Publikasi Ilmiah PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

PENGARUH STRUKTUR DEWAN DIREKSI, KOMISARIS

INDEPENDEN, KUALITAS AUDITOR EKSTERNAL DAN


STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN BUMN
GO PUBLIC PERIODE 2011-2017

Yehezkiel Diantoro Singgih


Vierly Ananta Upa S.E., M. SA, Ak. CA.
R. Bernardinus Chrisdianto, S.E., M.Si., Ak.

ABSTRACT

State-Owned Enterprises (BUMN) is a form of business entity established to


gain profit and to contribute to the country revenue. SOE financial performance is
important to note because BUMN health can have an impact on the country's economy.
Especially BUMN that manages vital sectors. Corporate governance itself is used in
companies to control the course of management processes within the company to
maintain the condition of the company. Corporate governance itself has indicators that
are used to assess its application in a company. This study aims to determine the effect
of the structure of the board of directors, independent commissioners, the quality of
external auditors and capital structure on the financial performance of SOEs listed on
the Indonesia Stock Exchange in the period 2011-2017. The data collected is secondary
data in the form of annual reports and financial statements of the company. The research
sample consisted of 18 companies with a six-year observation period. The method used
in this research is multiple linear regression method using SPSS 22.0 program. The
results of the study show that (1) the structure of the board of directors has no effect on
SOE financial performance, (2) independent commissioners have no effect on SOE
financial performance, (3) the quality of external auditors has no effect on SOE financial
performance, (4) capital structure has no effect on SOE's financial performance.
Research can contribute for future researchers, SOEs, and the government.
Keywords: SOE, corporate governance, board directors structure, independent
commissioners, external auditor quality, capital structure, financial
performance.

Pendahuluan
Menurut Mulhadi (2010), secara umum di Indonesia ada tiga jenis badan usaha, yaitu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan Koperasi.
BUMN atau Badan Usaha Milik Negara sesuai dengan namanya adalah perusahaan yang
sebagian besar atau seluruh sahamnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.. Kinerja keuangan menurut
Fahmi (2012) adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Kinerja keuangan BUMN tentu perlu diperhatikan karena
pendapatan BUMN mempengaruhi pendapatan pemerintah. Meskipun modal BUMN
dipisahkan dari kekayaan negara yang bersifat pasti karena keuangan BUMN memiliki
resiko yang sewaktu-waktu dapat untung dan rugi. Pemerintah mendapatkan uang dari
BUMN melalui keuntungan BUMN yang melakukan monopoli terhadap beberapa sektor
dan juga melalui pembagian dividen BUMN yang sahamnya dimiliki pemerintah. Oleh
karena itu dalam pengelolaan BUMN diperlukan adanya suatu sistem pengeloaan yang
terstruktur yaitu corporate governance.

1
2

Menurut Walker (2009) dalam Solomon (2010) corporate governance digunakan


untuk melindungi dan memajukan kepentingan para pemegang saham melalui penetapan
arah strategis perusahaan dan menunjuk serta memantau manajemen yang mampu untuk
mencapai hal ini. Tujuan dari implementasi corporate governance adalah meningkatkan
nilai dan keuntungan bagi para pemegang saham (shareholders) dan memperhatikan
kepentingan para pemegang kepentingan (stakeholders). Corporate governance makin hari
semakin berkembang karena tuntutan dari iklim bisnis yang berubah, penerapan good
corporate governance telah menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan jika ingin tetap
memiliki daya saing. Karena keinginan para calon investor dan pemegang saham untuk
mendapatkan keuntungan lebih dari suatu perusahaan dan corporate governance juga
memberikan akses lebih kepada data-data penting keuangan perusahaan melalui
transparansi laporan keuangan. Dari corporate governance kemudian berkembang menjadi
good corporate governance yang mengedepankan transparansi dan akuntabilitas didalam
proses corporate governance. Proses audit dalam suatu perusahaan adalah bukti nyata dari
implementasi proses good corporate governance dalam suatu perusahaan. Menurut Arens
et al. (2017) audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria yang
ditetapkan. Menurut Irawati (2008), auditing adalah suatu proses yang sistematis dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang
dicerminkan dari informasi keuangan suatu perusahaan tertentu dengan tujuan untuk
memberikan laporan mengenai adanya tingkat perbedaan antara informasi kuantitatif
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan pernah dilakukan oleh orang-orang
independen dan kompeten. Dalam penelitian Yushita et al. (2013) telah mendapatkan hasil
bahwa corporate governance dengan struktur dewan direksi, komisaris independen dan
kualitas auditor eksternal sebagai indikator yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan
BUMN.
Menurut Ginting (2007) direksi perseroan merupakan organ perseroan yang
melaksanakan kegiatan dan pengurusan perseroan. Direksi mempunyai wewenang untuk
menjalankan pengurusan perseroan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam
batasn yang ditentukan dalam UU Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar. Selain
direksi didalam suatu perseroan juga terdapat dewan komisaris. Menurut Ginting (2007)
dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umunya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi
nasihat kepada direksi. Dewan komisaris terdiri atas dua orang atau lebih yang merupakan
sebuah majelis, sehingga tiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-
sendiri melainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris.
Menurut Halim (2003) audit berdasarkan pelaksanaannya dibagi menjadi tiga, yaitu
audit internal, audit eksternal dan audit sektor publik. Kualitas audit adalah gambaran
praktik dan hasil audit yang berdasarkan standar auditing dan standar pengendalian mutu
yang menjadi ukuran pelaksanaan dan tanggung jawab profesi seorang auditor. Kualitas
audit didalam lingkungan BUMN sendiri sudah diterapkan sebagai salah satu bentuk
corporate governance BUMN. Audit internal BUMN dituntut memenuhi regulasi yang
sudah ditentukan oleh pemerintah melalui Kementerian BUMN dalan No.PER –
01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 mengenai penerapan good corporate governance di
BUMN. Regulasi ini dikeluarkan khusus untuk BUMN tapi dapat menjadiss acuan praktik
audit internal yang baik bagi korporasi lain di Indonesia.
Dalam penelitian terdahulu oleh Yushita et al. (2013) diketahui bahwa reputasi auditor
eksternal berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Manajemen laba mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan karena itu jika manajemen laba perusahaan yang ada negatif
maka akan berpengaruh buruk kinerja keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan tidak
adanya perbedaan jika auditor dari big four atau dari perusahaan audit yang lebih kecil.
Selain kualitas audit hal yang turut mempengaruhi kinerja keuangan BUMN adalah struktur
3

modalnya. Struktur modal perlu diketahui terutama yang berasal dari hutang jangka pendek
dan jangka panjang. Struktur modal kini menjadi hal yang penting bagi BUMN. Menurut
Margaretha dan Ginting (2016) struktur modal berperan penting dalam kegiatan
operasional dan kemajuan perusahaan. Dalam penelitian terdahulu yang telah dilakukan
oleh Sekaredi (2011) didapatkan hasil bahwa ukuran dewan direksi dapat berpengaruh
kepada kinerja keuangan perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan memiliki jumlah
dewan direksi yang besar akan menguntungkan perusahaan dari sisi resource dependence.
Oleh karena itu BUMN dituntut memiliki sistem corporate governance yang baik. Hal ini
dimaksudkan untuk menaikkan kinerja BUMN dalam menjalankan perusahaannya.
Menurut Mulhadi (2010) BUMN memiliki pengaruh di sisi pendapatan dan pengeluaran
negara. Di sisi pendapatan BUMN menyumbang penerimaan negara baik penerimaan pajak
dan non pajak. Sedangkan di sisi pengeluaran jika BUMN memiliki kinerja yang rendah
maka akan menjadi beban bagi negara. BUMN dituntut untuk menguntungkan karena
menjadi sumber pendapatan negara. Penelitian serupa sebelumnya mengenai dampak
corporate governance terhadap kinerja keuangan telah dilakukan oleh Yushita et. al.
(2013) yang menemukan hasil dari tujuh indikator good corporate governance yang
digunakan ada tiga indikator yang berpengaruh yaitu struktur dewan direksi, komisaris
independen dan kualitas auditor eksternal. Lalu penelitian lain mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap struktur modal BUMN dan ditemukan bahwa ukuran perusahaan,
likuiditas, fleksibilitas struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan berengaruh terhadap
struktur modal BUMN. Penelitian ini memiliki rumusan masalah 1.) Mengetahui dan
menganalisis pengaruh struktur dewan direksi terhadap kinerja keuangan BUMN. 2.)
Mengetahui dan menganalisis pengaruh komisaris independen terhadap kinerja keuangan
BUMN. 3.) Mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas auditor eksternal terhadap
kinerja keuangan BUMN. 4.) Mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal
terhadap kinerja keuangan BUMN.

Tinjauan Pustaka
Corporate Governance
Corporate governance menurut Walker (2009) dalam Solomon (2010) digunakan
untuk melindungi dan memajukan kepentingan para pemegang saham melalui penetapan
arah strategis perusahaan dan menunjuk serta memantau manajemen yang mampu untuk
mencapai hal ini. Sedangkan corporate governance menurut Monks dan Minnow (2011)
adalah suatu struktur yang digunakan untuk memastikan pertanyaan yang benar telah
ditanyakan serta cek dan saldo telah berada di tempat untuk memastikan jawabannya telah
merefleksikan apa yang terbaik untuk menciptakan suatu nilai yang berjangka panjang,
berkelanjutan dan terbarui. Corporate governance sendiri berkembang menjadi good
corporate governance yang merupakan sistem yang diterapkan oleh perusahaan dalam
mengelola perusahaannya dengan mengedepankan prinsip-prinsip keterbukaan dan
dikelola dengan baik agar berjalan seperti kemauan para pemegang kepentingan
(stakeholder).
The Indonesian Institute for Corporate Governance (2009) menjelaskan definisi good
corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan
perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan yang lain. Jika perusahaan tersebut
sudah menerapkan good corporate governance di dalam pengelolaan mereka, maka mereka
akan siap untuk mengungkapkan kode etik perusahaan mereka, conflict of interest yang
terjadi dan kebijakan pengungkapan fakta. Mereka akan memberikan untuk memenuhi
etika bisnis. Akuntabilitas penting dalam praktek good corporate governance karena tata
kelola perusahaan tidak hanya bisa dipastikan akuntabel hanya berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan tapi dewan perusahaan juga harus bertanggung jawab atas setiap
transaksi, aktivitas yang terjadi dan keputusan yang mereka buat. Masalah dapat muncul di
4

tingkat manapun dalam suatu perusahaan. Baik itu didalam pelaporan keuangan, proses
pengungkapan maupun proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu para anggota
dewan perusahaan harus bertanggung jawab penuh atas efek apapun yang timbul. Selain
itu dewan perusahaan juga memiliki tanggung jawab untuk memantau manajemen guna
memastikan kinerja mereka telah berada di level efektif.

Struktur Dewan Direksi


Menurut Undang-Undang no. 1 Tahun 1995 tentang PT kepengurusan dalam suatu
perseroan dilakukan oleh direksi. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Perseroan wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota
direksi. Sebagai anggota dewan direksi memiliki tugas sebagai berikut :
Dewan direksi memiliki tugas wajib :
a. Membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah RUPS, dan risalah rapat
direksi.
b. Menyelenggarakan pembukuan perseroan.
c. Memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan
daftar pemegang saham.
d. Evaluasi kinerja komite tiap tahun.
Tugas Dewan Direksi
Menurut Hanas (2009) pada umumnya dewan direksi memiliki tugas sebagai
berikut :
a. Eksternal
1. Mewakili perseroan atas nama perseroan untuk melakukan bisnis dengan
perusahaan lain
2. Mewakili perseroan dalam perkara pengadilan
b. Internal
1. Mengurus dan mengelola untuk kepentingan perseroan yang sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan
2. Menjalankan kepengurusan perseroan sesuai dengan kebijakan yang tepat
yang ditentukan dalam UU Perseroan Terbatas dan anggaran dasar
perseroan
3. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan
4. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian
5. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan
6. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan

Komisaris Independen
Menurut Undang-Undang no. 1 Tahun 1995 tentang PT perseroan wajib mempunyai
paling sedikit dua orang komisaris. Komisaris terdapat dalam suatu majelis. Komisaris
diangkat oleh RUPS dan untuk jangka waktu tertentu. Komisaris bertugas mengawasi
kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan dan memberikan nasihat kepada
direksi. Menurut Undang-Undang no. 40 Tahun 2007 tentang PT mengatur adanya satu
orang atau lebih komisaris independen yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham
utama, anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Menurut Ginting (2007)
komisaris independen berdasarkan pedoman tata kelola perseroan yang baik merupakan
“komisaris dari pihak luar”. Komisaris independen ini diangkat berdasarkan keputusan
RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi
dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Menurut Widjaya (2000) Sebagai anggota
dewan komisaris memiliki tugas yaitu :
5

1. Mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan


nasihat kepada dewan direksi.
2. Menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan (fiduciary duty) dengan
penuh tanggung jawab.
3. Wajib melaporkan kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya kepada perseroan
tersebut dan perseroan lainnya. Demikian juga setiap perubahan dalam
kepemilikan saham tersebut wajib pula dilaporkan.
Dewan komisaris dapat membentuk komite yang anggotanya seorang atau lebih
adalah anggota dewan komisaris. Komite ini digunakan sebagai tugas pengawasan. Komite
ini contohnya diantara lain adalah komite audit, remunerasi dan nominasi. Komite ini
bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Pada penelitian ini dewan komisaris
independen dilihat dengan proporsinya. Pengukuran proporsi dewan komisaris independen
dalam penelitian ini diukur dengan cara membagi seluruh jumlah komisaris independen
yang ada dalam perusahaan dengan jumlah komisaris yang ada. Menurut Tidano (2007)
dalam Hanas (2009) Komisaris yang berasal dari luar perusahaan cenderung akan bertindak
lebih independen sehingga dapat memonitor dan mengontrol manajemen.

Kualitas Auditor Eksternal


Kualitas auditor eksternal adalah pengukuran kualitas audit berdasarkan kompetensi
auditornya. Menurut Mayangsari (2003) dalam Syafiqurrahman (2014) menyatakan bahwa
pengukuran kualitas audit daat dilakukan dengan menggunakan proksi spesialisasi industri
dan ukuran KAP dan menemukan adanya hubungan signifikan dengan kinerja perusahaan.
Dengan adanya kualitas audit yang ada di KAP big four maka kinerja perusahaan akan
semakin meningkat karena opini serta hasil yang telah direview oleh KAP big four. KAP
big four sendiri merupakan empat KAP besar dalam ranking KAP seluruh dunia
berdasarkan ukurannya. Empat KAP big four tersebut adalah:
1. Price Waterhouse Coopers
2. Ernst & Young
3. Deloitte
4. KPMG
Keempat KAP besar tersebut memiliki partner KAP lokal yaitu:
1. Price Waterhouse Cooper bekerjasama dengan KAP Drs. Haryanto Sahari &
Rekan, KAP Tanudiredja, Wibiana & Rekan.
2. Ernst & Young bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.
3. Deloitte bekerjasama dengan KAP Drs. Hans Tuanokata & Mustofa, Osman Bing
Satrio & Rekan
4. KPMG yang bekerja sama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja.
Berdasarkan hasil penilaian situs Vault.com yang merupakan situs yang biasa menilai
ranking big four Berikut tabel peringkat 4 KAP big four selama periode penelitian.

Tabel 2.1 Peringkat Big Four Periode 2011-2017


Rank Big Four (Menurut
1 2 3 4
Vault.com)
2011 PWC EY Deloitte KPMG
2012 PWC Deloitte EY KPMG
2013 PWC EY Deloitte KPMG
2014 PWC EY Deloitte KPMG
2015 PWC EY Deloitte KPMG
2016 PWC EY Deloitte KPMG
2017 PWC Deloitte EY KPMG
Sumber : Vault.com (2019)
6

Struktur Modal
Struktur modal adalah perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Modal
asing adalah hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek, sedangkan yang dimaksud
dengan modal sendiri meliputi laba ditahan dan penyertaan. Struktur modal bisa dikatakan
optimal jika struktur modal yang ada tersebut mampu mengoptimalkan keseimbangan
antara resiko dan pengembalian sehingga bisa memaksimalkan harga saham. Karena itu
didalam menetapkan struktur modal suatu perusahaan perlu dipertimbangan variabel yang
mempengaruhinya. Menurut Wibowo (2013) Struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER (Debt to Equity
Ratio).
Total Hutang
DER =
Total Ekuitas

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah salah satu indikator yang digunakan untuk melihat bagaimana
kinerja suatu perusahaan secara keseluruhan. Menurut IAI (2007) kinerja keuangan adalah
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki.
Menurut Jumingan (2006) kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas, dan profitabilitas. Didalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan rasio
return on equity (ROE). Menurut Sawir (2000) ROE memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang
saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau disebut juga sebagai
rentabilitas usaha.

Rumus yang digunakan untuk menghitung ROE menurut Kieso et. al. (2014) :

𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐸 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
7

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang membahas mengenai dampak corporate governance terhadap
kinerja keuangan yang dilakukan oleh Yushita et al (2013). mendapatkan kesimpulan
bahwa dari tujuh indikator corporate governance yang digunakan yaitu struktur dewan
direksi, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, komisaris
independen, kualitas auditor eksternal dan likuiditas diperoleh hasil bahwa ada tiga
indikator yang mempengaruhi yaitu struktur dewan direksi, komisaris independen dan
kualitas auditor eksternal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder dari 142 perusahaan manufaktur dalam periode 2007-2011.
Didalam penelitian yang dilakukan Nainggolan dan Pratiwi (2017) mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan diperoleh hasil bahwa
konservatisme akuntansi yang diukur dengan book to market ratio berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan, sedangkan manajemen laba yang diukur dengan discretionary
accruals tidak berpengaruh dan struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan data sekunder
yaitu annual report perusahaan yang tercatat di BEI periode 2011-2013 dengan
menggunakan teknik pengumpulan data riset arsip.
Sedangkan penelitian mengenai struktur modal sebelumnya oleh Margaretha dan
Ginting (2016) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada
BUMN memperlihatkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh positif
terhadap long term debt ratio dan negatif terhadap short term debt ratio, sementara itu
fleksibilitas keuangan berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal, kinerja saham
tidak berpengaruh terhadap struktur modal, struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap
short term debt ratio dan positif terhadap long term debt ratio, tingkat pertumbuhan
berpengaruh positif terhadap short term debt ratio dan negatif terhadap long term debt ratio
dan risiko tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian ini dilakukan terhadap
seluruh perusahaan BUMN yang sudah go public.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Struktur Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maryanah dan Amilin (2011) dalam Widyati
(2013) telah dijelaskan bahwa struktur dewan direksi dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan jika diukur berdasarkan jumlahnya. Menurut Sekaredi (2011) ukuran dewan
direksi berpengaruh secara positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Jika suatu
perusahaan memiliki jumlah dewan direksi yang besar maka akan menguntungkan
perusahaan dari sisi resource dependence yang akan membuat kinerja perusahaan
meningkat.
Sedangkan menurut Widyati (2013) dewan direksi suatu perusahaan jika dilihat dari
ukurannya tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
tersebut. Menurut Wulandari (2006) dalam Saragih et. al. (2015) jumlah dewaan direksi
yang optimal tergantung pada masing-masing perusahaan. Hal itu menunjukkan bahwa
jumlah dewan direksi tidak akan menjamin efektivitas dewan direksi dalam menjalankan
perusahaan tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis pertama penelitian ini adalah :


H1 : Struktur dewan direksi berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan BUMN

Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widyati (2013) telah dijelaskan bahwa komisaris
independen dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan adanya dewan komisaris
independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitian Maryanah
(2007) didapatkan hasil bahwa independensi dan ukuran dewan komisaris berpengaruh
8

terhadap kinerja perusahaan. Menurut Hardikasari (2011) semakin besar jumlah komisaris
independen dapat mendorong dewan komisaris bertindak objektif dan mampu melindungi
seluruh stakeholder perusahaan. Tapi jika perusahaan memiliki proporsi komisaris
independen dari luar perusahaan tinggi maka akan mempengaruhi kinerja.
Sedangkan menurut Widyati (2013) komisaris independen berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan. Karena semakin besar komisaris independen maka pengawasan terhadap
manajemen perusahaan semakin baik. Pengawasan yang baik terhadap manajemen
perusahaan dapat mempengaruhi manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Komisaris independen diukur dari perbandingan jumlah komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dengan yang berasal dari dalam perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis kedua penelitian ini adalah :
H2 : Komisaris independen berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan BUMN

Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal Terhadap Kinerja Keuangan


Penelitian mengenai kualitas audit sebelumnya oleh Meidona dan Yanti (2018)
menyebutkan bahwa kualitas audit dapat berpengaruh pada kinerja perusahaan. Jika
reputasi auditor suatu perusahaan maka akan meningkatkan kinerja perusahaan. Semakin
tinggi kompetensi auditor maka semakin baik kualitas dari audit yang dihasilkan. Karena
kantor akuntan publik yang termasuk big four akan memiliki kualitas audit yang baik
karena berfokus kepada perlindungan reputasi nama. Kualitas auditor eksternal sendiri
dilihat dari auditor eksternal yang digunakan termasuk kedalam big four KAP atau tidak.
Big four KAP adalah empat perusahaan akuntan publik terbesar di dunia yaitu:
1. Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Drs. Haryanto Sahari &
Rekan, KAP Tanudiredja, Wibiana & Rekan.
2. Ernst & Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.
3. Deloitte, yang bekerjasama dengan KAP Drs. Hans Tuanokata & Mustofa, Osman Bing
Satrio & Rekan
4. KPMG, yang bekerja sama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja.

Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis ketiga penelitian ini adalah :


H3 : Kualitas audit berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan BUMN

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan


Penelitian mengenai struktur modal sebelumnya oleh Margaretha dan Ginting (2016)
yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada BUMN
memperlihatkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas fleksibilitas keuangan, struktur
aktiva, tingkat pertumbuhan yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan BUMN. Struktur
modal adalah perbandingan antara modal sendiri dengan modal asing. Struktur modal dapat
mempengaruhi kinerja keuangan karena perusahaan harus berhati-hati dalam menentukan
sumber dana modalnya, jika terlalu banyak menggunakan hutang maka bisa berdampak
buruk, oleh karena itu struktur modal mempengaruhi kinerja keuangan. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Saragih et. al. (2015) menyatakan bahwa struktur modal yang diukur
menggunakan DER berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur struktur modalnya adalah Debt-
to-Equity Ratio (DER)
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis keempat penelitian ini adalah :
H4 : Struktur modal berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan BUMN
9

Model Penelitian

Struktur Dewan
Direksi

(X1)

Komisaris
Independen

(X2)

Kinerja Keuangan

Kualitas Audit (Y)

(X3)

Struktur Modal

(X4)

Gambar 2.1. Model Penelitian


Sumber : Data Diolah (2019)

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh BUMN go public dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2017. Perusahaan yang akan
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan merupakan BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode
2011-2017.
2. Perusahaan tidak melakukan de-listing pada periode 2011-2017
3. Perusahaan mencantumkan informasi mengenai dewan direksi, dewan komisaris
dan dewan komisaris independen.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel independen dan
satu variabel dependen. Variabel Independen penelitian ini adalah Struktur Dewan Direksi,
Komisaris Independen, Kualitas Audit dan Struktur Modal sedangkan variabel dependennya
adalah Kinerja Keuangan.
10

Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda (multiple linear regression
test) menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 (Statistical Product and Service
Solution) untuk Sistem Operasi Microsoft Windows. Uji regresi linear sederhana
digunakan hanya untuk satu variabel bebas dan satu variabel tak bebas, sedangkan regresi
linear berganda digunakan untuk satu variabel tak bebas dan dua atau lebih variabel
bebas. Persamaan regresi penelitian ini sebagai berikut :
KK = 𝑎 + 𝛽1𝑆𝐷𝐷 + 𝛽2𝐾𝑂𝑀 + 𝛽3𝐾𝑈𝐴𝐷 + 𝛽4𝑆𝑇𝑅𝑀 + 𝑒
Keterangan :
KK = Kinerja Keuangan
a = Konstanta
β1SDD = Koefisien regresi 1, struktur dewan direksi
β2KOM = Koefisien regresi 2, komisaris independen
β3KUAD = Koefisien regresi 3, kualitas auditor eksternal
β4STRM = Koefisien regresi 4, struktur modal
e = Error term, tingkat kesalahan penulis dalam penelitian
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016). Data yang baik harus
terdistribusi secara normal. Salah satu cara uji normalitas adalah uji statistik sederhana
dengan Kolmogorov-Smirnov. Kriteria data terdistribusi secara normal adalah dengan
memiliki nilai sig > 0.05.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2016). Uji multikolinearitas dapat
dilakukan dengan melihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Uji
heteroskedastisitas yang dilakukan menggunakan uji Glejser.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi pada umumnya terjadi pada model yang menggunakan data time series.
Autokorelasi diukur menggunakan uji Durbin-Watson. Model yang baik yaitu tidak
terdapat autokorelasi memiliki nilai DW di antara nilai du dan 4-du.
11

Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Uji statistik F dilakukan dengan menganalisis output regresi
dari program SPSS. Jika 𝛼 > 0.05, maka dikatakan model tersebut belum layak.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
Uji t
Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan uji statistik t. Uji statistik t
dilakukan dengan melihat nilai signifikansi untuk menunjukkan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial dan nilai koefisien beta untuk
mengetahui apakah pengaruh memiliki arah positif atau negatif.
Analisis Data dan Pembahasan
Dalam penelitian ini sampel yang terpilih berdasarkan kriteria yang ditentukan
berjumlah 20 perusahaan BUMN go public dari total seluruh populasi berjumlah 20
perusahaan BUMN go public. Berdasarkan jumlah sampel tersebut terdapat dua perusahaan
BUMN yang baru listing pada tahun 2013 dan 2014 sehingga tidak dapat digunakan
sebagai sampel. Dari 18 perusahaan yang dipilih dikalikan dengan tujuh tahun pengamatan
sehingga terdapat 126 laporan yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.1 Ringkasan Karakteristik Sampel
Keterangan Jumlah
Jumlah Perusahaan BUMN yang go public 20
Perusahaan BUMN yang tidak listing pada periode 2011-2017 (2)
Perusahaan yang memenuhi karakteristik dalam sampel penelitian 18
Sumber : Data diolah (2019)

Dari 18 perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian ada dua perusahaan
yang memiliki data yang terdistribusi tidak normal, yaitu: a) Garuda Indonesia (Persero)
Tbk. (GIAA) dan b) Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS). Karena berdistribusi
tidak normal kedua perusahaan itu kemudian dihapus dari daftar sampel. Jumlah
perusahaan yang digunakan sebagai sampel tersisa menjadi 16 perusahaan dikalikan
dengan tujuh tahun pengamatan sehingga total laporan yang digunakan sebanyak 112
laporan.
12

Daftar perusahaan BUMN yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian dapat dilihat
dari Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Daftar Sampel Perusahaan BUMN yang Digunakan dalam Penelitian
No. Kode Saham Nama Perusahaan
1 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
2 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S]
3 BBNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
4 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
5 BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
6 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
7 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk.
8 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
9 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
10 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
11 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk.
12 PTPP PT PP (Persero) Tbk.
13 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
14 TINS PT Timah (Persero) Tbk.
15 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
16 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sumber : Data diolah (2019)
Analisis Data dan Pembahasan
Analisis Data
Variabel independen dalam penelitian ini diantara lain Struktur Dewan Direksi yang dilihat
dari jumlah anggota dewan direksi perusahaan, Komisaris Independen yang dilihat dari
perbandingan antara komisaris independen dengan komisaris, Kualitas Auditor Eksternal
yang dilihat dari KAP yang mengaudit apakah termasuk kedalam big four atau non big
four, Struktur Modal yang diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Variabel
dependen penelitian ini adalah Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan ROE. Statistik
deskriptif dalam penelitian ini menggunakan nilai minimum, maksimum dan rata-rata
(mean). Statistik deskriptif yang ada seperti dalam tabel berikut.

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Sampel Penelitian

N Minimum Maximum Mean


SDD 112 3.00 12.00 6.8929
KOM 112 .142857 .666667 .39857568
STRM 112 .34 11.40 3.0587
KK 112 -18.26 37.82 13.7646
Valid N (listwise) 112
Sumber : Data diolah (2019)

Seperti yang tertera pada tabel diatas, untuk variabel Struktur Dewan Direksi nilai
minimum dewan direksi ada pada dewan direksi PT. Indofarma (Persero) Tbk. (INAF)
yaitu tiga orang dan nilai maksimum ada pada dewan direksi Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. (BBRI) yaitu 12 orang. Rata-rata variabel ini sebesar 6.8929. Hal ini berarti
tiap perusahaan memiliki rata-rata 6-7 orang dewan direksi. Lalu untuk variabel kedua
13

Komisaris Independen nilai minimum komisaris independen ada pada PT. Aneka Tambang
(Persero) Tbk. (ANTM) yaitu 14%, sedangkan nilai maksimum komisaris independen ada
pada Bank BTN (Persero) Tbk. (BBTN) yaitu 66% . Rata-rata variabel ini sebesar 39%.
Hal ini berarti tiap perusahaan rata-rata perbandingan komisaris independennya sebesar 39-
40% dari jumlah komisaris keseluruhan. Untuk variabel kualitas auditor eksternal diukur
menggunakan dummy didapatkan hasil bahwa 67% BUMN pada periode 2011-2014
menggunakan KAP big four, lalu pada tahun 2015-2016 ada 72% BUMN yang
menggunakan KAP big four dan pada tahun 2017 77% BUMN menggunakan KAP big
four. Untuk variabel struktur modal nilai minimum struktur modal ada pada PT. Timah
(Persero) (TINS) yang memiliki DER 0.34, sedangkan nilai maksimum ada pada Bank
Tabungan Negara (Persero) (BBTN) yang memiliki DER 11.4. Rata-rata variabel ini adalah
3.0587. Dan untuk variabel Kinerja Keuangan nilai minimum ada pada PT. Krakatau Steel
(Persero) (KRAS) yang memiliki nilai ROE -18.26, sedangkan nilai maksimum ada pada
PT. Bukit Asam (Persero) yang memiliki nilai ROE 37.82. Rata-rata variabel ini adalah
13.7646. Dilihat dari data ada beberapa BUMN yang merugi saat kinerja keuangannya
dilihat menggunakan ROE.

Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu
atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016). Data yang baik harus terdistribusi
secara normal. Salah satu cara uji normalitas adalah uji statistik sederhana dengan
Kolmogorov-Smirnov. Kriteria data terdistribusi secara normal adalah dengan memiliki
nilai sig > 0.05. Berikut adalah hasil uji normalitas yang telah dilakukan :
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Keterangan
Sig.
Unstandardized Residual .200* Terdistribusi Normal
Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, data yang digunakan dalam penelitian
ini telah terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi 0.200 > 0.050.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (Ghozali, 2016). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat dari nilai
tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang
umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau
sama dengan nilai VIF ≥ 10. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas yang telah dilakukan :

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas


Tolerance VIF Keterangan
SDD 0.414 2.417 Tidak terdapat multikolinearitas
KOM 0.599 1.670 Tidak terdapat multikolinearitas
KUAD 0.642 1.557 Tidak terdapat multikolinearitas

STRM 0.622 1.609 Tidak terdapat multikolinearitas

Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan uji multikolinearitas yang sudah dilakukan, diketahui bahwa pada data yang
digunakan tidak ditemukan multikolinearitas. Nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10 dan nilai
tolerance yang dihasilkan tidak ada yang kurang dari 0.1.
14

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Uji
heteroskedastisitas yang dilakukan menggunakan uji Glejser. Berikut adalah hasil dari uji
heteroskedastisitas yang sudah dilakukan :

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas


t Sig. Keterangan
SDD -1.245 .216 Tidak terjadi heteroskedastisitas
KOM -.768 .444 Tidak terjadi heteroskedastisitas
KUAD .142 .887 Tidak terjadi heteroskedastisitas
STRM -.674 .502 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah (2019)
Berdasarkan uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan, didapatkan hasil tidak
ada heteroskedastisitas pada data yang digunakan karena tingkat signifikansi diatas 0.05.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi pada umumnya terjadi pada model yang menggunakan data time series.
Autokorelasi diukur menggunakan uji Durbin-Watson. Model yang baik yaitu tidak
terdapat autokorelasi memiliki nilai DW di antara nilai du dan 4-du. Berikut ini adalah hasil
dari uji autokorelasi yang telah dilakukan :

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi


Du DW 4-Du Keterangan
1.7664 1.7753 2.2247 Tidak terdapat autokorelasi
Sumber : Data diolah (2019)
Berdasarkan uji autokorelasi yang telah dilakukan diketahui bahwa pada data yang
digunakan tidak terjadi autokorelasi. Nilai DW berada diantara Du dan 4-Du. Hal itu
membuktikan bahwa pada data yang digunakan tersebut tidak terdapat autokorelasi.

Hasil Analisis Regresi Berganda


Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Analisis ini dilakukan untuk
melihat apakah hubungan antara masing-masing variabel positif atau negatif. Hasil
pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 21 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Berganda
Unstandardized Coefficient
Model
B
(Constant) 6.336
SDD 1.864
KOM -12.578
KUAD 1.544
STRM 1.99
Sumber : Data diolah (2019)
Berdasarkan Tabel 4.8 maka susunan persamaan regresi linear dari penelitian ini
sebagai berikut
KK = 6.336 + 1.864 SDD – 12.578 KOM + 1.544 KUAD + 1.990 STRM
15

Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Uji statistik F dilakukan dengan menganalisis output regresi dari
program SPSS. Jika 𝛼 > 0.05, maka dikatakan model tersebut belum layak. Berikut ini
adalah hasil dari uji signifikansi statistik F yang telah dilakukan :
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Statistik F
Sig. Keterangan
0.024 Signifikan
Sumber : Data diolah (2019)
Berdasarkan uji signifikansi statistik F yang telah dilakukan diketahui bahwa
model regresi sudah layak karena nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05.
Sehingga model tersebut memenuhi uji statistik F karena variabel SDD berpengaruh
sedangkan variabel KOM, KUAD dan STRM tidak berpengaruh pada kinerja keuangan
yang diukur menggunakan ROE.

Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)


Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel-variabel dependen. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi,
kemampuan variabel independen sangat kecil dalam memberikan informasi untuk
memberikan informasi untuk memprediksi variasi variabel independen. Pada hasil
pengujian, nilai adjusted R2 sebesar 0.015. Hal itu berarti variabel dependen kinerja
keuangan sebanyak 1.5% dijelaskan oleh variasi variabel SDD, KOM, KUAD dan STRM.
Sisanya sebesar 98.5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.

Uji Statistik t
Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan uji statistik t. Uji statistik t dilakukan
dengan melihat nilai signifikansi untuk menunjukkan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial dan nilai koefisien beta untuk mengetahui apakah
pengaruh memiliki arah positif atau negatif. Hasil uji hipotesis penelitian menggunakan uji
statistik t dapat dilihat dari Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis dengan Uji Statistik t
Model Signifikansi Keputusan
Konstanta .000
SDD .010 Hipotesis Diterima
KOM .294 Hipotesis Ditolak
KUAD .545 Hipotesis Ditolak
STRM .623 Hipotesis Ditolak
Sumber : Data diolah (2019)
Pembahasan
Pengaruh Struktur Dewan Direksi (SDD) terhadap Kinerja Keuangan (ROE)
BUMN Go Public
Hipotesis pertama penelitian ini disebutkan bahwa struktur dewan direksi
berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go public. Berdasarkan uji statistik yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa struktur dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan BUMN go public. Hal ini berarti hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.
Struktur dewan direksi suatu perusahaan dinilai berpengaruh terhadap kinerja keuangan
16

karena jumlah dewan direksi turut menentukan kinerja perusahaan karena jumlah dewan
direksi berpengaruh terhadap efisiensi dan produktivitas dari tiap anggota direksi dan
bagian yang mereka bawahi, jika tiap anggota dewan direksi dapat menjalankan tugas
mereka dengan efektif maka kinerja mereka akan menjadi lebih baik ketimbang seorang
dewan direksi harus merangkap tugas-tugas yang hanya mengurangi performa dari dewan
direksi tersebut.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryanah dan Amilin
(2011) yang menyatakan bahwa struktur dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan yang menyatakan bahwa jika suatu
perusahaan memiliki jumlah dewan direksi yang besar akan menguntungkan perusahaan
dari sisi resource dependence yang akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian
ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyati (2013)
yang menyatakan bahwa dewan direksi suatu perusahaan jika dilihat dari ukurannya tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Hal ini
juga bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Wulandari (2006) yang berpendapat
bahwa dewan direksi optimal suatu perusahaan tergantung pada masing-masing
perusahaan.
Karena berdasarkan perusahaan yang digunakan sebagai sampel yang
menunjukkan bahwa tiap BUMN memiliki jumlah dewan direksi yang berbeda-beda.
Ukuran dewan direksi paling besar diantara BUMN adalah PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk yang dewan direksinya beranggotakan 12 orang. Sedangkan ukuran dewan
direksi paling kecil dimiliki oleh PT Indofarma (Persero) Tbk yang dewan direksinya
beranggotakan tiga orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur dewan
direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN go public yang diukur
menggunakan ROE. Permasalahan yang paling umum dalam dewan direksi suatu BUMN
adalah permasalahan korupsi. Dalam penunjukkan dewan direksi BUMN Menteri BUMN
juga ikut andil dan bisa memberhentikan direksi BUMN yang dinilai kinerjanya tidak
sesuai atau terkena kasus. Menteri BUMN juga berhak untuk merombak dewan direksi dari
BUMN yang ada. Oleh karena itu seringkali terjadi perubahan terhadap struktur dewan
direksi BUMN.

Pengaruh Komisaris Independen (KOM) terhadap Kinerja Keuangan (ROE) BUMN


Go Public
Hipotesis kedua dalam penelitian ini disebutkan bahwa komisaris independen
berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go public. Berdasarkan uji statistik yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Hal ini berarti hipotesis kedua penelitian ini ditolak. Kinerja Komisaris
Independen BUMN dalam mengawasi kinerja dari direksi BUMN belum efektif, dapat
dilihat dari kasus yang menimpa beberapa BUMN yang merugi dan tidak kunjung membaik
seperti Garuda Indonesia dan Krakatau Steel. Peran Komisaris Independen sebagai
pengawas dan penasihat seharusnya dapat memperbaiki kinerja dari BUMN bermasalah,
namun pada kenyataannya kondisi BUMN tersebut belum bisa pulih sehingga dibutuhkan
Dewan Komisaris baru yang lebih kompeten agar dapat berpengaruh pada kinerja keuangan
BUMN tersebut. Komisaris independen yang ada pada BUMN dinilai masih sarat dengan
kepentingan politik sehingga bisa memicu kurang efektifnya kinerja komisaris independen
yang ada.
Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Khan dan Awan (2012)
dalam Perdana et. al. (2016) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen
berhubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan, lalu penelitian oleh Saragih et.
al. (2015) yang menyatakan bahwa komisaris independen berhubungan positif signifikan
terhadap kinerja perusahaan dan penelitian Widyati (2013) yang menyatakan bahwa
semakin besar komisaris independen maka pengawasan terhadap manajemen perusahaan
akan semakin baik sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hasil
17

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Perdana et. al. (2014) yang
menjelaskan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
yang diukur menggunakan ROE. Sylvia dan Siddharta (2005) dalam Ujiyantho dan
Pramuka (2007) menyatakan bahwa dewan komisaris independen mungkin hanya diangkat
untuk formalitas perusahaan dalam memenuhi regulasi good corporate governance dan
tidak sungguh-sungguh berpengaruh terhadap penegakan good corporate governance di
dalam perusahaan sehingga fungsi pengawasan anggota dewan tidak efektif dan tidak
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Pembentukan dewan komisaris independen
yang ada dalam BUMN seharusnya dilihat dari kemampuan dari tiap anggotanya agar
dewan komisaris independen yang ada dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan
BUMN tersebut. Kasus yang menyangkut komisaris independen sendiri yang telah terjadi
contohnya pada PT. Krakatau Steel (KRAS) seperti yang diberitakan oleh liputan6.com
pada tanggal 23 Juli 2019. Salah satu komisaris independennya mengundurkan diri karena
menilai usahanya untuk menyelamatkan PT. Krakatau Steel dari kerugian sudah tidak bisa
dilakukan dan karena menemukan adanya proyek yang menurutnya janggal. Oleh karena
itu komisaris independen pun dianggap tidak bisa mempengaruhi kinerja keuangan suatu
BUMN. Karena kinerja keuangan BUMN yang terlanjur terpuruk seperti Krakatau Steel
pun tidak bisa diatasi oleh komisaris independennya.

Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal (KUAD) terhadap Kinerja Keuangan (ROE)


BUMN Go Public
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini disebutkan bahwa kualitas auditor eksternal
berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go public yang diukur menggunakan ROE.
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa kualitas auditor eksternal
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go public yang diukur menggunakan
ROE. Penggunaan auditor big four tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan karena
auditor eksternal adalah suatu badan yang bersifat netral sehingga tidak akan memalsukan
kinerja keuangan dari suatu perusahaan. Meskipun auditor yang digunakan oleh BUMN
tersebut bukan merupakan big four tapi sebagai auditor eksternal yang netral dan memiliki
kode etik tidak mungkin bagi suatu kantor akuntan publik mempertaruhkan kredibilitasnya
hanya untuk memanipulasi hasil audit dan laporan keuangan dari suatu perusahaan hanya
untuk perusahaan terlihat memiliki kinerja yang bagus padahal tidak. Kasus yang
menyangkut auditor eksternal dapat menjatuhkan reputasi dari kantor akuntan publik
tersebut dan terlalu beresiko karena dapat menyebabkan kasus besar apalagi jika
perusahaan yang terlibat adalah perusahaan BUMN yang merupakan perusahaan milik
pemerintah.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
Meidona dan Yanti (2018) yang menyatakan bahwa kualitas auditor eksternal berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Syafiqurrahman et. al. yang menyatakan bahwa dengan KAP big four
belum mampu untuk memberikan laporan kinerja yang sesuai dengan kondisi yang terjadi.
Sehingga KAP big four ataupun non big four dianggap tidak memberikan pengaruh
terhadap kinerja keuangan yang diukur berdasarkan ROE. Auditor eksternal BUMN selain
Kantor Akuntan Publik yang juga menerbitkan laporan keuangannya juga dilakukan oleh
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Permasalahan yang terjadi dalam BUMN adalah
beberapa BUMN masih dianggap kurang transparan oleh BPK. Karena kinerja KAP auditor
eksternal dinilai belum tentu maksimal sehingga BPK perlu melakukan audit juga karena
BUMN dicurigai mengalirkan dana untuk kepentingan politik kepada orang tertentu. Audit
eksternal boleh dilakukan oleh KAP namun harus merupakan KAP yang ditunjuk oleh BPK
sehingga menjaga kualitas auditor yang melakukan audit terhadap BUMN tersebut.\
18

Pengaruh Struktur Modal (STRM) Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Kinerja
Keuangan (ROE) BUMN Go Public
Hipotesis keempat dalam penelitian ini disebutkan bahwa struktur modal yang
diukur menggunakan debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap kinerja keuangan
BUMN go public yang diukur menggunakan return on equity (ROE). Berdasarkan uji
statistik yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa debt to equity ratio (DER) tidak
berpengaruh terhadap return on equity (ROE). DER tidak berpengaruh pada BUMN karena
jika suatu BUMN memiliki kinerja keuangan yang buruk karena kekurangan modal atau
hutang yang terlalu besar terutama pada BUMN yang vital maka pemerintah akan
memberikan suntikan dana kepada BUMN tersebut. Misalnya seperti yang terjadi pada
kasus Krakatau Steel yang sempat terpuruk namun mendapatkan suntikan dana untuk
menggarap proyek vital pemerintah. Hal ini yang membuat modal BUMN berbeda dengan
perusahaan pada umumnya yang hanya mengandalkan investor dan hutang.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Widyati (2013) yang
menjelaskan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diukur dengan menggunakan ROE. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ainurrofiq (2016) yang menyatakan bahwa
DER tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan karena pada tahun 2014
sempat ada krisis perekonomian global yang ditandai dengan inflasi yang tinggi. Tingkat
inflasi yang tinggi berpengaruh terhadap keuangan suatu perusahaan karena pada saat
inflasi nilai dari uang menurun yang membuat ekonomi secara keseluruhan melambat.
Sementara itu untuk struktur modal BUMN sendiri terkadang masih mendapatkan suntikan
dana dari pemerintah. Terutama jika BUMN tersebut sedang mengerjakan proyek besar
dari pemerintah. Contoh kasus yang terjadi adalah pada saat pemerintah menyuntikkan
dana kepada PT. PP dan Krakatau Steel yang membuat angka debt-to-equity ratio mereka
membaik sehingga bisa mendapatkan pendanaan eksternal.

Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari struktur
dewan direksi, komisaris independen, kualitas auditor eksternal dan struktur modal
terhadap kinerja keuangan BUMN yang go public di Indonesia. Sampel penelitian
menggunakan 16 perusahaan pertambangan yang memenuhi beberapa kriteria, yaitu: a)
perusahaan merupakan BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-
2017, b) perusahaan tidak melakukan de-listing pada periode 2011-2017, dan c) Perusahaan
mencantumkan informasi mengenai dewan direksi, dewan komisaris dan dewan komisaris
independen. Variabel struktur dewan direksi diukur dari ukuran dewan direksi yang dilihat
dari jumlah anggotanya. Variabel komisaris independen diukur dari perbandingan antara
jumlah komisaris independen dengan komisaris yang berasal dari perusahaan dengan cara
membagi jumlah komisaris independen dengan jumlah komisaris yang berasal dari dalam
perusahaan. Variabel kualitas auditor eksternal diukur menggunakan variabel dummy
dimana variabel tersebut dilihat dari KAP yang melakukan proses audit terhadap
perusahaan tersebut, jika KAP yang mengaudit merupakan KAP big four yaitu Price
Waterhouse Coopers, E&Y, Delloitte, dan KPMG maka dinilai 1, jika diluar big four maka
dinilai 0. Variabel struktur modal diukur menggunakan angka debt to equity ratio (DER).
Variabel kinerja keuangan diukur menggunakan angka return on equity (ROE).
Variabel struktur dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go
public. Ukuran dewan direksi suatu perusahaan tidak harus selalu besar atau kecil
melainkan berbeda untuk tiap perusahaan. Jumlah dewan direksi berpengaruh terhadap
kinerja keuangan BUMN karena jika seorang direktur bekerja dengan efektif membawahi
bidang tertentu maka akan lebih efektif ketimbang satu orang direktur yang harus
membawahi beberapa bidang maka akan menurunkan produktivitas dari direktur tersebut
yang akan berdampak pada kinerja yang turun, jika seorang direktur bekerja secara efektif
maka kinerjanya akan menjadi lebih bagus sehingga akan berdampak pada kinerja
19

keuangan BUMN tersebut. Variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap


kinerja keuangan BUMN go public. Hadirnya komisaris independen dalam suatu
perusahaan belum cukup untuk mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan tersebut. Hal
ini karena komisaris independen mungkin hanya diangkat untuk formalitas sebagai salah
satu syarat penerapan good corporate governance dalam perusahaan tersebut sehingga
fungsi pengawasan anggota dewan tidak efektif dan tidak mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Variabel kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Penggunaan KAP big four dinilai belum sungguh-sungguh
memberikan dampak terhadap kinerja keuangan BUMN go public karena belum dapat
memberikan laporan kinerja yang sesuai dengan kondisi yang terjadi. Variabel struktur
modal yang diukur dengan debt to equity ratio dinilai belum berpengaruh terhadap kinerja
keuangan BUMN go public.

Implikasi Teoritis
Penelitian terdahulu mengenai struktur dewan direksi, komisaris independen,
kualitas auditor eksternal dan struktur modal terhadap kinerja keuangan BUMN go public
menghasilkan kesimpulan yang beragam karena ada yang berpendapat bahwa variabel-
variabel tersebut dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan, tetapi juga ada penelitian
yang menyimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja keuangan BUMN go public. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa struktur dewan
direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN go public sedangkan komisaris
independen, kualitas auditor eksternal dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan BUMN go public. Dengan demikian hasil dari penelitian ini mendukung
hasil penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan dalam bidang penilaian kinerja
keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Implikasi Empiris
Bagi BUMN
Penelitian dapat memberikan informasi bahwa struktur dewan direksi berdasarkan
jumlahnya berpengaruh terhadap kinerja keuangan, dimana jika suatu dewan direksi
memiliki cukup anggota untuk menjalankan tiap tugas dengan efektif maka kinerja mereka
akan meningkat dan kinerja direksi yang baik tentu akan membuat kinerja keuangan dari
suatu BUMN menjadi lebih baik. Berdasarkan penelitian juga didapatkan hasil bahwa
jumlah komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, hal ini harus
diperhatikan perusahaan apakah komisaris independen yang ada benar-benar menjalankan
fungsi pengawasan agar dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian
juga mengungkapkan bahwa kualitas auditor eksternal berdasarkan ukuran KAP yang
melakukan audit apakah termasuk big four atau bukan big four tidak berpengaruh terhadap
perusahaan.
Bagi pemerintah
Penelitian ini memberikan informasi kepada pemerintah sebagai pemilik dan pemegang
saham mayoritas di BUMN dalam menyuntikkan modal, bahwa jika suatu BUMN dibiayai
dengan hutang diketahui bahwa debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan, sehingga urgensi pemerintah untuk memberi dukungan
terhadap modal selama kondisi keuangan BUMN tersebut stabil tidak terlalu diperlukan.
Dan untuk Kementerian BUMN jika suatu BUMN perlu perombakan dalam struktur dewan
direksi dan memperkuat BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebagai auditor eksternal
selain KAP.
20

Rekomendasi Teoritis
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya melengkapi penelitiannya dengan cara
sebagai berikut.
1. Menambah variabel-variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini seperti
kebijakan deviden, dampak privatisasi BUMN, nilai perusahaan, kepemilikan
asing.
2. Menggunakan indikator lain dalam pengukuran struktur modal selain Debt to
Equity Ratio bisa menggunakan Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Equity
Ratio dan Long Term Debt to Asset Ratio. Indikator lain dalam mengukur kinerja
keuangan dengan mengganti Return on Equity dengan indikator lain seperti Return
on Asset.

Rekomendasi Empiris
Bagi BUMN.
Diharapkan perusahaan mengangkat dewan direksi harus sesuai berdasarkan
efektivitas dan efisiensi sehingga perusahaan tidak harus memiliki jumlah dewan direksi
yang sesuai dengan bidang masing-masing sehingga peran anggota direksi menjadi efektif
dan dapat memberikan kinerja optimal bagi BUMN. Untuk pengangkatan komisaris
independen juga harus diperhatikan apakah para komisaris yang ada sudah menjalankan
fungsi pengawasan dengan efektif dan benar. Dan penggunaan auditor eksternal big four
dan non big four tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan BUMN.
Bagi pemerintah.
Sebagai pemilik saham mayoritas pada BUMN dan memiliki kepentingan untuk
mendapatkan keuntungan serta turut ikut serta dalam pengelolaan BUMN melalui
kementerian BUMN seperti pemilihan dewan direksi, penunjukkan komisaris dan
penambahan modal penting bagi pemerintah untuk tetap menjaga kinerja keuangan BUMN
tetap profitable. Karena bagaimanapun juga BUMN didirikan untuk menghasilkan profit.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Soekrisno. 2006. Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Alridge, J.E. dan S. Sutojo. 2008. Good Corporate Governance Jakarta: PT. Damar Mulia
Pustaka
Ardhian, M.. (2017). Masalah Keuangan PLN Dikhawatirkan Bisa Pengaruhi Rating
Utang RI. Diperoleh 4 Mei 2019 dari:
https://katadata.co.id/berita/2017/09/27/masalah-keuangan-pln-dikhawatirkan-
bisa-pengaruhi-rating-utang-ri
Arens, A. A.; M. S. Beasley; R. J. Elder dan C. E. Hogan. 2016. Auditing and Assurance
Services, An Integrated Approach 16th Edition. Pearson
Ginting, J. 2007. Hukum Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Halim, Abdul. 2003. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG). 2010. Good Corporate Governance
Sebagai Budaya. Jakarta.
Indrawan, R. dan Yaniawati, P. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Campuran untuk Manajemen, Pembangunan dan Pendidikan.
Irawati. 2008. Auditing. Jakarta: Pustaka
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2001. Seri Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance). Edisi ke-2. Jakarta.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kieso. E. D., Weygandt J. J. dan Warfield. D. T. 2014. Intermediate Accounting IFRS
Edition 2nd Edition. Wiley.
Kontan. (2019). Laporan keuangan bermasalah, ini rekomendasi analis untuk investor
Garuda Indonesia. Diperoleh 4 Mei 2019 dari:
https://investasi.kontan.co.id/news/laporan-keuangan-bermasalah-ini-
rekomendasi-analis-untuk-investor-garuda-indonesia
Monks, R. A. G. dan Minnow, L. 2011. Corporate Governance 5th Edition. Wiley.
Margaretha, F. dan Ginting, K. R. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan BUMN Di Indonesia. Jurnal Ekonomi. 7 (1).
Martono, N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Maryanah. 2007. Pengaruh Corporate Governance dan Kepemilikan Manajerial Terhadap
Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Meidona, S. dan Yanti, R. 2018. Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit
Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Indovisi. 1 (1), 67-82.
Melani, A. (2019). Laporan Keuangan Garuda Janggal Bikin Investor Cemas. Diperoleh 4
Mei 2019 dari: https://www.liputan6.com/bisnis/read/3951404/laporan-keuangan-
garuda-janggal-bikin-investor-cemas
Mulhadi. 2010. Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Nainggolan, I. P. M. dan Pratiwi, M. W. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen. 32 (1),
80-96.
Prastowo, A. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoretis dan
Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Priyanto S. dan Darmawan A. 2017. Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity
Ratio (DER), Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Long Term Debt to
Equity Ratio (LDER) terhadap Profitability (ROE) pada Perusahaan Manufaktur
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. Purwokerto: Universitas
Muhammadiyah.
Ristifani. 2009. Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
(GCG) Dan Hubungannya Terhadap Kinerja PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Depok: Universitas Gunadarma.
Saragih, F.M. et. al. 2016. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol Pada
Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015.
Jakarta: Universitas Mercu Buana Jakarta.
Sawir. A. 2000. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sekaredi. S. 2011. Skripsi: Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di LQ45 Tahun 2005-2009).
Semarang. Universitas Diponegoro
Simanjuntak, Piter. 2008. Tesis: Pengaruh Time Budget Pressure dan Resiko Kesalahan
Terhadap Penurunan Kualitas Audit (Reduce Audit Quality) (Studi Empiris Pada
Auditor KAP di Jakarta). Semarang: Universitas Diponegoro.
Siregar, S. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Prbandingan
Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Prenamedia Group.
Solomon, Jill. 2010. Corporate Governance and Acccountability. Wiley.
Syafiqurrahman, M. et. al. 2014. Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Pengaruh
Keputusan Pendanaan terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi Vol. 18 No. 01 Januari 2014. 21-44
Umar, H. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa
Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Watkins, et. al. 2004. Audit Quality : A Synthesis Of Theory and Empirical Evidence.
Journal of Accounting Literature Vol. 23.
Wibowo. 2013. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press.
Wicaksono. E. P. 2019. Temukan Proyek Janggal, Komisaris Krakatau Steel Mundur.
Diperoleh 14 November 2019.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4019571/temukan-proyek-janggal-
komisaris-krakatau-steel-mundur
Widarjono, A. 2014. Analisis Multivariat Terapan Dengan Program SPSS, AMOS dan
SMARTPLS Edisi Kedua.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Widjaya, I. G. R. 2000. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Edisi Revisi. Jakarta:
Kesaint Blanc.
Widyati, M. F. 2013. Pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit,
Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan.
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1 No. 1 Januari 2013.
Yushita, A. N. et. al. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Auditor
Eksternal, dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy