Strategi Question Answer Relationships
Strategi Question Answer Relationships
Strategi Question Answer Relationships
161
162 Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 4 Nomor 2, Juli 2016, Hal. 161 - 175
PENDAHULUAN
Membaca merupakan keterampilan berharga dapat digunakan sepanjang hidup.
Membaca yang baik ditunjukkan dengan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas
membaca dengan mudah dan cepat disertai peningkatan pemahaman sehingga memperoleh
nilai lebih baik dan belajar dengan cepat. Hal tersebut berdampak pada kemampuan
menyelesaikan sekolah dan menjalani hidup lebih mudah (De Porter, 2003, hlm. 182).
Dari uraian tersebut, menjelaskan bahwa membaca merupakan keterampilan
berharga/penting sebagai bagian dari pembelajaran. Pentingnya pembelajaran membaca
dituangkan dalam UU No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat
5 yang berbunyi, “Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A atau bentuk lain yang
sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis,
kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi.”
Selain penting, membaca merupakan bagian dari proses pendidikan, seperti yang
tercantum dalam Permendikbud No 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum yang menyatakan: Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi
kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna
terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan
makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan
psikologis serta kematangan fisik peserta didik.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa membaca merupakan bagian dari proses
pendidikan pengembangn potensi diri sehingga memiliki kemampuan berpikir rasional dan
prestasi akademik. Membaca yang dimaksud adalah mendapatkan makna dari apa yang
dibacanya. Pembaca yang baik berusaha mendapatkan makna berupa pemahaman dari apa
yang dibacanya. Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang diarahkan untuk
mendapatkan pemahaman terhadap isi bacaan.
Menurut Resmini dan Juanda (2007, hlm. 80) “membaca pemahaman atau reading
for understanding adalah salah satu bentuk kegiatan membaca dengan tujuan utama untuk
memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan
pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.”
Abidin (2012, hlm. 4) mengemukakan bahwa “pembelajaran membaca dapat diartikan
sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca.”
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pembelajaran membaca tidak semata-mata dilakukan agar
siswa mampu membaca, tetapi juga merupakan sebuah proses yang melibatkan seluruh
aktivitas mental dan berpikir siswa dalam memahami, mengritisi, dan mereproduksi sebuah
wacana tertulis. Menurutnya aktivitas yang dapat dilakukan siswa sangat beragam bergantung
pada strategi membaca yang diterapkan guru dalam pembelajaran.
Kedua uraian di atas memberikan gambaran pembelajaran membaca pemahaman
terdiri atas sejumlah aktivitas yang bertujuan memahami isi bacaan. Aktivitas tersebut juga
berlaku dalam pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain dan seluruh mata pelajaran
apa pun.
Aan Khasanah & Isah Cahyani, Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman 163
METODE
Peneliti menggunakan metode penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatif. Hal
tersebut dilakukan karena peneliti menganggap bahwa penelitian tindakan sebagai suatu
kegiatan penelitian yang memungkinkan dilaksanakan oleh peneliti berkaitan dengan posisi
peneliti sebagai guru yang mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan data tentang
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk
kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan
pembelajaran di kelas. Sesuai dengan tempat pelaksanaannya, maka penelitian tindakan ini
dinamakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Aan Khasanah & Isah Cahyani, Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman 165
Penggunaan metode penelitian tindakan kelas (PTK) diperkuat dengan melihat asumsi
yang mendasari pelaksanaan penelitian tindakan. Sukmawinata (2013, hlm. 141)
mengemukakan asumsi yang mendasari pelaksanaan penelitian tindakan adalah bahwa orang
akan belajar mengembangkan pengetahuannya dalam hal berikut.
1. Dalam pengalaman sendiri yang konkrit.
2. Melalui pengamatan dan refleksi dalam pengalaman tersebut.
3. Melalui pembentukan konsep abstrak dan generalisasi.
4. Dengan menguji implikasi konsep dalam situasi baru.
Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif, peneliti berperan sebagai praktisi dan guru
kelas bertindak sebagai observer. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain
penelitian tindakan model spiral : Kemmis dan Mc Taggart (1998) yaitu model siklus yang
dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan (siklus spiral) setiap siklus terdiri dari 4
tahap sebagai berikut :
Mengamati Merefleksi
Berdasarkan grafik 4.5, dapat dilihat terjadi peningkatan nilai rata-rata kemampuan
menjawab pertanyaan yang cukup tinggi dari kondisi awal (pretes) ke siklus 1. Peningkatan
ini terjadi karena penggunaan strategi QAR dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
mengarahkan siswa melakukan aktivitas belajar membaca pemahaman. Siklus 1 ke siklus 2,
peningkatan tidak terlalu tinggi karena kemampuan menggunakan kata tanya masih terbatas,
namun setelah dilakukan penyusunan pertanyaan secara bertingkat sesuai dengan jenis
pemahaman dan penjelasan penggunaan kata tanya kepada siswa, pada siklus 3 nilai rata-rata
kemampuan menjawab pertanyaan meningkat cukup tinggi. Hal ini dapat dipahami karena
dalam menjawab pertanyaan yang disusun secara bertingkat dari pemahaman literal,
inferensial dan interpretatif maka akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Seperti yang
dikemukan Burns, dkk.(1996) dalam Rahim (2008, hlm.111) bahwa salah satu dasar untuk
merencanakan strategi bertanya adalah menyusun (construct) tipe pertanyaan untuk memilih
jenis dan tingkat pemahaman yang berbeda. Senada dengan Burns, Rahim (2008, hlm. 111)
mengemukakan bahwa pertanyaan pemahaman literal merupakan prasyarat untuk tingkat
pertanyaan pemahaman yang lebih tinggi.
Aan Khasanah & Isah Cahyani, Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman 169
Grafik 4.6
Perolehan Nilai Rata-Rata Kemampuan Menceritakan Isi Wacana Secara Tertulis
Berdasarkan grafik 4.6 di atas, dapat dilihat penggunaan strategi QAR berdampak pada
perolehan nilai rata-rata kemampuan menceritakan kembali isi wacana mengalami
peningkatan cukup tinggi terutama nilai pada kondisi awal (pretes) ke siklus 1. Pada siklus 2,
nilai rata-rata kemampuan menceritakan kembali isi wacana mengalami penurunan
dibandingkan dengan nilai pada siklus 1. Sementara pada siklus 3, nilai rata-rata kemampuan
menceritakan kembali isi wacana meningkat cukup tinggi setelah guru mencoba
menyampaikan kembali tugas otentik yang berkaitan dengan kemampuan menceritakan isi
wacana. Tugas otentik tersebut yaitu siswa mampu menceritakan kembali isi wacana dengan
memperhatikan kesesuaian isi cerita, ketepatan organisasi isi cerita, ketepatan struktur
kalimat, ejaan dan tata tulis serta kebermaknaan penuturan. (Nurgiyantoro, 2010, hlm. 392).
Penyampaian tugas otentik tersebut didasari oleh tindakan prevetif untuk menghindari apa
yang dikemukakan oleh Abidin (2012) bahwa salah satu kesalahan besar yang dilakukan oleh
guru yaitu tidak menggariskan secara benar tugas otentik membaca yang harus dilakukan
siswa selama pembelajaran.
170 Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 4 Nomor 2, Juli 2016, Hal. 161 - 175
Grafik 4.7
Perolehan Nilai Rata-Rata Kemampuan Menyimpulkan Isi Wacana Secara Tertulis
Berdasarkan grafik 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kemampuan
menyimpulkan isi wacana mengalami peningkatan. Namun, jika kita amati, peningkatan nilai
rata-rata kemampuan menyimpulkan tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan aspek
menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali isi wacana. Hal ini dapat dipahami karena
menyimpulkan memerlukan kemampuan pemahaman yang lebih tinggi selain pemahaman
literal, inferensial dan interpretatif yaitu pemahaman analisis, sintesis dan evaluatif. Seperti
yang dikemukakan Rahim (2008, hlm. 111) bahwa pertanyaan pemahaman literal merupakan
prasyarat untuk tingkat pertanyaan pemahaman yang lebih tinggi.
Berkaitan dengan tugas otentik menyimpulkan isi wacana, setelah pembelajaran siswa
diharapkan mampu menyimpulkan dengan cara menyebutkan fakta/informasi yang terdapat
dalam wacana serta simpulan sesuai dengan fakta/informasi pendukung (pemahaman
analisis). ( Rahim, 2008,hlm.113).
Aan Khasanah & Isah Cahyani, Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman 171
Grafik 4.8
Perolehan Nilai Rata-Rata Kemampuan Membaca Pemahaman
80.0 84.83
70.0 75.17
70.20
60.0
50.0 57.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
pretes siklus 1 siklus 2 siklus 3
Berdasarkan grafik 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan strategi QAR mampu
meningkatkan nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa dari siklus ke siklus.
Namun walaupun nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman mengalami peningkatan
dalam proses pelaksanaan ketiga siklus tersebut ditemukan kendala-kendala yang sering
muncul diantaranya kemampuan siswa menggunakan kata tanya, sehingga siswa masih
belum sempurna dalam menyusun kalimat tanya yang benar dan tepat sehingga dalam
menghubungkan jawaban pun menjadi terkendala. Tetapi hal tersebut dapat diatasi oleh
peneliti dengan memberikan penjelasan pemakaian kata tanya sesuai dengan kegunaannya
pada tahap prabaca. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rahim (2008, hlm.111)
bahwa,
Proses membaca menurut pandangan interaktif adalah proses intelektual yang
kompleks mencakup dua kemampuan utama, yaitu kemampuan memahami makna
kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Pendapat ini mengisyaratkan
bahwa ketika proses membaca berlangsung, terjadi konsentrasi dua arah pada pikiran
pembaca dalam waktu yang bersamaan. Dalam melakukan aktivitas membaca,
pembaca secara aktif merespon dan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang
digunakan oleh penulis. Selain itu, pembaca dituntut untuk dapat mengungkapkan
makna yang terkandung di dalamnya atau makna yang ingin disampaikan oleh penulis
melalui teks yang dibacanya. (hlm. 23).
dengan menggunakan model membaca interaktif dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai kata-kata sulit atau kalimat yang kurang dipahami arti dan
maknanya dalam wacana pada tahap saat baca. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Abidin
(2012) menyatakan bahwa Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca
pemahaman dengan menggunakan strategi QAR selama pelaksanaan tindakan berlangsung
sangat antusias. Terutama dalam proses pembelajaran membaca peneliti memperhatikan
perkembangan segi afektif siswa dari tiga aspek yaitu kemauan membaca, memusatkan
perhatian, dan minat baca seperti yang dikemukakan (Burns dkk. 1996) dalam Rahim
(2008,hlm.14). Respon tersebut terlihat dari perbandingan hasil jawaban angket sebelum dan
sesudah pelaksanaan strategi QAR.
Selain menjawab rumusan masalah penelitian, dalam pelasanaan penelitian tindakan
kelas, peneliti mendapatkan pula penggunaan strategi QAR untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa mampu menggabungkan pengetahuan awal siswa sebelum
membaca dengan pengetahuan siswa setelah membaca isi wacana sehingga terjadi
pembentukan makna. Hal ini sesuai dengan teori skemata yang mengungkapkan bahwa
membaca adalah proses pembentukan makna terhadap teks, (Rahim, 2008,hlm.99). Senada
dengan teori skemata,Raphael (1982) dalam Klein dan Peterson (1991, hlm. 231)
mengemukakan QAR sebagai pendekatan instruksional yang mengasumsikan bahwa dua
sumber untuk pertanyaan yaitu teks dan pembaca yang menyebabkan tiga jenis pertanyaan
yang yang harus dijawab berkaitan dengan teks. Penggunaan strategi QAR akan efektif
manakala pertanyaan QAR diarahkan pada tujuan pembelajaran membaca yang ingin dicapai.
Penggunaan strategi QAR mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa (Klein,
1991.hlm.246). Dibuktikan dengan siswa yang asalnya tidak mampu membuat kalimat tanya
yang tepat menjadi mampu membuat kalimat tanya dan mencari jawaban yang berhubungan
dengan pertanyaan yang dibuatnya. Sedangkan siswa yang sudah memiliki kemampuan
membuat pertanyaan semakin berkembang dan meningkat kemampuannya.
Strategi QAR dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memonitor kemampuan
membaca yang dimilikinya dalam jenis teks apapun. Alasan yang mendasari pendekatan ini
adalah siswa akan mengetahui lebih banyak dari apa yang ia baca jika ia mengerti hubungan
tanya jawab.(Abidin, 2012,hlm.23)
SIMPULAN
Kondisi awal kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Cipetir 01
sebelum menggunakan strategi QAR kurang memuaskan. Pelaksanaan pembelajaran masih
berpusat pada guru, kurangnya penggunaan strategi pembelajaran membaca yang bervariatif
sehingga siswa cenderung pasif. Hal ini berakibat pada perolehan nilai kemampuan membaca
pemahaman siswa rendah. Namun, walaupun demikian, kemauan pendidik untuk
mempelajari dan berlatih strategi pembelajaran membaca serta respon positif siswa terhadap
kegiatan membaca menjadi langkah awal dimulainya perbaikan pelaksanaan pembelajaran.
Perencanaan pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan strategi QAR,
disusun dengan memperhatikan tahapan kegiatan pembelajaran membaca yaitu, tahap
prabaca, saat baca dan pascabaca. Pembagian tahapan tersebut mampu mendorong siswa
melakukan aktifitas tugas otentik dalam pembelajaran. Guru menjadi lebih mudah melihat
Aan Khasanah & Isah Cahyani, Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman 173
berfungsi sebagai pembimbing untuk mengembangkan sikap dan perilaku positif siswa dari
hasil kegiatan pembelajaran membaca.
Dalam penelitian selanjutnya diharapkan strategi QAR lebih dikembangkan
penerapannya dengan menggunakan alat peraga, serta bahan ajar yang lain yang dianggap
dapat lebih meningkatkan keberhasilan penggunaan strategi QAR. Selain itu karena
keterbatasan penelitian, diharapkan strategi QAR dapat dicoba lebih teliti keajegannya
dengan menggunakan metode penelitian, teknik pengumpulan data dan sampel yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter. Bandung: PT
Refika Aditama.
Arifanti,R., Nurbaya,S. & Pujiono, S. (2014). Keefektifan strategi Question-Answer
Relationships (QAR) dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Tempel. Diakses dari Vol 3, No 1 (2014) (
http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/5994/10/652).
Asrori. M. (2011). Penelitian tindakan kelas. Bandung: CV.Wacana Prima.
DePorter, B. (2003). Quantum teaching: mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang
kelas. Bandung: Kaifa.
Burns,. Roe,. & Ross,. (1988). Teaching reading in today’s elementary school. Boston:
Houghton Mifflin Company.
Cahyani, I. dkk. (2011). Menulis proposal penelitian. Bandung: CV.Bintang WarliArtika.
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2013 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia, Diknas, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006, Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: BNSP.
Joni, R., Kardiawan & Hadisubrota, T. (2007) Penelitian tindakan kelas. Makalah Seminar
Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Dasar.
Kasbolah. K . (2006). Penelitian tindakan kelas (PTK). Malang: Universitas Negeri Malang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang No 19 tahun 2005. Bandung:
Jabar Education and Entrepre neur Center (JEEC).
Klein, M & Peterson, S. (1991). Annotated instructor’s edition teaching reading in the
elementary grades. Boston: Allyn and Bacon.
Leonhardt, M. (1999). 99 Cara menjadikan anak anda “keranjingan” membaca. Bandung :
Kaifa.
Rosmiati. (2014). Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui cerita anak
dengan strategi CIRC pada siswa kelas IV SD, (Tesis), Sekolah Pascasarjana
Universitas Indonesia, Bandung.
Murtado. (2011). Menggunakan strategi Question-Answer Relationships (QAR) untuk
meningkatkan pemahaman membaca siswa kelas delapan MTs Miftahul Huda
Curugbitung. Diakses dari:
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/15271.
Nana, S. (1992). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Aan Khasanah & Isah Cahyani, Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman 175