33534-Article Text-149469-2-10-20210928
33534-Article Text-149469-2-10-20210928
33534-Article Text-149469-2-10-20210928
Keberlanjutan Penerapan Teknologi Padi Sawah Ramah Lingkungan dalam Aspek Kapasitas
Petani dan Sifat Inovasi di Sulawesi Tengah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Kabupaten Sigi 94362, Indonesia
*)
E-mail korespondensi: sulistyawati79@gmail.com
Diterima: 30 November 2020 | Disetujui: 10 September 2021 | Publikasi Online: 20 September 2021
ABSTRACT
Friendly environment lowland rice management is an alternative way which can be implemented by farmers for getting
a balance and sustainability of environment. However, challenges often faced by environmentally friendly agriculture
such as the sustainability of its application after the technological innovation was disseminated. Some factors are
thought to influence the sustainability of friendly environment rice management namely capacity of farmers and the
nature of technology innovation. This study aims to determine the relationship between farmer capacity and the nature
of innovation on the sustainability of the application of environmentally friendly rice technology in Central Sulawesi.
Data collection was carried out through a survey using a questionnaire to 174 respondents. Data were analyzed
descriptively and statistically quantitatively using multinomial logit regression. The results of the analysis show that the
capacity of farmers and the nature of innovation that significantly affects the sustainability of the application of
environmentally friendly lowland rice technology in Central Sulawesi is the relative cost advantage, relative price
advantage, complexity in application, evaluation of farming, and knowledge of environmentally friendly lowland rice
management. Therefore, there is a need to increase all significant variabels and to expand the dissemination of
innovations in environmentally friendly lowland rice technology.
Keywords: Farmer’s capacity, friendly environment, lowland rice, nature of innovation
ABSTRAK
Pengelolaan padi ramah lingkungan merupakan salah satu alternatif yang bisa dilaksanakan oleh petani agar terjadi
keseimbangan dan keberlanjutan kelestarian lingkungan. Tantangan yang sering dihadapi dalam pertanian ramah
lingkungan adalah keberlanjutan penerapannya setelah inovasi teknologi tersebut didiseminasikan dimana salah satu
faktor yang diduga mempengaruhi adalah kapasitas petani dan sifat inovasi teknologi pertanian ramah lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kapasitas petani dan sifat inovasi terhadap keberlanjutan penerapan
teknologi padi ramah lingkungan di Sulawesi Tengah. Pengambilan data dilaksanakan melalui survei menggunakan
kuesioner pada 174 responden. Data dianalisis secara deskriptif dan secara statistik kuantitatif menggunakan multinomial
logit. Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas petani dan sifat inovasi yang signifikan berpengaruh pada
keberlanjutan penerapan teknologi padi sawah ramah lingkungan di Sulawesi Tengah adalah keuntungan relatif biaya,
keuntungan relatif harga, kerumitan dalam aplikasi, evaluasi usaha tani, serta pengetahuan tentang pengelolaan padi
sawah ramah lingkungan. Oleh karena itu, dukungan inovasi agar keuntungan relatif harga produk meningkat, biaya
teknis operasional menurun, menciptakan inovasi teknologi yang aplikatif serta meningkatkan kapasitas petani terutama
dalam hal perencanaan dan evaluasi usaha tani serta memperluas diseminasi inovasi teknologi padi sawah ramah
lingkungan perlu ditingkatkan.
Kata Kunci: Kapasitas petani, ramah lingkungan, padi sawah, sifat inovasi
Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International. Any further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the
work, journal citation and DOI.
Published under Department of Communication and Community Development Science, IPB University and in association with
Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia.
E-ISSN: 2442-4110 | P-ISSN: 1858-2664
PENDAHULUAN
Berbagai isu kerusakan lingkungan muncul sebagai dampak dari intensifikasi untuk meningkatkan
produktivitas padi sebagai bahan pangan paling utama di Indonesia. Kerusakan lahan bukan hanya terjadi di
Pulau Jawa namun sudah sampai di bagian wilayah Indonesia yang lain termasuk Sulawesi Tengah. Beberapa
komoditi yang dibudidayakan secara intensif diindikasikan menggunakan input yang berlebihan misalnya pada
komoditi hortikultura dan padi sawah (Nyoman dan Mayadewi, 2010). Pada saat ini padi sawah merupakan
komoditas pangan utama yang dipacu produktivitasnya melalui berbagai program percepatan swasembada
pangan yang berpotensi merusak kelestarian lingkungan apabila penggunaan teknologinya tidak tepat.
Beberapa praktik pengelolaan padi sawah yang tidak ramah lingkungan antara lain penggunaan pupuk dan
pestisida yang berlebihan atau tidak proporsional dengan kebutuhan tanaman dan ambang penggunaan (Rivai
dan Anugerah, 2011; Husnain et al, 2013). Kerusakan yang timbul pada praktik pengelolaan lahan yang tidak
ramah lingkungan adalah penurunan kualitas lingkungan seperti residu nitrat dalam air, resistensi organisme
pengganggu tanaman, ketidakseimbangan keragaman hayati, keracunan pada manusia, dan menurunnya
kualitas produk (Las et al., 2006).
Guna menjaga agar kerusakan lahan tidak berlanjut maka pengelolaan padi ramah lingkungan merupakan salah
satu alternatif yang dapat dilaksanakan oleh petani agar terjadi keseimbangan dan keberlanjutan kelestarian
lingkungan. Pertanian ramah lingkungan merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempertahanan produktivitas tinggi dengan memperhatikan pasokan hara dari penggunaan
bahan organik, minimalisasi ketergantungan pada pupuk anorganik, perbaikan biota tanah, pengendalian
organisme pengganggu tanaman (OPT) berdasarkan kondisi ekologi, dan diversifikasi tanaman (Hendrawati,
2001 dalam Wihardjaka, 2018). Lebih lanjut pertanian ramah lingkungan berbeda dengan pertanian organik
(Las et al., 2006) meskipun ada kesamaan prinsip antara pertanian ramah lingkungan dan pertanian organik
yaitu sama-sama menggunakan bahan-bahan alami yang tidak merusak lingkungan. Perbedaannya terdapat
pada jumlah penggunaan bahan kimia buatan. Pada pertanian organik penggunaan bahan kimia benar-benar
dihilangkan baik yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Lokasi untuk pertanian organik harus
terpisah dari lokasi pertanian anorganik agar bahan kimia yang digunakan pada pertanian anorganik tidak
sampai ke lokasi pertanian organik, sedangkan lokasi pada pertanian ramah lingkungan tidak harus terpisah
dari lokasi pertanian anorganik.
Pengelolaan padi sawah yang ramah lingkungan secara benar dapat menghasilkan usaha tani yang efisien. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Rahayu et al., (2019) yang menyatakan bahwa pengelolaan usahatani padi
sawah ramah lingkungan di Desa Karya Mukti Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah adalah efisien. Hasil
penelitian yang mendukung efisiensi pengelolaan usahatani padi sawah ramah lingkungan juga terdapat di
daerah lain (Apriliya et al., 2020; Domiah & Januar, 2019; Sularso & Sutanto, 2020). Pada tingkat lapangan
petani akan memilih sistem pengelolaan usaha yang sesuai atau menguntungkan bagi petani. Hal ini bisa
mendasari petani tidak melanjutkan atau hanya menerapkan sebagian saja dari aspek pengelolaan padi ramah
lingkungan. Petani dapat memilih komponen teknologi yang tetap mendukung produktivitas seperti
pemupukan berimbang berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD), varietas unggul, serta sistem pengairan
berselang, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) terpadu (Wihardjaka, 2018).
Potensi keberlanjutan pertanian ramah lingkungan terus berkembang didukung kesadaran masyarakat tentang
keamanan pangan, kesehatan, dan lingkungan yang saat ini terus meningkat dan menjadi tren di masyarakat
(Hazra et al., 2018). Usaha yang berkelanjutan pada usahatani padi sawah ramah lingkungan dicirikan dengan
adanya peningkatan produksi yang berdampak pada peningkatan pendapatan, kerjasama kelompok tani
menguat dan meningkatkan kondisi lingkungan persawahan. Apabila penerapan inovasi teknologi
menguntungkan secara ekonomi maka sistem pengelolaan tersebut akan dilanjutkan oleh petani. Begitu juga
dengan peran kelompok tani dalam meningkatkan kinerja usaha tani sebagai langkah awal upaya peningkatan
kesejahteraan petani (Swastika & Hermanto, 2011). Lebih lanjut, Mangowal (2013) menyatakan bahwa salah
satu proses menuju kemajuan kelompok tani melalui pemberdayaan. Pemberdayaan ini memiliki tiga aspek
penting yaitu (1) pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) petani, (2) pemberdayaan kelembagaan petani,
dan (3) pemberdayaan usahatani.
Meskipun potensi pertanian ramah lingkungan terus meningkat namun pada tingkat lapangan sering terjadi
perbenturan antara produktivitas dengan pengelolaan ramah lingkungan dimana pengelolaan ramah
lingkungan dianggap sebagai hal yang bertentangan. Teknologi padi ramah lingkungan secara teori dapat
dimengerti oleh petani namun yang menjadi perhatian selanjutnya adalah keberlanjutan dari pengelolaan
tersebut sehingga dapat lestari. Oleh karena itu, perlu dilihat variabel-variabel apa yang mendasari pengelolaan
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di dua Kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Sigi dan Parigi
Moutong yang merupakan sentra padi sawah di Sulawesi Tengah pada Tahun 2017. Data meliputi data primer
dan data sekunder. Pengambilan data primer dilaksanakan dengan metode survai menggunakan kuesioner.
Lokasi pengambilan responden ditentukan secara purposif yaitu pada kelompok tani kecamatan sentra padi
sawah yang pernah mendapatkan program pertanian ramah lingkungan sedangkan responden ditentukan secara
acak pada kelompok tani terpilih sebanyak 174 orang. Sedangkan data sekunder untuk mendukung
pembahasan adalah data dari Biro Pusat Statistik (BPS), dan data yang diperoleh dari stakeholder terkait seperti
Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah dan Dinas Pertanian Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi
Moutong.
Keberlanjutan usaha tani adalah usaha tani yang mempraktikkan inovasi ramah lingkungan secara terus
menerus dan berkembang dengan memberikan keuntungan maksimal dengan cara yang tidak merusak
lingkungan, merujuk pada konsep pembangunan berkelanjutan baik aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Indikator keberlanjutan usaha tani yang menerapkan prinsip ramah lingkungan didasarkan pada konsep yang
dikembangkan oleh (Munasinghe, 1993; Rivai & Anugerah, 2011) tentang dimensi keberlanjutan yaitu:
keberlanjutan usaha ekonomi, keberlanjutan kehidupan sosial manusia, serta keberlanjutan ekologi alam. Tiga
indikator keberlanjutan usaha tani padi sawah ramah lingkungan yaitu: (1) Peningkatan pendapatan usahatani
yaitu penilaian responden terhadap hasil produksi padi sawah yang diterima selama satu tahun terakhir.
Parameter pengukuran dihitung berdasarkan pernyataan perubahan nilai keuntungan per masa tanam setelah
mengelola usahatani padi sawah yang ramah lingkungan, dihitung dari selisih total penerimaan dan total biaya.
Jenis data yang digunakan adalah skala rasio yang dinyatakan dalam rupiah. (2) Penguatan kelompok tani yaitu
berdasarkan pada keaktifan petani untuk bekerja sama dalam pengelolaan padi ramah lingkungan baik hulu
maupun sampai dengan hilir usahatani. (3) Peningkatan kualitas lingkunganya itu praktik budidaya padi ramah
lingkungan terus berlanjut sehingga kualitas lingkungan baik kondisi air maupun tanah meningkat dari
sebelumnya. Selain itu peningkatan kualitas lingkungan juga dilihat dari intensitas serangan hama dan penyakit
pada pertanaman.
Sifat inovasi yang berperan sebagai variabel bebas yang diteliti berjumlah 12 yaitu: keuntungan relatif berupa
hemat biaya, keuntungan relatif berupa hasil lebih tinggi, mudah dalam penerapannya, kesesuaian dengan
kondisi lahan, kesesuaian dengan kebutuhan petani, waktu pengerjaan yang cepat. Kapasitas petani yang
diteliti terdiri dari pengetahuan, kemampuan mengatasi permasalahan usaha tani, perencanaan usaha tani,
evaluasi usaha tani, kemampuan beradaptasi terhadap inotek dan lingkungan, kemampuan bermitra usaha.
Regresi logit digunakan untuk mengetahui hubungan antara probabilitas respon binari atau ordinal dengan
variabel penjelasnya (Hosmer & Lemeshow, 2015). Teknik regresi logistik digunakan ketika fenomena yang
akan diteliti (variabel terikat) menampilkan dirinya secara kualitatif dan diwakili oleh satu atau lebih variabel
dummy, tergantung dari banyaknya kemungkinan jawaban (kategori) untuk variabel terikat. Studi ini
menggunakan regresi logistik multinomial karena fenomena penelitian menyajikan lebih dari dua kategori
sebagai kemungkinan kejadian. Jika Y adalah variabel terikat dengan tiga respon kategori yaitu Y = 0, Y =
1, Y= 2 atau lebih. Kategori tersebut yaitu: pertanian ramah lingkungan dilaksanakan namun tidak berlanjut (Y
= 0); pertanian ramah lingkungan berlanjut dengan satu indikator terpenuhi (Y = 1); berlanjut dengan terpenuhi
dua atau semua indikator terpenuhi (Y =2).
Kapasitas petani dan sifat inovasi menjadi parameter yang diukur dalam keberlanjutan pertanian padi sawah
ramah lingkungan. Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 1, bahwa variabel kapasitas petani
dan sifat inovasi yang signifikan berpengaruh pada keberlanjutan pengelolaan padi ramah lingkungan di
Sulawesi Tengah adalah keuntungan relatif berupa biaya, keuntungan relatif harga, kemudahan dalam aplikasi
teknologi padi sawah ramah lingkungan, evaluasi usaha tani serta pengetahuan petani dalam pertanian ramah
lingkungan. Lima variabel pada Tabel 1 mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan nilai R2
diperoleh 0.2968 maka pengaruh 5 variabel signifikan yang masuk dalam persamaan regresi logistik terhadap
keberlanjutan pengelolaan padi sawah ramah lingkungan sebesar 29.68%.
Hasil penelitian yang mendukung terkait peningkatan perilaku petani padi berwawasan lingkungan, Thamrin
(2014) menyatakan bahwa hasil tren perilaku pemupukan, kecenderungan petani pada masa mendatang lebih
banyak menggunakan pupuk organik dibandingkan penggunaan pupuk kimia, sedangkan untuk perilaku
pengendalian hama penyakit tanaman, kecenderungan petani menggunakan dosis yang lebih rendah memiliki
tren yang meningkat dan penggunaan dosis yang lebih besar relatif menurun. Upaya peningkatan produksi dan
keberlanjutan usaha tani yang ramah lingkungan dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang, peningkatan
kapasitas diri dan komitmen petani dalam menerapkan inovasi (Yunita et al., 2015; Ruhimat, 2015; Asta et al.,
2015). Hasil penelitian Yumi et al. (2015) bahwa pengembangan kapasitas petani dapat dilakukan melalui
aspek pembelajaran petani.
Istilah kapasitas berasal dari bahasa Inggris yaitu “capacity”, memiliki arti sebagai kemampuan, kecakapan,
dan daya tampung yang ada. Pada awalnya konsep kapasitas mengacu pada konteks obyek fisik yang berarti
menunjukkan suatu size atau ukuran daya dukung obyek. Selanjutnya konsep kapasitas ini diintroduksikan
untuk obyek orang, baik sebagai individu, kelompok, organisasi maupun masyarakat (Fatchiya, 2010). Tingkat
individu kapasitasnya mengacu pada keterampilan, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Beberapa kapasitas tersebut antara lain diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan dan melalui proses
pembelajaran (learning by doing) dari pengalaman orang lain.
Lebih lanjut konsep kapasitas petani menurut Fatchiya (2010) diartikan sebagai daya adaptif, kemampuan
dalam menjalankan fungsi-fungsi usaha (pengelolaan produksi, keuangan, sumberdaya manusia, pemasaran),
kemampuan memecahkan masalah, merencanakan dan mengevaluasi usaha untuk mencapai keberlanjutan
usaha. Kapasitas merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi dalam diri petani yang ditunjukkan oleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menjalankan usahataninya. Petani dalam melaksanakan kegiatan
usahatani dapat berhasil jika memiliki kapasitas yang tinggi. Kapasitas petani yang tinggi membentuk petani
untuk mampu mengidentifikasi potensi dan memanfaatkan peluang yang dimiliki agar usahatani sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dan mencapai tujuan secara tepat. Kapasitas dalam diri petani tidak lepas dari
kemampuannya dalam mengambil keputusan yang rasional, biasanya diperoleh dari hasil pencarian
pembuktian dan penilaian dari beberapa kemungkinan yang merupakan akumulasi pengetahuannya.
Hasil analisis multinomial logit pada aspek kapasitas petani yang berpengaruh pada keberlanjutan usahatani
padi sawah ramah lingkungan adalah pengetahuan petani dan kemampuan dalam evaluasi usaha tani.
Pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan usahataninya diperlukan peran penyuluh dalam transformasi
informasi dan teknologi. Informasi yang diperoleh petani dapat menjadi alternatif pengambilan keputusan
memecahkan masalah usahataninya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan sangat
berpengaruh pada penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk dan pestisida (Prayitno et al., 2014)
menguatkan dengan hasil penelitian bahwa semakin rendah pengetahuan petani maka petani tidak
menggunakan takaran pestisida yang tepat. Informasi dan pengetahuan, sikap, serta pembelajaran secara
berkelanjutan inovasi ramah lingkungan diharapkan mampu mendorong petani berperan aktif bersama pelaku
usaha pertanian dan petugas di lapangan. Proses pembelajaran untuk peningkatan kapasitas petani melalui
kegiatan penyuluhan memberikan kesempatan petani untuk berkembang.
Seberapa besar perubahan tingkat keberlanjutan pengelolaan padi sawah ramah lingkungan apabila
ditingkatkan variabel yang mempengaruhi dapat diketahui dari efek marjinal hasil dari analisis multinomial
logit yang ditampilkan pada Tabel 2. Interpretasi dari efek marjinal pada Tabel 2,, yaitu koefisien marjinal
efek adalah perubahan tingkat keberlanjutan pengelolaan padi sawah ramah lingkungan apabila nilai satu unit
variabel dirubah. Sebagai contoh, yaitu apabila kita menaikkan satu unit variabel keuntungan relatif harga
maka akan meningkatkan tingkat keberlanjutan pengelolaan padi sawah ramah lingkungan sebesar 0,0923.
Dari lima variabel yang signifikan mempengaruhi keberanjutan padi sawah ramah lingkungan tersebut maka
apabila diurutkan dari yang tertinggi adalah keuntungan relatif harga, keuntungan relatif biaya, pengetahuan
petani dalam pengelolaan padi sawah ramah lingkungan, evaluasi usaha tani dan kerumitan inovasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Indraningsih (2016) mengemukakan bahwa keunggulan komoditas harus
didukung dengan ketersediaan input sarana produksi dan keterjangkauan daya beli petani terhadap input
usahataninya. Terdapat tingkat peran komunikasi atau strategi komunikasi penyuluhan dibangun
mempertimbangkan ciri individual, distorsi pesan dan ketiadaan informasi, keterlibatan birokrasi dan sumber
informasi yang relevan, pola dan teknik komunikasi serta pemanfaatan informasi and teknologi komunikasi
(Adejo, 2010; Wibowo et al. 2012). Sedangkan hasil penelitian Adejo et al., (2013) menyatakan bahwa
penggunaan saluran media interpersonal dan komunikasi massa berpengaruh secara nyata terhadap diseminasi
inovasi teknologi.
Selanjutnya Nlerum & Onowu (2014; Nlerum & Onowu (2014); Umar et al. (2015); Agrabevo & Nwachukwu
(2013) mengungkapkan bahwa peran teknologi informasi pertanian dalam proses tranformasi penyuluhan
menjadi jembatan atau penghubung kesenjangan informasi dengan praktik-praktik inovatif. Berbagai
penelitian terdahulu tentang kapasitas petani, selain kapasitas petani padi sawah ramah lingkungan, telah
dilakukan juga pada petani padi dan hortikultura, pembudidaya ikan maupun petani sekitar hutan. Proses
pembelajaran dalam penyuluhan mempengaruhi peningkatan kapasitas petani. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Yumi et al. (2015); Yunita et al. (2015); Ruhimat (2015).
KESIMPULAN
Kapasitas petani dan sifat inovasi yang signifikan berpengaruh pada keberlanjutan penerapan teknologi padi
sawah ramah lingkungan di Sulawesi Tengah adalah keuntungan relatif biaya, keuntungan relatif harga,
kerumitan dalam aplikasi, evaluasi usaha tani, serta pengetahuan tentang pengelolaan padi sawah ramah
lingkungan.
Dari lima variabel yang signifikan mempengaruhi keberlanjutan padi sawah ramah lingkungan tersebut maka
apabila diurutkan dari yang tertinggi pengaruhnya berdasarkan efek marginalnya adalah keuntungan relatif
harga, keuntungan relatif biaya, pengetahuan petani dalam pengelolaan padi sawah ramah lingkungan, evaluasi
usaha tani dan kerumitan inovasi. Rekomendasi pada program pengelolaan padi sawah ramah lingkungan yaitu
meningkatkan dukungan inovasi agar keuntungan relatif harga produk meningkat, biaya teknis operasional
menurun, menciptakan inovasi teknologi yang aplikatif serta meningkatkan kapasitas petani terutama dalam
hal perencanaan dan evaluasi usaha tani serta memperluas diseminasi inovasi teknologi padi sawah ramah
lingkungan.