Pencegahan Kelahiran Stunting Dengan Peningkatan Pengetahuan Risiko Pernikahan Dini Di Desa Bandarasri Kabupaten Mojokerto
Pencegahan Kelahiran Stunting Dengan Peningkatan Pengetahuan Risiko Pernikahan Dini Di Desa Bandarasri Kabupaten Mojokerto
Pencegahan Kelahiran Stunting Dengan Peningkatan Pengetahuan Risiko Pernikahan Dini Di Desa Bandarasri Kabupaten Mojokerto
Abstract
Stunting is one of the nutritional problems in children that is of global concern, especially in
lower-middle income countries. According to the World Health Organization (WHO), stunting is a
developmental disorder in children caused by poor nutrition, repeated infections, and inadequate
psychosocial simulation. In 2021, the stunting prevalence rate in Mojokerto Regency reach 27.4%. This
raises much concerns to reduce stunting rates. The purpose of community service in the form of the
Thematic Student Community Service - Independent Learning-Independent Campus (MBKM) program is
to increase public knowledge about the risks of early marriage as an effort to prevent stunting. The method
used is socialization where participants consisted of 37 people between 13 and 20 years of age who were
residents of Bandarasri Village. Based on the survey results, the percentage obtained shows a decrease in
the number on the indicator "very interested" in early-age marriage from 18.9% to 13.5%. Based on these
percentages, it can be concluded that the socialization carried out by KKN students of UPN "Veterans"
Jawa Timur had an impact on reducing the risk of early marriage for teenagers in Bandarasri Village,
Ngoro District, Mojokerto Regency.
Keywords—stunting prevention, risk knowledge, early-age marriage, Bandarasri village, Mojokerto
district
Abstrak
Stunting adalah salah satu permasalahan gizi pada anak yang menjadi perhatian dunia, terutama
di negara – negara berpenghasilan menengah ke bawah. Menurut World Health Organization (WHO),
stunting merupakan gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi yang
berulang, dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Pada tahun 2021 angka prevalensi stunting di
Kabupaten Mojokerto mencapai 27,4%, hal ini menimbulkan kekhawatiran yang membuat upaya
penurunan angka stunting lebih digencarkan. Tujuan dari pengabdian masyarakat dalam bentuk program
Kuliah Kerja Nyata Tematik MBKM Desa Bebas Stunting adalah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai risiko pernikahan usia dini sebagai upaya pencegahan stunting. Metode yang
digunakan adalah metode sosialisasi di mana partisipan terdiri dari 37 orang yang merupakan warga
Desa Bandarasri dengan usia mulai dari 13 - 20 tahun. Berdasarkan hasil survei, persentase yang didapat
menunjukkan penurunan angka pada indikator “sangat minat” menikah di usia dini dari 18,9% menjadi
13,5%. Berdasarkan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh
mahasiswa KKN UPN “Veteran” Jawa Timur cukup berdampak untuk mengurangi risiko pernikahan dini
bagi remaja di Desa Bandarasri, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto.
Kata kunci—pencegahan stunting, pengetahuan risiko, pernikahan usia dini, Desa Bandarasri, Kabupaten
Mojokerto
berdampak pada status gizi anaknya. yang terlibat meliput perangkat desa,
Selain itu, pernikahan dini juga karang taruna setempat dan narasumber
berpotensi menimbulkan kemiskinan yang direcanakan. Setelah mengetahui
baru sebab dengan ketidaksiapan kondisi umum dan beberapa faktor
ekonomi akan menambah beban berat utama masalah yang diinginkan, materi
ekonomi dengan bertambahnya beban disusun bersama. Tahap persiapan juga
keluarga [10]. mencakup perizinan, tempat
Proporsi perkawinan usia dini di berlangsung, dan pencocokan jadwal
Indonesia masih tinggi yakni 46,7% dari pihak terkait.
total perkawinan [8]. Berdasarkan data Kemudian, survei minat terhadap
dari Kantor Urusan Agama (KUA) pernikahan dini dilakukan. Kuesioner
Kecamatan Ngoro, dalam kurun waktu 3 disebar kepada para remaja usia SMP
tahun terakhir di Desa Bandarasri dan SMA untuk diisi sebelum sosialisasi
ditemukan 3 kasus pernikahan dini dimulai. Setelah itu, sosialisasi dapat
dengan usia termuda adalah 16 tahun. dilaksanakan. Adapun narasumber
Oleh karenannya kampanye resiko sosialisasi adalah Bidan Puskesmas
pernikahan dini perlu digalakkan. Pembantu Desa Bandarasri dan Kaur
Sosialisasi Risiko Pernikahan Dini Keagamaan Desa Bandarasri. Sosialisasi
merupakan salah satu kebutuhan bagi dihadiri oleh Kepala Desa Bandarasri,
masyarakat terutama remaja yang Sekretaris Desa Bandarasri, dan peserta
sedang menempuh jenjang Pendidikan yang merupakan remaja usia 13 sampai
SMP/SMA. Remaja di Desa Bandarasri, dengan 20 tahun. Peserta yang datang
Kecamatan Ngoro, Kabupaten dibatasi hingga 50 orang saja, mengingat
Mojokerto dapat mengetahui dampak sosialisasi dilaksanakan pada masa
dari pernikahan dini yang salah satunya pandemi COVID-19 dengan status
adalah meningkatkan risiko kelahiran PPKM pada level 1 di Kabupaten
stunting. Dengan adanya sosialisasi ini Mojokerto. Lokasi sosialisasi
diharapkan dapat meningkatkan dilaksanakan di Pendopo Balai Desa
pemahaman dan kesadaran remaja di Bandarasri yang cukup luas.
Desa Bandarasri untuk tidak melakukan Setelah sosialisasi terlaksana,
pernikahan dini sehingga dapat peserta diberikan kuesioner sebagai
mencegah terjadinya kelahiran stunting perbandingan efektivitas sosialisasi.
di Desa Bandarasri. Kuesioner yang telah diisi kemudian
Tujuan dari pengabdian kepada dikumpulkan untuk kemudian
masyarakat ini adalah meningkatkan direkapitulasi. Hasil rekapitulasi
pengetahuan masyarakat mengenai kemudian di-review bersama sebagai
stunting, serta mengedukasi masyarakat penilaian tingkat efektivitas sosialisasi
tentang risiko pernikahan dini sebagai yang sudah dilakukan.
upaya pencegahan stunting.
2. SMA 10 27
3. SMK 17 45.9
4. Mahasiswa 2 5.4
5. Bekerja 5 13.5
1. < 19 tahun 27 73
2. > 19 tahun 10 27
Hasil Survei