PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING Fix

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS


DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Edi Firmansyah
Dosen STKIP AL-amin DOMPU
Email : edifirmansyah1892@gmail.com
Jln. Lintas Wawonduru no. 02 Telp/Fax: (0373)623332 Dompu-NTB

Abstract: This research was quasi-experimental research with experimental design


nonequivalent control-group design. The study population was all X class students at SMA
Negeri 5 Kota Bima. The classes wich are being investigated are class X1 as the experimental
class and class X4 as the control class. The data were collected using multiple choice tests,
and essay. Multiple choice tests was used to measure the cognitive learning outcomes of
students and test essay was used to measure students' critical thinking skills. The data were
analyzed using MANOVA test. The results show that: (1) problem-based model has positive
effect on students’ critical thinking skills and learning outcomes, based on the result of
Pillai's Trace, Wilks'Lambda, Hotelling's Trace, and Roy's Largest Root test with significance
value of 0.004 smaller than 0.05 (0.004 < 0.05); (2) problem-based learning has more
positive effect on students’ critical thinking skills and learning outcomes than conventional
model, based on the average gain score. Gain score of students’ critical thinking and
cognitive result in experimental class was 0.7 and 0.5 higher than students’ critical thinking
and cognitive result in control class, which was 0.6 and 0.4. Hence, it is concluded that
problem-based learning model has more positive effect than conventional learning model on
the critical thinking skills and physics learning outcomes on Senior High School students.

Keywords: Problem Based Learning Model, Critical Thinking Skills, Learning Outcomes,

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment)


dengan rancangan eksperimen nonequivalent control–group design. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X pada SMA Negeri 5 Kota Bima. Kelas yang dijadikan tempat
penelitian adalah kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X4 sebagai kelas kontrol.
Pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda dan uraian. Tes pilihan ganda digunakan
untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif siswa dan tes uraian digunakan untuk
mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
MANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran dengan model Problem
Based Learning berpengaruh positif terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
siswa berdasarkan hasil uji Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s
Largest Root dengan nilai signifikansi 0,004 lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05); (2)
pembelajaran dengan model Problem Based Learning lebih berpengaruh positif daripada
model konvensional terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa
berdasarkan rata-rata nilai gain. Rata-rata gain keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
kognitif siswa kelas eksperimen sebesar 0,7 dan 0,5 lebih tinggi daripada rata-rata gain
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol sebesar 0,6 dan 0,4.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Problem Based Learning lebih berpengaruh
positif dibandingkan model konvensional terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa SMA.

Kata Kunci: Model Problem Based Learning, keterampilan Berpikir Kritis, Hasil Belajar
Fisika,
Pendahuluan yang aktif dan terampil yang mencakup
Pendidikan merupakan usaha suatu beberapa kegiatan yaitu proses
bangsa dalam meningkatkan kualitas menerapkan, menganalisis mensintesis
sumber daya manusia agar dapat mencapai atau mengevaluasi informasi yang
kehidupan yang lebih baik. Hal ini tentu diperoleh dengan bantuan pengamatan,
saja tidak mudah dilakukan. Salah satu pengalaman, refleksi, pertimbangan, dan
upaya pemerintah dalam meningkatkan komunikasi (Martincova & Lukesova,
kualitas pendidikan adalah pembaharuan 2015). Ennis (2013) membagi
kurikulum. keterampilan berpikir kritis dalam 5
Kurikulum di indonesia mengalami kelompok keterampilan berpikir, yaitu
beberapa pembaharuan diantaranya memberikan penjelasan sederhana
kurikulum 1994 yang pada gilirannya (elementary clarification), membangun
diganti dengan kbk 2004. Penerapan keterampilan dasar (basic support),
kurikulum berbasis kompetensi pun di menyimpulkan (interfence), membuat
sekolah tidak bertahan lama karena dua penjelasan lebih lanjut (advance
tahun kemudian pemerintah meluncurkan clarification), serta strategi dan taktik
kurikulum tingkat satuan pendidikan (strategy and tactics).
(KTSP) di tahun 2006. Sebagai Kurikulum 2013 menggunakan
penyempurnaan dari kurikulum pendekatan saintifik yang memfokuskan
sebelumnya, maka kementerian pendidikan pengembangan siswa pada aspek
dan kebudayaan meluncurkan kurikulum pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2013 (Mulyasa, 2013). PERMENDIKBUD No 65 tahun 2013
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menjelaskan pendekatan saintifik
lebih difokuskan kepada siswa atau diimplementasikan melalui kegiatan
student center sedangkan guru sebagai mengamati, menanya, mencoba, menalar,
fasilitator dalam pembelajaran. Siswa menyaji dan mencipta. Kegiatan-kegiatan
dituntut lebih aktif dalam pembelajaran tersebut melatih keterampilan berpikir
sehingga siswa dapat mengembangkan siswa. Salah satu keterampilan berpikir
potensinya secara optimal. Proses yang diperlukan adalah keterampilan
pembelajaran dalam kurikulum ini berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis
haruslah melibatkan proses mental siswa merupakan tujuan yang ideal dalam
secara maksimal, bukan hanya menuntut pendidikan karena mempersiapkan siswa
siswa sekedar mendengar, mencatat, akan untuk kehidupan kedewasaannya (Tilaar,
tetapi juga menghendaki aktivitas siswa 2011). Oleh karena itu, keterampilan
dalam proses berpikir. Pembelajaran yang berpikir kritis perlu dilatih sedini mungkin
demikian dapat melatih kemampuan dalam mempersiapkan siswa menghadapi
tingkat tinggi siswa salah satunya adalah pendidikan modern.
kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran fisika dalam kurikulum
Berpikir kritis (Critical Thinking) 2013 diharapkan dapat memberikan
adalah proses mental untuk menganalisis pengalaman sains langsung kepada siswa
atau mengevaluasi informasi. Informasi untuk memahami fisika secara
tersebut bisa didapatkan dari hasil menyeluruh, menyusun pengetahuannya
pengamatan, pengalaman, akal sehat dan sendiri, menumbuhkembangkan
komunikasi. keterampilan berpikir, meningkatkan
Berpikir kritis adalah berpikir jernih kemandirian siswa dalam proses
dan rasional. melibatkan berpikir tepat, pembelajaran. Oleh karena itu, siswa
sistematis, dan mengikuti aturan logika didorong untuk menggunakan kemampuan
dan penalaran ilmiah (Lau, 2011). Dalam berpikirnya dalam memecahkan masalah
berpikir kritis terjadi proses intelektual dalam kehidupan sehari-hari.
Orientasi pengembangan kurikulum merasa kesulitan untuk menghubungkan
2013 adalah tercapainya kompetensi yang fenomena fisika satu dengan fenomena
berimbang antara sikap, keterampilan dan fisika lainnya, sehingga berdampak pada
pengetahuan, di samping cara rendahnya dan keterampilan berpikir kritis
pembelajarannya yang holistik dan dan hasil belajar siswa.
menyenangkan. Untuk melaksanakan proses
Pada dasarnya hasil belajar pembelajaran yang melibatkan keaktifan
merupakan keterampilan yang diperoleh siswa dan dapat meningkatkan hasil
anak setelah melalui kegiatan belajar, belajar serta keterampilan berpikir kritis,
sehingga setiap pendidik pastinya akan maka diperlukan inovasi model
mengharapkan agar hasil belajar siswanya pembelajaran. Salah satu model
meningkat setelah melakukan proses pembelajaran yang dianjurkan dan sesuai
pembelajaran. Hasil belajar didefinisikan dengan kurikulum 2013 adalah model
sebagai sebuah pernyataan dari seorang Problem Based Learning (PBL). Model
siswa yang diharapakan dapat mengetahui, PBL menghadapkan siswa pada situasi
memahami atau dapat menyelesaikan yang berorientasi pada masalah nyata
proses pembelajaran (Coles, 2011). Hasil (autentik) sehingga siswa dapat menyusun
belajar tampak sebagai perubahan tingkah pengetahuannya sendiri, menumbuh
laku pada diri siswa yang dapat diamati kembangkan keterampilan yang tinggi dan
dan diukur dalam bentuk perubahan inkuiri, memandirikan siswa dan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. meningkatkan kepercayaan dirinya
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan (Ibrahim & Nur, 2000). Dalam
oleh guru untuk memantau proses, pembelajaran ini, siswa membangun
kemajuan dan perbaikan hasil belajar pengetahuan sendiri berdasarkan
siswa secara berkesinambungan pemahaman dan pengalamannya.
(Mundilarto, 2010), sehingga dapat Fatmawati dkk (2015) menjelaskan tujuan
disimpulkan bahwa hasil belajar PBL adalah menstimulasi siswa untuk
merupakan perubahan perilaku siswa mengatasi masalah nyata dalam kehidupan
meliputi kognitif, afektif, serta berdasarkan pengetahuan yang dimiliki,
psikomotoriknya, sehingga setiap guru mendorong peningkatan kemampuan
pastinya mengharapkan agar hasil belajar kognitif, dan mengatur proses
siswanya itu meningkat setelah melakukan pembelajaran.
proses pembelajaran. Arends (2008) menyatakan bahwa
Permasalahan yang sering dihadapi tahapan atau sintaks PBL terdiri dari lima
oleh siswa adalah sulit dalam memahami fase utama yaitu: (1) menganalisis dan
materi fisika dikarenakan kurangnya mengevaluasi proses mengatasi masalah,
inovasi guru dalam memilih dan (2) mengembangkan dan menyajikan hasil
menentukan model pembelajaran yang karya, (3) membantu investigasi mandiri
sesuai dengan kurikulum 2013. Guru dan kelompok, (4) mengorganisasikan
cenderung menggunakan model siswa untuk meneliti, (5) memberikan
pembelajaran konvensional seperti model orientasi tentang permasalahan kepada
Direct Intruction pada setiap materi fisika siswa.
tanpa memperhatikan kecocokan antara Langkah-langkah dalam model PBL
materi dan model tersebut sehingga model benar-benar dirancang untuk membantu
ini kurang melibatkan siswa dalam siswa dalam mengembangkan
pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa keterampilan berpikir, keterampilan
kurang aktif dalam pembelajara. Siswa menyelesaikan masalah, dan keterampilan
cenderung hanya mendengarkan intelektualnya untuk mempelajari peran
penjelasan dari guru tanpa memahami orang dewasa melalui berbagai situasi real
materi pembelajaran dan juga siswa
atau situasi yang disimulasikan sehingga berdasarkan hasil investigasi yang telah
siswa akan menjadi pelajar yang mandiri. dilakukan baik mandiri maupun kelompok.
Beberapa kelebihan model PBL 4) Tahap mengembangkan dan menyajikan
ditunjukkan oleh hasil penelitian yang hasil karya mendukung keterampilan
dilakukan Nardgundkar et al (2014) berpikir kritis dalam aspek menyimpulkan.
membuktikan bahwa model PBL Melalui tahap ini siswa dapat
meningkatkan keaktifan siswa sebesar 9%, mengembagkan keterampilan
memotivasi siswa dan meningkatkan menyimpulkan melalui hasil karya berupa
keterampilan berpikir kritis sebesar 24%. laporan selama kegiatan. 5) Tahap
Celik et al (2011) juga membuktikan menganalisis dan mengevaluasi proses
bahwa model PBL efektif dalam mengatasi masalah membutuhkkan
meningkatkan hasil belajar siswa. keterampilan berpikir kritis dalam
Beberapa penelitian ini menunjukkan mengatur strategi dan taktik.
bahwa model Problem Based Learning Metode Penelitian
dipandang dapat meningkatkan Penelitian ini merupakan penelitian
keterampilan berpikir kritis dan hasil eksperimen semu (quasi eksperiment)
belajar siswa. dengan menggunakan desain penelitian
Model PBL dipandang lebih efektif Nonequivalent Control Group Design.
dibandingkan model pembelajaran Subjek penelitian ini dibagi menjadi
konvensional dalam meningkatkan hasil kelompok eksperimen dan kelompok
belajar fisika siswa. Hal ini dikarenakan kontrol. Rancangan Penelitian dapat
PBL mendorong siswa untuk mempelajari dilihat pada Tabel 1.
materi fisika dengan menyelesaikan Tabel 1. Rancangan Penelitian
permasalaahan yang berhubungan dengan Group Pretest Treatmen Posttes
dunia nyata siswa. Permasalahan- t t
permasalahan fisika yang diberikan oleh KE O1 X1 O2
guru berkaitan dengan fenomena alam atau KK O1 X2 O2
gejala-gejala alam. Hal ini mengakibatkan Dengan:
siswa membentuk pengetahuan melalui KE: Kelompok Eksperimen
pemecahan masalah dan menjadikan KK: Kelompok Kontrol
pengetahuan tersebut tertanam lebih lama O1: Pretest
dibandingkan hanya mendapatkan O2: Posttest
informasi dari guru X1: Model PBL
Selain dapat meningkatkan hasil X2:Model Pembelajaran Konvensional
belajar, model PBL juga meningkatan Instrumen pada penelitian ini adalah
keterampilan berpikir kritis. Hal ini terlihat tes tulis berbentuk uraian (essay) untuk
pada langkah-langkah pembelajaran pada mengukur keterampilan berpikir kritis
model PBL antara lain : 1) Tahap orientasi sedangkan tes tulis berbentuk Pilihan
pemasalahan mendukung keterampilan Ganda (PG) untuk mengukur hasil belajar
berpikir kritis dalam aspek memberikan siswa. Teknik analisis data yang
penjelasan sederhana. Melalui tahap ini digunakan adalah teknik analisis
siswa memfokuskan pemasalahan yang komparatif dan deskriptif. Analisis
diberikan oleh guru. 2) Tahap komparatif digunakan untuk menguji
mengorganisasikan siswa untuk meneliti. hipotesis penelitian. Adapun analisis
Melalui tahap ini, siswa mampu diskriptif digunakan untuk
mengembangkan keterampilan bertanya mendiskripsikan keterampilan berpikir
dan menjawab pertanyaan berdasarkan kritis dan hasil belajar siswa.
hasil investigasi. 3) Tahap investigasi Analisis data keterampilan berpikir
mandiri dan kelompok. Melalui tahap ini, kritis dan hasil belajar siswa dengan
siswa mampu menganalisis argumen menggunakan uji gain. Uji gain digunakan
untuk mengetahui besarnya peningkatan daripada rata-rata gain keterampilan
pretest-posttest. Pengujian hipotesis berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas
dilakukan dengan statistik parametrik kontrol sebesar 0,6 dan 0,4. Hal ini
menggunakan Multivariate Analysis of menunjukkan rata-rata peningkatan
Variance (MANOVA). Uji MANOVA keterampilan berpikir kritis dan hasil
dipilih karena jumlah variabel dependent belajar kelas esperimen lebih besar
lebih dari satu. Pengujian hipotesis dengan dibandingan kelas kontrol
MANOVA menggunakan program SPSS Pengujian hipotesis pada penelitian
16 for windows. ini bertujuan untuk mengetahui apakah
Hasil penelitian dan pembahasan terdapat pengaruh postif model Problem
Berdasarkan hasil uji gain terhadap Based Learning terhadap keterampilan
nilai pretest dan posttest hasil belajar dan berpikir kritis dan hasil belajar siswa
keterampilan berpikir kritis pada masing- dengan analisis uji MANOVA
masing kelas, didapatkan rata-rata gain menggunakan program SPSS 16 for
kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti windows dapat dilihat pada Tabel 2.
pada Gambar 3 berikut. Tabel 2. Hasil Uji MANOVA
0.7 Keterampilan Berpikir Kritis dan
0.7 Hasil Belajar
0.6 Effect Valu F Hypoth Error df Sig.
e esis df
0.6 Pillai’s 0,336 4.435 a
4.000 35.000 0,004
0.5 Trace
Wilks’La 0,664 4.435a 4.000 35.000 0,004
0.5 mbda
0.4
Rata-rata Gain

Model Hotelling 0,507 4.435 a


4.000 35.000 0,004
’s Trace
0.4 Roy’s 0,507 4.435a 4.000 35.000 0,004
Kontrol Largest
0.3 Eksperimen Root

Berdasarkan output SPSS diperoleh


0.2 nilai Pillai’s Trace, Wilks’Lambda,
0.1 Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0
Kognitif Kritis
0,05 (0,004 < 0,05), hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh positif Model
Problem Based Learning terhadap
keterampilan berpikir kritis dan hasil
belajar.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa bahwa Model Problem
Based Learning terbukti lebih berpengaruh
positif daripada model konvensional
terhadap keterampilan berpikir kritis dan
hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka
Arends, Richard. (2008). Learning to
Teach. Penerjemah Helly Prajitno
Gambar 1. Perbandingan Rata-rata nilai & Sri Mulyani. New York:
gain Hasil Belajar dan McGraw Hill Company.
Keterampilan Berpikir Kritis Celik, P., & Silay, O. (2011). The Effects
Rata-rata gain keterampilan berpikir of Problem-Based Learning on
kritis dan hasil belajar siswa kelas the Students’ Success in Physics
eksperimen sebesar 0,7 dan 0,5 lebih tinggi
Course. Procedia-social and
behavioral sciences 28, 656-660.
Coles, M. (2011). USING LEARNING
OUTCOMES. European
Qualifications Framework Series:
Note 4. Luxembourg: European
Union.
Ennis, R. H. (2013). The Nature of
Critical Thinking: Outlines of
General Critical Thinking
Dispositions and Abilities
Fatmawati, S. Dkk. (2015). Desain
Laboratorium Skala Mini untuk
Pembelajaran Sains Terpadu.
Yogyakarta: Deepublish.
Ibrahim, M.,& Nur M. (2000).
Pembelajaran Berbasis Masalah.
Surabaya: Uni Press.
Lau, Joe Y. F. (2011). An Introduction to
Critical Thinking and Creativity.
Hoboken: Jhon Wiley & Sons,
Inc.
Martincova, J, & Lukesova, M. (2014).
Critical Thinking as a Tool for
Managing Intercultural Conflicts.
Procedia – sosial and behavioral
science 171, 1255-1264.
Mulyasa. (2013). Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mundilarto. (2010). Penilaian Hasil
Belajar Fisika. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Nargundkar, S., Samadda, S., &
Mukhopadhyay, S. (2014). A
Guided Problem-Based Learning
(PBL) Approach: Impact on
Critical Thinking. Decision
Sciences Institute Journal of
Innovative Education. 12(2).
Tilaar, H.A.R. (2011). Multikulturalisme:
Tantangan Tantangan Global
Masa Depan dalam Transformasi
Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy