Pengukuran Kesilindrisan Hasil Proses Pemotongan Mesin Bubut Untuk Mengetahui Kemampuan Mesin Menghasilkan Suatu Produk

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

JURNAL MANUTECH  9

PENGUKURAN KESILINDRISAN HASIL PROSES PEMOTONGAN


MESIN BUBUT UNTUK MENGETAHUI KEMAMPUAN MESIN
MENGHASILKAN SUATU PRODUK
Ariyanto1, Husman2
1,
Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
2
Teknik Elektro dan Informatika, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Kawasan Industri Air Kantung, Sungailiat - Bangka, 33211
Tel: 0717-93586, Fax: 0717-93585, Ariyanto2176@gmail.com

Abstract
The ability of machine tools to produce a product of good quality is needed by the industrial
industry that exists today. Industrial industries that use machine tools are not only industries that produce
products in the form of a tool or machine, machine tools are also widely used by industries or institutions
that serve machine repair and providers of skills training. The quality of the machine measured using the
geometry of the workpiece resulting from the machining process can be in the form of roundness,
cylindrecity, tapers and other geometric shapes. The use of machine tools that continue for several years
can result in a decrease in the ability of the machine to produce a product. The use of a long horizontal
doall lt13 lathe will produce a form of workpiece cylindricity that is not the same as the condition of the
the new machine tools, therefore testing activities are carried out by cutting the machine and seeing what
the cylindrical value of the specimen is capable of achieving . From the results of the testing that has been
carried out on a horizontal lathe as many as eight units, the values of cylindrical difference are different
for each machine. The highest value of cylindricity is produced by lathes with machine number 8 and the
smallest cylindrical value produced by lathes with machine number 3. The greatest tolerance is achieved
in the quality of IT (international tolerance) 11 tolerance and the lowest is achieved in IT tolerance quality
10.

Keyword : Turning Machine, cylindrecity, International Tolerance

Abstrak
Kemampuan mesin perkakas untuk meghasilkan suatu produk dengan kualitas baik sangat
dibutuhkan oleh industri industri yang ada sekarang ini. Industri industri yang menggunakan mesin
perkakas bukan hanya industri yang menghasilkan produk berupa suatu alat atau mesin, mesin-mesin
perkakas juga banyak digunakan oleh industri-industri atau institusi yang melayani perbaikan mesin dan
penyelenggara pelatihan-pelatihan keterampilan. Kualitas mesin yang diukur dengan menggunakan
bentuk geometri benda kerja hasil proses pemesinan dapat berupa ketidak bulatan, keselindrisan,
ketirusan dan bentuk-bentuk geometri lainnya. Penggunaan mesin perkakas yang terus menerus selama
beberapa tahun dapat mengakibatkan terjadi penurunan kemampuan mesin menghasilkan suatu produk.
Penggunaan mesin bubut horizontal doall lt13 yang telah lama akan menghasilkan suatu bentuk
kesilindrisan benda kerja yang tidak sama dengan kondisi ketika mesin masih baru, oleh karena itu maka
dilakukan suatu kegiatan pengujian dengan melakukan proses pemotongan pada mesin dan dilihat
berapakah nilai kesilindrisan benda uji yang mampu dicapai. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan
pada mesin bubut horizontal sebanyak delapan unit diperoleh nilai kesilindrisan yang berbeda beda pada
masing masing mesin. Tingkat kesilindrisan dengan nilai terbesar di hasilkan oleh mesin bubut dengan
nomor mesin 8 dan nilai kesilindrisan terkecil dihasilkan oleh mesin bubut dengan nomor mesin 3.
Toleransi terbesar dicapai pada kualitas toleransi IT( international tolerance) 11 dan terendah dicapai
pada kualitas toleransi IT 10.

Kata Kunci : Mesin bubut, kesilindrisan, international tolerance

Pengukuran Kesilindrisan Hasil Proses Pemotongan Mesin Bubut Untuk Mengetahui Kemampuan Mesin
Menghasilkan Suatu Produk (Ariyanto))
10 

1. PENDAHULUAN
Penggunaan mesin-mesin perkakas (Machine Tools ) seperti mesin frais , mesin bor, mesin
gerinda dan mesin bubut sudah banyak ditemukan di industri-industri menengah kebawah. Penggunaan
mesin perkakas ini banyak digunakan untuk membuat suku cadang-suku cadang yang berkualitas baik.
Mesin-mesin perkakas yang sudah sangat lama digunakan akan mengalami penurunan kemampuan
menghasilkan kualitas benda kerja dengan standar atau toleransi tertentu, hal ini dapat terjadi karena
sudah terjadi perubahan bentuk geometri mesin atau keausan yang terjadi, seperti penggunaan mesin
perkakas bubut horizontal DoAll LT 13 di politeknik manufaktur negeri bangka belitung yang telah
memasuki usia pakai selama 22 tahun. Hasil proses pemotongan atau pembentukan benda kerja di mesin
perkakas dapat dihasilkan oleh jenis dan kondisi alat potong yang digunakan, pemegang alat potong,
kecepatan potong ( Velocity cuting), kecepatan serta chipsection, Pemilihan material yang dipotong,
bentuk ukuran dan kekakuan benda kerja, peralatan yang digunakan untuk pencekaman, keterampilan
operator yang mengoperasikan [1]. Suatu komponen dikatakan mempunyai karakteristik geometrik yang
ideal jika mempunyai ukuran /dimensi yang teliti, bentuk yang sempurna dan permukaan yang halus
sekali [2].
Untuk mengetahui kemampuan mesin bubut selain dengan melakukan pengukuran kebulatan
pada benda hasil proses pemesinan misalnya pada hasil proses pemotongan benda kerja dengan
menggunakan mesin bubut manual atau CNC seperti yang dilakukan oleh Albertus.R, dkk [3]. Pengukuran
kesilindrisan juga dapat dilakukan untuk mengamati seberapa besar kemampuan suatu mesin
menghasilkan suatu produk dengan bentuk geometri serta ukuran toleransi dengan nilai tertentu.
Pengukuran kemampuan mesin untuk memperoleh benda kerja dengan bentuk geometri dan toleransi
yang dihasilkan oleh suatu peralatan menggunakan nilai kesilindrisan dilakukan oleh Erwansyah dengan
mecoba memotong benda kerja bentuk silindris dengan menggunakan mesin gerinda khusus (special
atachment) hasil rancangan yang dirakit pada cariage mesin perkakas bubut [4]. Pengukuran nilai
kesilindrisan hasil proses pemesinan pada mesin bubut juga dilakukan oleh Wahyu D.A, dkk yang melihat
pengaruh proses pemotongan pada mesin bubut dengan melakukan kombinasi dari beberapa parameter
proses pemotongan [5]. Kesilindrisan adalah suatu harga yang dapat dihitung berdasarkan profil
kebulatan relatif. terhadap lingkaran referensinya [2]. Gambar 1 menunjukan tentang toleransi
kesilindrisan dan penggunaannya

Gambar 1. Toleransi kesilindrisan dan penggunaannya

Nilai kesilidrisan dapat dihitung dengan menggunakan nilai hasil pengukuran kebulatan.
Pengukuran kebulatan suatu benda dapat dilakukan dengan berbagai macam metoda. Salah satu metoda
yang dilakukan adalah menggunakan dial indikator, seperti pengukuran kebulatan benda uji hasil proses
bubut CNC [6] dan hasil pemotongan mesin bubut manual (Emil dwiyono, 2014). Metoda pengukuran
kebulatan dengan menggunakan dial iindikator dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengukuran kebulatan dengan menggunakan dial indikator dan block V

JURNAL MANUTECH Vol.10, No.2, Desember 2018: 10 – 69


JURNAL MANUTECH  11

Untuk mengetahui kemampuan mesin bubut horizontal Doall Lt 13 membubut benda kerja maka
dilakukan pengujian kesilindrisan hasil proses pemotongan. Hasil proses pemotongan tersebut diukur
pada beberapa titik melingkar (derajat) dan pada beberapa posisi sejajar sumbu benda uji. Dari hasil
pengukuran akan dipereroleh berapa besar nilai kesilindrisan yang dicapai oleh mesin bubut Horizontal
Doall LT13.

2. METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah terstruktur sehingga
hasil yang diharapkan dapat terpenuhi dengan tingkat kesalahan sekecil mungkin. Langkah-langkah
penelitian dapat dilihat pada gambar 3.

Mulai

Studi literatur Identifikasi masalah

Persiapan mesin dan alat

Proses pemesinan

Pengukuran kebulatan

Analisa data kesilindrisan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. Diagram flow chart metoda penelitian yang digunakan

Proses penelitian menggunakan mesin dan peralatan sebagai berikut :


1. Mesin bubut horizontal Doall Lt13
2. Benda uji yang terbuat dari Baja lunak dengan ukuran diameter benda uji sebesar 30 mm dan
panjang benda uji sebesar 200 mm
3. Alat potong yang terbuat dari bahan carbide dengan radius ujung mata potong sebesar 0,8 mm
4. Bangku senter dan clam
5. Alat periksa Dial indicator (1/1000 mm)
Proses pemotongan benda kerja dilakukan
1. Pencekaman benda uji yang dipotong adalah dengan menggunakan metoda pencekaman chuck
tanpa center, dan chuck yang digunkan adalah chuck jenis rahang tiga
2. putaran spindle yang digunakan adalah 1000 rpm
3. Kedalaman pemotongan menggunakan dua nilai kedalaman yang terdiri dari kedalaman sebesar 0,4
mm dan kedalaman sebesar 0,04 mm,
4. Kecepatan makan (feeding) untuk proses pemotongan benda uji digunakan sebesar 0.077mm/put.

Pengukuran Kesilindrisan Hasil Proses Pemotongan Mesin Bubut Untuk Mengetahui Kemampuan Mesin
Menghasilkan Suatu Produk (Ariyanto))
12 

Gambar 4 Proses pemotongan benda uji pada mesin bubut Doall LT 13 di lab mekanik Politeknik
manufaktur negeri bangka belitung

Untuk mendapatkan nilai keselindrisan benda uji yang telah dipotong dilakukan pengukuran
kebulatan pada beberapa titik yang telah ditentukan. Titik titik tersebut akan mewakili bentuk geometri
benda uji. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat bantu bench center dan dial indicator.. Titik
dan posisi daerah pengukuran benda uji dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Posisi pengukuran benda uji hasil bubutan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Benda uji yang telah disiapkan dilakukan proses pemotongan dengan menggunakan parameter-
parameter yang telah ditentukan. Masing-masing benda uji yang telah dipotong oleh mesin bubut dengan
nomor 1, nomor 2, nomor 3, nomor 5, nomor 6, nomor 7 dan nomor 8 diukur pada posisi 1 sampai posisi
ke-6. Pada maasing-masing posisi diukur melingkar dengan pergeseran masing-masing titik pengukuran
sebesar 10°. Hasil pengukuran yang telah dilakukan kemudian dihitung dan dianalisa berapa besar nilai
kesilindrisan yang terjadi. Dari hasil pengukuran beberapa posisi dan titik tersebut diamati dan dihitung
selisih dari nilai tertinggi dari nilai titik terbesar dan titik terkecil. Nilai selisih hasil perhitungan merupakan
nilai kesilindrisan yang terjadi pada benda kerja yang dihasilkan. Hasil perhitungan kesilimdrisan pada
setiap benda kerja yang dihasilkan oleh mesin bubut dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Nilai keselindrisan hasil proses pembubutan


No mesin Bu 2 Bu3 Bu5 Bu6 Bu7 Bu8
Nilai kesilindrisan (μm) 56 54,6 80,3 68,3 69,6 111,6

Nilai hasil pengukuran keselindrisan selanjutnya di plot kedalam grafik yang dapat dilihat pada
gambar 6.

JURNAL MANUTECH Vol.10, No.2, Desember 2018: 12 – 69


JURNAL MANUTECH  13

120

Kebulatan benda kerja (μm)


100
80
60
40
nilai kesilindrisan
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nomor mesin

Gambar 6. Grafik hasil pengukuran keselindrisan

Grafik di atas memperlihatkan hubungan antara nomor mesin dengan kesilindrisan benda uji,
dari hubungan tersebut dapat dilihat bahwa semua mesin yang digunakan menghasilkan benda uji dengan
nilai kesilindrisan yang berbeda-beda. Nilai kesilindrisan terbesar di hasilkan oleh mesin bubut dengan
nomor mesin 8 dan nilai kesilindrisan terkecil dihasilkan oleh mesin bubut dengan nomor mesin 3.
Berdasarkan tabel iso standard tentang toleransi dapat dilihat toleransi terbesar dicapai pada kualitas
toleransi IT( international tolerance) 11 dan terendah dicapai pada kualitas toleransi IT 10.

4. SIMPULAN
Setelah melakukan pengujian pada tujuh unit mesin bubut type lt 13 yang telah digunakan sejak
lama kurang lebih 22 tahun menun jukan kemampuan mesin untuk memproduksi benda hasil bubutan
yang berbeda-beda hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor perlakuan yang berbeda pada mesin.
Nilai kesilindrisan yang dihasilkan dapat digunakan untuk membuat suatu benda kerja latihan mahasiswa
atau suku cadang mesin dengan tingkat toleransi yang dicapai pada range T 10 dan T 11. Untuk
mendapatkan nilai toleransi T 11 bisa menggunakan mesin bubut dengan no mesin 8 dan untuk
mendapatkan toleransi T 10 dapat menggunakan mesin bubut dengan nomor mesin 3, nomor mesin 2,
nomor mesin 6, nomor mesin 7 dan nomor mesin 5.

DAFTAR PUSTAKA
[1] George Schelesinger, Testing Machine Tools. London: The Machining Publishing Co, 1970.
[2] Taufic Rochim, Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geometrik 1, Bandung : ITB, 2001.
[3] Albertus Rianto, Veky M Fikri, Nasril, “Pengaruh Sumber Kesalahan Sumbu Spindle Pada Mesin Bubut
CNC Dengan Metoda Uji Pemotongan”, Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin
XVI,Surabaya, 5-6 Oktober 2017.
[4] Erwansyah, “Pengaruh Kecepatan Pemakanan dan Kedalaman Pemotongan terhadap Kekasaran
Permukaan dan Kebulatan Hasil Penggerindaan Menggunakan Alat Bantu Khusus(Special
Attachment) Penggerindaan di Mesin Bubut”, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan, Volume
1A.No.1, Oktober 2013.
[5] Wahyu Dwi Anggoro, Endi Sutikno Erwin Sulistyo, “Pengaruh Ratio R/L Dan Cutting Speed Terhadap
Kesilindrisan Benda Kerja Hasil Finishing Pada Proses Pembubutan Tirus Divergen Dengan Bahan
Alumunium 6061”, Jurnal Kosentrasi Teknik Produksi, Universitas Brawijaya.
[6] Muhamad Yanis, “Analisis Profil Kebulatan Untuk Menentukan Kesalahan Geometrik pada
pembuatan Komponen Menggunakan Mesin Bubut CNC”, ejournal unsri, vol 19, no 1, 2013.

Pengukuran Kesilindrisan Hasil Proses Pemotongan Mesin Bubut Untuk Mengetahui Kemampuan Mesin
Menghasilkan Suatu Produk (Ariyanto))

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy