PTK Ahmad Nur Publish

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE UNTUK

MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA KELAS 5 SD NEGERI 202


BENGKULU UTARA TERHADAP NILAI-NILAI ASMAUL HUSNA
AHMAD NUR ROHMAN, S.Pd
NIM. 2423990073

Universitas Islam Negeri Fatmawati Suakrno Bengkulu


Abstrak
Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan bagian dari cabang ilmu pendidikan agama Islam yang membahas tentang
keimanan dan tata perilaku dan sikap dan sifat sebagai seorang muslim yang baik. Oleh sebab itu proses pembelajaran
harus didasarkan pada prinsip efektif, dengan demikian tujuan pembelajaran dapat dicapai secara tepat. Salah satu
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 202 Bengkulu Utara, rendahnya
hasil belajar memahami surah pendek pada siswa kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara pada semester I tahun
pelajaran 2024/2025. Rumusan masalah yang muncul adalah apakah melalui metode dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada pelajaran Asmaul Husna. Tujuan penelitian ini untuk Untuk mengetahui cara kerja model pembelajaran
dalam membentuk karakter peserta didik terhadap nilai-nilai Asmaul Husna. Untuk mengetahui peningkatan nilai rata-
rata dalam hasil belajar dalam memahami Asmaul Husna melalui model pembelajaran kelas V SD Negeri 202 Bengkulu
Utara yang berjumlah 15 orang siswa. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa,
demontrasi dan tes tertulis. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap siklus, dimana kegiatan pembelajaran diawali
dengan melakukan pengamatan dan pembelajaran pra siklus untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dari siklus I sampai siklus III selalu mengalami kenaikan ketuntasan siswa.
Ketuntasan pembelajaran siswa didapati pada perbaikan pembelajaran siklus III dengan tingkat keberhasilan mencapai
100%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran mampu meningkatkan
keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara
tahun 2024.
Kata Kunci : , Pembelajaran, Asmaul Husna

Abstract
Aqidah Akhlak lessons are part of the branch of Islamic religious education which discusses faith and behavior and
attitudes and traits as a good Muslim. Therefore, the learning process must be based on effective principles, so that
learning objectives can be achieved appropriately. One of the problems faced in learning Islamic Religious Education at
SD Negeri 202 North Bengkulu, is the low learning outcomes in understanding short surahs for class V students at SD
Negeri 202 North Bengkulu in the first semester of the 2024/2025 academic year. The formulation of the problem that
arises is whether the method can improve students' understanding of Asmaul Husna lessons. The aim of this research is
to find out how the learning model works in shaping students' character towards the values of Asmaul Husna. To
determine the increase in the average score in learning outcomes in understanding Asmaul Husna through the learning
model for class V of SD Negeri 202 North Bengkulu, totaling 15 students. Data collection techniques use student activity
observation sheets, demonstrations and written tests. The research was carried out in three cycle stages, where learning
activities began with conducting pre-cycle observations and learning to determine students' initial abilities. The
implementation of learning improvements from cycle I to cycle III always experiences an increase in student
completeness. Completeness of student learning was found in cycle III learning improvement with a success rate
reaching 100%. From the results of this research, it can be concluded that the application of the learning model is able
to increase student learning success in the Islamic Religious Education (PAI) subject for class V at SD Negeri 202 North
Bengkulu in 2024.
Keywords: , Learning, Asmaul Husna

PENDAHULUAN
Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan bagian dari cabang ilmu pendidikan agama Islam yang
membahas tentang keimanan dan tata perilaku dan sikap dan sifat sebagai seorang muslim yang baik. Oleh
karena itu, penguasaan terhadap materi-materi Aqidah Akhlak penting bagi peserta didik, dengan harapan
akan memberikan bekal kepada mereka dalam pembentukan karakter diri peserta didik menjadi seorang
muslim yang baik, santun dan beriman hingga terwujudlah harapan utama sebagai sosok insan kamil dalam
kehidupan.
Pendidikan merupakan sebuah usaha untuk mengembangkan potensi manusia sehingga terbentuk
karakter yang baik. Menurut Tafsir (2014) “pendidikan merupakan usaha meningkatkan diri dalam segala

1
2

aspek-aspeknya”. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pelibatan seorang guru di dalam pendidikan
mencakup segala kegiatan pembinaan akhlak dan karakter peserta didik.1 Tugas seorang guru agama tidak
hanya memberikan materi pelajaran, tetapi ia juga berkewajiban membina akhlak peserta didik serta
membantunya agar mampu mengatasi masalahnya sendiri. Dengan demikian, menyiapkan sarana prasarana,
kesiapan peserta didik, guru dan tempat pembelajaran adalah langkah awal kegiatan belajar mengajar. 2 Hal
tersebut dilakukan untuk kepentingan peserta didik juga demi keberhasilan terlaksananya kegiatan
pembelajaran.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa
untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Tingkat keberhasilan pembelajaran pada peserta didik ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat
selama proses belajar mengajar. Beberapa pendekatan dapat digunakan seorang guru dalam kegiatan
pembelajaran, adapun penerapannya tergantung pada kebutuhan dan bagaimana tujuan itu diinterpretasikan
(Murniyati, 2021). Dalam kegiatan belajar mengajar penggunaan metode yang tepat menentukan tingkat
keberhasilan pembelajaran peserta didik.3 Beberapa pendekatan dapat digunakan seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran, adapun penerapannya tergantung pada kebutuhan dan bagaimana tujuan itu
diinterpretasikan.4
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan pemilihan metode yang kurang tepat
akan memberikan dampak pada pencapaian hasil belajar. hal ini sesuai dengan hasil observasi pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara. Pembelajaran PAI masih
belum membuahkan hasil belajar yang signifikan, akibat dari kurangnya pemahaman terhadap isi pelajaran
PAI peserta didik mengalami kesulitan dalam mencerna apa yang disampaikan oleh para guru. Permasalahan
terjadi disebabkan oleh penggunaan gaya ceramah dalam metode pengajaran masih mendominasi, dan
kegiatan belajar hanya terfokus kepada guru dan kurang melibatkan peserta didik. Sehingga, suasana
pembelajaran tampak monoton dan banyak peserta didik kurang antusias bahkan tidak tertarik mengikuti
pelajaran PAI.
Permasalahan pembelajaran di atas tentu sangat membutuhkan tindakan perbaikan. Salah satunya
dengan memilih metode pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran take and give merupakan kesediaan
untuk merelakan dan menerima sekaligus memberikan perhatian, pendapat, materi, dan kasih sayang.
Selanjutnya dilakukan penilaian, evaluasi, dan pemberian solusi yang tepat sehingga dapat memberikan
rekomendasi terhadap upaya penyelesaian masalah tersebut. Berdasarkan permasalahan diatas maka dalam
laporan tindakan kelas ini penulis mengangkat judul “Penerapan Model pembelajaran take and give Untuk

1
Ahmad Tafsir, 2014, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung, Rosda Karya
2
Abuddin, Nata. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group
3
Aldafiana, S., & Murniyati, A. (2021). Measurement of Diameter, Height and Volume of The Sengon Tree
(Paraserianthes Falcataria) 10 Years Old in Desa Perdana. Jurnal Eboni, 3(2), 2715–6451. Astuti, S. I.,
Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Peranan Hutan Sebagai Manfaat Ekonomi. Dlhk.Bantenprov, 3, 103–
111.
4
Rustini, Tin. (2008). Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan Pengembangan Potensi
Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, Hal. 1-4.
3

Mengembangkan Karakter Siswa Kelas 5 SD Negeri 202 Bengkulu Utara Terhadap Nilai-Nilai Asmaul
Husna”.

METODE PENELITIAN
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru.5 Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian
kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.6 Model pembelajaran yaitu
kerangka konseptual yang mengggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.7 Joyce mengatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan
kita dalam mendesain pembelajaran untuk membentuk peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.8
Model pembelajaran (saling memberi dan saling menerima) merupakan cara penyajian pelajaran yang
menekankan pada penguasaan materi melalui kartu dengan berpasangan untuk bertukar informasi dan
diakhiri dengan kegiatan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa.9 Model pembelajaran pada sadarnya
mengacu pada kontruktivisme, yaitu pembelajaran yang membuat siswa itu sendiri aktif dan membangun
pengatahuan yang dimilikinya. Dengan itu, siswa mengecek dan menyesuaikan pengetahuan baru yang
dipelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka miliki.10
Istilah Take and Give sering diartikan “saling memberi dan saling menerima”, prinsip ini juga menjadi
inti sari dari model pembelajaran . Take and Give merupakan model pembelajaran yang didukung oleh
penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada siswa. Di dalam kartu, ada catatan yang harus
dikusai atau dihafal masing-masing siswa. Siswa kemudian mencari pasangannya masing-masing untuk
bertukar pengetahuan sesuai dengan apa yang didapatkan di kartu, lalu kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan mengevaluasi siswa yaitu menanyakan pengetahuan yang mereka miliki dan pengetahuan yang
mereka terima dari pasangannya.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah setiap siswa diberika kartu
untuk dipahami atau dihafal kemudian mencari pasangannya masing-masing untuk saling bertukar informasi
(saling menerima dan memberi informasi) yang didapatkan dalam kartu. Untuk menguji pemahaman siswa
guru melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan terkait materi.
Kerja sama merupakan sifat sosial, bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan
oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kerja sama adalah bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama (Jonson & Johnson).11 Roucek dan Warren mengatakan bahwa kerja sama itu adalah

5
Siti Nur Rohmah, “Strategi Pembelajaran Matematika”, (Yogyakarta: UAD Press, 2021) hal.44.
6
Ibid, hal. 44-45
7
Mulyono, “Strategi Pembelajaran”, (Malang: UIN Maliki Press, 2012) hal. 25
8
Trianto, “Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 22.
9
Andi Kaharuddin dan Nining Hajeniati, “Pembelajaran Inovatif & Variatif”, (Sulawesi Selatan: Pusaka
Almaida, 2020), hal. 140
10
Mieke Mandagi, dkk, “Inovasi Pembelajaran di Pendidikan Tinggi”, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal.
77
11
Bekti Wulandari, dkk, “Peningkatan Kemampuan Kerjasama dalam Tim Melalui Pembelajaran Berbasisi
Lesson Study”. Jurnal ELINVO. Vol.1 No.1, 2015, hal. 12.
4

kerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.12 Kerja sama melibatkan pemberian tugas dimana setiap
anggotanya mengerjakan pekerjaan yang merupakan tanggung jawab bersama demi hasil yang maksimal.
Kemampuan kerja sama Menurut Landberger kerja sama atau belajar bersama adalah proses beregu
(kelompok) di mana anggota-anggotanya saling mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu
hasil yang mufakat.13
Ketika siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kelompok, mereka berusaha untuk memberikan
informasi, dorongan, atau anjuran pada teman satu kelompokknya yang membutuhkan bantuan. Saat
berinteraksi bersama, siswa memiliki kesempatan untuk memecahkan masalah bersama, mampu
mengkontruksi pengetahuan, dan keterampilan yang baru.14
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kerja sama adalah bekerja bersama dalam kelompok
atau beregu di mana setiap anggotanya saling memberi dan menerima pendapat serta memiliki tanggung
jawab terhadap kelompoknya sehingga tercapainya tujuannya bersama.
Kerja sama ini juga memiliki banyak manfaatnya, menurut H. Kusnadi yaitu mendorong persaingan
didalam pencapaian tujuan, mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih baik, mendorong
hubungan yang harmonis antar pihak terkait, meningkatkan rasa bertanggung jawab, menciptakan praktek,
diskusi yang sehat, dan meningkatkan semangat kelompok.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa kerja sama merupakan sifat sosial, bagian dari
kehidupan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kerja sama
adalah bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan kerja sama dapat diperoleh
hasil yang maksimal.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan kerja sama siswa dibutuhkan model pembelajaran yang tepat
sehingga mampu mempengaruhi kemampuan kerja sama siswa dalam belajar. Model pembelajaran sangat
berguna bagi guru maupun siswa. Bagi guru model pembelajaran dapat dijadikan pedoman dan acuan
bertindak yang sistematis dalam pelaksaan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa dapat mempermudah proses
belajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kerja sama siswa yaitu . Nasiti,
dkk mengatakan bahwa penggunakan model pembelajaran dapat meningkatkan kerja sama pada peserta
didik. Model pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kekompakan, kepedulian, dan interaksi antar
peserta didik sehingga pendidikan karakter dapat terlaksana.15 Model pembelajaan juga memiliki kelebihan
dapat meningkatkan kerja sama siswa. Dimana dalam pembelajaran ini siswa diberikan kartu yang berisi
konsep sesuai dengan materi yang dipelajari. Tujuannya untuk dipelajari dan dihafal, kemudian siswa
mencari pasangan dan saling bertukar informasi dengan pasangannya. Dengan bertukar informasi inilah
terlihat kerja sama siswa dengan teman sebayanya untuk lebih menghargai satu sama lainnya dan juga
bertanggung jawab terhadap kartu yang didapatkan.

12
Ardi Wira Kusuma, “Meningkatkan Kerjasama Siswa dengan metode Jigsaw dalam bimbingan Klasikal”.
Jurnal Konselor. Vol. 7 No. 1, 2018, hal. 28
13
Dimas Anjar Kisworo,dkk. Loc.Cit
14
Mifathul Huda “Kooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan”, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017), hal. 24-25)
15
Dyah Kusuma Nasiti, Sri Harmianto, dan Dedy Irawan, “Model Pembelajaran Take and Give Dibantu
Media Kokami Di Kelas V Sekolah Dasar”, Jurnal JPSD. Vol. 6. No. 2. Tahun 2019. hal. 72
5

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan,penelitian ini merupakan penelitian quasi
experimental adalah penelitian yang secara ketat mengikuti suatu desain penelitian ilmiah, desain tersebut
meliputi hipotesis, variabel yang dapat dimanipulasi oleh peneliti, dan variabelvariabel yang dapat diukur,
dihitung dan dibandingkan.16
Kelompok Pre Test Perlakuan Pos Test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Tabel 3.1. Desain penelitian
Keterangan :
O1 = Pre test untuk kelompok eksperimen
O3 = Pre test untuk kelompok kontrol
X = Perlakuan menggunakan model pembelajaran (hanya
kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan)
O2 = post test untuk kelompok eksperimen
O4 = Post test untuk kelas kontrol
Pendekatan yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, penelitian
kuantitatif adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, Eksperimen, analisis, dan penyajian data berdasarkan
jumlah atau banyaknya yang dilakukan secara objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji
hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Pendekatan ini digunakan karena peneliti akan
menggali, mengumpulkan dan menganalisis data-data yang berupa angka tentang Eksperimentasi Model
Pembelajaran Take and Give Terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 202 Bengkulu Utara
Kecamatan Pinang Raya Kabupaten Bengkulu Utara.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SDN 202 Bengkulu Utara yang beralamatkan di Desa
Gunung Payung Kecamatan Pinang Raya Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Penelitian
Tindakan Kelas dimulai pada tanggal 15 Agustus 2024 sampai dengan tanggal 13 September 2024. Subjek
yang menjadi fokus penelitian adalah siswa kelas V SDN 202 Bengkulu Utara yang terdiri dari 15 orang
siswa.
Penelitian mengadakan secara langsung ke objek penelitian untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan dengan teknik sebagai berikut :
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran. Terdapat serangkaian pertanyaan atau latihan maupun alat alat lain di dalam tes yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok.17 Pada teknik pengumpulan data tes ini peneliti ingin mengetahui apakah ada
perbedaan antara kelas kontrol dan eksperimen tersebut sehingga harus dilakukannya suatu tes guna untuk
mengukur hasil belajar siswa, serta tes dilakukan sebanyak dua kali dalam penelitian ini.
Dilakukan untuk menilai bagaimana pemecahan masalah siswa atau sampel sebelum dilakukan
eksperimen. Rata rata nilai pretest kedua kelompok sampel selanjutnya akan dibandingkan untuk melihat

16
Nikolaus Duli, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta : CV Budi Utama 2019), Hlm. 3.
17
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta :CV Andi offset, 2017), hlm. 50
6

apakah kedua kelompok berkemampuan awal serupa atau tidak.


Setelah eksperimen siswa diberi posttest untuk mengukur kemampuan mereka dalam memecahkan
masalah IPA. Rata rata nilai posttest kedua kelas selanjutnya akan dibandingkan guna melihat apakah
terdapat perbedaan. Hasil dari pembandingan skor ini akan digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian.
Kemudian hasil tes akan disajikan melalui tabel distribusi frekuensi beserta kategori nilainya. Berikut ini
kategori nilai yang akan digunakan.18
Teknik observasi yaitu penelitian yang dilakukan paling efektif adalah melengkapi dengan format atau
blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi. Pada penelitian ini observasi digunakan untuk memperoleh suatu petunjuk
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses belajar mengajar dikelas.
Pada tahap ini observasi dilakukan pada aspek-aspek sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Siswa mengingat tujuan pembelajaran yang harus dicapai
b. Siswa duduk dengan pasangannya masing-masing.
c. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi pelajaran yang harus diselesaikan.
2. Pelaksanaan
a. Siswa belajar secara klasikal
b. Siswa mengikuti tes sesuai materi
c. Siswa menayakan materi yang belum dipahami
d. Siswa mengikuti tes yang diberikan
3. Kegiatan penutup
Siswa membuat kesimpulan dan guru memberikan tanggapan.
4. Refleksi
Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan mengulang kembali suatu tindakan yang telah
dicatat dalam observasi. Lewat refleksi guru berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala
yang nyata dalam tindakan stategis, dengan mempertimbangkan ragam prespektif yang mungkin ada dalam
situasi pembelajaran dikelas, dan memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana
pembelajaran dilaksanakan.
5. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, notuen rapat, agenda dll. Dokumentasi yang tertera yaitu : tentang Profil sekolah,
sejarah sekolah, tempat dan kondisi sekolah dan foto-foto lainnya tentang sekolah tersebut. Dokumentasi
yang tertera yaitu : tentang Profil sekolah, sejarah sekolah, tempat dan kondisi sekolah dan foto-foto lainnya
tentang sekolah tersebut.19

PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Pra Siklus

18
Suharsimi Ariknto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), hlm. 223
19
Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Literasi media publishing, 2015), hlm.75
7

Kegiatan evaluasi pembelajaran dilakukan di Kelas V pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan materi Asmaul Husna. Dari hasil kegiatan evaluasi di kelas V SDN 202 Bengkulu Utara dengan
jumlah siswa 15 orang diperoleh hasil 53,33% siswa belum mampu memahami materi pembelajaran yang
disampaikan dan hanya 46,67% siswa yang telah menguasai materi yang diajarkan. Untuk mengatasi hal
tersebut, penulis melakukan perbaikan pembelajaran dalam tiga tahap.
a. Perencanaan
Kegiatan pembelajaran pra siklus akan dilaksanakan di SD Negeri 202 Bengkulu Utara dengan kelas
yang menjadi subject penelitian adalah kelas V mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Asmaul
Husna. Pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus dilakukan sebelum melakukan perbaikan pembelajaran.
Pelaksanaan pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan–kelemahan yang terjadi dalam
pembelajaran dan sekaligus untuk merumuskan perencanaan perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran awal atau pra siklus ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 21 Agustus 2024 di
SD Negeri 202 Bengkulu Utara pada siswa kelas V yang berjumlah 15 orang siswa. Pelaksanaan
pembelajaran pra siklus dilakukan dengan cara yang biasa dan strategi yang umum dilaksanakan di SD
Negeri 202 Bengkulu Utara.
c. Observasi dan Evaluasi
Dalam evaluasi pelaksanaan pembelajaran pra siklus yang mendapatkan hasil seperti hanya ada 7
orang siswa yang sudah mendapatkan nilai tuntas, sementara 8 orang siswa lagi mendapatkan nilai dibawah
ketuntasan minimum. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa hasil ketuntasan yang diperoleh dari
pelaksanaan pembelajaran awal hanya mencapai 46,67%. Hasil pada kegiatan pembelajaran pra siklus masih
sangat rendah dan jauh dari kompetensi ketuntasan yang diharapkan yakni ketuntasan hasil siswa diatas 85%,
maka dari itu penulis dibantu teman sejawat merancang perbaikan pembelajaran siklus I.
d. Refleksi
Setelah melakukan pembelajaran pra siklus, penulis dibantu teman sejawat melakukan refleksi untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran pra siklus. Kelemahan–
kelemahan yang ditemukan pada pelaksanaan pra siklus untuk kemudian akan direncanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus I.
2. Pelaksanaan Siklus 1
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I penulis dibantu teman sejawat melakukan
perencanaan. Pada perencanaan perbaikan pembelajaran siklus I dengan memperbaiki temuan-temuan pada
pelaksanaan pembelajaran prasiklus. Dalam perencanaan ini penulis menyusun Modul Ajar, Metode dan
Media pembelajaran. Penulis merencanakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan menggunakan metode
pembelajaran model . Dengan menggunakan media kaligrafi sebagai alat bantu pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan pada hari Rabu tanggal 28 Agustus 2024,
dengan subjek kelas dan mata pelajaran yang sama pada pelaksanaan pembelajaran pra siklus yakni kelas V
SDN 202 Bengkulu Utara. Perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan dengan menggunakan metode
pambelajaran dengan menambahkan media pembelajaran berupa kaligrafi Asmaul Husna.
8

c. Observasi da Evaluasi
Hasil evaluasi pembelajaran siklus I didapati peningkatan siswa yang tuntas sebanyak 9 orang siswa
dari jumlah siswa 15 orang, atau 60,00% siswa telah mencapai ketuntasan, mengalami peningkatan 30,00%
dari hasil pembelajaran pada pra siklus. Peningkatan ini terjadi karena penulis sudah menggunakan metode
dan media pembelajaran yang tepat. Namun hasil perbaikan pembelajaran siklus I masih belum mencapai
persentase ketuntasan yang diharapkan, hal ini dikarenakan masih adanya kelemahan – kelemahan yang
ditemukan pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus I. Temuan-temuan tersebut akan menjadi bahan
evaluasi perbaikan pada pembelajaran siklus II.
d. Refleksi
Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I sudah mengalami peningkatan yang lumayan baik.
Namun peningkatan tersebut masih belum mencapai kopetensi yang diharapkan. Kelamhan-kelemahan yang
ditemukan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dijadikan bahan evaluasi untuk melaksanakan
perbaikan pembelajaran siklus II.
3. Pelaksanaan siklus II
a. Perencanaan
Untuk memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus I maka penulis bersama teman sejawat merancang
perbaikan pembelajaran siklus II. Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II ini dilakukan dengan
memperhatikan kelemahan – kelemahan yang didapati dari refleksi pada siklus I.
b. Pelaksanaan
Untuk memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus I maka penulis bersama teman sejawat merancang
perbaikan pembelajaran siklus II. Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II ini dilakukan dengan
memperhatikan kelemahan – kelemahan yang didapati dari refleksi pada siklus I. Pelaksanaan pembelajaran
siklus II dilakukan pada hari Rabu tanggal 04 September 2024 dengan subjek kelas masih sama yaitu di kelas
V SD Negeri 202 Bengkulu Utara dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Asmaul
Husna. Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran . Perbaikan pembelajaran siklus II berlangsung lebih baik, penulis sebagai
guru juga sudah merasa nyaman dengan kondisi siswa sehingga bisa mengajak siswa berinteraksi dengan
baik.
c. Observasi da Evaluasi
Hasil evaluasi pada perbaikan pembelajaran siklus II didapati hasil nilai siswa mengalami peningkatan
dari pembelajaran siklus 1. Pada tahap perbaikan pembelajaran siklus II siswa yang mendapat nilai kompeten
mencapai 12 orang siswa (80,00%) dari jumlah siswa 15 orang siswa. Peningkatan hasil perbaikan
pembelajaran siklus II sudah baik, namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, hal itu terlihat dari
masih adanya siswa yang memperoleh hasil belum kompeten sebanyak 3 orang siswa (20,00%). Berdasarkan
hasil refleksi penulis bersama dengan teman sejawat masih ditemukan kelemahan yang terjadi pada kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus II.
d. Refleksi
Perbaikan pembelajaran siklus II telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri
203 Bengkulu Utara pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam denga materi Asmaul Husna. Namun
peneliti merasa belum puas dengan hasil yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran siklus II, hal ini
9

dikarenakan masih adanya temuan kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan pembelejaran siklus II.
4. Pelaksanaan siklus III
a. Perencanaan
Untuk memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus sebelumnya maka penulis bersama teman sejawat
merancang perbaikan pembelajaran siklus III. Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus III ini dilakukan
dengan memperhatikan kelemahan – kelemahan yang didapati dari refleksi pada siklus sebelumnya.
b. Pelaksanaan
Untuk memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus sebelumnya maka penulis bersama teman sejawat
merancang perbaikan pembelajaran siklus III. Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus III ini dilakukan
dengan memperhatikan kelemahan – kelemahan yang didapati dari refleksi pada siklus sebelumnya.
Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilakukan pada hari Rabu tanggal 11 September 2024 dengan subjek
kelas masih sama yaitu di kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara dengan mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam pada materi Asmaul Husna. Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus III dilakukan untuk memperbaiki
hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran . Perbaikan pembelajaran siklus III berlangsung
lebih baik, penulis sebagai guru juga sudah merasa nyaman dengan kondisi siswa sehingga bisa mengajak
siswa berinteraksi dengan baik.
c. Observasi da Evaluasi
Hasil evaluasi pada perbaikan pembelajaran siklus II didapati hasil nilai siswa mengalami peningkatan
dari pembelajaran siklus sebelumnya. Pada tahap perbaikan pembelajaran siklus III siswa yang mendapat
nilai kompeten mencapai 15 orang siswa dari jumlah siswa 15 orang siswa. Ini berarti tingkat keberhasilan
pembelajaran pada siklus III sudah mencapai 100%. Keberhasilan perbaikan pembelajaran pada siklus III di
kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara sudah mencapai tingkat keberhasilan maksimal.
d. Refleksi
Perbaikan pembelajaran siklus III telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri
203 Bengkulu Utara pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam denga materi Asmaul Husna. Dari hasil
yang diperoleh pada pembelajaran siklus III membuktikan bahwa model pembelajaran yang tepat akan
mampu meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam belajar. Dari hasil diatas maka peneliti menghentikan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran, dikarenakan perbaikan pembelajaran sudah mencapai keberhasilan
yang maksimal.
Setelah dilaksanakan penelitian mulai dari pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III melalui
penerapan model untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Asmaul Husna, dapat disimpulkan bahwa model mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Tingginya hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model dikarenakan siswa lebih aktif dan dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai sangat berpengaruh terhadap keaktifan
siswa dan hasil nilai siswa dalam belajar.
Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan materi Asmaul Husna mengalami peningkatan dalam setiap siklus perbaikan. Pernyataan
tersebut dapat dibuktikan dari hasil nilai siswa yang dapat dibandingkan dalam bentuk tabel nilai berikut :
10

Nilai Nilai siklus Nilai siklus Nilai siklus


No Nama siswa
prasiklus I II III
1. Arista Aulia 70 80 90 95
2. Citra Nabila Ariyanti Putri 75 75 80 100
3. Diana Lestari 45 45 65 70
4. Engga Ragiliansyah 65 70 80 85
5. Febi Enja Saputri 75 75 75 85
6. Gesya Irakasta 80 80 90 100
7 Haikal Kurniawan 55 60 70 75
8 Ilham Novriyanto 70 75 75 75
9 Jihan Nauri Afif 40 50 45 80
10 Muhammad Habibi 45 50 50 70
11 Muhammad Rafif 65 75 80 95
12 Nur Laila Fitri 60 60 70 75
13 Rahmadani Khoirun Nisa 65 65 75 80
14 Rasya Fatin Kanzena 75 80 85 85
15 Rea Septia Ningsih 75 75 75 75
Jumlah tuntas 7 9 12 15
Jumlah tidak tuntas 8 6 3 0
Tabel 4.1. Perbandingan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3


Nilai
Siswa % Siswa % Siswa % Siswa %
90-100 0 0% 0 0% 2 13,33% 4 26,67%
70-89 7 46,67% 9 60,00% 10 66,67% 11 73,33%
50-69 5 33,33% 4 26,67% 2 13,33% 0 0%
30-49 3 20,00% 2 13,33% 1 6,67% 0 0%
10-29 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
Tabel 4.2. Persentase perbandingan ketuntasn siswa pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III
Dari hasil refleksi dan evaluasi disetiap pembelajaran di kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Asmaul Husna diketahui adanya peningkatan keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan keaktifan siswa tersebut penulis sajikan dalam bentuk tabel dan
diagram berikut :
Banyak Siswa (Orang)
No Pembelajaran
Aktif Tidak Aktif
1 Pra Siklus 8 7
2 Siklus I 9 6
3 Siklus II 11 4
4 Siklus III 14 1
Tabel 4.3. Peningkatan keaktifan siswa pra siklus, siklus I dan siklus II
11

Dari hasil pembahasan perbaikan pembelajaran dari mulai pra siklus, perbaikan siklus I, II dan III
didapati hasil belajar siswa yang semakin meningkat baik dari hasil nilai siswa maupun keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan hasil tersebut disebabkan oleh faktor pemilihan metode dan
strategi mengajar yang baik. Penggunaan metode Take and Give sangat berperan untuk menarik perhatian
siswa mengikuti pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 202 Bengkulu Utara pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan materi Asmaul
Husna.

KESIMPULAN
Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran awal atau pra siklus didapatkan hasil sangat rendah. Dari 15
siswa, terdapat 8 siswa atau 53,33% yang nilainya tidak kompeten. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
dilakukan perbaikan pembelajaran di kelas V SD Negeri 202 Bengkulu Utara pada mata pelajaran pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) tentang Asmaul Husna. Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus
dengan memperbaiki hasil evaluasi dan refleksi kegiatan awal atau pra siklus. Perbaikan pembelajaran siklus
I dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran . Hasil evaluasi pembelajaran siklus I didapati
peningkatan nilai siswa, dari jumlah siswa 15 orang sudah ada 9 orang siswa yang mendapatkan nilai tuntas
atau 60,00%. Peningkatan pada siklus I masih belum mencapai kompetensi yang diharapkan, maka perbaikan
pembelajaran dilanjutkan ke tahap siklus II dengan memperbaiki kelemahan – kelemahan yang terjadi pada
siklus sebelumnya. Evaluasi terhadap perbaikan pembelajaran siklus II memperoleh hasil yang baik, dari 15
orang siswa kelas V hanya tinggal tiga orang siswa yang memperoleh hasil nilai dibawah kompetensi, itu
artinya tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran siklus II telah mencapai 80,00%. Keberhasilan
perbaikan pembelajaran diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus III dengan tingkat ketuntasan siswa
mencapai 100%. Keberhasilan perbaikan pembelajaran siklus III membuktikan bawa model pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VSD Negeri 202 Bengkulu Utara pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) tentang Asmaul Husna
Kesimpulan memberikan implikasi bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
menerapkan metode dapat meningkatkan kemampuan memahami dan meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SDN 202 Bengkulu Utara, maka dalam pembelajaran guru harus menerapkan metode pembelajaran
dengan baik dan benar. Penerapan metode pembelajaran , siswa akan lebih aktif dan kreatif dalam
pembelajaran. Hal ini berdampak pada kemampuan memahami materi pada siswa. Guru juga dimudahkan
dalam melaksanakan tindak mengajar dan mengelola siswa di dalam kelas. Tindak mengajar yang dilakukan
guru dan perilaku siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode pembelajaran
memberikan gambaran sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dapat
ditingkatkan. Meningkatnya kemampuan pemahaman materi pada siswa akan berdampak pada meningkatnya
hasil belajar siswa.

REFERENSI
Ahmad Tafsir, 2014, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung, Rosda Karya
Abuddin, Nata. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group
12

Aldafiana, S., & Murniyati, A. (2021). Measurement of Diameter, Height and Volume of The Sengon Tree
(Paraserianthes Falcataria) 10 Years Old in Desa Perdana. Jurnal Eboni, 3(2), 2715–6451.
Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Peranan Hutan Sebagai Manfaat Ekonomi.
Dlhk.Bantenprov, 3, 103– 111.
Rustini, Tin. (2008). Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan Pengembangan Potensi
Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, Hal. 1-
4
Paradita, L., Vahlia, I., & Rahmawati ES, Y. (2019). Peningkatan Kecerdasan Intrapersonal dan Hasil Belajar
Melalui Model Pembelajaran Take and Give Berbasis Matematika Realistik. Program Studi
Pendidikan Matematika, 8(3), 438–447.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2473
B. Uno, Hamzah (2006), Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Novia, Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Pada Mata
Pelajaran IPA Pokok Bahasan Pernafasan Kelas V SD Negeri 101766 Deli Serdang.
Rofik, Penerapan Metode Pembelajaran Take And Give Dalam Pembelajaran Matematika Materi Peluang
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Siti Nur Rohmah, “Strategi Pembelajaran Matematika”, (Yogyakarta: UAD Press, 2021) hal.44.
Ibid, hal. 44-45
Mulyono, “Strategi Pembelajaran”, (Malang: UIN Maliki Press, 2012) hal. 25
Trianto, “Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 22.
Siti Nur Rohmah, Op Cit, hal.45.
Andi Kaharuddin dan Nining Hajeniati, “Pembelajaran Inovatif & Variatif”, (Sulawesi Selatan: Pusaka
Almaida, 2020), hal. 140
Mieke Mandagi, dkk, “Inovasi Pembelajaran di Pendidikan Tinggi”, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal. 77
Habibati, Op. Cit, hal. 141.
Andi Kaharuddin dan Nining Hajeniati. Op.Cit, hal. 80.
Bekti Wulandari, dkk, “Peningkatan Kemampuan Kerjasama dalam Tim Melalui Pembelajaran Berbasisi
Lesson Study”. Jurnal ELINVO. Vol.1 No.1, 2015, hal. 12.
Ardi Wira Kusuma, “Meningkatkan Kerjasama Siswa dengan metode Jigsaw dalam bimbingan Klasikal”.
Jurnal Konselor. Vol. 7 No. 1, 2018, hal. 28
Dimas Anjar Kisworo,dkk. Loc.Cit

Mifathul Huda “Kooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan”, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017), hal. 24-25)
Dyah Kusuma Nasiti, Sri Harmianto, dan Dedy Irawan, “Model Pembelajaran Take and Give Dibantu Media
Kokami Di Kelas V Sekolah Dasar”, Jurnal JPSD. Vol. 6. No. 2. Tahun 2019. hal. 72
Nikolaus Duli, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta : CV Budi Utama 2019), Hlm. 3.
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta :CV Andi offset, 2017), hlm. 50
Suharsimi Ariknto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), hlm. 223
Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Literasi media publishing, 2015), hlm.75
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan karya Ilmiah, (Jakarta : Prenamedia
Grup, 2014), hlm. 130-132
A. Muri Yusuf,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta :Prenadamedia
Grup, 2014), hlm. 130.
Kemmis, S. dan R. Mc Taggart, The Action Researcher Planner, (Victoria: Deakin University, 1988).

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy