Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2013-2015)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 1

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS TERHADAP


KINERJA PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur periode 2013-2015)

Deny Prasetyo, Totok Dewayanto 1

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
This research aims to examine the effects of the characteristics of the board of
commissioners as measured by the number of board of commissioners, the proportion of
independent commissioners, frequency of board of commissioners meetings, board of
commissioners diversity, and the educational qualifications of board members as
independent variables on the performance of companies in the manufacturing sector in
Indonesia. The company's performance as a dependent variable is measured by ROA
(Return on Assets).
Researcher uses secondary data with a population of all manufacturing companies
listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2013-2015 period. The sampling method in
this study was purposive sampling with certain criteria. After going through sampling and
processing data, the final sample that is worth observing in the study is 204 companies.
The analysis technique in this study uses multiple regression analysis.
The results showed that the size of the board of commissioners and the diversity of
the board of directors had a significant positive effect on company performance, while the
frequency of board meetings had a significant negative effect on company performance,
and the proportion of independent commissioners and education qualifications of the
board of commissioners had no effect on company performance.

Keywords: Board Size, Board Independence, Frequency of Board Meetings, Board


Diversity, Educational Qualifications of Board Members, and Firm Performance

PENDAHULUAN
. Dalam dunia bisnis, permasalahan terus muncul mengenai perusahaan dengan
dewan komisaris yang saling bertentangan karena memiliki kepentingan yang berbeda.
Dari sudut pandang akademis, perilaku oportunistik beberapa anggota komisaris yang
hanya mengejar keuntungan ekonomi jangka pendek dan bukan menjamin kelancaran
bisnis, serta tidak berpikir tentang masa depan perusahaan atau pembangunan jangka
panjang tidak dapat dimengerti (Rodriguez-Fernandez et al., 2014). Pentingnya tata kelola
perusahaan telah terlihat terutama pada pengaruhnya terhadap keseluruhan kinerja suatu
perusahaan dan pada nilai pemegang saham. Tata kelola perusahaan yang buruk dapat
dikatakan memiliki pengaruh terhadap krisis ekonomi yang terjadi di dunia.
Krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 memiliki dampak terhadap
perekonomian di Indonesia. Kebangrutan Lehman Brothers, bank investasi terbesar ke-
empat di Amerika Serikat memicu jatuhnya perekonomian negara adidaya Amerika Serikat
hingga berdampak pada krisis keuangan yang melanda hampir di seluruh negara di dunia.
Salah satu faktor penyebab kebangkrutan yang menerpa sejumlah perusahaan keuangan

1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 2

besar dan krisis keuangan yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia adalah penerapan
internal corporate governance yang lemah (Lukiaji, 2016).
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik juga diharapkan akan meningkatkan
kinerja dan profitabilitas perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik, stabil dan cenderung
meningkat akan senantiasa disenangi oleh para investor. Sedangkan perusahaan yang
memiliki kinerja buruk, tidak stabil serta profit yang cenderung menurun tidak akan dilirik
oleh investor (Nugroho & Rahardjo, 2014). Perusahaan dijalankan oleh dewan direksi
dalam pengawasan dewan komisaris atas nama pemegang saham. Direksi dari perusahaan
ini melapor ke dewan komisaris tersebut. Dewan memiliki berbagai kualitas unik yang
akan membantu mereka mencapai kinerja terbaik.
Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan cukup sulit karena mengemban
tanggung jawab yang beragam dan menantang. Dewan komisaris seharusnya tidak hanya
mencegah praktik negatif dalam manajemen yang memungkinkan terjadinya kegagalan
atau skandal dalam perusahaan, tetapi juga memastikan bahwa perusahaan bertindak
berdasarkan peluang untuk meningkatkan nilai bagi semua pemegang kepentingan.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Teori agensi (Jensen & Meckling, 1976) berpendapat bahwa principal (pemegang
saham) bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan sebagai prioritas utama dan
delegasi manajemen ke agen (manajer) yang diasumsikan rasional, individualistis, dan
menghindari risiko, dan oleh sebab itu, tujuannya mungkin bertentangan dengan
kepentingan pemilik perusahaan. Penelitian ini didasarkan pada teori yaitu, pertama,
investor mengandalkan tim manajemen untuk membuat keputusan dan strategi bisnis.
kedua, kebutuhan mereka untuk mencegah manajer dari mengejar tujuan individualistik
yang akan mengorbankan kepentingan pemegang saham (Eisenhardt, 1989). Kemungkinan
hubungan antara anggota dewan (disebut sebagai principal) dan profitabilitas keuangan
perusahaan (disebut sebagai manajemen agen) membentuk inti dari penelitian ini.
Tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem dimana perusahaan bisnis
diarahkan dan dikendalikan (Sutojo & Aldridge, 2005). Tata kelola perusahaan merupakan
suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk memberikan nilai
tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang
saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan pada
peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku. Tujuan dari penerapan tata kelola
perusahaan adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan


Berdasarkan teori agensi, keefektifan fungsi dari dewan komisaris bergantung pada
jumlah dewan komisaris. Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara
prinsipal dengan agen. Untuk mengurangi masalah agensi sangat diperlukan pengawasan
dari dewan komisaris. Bathula (2008) menemukan bahwa dewan komisaris yang memiliki
banyak anggota dapat melakukan pengawasan yang efektif dengan cara mengurangi
dominasi CEO di dalam dewan dan melindungi kepentingan pemegang saham. Selain itu,
semakin banyak anggota dewan komisaris maka akan memudahkan untuk mendelegasikan
tanggung jawab khusus.
Jackling & Johl (2009) juga mendukung kesimpulan bahwa dewan komisaris yang
besar akan memberikan sumber daya yang lebih banyak daripada dewan komisaris yang
kecil. Selain itu meningkatnya berbagai ahli dalam bidangnya dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut :
H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 3

Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Kinerja Perusahaan


Secara teoritis, dilihat dari perspektif agensi, jumlah proporsi komisaris independen
yang lebih besar di dalam dewan komisaris dapat bertindak secara independen di dalam
situasi terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer (Jackling &
Johl, 2009) . Dalam konteks tata kelola perusahaan, teori agensi menunjukkan bahwa
mekanisme pemantauan yang memadai harus dibentuk untuk melindungi pemegang saham
dari kepentingan pribadi manajemen. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan
akan dapat membantu merencanakan strategi jangka panjang perusahaan, serta secara
berkala melakukan tinjauan atas implementasi strategi tersebut. Komisaris independen
merupakan sebuah posisi yang baik untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
pengelolaan perusahan supaya terciptanya suatu perusahaan yang good corporate
governance (Siagian, 2013).
Penelitian dari Makhdoom (2016) menemukan adanya hubungan yang positif
signifikan antara proporsi komisaris independen dan kinerja perusahaan. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa perusahaan yang telah memenuhi syarat dengan memilih komisaris
independen berdasarkan pengalaman dan kemampuan yang memadai akan meningkatkan
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu proporsi komisaris independen
yang lebih besar di dalam dewan komisaris dipandang memiliki dampak positif pada
kinerja perusahaan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2: Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan

Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan


Dalam teori agensi, untuk menghindari terjadiya masalah agensi maka perusahaan
perlu menerapkan sistem tata kelola perusahaan yang baik. Salah satu peran dewan
komisaris dalam tata kelola perusahaan adalah untuk mengawasi dewan direksi. Rapat
dewan komisaris berfungsi sebagai sarana komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan
komisaris dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas manajemen. Semakin sering
dewan komisaris mengadakan rapat, maka akses informasi juga akan semakin merata di
antara sesama komisaris, sehingga keputusannya semakin baik yang berdampak pada
kinerja perusahaan yang lebih baik.
Penelitian dari Ntim & Osei (2011) menjelaskan bahwa semakin banyak rapat
dewan komisaris lebih sering cenderung menghasilkan kinerja keuangan yang lebih tinggi.
Didasarkan pada teori agensi yang menunjukkan bahwa dewan komisaris yang lebih sering
mengadakan rapat memiliki peningkatan kapasitas yang secara efektif dalam memberikan
saran, mengawasi, dan mendisiplinkan manajemen yang secara langsung dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini mengindikasikan dewan komisaris merespon
kinerja buruk perusahaan dengan meningkatkan aktivitas komisaris sehingga berpengaruh
terhadap kinerja tahun berikutnya. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H3: frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan

Pengaruh Diversitas Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan


Sesuai dengan teori agensi yang menjelaskan bahwa terjadinya masalah agensi
disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang
saham. Oleh karena itu dewan komisaris dalam perannya sebagai tata kelola perusahaan
bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi dalam perusahaan.
Susunan anggota dewan komisaris diharapkan dapat memberikan dampak yang positif
terhadap kinerja perusahaan.

3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 4

Penelitian oleh Bathula (2008) menunjukkan bahwa kehadiran wanita di dalam


dewan komisaris dapat berkontribusi dalam pengambilan keputusan dengan
mempertanyakan kebijakan yang konvensional serta dapat memancing agar diskusi
menjadi lebih hidup. Selain itu penelitian ini mengimplikasikan bahwa komisaris wanita
tidak hanya dianggap sebagai simbol dari keberagaman gender, tetapi juga dianggap
sebagai sumber daya yang berharga di dalam dewan komisaris. Penelitian ini menyarankan
agar perusahaan memberikan peluang yang setara bagi seluruh kelompok karyawan,
termasuk wanita, yang berdasarkan kompetensi dan kontribusi terhadap perusahaan. Hal
ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kinerja perusahaan Dari uraian di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4: Diversitas dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh Kualifikasi Pendidikan Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan


Kualifikasi anggota dewan komisaris sangat penting dalam proses pengambilan
keputusan. Hal ini dilihat dari perspektif agensi, juga dapat mengurangi masalah agensi
yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Misalnya,
peran pengawasan dapat diterapkan secara efektif jika anggota dewan memenuhi syarat
dan berpengalaman. Anggota dewan yang berkualitas dan terampil dapat dianggap sebagai
sumber yang kaya akan inovasi untuk menngembangkan kebijakan dengan kedalaman
yang lebih baik, serta memberikan berbagai macam perspektif dalam menghadapi isu
strategis (Westphal & Milton, 2000). Anggota dewan dengan kualifikasi yang lebih tinggi
akan lebih menguntungkan perusahaan melalui gabungan kompetensi dan kemampuan
yang membantu dalam menciptakan perspektif yang beragam terhadap pengambilan
keputusan (Carpenter & Westphal, 2001).
Kehadiran anggota yang lebih berkualitas juga akan memperluas basis
pengetahuan, merangsang anggota dewan untuk mempertimbangkan alternatif lain dan
meningkatkan pemrosesan masalah yang lebih baik. Pengalaman di berbagai posisi
manajerial, terlepas dari latar belakang pendidikan, yang akan memberikan keahlian
tentang keuangan sehingga dapat membantu dalam menjalankan operasi perusahaan
sehari-hari. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H5: kualifikasi pendidikan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu kinerja perusahaan yang diukur dengan
ROA (Return on Assets). ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan
dalam pemanfaatan total aset. ROA mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang
dimiliki perusahaan. Penelitian ini menggunakan ROA sebagai variabel yang menunjukkan
kinerja perusahaan karena ROA merupakan ukuran efisiensi operasi yang relevan. Return
on Asset (ROA) dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam
pemanfaatan total aset yang ada dalam perusahaan. Untuk memperoleh nilai ROA dapat
dihitung dengan rumus :

4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 5

Variabel Independen
Terdapat 5 (lima) variabel independen yang digunakan dalam penelitian yaitu
ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, frekuensi rapat dewan komisaris,
diversitas dewan, dan kualifikasi pendidikan dewan komisaris. Pengukuran masing-masing
variabel akan dijelaskan sebagai berikut.

Ukuran Dewan Komisaris


Ukuran dewan komisaris adalah jumlah total dewan yang berada dalam dewan
komisaris. Jumlah dewan komisaris (BOCSIZE) diukur dengan logaritma dari jumlah total
dewan yang membentuk dewan komisaris.
BOCSIZE : ln (jumlah dewan komisaris)

Proporsi Komisaris Independen


Proporsi Komisaris independen menunjukkan jumlah komisaris dari luar
perusahaan yang tidak memiliki hubungan apapun dengan perusahaan. Variabel ini diukur
dengan menggunakan persentase komisaris independen yang ada pada dewan dan
dilambangkan dengan BOCIND.

BOCIND =

Frekuensi Rapat Dewan Komisaris


Frekuensi rapat dewan komisaris menunjukkan frekuensi rapat dewan komisaris
dalam setahun. Variabel ini diukur dengan menggunakan jumlah rapat dewan komisaris
dalam setahun sesuai dan dilambangkan dengan BOCMEET.

Diversitas Dewan Komisaris


Variabel diversitas dalam penelitian ini menunjukkan keberagaman dalam dewan
komisaris yang ditunjukkan dengan adanya komisaris wanita yang ada dalam dewan.
Variabel ini dilambangkan dengan BOCDIV dan diukur dengan menggunakan persentase
komisaris wanita dalam dewan komisaris.

BOCDIV =

Kualifikasi Pendidikan Dewan Komisaris


Variabel kualifikasi pendidikan dalam penelitian ini menunjukkan kompetensi
dewan komisaris dalam perusahaan yang ditunjukkan dengan proporsi komisaris yang
memiliki gelar di bidang finansial. Variabel ini dilambangkan dengan BOCEQ
(educational qualification) dan diukur menggunakan proporsi komisaris yang memiliki
gelar di bidang finansial dalam dewan.

BOCEQ =

Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-2015. Untuk
menentukan sampel, digunakan metode purposive sampling atau pengambilan sampel yang
memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah :
 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015

5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 6

 Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian. Hal ini karena ROA
sebagai proksi dari kinerja perusahaan diukur dari laba bersih setelah pajak dibagi
total aset.
 Informasi yang terdapat dalam laporan tahunan atau keuangan yang telah diaudit
mencakup seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Metode Analisis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji regresi berganda dengan asumsi
ordinary least square (OLS) dengan persamaan regresi :
FROA : α + β1BOCSIZEit + β2BOCINDit + β3BOCMEETit + β4 BOCDIVit +
β5BOCEQit + εit
FROA : Kinerja perusahaan.
BOCSIZE : Jumlah orang yang terdapat pada dewan komisaris.
BOCIND : Persentase komisaris independen yang ada pada dewan komisaris.
BOCMEET : Frekuensi rapat dewan komisaris dalam setahun.
BOCDIV : Persentase komisaris wanita dalam dewan komisaris.
BOCEQ : Presentase komisaris dengan gelar di bidang finansial dalam
komisaris.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Sampel Penelitian


Penelitian ini menggunakan objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013-2015. Sampel penelitian merupakan
perusahaan – perusahaan didalam objek penelitian yang memenuhi kriteria-kriteria yang telah
ditentukan dan diperoleh sampel sebanyak 204 perusahaan manufaktur.
Tabel 1
Objek Penelitian

No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015 138
2 Perusahaan yang mengalami kerugian dalam kurun waktu 2013-2015 (54)
3 Perusahaan yang tidak memiliki seluruh data yang dibutuhkan dalam (16)
penelitian
4 Jumlah Perusahaan yang layak dijadikan sampel 68
5 Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel selama 3 tahun (2013-
2015) 204
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2017

Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif akan memberikan gambaran luas atau deskripsi dari suatu data
yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum
dari data penelitian. Analisis statistik deskriptif penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut dibawah ini
Tabel 2
Hasil Analis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


FROA 204 0,00 0,34 0,11 0,08
BOCSIZE 204 0,69 2,71 1,61 0,45

6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 7

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


BOCIND 204 0,00 0,60 0,20 0,15
BOCMEET 204 3,00 58,00 16,23 10,87
BOCDIV 204 0,00 0,67 0,12 0,16
BOCEQ 204 0,00 1,00 0,48 0,23
Valid N 204
(listwise)

Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarakan hasil perhitungan dengan persamaan regresi berganda (multiple
regression), diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3
Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std.Er Beta
(Constant) 0,089 0.030 2,938 0,004
BOCSIZE 0,033 0.013 0,197 2,507 0,013
BOCIND -0,020 0.040 -0,040 -0,507 0,613
BOCMEET -0,001 0.000 -0,188 -2,817 0,005
BOCDIV 0,064 0.031 0,142 2,094 0,038
BOCEQ -0,034 0.022 -0,103 -1,538 0,126

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima.


Penerimaan hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,013. Temuan ini menyimpulkan bahwa ukuran dewan dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan karena dewan komisaris yang memiliki banyak anggota dapat
melakukan pengawasan yang efektif dan melindungi kepentingan pemegang saham.
Ukuran dewan yang semakin besar akan berpotensi untuk meningkatkan sumber daya dan
ahli yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan. Hasil temuan ini juga
mendukung hasil penelitian dari Bathula (2008) dan Jackling & Johl (2009) yang
menemukan adanya pengaruh signifikan positif antara ukuran dewan komisaris dengan
kinerja perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa hipotesis kedua ditolak. Hal
ini ditunjukkan oleh variabel proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0,613. Hasil ini
menyimpulkan bahwa meskipun dewan komisaris dapat mengambil keputusan secara
objektif dan dapat meningkatkan transparansi dalam perusahaan, namun kurangnya
pengetahuan komisaris independen terhadap kondisi perusahaan akan menimbulkan
keputusan yang diambil tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil temuan ini
tidak mendukung hasil temuan Makhdoom (2016) dan Jackling & Johl (2009) yang
menemukan terdapat pengaruh positif antara proporsi komisaris independen terhadap
kinerja perusahaan. Namun, penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh
Rodriguez-Fernandez et al (2014) yang menemukan tidak adanya pengaruh signifikan
antara proporsi komisaris independen dengan kinerja perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Hal
ini ditunjukkan oleh variabel frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh negatif
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 8

signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0,005. Penelitian
ini mendukung kesimpulan dari penelitian Bathula (2008) yang menjelaskan bahwa
banyaknya rapat dewan komisaris akan memberikan tuntutan yang tidak wajar kepada
dewan komisaris. Selain itu, kurangnya sumber daya dan kompetensi dewan akan
berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Meskipun rapat dewan komisaris
membawa banyak manfaat untuk perusahaan, namun banyaknya rapat harus dibatasi
karena mengadakan rapat dewan komisaris lebih dari sekali sebulan tidak menjamin
keuntungan finansial yang lebih besar. Dewan komisaris akan lebih efektif dalam
menyusun strategi bisnisnya dengan mengadakan rapat tidak lebih dari 12 kali dalam
setahun (Rodriguez-Fernandez et al., 2014).
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa hipotesis keempat diterima.
Hal ini ditunjukkan oleh variabel diversitas dewan komisaris berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0,038. Hasil temuan ini
mendukung hasil penelitian dari Bathula (2008) yang menemukan adanya pengaruh
signifikan positif antara diversitas dewan komisaris dengan kinerja perusahaan. Diversitas
dewan komisaris dapat memberikan pandangan yang lebih luas sehingga memunculkan
inovasi baru dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu Bathula (2008) menunjukkan
bahwa kehadiran wanita di dalam dewan komisaris dapat berkontribusi dalam pengambilan
keputusan dengan mempertanyakan kebijakan yang konvensional serta dapat memancing
agar diskusi menjadi lebih hidup.
Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa hipotesis kelima ditolak.
Hal ini ditunjukkan oleh variabel kualifikasi pendidikan dewan komisaris tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar
0,126. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Darmadi (2013) yang tidak
menemukan adanya pengaruh signifikan positif antara kualifikasi pendidikan dewan
komisaris dengan kinerja perusahaan. Kualifikasi pendidikan dewan komisaris tidak
selamanya berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan pengetahuan
keuangan tidak hanya didapat dari pendidikan formal. Pengalaman di berbagai posisi
manajerial, terlepas dari latar belakang pendidikan, yang akan memberikan keahlian
tentang keuangan sehingga dapat membantu dalam menjalankan operasi perusahaan
sehari-hari.

KESIMPULAN
Pada dasarnya penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh
jumlah dewan komisaris, komisaris independen, frekuensi rapat dewan, serta kualifikasi
pendidikan terhadap kinerja suatu perusahaan. Populasi dalam penelitian ini yaitu
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Penelitian ini mempunyai
5 variabel independen yaitu Jumlah dewan komisaris, proporsi komisaris independen,
frekuensi rapat dewan komisaris serta kualifikasi pendidikan dewan komisaris.
Dalam melakukan pengujian hipotesis ini menggunakan analis regresi berganda
(Ordinary Least Square), dengan populasi yaitu perusahaan manufaktur dari berbagai
sektor yang terdaftar di BEI selama tahun 2013-2015. Penelitian ini menggunakan 204
sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia tahun 2013-2015
dan sesuai dengan kriteria sampel yang ditetapkan peneliti.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa variabel ukuran dewan komisaris, dan diversitas dewan komisaris memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sementara, variabel frekuensi
rapat dewan komisaris memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Dan variabel lainnya yaitu proporsi komisaris independen dan kualifikasi pendidikan
dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.

8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 9

Keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah penelitian ini


memiliki nilai Adjusted R2 sebesar 12,5% yang menunjukkan presentase yang kecil. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel independen masih rendah sehingga kurang menjelaskan
variabel dependennya. Lalu, objek penelitian yang digunakan relatif masih terbatas yaitu
hanya menggunakan perusahaan di sektor manufaktur saja sehingga populasi dan sampel
yang digunakan dalam penelitian dianggap masih kurang mencakup kondisi kerja
perusahaan di Indonesia.
Adanya keterbatasan tersebut maka saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya
menambah variabel independen dan variabel kontrol lainnya yang dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan, serta menambah jumlah sampel agar dapat menganalisis faktor-faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan.

REFERENSI
Bathula, H. (2008). Board characteristics and firm performance: Evidence from New
Zealand. Auckland University of Technology.
Carpenter, M., & Westphal, J. (2001). The Strategic Context of External Network Ties:
Examining the Impact of Director Appointments on Board Involvement in Strategic
Decision Making. Academy of Management, 639–660.
Darmadi, S. (2011). Board compensation, corporate governance, and firm performance in
Indonesia.
Darmadi, S. (2013). Board members' education and firm performance: evidence from a
developing economy. International Journal of Commerce and Management, 23(2),
113-135.
Darmawati, D., Khomsiyah, K., & Rahayu, R. G. (2005). Hubungan Corporate
Governance dan kinerja perusahaan. The Indonesian Journal of Accounting
Research, 8(1).
Dewayanto, T., Suhardjanto, D., Bandi, & Setiadi, I. (2017). Ownership Structure, Audit
Committee, and Internal Control Disclosure: Indonesia and Philippines. Review of
Integrative Business and Economics Research, Vol. 6(4), 364-376.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of
Management Review, 57-74.
Fama, E., & Jensen, M. (1983). Separation of Ownership and Control. Journal of Law and
Economics, 301-325.

Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hermalin, B. E., & Weisbach, M. S. (1991). The effects of board composition and direct
incentives on firm performance. Financial Management, 101-112.
Jackling, B., & Johl, S. (2009). Board structure and firm performance: Evidence from
India's top companies. Corporate Governance: An International Review, 17(4),
492-509.

9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 10

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305-
360.
Kharisma, G. R. (2010). Deskripsi pengaruh elemen corporate governance terhadap kinerja
keuangan dan imbal hasil saham perusahaan.

Makhdoom, M. S. M. D. D. (2016). Does corporate governance beget firm performance in


fortune global 500 companies? Corporate Governance: The International Journal
of Business in Society, 747-764.
Muchiri, S. M. (2016). The Effect of Board Characteristics on the Performance of Firms
Listed on the Nairobi Securities Exchange.
Ntim, C. G., & Osei, K. A. (2011). The Impact of Corporate Board Meetings on Corporate
Performance in South Africa. African Review of Economics and Finance, 83-103.
Nugroho, F. A., & Rahardjo, S. N. (2014). Analisis Pengaruh Corporate Social
Responsibility dan Karakteristik Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
tahun 2012).
Rodriguez-Fernandez, M., Fernandez-Alonso, S., & Rodriguez-Rodriguez, J. (2014).
Board characteristics and firm performance in Spain. Corporate Governance: The
international journal of business in society, 14(4), 485-503. doi:doi:10.1108/CG-
01-2013-0013
Siagian, T. (2013). Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan Perdagangan dan Jasa). Skripsi S1 Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Sutojo, S., & Aldridge, E. J. (2005). Good Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan
yang Sehat. PT Damar Mulia Pustaka.

Vafeas, N. (1999). Board Meeting Frequency and Firm Performance. Journal of Financial
Economics, 113-142.
Westphal, J. D., & Milton, L. P. (2000). How experience and network ties affect the
influence of demographic minorities on corporate boards. Administrative Science
Quarterly, 45(2), 366-398.
Widyatama, B. D. (2015). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan.

10

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy