Kerajinan Ikat Celup Di Batik Parang Kaliurang Sleman Yogyakarta

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

1

KERAJINAN IKAT CELUP


DI BATIK PARANG KALIURANG SLEMAN
YOGYAKARTA

JURNAL PENGKAJIAN

Aprilia Nur Muamalah


1011522022

Tugas Akhir ini Diajukan kepada Fakultas Seni Rupa


Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana S-1 dalam Bidang Kriya Seni
2017

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3

KERAJINAN IKAT CELUP


DI BATIK PARANG KALIURANG SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh : Aprilia Nur Muamalah

ABSTRAK

The work of duty the end of the study it was a result of research on craft
connective bags in batik machete kaliurang sleman yogyakarta, study directed
from the process of making covering instrument, material, making pendesain, and
engineering and features their products.
This research is research qualitative elaborated with sentence and the act
of obtained by observation, interview, and documentation. An instrument main in
this research was researchers own with the help of guidelines observation,
guidelines, and guidelines documentation. The tools research in here use
stationery, instrument record, and the camera, while technique analysis data using
reduction data, presentation of data, and draw conclusions.
The contents of a thesis this is about the problem of cover the connective
the craft dip is in small and medium enterprises Parang Kaliurang batik, located
on Jl. Astamulya Kaliurang Selatan, Hargobinangun, Pakem Sleman, Yogyakarta.
A problem that became the center of the research of writing a thesis this is about
the process of making connective the craft dip is in batik kaliurang a machete,
which encompasses and peeling about an instrument, and materials, the
manufacture of design, the production process, engineering used, until until the
end of the process of finishing. And there have of the privilege a product produced
and slightly be drawn on background company. The results of the study that of
process of making craft connective bags beginning of pendesainan, makes and
move a pattern in cloth, binding, staining, and finishing. The research results show
features products can seen from several cover the tools and material, design,
techniques applied, and motives produced. One each is is a technique strip color, a
technique that does not many applied this is typical and privileges their products.
Take away color was one of the results appreciation man that can be used to
increase the value aesthetically, the value of selling on a cloth and will led
diversity element a line, the field of, color on cloth connective bags .

Keywords: Craft Fastening Bags, Unplug Color, Batik Parang kaliurang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


4

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Hiruk pikuknya perkembangan seni di Yogyakarta, sudah terlihat
mencolok dengan adanya para perajin, baik yang lahir dari dalam kota
Yogyakarta sendiri maupun yang dari luar kota. Salah satunya adalah Ibu
Menuk yang bertempat tinggal di sebalah utara kota Yogyakarta yaitu
daerah Kaliurang Sleman, di mana beliau menjadi pelopor sebuah rumah
kerajinan tangan dalam bentuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Batik
Parang Kaliurang. Kegiatan yang bersifat sosial ini, bisa disebut juga
kegiatan yang menghasilkan suatu karya yang membawa dampak positif di
daerah sekitarnya.
Kerajinan tekstil yang cukup popular di wilayah Kaliurang Sleman
ini yaitu batik dan kerajinan ikat celup. Produk kerajinan ikat celup di
UKM Batik Parang Kaliurang ini lebih bervariasi seperti pada penerapan
teknik dan hasil motifnya. Kesempatan kali ini, penulis ingin mendalami
seluk beluk tentang kerajinan ikat celup khususnya di Batik Parang
Kaliurang.
Produsen batik dan kerajinan ikat celup ini merupakan industri
kecil yang dimulai dari suatu kelompok yang didirikan pada tahun 2008
dan mulai lebih berkembang setelah pasca bencana erupsi Gunung Merapi
2010 terjadi. Saat itulah Menuk Sayekti (pemilik UKM Batik Parang
Kaliurang) beserta masyarakat terutama ibu-ibu di Desa Hargobinangun
memulai usahanya di bidang kerajinan ikat celup dengan berbagai macam
teknik, motif, dan pewarnaan yang menarik. Usaha ini sudah mengalami
perubahan nama setelah berdiri sejak tahun 2008 dengan nama UMKM K-
Bunda Collection, dan akhirnya akhir pada tahun 2010 hingga saat ini
nama yang terdaftar di Disperindagkop Kabupaten Sleman yaitu UKM
Batik Parang Kaliurang (wawancara ibu Menuk Sayekti, Februari 2016).
Perkembangan kerajinan ikat celup di D.I.Yogyakarta khususnya
di UKM Batik Parang Kaliurang memiliki peluang yang bagus dalam
persaingan bisnis saat ini. Bermaksud untuk lebih mengenalkan kerajinan
ikat celup kepada masyarakat, maka dibuatlah studi tentang kerajinan ikat
celup ini. Salah satu ketertarikan penulis adalah adanya metode yang
berbeda dalam pembuatannya, yaitu tanpa menggunakan lilin (malam).
Proses pembuatan kerajinan ikat celup menggunakan alat yang sederhana
seperti tali, kayu, atau biji-bijian sebagai perintang, sehingga hasil motif
setelah pewarnaan tidak serapi menggunakan perintang malam. Ikat celup
merupakan suatu cara membuat ragam hias di atas permukaan kain dengan
menutup bagian yang tidak dikehendaki terkena warna dengan media
tekan yang diakibatkan oleh jahitan atau ikatan. Kecantikannya bisa
terlihat dari efek corak dan warna yang timbul tergantung pada bahan baku
seperti; kain, teknik, kreatifitas, dan zat warna yang dipergunakan.
Kain ikat celup mengalami perkembangan dalam hal bahan,
keindahan, bahkan prosesnya. Perkembangan fungsi ikat celup sekarang
sangat bermacam-macam dan tidak kalah menarik dengan produk tekstil
lainnya. Saat ini ikat celup telah menjadi sedikit pusat perhatian pengguna

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


5

maupun pembuat serta banyak mengalami perkembangan dalam


prosesnya.
2. Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan proses pembuatan yang meliputi alat, bahan,
pembuatan desain, dan keteknikan serta keistimewaan produk
kerajinan ikat celup di UKM Batik Parang Kaliurang.
b. Meningkatkan pengetahuan, wawasan yang lebih luas dalam
bidang kriya tekstil pada umumnya dan kerajinan ikat celup pada
khususnya.

3. Landasan Teori
a. Pengertian Kerajinan
Menurut Soehadji (1979:2), ciri khas kerajinan adalah
dihasilkan produk tersebut dengan alat-alat yang sederhana (manual
skill). Produk tersebut meliputi berbagai perabot pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang terbuat dari kayu, besi, porselin, gading,
batu-batuan, dan sebagainya yang memungkinkan untuk diolah. Dalam
buku Ensiklopedia Indonesia disebutkan sebagai berikut: Kerajinan
adalah kesemuan yang menghasilkan barang perabot atau barang-
barang lainnya yang artistik, terbuat dari kayu, besi, emas, gading,
tenun dan lain sebagainya yang juga disebut seni guna, (Hasan Sadily,
1982:1749).
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian kerajinan adalah seni yang menghasilkan beberapa
produk atau barang-barang perabot dari hasil pekerjaan tangan yang
terampil. Segala aktivitas manusia yang dikerjakan dengan
menggunakan tangan yang menghasilkan barang-barang kerajinan
yang memiliki nilai estetis dan bernilai seni.

b. Pengertian Ikat Celup


Menurut Rina Pandan Sari (2013:55) dalam pembuatan batik,
dikenal ada empat cara, yaitu dengan cara ditulis menggunakan
canting atau biasa disebut batik tulis, dicetak dengan cap atau disebut
batik cap, dicetak dengan screen atau disebut batik sablon atau batik
printing, dan diikat dengan tali atau benang dinamakan jumputan.
Teknik ikat celup dalam bahasa Afrika adalah adire, dalam bahasa
India disebut bandhana, dan dalam bahasa Jepang adalah shibori.
Istilah tersebut sudah digunakan selama berabad-abad untuk
menggunakan cara membuat desain pada kain, yang disebut seni ubar
ikat atau ikat celup.
Ikat celup merupakan salah satu teknik kerajinan tekstil yang
menghasilkan motif di atas permukaan kain dengan jalan menutup
bagian yang tidak dikehendaki terkena warna.

c. Proses Pembuatan Kerajinan Ikat Celup


1) Pembuatan desain

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


6

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:319), desain


berarti kerangka, bentuk atau rancangan. Sedangkan menurut
Suhersono (2005:11) menyatakan bahwa desain adalah penataan
atau penyusunan berbagai garis, bentuk, warna, dan figure yang
diciptakan agar mengandung nilai-nilai keindahan.
Beberapa pendapat yang telah mendefinisikan desain
melalui sudut pandangnya tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa desain adalah rancangan gambar yang tersusun atas garis,
bentuk, dan warna yang tersusun dalam suatu komposisi dan
proporsi yang diperhatikan keindahannya untuk mengungkapkan
sebuah ide dalam mencipta suatu karya.

2) Alat dan Bahan Dalam Proses Pembuatan Kerajinan Ikat


Celup
Menurut Rini Ningsih (2001:4), untuk menciptakan suatu
karya seni kerajinan tidak lepas dari alat dan bahan yang
digunakan.
Alat yang digunakan dalam membuat kerajinan ikat celup
dibagi menjadi 2 macam yakni, alat pengikatan dan alat
pencelupan.

Gb. 1. Alat pengikatan (kiri) dan alat pencelupan (kanan)


(sumber : Aprilia Nur Muamalah, 2016)
3) Teknik
Dalam pembuatan kerajinan ikat celup ada 2 teknik, yakni
teknik pengikatan dan pewarnaan. Teknik ikat celup misalnya
teknik ikat (tie), teknik jahit (stitch), teknik simpul (fold), teknik
tekan (press), teknik kancing (knot), teknik lipat (pleat), dan bisa
juga dari beberapa teknik tersebut untuk dikombinasikan dalam
sebuah karya.
Sedangkan untuk teknik pewarnaan untuk membuat
kerajinan ikat celup dengan cara pencelupan, namun ada teknik
lain dalam pewarnaan. Misalnya teknik colet, semprot, siram dan
tabur. Proses penerapannya pun dapat dikombinasi seperti halnya
teknik pengikatan. Dari teknik-teknik tersebut dapat menghasilkan
motif-motif yang berasal dari efek-efek perpaduan keduanya yang
terkadang hasilnya diluar dugaan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


7

d. Finishing
Proses terakhir dalam sebuah produksi adalah finishing. Proses
akhir dalam pembuatan kerajinan ikat celup ini diawali dengan
melepas ikatan-ikatan, menyetrika, pengecekan akhir dilihat kondisi
barang dan yang terakhir adalah pengepakan (packaging).

4. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010:4),
metodologi kualitatif menyatakan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang yang diamati. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode
kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau pemanfaatan dokumen.
Penelitian ini berisi tentang deskripsi data yang berasal dari
wawancara, catatan lapangan, dokumentasi foto serta dokumen pribadi
atau data lain yang disajikan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya dan
disusun secara sistematis.
a. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif adalah berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan
penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran
penyajian laporan. Data dapat diperoleh melalui wawancara, catatan
lapangan, foto, videotape, dokumentasi pribadi, catatan atau memo,
dan dokumen resmi lainnya. Data dalam penelitian ini berupa uraian
yang berkaitan dengan proses pembuatan yang meliputi alat, bahan,
pembuatan desain, dan keteknikan serta keistimewaan produk
kerajinan ikat celup Batik Parang Kaliurang (Moleong, 2010:11).
b. Metode Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2006:222) bahwa pengumpulan data adalah
bagaimana peneliti menentukan metode setepat-tepatnya untuk
memperoleh data, kemudian disusul dengan cara-cara menyusun alat
pembantunya, yaitu instrumen. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan studi pustaka, metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
c. Instrumen Penelitian atau Alat Penelitian
Instrumen menurut Moleong (2013:168) adalah alat penelitian
yang tepat karena menjadi segalanya dari keseluruhan proses
penelitian. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.
Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,
analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti juga menjadi pelapor
hasil penelitiannya.
Pencarian data tersebut dibantu dengan menggunakan alat
bantu untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan
penelitian yaitu pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi serta
alat tulis, alat rekam dan kamera untuk mengambil gambar.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


8

d. Metode Analisis Data


Analisis data dimulai dengan menelaah semua data yang
tersedia dari berbagai sumber, baik dokumen pribadi maupun dokumen
resmi, data dokumentasi, hasil interviu, dan lain sebagainya yang
bersangkutan dengan penelitian. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam menganalisis data yakni dengan jalan reduksi data, penyajian
data, dan menarik kesimpulan.

B. Hasil dan Pembahasan


1. Penyajian Data
a. Latar Belakang Singkat Perusahaan
Salah satu tempat industri kerajinan rumahan yang ada di kawasan
Kaliurang adalah UKM Batik Parang Kaliurang. Industri rumahan ini
bergerak dalam bidang tekstil khususnya batik dan kerajinan ikat celup.
Usaha tersebut didirikan oleh Menuk Sayekti (pemilik usaha) pada tahun
2008, yang beralamatkan di Jl. Astamulya Kaliurang Selatan,
Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Latar belakang usaha tersebut berangkat dari Menuk Sayekti
sebagai seorang aktivis di lingkungannya yang tergerak untuk
mengembangkan keterampilan yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga di
sekitarnya yang sebelumnya pernah mengikuti suatu pelatihan dasar
seputar batik dan kerajinan ikat celup yang pernah diberikan oleh
mahasiswa KKN dari Institut Seni Indonesia (ISI Yogyakarta). Tujuan
didirikannya perusahaan ini selain untuk meningkatkan kesejahteraan ibu-
ibu rumah tangga di sekitarnya, juga bertujuan untuk mengembangkan
kerajinan ikat celup yang pada saat itu masih dipandang sebelah mata.
Pengelolaan perusahaan semua dipegang oleh pemiliknya, hingga bagian
produksi pun ikut terlibat di dalamnya. Namun yang lebih bertanggung
jawab pada bagian produksi adalah para pegawainya yang keseluruhan
berjumlah 6 orang. Kerajinan ikat celup Batik Parang Kaliurang ini
perkembangannya cukup bagus, hal tersebut tidak lepas dari berbagai
faktor salah satunya adalah strategi pemasarannya. Produsen kerajinan ini
menerapkan strategi pemasaran dengan jalan pameran-pameran baik dari
dinas maupun mandiri dan juga melalui media sosial internet.

b. Proses Produksi Kerajinan Ikat Celup Di UKM Batik Parang


Kaliurang
Proses produksi di sini adalah meliputi alat dan bahan, pembuatan
desain, pembuatan produk, teknik yang digunakan sampai dengan
finishing. Sebelum lebih jauh membatasi proses, maka di sini akan
diuraikan prosesnya dari tahap awal.
1) Alat
Alat yang digunakan dalam membuat kerajinan ikat celup
dibagi menjadi 2 macam yakni, alat pengikatan dan alat pencelupan.
2) Bahan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


9

Bahan yang digunakan dalam proses produksi mulai dari


pendesainan hingga finishing adalah kertas, kain, dan bahan pewarna.
3) Pembuatan desain
Pembuatan desain adalah salah satu hal penting yang
dikerjakan diawal proses produksi. Desain sangat membantu dalam
proses agar pengerjaan lebih terarah. Dikarenakan teknik ikat celup
dihasilkan oleh kerja tangan bukan mesin. Tidak menutup
kemungkinan juga pembuatan kerajinan ikat celup ini tanpa
menggunakan desain. Dalam pembuatan desain juga harus
diperhatikan tentang teknik-teknik apa yang akan diterapakan pada
proses produksi nantinya.
4) Pembuatan produk
Dalam pembuatan kerajinan ikat celup pada umumnya dikenal
dengan dua tahap, yaitu pengikatan dan pencelupan / pewarnaan.
Proses membuat kerajinan ikat celup ini terbilang simpel dan
sederhana. Pertama kali yang dilakukan adalah membuat desain dan
pola motif. Pembuatan motif pada kerajinan ikat celup dilakukan
dengan jalan pengikatan pada bagian kain yang dikehendaki kemudian
dicelupkan ke larutan pewarna lalu dibilas. Berikut ini adalah tahap
proses pembuatan kerajianan ikat celup.
a) Proses pengikatan
Teknik pengikatan yang dipakai dalam pembuatan ikat celup di
UKM Batik Parang Kaliurang adalah sebagai berikut:
i. Teknik ikat (tie)
Teknik ikat ini dilakukan dengan cara mengikat bagian kain
yang diinginkan. Hasil motif dari teknik ikat ini akan sesuai
dengan bentuk ikatannya seperti bentuk lingkaran, garis tak
beraturan, dan terkadang muncul motif yang tak terduga. Alat yang
digunakan untuk mengikat adalah tali yang bersifat tidak meresap
warna.

Gb. 2. Hasil Teknik Ikat / Tie


(Foto : Aprilia Nur Muamalah, 2016)

ii. Teknik jahit (stich)


Teknik ikat ini dilakukan dengan cara menjahit bagian kain
yang inginkan dengan teknik jahit jelujur. Hasil motif dari teknik
jahit ini berupa garis yang mengikuti bentuk sesuai dengan pola
yang dibuat. Dengan teknik ini bisa membuat berbagai variasi

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


10

motif-motif non abstrak seperti bentuk-bentuk persegi, segitiga,


bunga, daun, binatang bahkan tulisan dan lain sebagainya

Gb. 3. Hasil Teknik Jahit / Stich


(Foto : Aprilia Nur Muamalah, 2016)

iii. Teknik lipat (pleat)


Teknik ini merupakan pembuatan motif dengan cara dilipat.
Motif yang dihasilkan dari teknik lipat ini adalah motif-motif
geometris dan tersusun teratur, tapi bentuk dan ukurannya tidak
sama.

Gb. 4. Hasil Teknik Lipat / Pleat


(Foto : Aprilia Nur Muamalah, 2016)

iv. Teknik tekan (press)


Proses pembutan teknik tekan ini hampir sama dengan
proses pembuatan pada teknik lipat. Perbedaanya pada teknik tekan
ini ditambahkan alat press untuk menahan warna agar tidak masuk
saat proses pencelupan warna.

Gb. 5. Hasil Teknik Tekan / Press


(Foto : Aprilia Nur Muamalah, 2016)

v. Teknik kerut (smock)


Teknik kerut atau smock dilakukankan dengan cara
mengerutkan kain. Motif yang dihasilkan dari teknik ini adalah
garis-garis yang tidak tegas (gelombang) atau lebih ke abstrak.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


11

Gb. 6. Hasil Teknik Kerut / Smock


(Foto : Aprilia Nur Muamalah, 2016)

vi. Teknik simpul (fold)


Teknik simpul ini dilakukan dengan cara digulung atau
dilipat (wiru) terlebih dahulu kemudian baru diikat. Motif yang
dihasilkan dari teknik ini adalah motif-motif yang teratur bila
pengikatan dibuat secara teratur, bisa juga bentuk garis tak
beraturan, bias-bias dan lain sebagainya.

Gb. 7. Hasil Teknik Simpul / Fold


(Foto : Aprilia Nur Muamalah, 2016)

b) Proses pewarnaan
i. Teknik celup (dye)
Teknik ini dilakukan dengan cara mencelupkan atau
merendam bagian kain yang dikendaki. Teknik celup ini
menghasilkan corak gradasi warna gelap terang, tetapi terkadang
menghasilkan warna yang sama merata.

ii. Teknik siram


Teknik siram dilakukan dengan cara menyiramkan atau
menuangkan larutan bahan pewarna pada bagian kain yang
dikehendaki. Teknik ini menghasilkan warna yang tidak rata dan
efek tidak terduga.

iii. Teknik colet


Teknik colet ini dilakukan dengan cara menggoreskan
warna secara langsung di atas kain pada bagian yang dikehendaki.
Warna yang dihasilkan dari teknik ini biasanya lebih bermacam-
macam.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


12

iv. Teknik semprot (spray)


Teknik semprot ini dilakukan dengan cara menyemprotkan
cairan pewarna pada bagian kain yang diinginkan. Warna dan efek-
efek yang dihasilkan dari teknik ini adalah membias tidak rata.

v. Teknik cabut warna


Ikat celup dengan teknik cabut warna merupakan teknik
pengembangan dari ikat celup yang dalam prosesnya menggunakan
warna asli dari kain tersebut atau selembar kain putih yang dicelup
warna seluruhnya, kemudian diikat sesuai dengan pola dan
dilunturkan kembali dengan menggunakan Kalium Permanganat
dan Hidrosulfit sebagai peluntur / pemutih tekstilnya, corak yang
dihasilkan terdapat pada bagian kain yang diikat, sedangkan yang
tidak terkena ikatan, warnanya akan luntur atau menjadi putih.
Untuk menghasilkan motif yang sesuai dengan karakter ikat
celup cabut warna, dipilih warna gelap sebagai motif atau coraknya
dan dipadukan dengan warna putih, terang atau cerah. Dengan
proses ini dimaksudkan agar lebih memunculkan karakter ikat
celup dengan teknik cabut warna dan tidak bisa di tiru dengan ikat
celup biasa.

c) Finishing
Finishing merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses
pembuatan yakni membuka ikatan, membilas, merebus kain,
menyetrika, dan packaging.

c. Keistimewaan produk kerajinan ikat celup di UKM Batik Parang


Kaliurang
Keistimewaan produk kerajinan ikat celup yang ada di Batik
Parang Kaliurang adalah sebagai berikut:
Alat-alat yang digunakan untuk pengikatan dan pewarnaan di Batik
Parang Kaliurang hampir sama dengan alat-alat yang digunakan untuk
membuat kerajinan ikat celup pada umumnya, hanya saja dalam
pemanfaatannya terdapat perbedaan dengan yang lain. Untuk bahan yang
digunakan di sini juga bervariasi. Pemilihan bahan yang tepat untuk bahan
pakaian akan mempengaruhi hasil dari produk tekstil itu sendiri, sebab
kesesuaian antara bahan, teknik, pewarna yang dipakai berhubungan erat
akan keberhasilan produk tekstil. Dalam pembuatan desain di perusahaan
ini beberapa ide desain motif didapat dari elemen yang ada di lingkungan
sekitar, baik dari dalam maupun luar lingkungan. Desain di sini lebih lebih
mengikuti perkembangan motif dan warna yang sedang digemari. Namun
tidak menutup kemungkinan desain yang diciptakan di sini adalah
pengembangan desain yang sudah ada sebelumnya, serta motif yang dibuat
tanpa menggunakan desain terkadang juga menjadi salah satu
keistimewaan produk kerajinan ikat celup karena hasilnya di luar dugaan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


13

Sementara itu teknik-teknik yang digunakan dalam membuat


kerajinan ikat celup di Batik Parang Kaliurang ini pada dasarnya sama
merupakan pengembangan dari keteknikan ikat celup yang sudah ada
sebelumnya, baik teknik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam
satu produk bisa dikerjakan dengan satu teknik maupun kombinasi teknik
Kombinasi teknik tersebut bisa dilakukan saat proses pengikatan maupun
pewarnaan. Semua keteknikan yang diterapkan di Batik Parang Kaliurang
ini bertujuan untuk memunculkan karakter dari produknya.
Dari sekian banyak teknik ikat celup tersebut sudah banyak dan
umum digunakan oleh para perajin. Hasil dari eksperimen yang pernah
dilakukan, ada yang berbeda dalam keteknikannya dalam pembuatan ikat
celup dan menjadi keistimewaan produk di Batik Parang Kaliurang. Salah
satu teknik yang menjadi keistimewaan Batik Parang Kaliurang adalah
teknik cabut warna. Dikatakan istimewa karena pada proses dan hasilnya
berbeda dengan kerajinan ikat celup pada umumnya.
Teknik cabut warna ini memunculkan karakter ikat celup yang
tidak bisa ditiru dengan ikat celup biasa. Ikat celup dengan teknik cabut
warna merupakan teknik pengembangan dari ikat celup yang prosesnya
menggunakan warna asli dari kain tersebut atau selembar kain putih yang
diwarna kemudian dilunturkan. Untuk menghasilkan corak yang sesuai
dengan karakter ikat celup cabut warna, dipilih warna gelap sebagai corak
atau motif dan dipadukan dengan warna terang atau cerah sebagai
background. Proses ini memakan waktu lebih lama dari pada teknik ikat
celup pada umumnya. Dalam teknik cabut warna ini tidak semua teknik
pengikatan yang bisa diterapkan dan tidak semua bahan pewarna yang bisa
dipakai. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa hal tersebut yang
menjadi ciri khas dari teknik cabut warna.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa produk yang dihasilkan
oleh Batik Parang Kaliurang terbilang cukup unik karena selalu berinovasi
untuk mengembangkan teknik-teknik yang ada dan hasil produknya selalu
diperhatikan kualitasnya dan merupakan produk limited edition.

2. Analisis Data
a. Proses produksi kerajinan ikat celup di Batik Parang Kaliurang
Dari uraian data tentang alat dan bahan yang digunakan Batik
Parang Kaliurang, maka alat-alat tersebut dapat dibedakan menurut
fungsinya. Penggolongan alat tersebut yakni alat untuk membuat desain
dan pola, alat untuk pengikatan, alat untuk pewarnaan, dan alat untuk
finishing. Untuk bahan juga dapat digolongkan menurut kegunaannya,
yakni bahan untuk membuat desain dan bahan untuk membuat produk.
Pembuatan desain dilakukan pertama kali dalam proses produksi,
karena untuk untuk mewujudkan motif yang diharapkan sehingga
diperlukan untuk menyesuaikan teknik-teknik apa saja yang akan
diterapkan saat proses pembuatannya. Pembuatan desain tersebut
dilakukan karena Batik Parang Kaliurang ini selalu ingin menampilkan hal
yang baru dalam produk produk kerajinan ikat celupnya.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


14

Proses produksi kerajinan ikat celup di sini tidaklah selalu sama,


baik teknik pengikatan maupun teknik pewarnaan bisa juga dari beberapa
teknik-teknik yang ada tersebut dapat dikombinasikan dalam
penarapannya. Secara umum keteknikan dalam kerajinan ikat celup
dibedakan menjadi 2, seperti pada uraian data tentang teknik-teknik dalam
kerajinan ikat celup. Teknik tersebut yakni teknik pengikatan dan teknik
pewarnaan. Namum keteknikan tersebut masing-masing masih dibedakan
lagi berdasarkan cara kerjanya, yakni untuk teknik pengikatan dibedakan
menjadi teknik diikat dan teknik tanpa ikatan, untuk teknik pewarnaan
yakni teknik dicelup dan teknik tanpa dicelup. Teknik pengikatan yang
diterapkan di Batik Parang Kaliurang yakni teknik ikat (tie), teknik jahit
(stich), teknik lipat (pleat), teknik tekan (press), teknik kerut (smock), dan
teknik simpul (fold), sedangkan untuk teknik pewarnaan yang tidak
digunakan yakni teknik tabur saja, karena dipandang tidak efisien dalam
penggunaan bahan pewarnanya.
Produk kerajinan ikat celup merupakan sebuah hasil karya
keterampilan tangan, jadi produk yang dihasilkan tidak bisa sama persis
dengan desain yang dibuat. Berdasarkan uraian data, proses yang terakhir
adalah proses finishing. Proses finishing di sini melalui beberapa tahap
yakni membuka ikatan, membilas kain, merebus kain, menjemur,
menyeterika, dan yang palinga akhir adalah pengepakan maupun
pemajangan (display).

b. Keistimewaan produk kerajinan ikat celup di UKM Batik Parang


Kaliurang
Berdasarkan uraian data yang diperoleh mengenai keistimewaan
produk kerajinan ikat celup di Batik Parang Kaliurang, maka
keistimewaan terletak pada proses dan produk kerajinan ikat celup yang
dihasilkannya. Dari segi alat dan bahan yang digunakan di sini tidak jauh
beda dengan yang digunakan perusahaan lain yang juga memproduksi
kerajinan ikat celup. Hanya saja dalam pemanfaatannya terdapat
perbedaan dengan yang lain.
Beberapa ide desain motif di sini didapat dari elemen yang ada di
lingkungan sekitar, baik dari dalam maupun luar lingkungan. Tidak jarang
pula desain yang diciptakan di sini adalah pengembangan desain yang
sudah ada sebelumnya. Dalam penerapannya, kerajinan ikat celup di sini
merupakan pengembangan dan kombinasi dari keteknikan ikat celup yang
sudah ada sebelumnya. Biasanya dalam satu produk tidak hanya
menerapkan satu teknik pengikatan saja, namun juga dikombinasikan
sesuai dengan keinginan maupun kreativitas pembuat. Untuk teknik-teknik
pewarnaan juga sama halnya dengan teknik pengikatan. Kelebihan lain
dari teknik ikat celup ialah efek warna yang sengaja atau tidak disengaja
justru akan menghasilkan corak dan warna yang menarik.
Batik Parang Kaliurang ini terus bereksperimen dan memunculkan
sesuatu yang berbeda, yakni ikat celup dapat dibuat dengan teknik cabut
warna yang juga menjadi keistimewaan produknya.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


15

Untuk motif yang dihasilkan di Batik Parang Kaliurang terbilang


cukup unik karena selalu berinovasi untuk mengembangkan teknik-teknik
yang ada. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hasil produknya
selalu diperhatikan kualitasnya dan merupakan produk limited edition.

C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tentang kerajinan ikat
celup Batik Parang Kaliurang, maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembuatan kerajinan ikat celup mulai dari mempersiapkan alat dan bahan,
membuat desain yang selalu baru, penggunaan alat dan bahan yang
berkualitas, dan motif yang selalu berbeda disetiap produksinya. Proses
produksi, penggunaan alat dan bahan, serta penerapan teknik-teknik tidak
selalu dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada, tetapi para pegawai
dibebaskan untuk berkreasi sesuai keinginannya dan bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang inovatif.
Salah satu teknik yang menjadi keistimewaan Batik Parang Kaliurang
adalah teknik cabut warna. Dikatakan istimewa karena pada proses dan
hasilnya berbeda dengan kerajinan ikat celup pada umumnya. Cabut warna
adalah proses pencabutan warna yang tidak di inginkan / dihilangkan sehingga
membentuk motif. Cabut warna merupakan salah satu hasil apresiasi manusia
yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai estetis, nilai jual pada kain
dan akan manambah keragaman unsur garis, bidang, warna pada kain ikat
celup. Warna yang diterapkan pada kerajinan ikat celup di Batik Parang
Kaliurang menggunakan warna sintetis yang hasilnya lebih cerah sesuai
permintaan pasar dan selalu bereksperimen untuk mendapatkan hasil warna
yang tidak pasaran.
Keistimewaan produk kerajinan ikat celup Bati Parang Kaliurang ini
terdapat pada alat dan bahan yang berkualitas, desain dan motif yang
dihasilkan selalu baru, serta keteknikan yang diterapkan dalam proses
produksinya berbeda dengan yang lain. Dengan demikian keberadaan Batik
Parang Kaliurang semakin diakui dan memiliki prospek yang lebih baik untuk
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999), Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2007), Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Cetakan ke tiga, Balai Pustaka, Jakarta.

Ebdi, Sadjiman. S. (2005), Dasar Dasar Nirmana, Arti Bumi Intaran,


Yogyakarta.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


16

Hasyim, Henny. (2010), Tie Dye, Tiara Aksa, Surabaya.

Irawan, Bambang. (2013), Dasar Dasar Desain, Untuk Arsitektur,


Interior-Arsitektur, Seni Rupa, Desain Produk Industry dan Desain
Komunikasi Visual, Griya Kreasi, Jakarta.

Karmila, Mila. (2010), Ragam Kain Tradisional Nusantara, Makna,


Simbol, dan Fungsi, Bee Media Indonesia, Jakarta.

Kartika, Dharsono. S. (2004), Budaya Nusantara, Kajian Konsep Mandala


dan Konsep Tri-Loka Terhadap Pohon Hayat Pada Batik Klasik,
Rekayasa Sains, Bandung.

Kusmiati. (2004), Mengenal dan Membuat Motif Batik, Gama Media,


Yogyakarta.

M. Soehadji. (1979), Desain Kerajinan dan Masalahnya, Makalah


Seminar pada STSRI, “ASRI”, Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi,


Cetakan keduapuluhtujuh, Remaja Rosdakarya, Bandung.

_______________. (2013), Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi,


Cetakan ketigapuluhsatu, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ningsih, Rini. (2001), Membuat Batik Jumputan, Adicita Karya Nusa,


Yogyakarta.

Pandan Sari, Rina. (2013), Keterampilan Membatik Untuk Anak. Arcita,


Solo.
Poerwadarminta, W.J.S. (1985), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.

Silaban, Mangido Pasu. (2003), Implementasi KombinasiTeknik Batik Dan


JumputanPada Busana Lilit Asimetris Sebagai Sarana Majas
Momen-Momen Kenangan, Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa
Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.

Sipahelut, Atisah dan Petrussumadi. (1991). Dasar Dasar Desain,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Soehartono, Irawan. (1995), Metode Penelitian Sosial, Remaja


Rosdakarya, Bandung.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


17

Suhersono, Hery. (2005), Desain Bordir Motif Batik,: Grameia Pustaka


Utama, Jakarta.

Susanto, Sewan. (1980), Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian


Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri,
Departemen Perindustrian RI, Jakarta.

Widodo, Suryo Tri. (1998), Kriya Tekstil Tie-Dye Di Arimbi Fashion


Design & Production Exclusive Tie & Dye, Jurusan Kriya Fakultas
Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta

Wulandari, Ari. (2011), Batik Nusantara, Andi, Yogyakarta.

NARASUMBER

Djiyono, BK.Teks, Fashion Desain Unit Garment Balai Penelitian Batik


dan Kerajinan (purna tugas 2006), September 2016

Menuk Sayekti, Pemilik Batik Parang Kaliurang (Februari 2016)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy