Audit Medis Dan Audit Klinis Di Rs 1515
Audit Medis Dan Audit Klinis Di Rs 1515
Audit Medis Dan Audit Klinis Di Rs 1515
Pendidikan
Latihan
PENDIDIKAN FORMAL
KURSUS / WORKSHOP
Keselamatan SEMINAR / SIMPOSIUM
Audit Klinis
Pasien P2KB
PPK,CP,PROTOKOL
DPJP MONITORING PELAKS PPK & CP
INFORMED CONSENT AUDIT MEDIS
EDUKASI PASIEN AUDIT KLINIS
TATAKELOLA KLINIS
KOMITE MEDIS
MSBL
PENGUMPULAN DATA
INDIKATOR KLINIS
MUTU
COURTESSY OF CHAIRULSYAH
6 DIMENSI MUTU (WHO)
1.Effective
2.Efficient
3.Accessible
4.Patient centered
5.Equitable
6.Safe
DEFINISI AUDIT KLINIS
7
SEJARAH AUDIT KLINIS
VERSI ROYAL AUSTRALASIAN
Medical audit was introduced in the 1989 White Paper 'Working for Patients'
which stated that systematic peer review of medical care should be part of
the routine clinical practice of all doctors. It became clear in the 1990s that
audit needed a multi-disciplinary approach to succeed, and clinical audit
soon included all healthcare professionals. The clinical effectiveness agenda
was introduced in 1996 and it highlighted the importance of evidenced based
standards as a basis of all audit topics (RACS, 1996).
SEJARAH AUDIT KLINIS
VERSI NICE
Istilah Clinical Audit (Audit Klinis) mulai diperkenalkan di Inggris
sejak tahun 1993 sebagai sebuah kegiatan peningkatan mutu
proses dan keluaran (output) dari pelayanan klinis (clinical care).
Kegiatan dilakukan dalam bentuk telaah sistematis terhadap
pelayanan medis yang telah diberikan dibandingkan dengan
kriteria dan standar yang dinyatakan secara eksplisit dan diikuti
dengan upaya perbaikan (NICE, 2002)
9
APA BEDA AUDIT KLINIS
DENGAN AUDIT MEDIS
Clinical audit tends to be used as an umbrella term for any audit conducted
by professionals in health care. Audits conducted by doctors are often referred
to as medical audit. Although the term 'clinical audits' could also be used. It is
important to stress that very few health care procedures involve just one
professional discipline and that non-clinical staff such as receptionists,
secretaries, porters, managers, etc play a vital role in the quality of the service
provided. Clinical audit, therefore is usually a multi-disciplinary activity. Many
clinical audits are also 'multi-sectoral'. that is they may involve health and
social services" (NHS Executive. 1997).
AUDIT MEDIS
DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UNDANG UNDANG PRAKTIK KEDOKTERAN
KARS
AUDIT MEDIS DALAM UU RS
N0 44 PASAL 39
(1) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit harus dilakukan audit.
(2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa audit kinerja dan
audit medis.
(3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara internal dan eksternal.
(4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
oleh tenaga pengawas.
(5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri.
AUDIT MEDIS DALAM PMK 755
21
SNARS EDISI 1.1
Standar PMKP 5.1
Dilakukan evaluasi Elemen Penilaian PMKP 5.1
proses pelaksanaan • Rumah sakit menetapkan evaluasi pelayanan
panduan praktik klinis, kedokteran dengan panduan praktik klinis, alur
alur klinis (clinical klinis, atau protokol. (R)
pathway), dan/atau • Hasil evaluasi dapat menunjukkan perbaikan
variasi dalam lima fokus area pada pemberian
protokol klinis, pelayanan. (D,W)
dan/atau prosedur,
• Rumah sakit telah melaksanakan audit klinis
dan/atau standing dan atau audit medis pada panduan praktik
order di prioritas klinis/alur klinis prioritas di tingkat rumah sakit.
pengukuran mutu (D,W)
pelayanan klinis.
SNARS EDISI 1.1
Standar TKRS11.2 Elemen Penilaian TKRS 11.2
Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) • Ada regulasi yang mengatur bahwa setiap Kelompok Staf
memilih dan menetapkan panduan Medis (KSM) setiap tahun memilih 5 (lima) panduan praktik
klinis, alur atau protokol klinis prioritas untuk dievaluasi sesuai
praktik klinis yang dapat dilengkapi kriteria yang ada pada maksud dan tujuan poin a) sampai
dengan alur klinis (clinical pathway) dengan g) dan poin 1) dan 2). (R)
dan/atau protokol klinis dan/atau • Ada bukti bahwa setiap tahun, panduan praktik klinis, alur
prosedur dan/atau standing order klinis, atau protokol dipilih sesuai dengan regulasi. (D,W)
sebagai panduan asuhan klinis yang • Ada bukti bahwa panduan praktik klinis, alur klinis, dan atau
akan dilakukan evaluasi. protokol tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan regulasi.
(D,W)
• Ada bukti bahwa Komite Medik telah melakukan monitoring
dan evaluasi penerapan panduan praktik klinis, alur, dan atau
protokol klinis sehingga berhasil menekan keberagaman proses
dan hasil. (D,W)
APA PERBEDAAN
AUDIT MEDIS & AUDIT KLINIS
DENGAN
EVALUASI KINERJA PROFESIONAL
KENAPA
Profesional perlu dievaluasi
Acuan Evaluasi Praktik Profesional
UURS pasal 29 KEWAJIBAN RS
• b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
• g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan
dalam melayani pasien;
UU RS PASAL 46
• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
UU RS Pasal 13
• (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan : Standar profesi ,
Standar pelayanan rumah sakit ,Standar prosedur operasional yang berlaku, Etika profesi , Menghormati hak
pasien dan , Mengutamakan keselamatan pasien
UU PK Psl 44
Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar
pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
Direktur RS harus tahu kemampuan dokter yang bekerja di RS: → mengeluarkan clinical appointment
dan delineation of clinical priviledge (SPK dan RKK)
KONSEP PENINGKATAN MUTU IAK
DALAM STANDAR AKREDITASI RS IIL
INDIKATOR INDIKATOR MUTU
MUTU KUNCI
IAM
ISKP
STAF MEDIS
PENGUKURAN
MUTU
PPK & CP
ASUHAN
KLINIS
INPUT PCC
OUTPUT/ LABORATORIUM
OUTCOME INTEGRASI
PELAYANAN
ANESTHESI
STERILISASI 27
BAGAIMANA HUBUNGAN AUDIT MEDIS & KLINIS
DENGAN EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
28
TUJUAN AUDIT KLINIS
➢ Audit yg efektif harus mengarah kepada perubahan,
➢ Program Audit Klinis yg aktif adalah sarana edukatif semua profesional, terutama
para junior.
➢ Program Audit Klinis yg aktif adalah sarana komunikasi yang efektif untuk alih
pengetahuan dan pengalaman antara berbagai spesialisasi,
➢ Audit memicu kerjasama tim antara para profesional,
➢ Pelaksanaan audit memicu pengisian Rekam Medis dengan baik.
➢ Hasil audit dapat menjadi topik untuk penulisan makalah ilmiah.
29
AUDIT KLINIS YANG IDEAL
30
CIRI CIRI AUDIT KLINIS YANG BAIK
• Keterbukaan,
• Bukan konfrontasi,
• Bukan ‘mengadili’ seseorang,
• Bukan menuduh, bukan menyalahkan, bukan mempermalu kan seseorang
(not to name, blame, and shame some body), apa lagi mencari‘kambing
hitam untuk dikorbankan,
• Dilaksanakan dalam suasana kekerabatan /persaudaraan,dan edukatif,
• Kerahasiaan dijaga.
31
AUDIT MEDIS & AUDIT KLINIS
BAGAIMANA MELAKSANAKANNYA
DI RUMAH SAKIT
PENETAPAN
PRIORITAS
33
DASAR PENETAPAN PRIORITAS
1. MISI & TUJUAN STRATEGIS RS (PELY UNGGULAN)
2. TEMUAN MASALAH
3. SISTEM ATAU PROSES YANG BERVARIASI
PENERAPANNYA
4. PERBAIKAN YANG BERDAMPAK PADA EFISIENSI
5. DAMPAK PADA PERBAIKAN SISTEM
34
PENETAPAN PELAYANAN PRIORITAS RUMAH SAKIT
1 BEDAH V V V
2 PENYAKIT DALAM V V
3 OBGYN V V
4 NEUROLOGI V V V
5 ANAK V V
6 ORTHOPAEDI V V V
8 REHABILITASI MEDIK V
10
35
PENETAPAN AREA PELAYANAN PRIORITAS RUMAH SAKIT
1 IGD V V
2 RAWAT JALAN V V V
3 BEDAH SENTRAL V V
4 ICU V V V
7 RAWAT STROKE V V
8 FARMASI V V
9 LABORATORIUM V V
10
36
PENETAPAN PELAYANAN PRIORITAS LOKAL
PADA KSM ANAK
Hig Proble
N High High
Penyakit h m
O Volume Risk
Cost Prone
Community Acquired
1 v v v v
Pneumonia
2 Demam berdarah Dengue v v v
3 Diare v v
4 Nefrotik Sindrom v
5 Leukeumia v v
6 Marasmus v v
7 Kelainan Jantung Bawaan v v
8 Diabetes Melitus v
Respiratory Distress
9 v v v
Syndrome
10 Tifoid V 37
SIKLUS AUDIT
MENURUT PMK 755
KRITERIA
MENETAPKAN KRITERIA AUDIT KLINIS
Tidak ada sebuah cara khusus untuk menulis kriteria audit klinik, namun kriteria atau
standar yang baik harus bersifat SMART, yaitu :
Specific: jelas dan khusus, tidak ambigu dan bebas dari kepentingan-kepentingan
tertentu
Measureable: dapat diukur
Agreed: disetujui oleh semua pihak
Relevant: relevan
Theoretically sound: berdasarkan bukti klinis yang terbaik dan terbaru, misalnya
bersumber dari referensi diwww.sign.co.uk atau www.cochrane.org
Jumlah kriteria tidak perlu terlalu banyak, sekitar 6-10 kriteria sudah cukup.
YANG HARUS DIPERHATIKAN
41
EVALUASI KRITERIA MENGGUNAKAN CP
42
EVALUASI KRITERIA MENGGUNAKAN PPK
STROKE NON HEMORAGIS
Hasil audit
Hasil audit terdiri dari:
1. Tingkat kesesuaian antara standar penatalaksaaan sesuai
kriteria dengan pelaksanaan dilapangan
2. Penyebab/masalah utama ketidaksesuaian (bila ada)
3. Usulan rencana tindak lanjut untuk meningkatkan mutu
dalam bentuk POA
HASIL EVALUASI
KEPATUHAN PADA PPK
93%
75% 77%
67%
Staf Medis:
OPPE/FPPE
Sesuai dengan
uraian tugas & Staf
hasil kerja yg Keperawatan
telah ditetapkan
Staf Kes Prof
Lainnya
48
OPPE/EPPB
• Evaluasi dan mutu dari pelayanan di kaji setiap tahun: Ongoing
professional practice evaluation (OPPE)/Evaluasi Praktik Profesional
Berkelanjutan (EPPB)
FPPE/EPPT
• Evaluasi terhadap mutu pelayanan yang bermasalah dikaji secara
khusus untuk mencari penyevab dan solusi : Focused professional
practice evaluation (FPPE)/ Evaluasi Praktik Profesional Terfokus
(EPPT)
KARS
Standar KKS 11 Elemen Penilaian KKS 11
(SNARS Ed 1.1) • Ada regulasi penilaian kinerja untuk evaluasi
Rumah sakit mutu praktik profesional berkelanjutan, etik,
dan disiplin staf medis. (lihat juga TKRS 11 EP
melaksanakan proses 2 dan TKRS 12 EP 1). (R)
yang seragam untuk • Ada bukti monitoring dan evaluasi mutu
melaksanakan praktik profesional berkelanjutan, etik, dan
disiplin staf medis untuk peningkatan mutu
evaluasi mutu dan pelayanan dan keselamatan pasien. (D,W)
keselamatan asuhan • Data dan informasi hasil pelayanan klinis dari
pasien yang diberikan staf klinis di-review secara objektif dan
berdasar atas bukti, jika ada dilakukan
oleh setiap anggota benchmarking dengan pihak eksternal rumah
staf medis. sakit. (lihat juga TKRS 11.1). (D,W)
3 (tiga) area umum yaitu:
MONITORING 1. PERILAKU,
DAN EVALUASI 2. PENGEMBANGAN PROFESIONAL
BERKELANJUTAN
STAF MEDIS 3. KINERJA KLINIS.
WIA
MAKSUD MONITOR DAN EVALUASI
BERKELANJUTAN:
WIA
• Review terhadap prosedur-prosedur operatif dan klinis
lain serta hasilnya (kepatuhan SPO/ outcome misal ILO,
Reoperasi, Pneumoni pasca operasi (anestesi)
• Pola Penggunaan darah/Obat/alkes : keseuaian antara
KRITERIA EVALUASI permintaan dgn kebutuhan → jumlah kantung darah yg
tidak digunakan. Kepatuhan terhadap formularium.
PRAKTIK Penggunaan alkes yg tidka sesuai SPO
PROFESSIONAL • Pola Permintaan tes/prosedur/Tindakan: Kepatuhan
BERKELANJUTAN permintaan penunjang /prosedur/tindakan sesuai SPO
• Length of stay: berbasis dokter dan penyakit
• Data Morbiditas dan mortalitas: kriteria morbiditas sesuai
indikator yg digunakan
• Jumlah kasus yang dikonsulkan/dirujuk ke spesialis lain
Data dan informasi berasal dari proses monitoring dikaji
sekurang-kurangnya setiap 12 bulan oleh kepala unit
layanan, ketua kelompok staf medis, subkomite mutu,
manajer pelayanan medis. Hasil, simpulan, dan tindakan
yang dilakukan didokumentasikan di dalam file kredensial
staf medis atau dokumen lain yang relevan. (D,W)
WIA
Standar KKS 18
Rumah sakit
melaksanakan Elemen Penilaian KKS 18
identifikasi 1. Ada dokumentasi penilaian mutu profesional pemberi
tanggungjawab pekerjaan asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya
berpatisipasi di dalam program peningkatan mutu
dan penugasan klinis rumah sakit. (D,W)
berdasar atas kredensial
2. Kinerja individual profesional pemberi asuhan (PPA)
profesional pemberi lainnya dan staf klinis lainnya dikaji bila ada temuan
asuhan (PPA) lainnya dan dalam aktivitas peningkatan mutu. (D,W)
staf klinis lainnya sesuai 3. Seluruh data proses review kinerja profesional
dengan peraturan pemberi asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya
perundang-undangan. didokumentasikan dalam kredesial profesional
pemberi asuhan (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya
atau dokumen lainnya. (D,W)
A. KINERJA INDIVIDUAL :
KARS
EVALUASI KINERJA PROFESIONAL
(OPPE)
DIMASUKKAN KEDALAM SISTEM
REMUNERASI
OPPE STAF BEDAH
NILAI
NO INDIKATOR PENILAIAN BOBOT TARGET REALISASI
CAPAIAN
a b c d e f = e/dxc
1 Melaksanakan tindakan sesuai standar kewenangan klinik (clinical privilage) 7.0% 100% 100% 7.0%
2 Pengkajian awal (assessment awal) dilaksanakan lengkap dalam 24 jam seja pasien masuk RS 6.0% 100% 100% 6.0%
5 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 4.0% 80% 80% 4.0%
6 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 4.0% 100% 100% 4.0%
Konsistensi penulisan diagnosa dan tindakan (resume medis, ringkasan masuk keluar dan catatan perkembangan
7 4.0% 100% 100% 4.0%
terintegrasi)
1 Visite DPJP setiap hari selambat-lambatnya jam 11.00 WITA 7.0% 90% 90% 7.0%
a b c d e f = e/dxc
1 Melaksanakan tindakan sesuai standar kewenangan klinik (clinical privilage) 10.0% 100% 100% 10.0%
2 Pengkajian awal (assessment awal) dilaksanakan lengkap dalam 24 jam seja pasien masuk RS 8.0% 100% 100% 8.0%
3 Adanya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dalam melakukan perawatan 8.0% 1% 0% 8.0%
3 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 6.0% 80% 70% 5.3%
4 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 6.0% 100% 100% 6.0%
OPPE STAF NON BEDAH
C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 38.8%
3 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 6.0% 80% 70% 5.3%
4 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 6.0% 100% 100% 6.0%
Konsistensi penulisan diagnosa dan tindakan (resume medis, ringkasan masuk keluar dan catatan perkembangan
5 6.0% 100% 100% 6.0%
terintegrasi)
1 Visite DPJP setiap hari selambat-lambatnya jam 11.00 WITA 7.0% 90% 65% 5.1%