Peningkatan Ketahanan Oksidasi Karet Alam Melalui Pengikatan Antioksidan 4-Aminodifenilamina Secara Kimia

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 32(2), 65-74, 2016

Author(s); http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v32i2.1473

Peningkatan ketahanan oksidasi karet alam melalui pengikatan


antioksidan 4-aminodifenilamina secara kimia

The improvement of natural rubber oxidation resistance through


4-aminodiphenylamine chemical bonding

Hani Handayani1,*, Dadi R. Maspanger1, Cynthia L. Radiman2

1
Pusat Penelitian Karet, Jalan Salak No.1, Bogor 16151, Indonesia
2
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No. 10, Bandung 40116, Indonesia
*Penulis korespondensi. Telp.: +62 251 8319817; Fax.: +62 251 8324047
E-mail: hani.ppkbogor@gmail.com

Diterima: 8 Agustus 2016 Direvisi: 15 September 2016 Disetujui: 16 September 2016

ABSTRACT
Natural rubber is very important in supporting the Indonesian economy from non-oil sector. However, natural
rubber is not resistant to oxidation. Various attempts have been made to overcome the weaknesses; one of them is
the addition of antioxidants as additives in the manufacture of rubber goods. However, it has the disadvantage of
mechanical technique, including antioxidant blooming, resulting in failed products and decrease in antioxidants
ability. The aim of this research is to improve the resistance of natural rubber from oxidation through the
chemically-bound antioxidant into epoxidized latex. Fresh latex was deproteinized using 0.06 phr papain. Latex
was epoxidized using formic acid and hydrogen peroxide at 70°C with stirring speed of 700 rpm for 3 hours. Then
the 4-aminodiphenylamine (4-ADPA) antioxidant was added with three variations mole percent of 4-ADPA between
0.025 to 0.1 mol/100 grams of rubber, and four variations in temperature were applied (between 27-80°C). The
results showed that the optimum condition for the binding was at 27°C at a dose of antioxidants as much as 0.1
mol/100 grams of rubber. The analysis of FTIR spectra revealed that the binding of 4-ADPA into the epoxidized
latex was as much as 1.93 phr. The rheometer curve analysis showed that the natural rubber bound 4-ADPA was
more resistant to ageing based on the value of R300.

Keywords: latex, antioxidant, epoxidation, 4-ADPA, natural rubber oxidation.

ABSTRAK
Karet alam berperan penting sebagai sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Akan tetapi karet alam
tidak tahan terhadap oksidasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan
menambahkan antioksidan sebagai aditif pada pembuatan barang jadi karet. Akan tetapi cara ini rentan mengalami
blooming sehingga menimbulkan cacat produk dan penurunan daya antioksidasi. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan oksidasi karet alam melalui pengikatan antioksidan secara kimia ke dalam lateks yang
sudah diepoksidasi. Lateks kebun dideproteinisasi menggunakan enzim papain sebanyak 0,06 phr, setelah itu
diepoksidasi menggunakan asam format dan hidrogen peroksida pada suhu 70°C dengan kecepatan pengadukan
700 rpm selama 3 jam. Ke dalam lateks epoksi tersebut kemudian ditambahkan 4-ADPA pada tiga variasi dosis
antara 0,025-0,1 mol/100 gram karet, dan empat variasi suhu antara 27-80°C. Dari hasil penelitian diperoleh
kondisi optimum untuk pengikatan adalah 27°C dengan dosis antioksidan sebanyak 0,1 mol/100 gram karet. Hasil
spektrum FTIR menunjukkan telah terjadi pengikatan 4-ADPA ke dalam lateks yang telah terepoksidasi sebanyak
1,93 phr. Hasil analisis kurva reometer menunjukkan karet yang mengikat 4-ADPA secara kimia lebih tahan
terhadap pengusangan berdasarkan nilai R300.

Kata kunci: lateks, antioksidan, epoksidasi, 4-ADPA, oksidasi karet alam.

Peningkatan ketahanan oksidasi .................................................... (Handayani et al.) 65


PENDAHULUAN mill pada saat komponding yaitu proses pencam-
Karet alam merupakan salah satu komoditas puran karet dengan bahan-bahan aditif lainnya)
perkebunan yang sangat penting dalam menun- maupun secara kimia melalui reaksi modifikasi.
jang perekonomian Indonesia karena berperan se- Umumnya penambahan antioksidan dilaku-
bagai sumber devisa negara dari sektor nonmigas. kan pada saat komponding karena prosesnya rela-
Data tahun 2014 menunjukkan luas areal tanaman tif lebih mudah dan murah. Akan tetapi cara me-
karet di Indonesia adalah seluas 3,61 juta hek- kanis ini memiliki kelemahan diantaranya bahan
tar (ha) dan menempati areal perkebunan terluas antioksidan yang ditambahkan rentan mengalami
ketiga setelah kelapa sawit dan kelapa (Deptan, blooming (migrasi ke permukaan karet) sehingga
2016). Indonesia menjadi negara kedua produsen menimbulkan cacat produk dan penurunan daya
karet terbesar di dunia setelah Thailand, yang pro- antioksidasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal
duksinya tahun 2014 mencapai 3,15 juta ton. Se- tersebut adalah dengan mengikatkan bahan anti-
bagai negara produsen karet alam terbesar kedua oksidan secara kimia ke dalam lateks yang sudah
di dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar diepoksidasi.
menjadi pengendali pasar karet alam dalam nege- Reaksi epoksidasi adalah reaksi oksidasi ikat-
ri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh di anta- an rangkap dalam karet alam oleh oksigen aktif
ranya melalui pengembangan produk karet untuk membentuk senyawa epoksida atau cincin oksir-
industri barang jadi karet alam serta diversifikasi an. Cincin oksiran adalah suatu gugus yang reak-
produk karet alam. Salah satu bentuk diversifikasi tif sehingga mudah mengalami reaksi pembukaan
produk karet alam adalah dengan modifikasi struk- cincin (Phinyocheep, 2014). Dengan demikian,
tur molekul karet alam baik secara fisika maupun pengikatan antioksidan ke dalam rantai molekul
kimia sehingga diperoleh material baru yang me- karet alam memungkinkan untuk dilakukan mela-
miliki karakteristik unik untuk penggunaan yang lui pembentukan gugus oksiran.
lebih luas dalam bidang tertentu. Klinpituksa et al. (2011) berhasil melakukan
Karet alam mempunyai beberapa kelemahan, bounding (pengikatan) senyawa amina aroma-
antara lain sifatnya tidak konsisten, tidak tahan tik 4-ADPA (4-aminodifenilamina) sebanyak 1-4
terhadap cuaca, panas, pelarut hidrokarbon, dan phr ke dalam karet epoksi melalui gugus oksiran.
ozon, sehingga tidak dapat digunakan sebagai ba- Hasilnya diperoleh karet alam yang lebih tahan
han baku barang jadi karet, terutama untuk barang oksidasi. Reaksi pengikatan bahan antioksidan
yang tahan minyak, panas, dan oksidasi. Hal ini tersebut ke dalam karet dapat dilihat pada Gam-
disebabkan oleh struktur cis-1,4-poliisoprena dari bar 1.
karet alam mempunyai ketidakjenuhan yang ting-
gi dengan kandungan ikatan tidak jenuh pada ran-
tai molekulnya sekitar 15.000–20.000. Disamping
itu, karet alam bersifat nonpolar sehingga tidak n
Karet alam
tahan terhadap minyak (Faturrahman et al., 2011;
Phinyocheep et al., 2005). Berbagai kelemahan
tersebut telah membatasi bidang penggunaan ka- O
ret alam, terutama untuk pembuatan barang jadi
karet teknik yang harus tahan terhadap lingkungan n m m

ekstrim. Hal ini menyebabkan penggunaan karet Karet Epoksida


H
alam banyak digantikan oleh karet sintetik. N NH2 4-ADPA

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menga-


tasi kelemahan karet alam baik secara fisika mela- O HN
H
N
lui pencampuran (blending) dengan karet sintetik
atau plastik maupun secara kimia melalui peru- n-m m-p
OH
p
bahan struktur molekulnya. Salah satunya adalah
dengan meningkatkan ketahanan karet alam ter- Karet alam-bound-4-ADPA

hadap oksidasi melalui penambahan bahan antiok-


sidan sebagai aditif pada proses pembuatan barang Gambar 1. Reaksi pengikatan 4-ADPA ke dalam
jadi karet. Antioksidan biasanya ditambahkan ke karet alam melalui gugus epoksi (Klinpituksa et
dalam karet baik secara mekanis (di dalam open al., 2011).

66 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 32 No. 2 Desember Tahun 2016: 65-74
Dengan terikatnya antioksidan secara kimia Pembuatan lateks epoksi
diharapkan ikatan antara antioksidan dengan karet Reaksi epoksidasi diawali dengan menentu-
alam lebih kuat sehingga tidak terjadi blooming kan kondisi optimum melalui variasi suhu, waktu
dan akhirnya karet menjadi lebih tahan terhadap reaksi, dan kecepatan pengadukan. Variasi suhu
oksidasi dibandingkan dengan karet yang ditam- yang digunakan adalah 60, 70, dan 80°C selama 1,
bahkan antioksidan secara mekanis. 2, 3, dan 4 jam dengan kecepatan pengadukan 125,
350, dan 700 rpm. Setelah diperoleh kondisi opti-
BAHAN DAN METODE mum selanjutnya sebanyak 200 ml lateks DPNR
Bahan Penelitian dengan KKK 20% ditempatkan di dalam reak-
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini tor berkapasitas 500 mL yang dilengkapi dengan
meliputi lateks kebun yang diperoleh dari Kebun pengaduk magnetis. Selanjutnya ke dalam lateks
Percobaan Ciomas Bogor, antioksidan 4-amino- ditambahkan asam format dengan dosis 0,3 mol/
difenilamina (4-ADPA) dari Sigma Aldrich, sur- mol isoprena unit. Campuran direaksikan hingga
faktan emulgen dari KAO, pelarut dengan grade mencapai suhu optimum. Setelah mencapai suhu
p.a. (kloroform, aseton, dan metanol) dari Merck, optimum ke dalam reaktor ditambahkan hidrogen
enzim papain, asam format, hidrogen peroksida, peroksida secara perlahan tetes demi tetes seba-
amonia, natrium tiosulfat, bahan-bahan untuk pe- nyak 0,75 mol/mol unit isoprena. Titik nol penghi-
nentuan kadar nitrogen, dan bahan-bahan kom- tungan waktu dimulai ketika semua peroksida se-
ponding (sulfur, asam stearat, seng oksida, carbon lesai ditambahkan. Selanjutnya reaksi dijalankan
black, dan bahan pencepat) yang diperoleh dari selama 1-4 jam pada kecepatan pengadukan opti-
pemasok lokal. mum hingga terbentuk lateks epoksi.
Persen lateks terepoksidasi dapat dihitung se-
Peralatan Penelitian cara kuantitatif menggunakan data dari spektrum
Peralatan penelitian meliputi reaktor gelas FTIR dengan cara menghitung absorbansi dari pita
leher tiga yang dilengkapi dengan labu tetes untuk karakteristik untuk cincin epoksida pada bilangan
menempatkan hidrogen peroksida, termometer gelombang 870 cm-1, cincin terbuka pada bilangan
gelas, dan pelat pemanas (hot plate) dengan gelombang 3460 cm-1, gugus –CH3 dari karet alam
pengaduk magnet (magnetic stirrer) dari Fisher pada bilangan gelombang 1375 cm-1 serta olefin
Scientific. Peralatan untuk pemurnian hasil berupa yang tidak termodifikasi pada bilangan gelombang
alat ekstraksi sokhlet yang dilengkapi dengan 835 cm-1. Rumus untuk menghitung persen karet
pemanas listrik dari Barnstead Electrothermal. yang terepoksidasi (E) dan persen cincin terbuka
Gilingan kreper untuk membuat karet krep dan (R) menurut Chakraborty et al. (2010) adalah se-
untuk pengeringannya digunakan oven. Peralatan bagai berikut:
untuk karakterisasi spektrum FTIR berupa 100 . K1 . A870 corr.
spektrofotometer FTIR Thermo Scientific Nicolet E= _____________________________________________ (1)
iS5. Peralatan untuk preparasi kompon berupa A835 + K1 . A870 corr. + K2 . A3460 corr.
gilingan terbuka (open mill), serta reometer MDR dan
2000. A 835
E
______ __________
R = 100 - E - x (2)
K1 A870 corr.
Metode Penelitian
Pembuatan lateks DPNR dengan:
Lateks kebun ditentukan KKK (Kadar Karet E = persen mol lateks terepoksidasi
Kering) setelah itu ke dalamnya ditambahkan R = persen mol cincin oksiran yang terbuka
surfaktan emulgen sebanyak 3 phr dan enzim A870 corr. = A870 – 0,14 x A835
papain sebanyak 0,06 phr. Selanjutnya lateks A3460 corr. = A3460 – 0,019 x A1375
diencerkan hingga KKK 20% kemudian diinkubasi
selama 24 jam. Setelah itu lateks DPNR diuji Pengikatan antioksidan melalui gugus epoksi
kadar nitrogennya dan dibandingkan dengan Lateks epoksi yang dihasilkan dinetralkan
lateks kebun untuk memastikan bahwa protein dengan amonia dan natrium tiosulfat. Selanjutnya
dalam lateks kebun telah terhidrolisis. Kadar ke dalam lateks tersebut ditambahkan antioksidan
nitrogen ditentukan menggunakan metode uji SNI yang telah didispersikan ke dalam campuran amo-
06-1903-1990. nia, asam oleat, dan air dengan komposisi dispersi

Peningkatan ketahanan oksidasi .................................................... (Handayani et al.) 67


50%. Antioksidan dengan tiga variasi dosis yaitu Berdasarkan kurva reometer dapat dike-
0,025; 0,05; dan 0,1 mol/100 gram karet ditam- tahui ketahanan usang dari suatu kompon dengan
bahkan secara perlahan tetes demi tetes. Reaksi menghitung ketahanan reversinya sesuai dengan
dijalankan pada empat variasi suhu yaitu 27, 60, rumus Khang and Ariff (2011) berikut ini:
70, dan 80°C.
Setelah reaksi selesai karet digumpalkan de- Smax - S300s
R300(%) = ________________ x 100% (3)
ngan metanol kemudian digiling dengan gilingan Smax
kreper dan dikeringkan pada suhu 50°C. Selan-
jutnya karet tersebut dimurnikan dengan aseton R300 adalah persen reversi dari kompon karet
secara sokletasi selama 8 jam untuk menghilang- pada 300 detik setelah Smax, Smax adalah maximum
kan antioksidan yang tidak terikat. Lateks tersebut torque, dan S300s adalah nilai torque pada 300 detik
kemudian dikarakterisasi menggunakan spektro- setelah maximum torque (Smax).
fotometer FTIR untuk memastikan bahwa anti-
oksidan telah terikat secara kimia ke dalam lateks HASIL DAN PEMBAHASAN
epoksi. Pembuatan Lateks DPNR
Karet yang telah terikat dengan antioksidan Reaksi epoksidasi dipengaruhi oleh kadar
pada berbagai dosis dikarakterisasi dengan spek- protein yang terkandung di dalam lateks. Semakin
trofotometer FTIR. Jumlah antioksidan yang ter- banyak kandungan proteinnya, reaksi epoksidasi
ikat dihitung dengan cara membandingkan ab- semakin sulit berlangsung. Hal ini disebabkan
sorbansi pada bilangan gelombang 1596 cm-1 dan karena asam performat yang terbentuk secara in
1375 cm-1 yang karakteristik untuk gugus -NH dari situ (antara asam format dan hidrogen peroksida)
4-ADPA dan gugus –CH3 dari karet alam. Jumlah sulit bereaksi dengan gugus isoprena molekul
4-ADPA yang terikat pada karet alam ditentukan karet karena terhalang oleh protein yang ada di
berdasarkan kurva standar yang diperoleh dari dalam lateks. Dalam penelitian ini digunakan
pencampuran secara fisika karet alam dengan an- lateks DPNR yang kandungan proteinnya sengaja
tioksidan pada dosis 1, 2, 3, 4, dan 5 phr (Barra et dikurangi secara enzimatis dengan menggunakan
al., 1999). enzim papain sehingga diharapkan reaksi epok-
sidasi dapat berlangsung lebih cepat dan optimal
Pembuatan dan karakterisasi vulkanisat (Faturrahman et al., 2011). Enzim papain dipilih
Karet yang berhasil diperoleh selanjutnya di- karena harganya relatif murah, prosesnya mudah,
giling dengan bahan-bahan lain di dalam open mill dan hasilnya cukup baik.
sesuai dengan resep kompon ASTM 2A (Tabel 1). Hasil penentuan kadar nitrogen dari lateks
Kompon tersebut kemudian divulkanisasi hingga DPNR sebesar 0,05%. Nilai ini jauh lebih kecil
membentuk vulkanisat di dalam mesin press vul- dibandingkan lateks kebun yaitu sebesar 0,25%.
kanisasi pada suhu 150°C selama waktu tertentu Dengan demikian setelah dilakukan deproteinisasi
sesuai dengan hasil reometernya yang diukur de- terjadi penurunan kadar nitrogen sebesar 80%.
ngan alat reometer MDR 2000. Hal ini menunjukkan bahwa proses deproteinisasi

Tabel 1. Susunan resep kompon vulkanisat ASTM 2A.


Jumlah (phr)
Komposisi
Kompon A Kompon B Kompon C Kompon D
Karet alam 100 100 - -
ENR-30 - - 100 -
NR-bound-4-ADPA - - - 100
Seng oksida 5 5 5 5
Asam stearat 2 2 2 2
Carbon black 330 35 35 35 35
Sulfur 2,25 2,25 2,25 2,25
TBBS 0,7 0,7 0,7 0,7
4-ADPA - 1 1 -

68 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 32 No. 2 Desember Tahun 2016: 65-74
lateks kebun dengan enzim papain yang dilakukan gen peroksida dan asam format yang direaksikan
pada penelitian ini telah berhasil menghidrolisis dibuat tetap pada dosis optimal sesuai dengan ha-
protein lateks kebun sekitar 80% dan menghasil- sil penelitian pendahuluan yaitu asam format se-
kan lateks DPNR dengan kadar nitrogen yang ren- banyak 0,3 mol/mol unit isoprena dan hidrogen
dah. peroksida sebanyak 0,75 mol/mol unit isoprena.
Analisis gugus fungsi berdasarkan spektrum
Pembuatan Lateks Epoksi FTIR karet terepoksidasi menunjukkan pita ka-
Reaksi epoksidasi dalam penelitian ini meng- rakteristik untuk cincin epoksida pada bilangan
gunakan pereaksi hidrogen peroksida dan asam gelombang 870 cm-1 semakin tinggi intensitasnya
format untuk menghasilkan asam performat. Asam sementara puncak olefin yang tidak termodifikasi
format dipilih karena tidak memerlukan katalis pada bilangan gelombang 835 cm-1 semakin me-
(Phinyocheep & Boonjairaak, 2006). Optimasi te- nurun intensitasnya dibandingkan dengan spek-
lah dilakukan untuk menentukan kondisi optimum trum FTIR karet alam (Gambar 2). Hal ini
dengan melakukan epoksidasi pada variasi suhu, menunjukkan bahwa lateks DPNR telah berhasil
waktu, dan kecepatan pengadukan. Jumlah hidro- diepoksidasi.
Hasil pengukuran spektrum FTIR untuk
98
lateks terepoksida pada berbagai variasi suhu,
96
waktu, dan kecepatan pengadukan dapat dilihat
1736.40

1542.66

94
pada Tabel 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bah-
1248.80 1240.15
1308.43

92
1662.29

90
wa semakin lama waktu reaksi intensitas dari pun-
1653.16

1127.06

88
1038.01

738.87

86 cak pada bilangan gelombang 870 cm-1 semakin


%T

84
meningkat sementara intensitas dari puncak pada
1314.07

C-O epoksi
1084.04

82
738.65

poksi
lam
871.65

80
bilangan gelombang 835 cm-1 semakin menurun.
669.55

78 m
76 Hal tersebut menunjukkan bahwa selama reaksi
1375.30

689.92

74
telah terjadi oksidasi ikatan rangkap C=C dari unit
1447.85

833.85 833.56
1447.10

1376.45

C-O epoksi
72
lam
C=C karet alam
70
isoprena karet alam membentuk ikatan C-O dari
1016.80

68

66 gugus oksiran. Semakin tinggi intensitas dari pun-


2000 1800 1600 1400 1200 1000 900 800 700
cak pada bilangan gelombang 870 cm-1 menunjuk-
Bilangan gelombang (cm-1)
kan semakin banyak gugus oksiran yang terbentuk
Gambar 2. Perbandingan spektrum FTIR karet yang berarti semakin besar mol epoksi yang di-
alam (merah) dengan karet ENR-25 (biru). hasilkan.

Tabel 2. Persen mol epoksi (E) dan cincin terbuka (R) pada variasi suhu, waktu, dan kecepatan peng-
adukan.
Kecepatan pengadukan (rpm)
Suhu (°C) Waktu
125 350 700
(jam)
E (%) R (%) E (%) R (%) E (%) R (%)
1 5,69 1,07 5,05 1,91 4,35 1,54
2 10,76 1,36 10,11 3,14 11,27 0,76
60
3 15,03 2,82 15,80 0,81 16,29 1,08
4 20,40 1,38 20,68 1,15 21,56 2,02
1 14,61 0,57 11,57 1,05 14,80 0,25
2 21,78 0,85 20,09 0,53 24,51 0,27
70
3 29,26 0,30 27,22 1,40 32,37 0,93
4 32,95 1,16 33,10 2,26 37,76 1,75
1 23,25 1,13 26,66 0,24 21,04 1,81
2 32,65 1,04 36,05 0,81 32,19 1,79
80
3 38,96 3,32 Lateks menggumpal
4 Lateks menggumpal

Peningkatan ketahanan oksidasi .................................................... (Handayani et al.) 69


Tabel 2 memperlihatkan pengaruh suhu, cm-1 dan 1375 cm-1 yang karakteristik untuk gugus
waktu, dan kecepatan pengadukan terhadap reak- -NH dari 4-ADPA dan gugus –CH3 dari karet alam
si epoksidasi. Semakin tinggi suhu, persen mol (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa karet te-
epoksi yang dihasilkan semakin besar, akan tetapi lah mengikat antioksidan.
suhu di atas 70°C sangat mengganggu kestabilan Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada spek-
lateks, reaksi lebih dari 3 jam menyebabkan lateks trum yang berwarna biru (karet mengikat 4-AD-
menggumpal. Oleh karena itu suhu optimum dipi- PA) muncul puncak baru pada bilangan gelom-
lih pada 70°C. Semakin lama waktu reaksi, persen bang 1599 cm-1 yang karakteristik untuk serapan
mol epoksi yang dihasilkan semakin besar. Kena- dari gugus -NH 4-ADPA serta adanya serapan
ikan kecepatan pengadukan tidak terlalu berpe- pada bilangan gelombang 1375 cm-1 yang karak-
ngaruh terhadap persen mol epoksi yang dihasil- teristik untuk gugus –CH3 dari karet alam. Hal
kan. Namun kecepatan pengadukan yang tinggi tersebut menunjukkan terjadinya reaksi pengikat-
dapat memperkecil terjadinya transfer massa se- an 4-ADPA ke dalam karet alam. Akan tetapi in-
hingga kecepatan optimum dipilih pada 700 rpm. tensitas pada bilangan gelombang 1599 cm-1 dari
karet yang sudah mengikat 4-ADPA lebih rendah
Pengikatan Antioksidan Melalui Gugus Epok- dibandingkan dengan puncak dari senyawa 4-AD-
si PA pada bilangan gelombang yang sama. Hal ini
Lateks hasil epoksidasi masih mengandung disebabkan jumlah 4-ADPA yang terikat relatif
asam format dan hidrogen peroksida sisa yang tidak sedikit (hanya 1 phr). Semakin banyak jumlah an-
bereaksi. Kedua bahan tersebut harus dinetralkan tioksidan yang terikat, intensitasnya akan semakin
terlebih dahulu sebelum lateks epoksi direaksikan tinggi.
dengan antioksidan untuk menghindari terjadinya Data pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa
reaksi samping. Asam format dinetralkan dengan penambahan dosis 4-ADPA di bawah 0,1 mol/100
amonia sampai pH 7 untuk mencegah terjadinya gram karet belum menghasilkan karet yang terikat
konversi gugus amina dari antioksidan menjadi antioksidan. Sementara itu penambahan 4-ADPA
garam amonium kuartener dalam medium asam. juga telah dilakukan pada suhu 40°C untuk me-
Garam amonium kuartener dapat bereaksi de- lihat pengaruhnya jika dilakukan pada suhu di
ngan gugus oksiran menghasilkan senyawa yang bawah 60°C akan tetapi hasilnya sama, lateks
tidak diinginkan yaitu tetrahidrofuranil (Wibowo menggumpal kurang dari dua jam. Dengan de-
et al., 2014). Sementara itu hidrogen peroksida mikian dapat disimpulkan bahwa reaksi penam-
harus dinetralkan untuk mencegah terjadinya ok- bahan 4-ADPA pada suhu di atas suhu 27°C me-
sidasi lateks oleh gugus peroksida. nyebabkan kestabilan lateks terganggu sehingga
Analisis gugus fungsi berdasarkan spektrum lateks menggumpal dalam waktu kurang dari 2
FTIR untuk lateks mengikat antioksidan menun- jam meskipun telah dilakukan penambahan sur-
jukkan puncak pada bilangan gelombang 1596 faktan emulgen sebanyak 5 phr untuk memperta-
hankan kestabilan lateks. Hal ini dapat disebabkan
1 bsk
karena penambahan natrium tiosulfat pada saat
100
95 penetralan dan antioksidan 4-ADPA menyebab-
3373.99

1243.16

kan penurunan cloud point dari surfaktan sehingga


1311.16

90
-NH 4-ADPA
1599.06
1516.07

1126.22
1038.54

85
%T

1653.19

kemampuannya untuk menstabilkan lateks menu-


692.67
1078.80

80
2851.59

743.44
1375.23
1446.68

75
run. Reaksi pengikatan antioksidan dapat terjadi
2915.09

-CH karet alam


834.36

70 3
%T

65 pada suhu kamar setelah reaksi selama 24 jam.


4-ADPA
96
Pengikatan optimum diperoleh pada lateks epoksi
3407.51

3033.39
3313.74
3210.79

1623.71

94
882.81

yang direaksikan selama 3 jam yaitu sebesar 1,93


1407.71

993.01
3457.97

1121.29
3370.04

92
1240.24

1024.31

-NH 4-ADPA
1595.39

phr.
%T

1151.40

90
1255.41

1077.14

811.87

88
612.30
1487.27

Secara visual, terjadi perbedaan warna dan


1173.63

86
1279.70

84

82
bentuk antara karet krep sebelum reaksi pengikat-
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
an dan sesudah reaksi pengikatan seperti terlihat
Bilangan gelombang (cm-1)
pada Gambar 4. Dari gambar tersebut dapat dilihat
Gambar 3. Perbandingan spektrum FTIR karet bahwa karet (b) lebih rapuh dibandingkan dengan
mengikat antioksidan 4-ADPA sebanyak 1 phr karet (a). Hal ini dapat disebabkan karena pada
(biru) dengan senyawa 4-ADPA (merah). karet (b) telah terikat antioksidan di dalamnya se-

70 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 32 No. 2 Desember Tahun 2016: 65-74
Tabel 3. Hasil penambahan antioksidan 4-ADPA pada variasi lateks epoksi dengan suhu epoksidasi
70°C dan kecepatan pengadukan 700 rpm.

Jumlah 4-ADPA terikat (phr)


Dosis antioksidan
Waktu epoksidasi Suhu penambahan 4-ADPA (°C)
(mol/100 gram karet)
27*) 60 70 80
0,025 0 NA NA NA
1 0,05 0 NA NA NA
0,1 0,6 NA NA NA
0,025 0 NA NA NA
2 0,05 0 NA NA NA
0,1 1,63 NA NA NA
0,025 0 NA NA NA
3 0,05 0 NA NA NA
0,1 1,93 NA NA NA
0,025 0 NA NA NA
4 0,05 0 NA NA NA
0,1 1,49 NA NA NA
Keterangan:
NA = Tidak dapat dihitung karena lateks menggumpal kurang dari 2 jam
*)
Pengujian dilakukan setelah reaksi dibiarkan selama 24 jam

hingga mempengaruhi struktur molekul karet Penentuan Jumlah Antioksidan Terikat


alam. Adanya gugus meruah dari 4-ADPA yang Jumlah antioksidan yang terikat diperoleh
terikat pada karet alam menyebabkan keteraturan dengan cara mengekstrapolasikan hasil perban-
rantai dari polimer karet alam menjadi berkurang dingan absorbansi pada bilangan gelombang 1596
sehingga strukturnya menjadi lebih amorf dan ja- cm-1 dan 1375 cm-1 ke dalam kurva standar. Gam-
rak antar rantainya menjadi lebih renggang aki- bar 5 menunjukkan kurva standar yang diperoleh
batnya karet menjadi lebih rapuh dan lebih mudah dari pencampuran secara fisika karet alam dengan
sobek ketika digiling di dalam gilingan kreper. antioksidan pada dosis 1, 2, 3, 4, dan 5 phr (Barra
Dalam hal warna, karet (b) warnanya menjadi hi- et al., 1999). Dari kurva standar diperoleh persa-
tam yang berasal dari warna 4-ADPA yang ditam- maan regresi linearnya yang kemudian digunakan
bahkan ke dalam lateks. untuk menghitung jumlah 4-ADPA terikat.

(a) (b)
Gambar 5. Kurva standar pencampuran secara
Gambar 4. Gambar karet krep: (a) sebelum reaksi fisika karet alam dengan 4-ADPA sebanyak 1-5
pengikatan dan (b) sesudah reaksi pengikatan. phr.

Peningkatan ketahanan oksidasi .................................................... (Handayani et al.) 71


Tabel 4. Data reometer vulkanisat A, B, C, dan D.
Smax SMin Smax-SMin T90 Scorch time
Vulkanisat
(kg-cm) (kg-cm) (kg-cm) (menit:detik) (menit:detik)
A 2,15 0,17 1,98 10,21 -
B 2,52 0,24 2,28 9,48 9,12
C 4,03 0,42 3,61 7,54 3,52
D 1,58 0,24 1,34 12,12 -

Tabel 5. Persen reversi kompon karet.


Vulkanisat Smax S300s Smax-S300s R300 (%)
A 2,15 2,05 0,1 4,65
B 2,52 2,4 0,12 4,76
C 4,03 3,85 0,18 4,47
D 1,58 1,56 0,02 1,27

Penentuan Ketahanan Usang berdasarkan yang lebih rendah dibandingkan dengan reaktor
Kurva Reometer yang kecil.
Hasil optimum dari reaksi pada skala kecil se- Ketahanan usang dari vulkanisat karet da-
lanjutnya dibuat pada skala besar (reaktor 2 L) un- pat ditentukan berdasarkan kurva reometer yang
tuk pembuatan vulkanisat. Hasil pada skala yang diperoleh. Data kurva reometer untuk keempat
lebih besar menunjukkan jumlah 4-ADPA yang vulkanisat yang dibuat dapat dilihat pada Tabel
terikat menurun menjadi 1,47 phr pada kondisi 4. Dari data reometer dapat ditentukan nilai R300.
suhu dan pengadukan yang sama dengan skala ke- Harga R300 adalah persen reversi untuk kompon
cil. Hal ini disebabkan terjadi perbedaan kondisi yang menunjukkan ketahanan kompon terhadap
antara skala kecil dengan skala besar diantaranya pengusangan (Khang & Ariff, 2011). Semakin
perbedaan transfer panas antara reaktor kecil de- kecil nilai R300 berarti kompon tersebut semakin
ngan reaktor besar sehingga akan memberikan tahan terhadap pengusangan.
pengaruh yang berbeda. Untuk reaksi pada suhu Persen reversi untuk keempat kompon sete-
yang sama, reaktor yang besar memberikan hasil lah dihitung dapat dilihat pada Tabel 5. Dari tabel

H H
ROO* + N NHR ROOH + N N*R

Radikal peroksida NR-bound-4-ADPA

H H
N N*R N NR + ROO*
*

H
N NR

ROO

Produk non radikal

Gambar 6. Mekanisme NR-bound-4-ADPA mencegah oksidasi karet alam pada tahap propagasi rantai
(R= karet alam).

72 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 32 No. 2 Desember Tahun 2016: 65-74
tersebut diketahui nilai R300 paling rendah untuk ganggu kestabilan lateks. Hasil pengukuran spek-
kompon D yaitu kompon yang menggunakan ka- trum FTIR menunjukkan telah terjadi pengikatan
ret mengikat antioksidan secara kimia. 4-ADPA ke dalam lateks yang telah terepoksidasi
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan sebanyak 1,93 phr sedangkan hasil analisis kurva
bahwa kompon D paling tahan terhadap pengu- reometer menunjukkan karet yang terikat 4-ADPA
sangan dibandingkan kompon yang lain. Sedang- secara kimia lebih tahan terhadap pengusangan
kan untuk kompon B dimana antioksidan terikat berdasarkan nilai R300.
secara fisik, ketahanan reversinya lebih rendah
dibandingkan dengan kompon D. Hal ini dapat UCAPAN TERIMA KASIH
disebabkan karena antioksidan yang terikat secara Ucapan terima kasih penulis sampaikan ke-
fisika mudah mengalami migrasi ke permukaan pada Direktur Pusat Penelitian Karet atas bantuan
sehingga daya antioksidasinya menurun karena hi- dananya untuk penelitian ini.
langnya bahan antioksidan selama komponding.
Antioksidan yang terikat secara kimia ikatan- DAFTAR PUSTAKA
nya lebih kuat sehingga pada saat komponding Barra, G. M., Crespo, J. S., Bertolino, J. R., Soldi,
tidak terjadi migrasi antioksidan ke permukaan. V., & Pires, A. T. N. (1999). Maleic anhydride
Antioksidan yang terikat secara kimia pada karet grafting on EPDM: Qualitative and quantitative
dapat bekerja secara maksimal mencegah oksidasi determination. Journal of the Brazilian Chemical
Society, 10(1), 31-34, http://dx.doi.org/10.1590/
pada karet alam dengan cara mempengaruhi pada
S0103-50531999000100006
tahap propagasi rantai. Kemungkinan mekanisme Chakraborty, S., Kar, S., Ameta, R., Dasgupta, S., &
inhibisinya dapat dilihat pada Gambar 6. Mukhopadhyay, R. (2010). Quantitative applica-
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa dengan tion of FTIR in rubber. Rubber World: The Tech-
adanya antioksidan yang terikat secara kimia pada nical Service Magazine for The Rubber Industry,
karet alam menyebabkan terjadinya halangan ste- 241(4): 33-39.
rik sehingga kemampuan radikal peroksida untuk Deptan. (2016). Basis Data Statistik Pertanian.
mengabstraksi atom H dari karet alam menurun. https://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/, diakses 26
Akibatnya radikal peroksida akan mengabstraksi September 2016.
atom H dari gugus amina pada senyawa 4-ADPA Faturrahman, M. I., Handayani, H., & Kuncoro, I.
(2011). Pengembangan modifikasi karet alam
membentuk senyawa peroksida dan radikal baru
tahan minyak/pelumas (Laporan akhir Kerjasama
yang bisa mengalami delokalisasi elektron meng- Penelitian). Pusat Penelitian Karet, Indonesia.
hasilkan radikal yang lebih stabil. Radikal terse- Khang, T. H., & Ariff, Z. M. (2011). Vulcanization
but kemudian bereaksi dengan radikal peroksida kinetics study of natural rubber compounds
yang lain membentuk produk non radikal yang cu- having different formulation variables. Journal of
kup stabil. Dengan demikian reaksi oksidasi karet Thermal Analysis and Calorimetry, 109(3), 1545-
alam dapat dicegah. 1553,
http://dx.doi.org/10.1007/s10973-011-1937-3
KESIMPULAN Klinpituksa, P., Hamad, A., Nakason, C., &
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Kaesaman, A. (2011). Natural rubber bound-
4-aminodiphenylamine antioxidant for rubber
dapat disimpulkan bahwa hasil reaksi epoksidasi
formulation improvement. Science Journal Ubon
menunjukkan bahwa suhu dan lama waktu reaksi Ratchathani University, 2(1), 66-71.
berpengaruh terhadap persen mol epoksi yang di- Phinyocheep, P., Phetphaisit, C. W., Derouet, D.,
hasilkan. Semakin tinggi suhu dan semakin lama Campistron, I., & Brosse, J. C. (2005). Chemical
waktu reaksi persen mol epoksi yang dihasilkan degradation of epoxidized natural rubber using
semakin besar. Kecepatan pengadukan tidak ter- periodic acid: Preparation of epoxidized liquid
lalu berpengaruh terhadap persen mol epoksi, natural rubber. Journal of applied polymer
namun kecepatan pengadukan yang tinggi dapat science, 95(1), 6-15,
memperkecil terjadinya transfer massa sehingga http://dx.doi.org/10.1002/app.20812
kecepatan optimum dipilih pada 700 rpm. Phinyocheep, P., & Boonjairaak, K. (2006). Investiga-
tion on hydrogenation and epoxidation of natural
Pengikatan 4-ADPA dapat terjadi pada dosis
rubber in latex stage. Department of Chemistry,
minimal 0,1 mol/100 gram karet dengan suhu op- Faculty of Science, Mahidol University, Bang-
timum untuk pengikatan adalah pada 27°C. Peng- kok.
gunaan suhu di atas suhu tersebut sangat meng- Phinyocheep, P. (2014). Chemical modification of

Peningkatan ketahanan oksidasi .................................................... (Handayani et al.) 73


natural rubber for improved performance. In S. Wibowo, T. Y., Rusmandana, B., & Astuti, A. (2014).
Kohjiya & Y. Ikeda (Eds.). Chemistry, manufacture Degradasi cincin oksiran dari epoksi asam oleat
and applications of natural rubber (pp. 68- dalam suatu sistem reaksi katalis cair. Jurnal
110). Cambridge, United Kingdom: Woodhead Teknologi Pertanian, 14(1), 29-34.
Publishing.

74 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 32 No. 2 Desember Tahun 2016: 65-74

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy