Perencanaan Sistem Drainase (Studi Kasus Jalan Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE (Studi Kasus Jalan


Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir)
M. Gasali M1., Ardiansyah2
1,2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Islam Indragiri, Tembilahan

Email: ardiansyah@ts.ftik.unisi.ac.id (korespondensi)

Abstract
Jalan Sungai Beringin is one of the most densely populated areas of vehicle traffic experiencing
flooding problems that regularly occur during the rainy season, because the condition of the
drainage system is not well connected and there is no drainage channel on the road.
Drainage means to drain, drain, dispose of, or divert water. Drainage in the field of civil
engineering, can be defined as a technical action to reduce excess water, both from rainwater,
seepage, or excess irrigation water from an area / land, so that the function of the area / land
is not disturbed. Drainage can also be interpreted as an effort to control the quality of
groundwater in relation to salinity, so drainage involves not only surface water but also
groundwater.
Planning of drainage system for Parit 16 road with dimensions of channel height (h) 0.85
meters, channel width (b) 1.00 meters with slope of 0.04 and safety height of 0.65 meters
while trench road 17 with high dimensions of the channel ( h) 0.95 meters, channel width (b)
1.00 meters with a slope of 0.04 and height of 0.69 meters construction of this drainage
system in order to accommodate the rainwater discharge on the Beringin River which causes
flood inundation during the rainy season . From the results of analysis of calculations, the total
cost of the Budget Plan is obtained. The cost of constructing the ditch 16 drainage channel is
= Rp. 3,219,594,000.00 and drainage ditch 17 drainage channel = Rp. 3,859,080,000.00.
Keywords: Road Drainage, Cost Budget Plan.
Abstrak
Jalan Sungai Beringin merupakan salah satu wilayah jalan lalu lintas kendaraan yang cukup
padat mengalami masalah banjir genangan air yang rutin terjadi pada saat musim hujan,
dikarenakan kondisi sistem drainase belum terhubung dengan baik dan tidak adanya saluran
drainase pada ruas jalan tersebut
Drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Drainase
dalam bidang teknik sipil, dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari
suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas,
jadi drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.
Perencanaan sistem drainase ruas jalan Parit 16 dengan dimensi tinggi saluran (h) 0,85 meter,
lebar saluran (b) 1,00 meter dengan kemiringan 0,04 dan tinggi jagaan 0,65 meter sedangkan
ruas jalan parit 17 dengan dimensi tinggi saluran (h) 0,95 meter, lebar saluran (b) 1,00 meter
dengan kemiringan 0,04 dan tinggi jagaan 0,69 meter pembangunan sistem drainase ini agar
dapat menampung debit air hujan di jalan Sungai Beringin yang menyebabkan banjir genangan
pada saat musim hujan. Dari hasil analisa perhitungan maka diperoleh total biaya Rencana
Anggaran Biaya pembangunan saluran drainase ruas jalan parit 16 sebesar = Rp.
3,219,594,000.00 dan saluran drainase ruas jalan parit 17 sebesar = Rp. 3,859,080,000.00.
Kata kunci: Sistem Drainase Jalan, Rencana Anggaran Biaya.

1. PENDAHULUAN mengganggu pengguna jalan, sehingga


badan jalan tetap kering pada umumnya
Saluran drainase adalah salah satu
saluran drainase jalan raya adalah saluran
bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam
terbuka dengan menggunakan gaya gravitasi
memenuhi salah satu persyaratan teknis
untuk mengalirkan air menuju saluran
prasarana jalan. Saluran drainase jalan
pembuangan akhir (outlet). Distribusi aliran
berfungsi untuk mengalirkan air yang dapat

Perencanaan Sistem Drainase....(M.Gasali M. et al.) 135


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

dalam saluran drainase menuju outlet ini Fungsi drainase jalan dengan demikian ada 2
mengikuti kontur jalan, sehingga air (dua) cakupan yaitu :
permukaan akan lebih mudah mengalir a. Memperkecil kemungkinan
secara gravitasi dan dibuang melalui saluran menurunnya daya dukung subgrade
drainase yang telah ada (eksisting) atau yang karena kadar airnya naik melebihi
belum ada (non-eksisting) menuju saluran kadar air optimum sebagai akibat dari
pembuangan akhir (outlet). merembesnya air hujan ke dalam
Jalan Sungai Beringin adalah jalan yang subgrade melalui pori-pori perkerasan
berstatus jalan Propinsi, sebagai jalan jalan atau yang berasal dari air tanah
penghubung antara Ibu Kota Kabupaten yang naik ke permukaan.
Kecamatan Tembilahan dengan Kecamatan b. Memperkecil kemungkinan rusaknya
lain seperti Kecamatan Batang Tuaka, Gaung perkerasan jalan sebagai akibat
Anak Serka, Gaung dan sekitarnya. Jalan terendamnya perkerasan jalan oleh
Sungai Beringin merupakan salah satu genangan air hujan.
wilayah jalan lalu lintas kendaraan yang
cukup padat mengalami masalah banjir 2.1.1 Sistem Jaringan Drainase
genangan air yang rutin terjadi pada saat Menurut R. J. Kodoatie sistem jaringan
musim hujan, dikarenakan kondisi sistem drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2
drainase belum terhubung dengan baik dan (dua) bagian yaitu:
tidak adanya saluran drainase pada ruas jalan 1. Sistem Drainase Makro
tersebut. Genangan akan mengangu lalu 2. Sistem Drainase Mikro
lintas bagi kendaraan yang mengunakan
ruas jalan tersebut untuk melakukan aktivitas 2.1.2 Perencanaan Drainase
sehari-hari, maka dapat memungkinkan Tujuan perencanaan drainase adalah
terjadi bencana yang lebih besar hingga untuk mengalirkan genangan air sesaat yang
merugikan masyarakat setempat baik harta terjadi pada musim hujan serta dapat
benda maupun nyawa. mengalirkan air kotor hasil buangan dari
Perencanaan saluran drainase harus rumah tangga. Kelebihan air atau genangan
memperhatikan tata guna lahan daerah air sesaat terjadi karena keseimbangaan air
tangkapan air saluran drainase yang pada daerah tertentu terganggu. Disebabkan
bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering oleh air yang masuk ke dalam daerah
walaupun terjadi kelebihan air. tertentu lebih besar dari air yang keluar.
Drainase suatu prasarana yang penting Pada daerah perkotaan, kelebihan air terjadi
dalam bangunan pelengkap pada ruas jalan oleh air hujan. Kapasistas infiltrasi pada
sehinga besarnya fungsi dari pembangunan daerah perkotaan sangat kecil sehingga
sistem drainase tersebut membuat penulis terjadi limpasan air sesaat setelah hujan
ingin merencanakan dalam bentuk laporan turun.
Tugas Akhir yang berjudul Perencanaan Hal – hal yang perlu diperhatikan pada
Sistem Drainase (Studi Kasus Jalan Sungai perencanaan drainase sebagai berikut:
Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten 1) Plot rute jalan di peta topografi (L)
Indragiri Hilir), dikarenakan penulis ingin 2) Inventarisasi data bangunan drainase
melihat bagaimanan seharusnya dimensi (gorong-gorong, jembatan, dll.)
saluran drainase yang digunakan untuk 3) Segmen panjang segmen saluran (L)
kondisi jalan tersebut sehingga di harapkan 4) Luas daerah layanan (A)
nantinya air limpasan tidak mengenangi Jika diperlukan, pada daerah
jalan, langsung masuk ke saluran-saluran perbukitan, direncanakan beberapa saluran
drainase yang ada, serta menjaga ruas jalan (Lihat sub bab drainase lereng) untuk
tetap kering dan memperlancar aktifitas menampung limpasan dari daerah bukit
penguna jalan. Sehingga air permukaan tetap dengan batas daerah layanan adalah
terkontrol dan tidak mengganggu pengguna puncak bukit tersebut tanpa merusak
jalan. stabilitas lereng. Sehingga saluran tersebut
hanya menampung air dari luas daerah
2. KAJIAN PUSTAKA layanan daerah sekitar (A3).
2.1 DRAINASE
Drainase jalan mengandung 2.2 HIDROLOGI
pengertian membuang atau mengalirkan 2.2.1 Analisa Hidrologi
air (air hujan, air limbah, atau air tanah) ke Hidrologi adalah suatu ilmu yang
tempat pembuangan yang telah ditentukan mempelajari sistem kejadian air di atas pada
dengan cara gravitasi atau menggunakan permukaan dan didalam tanah (Soemarto,
sistem pemompaan. 1995). Fakor sangat berpengaruh adalah
curah hujan (presipitasi). Curah hujan pada

136 Jurnal Selodang Mayang, Vol. 6 No. 3, Desember 2020


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

suatu daerah merupakan salah satu faktor Koefisien pengaliran merupakan nilai
yang menentukan besarnya debit banjir yang banding antara bagian hujan yang
terjadi pada daerah yang menerimanya membentuk limpasan langsung dengan hujan
(Sosrodarsono, 1993). total yang terjadi. Koefisien ini
mencerminkan keadaan permukaan daerah
2.2.2 Data Curah Hujan aliran. Koefisien pengaliran C merupakan
Data curah hujan merupakan curah perbandingan komponen berikut ini :
hujan harian maksimum dalam setahun
Volume air yang berhasil mencapai muara DAS
dinyatakan dalam mm/hari. Data curah hujan C= Volume air hujan yang jatuh diatas DAS
yang terletak pada daerah layanan daluran
samping jalan. Ada 3 (tiga) macam cara yang Berkurangnya air yang berhasil melewati
digunakan dalam menghitung curah hujan muara daerah aliran disebabkan oleh aliran
wilayah, yaitu metode rata-rata aljabar, tertahan oleh akar dan daun dari tanaman,
metode poligon Thiessen, dan metode dan tertahan diantara rerumputan atau
isohyet. Jika daerah layanan tidak memiliki semak belukar yang lebat. Air meresap ke
data curah hujan, maka dapat digunakan dalam lapisan tanah tertahan dalam bentuk
data station diluar daerah layanan yang genangan air, bilamana permukaan daerah
diangap masih dapat mewakili. Jumlah data aliran tidak rata dan banyak cekungan
hujan yang diperlukan minimal 10 tahun tersimpan dalam sumur peresapan yang
terakhir. dibangun oleh penduduk kota, sehingga air
hujan akhirnya meresap ke dalam tanah.
2.2.3 Periode Ulang Curah Hujan 2.2.6 Faktor Limpasan (fk)
Periode ulang dalam perencanaan Merupakan faktor atau angka yang
saluran drainase (return period) yang dikalikan dengan koefisien runoff biasa
dipergunakan tergantung dari fungsi saluran dengan tujuan agar kinerja saluran tidak
serta daerah tangkapan hujan yang akan melebihi kapasitasnya akibat daerah
dikeringkan. Menurut pengalaman (Wesli, pengaliran yang terlalu luas. Harga faktor
2008, Drainase Perkotaan: 49), penggunaan limpasan (fk) disesuaikan dengan kondisi
periode ulang untuk perencanaan sebagai permukaan tanah
berikut : Dalam prakteknya terdapat berbagai
1. Saluran Kwarter: periode ulang 1 tahun tipe tata guna lahan bercampur baur dalam
2. Saluran Tersier: periode ulang 2 tahun sebuah daerah aliran. Oleh karena itu, untuk
3. Saluran Sekunder: periode ulang 5 tahun mendapatkan Koefisien pengaliran
– 10 tahun gabungan C dapat mempergunakan rumus
4. Saluran Primer: periode ulang > 10 tahun komposit berikut :

2.2.4 Analisa Frekuensi A1.C1 + A2.C2 + An.Cn . fk


C =
Analisis frekuensi diperlukan seri data A1+ A2 + An
hujan yang diperoleh dari pos penakar hujan,
dimana :
baik yang manual maupun yang otomatis.
A1, A2, An = Bagian luasan daerah aliran
Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat sebanyak n buah, dengan tata guna
statistik data kejadian yang telah lalu untuk lahan yang berbeda.
memperoleh probabilitas besaran hujan C1,C2,Cn = Koefisien pengaliran daerah aliran
dimasa yang akan datang , dengan anggapan sebanyak n buah, dengan tata guna
bahwa sifat statistik kejadian hujan yang lahan yang berbeda.
akan datang masih sama dengan sifat Fk = Faktor limpasan sesuai tata guna
statistik kejadian hujan masa lalu. Ada dua lahan
macam seri data yang dipergunakan dalam
analisis frekuensi yaitu Data Maksimum 2.2.7 Intensitas Curah Hujan
Tahunan dan Seri Parsial. Ilmu statistik yang Intensitas curah hujan adalah jumlah
sering digunakan dalam bidang hidrologi curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi
terdapat empat macam distribusi frekuensi, hujan atau volume hujan tiap satuan waktu,
yaitu : yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan
1. Distribusi Normal terkonsentrasi dan besarnya intensitas curah
hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya
2. Distribusi Log Normal
curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
3. Distribusi Gumbel
Biasanya dalam perencanaan
4. Distribusi Log-Person III bangunan drainase, debit rencana sangat
diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang
2.2.5 Koefisien Pengaliran (C) seharusnya dapat ditampung oleh sebuah
drainase, agar semua debit air dapat

Perencanaan Sistem Drainase....(M.Gasali M. et al.) 137


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

ditampung dan teralirkan. Rumus yang biasa akan berfungsi dengan semestinya. Debit
digunakan dalam perhitungan intensitas aliran rencana juga disebut kapasitas aliran
curah hujan adalah sebagai berikut : akibat hujan, hujan yang menyebabkan
adanya kemungkinan sebagian besar air
Rumus Empiris Mononobe menggenang dan mengalir dipermukaan
tanah (run off) dan sebagian kecil meresap ke
𝑰 = (𝑹/𝟐𝟒)(𝟐𝟒/𝑻𝒄)𝟐/𝟑 (2.15)
dalam tanah (infiltrasi). Rumus yang dipakai
dimana : untuk mengitung debit aliran tergantung
I = intensitas hujan (mm/menit) pada besarnya catchment area, pada
R = curah hujan maksimum dalam 24 jam umumnya ditentukan sebagai berikut:
(mm) a. Untuk catchment area < 25 km2 dipakai
Tc = waktu konsentrasi hujan (menit) Rumus Rational
b. Untuk catchment area 25 - 100 km2
2.2.8 Waktu Konsentrasi (Tc) dipakai Cara Weduwen
Waktu konsentrasi adalah waktu yang c. Untuk catchment area > 100 km2 dipakai
diperlukan untuk mengalirkan air hujan dari Cara Melchior
titik terjauh menuju suatu titik tertentu Perhitungan debit aliran untuk selokan
ditinjau pada derah pengaliran. Umumnya samping pada umumnya mencakup
waktu konsentrasi teridiri dari waktu yang catchment area < 25 km2, jadi yang
diperlukan oleh air untuk mengalir pada digunakan adalah Rumus Rational.
permukaan tanah menuju saluran terdekat 1
(To) dan waktu untuk mengalir dalam saluran Q= C x I x A
3,6
ke suatu tempat yang ditinjau (Td). dimana :
Air hujan akan mengalir menuju Q = Debit banjir puncak pada perioda ulang
saluran yang terdekat, waktu ini disebut T1 T tahun, (m3/detik)
yaitu waktu limpas permukaan. Air I = Intensitas curah hujan (mm/jam),
mengalir menuju muara DAS, dan waktu A = Luas daerah aliran (ha)
yang diperlukan untuk mengalir didalam C = Koefisien pengaliran rata – rata
saluran drainase sampai muara daerah aliran
disebut waktu limpas saluran atau T2. 2.3 ANALISA HIDROLIKA
Penjumlahan waktu tersebut merupakan 2.3.1 Bentuk Penampang Saluran
waktu konsentrasi atau Tc. Drainase
Tc = T1 + T2 Debit aliran yang sama dengan debit akibat
hujan, harus dialirkan pada saluran bentuk
Waktu konsentrasi untuk saluran terbuka persegi, segitiga, trapesium, dan setengah
dihitung dengan rumus di bawah ini. lingkaran untuk drainase muka tanah (surface
Untuk T0 dan Td dapat dicari mengunakan drainage). Untuk perencanaan saluran penulis
rumus : mengunakan bentuk segi-empat.
2 𝑛𝑑
T1 = ( 𝑥 3,28 𝑥 𝐿𝑜 𝑥 ) 0,167
3 √𝑆 2.3.2 Dimensi Saluran Drainase
𝐿 Perhitungan dimensi saluran drainase
T2 = perkotaan dan jalan raya dianjurkan
60 V
memperhatikan hal-hal berikut:
dimana :
1. Karena alasan teknis dan estetika,
T1 = waktu untuk mencapai awal saluran dari titik
terjauh (menit)
saluran direncanakan dengan
lapisan/pasangan tahan erosi seperti
T2 = waktu aliran dalam saluran sepanjang L dari
ujung saluran (menit)
beton.
2. Pada saluran dengan pasangan ini
Lo = jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (km)
kecepatan aliran maksimum yang dapat
L = Panjang aliran (km)
menyebabkan erosi tidak perlu
Nd = angka kekasaran permukaan lahan
dipertimbangkan. Demikian juga dengan
S = kemiringan daerah pengaliran atau kecepatan yang dapat mencegah
kemiringan tanah
tumbuhnya vegetasi, yaitu kecepatan
V = kecepatan aliran rata -rata pada saluran
minimum sebesar 0,6 sampai 0,90
drainase (m/detik).
m/det (Kh Sunggono; 1995) dapat juga
diabaikan karena dengan asumsi saluran
2.2.9 Debit Aliran Rencana dipelihara dan dibersihkan.
Debit aliran rencana sangat penting 3. Hendaknya dipakai saluran penampang
dalam perencanaan sistem drainase, apabila hidrolis terbaik, yaitu penampang
salah dalam menentukan debit rencana, dengan luas minimum mampu
maka sistem drainase yang terpakai tidak membawa debit aliran maksimum.

138 Jurnal Selodang Mayang, Vol. 6 No. 3, Desember 2020


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

Penentuan dimensi saluran drainase diawali oleh kondisi topografi, serta tinggi tekanan
dengan penentuan bahan yang digunakan. diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai
Penampang hidrolis terbaik atau disebut juga dengan kecepatan yang diinginkan.
penampang ekonomis jika kecepatan (V) Untuk menghitung kemiringan saluran
bernilai maximum terjadi apabila jari-jari digunakan rumus :
hidrolik (R) juga maximum dan jari-jari hidrolis V
Kemiringan Saluran (S) = [ 1 2 ]²
(R) maksimum terjadi jika keliling basah (P) ( ) R3
n
minimum, dapat diuraikan sebagai berikut : Dimana :
Penampang hidrolis terbaik atau disebut juga V = kecepatan rata-rata aliran di
penampang ekonomis jika kecepatan (V) dalam saluran (m/det);
n = koefisien kekasaran Manning .
bernilai maximum terjadi apabila jari-jari
R = jari-jari hidrolis (m);
hidrolik (R) juga maximum dan jari-jari S = kemiringan dasar saluran.
hidrolis (R) maksimum terjadi jika keliling
basah (P) minimum, dapat diuraikan sebagai 2.3.4 Kecepatan Aliran
berikut : Kapasitas aliran akibat hujan harus
dialirkan melalui drainase sampai ke titik
1 1/2
Q = A.V = A. . R 2/3 .S1 rencana hilir (badan air). Kecepatan rata-rata
n dapat dihitung dengan menggunakan rumus
gabungan atau korelasi antara rumus Chezy
Untuk nilai A, n, dan S yang konstan,
(1769) dengan rumus Manning (1889)
debit akan maksimum bila R maksimum.
(Suripin, 2004), yang merupakan dasar
Luas penampang basah (A) = Debit (Q) dalam menentukan dimensi saluran, yaitu
Rencana : Kecepatan Aliran (V) sebagai berikut:
1
b = 2h • Kecepatan(V) = R2/3 S1/2
n
A = 2h x h Dimana :
A = 2h2 V = Kecepatan aliran rata-rata dalam
h = A/b saluran (m/det)
Keliling basah (P) = b + 2h n = Koefisien kekasaran Manning
R = Radius hidrolis (m)
A
= + 2h F = Luas penampang basah saluran
h (m²)
P = Keliling basah saluran (m)
A
Jari jari hidrolis (R) =
P 2.3.5 Tinggi Jagaan Saluran
Dimana : Jagaan saluran adalah jarak vertikal
b = Lebar penampang saluran (m) dari puncak saluran ke permukaan air pada
h = Tinggi penampang saluran (m) kondisi rancang. Jarak ini harus cukup
A = Luas penampang basah (m) untuk mencegah gelombang atau kenaikan
Dalam persamaan diatas hanya satu unsur muka air yang melimpah ke tepi. Untuk
(h) saja yang belum diketahui, persamaan menghitung sebuah jagaan biasa
diatas dapat diselesaikan harga “h” dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
cara coba-coba (trial and error). W = √0.5 h (m)
Dengan diketahuinya luas penampang basah dimana :
selokan samping, dapat ditentukan dimensi W = Jagaan saluran (m)
selokan samping. Misalnya ditentukan h = Tinggi kedalaman air (m)
dimensi selokan samping dengan luas
penampang = A, maka kapasitas selokan 2.4 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
samping ini harus lebih besar dari pada debit Rencana anggaran biaya adalah suatu
rencana agar kecepatan aliran V yang terjadi bangunan atau proyek yaitu perhitungan
< V yang diijinkan. banyaknya biaya yang diperlukan untuk
Qc = V. A ≥ Q = 0,278.C.I.A bahan dan upah, serta biaya- biaya lain yang
Dimana : berhubungan dengan pelaksanaan bangunan
Qc = Debit kapasitas drainase atau proyek. Anggaran biaya merupakan
A = Luas penampang harga dari bahan bangunan yang dihitung
dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat.
2.3.3 Kemiringan Saluran Terdapat lima hal pokok dalam menghitung
Yang dimaksud kemiringan saluran adalah biaya konstruksi yaitu.
kemiringan dasar saluran dan kemiringan 1. Bahan – bahan
dinding saluran. Kemiringan dasar saluran ini 2. Upah Pekerja
adalah kemiringan dasar saluran arah 3. Alat-alat konstruksi
memanjang dimana umumnya dipengaruhi 4. Overhead atau biaya tidak terduga

Perencanaan Sistem Drainase....(M.Gasali M. et al.) 139


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

5. Keuntungan atau profit 4. Menentukan dimensi saluran drainase


Anggaran biaya pada bangunan yang sama mengunakan metode Koefisien Kekerasan
akan berbeda – beda di masing-masing Manning digunakan bentuk penampang
daerah, disebabkan karena perbedaan harga persegi panjang.
bahan dan upah tenaga kerja. Adapun 5. Mengambar desain saluran drainase.
langkah-langkah untuk menghitung rencana 6. Menghitung Rencana Angaran Biaya
anggaran biaya (RAB) yaitu : kontruksi drainase.
1. Persiapan dan pengecekan gambar 3.3 Penyusunan Laporan Penelitian
kerja Seluruh data atau informasi primer
2. Perhitungan volume maupun sekunder yang telah terkumpul
3. Membuat harga satuan pekerjaan kemudian diolah atau dianalisis dan disusun
4. Perhitungan jumlah biaya pekerjaan untuk mendapatkan hasil akhir yang dapat
5. Rekapitulasi memberikan solusi dalam merencanakan
sistem drainase dan menghitung rencana
3. METODOLOGI anggaran biaya pembangunan saluran
3.1 Pengumpulan data drainase di jalan Sungai Beringin Kecamatan
Pengumpulan data primer dan Tembilahan.
sekunder :
3.4 Metodologi Penelitian
1. Data Primer : merupakan data yang
Metodologi merupakan penjelasan
diperoleh langsung di lapangan secara
ayang akan digunakan dalam penyusunan
pengamatan, peninjauan, pendataan dan
Tugas Akhir ini, digambarkan dalam bentuk
pengukuran Data Cross Section (survey
bagai alir (flow chart) seperti gambar berikut
lapangan) pada area lokasi sesuai dengan
ini :
kondisi dilapangan.
a. Tanya jawab terhadap masyarakat
terutama warga jalan Sungai Beringin
Kecamatan Tembilahan.
b. Hasil pengukuran data Cross Section
yang ada dilapangan.
c. Hasil pengamatan lokasi Catchment
Area (daerah tangkapan air).
d. Data Run Off (limpasan) dari daerah
aliran.
e. Data tingi muka air tanah dasar.
f. Hasil pengamatan kondisi lapangan
dengan foto dokumentasi.
2. Data Sekunder : adalah data yang
diperoleh penulis dalam bentuk sudah
jadi, berupa:
a. Peta lokasi studi atau peta topografi.
b. Data curah hujan.
c. Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Konstruksi (SNI).
d. Data Harga Satuan Bahan,Upah dan
Sewa Alat Wilayah Kabupaten Indragiri
Hilir tahun 2019.
3.2 Tahap Pengolahan dan Analisa
Data
Setelah mendapatkan data yang
diperlukan langkah selanjutnya Penulis
mengolah data menggunakan Program
Microsoft Excell dan Auto Cad, tahapan
pengolahan data dan analisa data sebagai
berikut :
1. Menganalisa frekuwensi data curah hujan
menggunakan Distribusi Probabilitas
2. Menentukan besarnya intensitas hujan Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
dipakai metode EmpirisMononobe
3. Menghitung debit aliran dihitung dengan 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
mengunakan Metode Rasional 4.1 PERENCANAAN SKEMA DRAINASE

140 Jurnal Selodang Mayang, Vol. 6 No. 3, Desember 2020


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

Skema jaringan saluran drainase Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir,


diperlukan untuk menunjukan perencanaan Provinsi Riau, maka dilakukan analisa dari
sistem aliran air hujan yang jatuh pada data curah hujan tabel 4.1 Curah hujan
permukaan jalan menuju saluran tepi maksimum tahunan
(tersier) dan dibuang menuju pembunagan
akhir (outlet). 4.2.1.2 Analisis Frekuensi dan
Konsep perencanaan skema arah aliran air Probabilitas Curah Hujan
hujan ini dalah: Analisa frekuensi dan Probabilitas dengan
1. Meninjau pada Outlet terdekat dari sistem waktu pengamatan (n) 24 tahun dari data
drainase jalan Sungai Beringin. curah hujan yang didapat, analisa dilakukan
2. Mengalirkan air hujan secara grafitasi, sebagai berikut :
yaitu dari permukaan berelevasi tinggi
menuju permukaan berelevasi rendah. Tabel 1 Resume hasil perhitungan Curah
Pada skema jaringan drainase yang tampak Hujan Rencana
Curah METODE Curah Hujan
adalah saluran-saluran terbuka pada sisi Hujan
Gumbel Normal Log Normal
Log Pearson Type Maks.

jalan kiri dan kanan yang akan menerima (Xi)


2 68,616 71,746 69,326
III
69,326
Perencanaan
71,746
limpasan air dari permukaan jalan. 5 90,410 89,291 86,046 86,046 90,410
10 104,842 98,481 96,356 96,356 104,842
20 118,682 106,001 105,704 105,704 118,682
4.1.1 Pengumpulan Data Lapangan 25 123,074 107,421 107,569 107,569 123,074
1. Data curah hujan yang digunakan adalam 50 136,599 114,564 117,460 117,460 136,599

perencanaan ini adalah data curah hujan 75


100
144,461
150,027
117,489
120,413
121,766
126,231
121,766
126,231
144,461
150,027
yang bersumber dari Dinas Tanaman
Pagan, Holtikultura dan Perternakan
4.2.1.3 Perhitungan Koefisien
Kabupaten Indragiri Hilir Curah Hujan
Pengaliran (C)
Tahun 1994-2017.
Menentukan besarnya koefisien pengaliran
2. Data Perencanaan Drainase ruas jalan
(C) dan Faktor limpasan (fk) Berdasarkan
parit 16 dan ruas jalan Parit 17
tabel 2. 9 sebagai berikut :
a. Lebar Aspal (1/2 Lebar Lalu Lintas)
1. Jalan Aspal (C1 ) = 0,90
= ½ 6m = 3 meter
2. Bahu Jalan (Tanah Berbutit Halus) (C2 )
b. Lebar Bahu Jalan + Lereng = 5 meter
= 0,65
c. Bagian Luar Jalan (Perumahan Tidak
3. Permukiman Tidak padat (C3) = 0,60
Rapat) = 100 meter
4. Permukiman Tidak padat (fk) = 1,50
d. Panjang Saluran Drainase Rencana
Menentukan luas daerah pengaliran dan
Parit 16 (Lihat Peta Pengaliran) = 580
koefisien pengaliran rata -rata ruas jalan Parit
meter
16 sebagai berikut :
e. Panjang Saluran Drainase Rencana
1. Jalan Aspal A1 = 3,00 x 290 m = 870
Parit 17 (Lihat Peta Pengaliran) = 678
m2
meter
2. Bahu Jalan A2 = 5,00 x 290 m = 1450
f. Kemiringan Jalan Aspal = 0,02 (2%)
m2
g. Kemiringan Bahu Jalan = 0,04 (4%)
3. Permukiman Tidak padat A3 = 3,00 x 290
h. Kemiringan Perumahan = 0,05 (5%)
m = 29000 m2
4.2 ANALISA DEBIT RENCANA
(OBSERVATION AREA) Koefisean pengaliran rata-rata :
Analisa debit banjir rencana
(C1 .A1 + C2 .A2 + C3 .A3) . fk
(Observation Area) adalah perhitungan yang C =
A1 + A2 + A3
terjadi pada daerah observasi, yang
menggunakan data curah hujan lokal dari (0,9 .870 + 0,65 . 1450 + 0,6 . 2900) . 1,5
C =
stasiun terdekat, yakni stasiun curah hujan 870 + 1450 + 29000
tembilahan.
C = 0,92
4.2.1 ANALISA HIDROLOGI
4.2.1.1 Perhitungan Data Curah Hujan 4.2.1.4 Perhitungan Waktu Konsentrasi
Data curah hujan yang digunakan dalam (Tc)
perencanaan ini adalah data curah hujan Direncanakan Koefisien hambatan (nd) dan
yang bersumber dari Dinas Tanaman Pagan, kecepatan Aliran (V) berdasarkan tabel 2.11
Holtikultura dan Perternakan Kabupaten Drainase Jalan Parit 15 - 16
Indragiri Hilir sesuai dalam lampiran laporan 1. Jalan Aspal = 0,013
ini. Berdasarkan data-data yang diperoleh 2. Bahu Jalan Timbunan Tanah = 0,100
berkaitan dengan perencanan sistem 3. Perumahan Licin dan Kedap Air = 0,020
drainase Jalan Sungai Beringin Kecamatan

Perencanaan Sistem Drainase....(M.Gasali M. et al.) 141


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

4. Kecepatan aliran Beton Bertulang (V) = 1. Drainase ruas jalan Parit 16


1,5 C = 0,916
5. Panjang Rencana Drainase ½ L = 480 / 2 I = 127,936 mm/jam ( Periode Ulang 5
= 290 meter Tahun )
2
T Aspal = ( 𝑥 3,28 𝑥 (3 + 5,00 ) 𝑥
0,013 0,167
) A = 0,03132 Km2
3 √0,02
Berdasarkan Buku Teknik Perhitungan Debit
= 1,083 Menit Rencana Bangunan Air
T Aspal
2
= ( 𝑥 3,28 𝑥 5,00 𝑥
0,013
) 0,167 Qrencana= 0,278 . C . I . A
3 √0,02
= 0,278 . 0,916 . 127,936 .
= 1,328 Menit 0,03132
2 0,02
T Perumahan = ( 𝑥 3,28 𝑥 100 𝑥 ) 0,167 = 1,020 M3/dt
3 √0,05
= 1,643 Menit
2. Drainase ruas jalan Parit 17
T1 =T Aspal
+ TBahu + T Perumahan C = 0,916
= 1,083 + 1,328 + 1,643 I = 121,927 mm/jam ( Periode Ulang 5
= 4,054 menit Tahun )
𝐿 290 A = 0,03661 Km2
T2 = = = 3, 222 menit
60 𝑥 𝑉 60 𝑥 1,5 Berdasarkan Buku Teknik Perhitungan Debit
Jadi Waktu Konsentrasi adalah Tc = T1 + T2 Rencana Bangunan Air
adalah 4,054 + 3,222 = 7,276 Menit Qrencana = 0,278 . C . I . A
= 0,278 . 0,916 . 121,927 .
Tabel 2 Waktu Konsentrasi Tc tiap masing - 0,03661
masing rencana saluran drainase = 1,137 M3/dt
Pjg. Saluran Tc = T1 (Menit) + T2 Tebel 6 Pehitungan Debit Rencana
Lokasi Drainase T1 (Menit) T2 (Menit)
(m) (Menit) I A Q Rencana
No Lokasi Drainase C
(mm/jam) (km2) (m3/Detik)
Ruas Jalan Parit 16 290 4,054 3,222 7,276
1 Ruas jalan Parit 16 0,278 0,916 127,94 0,0313 1,020
Ruas Jalan Parit 17 339 4,054 3,767 7,820
2 Ruas jalan Parit 17 0,278 0,916 121,93 0,0366 1,137

Debit Rencana yang didapat akan digunakan


4.2.1.5 Perhitungan Intensitas Curah untuk mendesain dimensi saluran untuk
Hujan mendapatkan dimensi saluran dalam
Dicoba Tc = 20 menit = 20/60 = 0,333 Jam perencanaan drainase.
𝑅24 24 2/3
I2 = .( )
24 𝑡𝑐
71,746 24 0,667 4.2.2 ANALISA HIDRAULIKA
= . ( ) 4.2.2.1 Perhitungan Dimensi Saluran
24 0,33
= 51,738 mm/jam Drainase
perhitungan dimensi saluran drainase ruas
Tabel 3 Hasil Perhitungan Metode Mononobe jalan Parit 16 diketahui data - data sebagai
dengan Tc = 7,276 Menit Parit 16 berikut :
TC Intensitas Curah Hujan (mm/jam) Dimensi Saluran Koef. Ambang
Q rencana V P R Kontrol h Q
No. Saluran Drainase A b h hambatan SRencana Bebas total saluran
3 2
S Saluran
Menit I2 I5 I10 I20 I25 I50 I75 I100 (m /dt ) (m/dt) (m ) (m) (m) (n) (m) (m) W (m) (m) (m3/dt)

R24 71,746 90,410 104,842 118,682 123,074 136,599 144,461 150,027 1 Ruas jalan Parit 16 1,020 1,20 0,85 1,00 0,85 0,013 2,70 0,31 0,0011 0,0011 0,65 1,50 1,020

7,276 101,525 127,936 148,357 167,943 174,156 193,296 204,420 212,297 2 Ruas jalan Parit 17 1,137 1,20 0,95 1,00 0,95 0,013 3,89 0,24 0,0016 0,0016 0,69 1,64 1,137

Tabel 4 Hasil Perhitungan Metode Mononobe


4.3 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
dengan Tc = 7,820 Menit Parit 17
Rencana anggaran biaya (RAB) adalah tolak
TC Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
ukur dalam perencanaan pembangunan, baik
Menit I2 I5 I10 I20 I25 I50 I75 I100 rumah tinggal, ruko, rukan maupun gedung
lainya. Dengan RAB kita dapat mengukur
R24 71,746 90,410 104,842 118,682 123,074 136,599 144,461 150,027
kemampuan materi dan mengetahui jenis-
7,820 96,756 121,927 141,389 160,055 165,977 184,217 194,819 202,325 jenis material dalam pembangunan, sehingga
biaya yang kita keluarkan lebih terarah dan
sesuai dengan yang telah direncanakan.
4.2.1.6 Perhitungan Debit Rencana
Debit Rencana dihitung dengan
4.3.1 Data Perencanaan Perhitungan
menggunakan data-data hasil analisis
Secara umum data yang digunakan untuk
sebelumnya, yaitu Nilai Koefisien tata guna
perhitungan rencana anggaran biaya (RAB)
lahan (C), Intensitas Hujan (I), dan Nilai Luas
adalah sebagai berikut :
Catchment Area (A).

142 Jurnal Selodang Mayang, Vol. 6 No. 3, Desember 2020


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

1. Analisa pekerjaan mengunakan data melimpas keluar dari penampang


daftar analisa pekerjaan proyek sungai.
Kabupaten Indragiri Hilir. 5. Dari hasil perhitungan maka diperoleh
2. Harga satuan upah & bahan mengunakan total biaya rencana anggaran biaya
data Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan saluran drainase ruas jalan parit 16
Ruang (PUPR) Kabupaten Indragiri Hilir. sebesar = Rp. 3,219,594,000.00 ( Tiga
Rencana Angaran Biaya (RAB) ruas jalan Parit Milyar Dua Ratus Sembilan Belas Juta
15 menuju Parit 16 panjang rencana = 580 Lima Ratus Sembilan Puluh Empat Ribu
m dan ruas jalan Parit 16 menuju Parit 17 Rupiah ) dan saluran drainase ruas jalan
panjang rencana = 678 m Sebelah Kanan parit 17 sebesar = Rp.
dan kiri sebagai berikut : 3,859,080,000.00 ( Tiga Milyar
Tabel 7 Total Rekapitulasi Rencana Angaran Delapan Ratus Lima Puluh Sembilan Juta
Biaya (RAB) Delapan Puluh Ribu Rupiah).
NO LOKASI SALURAN DRAINASE B I A Y A (Rp) Jumlah total rencana anggaran biaya
perencanaan saluran drainase parit 16
1 2 3 dan parit 17 sebesar = Rp.
A Parit 15 Menuju Parit 16 Panjang 580 m
7,078,674,000 ( Tujuh Milyar Tujuh
1. Saluran Sebelah Kanan Rp 1.609.797.000,00 Puluh Delapan Juta Enam Ratus Tujuh
2. Saluran Sebelah Kiri Rp 1.609.797.000,00 Puluh Empat Ribu Rupiah).
Rp 3.219.594.000,00
B Parit 16 Menuju Parit 17 Panjang 678 m
1. Saluran Sebelah Kanan Rp 1.929.540.000,00 DAFTAR PUSTAKA
2. Saluran Sebelah Kiri Rp 1.929.540.000,00
Rp 3.859.080.000,00
[1] Bambang Triatmojo, 2008, Hidrologi
JUMLAH Rp 7.078.674.000,00 Terapan, Penerbit : Beta Offset,
PPN 10% Rp 707.867.400,00 Yogyakarta.
JUMLAH TOTAL
DIBULATKAN
Rp
Rp
7.786.541.400,00
7.786.541.400,00
[2] Dedi Kusnadi Kalsim, 2010, Teknik
Drainase Bawah Permukaan Untuk
5. KESIMPULAN Pengembangan Lahan Pertanian,
Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat Penerbit : Graha Ilmu, Yogyakarta.
disimpulkan sebagai berikut : [3] Departemen Pekerjaan Umum,
1. Pada perencanaan sistem drainase hasil Perencanaan Sistem Drainase Jalan,
perhitungan diketahui debit saluran (Q) Pd. T-02-2006-B, Pedoman Konstruksi
ruas jalan parit 16 = 1,020 M3/dt, dan dan Bangunan, 2006.
ruas jalan parit 17 = 1,137 M3/dt [4] Direktorat Jenderal Bina Marga, Dasar-
2. Perencanan dimensi saluran pada ruas dasar perencanaan drainase jalan,
jalan parit 16 STA 0 + 580 direncanakan Modul RDE-07, Dep. PU, 2005
drainase persegi empat digunakan beton [5] Dipo Suryapraja. 2011. “ Perencanaan
bertulang sehingga dari analisa Sistem Drainase pada proyek
didapatkan kedalaman saluran (h) 0,85 Pembangunan Jalan Tol Surabaya-
meter, lebar saluran (b) 1,00 meter Mojokerto Seksi IA “.Tugas Akhir
dengan kemiringan 0,04 dan tinggi Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
jagaan 0,65 meter karena mengikuti Institut Teknologi Surabaya.
ketinggian air maksimum dan juga [6] Fitriansyah, Haris, Abdul, 2011, “
berfungsi untuk dijadikan sebagai Perencanaan Saluran Drainase Dalam
penahan tanggul jalan agar tidak Upaya Penanggulangan Banjir Jalan
tergerus ketika air pasang maksimal. Lingkar I Tembilahan”, Skripsi Sarjana
3. Dimensi saluran pada ruas jalan parit 17 Muda tak diterbitkan, Universitas Islam
STA 0 + 678 direncanakan drainase Indragiri.
persegi empat digunakan beton [7] Nasrullah, 2013, “Desain Perencanaan
bertulang sehingga dari analisa Drainase Perkotaan”, Tugas Besar
didapatkan kedalaman saluran (h) 0,95 Mahasiswa, Universitas Islam Indragiri.
meter, lebar saluran (b) 1,00 meter [8] Hasmar, HA.Halim. Drainase
dengan kemiringan 0,04 dan tinggi Perkotaan. UII Press. 2002.
jagaan 0,69 meter. Yogyakarta.
4. Perencanaan saluran drainase jalan [9] Hindarko, S. 1997. Drainase
Sungai Beringin Tembilahan tidak Perkotaan. Jakarta : Gunadarma.
memperhatikan debit akibat banjir [10] Kamiana, I Made, 2011, Teknik
kiriman dikarenakan banjir kiriman tidak Perhitungan Debit Rencana Bangunan
masuk dan berpengaruh besar terhadap Air. Yogyakarta : Graha Ilmu.
hilir sungai Indragiri, yang artinya tidak
menyebabkan air pada alur sungai

Perencanaan Sistem Drainase....(M.Gasali M. et al.) 143


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

[11] Kaimana, IM. 2011. Teknik Perhitungan


Debit Rencana Bangunan Air. Edisi
Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
[12] Linsley, RK. 1979. Teknik Sumber Daya
Air, di terjemahkan oleh Djoko
Sangsoko. Jakarta: Erlangga
[13] Luciana, Edijatno Dan Fifi Sofia . 2013.
Analisa Sistem Drainase Saluran
Kupang Jaya Akibat Pembangunan
Apartemen Puncak Bukit Golf di Kota
Surabaya. Jurnal Teknik Sipil Vol. 1
No.1 . Institut Teknologi Sepuluh
November . Surabaya.
[14] Minurulhuda. 2012 . Siklus Hidrologi.
[15] Pania, Kawet Dan Wuisan. 2013.
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan
Kampus Universitas Sam Ratulangi.
Jurnal Teknik Sipil. Vol 1 No.3.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
[16] Qurniawan, Andi Yarzis. 2009.
Perencanaan Sistem Drainase
Perumahan Jostoyo Permai RW II Kec.
Jateng Kab. Karanganyar. Skripsi.
Fakultas Teknik Program Studi Teknik
Sipil. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
[17] Riman, 2011. Evalwasi Sistem Drainase
Perkotaan Kawasan Kota Metropolis
Surabaya. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 19
No. 2.
[18] Rahayu, S. Et al. 2009. Monitoring air
daerah aliran sungai. Bogor, Indonesia.
World Agroforestery Centre –
Southeast Asia Regional Office. 104.
[19] Suripin, Dr. Ir., M.Eng. 2004. Sistem
Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan, Penerbit : ANDI,
Yogyakarta.
[20] Subarkah, 1.1990. Hidrologi Untuk
Perencanaan Bangunan Air. Idea
Dharma. Bandung.
[21] Sunggono Kh. 1995. Buku Teknik Sipil.
Bangunan : Nova.

144 Jurnal Selodang Mayang, Vol. 6 No. 3, Desember 2020

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy