Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2013-2015)
Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2013-2015)
Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2013-2015)
ABSTRACT
This research aims to examine the effects of the characteristics of the board of
commissioners as measured by the number of board of commissioners, the proportion of
independent commissioners, frequency of board of commissioners meetings, board of
commissioners diversity, and the educational qualifications of board members as
independent variables on the performance of companies in the manufacturing sector in
Indonesia. The company's performance as a dependent variable is measured by ROA
(Return on Assets).
Researcher uses secondary data with a population of all manufacturing companies
listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2013-2015 period. The sampling method in
this study was purposive sampling with certain criteria. After going through sampling and
processing data, the final sample that is worth observing in the study is 204 companies.
The analysis technique in this study uses multiple regression analysis.
The results showed that the size of the board of commissioners and the diversity of
the board of directors had a significant positive effect on company performance, while the
frequency of board meetings had a significant negative effect on company performance,
and the proportion of independent commissioners and education qualifications of the
board of commissioners had no effect on company performance.
PENDAHULUAN
. Dalam dunia bisnis, permasalahan terus muncul mengenai perusahaan dengan
dewan komisaris yang saling bertentangan karena memiliki kepentingan yang berbeda.
Dari sudut pandang akademis, perilaku oportunistik beberapa anggota komisaris yang
hanya mengejar keuntungan ekonomi jangka pendek dan bukan menjamin kelancaran
bisnis, serta tidak berpikir tentang masa depan perusahaan atau pembangunan jangka
panjang tidak dapat dimengerti (Rodriguez-Fernandez et al., 2014). Pentingnya tata kelola
perusahaan telah terlihat terutama pada pengaruhnya terhadap keseluruhan kinerja suatu
perusahaan dan pada nilai pemegang saham. Tata kelola perusahaan yang buruk dapat
dikatakan memiliki pengaruh terhadap krisis ekonomi yang terjadi di dunia.
Krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 memiliki dampak terhadap
perekonomian di Indonesia. Kebangrutan Lehman Brothers, bank investasi terbesar ke-
empat di Amerika Serikat memicu jatuhnya perekonomian negara adidaya Amerika Serikat
hingga berdampak pada krisis keuangan yang melanda hampir di seluruh negara di dunia.
Salah satu faktor penyebab kebangkrutan yang menerpa sejumlah perusahaan keuangan
1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 2
besar dan krisis keuangan yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia adalah penerapan
internal corporate governance yang lemah (Lukiaji, 2016).
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik juga diharapkan akan meningkatkan
kinerja dan profitabilitas perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik, stabil dan cenderung
meningkat akan senantiasa disenangi oleh para investor. Sedangkan perusahaan yang
memiliki kinerja buruk, tidak stabil serta profit yang cenderung menurun tidak akan dilirik
oleh investor (Nugroho & Rahardjo, 2014). Perusahaan dijalankan oleh dewan direksi
dalam pengawasan dewan komisaris atas nama pemegang saham. Direksi dari perusahaan
ini melapor ke dewan komisaris tersebut. Dewan memiliki berbagai kualitas unik yang
akan membantu mereka mencapai kinerja terbaik.
Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan cukup sulit karena mengemban
tanggung jawab yang beragam dan menantang. Dewan komisaris seharusnya tidak hanya
mencegah praktik negatif dalam manajemen yang memungkinkan terjadinya kegagalan
atau skandal dalam perusahaan, tetapi juga memastikan bahwa perusahaan bertindak
berdasarkan peluang untuk meningkatkan nilai bagi semua pemegang kepentingan.
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 3
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 4
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu kinerja perusahaan yang diukur dengan
ROA (Return on Assets). ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan
dalam pemanfaatan total aset. ROA mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang
dimiliki perusahaan. Penelitian ini menggunakan ROA sebagai variabel yang menunjukkan
kinerja perusahaan karena ROA merupakan ukuran efisiensi operasi yang relevan. Return
on Asset (ROA) dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam
pemanfaatan total aset yang ada dalam perusahaan. Untuk memperoleh nilai ROA dapat
dihitung dengan rumus :
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 5
Variabel Independen
Terdapat 5 (lima) variabel independen yang digunakan dalam penelitian yaitu
ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, frekuensi rapat dewan komisaris,
diversitas dewan, dan kualifikasi pendidikan dewan komisaris. Pengukuran masing-masing
variabel akan dijelaskan sebagai berikut.
BOCIND =
BOCDIV =
BOCEQ =
Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-2015. Untuk
menentukan sampel, digunakan metode purposive sampling atau pengambilan sampel yang
memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah :
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 6
Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian. Hal ini karena ROA
sebagai proksi dari kinerja perusahaan diukur dari laba bersih setelah pajak dibagi
total aset.
Informasi yang terdapat dalam laporan tahunan atau keuangan yang telah diaudit
mencakup seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Metode Analisis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji regresi berganda dengan asumsi
ordinary least square (OLS) dengan persamaan regresi :
FROA : α + β1BOCSIZEit + β2BOCINDit + β3BOCMEETit + β4 BOCDIVit +
β5BOCEQit + εit
FROA : Kinerja perusahaan.
BOCSIZE : Jumlah orang yang terdapat pada dewan komisaris.
BOCIND : Persentase komisaris independen yang ada pada dewan komisaris.
BOCMEET : Frekuensi rapat dewan komisaris dalam setahun.
BOCDIV : Persentase komisaris wanita dalam dewan komisaris.
BOCEQ : Presentase komisaris dengan gelar di bidang finansial dalam
komisaris.
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015 138
2 Perusahaan yang mengalami kerugian dalam kurun waktu 2013-2015 (54)
3 Perusahaan yang tidak memiliki seluruh data yang dibutuhkan dalam (16)
penelitian
4 Jumlah Perusahaan yang layak dijadikan sampel 68
5 Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel selama 3 tahun (2013-
2015) 204
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2017
Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif akan memberikan gambaran luas atau deskripsi dari suatu data
yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum
dari data penelitian. Analisis statistik deskriptif penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut dibawah ini
Tabel 2
Hasil Analis Statistik Deskriptif
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 7
signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0,005. Penelitian
ini mendukung kesimpulan dari penelitian Bathula (2008) yang menjelaskan bahwa
banyaknya rapat dewan komisaris akan memberikan tuntutan yang tidak wajar kepada
dewan komisaris. Selain itu, kurangnya sumber daya dan kompetensi dewan akan
berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Meskipun rapat dewan komisaris
membawa banyak manfaat untuk perusahaan, namun banyaknya rapat harus dibatasi
karena mengadakan rapat dewan komisaris lebih dari sekali sebulan tidak menjamin
keuntungan finansial yang lebih besar. Dewan komisaris akan lebih efektif dalam
menyusun strategi bisnisnya dengan mengadakan rapat tidak lebih dari 12 kali dalam
setahun (Rodriguez-Fernandez et al., 2014).
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa hipotesis keempat diterima.
Hal ini ditunjukkan oleh variabel diversitas dewan komisaris berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0,038. Hasil temuan ini
mendukung hasil penelitian dari Bathula (2008) yang menemukan adanya pengaruh
signifikan positif antara diversitas dewan komisaris dengan kinerja perusahaan. Diversitas
dewan komisaris dapat memberikan pandangan yang lebih luas sehingga memunculkan
inovasi baru dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu Bathula (2008) menunjukkan
bahwa kehadiran wanita di dalam dewan komisaris dapat berkontribusi dalam pengambilan
keputusan dengan mempertanyakan kebijakan yang konvensional serta dapat memancing
agar diskusi menjadi lebih hidup.
Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa hipotesis kelima ditolak.
Hal ini ditunjukkan oleh variabel kualifikasi pendidikan dewan komisaris tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar
0,126. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Darmadi (2013) yang tidak
menemukan adanya pengaruh signifikan positif antara kualifikasi pendidikan dewan
komisaris dengan kinerja perusahaan. Kualifikasi pendidikan dewan komisaris tidak
selamanya berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan pengetahuan
keuangan tidak hanya didapat dari pendidikan formal. Pengalaman di berbagai posisi
manajerial, terlepas dari latar belakang pendidikan, yang akan memberikan keahlian
tentang keuangan sehingga dapat membantu dalam menjalankan operasi perusahaan
sehari-hari.
KESIMPULAN
Pada dasarnya penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh
jumlah dewan komisaris, komisaris independen, frekuensi rapat dewan, serta kualifikasi
pendidikan terhadap kinerja suatu perusahaan. Populasi dalam penelitian ini yaitu
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Penelitian ini mempunyai
5 variabel independen yaitu Jumlah dewan komisaris, proporsi komisaris independen,
frekuensi rapat dewan komisaris serta kualifikasi pendidikan dewan komisaris.
Dalam melakukan pengujian hipotesis ini menggunakan analis regresi berganda
(Ordinary Least Square), dengan populasi yaitu perusahaan manufaktur dari berbagai
sektor yang terdaftar di BEI selama tahun 2013-2015. Penelitian ini menggunakan 204
sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia tahun 2013-2015
dan sesuai dengan kriteria sampel yang ditetapkan peneliti.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa variabel ukuran dewan komisaris, dan diversitas dewan komisaris memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sementara, variabel frekuensi
rapat dewan komisaris memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Dan variabel lainnya yaitu proporsi komisaris independen dan kualifikasi pendidikan
dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 9
REFERENSI
Bathula, H. (2008). Board characteristics and firm performance: Evidence from New
Zealand. Auckland University of Technology.
Carpenter, M., & Westphal, J. (2001). The Strategic Context of External Network Ties:
Examining the Impact of Director Appointments on Board Involvement in Strategic
Decision Making. Academy of Management, 639–660.
Darmadi, S. (2011). Board compensation, corporate governance, and firm performance in
Indonesia.
Darmadi, S. (2013). Board members' education and firm performance: evidence from a
developing economy. International Journal of Commerce and Management, 23(2),
113-135.
Darmawati, D., Khomsiyah, K., & Rahayu, R. G. (2005). Hubungan Corporate
Governance dan kinerja perusahaan. The Indonesian Journal of Accounting
Research, 8(1).
Dewayanto, T., Suhardjanto, D., Bandi, & Setiadi, I. (2017). Ownership Structure, Audit
Committee, and Internal Control Disclosure: Indonesia and Philippines. Review of
Integrative Business and Economics Research, Vol. 6(4), 364-376.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of
Management Review, 57-74.
Fama, E., & Jensen, M. (1983). Separation of Ownership and Control. Journal of Law and
Economics, 301-325.
Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hermalin, B. E., & Weisbach, M. S. (1991). The effects of board composition and direct
incentives on firm performance. Financial Management, 101-112.
Jackling, B., & Johl, S. (2009). Board structure and firm performance: Evidence from
India's top companies. Corporate Governance: An International Review, 17(4),
492-509.
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 10
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305-
360.
Kharisma, G. R. (2010). Deskripsi pengaruh elemen corporate governance terhadap kinerja
keuangan dan imbal hasil saham perusahaan.
Sutojo, S., & Aldridge, E. J. (2005). Good Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan
yang Sehat. PT Damar Mulia Pustaka.
Vafeas, N. (1999). Board Meeting Frequency and Firm Performance. Journal of Financial
Economics, 113-142.
Westphal, J. D., & Milton, L. P. (2000). How experience and network ties affect the
influence of demographic minorities on corporate boards. Administrative Science
Quarterly, 45(2), 366-398.
Widyatama, B. D. (2015). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan.
10