Pelatihan Seni Teater Di Surakarta: Potensi, Perkembangan, Dan Pengelolaan Akhyar Makaf
Pelatihan Seni Teater Di Surakarta: Potensi, Perkembangan, Dan Pengelolaan Akhyar Makaf
Akhyar Makaf
Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Email : aku.makaf@gmail.com
Abstract
Theater Arts is widely taught in non-formal educational institutions such as studios, hermitage
and extracurricular activities in formal schools. Its existence continues to grow as art education is
realized to be an alternative media for the learning process. There came a number of Theater Arts
training institutions in Surakarta. This research was conducted to examine the potential, development,
and management of several training institutions that have a good reputation and have proven their
presence in Surakarta. Qualitative research methods with analytic descriptive are used to analyze the
training methods, curriculum, and management of training institutions that are used as research objects
in order to see their potential and development. The results of this study can be used as a reference
for anyone who is interested in developing non-formal educational institutions in the arts, especially
Theater Arts. Based on this research, it can be concluded that the city of Surakarta as a City of Per-
forming Arts, has the potential to be a location for the development of the Theater Arts training field.
From the two objects of the training institution studied, the differences and variations in the training
and management methods applied are described in accordance with the composition of the participants
and the curriculum applied.
kreatifnya untuk menciptakan pertunjukan bagi Lulusan ISI Surakarta lebih dipersiapkan
anak-anak. Selain itu juga terdapat Sanggar menjadi kreator dan ilmuwan di bidang seni,
Ananda yang memiliki cabang di beberapa kota sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Akan
besar yang cukup diminati oleh anak-anak dan tetapi, pada kenyataannya banyak lulusan lem-
orang tua yang ingin mengasah potensi anaknya baga ini yang kemudian berprofesi di bidang
di bidang seni peran dan musik. Dua sanggar pendidikan seperti dosen, guru, pendidik di
tersebut dapat dikatakan sebagai sanggar yang lembaga pendidikan non-formal, pelatih, dan
cukup serius dalam menciptakan pertunjukan profesi pendidik lainnya. Tentu hal ini agak
teater bagi anak-anak. Di samping kedua sang- berbeda dengan tujuan lembaga ini, yaitu men-
gar tersebut, banyak terdapat sanggar-sanggar ciptakan seniman dan peneliti di bidang seni.
lainnya di berbagai kota besar dan daerah di Bukan berarti lulusan kampus seni non-kepen-
seluruh Indonesia, baik yang dikelola secara pro-didikan seperti ISI Surakarta tidak diperboleh-
fesional, atau lebih bersifat komunitas swadaya. kan menjalani profesi tersebut. Akan tetapi, tu-
juan dan kurikulum pendidikan di lembaga ini
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak menyiapkan lulusannya untuk menekuni
formal juga menjadikan kesenian sebagai profesi kependidikan seperti yang dijelaskan
salah satu ekstrakurikuler bagi siswanya. sebelumnya.
Penyelenggaraan ini memiliki beragam tujuan,
sesuai dengan intensitas dan arah pendidikan Program Studi Seni Teater ISI Surakarta
di sekolah tersebut. Ada yang bertujuan untuk memiliki tiga pilihan profil lulusan bagi maha-
menjadikan seni sebagai media pembelajaran siswa yaitu minat Pemeranan, Penyutradaraan,
alternatif, pelengkap kurikulum utama, selingan dan Penelitian. Masing-masing minat disediakan
dari aktivitas utama siswa, atau untuk tujuan bagi mahasiswa sesuai dengan kemampuan,
meningkatkan prestasi sekolah dan media so- keahlian, dan bakat yang akan dikembangkan.
sialisasi antar siswa. Tujuan ini menjadi alasan Selama menempuh perkuliahan, mahasiswa
bermunculannya berbagai kegiatan ekstrakuri- akan dibekali pengetahuan dan dituntut untuk
kuler kesenian di sekolah-sekolah formal. Untuk melakukan praktik berkesenian sesuai dengan
proses pembelajarannya, pihak sekolah akan minat praktik yang mereka pilih. Untuk maha-
menyerahkan tanggung jawab ini kepada guru siswa yang memilih minat penelitian (skripsi),
pengajar bidang studi kesenian, atau bekerja mereka akan dibekali ilmu tentang pengkajian
sama dengan pelatih yang didatangkan ke se- seni dan praktik melakukan penelitian.
kolah.
Lulusan Program Studi Seni Teater ISI
ISI Surakarta sebagai lembaga pendidikan Surakarta, beberapa di antaranya memilih pro-
seni yang bukan berorientasi pada ilmu kepen- fesi sebagai pelatih seni di sekolah dan sang-
didikan seni, akan lebih fokus pada proses pen- gar, di sela kegiatan berkesenian mereka. Dari
gajaran seni untuk menciptakan seniman yang beberapa pelatih, mereka berpendapat bahwa
memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman mereka memang kesulitan untuk menyiapkan
yang mumpuni. Di lembaga ini, tidak ada tun- dan menyampaikan materi secara efektif kepada
tutan bagi mahasiswanya untuk bisa menguasai peserta didik. Pada tahap awal, mereka sering-
ilmu dan teknik untuk menyampaikan ilmu itu kali memerlukan waktu dan penyesuaian materi
kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan for- tergantung kondisi dan tuntutan pihak sekolah
mat ISI Surakarta sebagai lembaga pendidikan atau sanggar. Mereka berpendapat, masalah
yang lebih berorientasi pada penguasaan ilmu ini mungkin bisa diatasi jika Prodi Teater ISI
dan keahlian untuk diri sendiri dalam proses Surakarta menyiapkan materi pembelajaran da-
penciptaan karya seni dan penelitian seni. lam kurikulum yang menyasar pada kebutuhan
akan materi kepelatihan teater untuk pendidikan
Menyikapi fenomena ini, penulis me- Penelitian ini akan menitikberatkan pada
mandang perlunya dibentuk laboratorium ke- pengumpulan data yang relevan dengan kebu-
pelatihan teater untuk mahasiswa Program tuhan untuk menelaah fenomena kepelatihan
Studi Seni Teater ISI Surakarta. Laboratorium teater yang terselenggara dengan efektif secara
ini berfungsi sebagai wadah mahasiswa untuk manajerial dan memberikan metode pengajaran
mempraktikkan, menguji, dan mengelabora- yang terstruktur. Salah satu indikator kefektifan
si ilmu yang sudah mereka dapatkan dalam ini adalah bahwa sanggar dan kegiatan ekstr-
perkuliahan, khususnya dalam hal aplikasi ke- akurikuler tersebut rutin menyelenggarakan
pelatihan. Kegiatan kepelatihan ini akan me- latihan dan produksi untuk pementasan. Tolok
nitikberatkan pada proses transfer ilmu yang ukur berikutnya adalah jika mereka mengikuti
telah mahasiswa miliki kepada orang lain yang perlombaan, seringkali mendapatkan prestasi
membutuhkan. Dengan proses ini, diharapkan yang membanggakan baik di tingkat lokal mau-
akan tercipta proses pembelajaran yang leb- pun nasional.
ih efektif bagi mahasiswa dalam mempelajari
keilmuan di bidang teater. Penelitan ini akan mencari data tentang
metode pelatihan yang diterapkan, khususnya
Lembaga pendidikan dan pelatihan seni dalam pelatihan akting, tata artistik, penyutrada-
yang penulis pilih adalah lembaga yang telah raan, penulisan naskah, dan lain-lain. Selain
memiliki kemampuan dalam mengelola dan metode pelatihan, penulis akan melengkapi data
menjalankan misi kepelatihan dengan baik. dengan menggali informasi mengenai manaje-
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang men kepelatihan, manajemen produksi, dan pola
mereka hadapi di lapangan, tentu pengalaman proses kreatif secara kolektif yang diterapkan
dari pihak yang terlebih dahulu menyeleng- masing-masing lembaga pelatihan dalam mem-
garakan kegiatan ini dapat menjadi masukan buat karya pertunjukan. Hal ini dilakukan untuk
yang berarti guna mendapatkan informasi yang menjabarkan materi dan media pembelajaran
komprehensif. yang digunakan lembaga-lembaga kepelatihan
teater, guna mengetahui potensi lembaga kepela-
Setelah melakukan beberapa wawancara tihan teater Seni Teater di Surakarta. Mengeta-
dan observasi awal, penulis mendapatkan in- hui perkembangan lembaga lembaga-lembaga
formasi bahwa di Surakarta terdapat beberapa kepelatihan Seni Teater di Surakarta.
sanggar dan sekolah formal yang sudah cukup
lama berkecimpung dalam kegiatan ini, sehing- Hasil penelitian ini dapat digunakan se-
ga lembaga-lembaga tersebut penulis pandang bagai salah satu bahan rujukan jika kelak ren-
cukup layak untuk dijadikan objek penelitian ini. cana pembentukan laboratorium kepelatihan
Lembaga tersebut adalah Sanggar Seni Kemasan teater di Prodi Seni Teater direalisasikan.
Teater De Bocah (Surakarta) dan Ekstrakuriku-
ler Drama SPA (Singapore Piaget Academy),
Sukoharjo. Lembaga-lembaga tersebut penulis II. PEMBAHASAN
anggap sebagai lembaga yang menjalankan
kepelatihan teater dengan manajemen yang A. Potensi Pelatihan Seni di Kota Surakarta
baik dan telah berhasil mementaskan beberapa
karya yang berhasil memenangkan penghargaan Surakarta sebagai salah satu pusat pele-
di kompetisi tingkat nasional. Karena alasan starian seni dan budaya di Indonesia, memiliki
tersebut, penulis berkesimpulan bahwa kiprah banyak kelompok dan sanggar seni yang dike-
lembaga tersebut dalam melakukan pelatihan lola secara serius. Berdasarkan hasil pendataan
Dinas Kebudayaan (Disbud) Surakarta pada pada tahun 2013, sanggar ini kembali hadir
tahun 2018 terdapat 172 kelompok seni yang dengan nama yang berbeda yaitu Sanggar Seni
terdaftar dan masih aktif menjalankan kegia- Kemasan. Sanggar Seni Kemasan dibuka untuk
tannya (Radar Solo, 21 Februari 2019). Salah umum. Sanggar ini menerima anggota dari anak-
satu bentuk sanggar adalah adalah sanggar seni anak usia TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai
yang melibatkan anak-anak sebagai peserta pela- mahasiswa. Pada awal didirikan, Sanggar Seni
tihannya. Keaktifan beberapa sanggar anak-anak Kemasan dibuka dengan pertunjukan teater anak
ini terlihat pada pelaksanaan kegiatan Festival (Prasasti, 2:2016).
Bocah Dolanan 2019 yang dilaksanakan pada
tanggal 12 dan 13 Oktober dan diikuti oleh 20 Sebagai sutradara dan penulis naskah da-
sanggar anak (satu sanggar kemudian men- lam banyak pertunjukan di Sanggar Seni Ke-
gundurkan diri sebelum perlombaan). masan, Bambang menerapkan metode, mem-
buat peraturan dan kesepakatan bersama agar
Festival Bocah Dolanan y a n g latihan berjalan kondusif. Beliau mengajari
dilaksanakan pada tahun 2019 mengangkat mereka dengan nilai-nilai yang sesuai
tema “Melalui Festival Bocah Dolanan Kita dengan jiwa dan usia mereka. Bambang juga
Bentuk Karakter dan Budi Pekerti Luhur Gen- selalu memegang prinsip bahwa seni harus
erasi Muda Bangsa” menyajikan berbagai jenis bermartabat, beretika, beradab, dan punya
permainan rakyat, khususnya permainan anak- sopan-santun. Hal inilah yang kemudian men-
anak yang ada di Jawa Tengah dalam bentuk jadi pegangan bersama seluruh anggota sang-
pertunjukan yang disajikan secara kreatif. Fes- gar dalam bersikap terhadap sesama anggota,
tival yang diadakan pada akhir pekan di tem- pengurus sanggar, pelatih, orang yang lebih
pat yang cukup strategis ini berhasil menarik tua, pimpinan sanggar, orang tua, dan apresiat-
minat banyak penonton. Selama dua hari ber- or setiap pementasan.
turut-turut, apresistor disuguhi pertunjukan
yang dimainkan oleh anak-anak dari sembilan Pimpinan sanggar dapat berperan se-
belas sanggar di Surakarta. Kemeriahan dan bagai pengelola di bidang manajemen sekaligus
antusiasme peserta dan penonton Festival ini pengarah dalam eksplorasi artistik dan materi
dapat dijadikan indikator yang menunjukkan pelatihan. Peran di bidang eksplorasi artistik
geliat sanggar anak-anak yang cukup banyak- dan pelatihan, dapat dikatakan selayaknya tu-
nya jumlahnya di Surakarta, khususnya yang gas seorang guru. Hal ini sesuai dengan sebu-
memiliki peserta didik usia sekitar 5 sampai 11 tan didaskalos (guru/pengajar, bahasa Yunani),
tahun. bagi seorang dramawan di zaman Yunani
Kuno. Sebutan ini disematkan karena peran
1. Sanggar Seni Kemasan seorang dramawan (penulis naskah/ sutrada-
ra) pada saat itu dianggap sebagai penyampai
Sanggar Seni Kemasan yang terletak di ilmu tentang kehidupan. Begitu juga dengan
Jalan Mashella nomor 7 Kepatihan Kulon, didi- peran Bambang Sugiarto di Sanggar Seni Ke-
rikan oleh Bapak Bambang Sugiarto. Sebelum masan. Sebagai pelatih dan pimpinan di bidang
berubah nama menjadi Sanggar Seni Kemasan, artistik, dengan tanggung jawab mengarahkan
sanggar tersebut bernama Sanggar Gidag Gidig dan membimbing anggota sanggar dalam men-
yang didirikan pada 21 Desember 1976. Pada guasai dan mendalami seni, beliau dianggap
tahun 1984 Sanggar Gidag Gidig memilih sebagai guru selayaknya dalam proses pembe-
tempat untuk dijadikan sanggar yang tetap, di lajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Trisan-
lokasi yang saat ini diguanakan sebagai tempat to (1996:182) yang menyatakan bahwa guru
latihan. Sanggar Gidag Gidig sempat kurang adalah orang yang berpengaruh dalam proses
aktif selama 13 tahun. Kemudian akhirnya belajar mengajar, karena memiliki peran untuk
membawa siswanya kepada tujuan yang ingin Melihat sikap anak-anak seperti itu, Bambang
dicapai. Dengan tanggung jawab seperti itu, Sugiarto selaku penyadur naskah sekaligus asis-
selayaknyalah guru memiliki pandangan luas ten sutradara, tidak tinggal diam. Beliau mem-
dan otentik. berikan nasihat kepada anak-anak, bagaimana
seharusnya bersikap dan bertutur terhadap orang
tua. Jiwa kebapakannya yang kuat membuat
anak-anak pun mau mendengarkan dan menuruti
nasihat beliau. Perlahan sikap anak-anak kepada
orang tua mereka mulai berubah. Mereka mau
mendengarkan nasihat orang tua, berbicara
dengan nada yang rendah dan tidak membentak,
dan mereka mulai menurut kepada orang tua
(Prasasti,2016:110-111).
Gambar 1. Pemilihan peran dan aktor dari cerita Bambang juga menambahkan bahwa
kesenian yang sederhana (minimalis) boleh saja,
yang telah disusun, langsung dilakukan oleh Bapak
Bambang sebagai sutradara bersama Tarjo W. Ku- tapi jangan asal-asalan. Ajari anggota sanggar
sumo sebagai pelatih untuk persiapan pementasan (terutama anak-anak) dengan metode bermain
untuk persiapan Festival Bocah Dolanan 2019. dan bergembira. Proses berkesenian perlu me-
Sumber foto : koleksi pribadi.
nerapkan prinsip kebersamaan dan kompetisi
sekaligus, serta harus dihadirkan secara utuh,
Trisanto (1996:182) juga menambahkan,
untuk menunjang kreativitas mereka. Kreativitas
bahwa siswa merupakan objek utama dalam
ini diolah dalam proses latihan, dilakukan untuk
proses belajar mengajar. Siswa dididik oleh
pentas yang dijadwalkan secara rutin, sebagai
pengalaman belajar mereka dan kualitas pen-
target capaian dan media evaluasi dari proses
didikannya, tergantung pada kualitas pengala-
latihan yang sudah dijalani.
man-pengalaman, dan sikap-sikapnya dalam
pendidikan serta belajar dipengaruhi oleh orang
Bambang berpendapat bahwa melibatkan
yang dikaguminya. Metode praktik atau demon-
anak-anak dalam pementasan, walaupun untuk
strasi adalah melatih anggota dalam memahami
peran kecil, adalah metode yang penting guna
pembelajaran sehubungan dengan metode lati-
membangun rasa percaya diri mereka.
han yang digunakan untuk menanamkan suatu
keterampilan tertentu terhadap siswa dengan
Usia anak-anak adalah masa-masa
melakukannya secara berulang-ulang, sampai
menyenangkan dan lebih banyak diisi den-
siswa itu mampu melakukannya secara otomatis.
gan bermain. Tentu hal ini harus diperhatikan
pelatih dalam menciptakan suasana latihan
Bambang juga menerapkan nilai-nilai
yang kondusif dan menyenangkan. Akan tetapi
moral tentang sopan-santun dalam proses la-
metode bermain sambil belajar ini memiliki
tihannya. Misalnya, pada saat latihan mereka
resiko ketika porsi bermain menjadi dominan,
merasa tidak nyaman dengan blocking, dengan
sehingga membuat materi pelatihan menjadi
sopan mereka mengatakan kepada sutradara
terabaikan, atau membuat pelatih kewalahan
dan meminta untuk menggantinya. Dampak
menghadapi anak-anak. Pelatih menyiasati per-
sopan-santun pun begitu terasa pada kehidupan
soalan ini dengan menanamkan pada anak-anak
mereka sehari-hari. Sebelumnya, anak-anak
anggota sanggar untuk tahu kapan waktunya
tersebut sering membantah ketika diberi nasihat
serius dan kapan waktunya bersenda gurau (ber-
oleh orang tuanya. Bahkan mereka berbicara
main-main). Pelatih perlu mengenali karakter
kepada orang tua dengan nada yang membentak.
dan kecenderungan anak (hasil wawancara, 29
September 2019).
tentukan oleh pelatih, kemudian anak-anak akan bagi seorang aktor adalah media ekspresi dan
dibebaskan untuk melengkapi cerita dengan komunikasi yang penting selain kemampuan
dialog sesuai dengan imajinasi masing-masing. vokal dan verbal. Oleh sebab itu, materi olah
Kedua metode ini dapat dilakukan secara pribadi tubuh menjadi salah satu materi pelatihan untuk
atau berkelompok, sesuai dengan kebutuhan. meningkatkan kecerdasan kinestetik anak-anak,
Metode ini adalah salah satu contoh pelatihan baik untuk kebutuhan estetika dan komunikasi
seni teater yang dapat digunakan untuk pertunjukan juga untuk kebutuhan keseharian
mengasah kemampuan verbal dan linguistik lainnya. Secara tidak langsung, dapat dilihat,
anak-anak. bahwa melakukan pelatihan ketubuhan dalam
berlatih teater dapat meningkatkan kecerdasan
fisik dan kinestetik anak-anak.
menciptakan atmosfir pertunjukan, terutama da, dan sebagainya, adalah proses berlatih untuk
yang muncul dari proses pemeranannya. Pada meningkatkan kemampuan visual, ruang, dan
bagian inilah proses berteater berhubungan erat spasial mereka.
dengan peningkatan kemampuan kecerdasan
musikal pada anak-anak.
dalam memproduksi kata-kata, logika dalam kelas 3, misalnya, menggunakan teknik pelati-
menganalisis cerita, menghafal dialog, mengin- han metode cermin; siswa menirukan gerakan
gat tanda (clue), mengingat pembagian adegan, temannya, seolah-olah mereka sedang bercer-
dan sebagainya, adalah proses otak kiri yang min. Motede ini cukup efektif dan dianggap
berlangsung pada pemain. Begitu juga pada menyenangkan bagi para siswa. Akan tetapi
saat aktor memproduksi ekspresi, menciptakan metode kurang efektif diterapkan pada siswa
rekayasa emosi, membuat metafora melalui kata kelas 4 ke atas. Hal ini dikarenakan secara usia
atau visual, perspektif dan proses estetis lainnya. mereka sudah merasa dewasa dan sedikit enggan
Bagian ini adalah proses kerja yang lebih banyak untuk melakukan metode pelatihan yang terlalu
terjadi di belahan otak kanan. Oleh sebab itu elementer. Pelatih kemudian menyiasati
dapat disimpulkan, bahwa dalam proses berlatih dengan melakukan pelatihan metode imajina-
teater, tercipta keseimbangan dalam menstimu- si bentuk dari benda keseharian yang mudah
lasi kedua bagian otak secara efektif. ditirukan dengan formasi berkelompok.
adegan-adegan film yang disajikan. Adegan film untuk menguasai materi. Pada akhirnya, untuk
yang dipilih adalah scene-scene penting yang kebutuhan pementasan, pelatih tidak selalu
memperlihatkan ekspresi dari aktornya secara memilih pemain terbaik menjadi pemeran uta-
detail. Menurut Luna, metode observasi ini lebih ma, untuk memberi kesempatan kepada siswa
efektif, walaupun berisiko akan menciptakan yang berkemampuan biasa untuk menempa
streotipe dan kurang menantang kreativitas. Hal dirinya menjalankan tugas menjadi pemeran
ini juga terkendala dengan adanya perbedaan utama yang dipercayakan kepadanya.
antara gaya akting dalam film dan gaya akting
untuk kebutuhan panggung. Oleh sebab itu, Selain menekankan pada kemampuan
pelatih harus memberi memberi contoh pemeranan, penguasaan materi berikutnya ada-
secara langsung kaidah-kaidah pemeranan lah hafalan dialog. Mereka seringkali terkendala
yang sesuai dengan kebutuhan pertunjukan di mengucapkan dialog secara baik dan benar kare-
atas panggung. Selain dari objek film, siswa na lupa, salah intonasi, dan kurang kuat mem-
juga diminta untuk melakukan pengamatan perlihatkan motivasi. Hal ini dapat diatasi salah
di lingkungan sekitarnya, seperti mengamati satunya dengan mengajak mereka berdiskusi
tipe-tipe orang yang ada di sekitar, di sekolah, ketika melakukan bedah naskah untuk menum-
keluarga, dan lain sebagainya. buhkan dan meningkatkan pemahaman siswa
terhadap dialog, motivasi tokoh, dan struktur
dramatik dari cerita yang dipresentasikan.
Metode berikutnya yang digunakan untuk Armstrong, Thomas. 1996. Multiple Intelli-
mempermudah mereka menghafal dialog dan gences in The Classroom. Virginia : As-
adegan adalah dengan menggunakan musik sociation for Supervision and Curriculum
sebagai tanda (clue). Karena siswa sudah cukup Development.
akrab dengan apresiasi musik, sehingga metode
ini sangat membantu mereka dalam menguasai Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembe
materi pemeranan dan blocking. Kemampuan lajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang.
musikalitas mereka yang cukup baik bisa mem- Gardner, Howard. 1983. Frames of Mind: The
bantu mereka untuk mengingat dialog, pemba- Theory Of Multiple Intelligences. New
gian adegan, ingatan emosi di setiap adegan, York. Basic Books.
dan lain-lain. Selama proses ini berlangsung,
siswa juga terus diberi tantangan agar proses la- Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences
tihan tetap menyenangkan. Luna terus memberi : The Theory in Practice A Reader. New
dukungan pada siswa yang menunjukkan kese- York : Basic Books.
riusan dan usaha yang lebih dalam menguasai
materi. Pada posisi inilah peran pelatih sebagai Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional,
penjaga pengendali kondusifitas latihan diper- terjemahan : T.Hermaya. Jakarta. Grame-
lukan (hasil wawancara dengan Luna Kharisma dia Pustaka Utama.
tanggal 21 Oktober 2019). Lickona,Thomas. 2004. Pendidikan Karakter.
Bantul, Kreasi Wacana.
Marianto, M. Dwi. 2007. Relasi Luar-Dalam
Antara Seni Dan Metafora. Jurnal Pen-
ciptaan Dan Penciptaan Seni tahun 2007.
Pascasarjana ISI Yogyakarta.
Pink, Daniel. H. 2008. Misteri Otak Kanan
Manusia. Yogyakarta. Think.
Prasasti, Birgitta Ciptaning Sri. 2 0 1 4 .
Pementasan Dalang dan Wayang.
Gambar 10. Pertunjukan rutin Year End Concert Skripsi Prodi Seni Teater. ISI Surakarta.
yang menampilkan pementasan teater hasil pelatihan
pada Kelas Drama dari berbagai tingkatan. Foto :
koleksi Luna Kharisma.