunyai
paling sedikit dua orang komisaris. Komisaris terdapat dalam suatu majelis. Komisaris
diangkat oleh RUPS dan untuk jangka waktu tertentu. Komisaris bertugas mengawasi
kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan dan memberikan nasihat kepada
direksi. Menurut Undang-Undang no. 40 Tahun 2007 tentang PT mengatur adanya satu
orang atau lebih komisaris independen yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham
utama, anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Menurut Ginting (2007)
komisaris independen berdasarkan pedoman tata kelola perseroan yang baik merupakan
“komisaris dari pihak luar”. Komisaris independen ini diangkat berdasarkan keputusan
RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi
dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Menurut Widjaya (2000) Sebagai anggota
dewan komisaris memiliki tugas yaitu :
5
Struktur Modal
Struktur modal adalah perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Modal
asing adalah hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek, sedangkan yang dimaksud
dengan modal sendiri meliputi laba ditahan dan penyertaan. Struktur modal bisa dikatakan
optimal jika struktur modal yang ada tersebut mampu mengoptimalkan keseimbangan
antara resiko dan pengembalian sehingga bisa memaksimalkan harga saham. Karena itu
didalam menetapkan struktur modal suatu perusahaan perlu dipertimbangan variabel yang
mempengaruhinya. Menurut Wibowo (2013) Struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER (Debt to Equity
Ratio).
Total Hutang
DER =
Total Ekuitas
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah salah satu indikator yang digunakan untuk melihat bagaimana
kinerja suatu perusahaan secara keseluruhan. Menurut IAI (2007) kinerja keuangan adalah
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki.
Menurut Jumingan (2006) kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas, dan profitabilitas. Didalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan rasio
return on equity (ROE). Menurut Sawir (2000) ROE memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang
saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau disebut juga sebagai
rentabilitas usaha.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ROE menurut Kieso et. al. (2014) :
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐸 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
7
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang membahas mengenai dampak corporate governance terhadap
kinerja keuangan yang dilakukan oleh Yushita et al (2013). mendapatkan kesimpulan
bahwa dari tujuh indikator corporate governance yang digunakan yaitu struktur dewan
direksi, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, komisaris
independen, kualitas auditor eksternal dan likuiditas diperoleh hasil bahwa ada tiga
indikator yang mempengaruhi yaitu struktur dewan direksi, komisaris independen dan
kualitas auditor eksternal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder dari 142 perusahaan manufaktur dalam periode 2007-2011.
Didalam penelitian yang dilakukan Nainggolan dan Pratiwi (2017) mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan diperoleh hasil bahwa
konservatisme akuntansi yang diukur dengan book to market ratio berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan, sedangkan manajemen laba yang diukur dengan discretionary
accruals tidak berpengaruh dan struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan data sekunder
yaitu annual report perusahaan yang tercatat di BEI periode 2011-2013 dengan
menggunakan teknik pengumpulan data riset arsip.
Sedangkan penelitian mengenai struktur modal sebelumnya oleh Margaretha dan
Ginting (2016) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada
BUMN memperlihatkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh positif
terhadap long term debt ratio dan negatif terhadap short term debt ratio, sementara itu
fleksibilitas keuangan berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal, kinerja saham
tidak berpengaruh terhadap struktur modal, struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap
short term debt ratio dan positif terhadap long term debt ratio, tingkat pertumbuhan
berpengaruh positif terhadap short term debt ratio dan negatif terhadap long term debt ratio
dan risiko tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian ini dilakukan terhadap
seluruh perusahaan BUMN yang sudah go public.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Struktur Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maryanah dan Amilin (2011) dalam Widyati
(2013) telah dijelaskan bahwa struktur dewan direksi dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan jika diukur berdasarkan jumlahnya. Menurut Sekaredi (2011) ukuran dewan
direksi berpengaruh secara positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Jika suatu
perusahaan memiliki jumlah dewan direksi yang besar maka akan menguntungkan
perusahaan dari sisi resource dependence yang akan membuat kinerja perusahaan
meningkat.
Sedangkan menurut Widyati (2013) dewan direksi suatu perusahaan jika dilihat dari
ukurannya tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
tersebut. Menurut Wulandari (2006) dalam Saragih et. al. (2015) jumlah dewaan direksi
yang optimal tergantung pada masing-masing perusahaan. Hal itu menunjukkan bahwa
jumlah dewan direksi tidak akan menjamin efektivitas dewan direksi dalam menjalankan
perusahaan tersebut.
terhadap kinerja perusahaan. Menurut Hardikasari (2011) semakin besar jumlah komisaris
independen dapat mendorong dewan komisaris bertindak objektif dan mampu melindungi
seluruh stakeholder perusahaan. Tapi jika perusahaan memiliki proporsi komisaris
independen dari luar perusahaan tinggi maka akan mempengaruhi kinerja.
Sedangkan menurut Widyati (2013) komisaris independen berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan. Karena semakin besar komisaris independen maka pengawasan terhadap
manajemen perusahaan semakin baik. Pengawasan yang baik terhadap manajemen
perusahaan dapat mempengaruhi manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Komisaris independen diukur dari perbandingan jumlah komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dengan yang berasal dari dalam perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis kedua penelitian ini adalah :
H2 : Komisaris independen berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan BUMN
Model Penelitian
Struktur Dewan
Direksi
(X1)
Komisaris
Independen
(X2)
Kinerja Keuangan
(X3)
Struktur Modal
(X4)
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh BUMN go public dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2017. Perusahaan yang akan
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan merupakan BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode
2011-2017.
2. Perusahaan tidak melakukan de-listing pada periode 2011-2017
3. Perusahaan mencantumkan informasi mengenai dewan direksi, dewan komisaris
dan dewan komisaris independen.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel independen dan
satu variabel dependen. Variabel Independen penelitian ini adalah Struktur Dewan Direksi,
Komisaris Independen, Kualitas Audit dan Struktur Modal sedangkan variabel dependennya
adalah Kinerja Keuangan.
10
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2016). Uji multikolinearitas dapat
dilakukan dengan melihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Uji
heteroskedastisitas yang dilakukan menggunakan uji Glejser.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi pada umumnya terjadi pada model yang menggunakan data time series.
Autokorelasi diukur menggunakan uji Durbin-Watson. Model yang baik yaitu tidak
terdapat autokorelasi memiliki nilai DW di antara nilai du dan 4-du.
11
Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Uji statistik F dilakukan dengan menganalisis output regresi
dari program SPSS. Jika 𝛼 > 0.05, maka dikatakan model tersebut belum layak.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
Uji t
Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan uji statistik t. Uji statistik t
dilakukan dengan melihat nilai signifikansi untuk menunjukkan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial dan nilai koefisien beta untuk
mengetahui apakah pengaruh memiliki arah positif atau negatif.
Analisis Data dan Pembahasan
Dalam penelitian ini sampel yang terpilih berdasarkan kriteria yang ditentukan
berjumlah 20 perusahaan BUMN go public dari total seluruh populasi berjumlah 20
perusahaan BUMN go public. Berdasarkan jumlah sampel tersebut terdapat dua perusahaan
BUMN yang baru listing pada tahun 2013 dan 2014 sehingga tidak dapat digunakan
sebagai sampel. Dari 18 perusahaan yang dipilih dikalikan dengan tujuh tahun pengamatan
sehingga terdapat 126 laporan yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.1 Ringkasan Karakteristik Sampel
Keterangan Jumlah
Jumlah Perusahaan BUMN yang go public 20
Perusahaan BUMN yang tidak listing pada periode 2011-2017 (2)
Perusahaan yang memenuhi karakteristik dalam sampel penelitian 18
Sumber : Data diolah (2019)
Dari 18 perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian ada dua perusahaan
yang memiliki data yang terdistribusi tidak normal, yaitu: a) Garuda Indonesia (Persero)
Tbk. (GIAA) dan b) Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS). Karena berdistribusi
tidak normal kedua perusahaan itu kemudian dihapus dari daftar sampel. Jumlah
perusahaan yang digunakan sebagai sampel tersisa menjadi 16 perusahaan dikalikan
dengan tujuh tahun pengamatan sehingga total laporan yang digunakan sebanyak 112
laporan.
12
Daftar perusahaan BUMN yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian dapat dilihat
dari Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Daftar Sampel Perusahaan BUMN yang Digunakan dalam Penelitian
No. Kode Saham Nama Perusahaan
1 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
2 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S]
3 BBNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
4 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
5 BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
6 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
7 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk.
8 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
9 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
10 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
11 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk.
12 PTPP PT PP (Persero) Tbk.
13 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
14 TINS PT Timah (Persero) Tbk.
15 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
16 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sumber : Data diolah (2019)
Analisis Data dan Pembahasan
Analisis Data
Variabel independen dalam penelitian ini diantara lain Struktur Dewan Direksi yang dilihat
dari jumlah anggota dewan direksi perusahaan, Komisaris Independen yang dilihat dari
perbandingan antara komisaris independen dengan komisaris, Kualitas Auditor Eksternal
yang dilihat dari KAP yang mengaudit apakah termasuk kedalam big four atau non big
four, Struktur Modal yang diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Variabel
dependen penelitian ini adalah Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan ROE. Statistik
deskriptif dalam penelitian ini menggunakan nilai minimum, maksimum dan rata-rata
(mean). Statistik deskriptif yang ada seperti dalam tabel berikut.
Seperti yang tertera pada tabel diatas, untuk variabel Struktur Dewan Direksi nilai
minimum dewan direksi ada pada dewan direksi PT. Indofarma (Persero) Tbk. (INAF)
yaitu tiga orang dan nilai maksimum ada pada dewan direksi Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. (BBRI) yaitu 12 orang. Rata-rata variabel ini sebesar 6.8929. Hal ini berarti
tiap perusahaan memiliki rata-rata 6-7 orang dewan direksi. Lalu untuk variabel kedua
13
Komisaris Independen nilai minimum komisaris independen ada pada PT. Aneka Tambang
(Persero) Tbk. (ANTM) yaitu 14%, sedangkan nilai maksimum komisaris independen ada
pada Bank BTN (Persero) Tbk. (BBTN) yaitu 66% . Rata-rata variabel ini sebesar 39%.
Hal ini berarti tiap perusahaan rata-rata perbandingan komisaris independennya sebesar 39-
40% dari jumlah komisaris keseluruhan. Untuk variabel kualitas auditor eksternal diukur
menggunakan dummy didapatkan hasil bahwa 67% BUMN pada periode 2011-2014
menggunakan KAP big four, lalu pada tahun 2015-2016 ada 72% BUMN yang
menggunakan KAP big four dan pada tahun 2017 77% BUMN menggunakan KAP big
four. Untuk variabel struktur modal nilai minimum struktur modal ada pada PT. Timah
(Persero) (TINS) yang memiliki DER 0.34, sedangkan nilai maksimum ada pada Bank
Tabungan Negara (Persero) (BBTN) yang memiliki DER 11.4. Rata-rata variabel ini adalah
3.0587. Dan untuk variabel Kinerja Keuangan nilai minimum ada pada PT. Krakatau Steel
(Persero) (KRAS) yang memiliki nilai ROE -18.26, sedangkan nilai maksimum ada pada
PT. Bukit Asam (Persero) yang memiliki nilai ROE 37.82. Rata-rata variabel ini adalah
13.7646. Dilihat dari data ada beberapa BUMN yang merugi saat kinerja keuangannya
dilihat menggunakan ROE.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu
atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016). Data yang baik harus terdistribusi
secara normal. Salah satu cara uji normalitas adalah uji statistik sederhana dengan
Kolmogorov-Smirnov. Kriteria data terdistribusi secara normal adalah dengan memiliki
nilai sig > 0.05. Berikut adalah hasil uji normalitas yang telah dilakukan :
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Keterangan
Sig.
Unstandardized Residual .200* Terdistribusi Normal
Sumber : Data diolah (2019)
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, data yang digunakan dalam penelitian
ini telah terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi 0.200 > 0.050.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (Ghozali, 2016). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat dari nilai
tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang
umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau
sama dengan nilai VIF ≥ 10. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas yang telah dilakukan :
Berdasarkan uji multikolinearitas yang sudah dilakukan, diketahui bahwa pada data yang
digunakan tidak ditemukan multikolinearitas. Nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10 dan nilai
tolerance yang dihasilkan tidak ada yang kurang dari 0.1.
14
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Uji
heteroskedastisitas yang dilakukan menggunakan uji Glejser. Berikut adalah hasil dari uji
heteroskedastisitas yang sudah dilakukan :
Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Uji statistik F dilakukan dengan menganalisis output regresi dari
program SPSS. Jika 𝛼 > 0.05, maka dikatakan model tersebut belum layak. Berikut ini
adalah hasil dari uji signifikansi statistik F yang telah dilakukan :
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Statistik F
Sig. Keterangan
0.024 Signifikan
Sumber : Data diolah (2019)
Berdasarkan uji signifikansi statistik F yang telah dilakukan diketahui bahwa
model regresi sudah layak karena nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05.
Sehingga model tersebut memenuhi uji statistik F karena variabel SDD berpengaruh
sedangkan variabel KOM, KUAD dan STRM tidak berpengaruh pada kinerja keuangan
yang diukur menggunakan ROE.
Uji Statistik t
Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan uji statistik t. Uji statistik t dilakukan
dengan melihat nilai signifikansi untuk menunjukkan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial dan nilai koefisien beta untuk mengetahui apakah
pengaruh memiliki arah positif atau negatif. Hasil uji hipotesis penelitian menggunakan uji
statistik t dapat dilihat dari Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis dengan Uji Statistik t
Model Signifikansi Keputusan
Konstanta .000
SDD .010 Hipotesis Diterima
KOM .294 Hipotesis Ditolak
KUAD .545 Hipotesis Ditolak
STRM .623 Hipotesis Ditolak
Sumber : Data diolah (2019)
Pembahasan
Pengaruh Struktur Dewan Direksi (SDD) terhadap Kinerja Keuangan (ROE)
BUMN Go Public
Hipotesis pertama penelitian ini disebutkan bahwa struktur dewan direksi
berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go public. Berdasarkan uji statistik yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa struktur dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan BUMN go public. Hal ini berarti hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.
Struktur dewan direksi suatu perusahaan dinilai berpengaruh terhadap kinerja keuangan
16
karena jumlah dewan direksi turut menentukan kinerja perusahaan karena jumlah dewan
direksi berpengaruh terhadap efisiensi dan produktivitas dari tiap anggota direksi dan
bagian yang mereka bawahi, jika tiap anggota dewan direksi dapat menjalankan tugas
mereka dengan efektif maka kinerja mereka akan menjadi lebih baik ketimbang seorang
dewan direksi harus merangkap tugas-tugas yang hanya mengurangi performa dari dewan
direksi tersebut.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryanah dan Amilin
(2011) yang menyatakan bahwa struktur dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan yang menyatakan bahwa jika suatu
perusahaan memiliki jumlah dewan direksi yang besar akan menguntungkan perusahaan
dari sisi resource dependence yang akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian
ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyati (2013)
yang menyatakan bahwa dewan direksi suatu perusahaan jika dilihat dari ukurannya tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Hal ini
juga bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Wulandari (2006) yang berpendapat
bahwa dewan direksi optimal suatu perusahaan tergantung pada masing-masing
perusahaan.
Karena berdasarkan perusahaan yang digunakan sebagai sampel yang
menunjukkan bahwa tiap BUMN memiliki jumlah dewan direksi yang berbeda-beda.
Ukuran dewan direksi paling besar diantara BUMN adalah PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk yang dewan direksinya beranggotakan 12 orang. Sedangkan ukuran dewan
direksi paling kecil dimiliki oleh PT Indofarma (Persero) Tbk yang dewan direksinya
beranggotakan tiga orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur dewan
direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN go public yang diukur
menggunakan ROE. Permasalahan yang paling umum dalam dewan direksi suatu BUMN
adalah permasalahan korupsi. Dalam penunjukkan dewan direksi BUMN Menteri BUMN
juga ikut andil dan bisa memberhentikan direksi BUMN yang dinilai kinerjanya tidak
sesuai atau terkena kasus. Menteri BUMN juga berhak untuk merombak dewan direksi dari
BUMN yang ada. Oleh karena itu seringkali terjadi perubahan terhadap struktur dewan
direksi BUMN.
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Perdana et. al. (2014) yang
menjelaskan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
yang diukur menggunakan ROE. Sylvia dan Siddharta (2005) dalam Ujiyantho dan
Pramuka (2007) menyatakan bahwa dewan komisaris independen mungkin hanya diangkat
untuk formalitas perusahaan dalam memenuhi regulasi good corporate governance dan
tidak sungguh-sungguh berpengaruh terhadap penegakan good corporate governance di
dalam perusahaan sehingga fungsi pengawasan anggota dewan tidak efektif dan tidak
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Pembentukan dewan komisaris independen
yang ada dalam BUMN seharusnya dilihat dari kemampuan dari tiap anggotanya agar
dewan komisaris independen yang ada dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan
BUMN tersebut. Kasus yang menyangkut komisaris independen sendiri yang telah terjadi
contohnya pada PT. Krakatau Steel (KRAS) seperti yang diberitakan oleh liputan6.com
pada tanggal 23 Juli 2019. Salah satu komisaris independennya mengundurkan diri karena
menilai usahanya untuk menyelamatkan PT. Krakatau Steel dari kerugian sudah tidak bisa
dilakukan dan karena menemukan adanya proyek yang menurutnya janggal. Oleh karena
itu komisaris independen pun dianggap tidak bisa mempengaruhi kinerja keuangan suatu
BUMN. Karena kinerja keuangan BUMN yang terlanjur terpuruk seperti Krakatau Steel
pun tidak bisa diatasi oleh komisaris independennya.
Pengaruh Struktur Modal (STRM) Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Kinerja
Keuangan (ROE) BUMN Go Public
Hipotesis keempat dalam penelitian ini disebutkan bahwa struktur modal yang
diukur menggunakan debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap kinerja keuangan
BUMN go public yang diukur menggunakan return on equity (ROE). Berdasarkan uji
statistik yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa debt to equity ratio (DER) tidak
berpengaruh terhadap return on equity (ROE). DER tidak berpengaruh pada BUMN karena
jika suatu BUMN memiliki kinerja keuangan yang buruk karena kekurangan modal atau
hutang yang terlalu besar terutama pada BUMN yang vital maka pemerintah akan
memberikan suntikan dana kepada BUMN tersebut. Misalnya seperti yang terjadi pada
kasus Krakatau Steel yang sempat terpuruk namun mendapatkan suntikan dana untuk
menggarap proyek vital pemerintah. Hal ini yang membuat modal BUMN berbeda dengan
perusahaan pada umumnya yang hanya mengandalkan investor dan hutang.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Widyati (2013) yang
menjelaskan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diukur dengan menggunakan ROE. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ainurrofiq (2016) yang menyatakan bahwa
DER tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan karena pada tahun 2014
sempat ada krisis perekonomian global yang ditandai dengan inflasi yang tinggi. Tingkat
inflasi yang tinggi berpengaruh terhadap keuangan suatu perusahaan karena pada saat
inflasi nilai dari uang menurun yang membuat ekonomi secara keseluruhan melambat.
Sementara itu untuk struktur modal BUMN sendiri terkadang masih mendapatkan suntikan
dana dari pemerintah. Terutama jika BUMN tersebut sedang mengerjakan proyek besar
dari pemerintah. Contoh kasus yang terjadi adalah pada saat pemerintah menyuntikkan
dana kepada PT. PP dan Krakatau Steel yang membuat angka debt-to-equity ratio mereka
membaik sehingga bisa mendapatkan pendanaan eksternal.
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari struktur
dewan direksi, komisaris independen, kualitas auditor eksternal dan struktur modal
terhadap kinerja keuangan BUMN yang go public di Indonesia. Sampel penelitian
menggunakan 16 perusahaan pertambangan yang memenuhi beberapa kriteria, yaitu: a)
perusahaan merupakan BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-
2017, b) perusahaan tidak melakukan de-listing pada periode 2011-2017, dan c) Perusahaan
mencantumkan informasi mengenai dewan direksi, dewan komisaris dan dewan komisaris
independen. Variabel struktur dewan direksi diukur dari ukuran dewan direksi yang dilihat
dari jumlah anggotanya. Variabel komisaris independen diukur dari perbandingan antara
jumlah komisaris independen dengan komisaris yang berasal dari perusahaan dengan cara
membagi jumlah komisaris independen dengan jumlah komisaris yang berasal dari dalam
perusahaan. Variabel kualitas auditor eksternal diukur menggunakan variabel dummy
dimana variabel tersebut dilihat dari KAP yang melakukan proses audit terhadap
perusahaan tersebut, jika KAP yang mengaudit merupakan KAP big four yaitu Price
Waterhouse Coopers, E&Y, Delloitte, dan KPMG maka dinilai 1, jika diluar big four maka
dinilai 0. Variabel struktur modal diukur menggunakan angka debt to equity ratio (DER).
Variabel kinerja keuangan diukur menggunakan angka return on equity (ROE).
Variabel struktur dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go
public. Ukuran dewan direksi suatu perusahaan tidak harus selalu besar atau kecil
melainkan berbeda untuk tiap perusahaan. Jumlah dewan direksi berpengaruh terhadap
kinerja keuangan BUMN karena jika seorang direktur bekerja dengan efektif membawahi
bidang tertentu maka akan lebih efektif ketimbang satu orang direktur yang harus
membawahi beberapa bidang maka akan menurunkan produktivitas dari direktur tersebut
yang akan berdampak pada kinerja yang turun, jika seorang direktur bekerja secara efektif
maka kinerjanya akan menjadi lebih bagus sehingga akan berdampak pada kinerja
19
Implikasi Teoritis
Penelitian terdahulu mengenai struktur dewan direksi, komisaris independen,
kualitas auditor eksternal dan struktur modal terhadap kinerja keuangan BUMN go public
menghasilkan kesimpulan yang beragam karena ada yang berpendapat bahwa variabel-
variabel tersebut dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan, tetapi juga ada penelitian
yang menyimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja keuangan BUMN go public. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa struktur dewan
direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go public sedangkan komisaris
independen, kualitas auditor eksternal dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan BUMN go public. Dengan demikian hasil dari penelitian ini mendukung
hasil penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan dalam bidang penilaian kinerja
keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Implikasi Empiris
Bagi BUMN
Penelitian dapat memberikan informasi bahwa struktur dewan direksi berdasarkan
jumlahnya berpengaruh terhadap kinerja keuangan, dimana jika suatu dewan direksi
memiliki cukup anggota untuk menjalankan tiap tugas dengan efektif maka kinerja mereka
akan meningkat dan kinerja direksi yang baik tentu akan membuat kinerja keuangan dari
suatu BUMN menjadi lebih baik. Berdasarkan penelitian juga didapatkan hasil bahwa
jumlah komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, hal ini harus
diperhatikan perusahaan apakah komisaris independen yang ada benar-benar menjalankan
fungsi pengawasan agar dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian
juga mengungkapkan bahwa kualitas auditor eksternal berdasarkan ukuran KAP yang
melakukan audit apakah termasuk big four atau bukan big four tidak berpengaruh terhadap
perusahaan.
Bagi pemerintah
Penelitian ini memberikan informasi kepada pemerintah sebagai pemilik dan pemegang
saham mayoritas di BUMN dalam menyuntikkan modal, bahwa jika suatu BUMN dibiayai
dengan hutang diketahui bahwa debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan, sehingga urgensi pemerintah untuk memberi dukungan
terhadap modal selama kondisi keuangan BUMN tersebut stabil tidak terlalu diperlukan.
Dan untuk Kementerian BUMN jika suatu BUMN perlu perombakan dalam struktur dewan
direksi dan memperkuat BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebagai auditor eksternal
selain KAP.
20
Rekomendasi Teoritis
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya melengkapi penelitiannya dengan cara
sebagai berikut.
1. Menambah variabel-variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini seperti
kebijakan deviden, dampak privatisasi BUMN, nilai perusahaan, kepemilikan
asing.
2. Menggunakan indikator lain dalam pengukuran struktur modal selain Debt to
Equity Ratio bisa menggunakan Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Equity
Ratio dan Long Term Debt to Asset Ratio. Indikator lain dalam mengukur kinerja
keuangan dengan mengganti Return on Equity dengan indikator lain seperti Return
on Asset.
Rekomendasi Empiris
Bagi BUMN.
Diharapkan perusahaan mengangkat dewan direksi harus sesuai berdasarkan
efektivitas dan efisiensi sehingga perusahaan tidak harus memiliki jumlah dewan direksi
yang sesuai dengan bidang masing-masing sehingga peran anggota direksi menjadi efektif
dan dapat memberikan kinerja optimal bagi BUMN. Untuk pengangkatan komisaris
independen juga harus diperhatikan apakah para komisaris yang ada sudah menjalankan
fungsi pengawasan dengan efektif dan benar. Dan penggunaan auditor eksternal big four
dan non big four tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN.
Bagi pemerintah.
Sebagai pemilik saham mayoritas pada BUMN dan memiliki kepentingan untuk
mendapatkan keuntungan serta turut ikut serta dalam pengelolaan BUMN melalui
kementerian BUMN seperti pemilihan dewan direksi, penunjukkan komisaris dan
penambahan modal penting bagi pemerintah untuk tetap menjaga kinerja keuangan BUMN
tetap profitable. Karena bagaimanapun juga BUMN didirikan untuk menghasilkan profit.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Soekrisno. 2006. Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Alridge, J.E. dan S. Sutojo. 2008. Good Corporate Governance Jakarta: PT. Damar Mulia
Pustaka
Ardhian, M.. (2017). Masalah Keuangan PLN Dikhawatirkan Bisa Pengaruhi Rating
Utang RI. Diperoleh 4 Mei 2019 dari:
https://katadata.co.id/berita/2017/09/27/masalah-keuangan-pln-dikhawatirkan-
bisa-pengaruhi-rating-utang-ri
Arens, A. A.; M. S. Beasley; R. J. Elder dan C. E. Hogan. 2016. Auditing and Assurance
Services, An Integrated Approach 16th Edition. Pearson
Ginting, J. 2007. Hukum Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Halim, Abdul. 2003. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG). 2010. Good Corporate Governance
Sebagai Budaya. Jakarta.
Indrawan, R. dan Yaniawati, P. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Campuran untuk Manajemen, Pembangunan dan Pendidikan.
Irawati. 2008. Auditing. Jakarta: Pustaka
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2001. Seri Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance). Edisi ke-2. Jakarta.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kieso. E. D., Weygandt J. J. dan Warfield. D. T. 2014. Intermediate Accounting IFRS
Edition 2nd Edition. Wiley.
Kontan. (2019). Laporan keuangan bermasalah, ini rekomendasi analis untuk investor
Garuda Indonesia. Diperoleh 4 Mei 2019 dari:
https://investasi.kontan.co.id/news/laporan-keuangan-bermasalah-ini-
rekomendasi-analis-untuk-investor-garuda-indonesia
Monks, R. A. G. dan Minnow, L. 2011. Corporate Governance 5th Edition. Wiley.
Margaretha, F. dan Ginting, K. R. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan BUMN Di Indonesia. Jurnal Ekonomi. 7 (1).
Martono, N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Maryanah. 2007. Pengaruh Corporate Governance dan Kepemilikan Manajerial Terhadap
Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Meidona, S. dan Yanti, R. 2018. Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit
Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Indovisi. 1 (1), 67-82.
Melani, A. (2019). Laporan Keuangan Garuda Janggal Bikin Investor Cemas. Diperoleh 4
Mei 2019 dari: https://www.liputan6.com/bisnis/read/3951404/laporan-keuangan-
garuda-janggal-bikin-investor-cemas
Mulhadi. 2010. Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Nainggolan, I. P. M. dan Pratiwi, M. W. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen. 32 (1),
80-96.
Prastowo, A. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoretis dan
Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Priyanto S. dan Darmawan A. 2017. Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity
Ratio (DER), Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Long Term Debt to
Equity Ratio (LDER) terhadap Profitability (ROE) pada Perusahaan Manufaktur
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. Purwokerto: Universitas
Muhammadiyah.
Ristifani. 2009. Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
(GCG) Dan Hubungannya Terhadap Kinerja PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Depok: Universitas Gunadarma.
Saragih, F.M. et. al. 2016. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol Pada
Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015.
Jakarta: Universitas Mercu Buana Jakarta.
Sawir. A. 2000. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sekaredi. S. 2011. Skripsi: Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di LQ45 Tahun 2005-2009).
Semarang. Universitas Diponegoro
Simanjuntak, Piter. 2008. Tesis: Pengaruh Time Budget Pressure dan Resiko Kesalahan
Terhadap Penurunan Kualitas Audit (Reduce Audit Quality) (Studi Empiris Pada
Auditor KAP di Jakarta). Semarang: Universitas Diponegoro.
Siregar, S. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Prbandingan
Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Prenamedia Group.
Solomon, Jill. 2010. Corporate Governance and Acccountability. Wiley.
Syafiqurrahman, M. et. al. 2014. Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Pengaruh
Keputusan Pendanaan terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi Vol. 18 No. 01 Januari 2014. 21-44
Umar, H. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa
Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Watkins, et. al. 2004. Audit Quality : A Synthesis Of Theory and Empirical Evidence.
Journal of Accounting Literature Vol. 23.
Wibowo. 2013. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press.
Wicaksono. E. P. 2019. Temukan Proyek Janggal, Komisaris Krakatau Steel Mundur.
Diperoleh 14 November 2019.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4019571/temukan-proyek-janggal-
komisaris-krakatau-steel-mundur
Widarjono, A. 2014. Analisis Multivariat Terapan Dengan Program SPSS, AMOS dan
SMARTPLS Edisi Kedua.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Widjaya, I. G. R. 2000. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Edisi Revisi. Jakarta:
Kesaint Blanc.
Widyati, M. F. 2013. Pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit,
Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan.
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1 No. 1 Januari 2013.
Yushita, A. N. et. al. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Auditor
Eksternal, dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba.