The Correlation Between Breastfeeding Techniques and Risk of Mastitis at Kemuning Village of Arjasa Distrincts Jember Regency
The Correlation Between Breastfeeding Techniques and Risk of Mastitis at Kemuning Village of Arjasa Distrincts Jember Regency
The Correlation Between Breastfeeding Techniques and Risk of Mastitis at Kemuning Village of Arjasa Distrincts Jember Regency
Abstract
The risk of mastitis is one of the problems that occurred during the breastfeeding process which
affect the success of breast-milk. One of the factors that can increase the risk of mastitis is
breastfeeding techniques. The aim of this study was to analyze the relationship between
breastfeeding techniques and risk of mastitis in Kemuning village Arjasa districts, Jember. This
research used an analytic survey design with cross sectional method. The subjects of this study
were breastfeeding’s mother who have infants age 0-6 months in Kemuning village. The sampling
technique was a total sampling consist of 57 respondents. The instrument used observation sheet of
breastfeeding techniques and questionnaires of mastitis risk. Result showed 36 respondents
(63,2%) have feeding techniques in enough categories and 26 respondents (45,6%) have middle
risk of mastitis. The analysis based on statistical chi square by using CI=95% showed p value =
0,005 (p value<α=0,05). It means that there was correlation between breastfeeding techniques and
the risk of mastitis. A better breastfeeding techniques will decrease the risk of mastitis. Health
worked need to improve the implementation of programs to provide information to mothers about
breastfeeding technique and the risk of mastitis.
Abstrak
Risiko mastitis merupakan salah satu masalah yang terjadi selama proses menyusui yang mempengaruhi
keberhasilan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
mastitis adalah teknik menyusui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara
teknik menyusui dan risiko terjadinya mastitis di Desa Kemuning Kecamatan Arjasa Jember. Desain
penelitian adalah survey analitik dengan metode cross sectional. Responden adalah ibu menyusui yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Kemuning. Teknik sampling menggunakan total sampling dengan 57
responden. Instrumen penelitian berupa lembar pengamatan teknik menyusui dan kuesioner risiko terjadinya
mastitis. Hasil penelitian menunjukkan 36 responden (63,2%) memiliki teknik menyusui dalam kategori
cukup dan 26 responden (45,6%) mengalami risiko sedang terjadinya mastitis.Hasil uji chi square
menggunakan CI=95% menunjukkan p value=0,005 (p value<α=0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan
antara teknik menyusui dengan risiko terjadinya mastitis. Teknik menyusui yang semakin baik akan
mengurangi risiko terjadinya mastitis. Tenaga kesehatan perlu meningkatkan pelaksanaan program untuk
memberikan informasi pada ibu tentang teknik menyusui dan risiko terjadinya mastitis.
sekitarnya sebelum dan sesudah menyusui, bayi tidak keadilan,dan asas kemanfaatan.
di posisikan menempel pada perut ibu, sehingga
telinga dan lengan bayi tidak terletak dalam satu garis
Hasil Penelitian
lurus. Ketika akan berhenti menyusui, ibu tidak
Karakteristik Responden
memasukkan jari kelingking kedalam mulut bayi
Tabel 1. Distribusi Rerata Karakteristik ibu dan bayi di
namun ibu langsung menarik payudara keluar dari Desa Kemuning Berdasarkan Umur dan
mulut bayi. Hasil wawancara Berat Badan Lahir (n=57)
Rata- Minimal-
menunjukkan dari tujuh ibu tersebut, terdapat tiga ibu Karakteristik SD
yang hanya menyusui pada salah satu rata maksimal
payudara dikarenakan lebih nyaman pada posisi Umur Ibu 25,9 17-40 5,9
tersebut dan ibu tidak memerah air susu ketika (tahun)
payudara terasa penuh namun bayi sudah Umur Bayi 2,9 1-5 1,6
kenyang. (bulan)
Data dari tujuh ibu tersebut terdapat tiga BB Lahir 2984,2 1600-4000 466,6
ibu yang mengatakan pernah mengalami puting Bayi (gram)
BB Bayi
lecet, nyeri, saluran payudara tersumbat, teraba Sekarang 6098,2 3500-9400 1211,7
benjolan-benjolan di payudara, dan payudara bengkak (gram)
serta terdapat dua ibu yang mengatakan mengalami
gejala-gejala tersebut ditambah dengan payudara Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik ibu di Desa
berwarna merah, teraba keras, keluar nanah dan darah, Kemuning berdasarkan Agama,
serta sakit pada seluruh tubuh seperti sedang flu. Dua pendidikan terakhir, dan suku (n=57)
ibu yang lain mengatakan tidak mengalami masalah Karakteristik Jumlah Persentase
pada payudara selama menyusui. Tiga dari 10 ibu yang (%)
diambil datanya memiliki teknik menyusui yang Agama
tepat setelah peneliti melakukan observasi teknik Islam 57 100,0
Pendidikan Terakhir
menyusui. Dua ibu mengatakan mengalami masalah a. Tidak Sekolah 5 8,8
pada payudara selama menyusui dan satu ibu tidak b. SD 25 43,9
mengalami gangguan sama sekali. Berdasarkan c. SMP 12 21,1
d. SMA 11 19,3
permasalahan diatas maka peneliti ingin menganalisis
e. PT 4 7
hubungan teknik menyusui dengan risiko terjadinya Suku
mastitis. a. Jawa 13 22,8
b. Madura 44 77,2
Metode Penelitian Total 57 100,0
Metode penelitian ini adalah survei analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar
Populasi penelitian ini adalah 57 ibu menyusui yang responden merupakan ibu rumah tangga dengan
memiliki bayi usia 0-6 bulan. Sampel penelitian adalah jumlah 45 responden (78,9%). Pendapatan keluarga
57 ibu dengan menggunakan teknik total sampling. responden per bulan yang < UMR sejumlah 51
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kemuning responden (89,5%). Keseluruhan responden
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Penelitian berjumlah 57 responden menggunakan BH yang
dilakukan pada bulan September 2015 sampai Juni tidak ketat. Jumlah responden yang telah memiliki
2016. Waktu ini dimulai dari pembuatan proposal, anak lebih dari satu (multipara) berjumlah 39
proses penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi responden (68,4%). Sebagian besar bayi berjenis
hasil penelitian. Pengambilan data primer dilakukan kelamin laki-laki berjumlah 35 bayi (61,4%) dan
pada bulan Mei 2016. yang berjenis kelamin perempuan beerjumlah 22
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini bayi (38,6%).
menggunakan lembar observasi teknik menyusui dan
kuesioner risiko terjadinya mastitis yang telah diuji
validitas dan reliabilitas sebelumnya dengan r tabel
0,957 untuk kuesioner risiko terjadinya mastitis.
Analisis data menggunakan uji chi-square dengan
tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Etika penelitian ini
adalah informed concent, kerahasiaan,
b. ≥ 1.629.000 6 10,5
Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa
Kondisi BH
sejumlah 38 responden (66,7%) memiliki
Tidak Ketat 57 100,0 langkah-langkah menyusui dalam kategori
Paritas cukup, dan sejumlah 19 responden (33,3%)
a. Primipara 18 31,6
b. Multipara 39 68,4 memiliki langkah-langkah menyusui dalam
Jenis Kelamin Bayi kategori baik.
a. Laki-laki 35 61,4
22 38,6 Risiko Terjadinya Mastitis
b. Perempuan Tabel 7. Distribusi data responden menurut risiko
Total 57 100,0 terjadinya mastitis di Desa Kemuning
Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa (n=57)
Persentase
sebagian besar responden merupakan ibu rumah tangga No. Risiko Mastitis Jumlah
dengan jumlah 45 responden (78,9%). Pendapatan (%)
1. Risiko sedang 26 45,6%
keluarga responden per bulan yang 2. Risiko rendah 31 54,4%
< UMR sejumlah 51 responden (89,5%). Keseluruhan Total 57 100,0%
responden berjumlah 57 responden menggunakan BH Berdasarkan tabel 7. menunjukkan data bahwa
yang tidak ketat. Jumlah responden yang telah sejumlah 26 responden (45,6%) mengalami risiko
memiliki anak lebih dari satu (multipara) berjumlah 39 sedang terjadinya mastitis, dan sejumlah 31
responden (68,4%). Sebagian besar bayi berjenis responden (54,4%) mengalami risiko rendah
kelamin laki-laki berjumlah 35 bayi (61,4%) dan yang terjadinya mastitis. Sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan beerjumlah 22 bayi sejumlah 24 responden (42,1%) mengalami puting
(38,6%). lecet, 20 responden (35,1%) mengalami bendungan
ASI, 10 responden (17,5%) mengalami
Teknik Menyusui mastitis, dan 3 responden (5,3%) mengalami
Tabel 4. Distribusi data responden menurut teknik sumbatan saluran payudara.
menyusui di Desa Kemuning (n=57)
Persentase
No. Teknik Menyusui Jumlah
(%)
1. Cukup
36 63,2% Hubungan Teknik Menyusui dengan Risiko
2. Baik 21 36,8% Terjadinya Mastitis pada Ibu Menyusui di
Total 57 100,0% Desa Kemuning Kecamatan Arjasa
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa Kabupaten Jember
sejumlah 36 responden (63,2%) memiliki teknik Tabel 8. Analisis Hubungan Teknik Menyusui dengan Risiko
menyusui dalam kategori cukup, dan 21 Terjadinya Mastitis pada Ibu menyusui di
responden (36,8%) memiliki teknik menyusui Desa Kemuning (n=57)
Total 57 100,0%
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa teknik payudara ibu ketika menyusui. Jika puting susu ibu
menyusui dalam kategori cukup berjumlah 36 dalam keadaan luka lecet maka akan meningkatkan
responden dengan jumlah tinggi adalah risiko sedang infeksi bakteri.Jenis pekerjaan tertinggi diantara
terjadinya mastitis berjumlah 22 responden (38,6%) responden adalah ibu rumah tangga (IRT) yang
dan jumlah rendah adalah risiko rendah terjadinya berjumlah 45 responden (78,9%). Tingkat
mastitis berjumlah 14 responden (24,6%). Teknik pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi ibu
menyusui dalam kategori baik berjumlah 21 responden untuk lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Hal
dengan jumlah tinggi adalah risiko rendah terjadinya ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
mastitis berjumlah 17 responden (29,8%) dan jumah berhubungan dengan kesempatan
rendah adalah risiko sedang terjadinya mastitis memperoleh lapangan pekerjaan seseorang [17].
berjumlah 4 responden (7,0%). Sebagian besar responden memiliki
Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p pendapatan keluarga < Upah Minimum Regional
value sebesar 0,005, maka nilai p value < α (0,05) (UMR) Kabupaten Jember, yaitu Rp
sehingga Ho ditolak dan dapat disimpulkan ada 1.629.000 berjumlah 51 responden (89,5%).
hubungan antara teknik menyusui dengan risiko Pendapatan keluarga per bulan berhubungan dengan
terjadinya mastitis pada ibu menyusui (CI 95%). Dari jenis pekerjaan yang dimiliki responden. Sebagian
hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) besar responden merupakan ibu rumah tangga,
=6,679, artinya ibu menyusui yang memiliki teknik hanya suami yang bekerja sehingga pendapatan per
menyusui cukup akan berisiko lebih tinggi terhadap bulan kurang. Pendidikan yang rendah dapat
terjadinya mastitis sebesar 6,679 kali lipat mempersempit kesempatan untuk bekerja sehingga
dibandingkan ibu menyusui yang memiliki teknik ibu memilih untuk tinggal di rumah.
menyusui baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keseluruhan responden yang berjumlah 57 ibu
Pembahasan (100,0%) menggunakan BH dengan kondisi longgar
Karakteristik Responden (tidak ketat). Penggunaan BH yang ketat akan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- rata memberikan tekanan yang lebih pada payudara
umur ibu adalah 25,9 tahun. Umur 25,9 tahun sehingga dapat menimbulkan saluran susu
termasuk kedalam masa dewasa awal dimana tersumbat (Obstructive duct) dan meningkatkan
merupakan masa ideal untuk wanita hamil dan risiko terjadinya mastitis [5].
keluarga usia subur [14]. Bertambahnya umur ibu Mayoritas responden merupakan ibu multipara
akan mempengaruhi tingkat kemampuan dan sejumlah 39 responden (68,4%). Multipara
kematangan dalam berpikir dan menerima informasi merupakan seorang wanita yang telah hamil dan
lebih baik dibandingkan dengan umur yang lebih muda melahirkan dua kali atau lebih [19]. Terdapat
atau belum dewasa [15]. perbedaan kecemasan dalam proses menyusui pada
Keseluruhan responden beragama Islam. Al- ibu primipara dan multipara, dimana ibu multipara
Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 233 [16] memiliki poin memiliki tingkat kecemasan dalam kategori ringan
penting berkaitan dengan menyusui, yaitu menyusui dibandingkan dengan ibu primipara [19].
merupakan sebuah ibadah dan bagian dari Jenis kelamin bayi sebagian besar adalah laki-
melaksanakan perintah Allah SWT. Pendidikan laki sejumlah 35 bayi (61,4%). Bayi laki-laki lebih
terakhir paling banyak yang dimiliki oleh responden sering menyusui dikarenakan bayi laki- laki lebih
yaitu tingkat SD yang berjumlah kuat menyusu daripada bayi perempuan [20].
25 responden (43,9%). Tingkat pendidikan SD belum Semakin banyak ASI yang dikonsumsi maka
memperoleh informasi tentang resproduksi, sehingga semakin lama bayi laki-laki menyusu dan
tidak besar kemungkinan responden untuk memiliki berpengaruh terhadap kelancaran produksi dan
tingkat pengetahuan baik karena belum terpapar pengeluaran ASI sebab isapan bayi mempengaruhi
informasi di bangku pendidikan formal. sekresi hormon prolaktin dan oksitoksin yang
Sebagian besar responden merupakan Suku merupakan hormon yang memproduksi dan
Madura dengan jumlah 44 responden (77,2%). mengeluarkan ASI [21].
Responden yang termasuk dalam suku madura Berat-badan lahir bayi memiliki rata-rata
mengatakan bahwa sering memberikan MP-ASI pada 2984,2 gram. Nilai tersebut termasuk kedalam berat
bayinya yang kurang dari enam bulan. Pemberian MP- bayi lahir yang normal dengan rentang
ASI akan menyebabkan kontaminasi bakteri dapat
menempel pada
2500 - 3500 gram [22]. Berat-badan bayi sekarang Distribusi data responden berdasarkan
memiliki nilai rata-rata 6098,2 gram. Selisih rata-rata indikator langkah-langkah menyusui berada di tabel
berat badan lahir dan berat badan sekarang bayi 5.6 yang menunjukkan bahwa sejumlah 38
adalah 3114 gram. Rata- rata pertambahan berat badan responden (66,7%) berada dalam kategori
bayi normal mulai lahir hingga usia 4-6 bulan adalah cukup dan sejumlah 19 responden (33,3%) berada
dua kali berat badan lahirnya [23]. Berdasarkan hasil dalam kategori baik. Langkah-langkah menyusui
penelitian, rata-rata pertambahan berat badan bayi tersusun atas 16 langkah. Hasil penelitian
responden termasuk dalam angka normal. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan ibu tidak
menunjukkan bahwa ibu menyusui dengan baik mengeluarkan dan mengoleskan air susu pada
sehingga nutrisi bayi tercukupi. puting sebelum dan sesudah menyusui.
Nilai rata-rata umur bayi 3 bulan, dimana ketika Mengoleskan puting dengan ASI penting untuk
bayi berumur 3 bulan bayi bergerak lebih aktif, mampu desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu
mengangkat kepala, dan memperlihatkan ketertarikan agar tidak mudah kering dan pecah-pecah [21].
yang besar terhadap lingkungan sekitarnya [24].
Beberapa responden mengatakan hal tersebut Risiko Terjadinya Mastitis
terkadang mempengaruhi proses menyusui karena bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bergerak lebih aktif sehingga mempengaruhi posisi sejumlah 31 responden (54,4%) mengalami risiko
menyusui dan melepas isapan tiba-tiba ketika tertarik rendah terjadinya mastitis dan sejumlah
pada lingkungan sekitar. 26 responden (45,6%) mengalami risiko sedang
terjadinya mastitis. Kuesioner risiko mastitis
Teknik Menyusui memiliki empat indikator antara lain tanda gejala
Teknik menyusui ibu di Desa Kemuning bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, puting
sebagian besar masuk ke dalam kategori cukup lecet, dan mastitis. Berdasarkan penelitian diketahui
sejumlah 36 ibu (63,2%) dan teknik menyusui ibu bahwa sebagian besar responden sejumlah 24
yang masuk ke dalam kategori baik sejumlah 21 ibu responden (42,1%) mengalami puting lecet, 20
(36,8%) serta tidak ada responden yang memiliki responden (35,1%) mengalami bendungan ASI, 10
teknik menyusui dalam kategori kurang. Indikator responden (17,5%) mengalami mastitis, dan 3
teknik menyusui di bagi dua yaitu waktu dan cara responden (5,3%) mengalami sumbatan saluran
menyusui; dan langkah-langkah menyusui yang benar. payudara.
Distribusi data responden berdasarkan indikator Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan
waktu dan cara menyusui berada di tabel 5.5 yang adanya ibu yang mengalami risiko tinggi terjadinya
menunjukkan bahwa sejumlah 46 responden (80,7%) mastitis. Hal ini dapat di sebabkan oleh beberapa
dalam kategori baik dan sejumlah 11 responden hal, salah satunya adalah pekerjaan. Pekerjaan
(19,3%) dalam kategori cukup, serta tidak ada yang berhubungan dengan pengosongan payudara dan
berada dalam kategori kurang. Indikator waktu dan frekuensi menyusui. Pengosongan payudara yang
cara menyusui dibagi menjadi enam pernyataan. tidak adekuat dan penurunan frekuensi menyusui
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan akan menyebabkan pembengkakan payudara dan
ibu menyusui secara on demand, yaitu menyusui saluran susu yang tersumbat sehingga menimbulkan
kapanpun bayi meminta. Ibu tidak menggunakan mastitis [10].
jadwal dalam menyusui dan tidak memberikan batas Faktor lainnya yang dapat meningkatkan
waktu untuk bayi menyusui. Menyusui secara on risiko terjadinya mastitis ialah penggunaan BH yang
demand merupakan cara terbaik untuk ketat. Penekanan oleh BH yang ketat dan
mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI. penggunaan kawat penyangga yang dapat
Ibu dianjurkan untuk menyusui dengan durasi yang mengakibatkan tekanan berlebih pada payudara
cukup lama dan tidak terlalu sebentar, minimal ibu [25]. Hal lainnya yang dapat mempengaruhi
menyusui selama 5-7 menit 8 kali sehari [4]. Ibu yang terjadinya mastitis adalah paritas. Hasil penelitian
memerah ASI dan menyimpannya ketika bayi sudah menunjukkan sebagian responden merupakan
kenyang dan payudara masih terasa penuh hanya multipara sejumlah 39 responden (68,4%) dan
berjumlah 11 orang, Hal ini dapat menyebabkan primipara sejumlah 18 (31,6%). Primipara dianggap
bendungan dan payudara bengkak [5]. lebih berisiko dari pada multipara karena primipara
belum memiliki pengetahuan yang cukup sedangkan
multipara sudah memiliki pengalaman
[11] Lawrence RA. Invited commentary: mastitis [20] Powe, Camille E, Knott, Cheryl D, Brittain
while breastfeeding: old theories and new NC. Infant sex predict breast milk energy
evidence. American Journal of Epidemiology. content. American Journal of Human Biology.
2002: Vol.155 (2): 2010: Vol.22: 50-54.
[12] Ardyan RN. Hubungan frekuensi dan durasi [21] Sukarni I, Wahyu. Buku ajar keperawatan
pemberian ASI dengan kejadian bendungan ASI maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
[22] Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak
pada ibu nifas. Mojokerto: Poltekkes Majapahit.
untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba
[13] Sulistyawati A. Buku ajar asuhan kebidanan pada Medika ; 2008.
ibu nifas. Yogyakarta: ANDI; 2009. [23] Nazarina. Menu sehat dan aman untuk bayi 6-
[14] Potter, Perry. Fundamental keperawatan: konsep, 12 bulan. Jakarta: Hikmah; 2008.
proses, dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC; 2005. [24] Wong DL. Buku ajar keperawatan pediatrik
[15] Akmalia. Hubungan karakteristik ibu dengan edisi 6 volume I. Jakarta: EGC; 2008.
pengetahuan tentang teknik menyusui yang benar [25] Cadwell K, Maffei CT. Buku saku manajemen
laktasi. Jakarta: EGC; 2011.
di BLUD RS ibu dan anak Banda Aceh 2014.
[26] Apriyani N, Kristiyanti R, Susiatmi SA.
Banda Aceh: UNSYIAH.
Pengetahuan ibu nifas tentang teknik
[16] Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan
menyusui dengan kejadian puting susu lecet.
terjemahannya. Surabaya: Karya Agung; 2006.
Jurnal Ilmu Kesehatan. Maret 2014: Vol.VI
[17] Karo K. Hubungan tingkat pendidikan dengan
(1).
lapangan kerja di Provinsi Sumatera Utara.
[27] Aeni N, Andayani A, Widodo GG. Hubungan
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009. cara ibu menyusui dengan kejadian bendungan
[18] Oxorn H, Forte WR. Ilmu kebidanan: patologi ASI pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas
dan fisiologi persalinan. Yogyakarta: ANDI; Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten
2010. Semarang. Semarang: AKBID Ngudi Waluyo;
[19] Anggraini SR. Perbedaan tingkat kecemasan 2013.
dalam proses menyusui antara ibu primipara dan
multipara di RSUD Kota Surakarta. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret; 2011.