Perbedaan Kapasitas Dan Kapabilitas Petani Padi Dan Bawang Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PERBEDAAN KAPASITAS DAN KAPABILITAS PETANI PADI DAN BAWANG

MERAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS USAHATANI

Maesti Mardiharini1), Sumardjo2), Prabowo Tjitropranoto2), Dwi Sadono2)


1 1)BalaiBesar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Jln.Tentara Pelajar No.10. Bogor.
2)Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Email: maesti_m@yahoo.com

ABSTRACT

During the last two decades there has been no stepping up in the production of rice and shallots farming. This
is caused by low use of research innovation as well as the slow delivery of innovations to users. On the other hand, most
of farmers' perceptions on extension workers are not entirely positive. The extension activities have not answered
farmers need, and low impact on improving farmers' capacity and capability. The study objectives were (1) to analyze
the differences on rice and shallot farmers capacity and capability, (2) to analyze the factors affected the farmers
capacity and capability, and (3) to formulate a strategic approach to increase farmers capacity, capability and their
farm productivity. The research was carried out through a structured survey of rice farmers in Subang and Boyolali
Districts (n=270), and shallot farmers in Cirebon, Brebes, and Grobogan districts (n=249), from May to December
2018. The results of study showed that there was differences in capacity dan capability between rice farmers and shallot
farmers affecting productivity among farmers and production gaps at the farm level. The use of innovation as a result
of extension activities, had a high opportunity to increase in farmers' production and income. On shallots farmers the
The productivity difference among farmers on shallot commodity was relatively high, because of the gap in the
application of innovation in farming activities, so that the increase in capability did not directly affect on the production
and income of farmers.
Keywords: rice farming, shallot farming, farmer capacity and capability, productivity

ABSTRAK

Selama dua dekade terakhir tidak ada loncatan peningkatan produksi usaha tani padi dan bawang merah. Hal
ini disebabkan karena rendahnya penggunaan inovasi hasil penelitian dan lambatnya penyampaian inovasi kepada
pengguna. Pada sisi lain, persepsi petani terhadap penyuluh belum sepenuhnya positif. Kegiatan penyuluhan belum
menjawab kebutuhan petani dan berdampak rendah terhadap peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani. Penelitian
ini bertujuan menganalisis perbedaan tingkat kapasitas dan kapabilitas petani padi dan petani bawang merah,
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta merumuskan strategi peningkatan kapasitas dan kapabilitas
petani dalam upaya meningkatkan produktivitas usahataninya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Desember 2018
melalui survei terstruktur terhadap petani padi di Kabupaten Subang dan Boyolali (n=270), serta petani bawang merah
di Kabupaten Cirebon, Brebes, dan Grobogan (n=249). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kapasitas dan
kapabilitas antara petani padi dengan petani bawang merah, yang mempengaruhi produktivitas antar petani dan
kesenjangan produksi di tingkat usahatani. Pemanfaatan inovasi sebagai hasil dari kegiatan penyuluhan, berpeluang
tinggi untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Perbedaan produktivitas antar petani pada komoditas
bawang merah relatif tinggi karena kesenjangan penerapan inovasi dalam kegiatan usahatani, sehingga peningkatan
kapabilitas tidak berpengaruh langsung terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani.
Kata kunci: usahatani padi, usahatani bawang merah, kapasitas dan kapabilitas petani, produktivitas

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kapasitas dan Kapabilitas Petani Padi dn Bawang 327
Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani (Maesti Mardiharini, Sumardjo,
Prabowo Tjitropranoto, Dwi Sadono)
PENDAHULUAN Penerapan konsep kesisteman dalam
menjelaskan permasalahan di atas dimulai dari
sistem inovasi linier berbasis penelitian pertanian
Salah satu isu penting dalam nasional (National Agricultural Research System-
pembangunan pertanian di Indonesia selama dua NARS), ke sistem inovasi berbasis pengetahuan
dekade terakhir adalah upaya peningkatan pertanian dan sistem informasi (Agricultural
produktivitas atau produksi per satuan luas dari Knowledge and Information System-AKIS), dan
kegiatan usahatani. Masalah utama yang yang terkini adalah sistem inovasi pertanian
berhubungan dengan produktivitas usaha tani modern (Agricultural Innovation System-AIS)
adalah inovasi dari lembaga penghasil inovasi yang (World Bank, 2012). Salah satu penciri utama
diadopsi oleh pengguna akhir masih terbatas. sistem inovasi pertanian modern adalah semakin
Hasil evaluasi pada lembaga penelitian aktifnya petani dalam meningkatkan kapasitasnya
seperti Badan Penelitian dan Pengembangan agar mampu mengadopsi inovasi secara
Pertanian menunjukkan bahwa kecepatan dan berkelanjutan dan meningkatkan peran pelaku
tingkat pemanfaatan inovasi teknologi yang bisnis dalam proses inovasi. Pelaku saling
dihasilkan cenderung lambat, bahkan menurun berinteraksi secara dinamis dan fleksibel (World
(Indraningsih, 2011). Inovasi yang dihasilkan Bank, 2012; Mardianto, 2014).
memerlukan waktu sekitar dua tahun untuk Keputusan adopsi inovasi oleh petani
diketahui sekitar 50% jumlah penyuluh (Mundy, berdampak pada kegiatan usahataninya, dan proses
2002). Tenggang waktu sampainya informasi dan ini berhubungan dengan tingkat kapabilitas atau
adopsi teknologi sampai di tingkat petani kemampuan petani dalam mengolah informasi
memerlukan waktu lebih lama lagi. Kesenjangan inovasi yang ada, dan menerapkannya dalam
antara subsistem penyampaian dan subsistem usahatani. Kapasitas lebih menekankan “daya
penerimaan inovasi merupakan penyebab serap” petani terhadap inovasi dari luar, yang
lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat penerapannya dalam tingkat usahatani
tingkat adopsi inovasi (Simatupang, 2004). dipengaruhi kapabilitas petani, yaitu kemampuan
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengolah informasi yang dikaitkan dengan
percepatan adopsi, dimulai dari mengaitkan antara kebutuhan di tingkat usahatani. Hasil penelitian
penelitian dan penyuluhan atau Research and Prawiranegara et al. (2016), ketepatan inovasi
Extension Linkages/REL (Tjitropranoto, 1994). dicirikan oleh kepahaman, akurasi, kehandalan,
Kasus di Indonesia, keterkaitan antara penelitian keaktualan, kelengkapan dan ketepatwaktuan
dan penyuluhan menjadi kajian banyak pihak inovasi, berpengaruh terhadap tingkat kapabilitas
(Qamar, 2004; Basuno, 2003; Agbamu, 2000). petani dalam mengelola inovasi.
Berbagai kajian tersebut menyimpulkan bahwa Beberapa hasil penelitian menunjukkan
proses perencanaan penelitian harus berawal dan bahwa adopsi inovasi pada berbagai komoditas
berakhir pada petani sebagai subyek pembangunan dipengaruhi kapasitas petani, antara lain: padi
(Kasryno, 1997). Jalinan kerjasama dan hubungan (Hutapea et al., 2017; Indraningsih, 2011), bawang
timbal balik antar sub sistem dalam suatu sistem merah (Syamsuddin dan Hasrida, 2019), budidaya
inovasi pertanian sangat diperlukan, dimulai dari ternak (Hendayana, 2011), budidaya ikan
perencanaan penelitian, sehinga inovasi yang (Fatchiya, 2010), dan sayuran (Prawiranegara et al.,
dihasilkan segera diketahui dan diadopsi oleh 2016). Berbagai hasil penelitian tersebut
petani. menunjukkan bahwa upaya meningkatkan produksi

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 327-341
328
pertanian secara langsung dan tidak langsung akan berkaitan dengan kapabilitas (Morgan, 2006;
dipengaruhi oleh kapasitas dan kapabilitas petani. Brinkerhoff dan Morgan, 2008).
Namun demikian, berbagai penelitian di atas belum
Kapabilitas pada penelitian ini adalah
secara komprehensif membandingkan tingkat
kemampuan petani mengaktualisasikan kapasitas
kapasitas dan kapabilitas antar petani dengan
dalam bentuk kerja riil usahanya secara tepat
perbedaan komoditas, serta mempertimbangkan
(waktu, jumlah, jenis, dan kualitas) dan
sub-sub sistem lainnya.
berkelanjutan.
Keterkaitan antar sub-sistem inovasi dan
Lokasi dan Waktu
hubungannya dengan kapasitas dan kapabilitas
petani merupakan kajian menarik, terutama terkait Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
proses adopsi dan dampak lanjutan pada (purposive) dan terstruktur berdasarkan sentra
produktivitas. Penelitian ini difokuskan pada produksi padi dan bawang merah. Lokasi terpilih
inovasi tanaman pangan (khususnya padi) dan yaitu: Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Subang
hortikultura (khususnya bawang merah), dengan sebagai sentra produksi padi dan Kabupaten
pertimbangan besaran campur tangan pemerintah Cirebon sebagai sentra bawang merah), serta
dalam proses diseminasi inovasi. Tujuan penelitian Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Boyolali sebagai
adalah: (a) Menganalisis perbedaan tingkat sentra padi, dan Kabupaten Brebes dan Grobogan
kapasitas dan kapabilitas antara petani padi dan sebagai sentra bawang merah). Masing-masing
petani bawang merah, (b) Menganalisis faktor- kabupaten dipilih 1 (satu) kecamatan, dan masing-
faktor yang mempengaruhi kapasitas dan masing kecamatan dipilih 2 (dua) desa. Penelitian
kapabilitas petani dalam meningkatkan dilaksanakan pada bulan Mei-Desember Tahun
produktivitas padi dan bawang merah, dan (c) 2018.
Merumuskan strategi peningkatan kapasitas dan
Rancangan Penentuan Responden
kapabilitas petani dalam upaya meningkatkan
produktivitas usahatani. Penelitian menggunakan pendekatan
deduktif kuantitatif dan diperkuat data kualitatif.
Teknik penggalian informasi dan data dilakukan
METODOLOGI melalui studi literatur dan observasi terstruktur
Batasan menggunakan metoda survei berbasis kuesioner.
Uji validitas kuesioner menggunakan korelasi
Kapasitas didefinisikan sebagai daya yang Pearson, sedangkan pengujian reliabilitas
melekat pada pribadi seseorang sebagai pelaku kuesioner menggunakan rumus Alpha Cronbach
utama, pengelola sumber daya pertanian untuk (Gozali, 2009). Hasil uji validasi terhadap 30 orang
dapat menetapkan tujuan usahatani secara tepat responden di luar lokasi penelitian menunjukkan
(Subagyo, 2009). Kapasitas merupakan daya bahwa kuesioner layak digunakan, dengan nilai
adaptif dan kemampuan menjalankan fungsi usaha, 92,95 persen (sangat valid), dan uji reliabilitas
memecahkan masalah, serta merencanakan dan menghasilkan nilai alpha 0,97 (sempurna).
mengevaluasi usaha untuk mencapai keberlanjutan
(Facthiya, 2010). Data primer diperoleh melalui wawancara
terhadap responden menggunakan kuesioner,
Batasan kapasitas petani pada penelitian ini penggalian data kualitatif dilakukan terhadap
mengacu pada daya petani menggabungkan
beragam kemampuannya, sehingga lebih kreatif
memanfaatkan sumberdaya, dan tingkatan yang
berbeda dari petani lainnya dalam lingkungannya.
Hanya petani yang dapat mengaktualisasikan
kapasitasnya yang menduduki strata tertinggi dan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kapasitas dan Kapabilitas Petani Padi dn Bawang 329
Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani (Maesti Mardiharini, Sumardjo,
Prabowo Tjitropranoto, Dwi Sadono)
Gambar 1. Variabel dan indikator penelitian kapasitas dan kapabilitas petani padi dan bawang merah dalam
upaya meningkatkan produktivitas usahatani

informan kunci di setiap lokasi penelitian. Variabel, Cara Pengukuran, dan Analisis Data
Penentuan jumlah sampel berdasarkan perhitungan
Variabel yang diukur terdiri dari: 4
5-10 kali jumlah indikator penelitian, sebagai syarat
(empat) variabel X dan 3 (tiga) variabel Y.
pengujian model menggunakan Structural
Keempat variabel X adalah peran penyuluh
Equation Model/SEM (Matjik dan Sumertajaya,
pemerintah, karakteristik petani, keterjangkauan
2011). Jumlah indikator penelitian ini sebanyak 29,
petani pada sarana usahatani, dan pengaruh
maka untuk memenuhi syarat jumlah (n) sampel
lingkungan eksternal. Ketiga variabel Y adalah
setiap komoditas berkisar 145–290. Teknik
tingkat kapasitas petani, tingkat kapabilitas petani,
pengambilan sampel menggunakan cluster random
dan manfaat yang dirasakan petani. Hubungan antar
sampling dengan jumlah responden ditentukan
variabel tersebut beserta indikatornya dapat dilihat
secara proporsional di setiap desa, yaitu n = 45
pada Gambar 1.
rumah tangga petani padi dan n = 30 rumah tangga
petani bawang merah. Total responden sebanyak Pernyataan responden tentang sikap dan
539 petani, terdiri dari 270 petani padi dan 249 persepsi diukur menggunakan skala berjenjang,
petani bawang merah. Selain data primer, juga modifikasi dari skala likert yang diukur dalam
dikumpulkan data sekunder yang diperoleh dari kategori ordinal yang diperingkatkan sepanjang
berbagai instansi terkait di tingkat pusat dan daerah, kontinum. Terdapat 4 (empat) interval skala yang
serta penelusuran melalui media online. digunakan yaitu: (1) sangat lemah, (2) lemah, (3)
kuat, dan (4) sangat kuat. Proses transformasi
diperlukan untuk mengubah data ordinal menjadi
interval dengan selang indeks transformasi skor 0-

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 327-341
330
Tabel 1. Karakteristik petani padi dan petani bawang merah di lokasi penelitian, Provinsi Jawa Barat dan Jawa
Tengah, 2018
No. Uraian Petani Padi (%) Petani Bawang Merah (%)
1. Pendidikan Formal (tahun)
- Tidak Sekolah 1,48 3,61
- Sekolah Dasar 51,85 61,85
- SLTP 13,33 13,65
- SLTA 27,78 17,67
- Diploma dan S1 5,56 3,21
2. Pendidikan Non-formal (Frekuensi
pelatihan Pertanian 3 tahun terakhir)
- Belum pernah 16,30 27,31
- Rendah (1 – 3 kali) 40,37 67,47
- Sedang (4 – 6 kali) 35,56 5,22
- Tinggi (> 7 kali) 7,78 0
3. Penguasaan Lahan
- Sempit (<0,25 ha) 5,19 35,34
- Sedang (0,26ha – 1,0ha) 62,96 56,63
- Luas (1,0ha – 2,0ha) 17,78 5,62
- Sangat luas (>2,0ha) 4,07 2,41
4. Penguasaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi
- Sangat Rendah 15,19 24,5
- Rendah 40,37 55,02
- Tinggi 26,30 12,45
- Sangat Tinggi 18,15 8,03
5. Tingkat Kekosmopolitan (mobilitas setahun
terakhir)
- Sangat Rendah (Tidak pernah) 11,48 23,69
- Rendah (< 5 kali) 79,26 66,27
- Tinggi (6 – 10 kali) 7,41 8,84
- Sangat Tinggi (> 10 kali) 1,85 1,20

100 (Sumardjo, 1999). Berdasarkan transformasi HASIL DAN PEMBAHASAN


tersebut dibagi menjadi empat kategori: Sangat
Karakteristik Petani Padi dan Petani Bawang
Rendah (skor < 25), Rendah (skor 26-50), Tinggi
Merah
(skor 51-75), dan Sangat Tinggi (skor > 76).
Perbaikan distribusi lahan yang sering
Uji beda non parametrik Mann Whitney
terabaikan selama ini makin memperparah
(U-Test) dilakukan untuk menjawab tujuan
ketimpangan penguasaan lahan di masyarakat, dan
pertama, yaitu menguji perbedaan tingkat kapasitas
hasil penelitian ini menunjukkan hal tersebut.
dan kapabilitas antara petani padi dengan petani
Kecenderungan ini juga sejalan dengan nilai gini
bawang merah. Tujuan kedua dan ketiga
menggunakan Structural Equation Models (SEM)
dengan software LISREL 8.72. Analisis SEM
merupakan gabungan antara analisis faktor, analisis
jalur (path analysis) dan regresi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kapasitas dan Kapabilitas Petani Padi dn Bawang 331
Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani (Maesti Mardiharini, Sumardjo,
Prabowo Tjitropranoto, Dwi Sadono)
Tabel 2. Uji beda tingkat kapasitas dan kapabilitas petani padi dan petani bawang merah di lokasi penelitian,
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, 2018
Petani Padi Petani Bawang Merah Uji
No. Uraian Rataan Kategori* Rataan Kategori* Beda
Nilai Nilai (U-test)
A. Kapasitas
1. Pengetahuan terhadap Inovasi 49,80 Rendah 17,53 Sangat 0,00**
Rendah
2. Kemampuan Memecahkan 85,27 Sangat 71,23 Tinggi 0,00**
Masalah Usahatani Tinggi
3. Kemampuan Merencanakan 57,44 Tinggi 34,21 Sedang 0,00**
Usahatani
B. Kapabilitas
1. Ketepatan Waktu Menerapkan 61,26 Tinggi 38,15 Rendah 0,00**
Inovasi
2. Ketepatan Mutu Inovasi 61,96 Tinggi 38,67 Rendah 0,00**
3. Ketepatan Jumlah/Takaran 59,52 Tinggi 37,65 Rendah 0,00**
Inovasi
4. Ketepatan Jenis Inovasi 60,63 Tinggi 37,91 Rendah 0,00**
5. Ketepatan Keberlanjutan Adopsi 63,19 Tinggi 37,33 Rendah 0,00**
Keterangan: *) Skor kategori Sangat Rendah: 0 -25, Rendah: 26-50, Tinggi:51-75, Sangat Tinggi :76-100
**)Signifikan pada taraf (α=0,05)

rasio secara nasional berkisar pada angka 0,72; interaksi dengan penyuluh yang datang kepada
artinya terjadi ketimpangan sangat tinggi dalam mereka.
penguasaan lahan (Yusuf, 2010). Hasil Survei
Tingkat pendidikan dan pengalaman
Pertanian Antar Sensus atau SUTAS (Badan Pusat
mengikuti pelatihan petani secara umum kurang
Statistik, 2018), dari 13,1 juta rumah tangga petani
menggembirakan. Lebih dari dua pertiga petani
padi di Indonesia, sekitar 9,8 juta (75%) menguasai
padi dan petani bawang merah hanya menamatkan
lahan kurang dari 0,5 hektar. Data Hasil Survei
pendidikan sampai sekolah dasar. Frekuensi
Struktur Ongkos Usaha Tanaman Padi (Badan
keikutsertaan petani dalam pelatihan sangat rendah,
Pusat Statistik, 2017) menunjukkan setiap hektar
terutama untuk petani bawang merah (kitar 94,78%
tanaman padi selama semusim kegiatan usaha
mengikuti pelatihan kurang dari 3 kali selama tiga
(sekitar 4 bulan), memberikan hasil rata-rata 46,34
tahun terakhir atau kurang dari sekali setahun). Hal
kuintal per hektar. Rata-rata produktivitas padi ini
ini dapat dipahami karena selama ini program-
masih dibawah Korea Selatan, China, Jepang dan
program pemerintah fokus pada peningkatan
Vietnam (Hermanto et al., 2015).
produksi pangan, terutama padi. Berbagai program
Berbagai data makro di atas mempunyai tersebut diimplementasikan melalui pelatihan, serta
kecenderungan yang sama dengan data hasil peningkatan partisipasi petani dalam menerapkan
penelitian ini (Tabel 1). Penguasaan lahan paket inovasi pada usahataninya.
usahatani relatif rendah (>70% menguasai <1,0 ha),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi
petani padi keadaannya relatif lebih baik
rendah, serta tingkat kekosmopolitan yang rendah
dibandingkan petani bawang merah. Petani padi
pula. Kondisi tersebut dipahami bahwa
yang mengikuti pelatihan di atas 4 kali selama tiga
pengetahuan tentang kegiatan usahatani banyak
tahun terakhir sebanyak 43,34%. Hasil survei
tergantung dari interaksi petani sekitarnya dan

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 327-341
332
Badan Pusat Statistik (2017) menunjukkan 70,72% kebutuhan petani. Inovasi pada petani padi inovasi
rumah tangga padi tidak memperoleh relatif mengelompok pada teknik budidaya dan
penyuluhan/bimbingan mengenai pengelolaan pengendalian hama/OPT. Hasil Survei Struktur
usaha tanaman padi selama setahun yang lalu. Ongkos Usaha Tani tahun 2017 (Badan Pusat
Petani dengan usia lanjut umumnya tidak mudah Statistik, 2017) mengungkapkan sekitar 90%
menerima sesuatu yang baru dari luar materi penyuluhan pada petani padi masih berkisar
lingkungannya (Kustiari et al., 2006; Wijayanti et teknik budidaya dan pengendalian hama/OPT.
al., 2015). Tingginya kehilangan hasil merupakan
permasalahan utama, namun petani menyatakan
Karakteristik petani akan berpengaruh
mendapatkan materi tentang kehilangan hasil hanya
terhadap persepsi pada penyuluh pertanian.
sekitar 32,36%.
Menurut Zulfikar et al. (2018), faktor yang
memengaruhi persepsi dan respon petani terhadap Syamsuddin dan Hasrida (2019)
inovasi adalah faktor internal petani dan faktor mengemukakan bahwa pada petani bawang merah,
eksternal. Krisnawati et al. (2013) mengungkapkan teknologi penentuan waktu tanam yang
ada hubungan antara faktor internal karakteristik berhubungan dengan kondisi iklim sangat
petani dan faktor eksternal (sistem sosial) terhadap dibutuhkan, namun secara umum kurang dikuasai
persepsi petani tentang peranan penyuluh pertanian dan jarang disampaikan oleh penyuluh.
sebagai teknisi, fasilitator dan advisor.
Kapabilitas petani menunjukkan ketepatan
Karakteristik responden terutama terkait
penerapan komponen inovasi dari sisi waktu, jenis,
penguasaan teknologi informasi dan tingkat
jumlah, dan mutu. Komponen inovasi komoditas
kekosmopolitan yang relatif rendah diduga
padi banyak tersedia di sekitar petani, terutama
mempengaruhi persepsi dan respon petani terhadap
teknologi budidaya dan pengendalian OPT. Benih
inovasi.
padi misalnya banyak sumber benih di sekitar
Perbedaan Tingkat Kapasitas dan Kapabilitas petani, namun pada komoditas bawang merah
Petani ketersediaan inovasi lebih terbatas. Benih bawang
merah hanya disediakan oleh segelintir penangkar,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
demikian juga inovasi lainnya. Kondisi ini
kapasitas dan kapabilitas petani padi relatif lebih
mendorong kapabilitas petani padi lebih baik dari
tinggi dibandingkan petani bawang merah, dengan
bawang merah. Prawiranegara et al. (2016)
perbedaan nyata dan signifikan untuk semua
menyebutkan bahwa kapabilitas petani terkait
indikator kapasitas dan kapabilitas (Tabel 2).
dengan kemampuan menerapkan inovasi,
Rataan nilai dalam merencanakan serta beradaptasi dengan inovasi, menyaring inovasi,
memecahkan masalah usahatani pada indikator komitmen terhadap inovasi, dan kemampuan
kapasitas jauh lebih tinggi dari pengetahuan mengelola sumberdaya yang ada.
terhadap inovasi yang ada. Ini berarti bahwa petani
Penerapan inovasi sebagai salah satu
dalam merencanakan dan memecahkan masalah
komponen kapabilitas petani berdampak langsung
usahataninya tidak bergantung pada
pada performa usahatani, seperti manfaat langsung
pengetahuannya terhadap inovasi saja, namun
berupa peningkatan produksi dan pendapatan per
terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi
hektar. Manfaat yang dirasakan petani padi dari
seperti pengalaman dalam berusahatani serta
kegiatan penyuluhan umumnya lebih tinggi dari
interaksi dengan kelompok sosialnya.
petani bawang merah (Tabel 3).
Rata-rata pengetahuan terhadap inovasi
petani padi dan petani bawang merah masih rendah,
hal ini diduga banyak terkait dengan ketepatan
kegiatan penyuluhan dibandingkan dengan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kapasitas dan Kapabilitas Petani Padi dn Bawang 333
Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani (Maesti Mardiharini, Sumardjo,
Prabowo Tjitropranoto, Dwi Sadono)
Tabel 3. Manfaat ekonomi yang dirasakan petani padi dan petani bawang merah di lokasi penelitian, Provinsi Jawa
Barat dan Jawa Tengah, 2018
No. Manfaat yang dirasakan petani Petani Padi (%) Petani Bawang Merah (%) Uji Beda
1. Peningkatan produksi per hektar 0,00**
Sangat Rendah 1,48 7,23
Rendah 4,44 28,92
Tinggi 42,96 49,00
Sangat Tinggi 51,11 14,86
Rataan 81,36 57,23
(Sangat Tinggi) (Tinggi)
2. Peningkatan Pendapatan per hektar per tahun 0,00**
Sangat Rendah 2,96 12,45
Rendah 5,93 38,96
Tinggi 40,74 39,76
Sangat Tinggi 50,37 8,84
Rataan 79,62 48,33
(Sangat Tinggi) (Rendah)
Keterangan: *) Kategori Sangat Rendah: 0 -25, Rendah: 26-50, Tinggi:51-75, Sangat Tinggi :76-100
**)Signifikan pada taraf (α=0,05)

pemupukan berimbang, dan alat mesin pertanian


terutama untuk tanam dan panen, semuanya mampu
Bawang merah merupakan salah satu
memberikan nilai R/C lebih baik dibandingkan cara
komoditas bernilai ekonomi tinggi dengan sentra
biasa. Nilai R/C pada sistem tanam jajar legowo
produksi tertentu di Indonesia. Wilayah seperti
sebesar 2,28, sedangkan pada sistem tegel yaitu 1,8.
Kabupaten Brebes, Bima dan Solok merupakan
Hasil penelitian Hutapea et al. (2017) menunjukan
sentra produksi bawang merah sejak lama, namun
peningkatan produksi padi dengan menerapkan
produktivitasnya relatif stagnan dan produksinya
teknologi jarwo super sebesar 20,78% dibanding
berfluktuasi antar waktu. Kajian Aldila (2016)
teknologi eksisting.
menunjukkan keuntungan finansial bawang merah
di tingkat petani di Brebes berkisar Rp 0,21 – Rp
3,75 juta/ha, dan di Tegal Rp 0,62 – Rp 2,78 juta/ha.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kapasitas
Produktivitas dianggap stabil rendah, karena
dan Kapabilitas Petani
lemahnya dayasaing bawang merah di kedua lokasi.
Beragam inovasi terkait bawang merah belum Peubah-peubah yang mempengaruhi dalam model
banyak mampu meningkatkan produktivitas petani. persamaan regresi kapasitas dan kapabilitas petani
padi berbeda dengan petani bawang merah, namun
Fluktuasi produksi per satuan luas pada
secara umum menunjukkan bahwa persamaan
petani padi masih dipengaruhi beragam inovasi
regresi untuk kapabilitas relatif tinggi nilai R2nya
yang digunakan, terutama benih dan sarana
(lebih dari 60%), yang berarti model persamaan
produksi lainnya. Kajian Hasanah (2014)
kapabilitas tersebut relatif baik dalam menjelaskan
menunjukkan inovasi Balitbangtan seperti Jajar
dan mengkonfirmasi kondisi riil di lapang (Tabel
Legowo Super atau Jarwo Super yang memadukan
4).
penggunaan benih varietas unggul baru berpotensi
hasil tinggi, biodekomposer pada saat pengolahan
tanah, pupuk hayati sebagai seed treatment,

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 327-341
334
Tabel 4. Persamaan regresi kapasitas, kapabilitas, dan manfaat ekonomi petani padi dan petani bawang merah, 2018
Persamaan Regresi R2 (%)
Kapasitas
- Petani Padi 0,24 Penyuluh Pemerintah + 0,34 Karakteristik Petani 23,0
- Petani Bawang Merah 0,19 Penyuluh Pemerintah + 0,40 Lingkungan Eksternal 26,0
Kapabilitas
- Petani Padi 0,70 Kapasitas Petani + 0,18 Keterjangkauan Sarana Penunjang 61,0
- Petani Bawang Merah 0,82 Kapasitas 68,0
Manfaat Ekonomi
- Petani Padi 0,21 Kapabilitas 4,4
- Petani Bawang Merah 0,25 Kapabilitas 6,4

Petani Padi produktivitas dan pendapatan pada petani padi


masih relatif tinggi, yang menyebabkan
Pendidikan (formal dan non formal) dan
peningkatan kapabilitas mampu meningkatkan
penguasaan teknologi informasi petani padi relatif
produksi dan pendapatan per satuan secara
lebih baik daripada petani bawang merah. Petani
signifikan (Gambar 2).
padi mempunyai persepsi yang baik terhadap
keberadaan penyuluh pemerintah dari sisi daya
tarik, pelayanan, ketersediaan inovasi, dan
Petani Bawang Merah
aksesibilitas. Karakteristik dan persepsi yang baik
berpengaruh positif terhadap kapasitas petani. Kondisi petani bawang merah relatif
Hasil analisis dengan menggunakan SEM pada berbeda dengan petani padi. Hal ini disebabkan
komoditas padi menunjukkan bahwa kapasitas karena penguasaan teknologi informasi dan
petani padi dalam memahami inovasi serta kosmopolitan petani yang relatif rendah (Gambar
merencanakan kegiatan usahataninya dipengaruhi 3). Faktor yang secara langsung mempengaruhi
secara positif oleh karakteristik petani serta kapasitas petani adalah persepsi positif terhadap
persepsi yang positif terhadap keberadaan penyuluh daya tarik, pelayanan, aksesibilitas, dan intensitas
pemerintah (Gambar 1). kontak dengan penyuluh pertanian.
Dominansi perhatian pemerintah terhadap Lingkungan eksternal yang terkait dengan
pangan yang ditandai beragam program dan kebijakan, kelembagaan petani, inftrastruktur dan
kegiatan untuk petani terutama petani padi telah sistem sosial petani berpengaruh positif terhadap
meningkatkan kemampuan petani dalam kapasitas petani. Hasil-hasil ini menunjukkan
mengakses berbagai inovasi seperti intervensi bahwa petani bawang merah lebih mandiri dari sisi
pemerintah dalam pasar produk serta penyediaan permodalan dan pasar dibandingkan petani padi.
beragam skim pembiayaan. Kebijakan tersebut Oleh karena itu, petani bawang merah lebih
mampu meningkatkan keterjangkauan petani padi membutuhkan dukungan kebijakan yang kondusif
terhadap inovasi. Kondisi ini secara langsung dibandingkan akses terhadap modal dan pasar.
berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam
menerapkan inovasi dan perencanaan Kapasitas petani dalam memecahkan
usahataninya. masalah usahatani dan merencanakan kegiatan
usahataninya secara langsung berpengaruh
Kapabilitas yang ditunjukkan dengan terhadap kapabilitas petani (ditandai dengan
ketepatan dalam penerapan inovasi dari sisi mutu, kemampuannya dalam menerapkan inovasi secara
jumlah dan jenis berpengaruh secara nyata terhadap
produktivitas dan pendapatan petani. Kesenjangan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kapasitas dan Kapabilitas Petani Padi dn Bawang 335
Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani (Maesti Mardiharini, Sumardjo,
Prabowo Tjitropranoto, Dwi Sadono)
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas dan kapabilitas petani padi dalam upaya meningkatkan
produktivitas usahatani

tepat waktu, jenis, dan keberlanjutannya). Inovasi dengan kapabilitas petani. Penelitian Facthiya
yang diimplementasikan secara tepat, tidak serta- (2010) menunjukkan bahwa faktor lain yang
merta meningkatkan produksi dan pendapatan per menyebabkan rendahnya kapasitas petani adalah
satuan. Persoalan inovasi petani bawang merah tingkat pendidikan formal yang rendah dan kinerja
bukan berkaitan dengan ketepatan penerapannya penyuluh yang lemah dalam proses pembelajaran.
dari sisi waktu, jenis dan keberlanjutan, namun
Petani bawang merah dengan kapasitasnya
dengan kemampuan petani dalam memilih waktu
yang baik dan pengalaman berusahatani yang
tanam dan kelengkapan teknologi dalam
cukup, mampu memecahkan beragam masalah dan
pengendalian hama dan penyakit. Dengan
merencanakan kegiatan usahatani bawang merah.
demikiab, peningkatan kapasitas petani juga terkait
Kapasitas ini secara langsung berpengaruh terhadap
dengan ketepatan informasi inovasi dengan
peningkatan produksi dan pendapatan per satuan,
kebutuhan petani.
dan temuan ini sejalan dengan penelitian Aldila
(2016) serta Syamsuddin dan Hasrida (2019).
Kemampuan petani dalam memprediksi
risiko serta pemilihan kombinasi teknologi dalam
pengendalian hama dan penyakit dipengaruhi
kapasitas petani dalam berusahatani. Selain itu,
tingkat pendidikan petani juga berpengaruh
terhadap peningkatan kapasitas yang sejalan

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 327-341
336
Gambar 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas dan kapabilitas petani bawang merah dalam upaya
meningkatkan produktivitas usahatani

Pendekatan sistem untuk menjawab asumsi-asumsi tersebut. Ada dua pengukuran


masalah penelitian memerlukan pemahaman yang model fit yang dilakukan dalam penelitian ini yang
baik terhadap indikator-indikator yang membentuk mengacu pada Hair et al. (2010) dan Wijanto
atau mewakili setiap sub sistem. Sebagai contoh (2008), yaitu: (a) Absolute measures, mempunyai
sisi karakteristik petani, persepsi petani terhadap dua kriteria; dan (b) Incremental Fit Measures,
kegiatan penyuluhan, maupun faktor lain mempunyai enam kriteria. Selain kedua
(keterjangkauan sarana penunjang dan lingkungan pengukuran tersebut, ada pengukuran lain, yaitu
eksternal) yang mempengaruhi kemampuan petani kriteria ratio antara nilai Chi-Square (X2) dengan
dalam mengeksekusi inovasi (dinyatakan sebagai derajat bebas (df).
kapabilitas). Selain itu, juga perlu dipahami faktor Hasil pengujian model menunjukkan bahwa
penyebab kesenjangan produksi dan pendapatan dari sembilan kriteria pengukuran, maka delapan
per satuan yang dapat ditingkatkan melalui kriteria dinyatakan “baik” (good fit), dan satu
penerapan inovasi. kriteria dinyatakan cukup (marginal fit). Dapat
disimpulkan bahwa model yang dibangun dalam
Pengujian model menggunakan analisis
penelitian ini dinyatakan baik untuk digunakan.
SEM, mempunyai asumsi normalitas data yang
terdistribusi normal. Asumsi lainnya adalah tidak
ada gejala multikolinearitas, yaitu tidak ada
korelasi sempurna 0.9 atau lebih. Penilaian model
fit (goodness of fit) dilakukan setelah memenuhi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kapasitas dan Kapabilitas Petani Padi dn Bawang 337
Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani (Maesti Mardiharini, Sumardjo,
Prabowo Tjitropranoto, Dwi Sadono)
Strategi Peningkatan Kapasitas dan maupun pelayanannya, serta meningkatkan
Kapabilitas Petani keterlibatannya dari awal perancangan
penelitian dan merumuskan bersama
Mengacu pada hasil penelitian dan
batasan ketepatan inovasi bagi pengguna
berbagai permasalahan dalam peningkatan
(tepat jumlah, waktu, jenis, dan kualitas).
produksi pertanian, maka dirumuskan strategi
peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani. Skala 2) Pengembangan kegiatan bersama dalam
prioritas diawali dari faktor-faktor yang paling kelompok (korporasi petani), yang
signifikan memengaruhi kapasitas dan kapabilitas, memaksimalkan nilai tambah dan berbagi
baik pada petani padi maupun petani bawang risiko antar petani.
merah, sebagai berikut:
3) Perlu adanya kebijakan atau regulasi harga
A. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas Petani sarana input maupun harga hasil pertanian
secara Umum (baik untuk Petani Padi maupun yang pro-petani.
Petani Bawang Merah):
4) Peningkatan kapasitas petani untuk
1) Meningkatkan kemampuan, integritas dan bekerjasama dalam kelompok melalui
komitmen penyelenggara penyuluhan sekolah lapang dan pelatihan tentang
secara berkelanjutan, melalui temu kelembagaan dan dinamika kelompok.
koordinasi dan konsolidasi internal Perlunya perubahan pendekatan dalam
kelembagaan penyuluhan maupun pengembangan kegiatan kelompok, dengan
eksternal bersama kelembagaan terkait lebih memberikan nilai lebih pada
penyuluhan. Sejak dari awal penyuluh penerapan inovasi baru serta peningkatan
dilibatkan dalam proses pelaksanaan kesejahteraan anggota kelompok akibat
penelitian dan pengembangan model atau dari penerapan inovasi.
prototype dari hasil kajian.
5) Dukungan kebijakan serta lingkungan
2) Interaksi lebih intensif antara lembaga sosial yang kondusif dalam menentukan
penelitian dan penyuluhan dalam kegiatan dan teknologi yang tepat,
mengidentifikasi kebutuhan inovasi sehingga produksi per satuan dan
spesifik lokasi serta ketersediaan inovasi pendapatan per satuan meningkat.
hasil penelitian.
3) Pelibatan calon pengguna inovasi dan
KESIMPULAN
lembaga pendukung lainnya sejak awal
pengembangan, termasuk identifikasi Tingkat kapasitas maupan kapabititas
kapasitas penggguna dari beragam petani padi relatif lebih tinggi dibandingkan petani
program sebelumnya. bawang merah. Tingkat kapasitas tersebut diukur
berdasarkan indikator pengetahuan tentang inovasi,
4) Penumbuhan petani champion yang
kemampuan memecahkan masalah usahatani, dan
menjadi role model di sekitar petani, dan
kemampuan merencanakan usahatani. Kapabilitas
dapat menjadi perantara dalam
petani diukur berdasarkan ketepatan waktu
memudahkan petani mencerna informasi
menerapkan inovasi, jenis inovasi, mutu inovasi,
dan inovasi yang diintroduksi.
dan jumlah/takaran inovasinya.
B. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas
Penyuluh pemerintah berperan utama
khususnya bagi Petani Bawang Merah
dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
1) Meningkatkan kapasitas penyuluh khusus petani padi dan petani bawang merah. Peran
komoditas hortikultura, baik daya tarik penyuluh tersebut dicirikan oleh daya tarik,

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 327-341
338
pelayanan, ketersediaan inovasi, dan aksesibilitas memerlukan dukungan penyuluh pemerintah juga
petani. Faktor-faktor lain yang nyata penyuluh swadaya dan swasta, agar petani memiliki
mempengaruhi kapasitas petani padi adalah kekuatan dalam memutuskan hal-hal strategis pada
karakteristik petani (pendidikan formal dan non- usahataninya. Dukungan kebijakan serta
formal, serta penguasaan teknologi informasi). lingkungan sosial yang kondusif juga dibutuhkan
Kapabilitas petani padi secara nyata dipengaruhi petani dalam menentukan kegiatan dan teknologi
oleh kapasitasnya dan keterjangkauannya pada yang tepat.
sarana penunjang yaitu permodalan, pasar, dan
aktivitas kelompok tani. Kapasitas petani bawang
merah secara signifikan juga dipengaruhi UCAPAN TERIMA KASIH
lingkungan eksternal, yaitu dukungan kebijakan Terima kasih yang sebesar-besarnya
(terutama harga), sistem sosial, dan infrastruktur. disampaikan kepada SMARTD (Sustainable
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Management of Agricultural Research and
secara sistem diperlukan pemahaman yang baik Technology Dissemination) yang telah membiayai
terhadap karakteristik petani, persepsi petani pada penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan
kegiatan penyuluhan yang ada, serta faktor kepada pimpinan BBP2TP-Balitbangtan yang telah
penunjang yang mempengaruhi kemampuan petani memberi kesempatan untuk melakukan penelitan
dalam mengeksekusi inovasi yang dipahami dalam ini, serta rekan-rekan enumerator yang telah
kegiatan nyata. membantu dalam pengumpulan data penelitian.
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas
petani padi berpengaruh nyata terhadap
peningkatan produktivitas usahatani. Kapasitas
petani bawang merah secara langsung berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
terhadap kapabilitasnya, namun inovasi yang
diimplementasikan secara tepat tidak serta merta Agbamu, J.U. 2000. Agricultural research–
meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan. extension linkage systems: an international
Persoalan usahatani bawang merah bukan berkaitan perspective. Agricultural Research &
dengan ketepatan penerapan dari sisi waktu, jenis Extension Network, Network paper no. 106.
dan keberlanjutan, namun dengan kemampuan July 2000.
petani dalam memprediksi risiko yaitu ketepatan Aldila, H.F. 2016. Daya saing bawang merah di
informasi inovasi sesuai kebutuhan petani. wilayah sentra produksi di Indonesia. Thesis
Strategi peningkatan kapasitas dan pada Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
kapabilitas petani untuk meningkatkan Badan Pusat Statistik. 2017. Hasil survei struktur
produktivitas usahataninya yaitu: (a) Pada petani ongkos usahatani padi 2017. ISBN 978-602-
padi dengan kesenjangan produktivitas antar petani 438-180-6. BPS. Jakarta.
relatif rendah karena tingginya intensitas interaksi
petani dengan penyuluh pemerintah, maka Badan Pusat Statistik. 2018. Hasil survei pertanian
dibutuhkan inovasi yang tepat sesuai antar sensus SUTAS 2018. ISBN 978-602-
kebutuhannya. Dukungan ketersediaan modal dan 438-255-1. BPS. Jakarta.
pasar sangat krusial, agar kapabilitas petani dapat Basuno, E. 2003. Kebijakan sistem diseminasi
berdampak langsung terhadap peningkatan teknologi pertanian: belajar dari BPTP NTB.
produksi dan pendapatan per satuan; dan (b) Pada Analisis Kebijakan Pertanian, 1(3): 238 -
petani bawang merah dengan kesenjangan 254.
produktivitas yang tinggi karena perbedaan
penerapan inovasi dalam budidaya, maka selain

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kapasitas dan Kapabilitas Petani Padi dn Bawang 339
Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani (Maesti Mardiharini, Sumardjo,
Prabowo Tjitropranoto, Dwi Sadono)
Brinkerhoff, D.W. dan P.J. Morgan. 2008. Capacity peternakan. Seminar Nasional Peternakan
and capacity development: coping with dan Veteriner 1997.
complexity. public adminstration and
Kondylis, F., V. Mueller, dan S. Zhu. 2015.
development. Published online in Wiley
Measuring agricultural knowledge and
Intersciense.https://www.researchgate.net/
adoption. Agricultural Economics, 46
publication/261797277_Capacity_and_Capa
(2015): 449 - 462.
city_Development_Coping_with_Complexit
y Krisnawati, N. Purnaningsih, dan P. Asngari. 2013.
Persepsi petani terhadap peranan penyuluh
Fatchiya, A. 2010. Pola pengembangan kapasitas
pertanian di Desa Sidomulyo Dan Muari,
pembudidaya ikan kolam air tawar di
Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari
Provinsi Jawa Barat. [disertasi]. Bogor: IPB.
Selatan. SOSIO KONSEPSIA, 3(1): 301 -
Havelock, R.G. 1986. Linkage: a key to 312.
understanding the knowledge system" in
Kustiari, T., D. Susanto, Sumardjo dan I. Pulungan.
G.M. Beal, W. Dissanayake and S.
Faktor-faktor penentu tingkat kemampuan
Konoshima, (eds) Knowledge Generation,
petani dalam mengelola lahan
Exchange and Utilisation. Boulder,
marjinal
(kasus di Desa Karangmaja,
Colorado: Westview Press.
Kecamatan Karanggayam, Kabupaten
Hendayana, R. 2011. Analisis faktor-faktor sosial Kebumen, Jawa Tengah). Jurnal
ekonomi yang memengaruhi percepatan Penyuluhan, 2(1): 301-312.
adopsi teknologi usaha ternak: kasus pada
usaha ternak sapi potong di Boyolali, Jawa Lionberger, H.F. dan Gwin, Paul H. 1982.
Tengah. Seminar Nasional Teknologi Communication strategies: a guide for
Peternakan dan Veteriner 2011. agricultural change agents. Danville, Illionis:
The Interstate Printers & Publisher.
Hermanto, D.H. Azahari, M. Rachmat, N. Ilham,
I.K. Kariyasa, Supriyati, A. Setiyanto, R.D. Mardianto, S. 2014. Reformasi Sistem inovasi
Yofa dan E.S. Yusuf. 2015. Outlook pertanian di Indonesia. Dalam Haryono et.al
komoditas pangan strategis tahun 2015- (Editor) Buku Pendekatan Pembangunan dan
2019. Laporan Analisis Kebijakan Tahun Pengelolaan Sumber Daya Pertanian.
2015. PSE-KP Balitbangtan. Jakarta. Balitbangtan. Jakarta.

Hutapea, Y., Waluyo, dan P. Sasmita. 2017. Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2011. Sidik
Persepsi petani dan prospek budidaya padi peubah ganda. Bogor. Departemen Statistik.
jajar legowo super di Oku Timur Prosiding FMIPA-IPB.
Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Morgan, P. 2006. Study on capacity, change and
Pertanian Politeknik Negeri Lampung 07 performance: the concept of capacity.
September 2017: 212-221. European Centre for Development Policy
Indraningsih, K. S. 2011. Pengaruh penyuluhan Management.
terhadap keputusan petani dalam adopsi Mundy, P. 2002. Investasi untuk komunikasi di
inovasi teknologi usahatani terpadu. Jurnal Badan Litbang Pertanian. Bahan dari Project
Agro Ekonomi, 29(1): 1-24. PAATP3. Badan Litbang Pertanian.
Kasryno, F. 1997. Strategi dan kebijaksanaan Desember 2002.
penelitian dalam menunjang pembangunan Prawiranegara, D., Sumardjo, D.P. Lubis, dan S.
Harijati. 2016. Pengaruh kualitas informasi

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 327-341
340
berbasis cyber terhadap kapabilitas petani Syamsuddin, A.B. dan Hasrida. 2019.
sayuran mengelola inovasi di Jawa Barat. Pemberdayaan petani bawang merah
Sosiohumaniora, 18 (2): 177 - 184. terhadap kesejahteraan keluarga Kolai
Kabupaten Enrekang. Jurnal Mimbar
Qamar, M. K. 2004. Indonesia-an example of
Kesejahteraan Sosial, Edisi 2 Mei 2019
effective agricultural – research extension
ISSN: (p) 2655-0911 - (e) 2655-7320, 1-12.
linkage. http://www.meas-
extension.org/meas-offers/case- Tjitropranoto, P. 1994. Agricultural research and
studies/indonesia-linkages. extention linkage. Pupr presented at the
International Course on Agricultural
Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai langkah
Extention Methodology, Ciawi, Bogor.
awal pengembangan sistem dan usaha
agribisnis industrial. Jurnal Analisis World Bank. 2012. Agricultural innovation
Kebijakan Pertanian (AKP), 2(3): 209 - 225. systems: an investment sourcebook. World
Bank. Washington, DC.
Subagyo, H. 2009. Pengantar knowledge sharing
untuk community development. [terhubung Wijayanti, A., Subejo, dan Harsoyo. 2015.
berkala] 2 Juni 2009. www.gumilarcenter. Respons petani terhadap inovasi budidaya
com/ict/knowledge sharing.pdf dan pemanfaatan sorgum
di Kecamatan
Sulaiman, R. dan N. Suresh. 2005. Effectiveness of Srandakan Kabupaten Bantul. Agro
private sector extension in India and lessons Ekonomi. 26 (2): 179-191.
for the new extension policy agenda. AgRen Yusuf, T. 2010. Tangisan SBY Versus UUPA.
Paper No.141, Januari 2005. Kompas.com edisi tanggal 27 Oktober 2010.
Sumardjo. 1999. Transformasi model penyuluhan http://oase.kompas.com/read/2010/10/27/
pertanian menuju pengembangan 04124257/Tangisan.SBY.Versus.UU.PA.
kemandirian petani (kasus Provinsi Jawa
Barat). Disertasi. Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan. Program Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kapasitas dan Kapabilitas Petani Padi dn Bawang 341
Merah Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usahatani (Maesti Mardiharini, Sumardjo,
Prabowo Tjitropranoto, Dwi Sadono)

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy