Rayap 37395-75676614587-1-PB
Rayap 37395-75676614587-1-PB
Rayap 37395-75676614587-1-PB
Abstract
Bait technology is the most effective, safe, and environmentally friendly way to termite control.
This method was done by utilize attractants which have properties or aromas and able to invite
termites to eat the bait. M. leucadendra leaves potentially used as an attractant. The matrix of
bait material used as attractant to termites should contain high cellulose compound.. HVS paper
and cardboard are materials with high cellulose compound, so they can used as bait. The aim
of this study was to examine the efficacy of bait from M. leucadendra leaf mixture with waste
paper to subterranean termites (Coptotermes curvignathus Holmgren) and to determine the
optimal composition of the mixture of waste paper and M. leucadendra leaves which can be used
as bait against termites. Tests are carried out with 2 methods, namely no choice test and multiple
choice test. No-choice test was done by forced feeding, which was only one test sample in the
test cup, with 55 termites (50 workers caste and 5 soldiers caste). Multiple choice test was done
by giving food choices, which are all test samples for each composition in the test cup, with 165
termites (150 workers caste and 15 soldiers caste). The parameters observed were the weight
loss of bait and mortality of termites. The results shows that the bait of the mixture of M.
leucadendra leaves and paper waste in the no choice test and multiple choice test was effective
used as bait to termites. Mixture of M. leucadendra: cardboard (60%: 40%) is the best
composition bait for Subterranean C. curvignathus.
Keyword: Baiting method, bioattractant, Coptotermes curvignathus, M. leucadendra leaves,
wastepaper
PENDAHULUAN bahan pengawet yang dimasukkan ke
Rayap merupakan salah satu dalam kayu umumnya merupakan bahan
kelompok serangga (insect) sosial yang beracun (toxic material) agar jasad hidup
hidupnya membentuk suatu komunitas perusak kayu tidak menyerang.
biasanya dikenal dengan istilah koloni Pengendalian rayap masih banyak
(Nandika et al, 2003). Menurut Subekti menggunakan anti rayap (termitisida) yang
(2012), serangan rayap tanah pada kayu di aplikasikan baik melalui teknik
konstruksi bangunan dan bahan perlakuan tanah (soil treatment),
lignoselulosa lainnya telah dilaporkan pengawetan kayu (wood preservation)
hampir di seluruh Indonesia, bahkan pada maupun dengan cara impregnasi
bangunan terus meningkat dari tahun ke termitisida kedalam target, tetapi
tahun. Oleh karena itu, metode dalam termitisida dapat menimbulkan masalah
pengendalian rayap terus dikembangkan. lingkungan dan berpotensi meracuni
Tarumingkeng (2001), menyatakan bahwa manusia. Teknologi umpan merupakan
1233
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
cara yang paling efektif, aman, dan ramah perbandingan 1:1:1 yang dicetak dengan
lingkungan karena racun dapat dimasukkan kerapatan 0,7 gram/cm2 dan konsentrasi
ke dalam umpan untuk menghilangkan ekstrak 0,01% daun kayu putih sudah
koloni rayap (Huang et al. 2006). Metode efektif sebagai bioatraktan bagi rayap tanah
pengumpanan dapat dilakukan dengan C. curvignathus menyebabkan kehilangan
memanfaatkan atraktan yang merupakan berat 10,7685 (no-choice test), 9,3863%
salah satu bahan yang memiliki sifat atau (multiple choice test) dan mortalitas rayap
aroma yang mampu mengundang rayap 51,3333%.
untuk masuk memakan umpan tersebut. Berdasarkan informasi dari penelitian
Atraktan alami atau bioatraktan dapat yang telah dilakukan, maka perlu dilakukan
diperoleh dari berbagai jenis tanaman yang penyempurnaan penelitian dengan
memiliki aroma khas karena memiliki menggunakan limbah kertas HVS dan
kandungan senyawa eugenol dan limbah kardus dalam pengujian campuran
turunannya metil eugenol yang telah bioatraktan daun kayu putih tanpa proses
dikenal sebagai atraktan alami (Noviansari ekstraksi dengan target kerapatan 0,8
et al. 2013). Daun kayu putih berpotensi gram/cm2. Target kerapatan dibuat untuk
digunakan sebagai atraktan untuk menambah jumlah bahan yang digunakan
pengendalian rayap dengan sistem umpan, sebagai umpan. Permasalahannya adalah,
karena mengandung sineol dan eugenol belum diketahui komposisi optimal
(Indrayani et al. 2016). Matrik atau bahan campuran limbah kardus dan kertas HVS
pembuatan umpan yang dapat digunakan dengan 60 % daun kayu putih yang dapat
untuk menarik rayap ialah dengan berfungsi sebagai umpan terhadap rayap
menggunakan bahan yang mengandung tanah (C. curvignathus).
selulosa tinggi, salah satu bahan itu adalah Penelitian ini bertujuan untuk menguji
kertas. Jenis – jenis kertas yang dapat efikasi (keampuhan) umpan dari campuran
digunakan sebagai umpan ialah limbah daun kayu putih dengan limbah kertas HVS
kertas HVS dan limbah kardus. dan kardus terhadap rayap tanah (C.
Penelitian sebelumnya, Septiana dan curvignathus) di laboratorium dan
Husni (2017) memberikan informasi menentukan komposisi terbaik campuran
bahwa daun kayu putih tanpa proses limbah kertas HVS, kertas kardus, dan daun
ekstraksi dan limbah kertas HVS pada kayu putih yang dapat berfungsi sebagai
komposisi campuran 60% : 40% yang umpan terhadap rayap tanah.
dicetak dengan kerapatan 0,5 gram/cm2 METODE PENELITIAN
efektif sebagai bioatraktan pada rayap Penelitian dilaksanakan di
tanah (C. curvignathus) dengan kehilangan Laboratorium Wood Work Shop Fakultas
berat 10,79% dan mortalitas rayap 38,67%. Kehutanan Universitas Tanjungpura
Penelitian Permana dan Husni (2017), sebagai tempat persiapan bahan dan
membuktikan bahwa komposisi bahan Laboratorium Teknologi Kayu Fakultas
kayu pinus terdegradasi jamur : limbah Kehutanan Universitas Tanjungpura
kertas HVS : limbah kardus dengan sebagai tempat uji efikasi, dimulai dari
November hingga Desember 2018. Alat
1234
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
yang digunakan pada penelitian ini adalah dikering udarakan selama 8 hari. Daun
ember, kain hitam, cawan plastik, kotak yang telah dalam kondisi kering udara
plastik, aluminium foil, desikator, kapas, tersebut disimpan dalam plastik packing
bulu ayam, kertas label, kasa plastik, mesh yang kedap udara. Untuk keperluan
screen 30/50, hammer mill, cetakan seng, pembuatan sampel, daun kayu putih
gunting, dan hygrothermometer. Bahan tersebut dihaluskan menggunakan hammer
yang digunakan pada penelitian ini adalah mill dengan ukuran 20 mesh
daun kayu putih yang diperoleh di Jl. A Persiapan Limbah Kertas HVS dan Kardus
yani Pontianak, rayap tanah yang Kertas HVS yang digunakan dalam
diperoleh dari desa Ambawang, aquades, penelitian adalah limbah kertas HVS yang
limbah kertas HVS dan kardus, pasir steril, sudah tidak digunakan lagi, sedangkan
dan alkohol 70%. kardus yang digunakan adalah bagian
Pengadaan dan Pemeliharaan Rayap tengah dari kardus yang bergelombang.
Koloni rayap C. curvignathus Kertas HVS dan kardus di gunting atau
diperoleh dari sisa pohon yang sudah mati sobek dengan ukuran kecil, kemudian
dan tumbang. Kayu yang terserang rayap di dijemur di bawah sinar matahari selama 24
potong menjadi beberapa bagian, kemudian jam. Kertas yang telah dijemur disimpan
diletakkan dalam ember. Ember yang berisi dalam plastik kedap udara. Untuk
rayap dijaga kelembabannya dengan keperluan pembuatan sampel uji, kertas di
memberikan wadah dibawahnya yang telah hancurkan menggunakan hammer mill
berisi air dan ditutup dengan kain hitam. dengan ukuran 20 mesh
Koloni rayap selanjutnya dipelihara di Pembuatan Contoh Uji
dalam ruangan selama ± satu bulan Kertas HVS dan kardus ditimbang
sebelum digunakan sebagai organisme uji sesuai perlakuan (Tabel 1), selanjutnya
(Permana dan Husni, 2017) direndam dalam aquades selama ± 10
Persiapan Daun Kayu Putih menit, dengan tujuan untuk memudahkan
Persiapan daun kayu putih dilakukan pencampuran antara kertas dengan daun
mengacu pada penelitian Septiana dan kayu putih. Setelah 10 menit kertas diperas
Husni (2017) yang telah dimodifikasi. menggunakan kain furing dan dicampur
Daun kayu putih diambil dari pohon dalam dengan daun kayu putih yang telah
kondisi segar, daun yang diambil adalah dihaluskan. Perbandingan keperluan bahan
daun tua. Daun dipisahkan dari ranting- untuk setiap perlakuan dapat di lihat pada
ranting kecil yang masih tersisa, dan Tabel 1.
Tabel 1. Perhitungan Keperluan Bahan Pembuatan Sampel (Calculation of
requirements for making samples test)
Perlakuan Perbandingan Bahan Serbuk Daun Kayu Serbuk Serbuk Kardus Berat
(DKP : HVS: K) Putih (gr) HVS (gr) (gr) total (gr)
A1 60% : 20% : 20% 1,92 0,64 0,64 3,2
A2 60% : 40% : 0% 1,92 1,28 - 3,2
A3 60% : 0% : 40% 1,92 - 1,28 3,2
Keterangan: DKP = Daun kayu putih; HVS = HVS; K= Kardus
1235
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
1236
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
6
5 4,58 DKP 60%+ HVS
2,99 20%+kardus 20%
4
DKP 60% + HVS 40%
3
2 DKP 60% + kardus 40%
1
0
A1 A2 A3
Gambar 1. Kehilangan Berat Pada No-Choice Test (Weight Loss of No-Choice Test)
Gambar 1 menunjukkan bahwa merupakan komposisi terbaik sebagai
kehilangan berat contoh uji pada umpan untuk rayap tanah C.
pengujian no-choice test berdasarkan curvignathus pada pengujian no-choice
komposisi daun kayu putih:HVS:Kardus test.
(60%:20%:20%) dan daun kayu Persentase kehilangan berat contoh
putih:Kardus (60%:40%) menunjukkan uji dengan metode pengujian multiple
hasil yang sama. Komposisi umpan choice test yang diperoleh pada
tanpa adanya penambahan kertas HVS pengujian berkisar antara 2,89% hingga
20% menunjukkan adanya peningkatan mencapai 5,25%. Untuk lebih jelasnya,
nilai kehilangan berat contoh uji pada kehilangan berat contoh uji pada
pengujian no-choice. Berdasarkan hasil multiple choice test disajikan pada
yang diperoleh, maka komposisi daun Gambar 2.
kayu putih : kardus (60%:40%)
1237
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
7
Kehilangan Berat (%)
6 5,25
1 A1 A2 A3
0
Gambar 2. Kehilangan Berat Pada Multiple Choice Test (Weight Loss of Multiple Choice Test)
Gambar 2 menunjukkan bahwa menggunakan daun kayu putih. Daun
kehilangan berat contoh uji pada kayu putih juga mengandung metil
pengujian multiple choice test eugenol yang bersifat menarik dan
berdasarkan komposisi daun kayu memiliki aroma khas, serta dikenal
putih:HVS:Kardus (60%:20%:20%) dan sebagai atraktan alami (Noviansari et al.
daun kayu putih:HVS (60%:40%) 2013). Kandungan sineol pada ekstrak
memberikan hasil yang sama. Komposisi daun kayu putih juga memberikan
umpan tanpa adanya penambahan kertas pengaruh yang besar terhadap
HVS menghasilkan nilai kehilangan kehilangan berat contoh uji. Aroma yang
berat yang berbeda dibandingkan dengan khas pada daun kayu putih merangsang
komposisi lainnya pada pengujian alat sensor serangga sehingga rayap
multiple choice. Berdasarkan hasil yang dapat tertarik untuk mendekat bahkan
diperoleh, maka komposisi daun kayu memakan bahan yang memiliki aroma
putih: kardus (60%:40%) merupakan khas tersebut.
komposisi terbaik sebagai umpan untuk Hasil penelitian baik pada no-choice
rayap tanah C. curvignathus pada test maupun multiple choice test
pengujian multiple choice test. menunjukkan nilai kehilangan berat
Secara umum dapat dikatakan tertinggi terdapat pada perlakuan A3.
bahwa semua umpan yang diujikan, baik Hal ini diduga karena kardus lebih
pada pengujian no-choice test maupun disenangi rayap dibandingkan dengan
multiple choice test mengalami kertas HVS dan campuran kertas HVS +
kehilangan berat. Hal ini menunjukkan kardus, pernyataan ini sejalan dengan
bahwa semua umpan yang diujikan dapat hasil penelitian Permana dan Husni
dimakan dan dikonsumsi oleh rayap. (2017), bahwa kehilangan berat pada
Daun kayu putih dan kertas HVS sampel kertas kardus lebih tinggi
merupakan bahan – bahan yang dibandingkan dengan sampel kertas
disenangi oleh rayap. Seperti yang HVS dan kardus + HVS. Kandungan
dinyatakan oleh Simbolon et al. (2015) selulosa yang terdapat dalam limbah
bahwa rerata jumlah rayap terbanyak kertas juga membuat rayap semakin
terdapat pada pengujian dengan tertarik untuk memakan umpan. Hal ini
1238
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
A1 A2 A3
Gambar 3. Bentuk Kerusakan Contoh Uji Setelah Pengujian (Form Damage of sample test
after testing)
Keterangan : Bagian yang diberi tanda lingkaran pada gambar menunjukkan bagian umpan yang
dimakan rayap.
1239
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
105
100
Mortalitas Rayap (%)
100
DKP 60% + HVS 20% +
95 kardus 20%
DKP 60%+ HVS 40%
89.67
90
86.67
DKP 60% + kardus 40%
85
80
A1 A2 A3
1240
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
1241
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (3) : 1233 – 1242
1242