0% found this document useful (0 votes)
68 views12 pages

Pelatihan Seni Teater Di Surakarta: Potensi, Perkembangan, Dan Pengelolaan Akhyar Makaf

This document discusses theater arts training in Surakarta, Indonesia. It begins by providing background on non-formal theater education and existing training institutions in Surakarta. It then analyzes the potential, development, and management of two well-established training institutions, looking at their training methods, curricula, and management approaches. The document concludes that Surakarta has potential to further develop theater arts training due to its status as a center for performing arts. Differences in the training institutions' approaches reflect the composition of their participants and curricula.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
68 views12 pages

Pelatihan Seni Teater Di Surakarta: Potensi, Perkembangan, Dan Pengelolaan Akhyar Makaf

This document discusses theater arts training in Surakarta, Indonesia. It begins by providing background on non-formal theater education and existing training institutions in Surakarta. It then analyzes the potential, development, and management of two well-established training institutions, looking at their training methods, curricula, and management approaches. The document concludes that Surakarta has potential to further develop theater arts training due to its status as a center for performing arts. Differences in the training institutions' approaches reflect the composition of their participants and curricula.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

Akhyar Makaf : Pelatihan Seni Teater di Surakarta: Potensi, Perkembangan, dan Pengelolaan

PELATIHAN SENI TEATER DI SURAKARTA :


POTENSI, PERKEMBANGAN, DAN PENGELOLAAN

Akhyar Makaf
Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Email : aku.makaf@gmail.com

Abstract

Theater Arts is widely taught in non-formal educational institutions such as studios, hermitage
and extracurricular activities in formal schools. Its existence continues to grow as art education is
realized to be an alternative media for the learning process. There came a number of Theater Arts
training institutions in Surakarta. This research was conducted to examine the potential, development,
and management of several training institutions that have a good reputation and have proven their
presence in Surakarta. Qualitative research methods with analytic descriptive are used to analyze the
training methods, curriculum, and management of training institutions that are used as research objects
in order to see their potential and development. The results of this study can be used as a reference
for anyone who is interested in developing non-formal educational institutions in the arts, especially
Theater Arts. Based on this research, it can be concluded that the city of Surakarta as a City of Per-
forming Arts, has the potential to be a location for the development of the Theater Arts training field.
From the two objects of the training institution studied, the differences and variations in the training
and management methods applied are described in accordance with the composition of the participants
and the curriculum applied.

Key words: theater arts, non-formal education, training methods, management.

I. Pendahuluan wadah-wadah organisiasi seperti padepokan,


sanggar, lingkung seni, kursus kesenian, atau
Sanggar merupakan l e m b a g a kegiatan ekstrakurikuler di sekolah formal. Den-
pendidikan luar sekolah yang menunjang gan demikian usaha pelestarian kesenian dan
kegiatan kesenian untuk mengembangkan kebudayaan dapat tetap tercapai dengan metode
bakat dan minat seseorang dalam berkreasi yang lebih fleksibel dibandingkan lembaga pen-
(Rohayati,1998:2). Sanggar termasuk ke didikan formal. Lembaga pendidikan non-for-
dalam lembaga pendidikan non-formal mal juga dapat menyusun materi pembelajaran
karena proses belajar terorganisir di luar
yang sesuai dengan kebutuhan peserta dan ciri
sistem persekolahan atau pendidikan for-
mal, baik dilaksanakan terpisah maupun khas yang ingin ditonjolkan pengelolanya. Un-
merupakan bagian penting dari suatu tuk lembaga pendidikan non-formal di bidang
kegiatan yang lebih besar yang dimak- seni teater, terdapat beberapa jenis sanggar yang
sudkan untuk melayani sasaran peserta disesuaikan dengan kebutuhan anggotanya,
didik tertentu dan belajarnya tertentu pula salah satunya adalah sanggar teater anak.
(Marzuki,2009:137).
Sanggar Teater Tanah Air yang diasuh
Pendidikan non-formal dalam proses pem- oleh Jose Rizal Manua adalah contoh sanggar
belajaran kesenian, dapat dilakukan melalui teater khusus anak yang memfokuskan proses

Volume 12 No. 1 Juni 2020 1


Jurnal Penelitian Seni Budaya

kreatifnya untuk menciptakan pertunjukan bagi Lulusan ISI Surakarta lebih dipersiapkan
anak-anak. Selain itu juga terdapat Sanggar menjadi kreator dan ilmuwan di bidang seni,
Ananda yang memiliki cabang di beberapa kota sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Akan
besar yang cukup diminati oleh anak-anak dan tetapi, pada kenyataannya banyak lulusan lem-
orang tua yang ingin mengasah potensi anaknya baga ini yang kemudian berprofesi di bidang
di bidang seni peran dan musik. Dua sanggar pendidikan seperti dosen, guru, pendidik di
tersebut dapat dikatakan sebagai sanggar yang lembaga pendidikan non-formal, pelatih, dan
cukup serius dalam menciptakan pertunjukan profesi pendidik lainnya. Tentu hal ini agak
teater bagi anak-anak. Di samping kedua sang- berbeda dengan tujuan lembaga ini, yaitu men-
gar tersebut, banyak terdapat sanggar-sanggar ciptakan seniman dan peneliti di bidang seni.
lainnya di berbagai kota besar dan daerah di Bukan berarti lulusan kampus seni non-kepen-
seluruh Indonesia, baik yang dikelola secara pro-didikan seperti ISI Surakarta tidak diperboleh-
fesional, atau lebih bersifat komunitas swadaya. kan menjalani profesi tersebut. Akan tetapi, tu-
juan dan kurikulum pendidikan di lembaga ini
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak menyiapkan lulusannya untuk menekuni
formal juga menjadikan kesenian sebagai profesi kependidikan seperti yang dijelaskan
salah satu ekstrakurikuler bagi siswanya. sebelumnya.
Penyelenggaraan ini memiliki beragam tujuan,
sesuai dengan intensitas dan arah pendidikan Program Studi Seni Teater ISI Surakarta
di sekolah tersebut. Ada yang bertujuan untuk memiliki tiga pilihan profil lulusan bagi maha-
menjadikan seni sebagai media pembelajaran siswa yaitu minat Pemeranan, Penyutradaraan,
alternatif, pelengkap kurikulum utama, selingan dan Penelitian. Masing-masing minat disediakan
dari aktivitas utama siswa, atau untuk tujuan bagi mahasiswa sesuai dengan kemampuan,
meningkatkan prestasi sekolah dan media so- keahlian, dan bakat yang akan dikembangkan.
sialisasi antar siswa. Tujuan ini menjadi alasan Selama menempuh perkuliahan, mahasiswa
bermunculannya berbagai kegiatan ekstrakuri- akan dibekali pengetahuan dan dituntut untuk
kuler kesenian di sekolah-sekolah formal. Untuk melakukan praktik berkesenian sesuai dengan
proses pembelajarannya, pihak sekolah akan minat praktik yang mereka pilih. Untuk maha-
menyerahkan tanggung jawab ini kepada guru siswa yang memilih minat penelitian (skripsi),
pengajar bidang studi kesenian, atau bekerja mereka akan dibekali ilmu tentang pengkajian
sama dengan pelatih yang didatangkan ke se- seni dan praktik melakukan penelitian.
kolah.
Lulusan Program Studi Seni Teater ISI
ISI Surakarta sebagai lembaga pendidikan Surakarta, beberapa di antaranya memilih pro-
seni yang bukan berorientasi pada ilmu kepen- fesi sebagai pelatih seni di sekolah dan sang-
didikan seni, akan lebih fokus pada proses pen- gar, di sela kegiatan berkesenian mereka. Dari
gajaran seni untuk menciptakan seniman yang beberapa pelatih, mereka berpendapat bahwa
memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman mereka memang kesulitan untuk menyiapkan
yang mumpuni. Di lembaga ini, tidak ada tun- dan menyampaikan materi secara efektif kepada
tutan bagi mahasiswanya untuk bisa menguasai peserta didik. Pada tahap awal, mereka sering-
ilmu dan teknik untuk menyampaikan ilmu itu kali memerlukan waktu dan penyesuaian materi
kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan for- tergantung kondisi dan tuntutan pihak sekolah
mat ISI Surakarta sebagai lembaga pendidikan atau sanggar. Mereka berpendapat, masalah
yang lebih berorientasi pada penguasaan ilmu ini mungkin bisa diatasi jika Prodi Teater ISI
dan keahlian untuk diri sendiri dalam proses Surakarta menyiapkan materi pembelajaran da-
penciptaan karya seni dan penelitian seni. lam kurikulum yang menyasar pada kebutuhan
akan materi kepelatihan teater untuk pendidikan

2 Volume 12 No. 1 Juni 2020


Akhyar Makaf : Pelatihan Seni Teater di Surakarta: Potensi, Perkembangan, dan Pengelolaan

non-formal. layak untuk diteliti.

Menyikapi fenomena ini, penulis me- Penelitian ini akan menitikberatkan pada
mandang perlunya dibentuk laboratorium ke- pengumpulan data yang relevan dengan kebu-
pelatihan teater untuk mahasiswa Program tuhan untuk menelaah fenomena kepelatihan
Studi Seni Teater ISI Surakarta. Laboratorium teater yang terselenggara dengan efektif secara
ini berfungsi sebagai wadah mahasiswa untuk manajerial dan memberikan metode pengajaran
mempraktikkan, menguji, dan mengelabora- yang terstruktur. Salah satu indikator kefektifan
si ilmu yang sudah mereka dapatkan dalam ini adalah bahwa sanggar dan kegiatan ekstr-
perkuliahan, khususnya dalam hal aplikasi ke- akurikuler tersebut rutin menyelenggarakan
pelatihan. Kegiatan kepelatihan ini akan me- latihan dan produksi untuk pementasan. Tolok
nitikberatkan pada proses transfer ilmu yang ukur berikutnya adalah jika mereka mengikuti
telah mahasiswa miliki kepada orang lain yang perlombaan, seringkali mendapatkan prestasi
membutuhkan. Dengan proses ini, diharapkan yang membanggakan baik di tingkat lokal mau-
akan tercipta proses pembelajaran yang leb- pun nasional.
ih efektif bagi mahasiswa dalam mempelajari
keilmuan di bidang teater. Penelitan ini akan mencari data tentang
metode pelatihan yang diterapkan, khususnya
Lembaga pendidikan dan pelatihan seni dalam pelatihan akting, tata artistik, penyutrada-
yang penulis pilih adalah lembaga yang telah raan, penulisan naskah, dan lain-lain. Selain
memiliki kemampuan dalam mengelola dan metode pelatihan, penulis akan melengkapi data
menjalankan misi kepelatihan dengan baik. dengan menggali informasi mengenai manaje-
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang men kepelatihan, manajemen produksi, dan pola
mereka hadapi di lapangan, tentu pengalaman proses kreatif secara kolektif yang diterapkan
dari pihak yang terlebih dahulu menyeleng- masing-masing lembaga pelatihan dalam mem-
garakan kegiatan ini dapat menjadi masukan buat karya pertunjukan. Hal ini dilakukan untuk
yang berarti guna mendapatkan informasi yang menjabarkan materi dan media pembelajaran
komprehensif. yang digunakan lembaga-lembaga kepelatihan
teater, guna mengetahui potensi lembaga kepela-
Setelah melakukan beberapa wawancara tihan teater Seni Teater di Surakarta. Mengeta-
dan observasi awal, penulis mendapatkan in- hui perkembangan lembaga lembaga-lembaga
formasi bahwa di Surakarta terdapat beberapa kepelatihan Seni Teater di Surakarta.
sanggar dan sekolah formal yang sudah cukup
lama berkecimpung dalam kegiatan ini, sehing- Hasil penelitian ini dapat digunakan se-
ga lembaga-lembaga tersebut penulis pandang bagai salah satu bahan rujukan jika kelak ren-
cukup layak untuk dijadikan objek penelitian ini. cana pembentukan laboratorium kepelatihan
Lembaga tersebut adalah Sanggar Seni Kemasan teater di Prodi Seni Teater direalisasikan.
Teater De Bocah (Surakarta) dan Ekstrakuriku-
ler Drama SPA (Singapore Piaget Academy),
Sukoharjo. Lembaga-lembaga tersebut penulis II. PEMBAHASAN
anggap sebagai lembaga yang menjalankan
kepelatihan teater dengan manajemen yang A. Potensi Pelatihan Seni di Kota Surakarta
baik dan telah berhasil mementaskan beberapa
karya yang berhasil memenangkan penghargaan Surakarta sebagai salah satu pusat pele-
di kompetisi tingkat nasional. Karena alasan starian seni dan budaya di Indonesia, memiliki
tersebut, penulis berkesimpulan bahwa kiprah banyak kelompok dan sanggar seni yang dike-
lembaga tersebut dalam melakukan pelatihan lola secara serius. Berdasarkan hasil pendataan

Volume 12 No. 1 Juni 2020 3


Jurnal Penelitian Seni Budaya

Dinas Kebudayaan (Disbud) Surakarta pada pada tahun 2013, sanggar ini kembali hadir
tahun 2018 terdapat 172 kelompok seni yang dengan nama yang berbeda yaitu Sanggar Seni
terdaftar dan masih aktif menjalankan kegia- Kemasan. Sanggar Seni Kemasan dibuka untuk
tannya (Radar Solo, 21 Februari 2019). Salah umum. Sanggar ini menerima anggota dari anak-
satu bentuk sanggar adalah adalah sanggar seni anak usia TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai
yang melibatkan anak-anak sebagai peserta pela- mahasiswa. Pada awal didirikan, Sanggar Seni
tihannya. Keaktifan beberapa sanggar anak-anak Kemasan dibuka dengan pertunjukan teater anak
ini terlihat pada pelaksanaan kegiatan Festival (Prasasti, 2:2016).
Bocah Dolanan 2019 yang dilaksanakan pada
tanggal 12 dan 13 Oktober dan diikuti oleh 20 Sebagai sutradara dan penulis naskah da-
sanggar anak (satu sanggar kemudian men- lam banyak pertunjukan di Sanggar Seni Ke-
gundurkan diri sebelum perlombaan). masan, Bambang menerapkan metode, mem-
buat peraturan dan kesepakatan bersama agar
Festival Bocah Dolanan y a n g latihan berjalan kondusif. Beliau mengajari
dilaksanakan pada tahun 2019 mengangkat mereka dengan nilai-nilai yang sesuai
tema “Melalui Festival Bocah Dolanan Kita dengan jiwa dan usia mereka. Bambang juga
Bentuk Karakter dan Budi Pekerti Luhur Gen- selalu memegang prinsip bahwa seni harus
erasi Muda Bangsa” menyajikan berbagai jenis bermartabat, beretika, beradab, dan punya
permainan rakyat, khususnya permainan anak- sopan-santun. Hal inilah yang kemudian men-
anak yang ada di Jawa Tengah dalam bentuk jadi pegangan bersama seluruh anggota sang-
pertunjukan yang disajikan secara kreatif. Fes- gar dalam bersikap terhadap sesama anggota,
tival yang diadakan pada akhir pekan di tem- pengurus sanggar, pelatih, orang yang lebih
pat yang cukup strategis ini berhasil menarik tua, pimpinan sanggar, orang tua, dan apresiat-
minat banyak penonton. Selama dua hari ber- or setiap pementasan.
turut-turut, apresistor disuguhi pertunjukan
yang dimainkan oleh anak-anak dari sembilan Pimpinan sanggar dapat berperan se-
belas sanggar di Surakarta. Kemeriahan dan bagai pengelola di bidang manajemen sekaligus
antusiasme peserta dan penonton Festival ini pengarah dalam eksplorasi artistik dan materi
dapat dijadikan indikator yang menunjukkan pelatihan. Peran di bidang eksplorasi artistik
geliat sanggar anak-anak yang cukup banyak- dan pelatihan, dapat dikatakan selayaknya tu-
nya jumlahnya di Surakarta, khususnya yang gas seorang guru. Hal ini sesuai dengan sebu-
memiliki peserta didik usia sekitar 5 sampai 11 tan didaskalos (guru/pengajar, bahasa Yunani),
tahun. bagi seorang dramawan di zaman Yunani
Kuno. Sebutan ini disematkan karena peran
1. Sanggar Seni Kemasan seorang dramawan (penulis naskah/ sutrada-
ra) pada saat itu dianggap sebagai penyampai
Sanggar Seni Kemasan yang terletak di ilmu tentang kehidupan. Begitu juga dengan
Jalan Mashella nomor 7 Kepatihan Kulon, didi- peran Bambang Sugiarto di Sanggar Seni Ke-
rikan oleh Bapak Bambang Sugiarto. Sebelum masan. Sebagai pelatih dan pimpinan di bidang
berubah nama menjadi Sanggar Seni Kemasan, artistik, dengan tanggung jawab mengarahkan
sanggar tersebut bernama Sanggar Gidag Gidig dan membimbing anggota sanggar dalam men-
yang didirikan pada 21 Desember 1976. Pada guasai dan mendalami seni, beliau dianggap
tahun 1984 Sanggar Gidag Gidig memilih sebagai guru selayaknya dalam proses pembe-
tempat untuk dijadikan sanggar yang tetap, di lajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Trisan-
lokasi yang saat ini diguanakan sebagai tempat to (1996:182) yang menyatakan bahwa guru
latihan. Sanggar Gidag Gidig sempat kurang adalah orang yang berpengaruh dalam proses
aktif selama 13 tahun. Kemudian akhirnya belajar mengajar, karena memiliki peran untuk

4 Volume 12 No. 1 Juni 2020


Akhyar Makaf : Pelatihan Seni Teater di Surakarta: Potensi, Perkembangan, dan Pengelolaan

membawa siswanya kepada tujuan yang ingin Melihat sikap anak-anak seperti itu, Bambang
dicapai. Dengan tanggung jawab seperti itu, Sugiarto selaku penyadur naskah sekaligus asis-
selayaknyalah guru memiliki pandangan luas ten sutradara, tidak tinggal diam. Beliau mem-
dan otentik. berikan nasihat kepada anak-anak, bagaimana
seharusnya bersikap dan bertutur terhadap orang
tua. Jiwa kebapakannya yang kuat membuat
anak-anak pun mau mendengarkan dan menuruti
nasihat beliau. Perlahan sikap anak-anak kepada
orang tua mereka mulai berubah. Mereka mau
mendengarkan nasihat orang tua, berbicara
dengan nada yang rendah dan tidak membentak,
dan mereka mulai menurut kepada orang tua
(Prasasti,2016:110-111).

Gambar 1. Pemilihan peran dan aktor dari cerita Bambang juga menambahkan bahwa
kesenian yang sederhana (minimalis) boleh saja,
yang telah disusun, langsung dilakukan oleh Bapak
Bambang sebagai sutradara bersama Tarjo W. Ku- tapi jangan asal-asalan. Ajari anggota sanggar
sumo sebagai pelatih untuk persiapan pementasan (terutama anak-anak) dengan metode bermain
untuk persiapan Festival Bocah Dolanan 2019. dan bergembira. Proses berkesenian perlu me-
Sumber foto : koleksi pribadi.
nerapkan prinsip kebersamaan dan kompetisi
sekaligus, serta harus dihadirkan secara utuh,
Trisanto (1996:182) juga menambahkan,
untuk menunjang kreativitas mereka. Kreativitas
bahwa siswa merupakan objek utama dalam
ini diolah dalam proses latihan, dilakukan untuk
proses belajar mengajar. Siswa dididik oleh
pentas yang dijadwalkan secara rutin, sebagai
pengalaman belajar mereka dan kualitas pen-
target capaian dan media evaluasi dari proses
didikannya, tergantung pada kualitas pengala-
latihan yang sudah dijalani.
man-pengalaman, dan sikap-sikapnya dalam
pendidikan serta belajar dipengaruhi oleh orang
Bambang berpendapat bahwa melibatkan
yang dikaguminya. Metode praktik atau demon-
anak-anak dalam pementasan, walaupun untuk
strasi adalah melatih anggota dalam memahami
peran kecil, adalah metode yang penting guna
pembelajaran sehubungan dengan metode lati-
membangun rasa percaya diri mereka.
han yang digunakan untuk menanamkan suatu
keterampilan tertentu terhadap siswa dengan
Usia anak-anak adalah masa-masa
melakukannya secara berulang-ulang, sampai
menyenangkan dan lebih banyak diisi den-
siswa itu mampu melakukannya secara otomatis.
gan bermain. Tentu hal ini harus diperhatikan
pelatih dalam menciptakan suasana latihan
Bambang juga menerapkan nilai-nilai
yang kondusif dan menyenangkan. Akan tetapi
moral tentang sopan-santun dalam proses la-
metode bermain sambil belajar ini memiliki
tihannya. Misalnya, pada saat latihan mereka
resiko ketika porsi bermain menjadi dominan,
merasa tidak nyaman dengan blocking, dengan
sehingga membuat materi pelatihan menjadi
sopan mereka mengatakan kepada sutradara
terabaikan, atau membuat pelatih kewalahan
dan meminta untuk menggantinya. Dampak
menghadapi anak-anak. Pelatih menyiasati per-
sopan-santun pun begitu terasa pada kehidupan
soalan ini dengan menanamkan pada anak-anak
mereka sehari-hari. Sebelumnya, anak-anak
anggota sanggar untuk tahu kapan waktunya
tersebut sering membantah ketika diberi nasihat
serius dan kapan waktunya bersenda gurau (ber-
oleh orang tuanya. Bahkan mereka berbicara
main-main). Pelatih perlu mengenali karakter
kepada orang tua dengan nada yang membentak.
dan kecenderungan anak (hasil wawancara, 29

Volume 12 No. 1 Juni 2020 5


Jurnal Penelitian Seni Budaya

September 2019).

Metode pelatihan yang diterapkan


memiliki kesesuaian dengan teori tentang fak-
tor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran
(Syah, 1995:132) yaitu: (1) Faktor internal yang
berasal dari dalam diri siswa, yang meliputi dua
aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikol- Gambar 2. Pementasan pertunjukan dengan judul
“Latar Jembar” karya Bambang Sugiarto bersama
ogis. Pelatihan yang dilakukan terhadap anak-
anggota Sanggar Seni Kemasan dalam Festival
anak usia di bawah 12 tahun, perlu memperha-
Bocah Dolanan 2019 di Museum Radyapustaka,
tikan metode dan materi pelatihan yang sesuai Surakarta. Sumber foto : koleksi peneliti.
dengan perkembangan fisiologis dan psikologis
mereka. Pendekatan improvisasi dan permainan UNESCO (United Nations Educational,
adalah metode yang bisa mengakomodir tujuan Scientific and Cultural Organization) sebagai
ini. (2) Faktor eksternal atau faktor yang berasal salah satu organisasi dunia yang intens mem-
dari luar diri siswa, yakni kondisi lingkungan bahas tentang permasalahan pendidikan menge-
di sekitar siswa, seperti halnya lingkungan mukakan teori tentang empat pilar pendidikan,
sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan yaitu :
masyarakat. Peserta pelatihan dilatih untuk peka 1) belajar mengetahui (learning to know) yaitu
dengan lingkungan sekitarnya. Metode impro- pemerolehan instrumen untuk pemahaman, 2)
visasi yang dilakukan dalam proses pelatihan, belajar bekerja (learning to do) yaitu belajar se-
selalu menggunakan pendekatan ini, dengan cara kreatif dalam lingkungannya, 3) belajar dari
mengambil contoh permasalahan keseharian dirinya sendiri (learning to be) untuk mengem-
di sekitar anak-anak yang kemudian dijadikan bangkan kepribadian, jati diri, dan tanggung
cerita dan materi latihan. (3) Faktor pendeka- jawab personal, dan 4) belajar hidup bersama
tan belajar (aproach to learning), yakni jenis (learning to live together) yaitu berpartisipasi
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan dan bekerja sama dengan dengan individu atau
metode yang ditemukan siswa, untuk melakukan masyarakat lain dalam berbagai kegiatan (Rus-
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. topo:2005). Jika dicermati dengan baik, dapat
Dalam hal penemuan ide, Bambang Sugiarto disimpulkan bahwa materi pelatihan dan prinsip
dan Tarjo W. Kusuma sebagai pelatih utama di pelatihan teater di Sanggar Seni Kemasan adalah
Sanggar Seni Kemasan, memberikan kebebasan penerapan yang cukup relevan dari keempat
bagi anggota sanggar untuk menemukan sendiri pilar pendidikan ini.
cara belajar yang sesuai dengan kecenderungan
masing-masing anak. Kecerdasan Verbal-Linguistik: yaitu
kemampuan yang berhubungan dengan kata/
Dalam materi improvisasi dan penuan- bahasa tertulis maupun lisan. Anak-anak dila-
gan ide, baik dalam proses pembuatan cerita, tih untuk berimprovisasi membuat cerita, baik
atau latihan peran yang akan dimainkan, metode secara lisan maupun tulisan, untuk kebutuhan
ini menjadi salah satu alternatif, agar proses latihan mingguan, persiapan pementasan
kreativitas dan keberanian anak-anak dapat bulanan, atau untuk perlombaan. Metode pela-
terasah. tihan ini terdiri dari dua varian bentuk. Metode
pertama, pelatih sepenuhnya menyerahkan
ide cerita kepada anak-anak, dan mereka akan
melanjutkan dengan membuat penokohan, alur
cerita dan dialognya secara utuh. Metode kedua,
diawali dengan garis besar cerita yang sudah di-

6 Volume 12 No. 1 Juni 2020


Akhyar Makaf : Pelatihan Seni Teater di Surakarta: Potensi, Perkembangan, dan Pengelolaan

tentukan oleh pelatih, kemudian anak-anak akan bagi seorang aktor adalah media ekspresi dan
dibebaskan untuk melengkapi cerita dengan komunikasi yang penting selain kemampuan
dialog sesuai dengan imajinasi masing-masing. vokal dan verbal. Oleh sebab itu, materi olah
Kedua metode ini dapat dilakukan secara pribadi tubuh menjadi salah satu materi pelatihan untuk
atau berkelompok, sesuai dengan kebutuhan. meningkatkan kecerdasan kinestetik anak-anak,
Metode ini adalah salah satu contoh pelatihan baik untuk kebutuhan estetika dan komunikasi
seni teater yang dapat digunakan untuk pertunjukan juga untuk kebutuhan keseharian
mengasah kemampuan verbal dan linguistik lainnya. Secara tidak langsung, dapat dilihat,
anak-anak. bahwa melakukan pelatihan ketubuhan dalam
berlatih teater dapat meningkatkan kecerdasan
fisik dan kinestetik anak-anak.

Gambar 3. Akting dan dialog yang diekspresikan


oleh aktor dalam interaksinya di atas panggung
adalah media yang efektif untuk mempertajam Gambar 4. Kerjasama antar sesama aktor adalah
kecerdasan verbal (kata-kata), kecerdasan logika, salah satu bagian penting dari pertunjukan teater.
kecerdasan tubuh, dan kecerdasan interpersonal Selain untuk tujuan estetika pementasan, kerjasama
anak-anak. Sumber foto : koleksi peneliti. yang dipraktekkan dalam pertunjukan dapat men-
gasah kepekaan sosial dan koordinasi fisik yang
berperan penting bagi perkembangan kecerdasan
Kecerdasan Interpersonal: yaitu kemam- Kinestetik, Interpersonal, dan visual-spasial bagi
puan berkomunikasi antar pribadi yang ber- aktor. Sumber foto : koleksi peneliti.
hubungan dengan keterampilan berelasi dengan
orang lain. Karena kerja teater adalah proses Kecerdasan Musikal: yaitu kemampuan
kolektif yang harus melibatkan orang lain, maka penalaran dan kepekaan terhadap suatu nada
tidak dapat dielakkan bahwa untuk mewujudkan atau ritme. Musik adalah bagian dalam sebuah
suatu bentuk pertunjukan, monolog sekalipun, pertunjukan teater yang cukup penting. Musik
relasi dengan orang lain adalah suatu kenis- dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Bagi
cayaan. Dalam proses latihan di Sanggar Seni anak-anak yang akan memerankan tokoh dalam
Kemasan, berlatih improvisasi dalam kelompok sebuah pementasan, musik dapat ia gunakan
ketika membuat sebuah pertunjukan pendek secara langsung dan tidak langsung. Kemam-
seringkali digunakan dalam latihan mingguan. puan musikal digunakan secara langsung dalam
Proses ini akan memperlihatkan bagaimana pertunjukan ketika aktor perlu untuk mengatur
proses interaksi secara alami antara sesama tempo permainannya agar sesuai dengan tensi
anak-anak dalam bekerja sama membuat cerita dramatik yang akan dimainkan. Begitu juga keti-
dan memerankannya menjadi sebuah pemen- ka pemain melakukan proses musikalisasi secara
tasan mini. langsung dalam pertunjukan seperti dalam ade-
gan nyanyian atau tembang, melagukan dialog,
Kecerdasan Fisik-Kinestetik : yaitu kemampuan menciptakan irama permainan, dan melafalkan
mengatur gerakan badan dan memahami ses- dialog dengan irama dan intonasi tertentu untuk
uatu berdasar gerakan. Dalam proses berlatih, kebutuhan dramatisasi. Secara tidak langsung,
kemampuan fisik dan kinestetik dituntut secara musik pertunjukan akan digunakan aktor untuk
prima karena dalam pertunjukan teater, tubuh membantu menghadirkan mood permainan guna

Volume 12 No. 1 Juni 2020 7


Jurnal Penelitian Seni Budaya

menciptakan atmosfir pertunjukan, terutama da, dan sebagainya, adalah proses berlatih untuk
yang muncul dari proses pemeranannya. Pada meningkatkan kemampuan visual, ruang, dan
bagian inilah proses berteater berhubungan erat spasial mereka.
dengan peningkatan kemampuan kecerdasan
musikal pada anak-anak.

Gambar 6. Kerjasama antar sesama aktor adalah


salah satu bagian penting dari pertunjukan teater dan
dapat mengasah kepekaan sosial dan koordinasi fisik
yang berperan penting bagi p e r k e m b a n g a n
Gambar 5. Iringan musik, dialog yang dinyanyikan, kecerdasan Kinestetik, Interpersonal, kecerdasan
dan tempo permainan dan harus diselaraskan dengan Intrapersonal dan visual-spasial bagi aktor. Sumber
unsur musikal lainnya, dapat melatih kecerdasan foto : koleksi peneliti.
fisik sekaligus kecerdasan musikal. Sumber foto :
koleksi peneliti.
Proses berlatih teater juga dapat ditinjau
Kecerdasan Visual-Ruang-Spasial: yaitu berdasarkan teori yang menjelaskan pembagian
kemampuan mengandalkan penglihatan, mem- kerja otak manusia berdasarkan pembagian
bayangkan objek dan menciptakan gambaran otak bagian kiri dan bagian kanan. Ditemukan
mental. Kemampuan anak-anak untuk menajam- bahwa sebagian besar kegiatan kecerdasan
kan logika visual dan spasialnya dilatih ketika logis-matematis dan kecerdasan verbal baha-
ia berimajinasi menciptakan ruang peristiwa sa dilakukan di belahan otak kiri. Sedangkan
dalam proses dramatisasi dari sebuah cerita. kegiatan kecerdasan lainnya dilakukan pada
Dalam sebuah pertunjukan teater, peristiwa yang otak kanan (intrapersonal, interpersonal, vi-
terjadi adalah sebuah rekayasa yang disadari sual-ruang, gerak-badan, dan musik-ritme).
oleh aktor dan penonton. Akan tetapi, aktor Pink (2008:43) menjelaskan bahwa belahan
terus berusaha berimajinasi untuk menciptakan otak kiri memperhatikan logika, urutan, literal,
ilusi seolah-olah rekayasa di atas panggung itu fungsional, kata-kata, tekstual, dan analisis.
adalah sebuah kenyataan. Salah satu imajinasi Sedangkan belahan otak kanan peduli terhadap
itu berhubungan dengan kemampuan mengkoor- sintesis, ekspresi, emosional, konteks, simultan,
dinasikan kecerdasan visual, ruang dan spasial, metaforis, estetis, dan keseluruhan perspektif.
karena dalam pertunjukan, terdapat imajinasi Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa
ruang, tempat, dan waktu yang berbeda dengan penting dalam dunia pendidikan untuk mencip-
realita. Selain itu, penataan artistik, properti, takan proses pembelajaran dan pendidikan yang
dan unsur artistiknya yang harus direspon se- mengembangkan aktivitas otak kanan maupun
cara kreatif oleh pemain, adalah proses latihan otak kiri demi mengembangkan semua aspek
yang menantang yang harus dilakukan oleh kemanusiaan perseorangan.
anak-anak anggota sanggar. Begitu juga den-
gan kemampuan anak-anak dalam menguasai Metode pelatihan teater yang sudah di-
tubuhnya dalam penataan blocking di atas jelaskan sebelumnya, dapat menjadi contoh
panggung, berkoordinasi dengan pemain lain, bagaimana mempraktikkan proses pembelajaran
menciptakan konfigurasi, mengatur gerak dan yang dapat mengasah kemampuan otak kiri dan
langkah di area panggung, merespon benda-ben- otak kanan secara seimbang. Kemampuan verbal

8 Volume 12 No. 1 Juni 2020


Akhyar Makaf : Pelatihan Seni Teater di Surakarta: Potensi, Perkembangan, dan Pengelolaan

dalam memproduksi kata-kata, logika dalam kelas 3, misalnya, menggunakan teknik pelati-
menganalisis cerita, menghafal dialog, mengin- han metode cermin; siswa menirukan gerakan
gat tanda (clue), mengingat pembagian adegan, temannya, seolah-olah mereka sedang bercer-
dan sebagainya, adalah proses otak kiri yang min. Motede ini cukup efektif dan dianggap
berlangsung pada pemain. Begitu juga pada menyenangkan bagi para siswa. Akan tetapi
saat aktor memproduksi ekspresi, menciptakan metode kurang efektif diterapkan pada siswa
rekayasa emosi, membuat metafora melalui kata kelas 4 ke atas. Hal ini dikarenakan secara usia
atau visual, perspektif dan proses estetis lainnya. mereka sudah merasa dewasa dan sedikit enggan
Bagian ini adalah proses kerja yang lebih banyak untuk melakukan metode pelatihan yang terlalu
terjadi di belahan otak kanan. Oleh sebab itu elementer. Pelatih kemudian menyiasati
dapat disimpulkan, bahwa dalam proses berlatih dengan melakukan pelatihan metode imajina-
teater, tercipta keseimbangan dalam menstimu- si bentuk dari benda keseharian yang mudah
lasi kedua bagian otak secara efektif. ditirukan dengan formasi berkelompok.

Lebih lanjut Pink (2008:93-96) juga Materi pelatihan berikutnya adalah


menjelaskan tentang enam kecerdasan penting pelatihan dasar seperti oleh tubuh, lari keliling
yang diarahkan oleh otak kanan , yaitu : 1) lapangan, dan pelatihan olah vokal. Ternyata
tidak hanya “fungsi” tetapi juga “desain”, 2) materi ini juga kurang diminati oleh siswa.
tidak hanya “argumen” namun juga “cerita”, Setelah diajak berdiskusi, ternyata mereka
3) tidak hanya “fokus” tetapi juga “simfoni”, lebih tertarik untuk langsung praktik berlatih
4) tidak hanya “logika” tetapi juga “empati”, pemeranan. Akhirnya pelatih menyiasati materi
5) tidak hanya “keseriusan” tetapi juga “per- latihan dengan merubah metode dengan berlatih
mainan”, 6) tidak hanya “akumulasi” tetapi pemeranan dengan menggunakan cerita mini.
juga “makna”. Dari enam elemen kecerdasan Dalam proses ini pelatih menyiasati pembela-
yang diproses di bagian otak kanan tersebut, jaran dengan metode berlatih pemeranan secara
seluruhnya dapat dilatih melalui latihan teater langsung, sambil disisipi materi praktik dan teori
yang menggabungkan berbagai bentuk kesenian dasar pemeranan yang lebih praktis. Metode ini
dan potensi. Hal ini dapat terwujud karena seni lebih efektif digunakan pada siswa yang lebih
teater adalah penggabunggan dari seni bercerita, tertarik pada praktik pemeranan melalui contoh
seni musik, desain, permainan secara fisik dan langsung, daripada materi pemeranan secara
emosi, bersifat logis sekaligus empatis, dalam runut berdasarkan elemen-elemen pemben-
menyampaikan sebuah makna dari kehidupan. tuknya (gerak, vokal, ekspresi, tempo, dan lain-
Marianto (2007) menambahkan bahwa belahan lain). oleh karena itu, kreativitas pelatih dalam
otak kanan adalah bagian untuk berfikir melalui menghadapi peserta didik yang berbeda-beda
metafora dan simbol, humor, estetika, berfikir perlu dilatih untuk menghadapi berbagai kemu-
melingkar, holistik, non-linear, melihat pola se- ngkinan yang terjadi dalam proses latihan (hasil
cara keseluruhan, berfikir dengan visualisasi dan wawancara dengan Luna Kharisma tanggal 10
imajinasi, mempersepsi kedalaman dan emosi, Sepetember 2019).
responsif, reaktif dan intuitif.
Metode awal yang penting pada proses
2. Kelas Drama Sekolah Singapore Piaget latihan yang dilakukan pelatih di kelas drama
Academy (SPA) SPA adalah proses melihat dan meniru dari ade-
gan yang dicontohkan. Dapat dikatakan bahwa
Kelas drama di Sekolah Singapore ini adalah sebuah proses simulasi sederhana
Piaget Academy (SPA) diajarkan mulai dari dari pelatih di tahap awal kepada peserta didik.
tingkat 3, 4, dan 5 Materi yang diajarkan adalah Selain melalui contoh langsung, siswa juga
materi-materi teater dasar. Materi pelatihan di ditawarkan untuk melakukan observasi dari

Volume 12 No. 1 Juni 2020 9


Jurnal Penelitian Seni Budaya

adegan-adegan film yang disajikan. Adegan film untuk menguasai materi. Pada akhirnya, untuk
yang dipilih adalah scene-scene penting yang kebutuhan pementasan, pelatih tidak selalu
memperlihatkan ekspresi dari aktornya secara memilih pemain terbaik menjadi pemeran uta-
detail. Menurut Luna, metode observasi ini lebih ma, untuk memberi kesempatan kepada siswa
efektif, walaupun berisiko akan menciptakan yang berkemampuan biasa untuk menempa
streotipe dan kurang menantang kreativitas. Hal dirinya menjalankan tugas menjadi pemeran
ini juga terkendala dengan adanya perbedaan utama yang dipercayakan kepadanya.
antara gaya akting dalam film dan gaya akting
untuk kebutuhan panggung. Oleh sebab itu, Selain menekankan pada kemampuan
pelatih harus memberi memberi contoh pemeranan, penguasaan materi berikutnya ada-
secara langsung kaidah-kaidah pemeranan lah hafalan dialog. Mereka seringkali terkendala
yang sesuai dengan kebutuhan pertunjukan di mengucapkan dialog secara baik dan benar kare-
atas panggung. Selain dari objek film, siswa na lupa, salah intonasi, dan kurang kuat mem-
juga diminta untuk melakukan pengamatan perlihatkan motivasi. Hal ini dapat diatasi salah
di lingkungan sekitarnya, seperti mengamati satunya dengan mengajak mereka berdiskusi
tipe-tipe orang yang ada di sekitar, di sekolah, ketika melakukan bedah naskah untuk menum-
keluarga, dan lain sebagainya. buhkan dan meningkatkan pemahaman siswa
terhadap dialog, motivasi tokoh, dan struktur
dramatik dari cerita yang dipresentasikan.

Luna juga memperhatikan kemampuan


blocking (penempatan dan pemosisian pemain
di atas panggung) dalam latihan persiapan untuk
pementasan. Hal ini dilakukan karena secara
umum, siswa-siswa yang masih awam dengan
dunia teater masih agak kesulitan memahami
materi ini. Siswa-siswi SPA yang cenderung
Gambar 7. Konfigurasi gerak kreatif dalam pertun- kritis dan rasional, diberikan kesempatan untuk
jukan siswa Singapore Piaget Academy (SPA), Solo memberi tawaran metode dan solusi alternatif
Baru. Sumber foto : koleksi Luna Kharisma. jika mereka menemukan kendala dalam proses
latihan. Mereka merasa senang jika diajak ber-
Pelatih juga menerapkan prinsip bahwa diskusi untuk mencari solusi bersama. Metode
ia harus menganggap sama bagi semua peserta ini efektif untuk melibatkan mereka secara emo-
didik, walaupun terdapat perbedaan kemampuan sional dengan proses penggarapan pertunjukan
dan ketertarikan masing-masing siswa terhadap yang sedang berlangsung.
materi drama. Hal ini berguna untuk mening-
katkan motivasi peserta didik yang kurang Kendala berikutnya yang ditemukan
memiliki minat atau belum mampu menguasai dalam proses latihan adalah volume vokal mer-
materi. Selain itu, metode ini juga penting untuk eka yang kurang jelas dan kurang lantang. Hal
menciptakan atmosfir agar semua peserta tetap ini terjadi karena mereka belum terbiasa untuk
bersemangat berlatih dan berusaha untuk men- berbicara dengan volume tinggi. Untuk men-
guasai materi, tanpa perlu bergantung kepada gatasi masalah ini, Luna melatih mereka untuk
kemampuan peserta yang lebih cepat memahami mencoba memproduksi suara dua kali lebih
materi dan dorongan dari pelatih. Bahkan ser- lantang dari pada suara biasanya yang mereka
ingkali pelatih memberikan kepercayaan lebih gunakan sehari-hari.
banyak kepada peserta yang kurang berbakat,
untuk memotivasinya agar berusaha lebih giat

10 Volume 12 No. 1 Juni 2020


Akhyar Makaf : Pelatihan Seni Teater di Surakarta: Potensi, Perkembangan, dan Pengelolaan

Selama tiga tahun melatih, Luna melihat


telah terjadi beberapa perubahan yang leb-
ih positif. Beberapa dari mereka sudah bisa
membuat naskah sendiri. Setelah beberapa kali
mengikuti Year End Concert pelatih dan gu-
ru-guru dapat dilihat perkembangan kemampuan
siswa, khususnya dalam mempraktikkan seni
peran. Sudah cukup banyak siswa-siswi SPA
yang lebih percaya diri dalam berekspresi di
atas panggung.
Gambar 9. Salah satu adegan dalam pementasan
“Romeo and Juliet” oleh siswa Singapore Piaget
Academy. Sumber Foto : koleksi Luna Kharisma. KEPUSTAKAAN

Metode berikutnya yang digunakan untuk Armstrong, Thomas. 1996. Multiple Intelli-
mempermudah mereka menghafal dialog dan gences in The Classroom. Virginia : As-
adegan adalah dengan menggunakan musik sociation for Supervision and Curriculum
sebagai tanda (clue). Karena siswa sudah cukup Development.
akrab dengan apresiasi musik, sehingga metode
ini sangat membantu mereka dalam menguasai Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembe
materi pemeranan dan blocking. Kemampuan lajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang.
musikalitas mereka yang cukup baik bisa mem- Gardner, Howard. 1983. Frames of Mind: The
bantu mereka untuk mengingat dialog, pemba- Theory Of Multiple Intelligences. New
gian adegan, ingatan emosi di setiap adegan, York. Basic Books.
dan lain-lain. Selama proses ini berlangsung,
siswa juga terus diberi tantangan agar proses la- Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences
tihan tetap menyenangkan. Luna terus memberi : The Theory in Practice A Reader. New
dukungan pada siswa yang menunjukkan kese- York : Basic Books.
riusan dan usaha yang lebih dalam menguasai
materi. Pada posisi inilah peran pelatih sebagai Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional,
penjaga pengendali kondusifitas latihan diper- terjemahan : T.Hermaya. Jakarta. Grame-
lukan (hasil wawancara dengan Luna Kharisma dia Pustaka Utama.
tanggal 21 Oktober 2019). Lickona,Thomas. 2004. Pendidikan Karakter.
Bantul, Kreasi Wacana.
Marianto, M. Dwi. 2007. Relasi Luar-Dalam
Antara Seni Dan Metafora. Jurnal Pen-
ciptaan Dan Penciptaan Seni tahun 2007.
Pascasarjana ISI Yogyakarta.
Pink, Daniel. H. 2008. Misteri Otak Kanan
Manusia. Yogyakarta. Think.
Prasasti, Birgitta Ciptaning Sri. 2 0 1 4 .
Pementasan Dalang dan Wayang.
Gambar 10. Pertunjukan rutin Year End Concert Skripsi Prodi Seni Teater. ISI Surakarta.
yang menampilkan pementasan teater hasil pelatihan
pada Kelas Drama dari berbagai tingkatan. Foto :
koleksi Luna Kharisma.

Volume 12 No. 1 Juni 2020 11


Jurnal Penelitian Seni Budaya

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. M e t o d -


ologi Penelitian. Kajian Ilmu Budaya
dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Um-
umnya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Rustopo, Bambang Murtiyoso (ed). 2005.
Mencermati Seni Pertunjukan III Per
spektif Pendidikan, Ekonomi & Mana-
jeman, dan Media. Surakarta. PPs STSI
Surakarta.

12 Volume 12 No. 1 Juni 2020

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy