3406 17043 2 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3, No 2 (2019): 103-114

DOI: 10.21580/ns.2019.3.2.3406
Copyright © 2019 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya

Perbedaan Pemilihan Makanan dan Faktor yang Berkaitan pada


Remaja Putri di SMA Daerah Kota dan Kabupaten
Ovi Eka Faradila1, Mury Kuswari2, Nazhif Gifari3
123Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Jakarta, Indonesia
Email: mury@esaunggul.ac.id

Abstract
This study was aimed to analyze differences in food selection and factors related to
adolescent girls in the urban and rural high schools. The sampling technique used is the sample size
difference of 2 proportions. Data was collected by giving questionnaires to respondents which
included food choices and its related factors such as social media, body image, nutritional knowledge,
food labels, and peers. Body weight and height used to measure the anthropometric data. The
statistical test used in this research was the t-test. There were no differences in food choices, use of
social media, perception of actual body shape, perception of desired body shape, and perception of
ideal body shape in urban and rural (p> 0,05). There were differences in actual body shape with
BMI, nutritional knowledge, understanding food labels , and peer influence in rural and urban (p
<0,05). Found differences in perceptions of actual body shape with BMI, nutritional knowledge,
understanding food labels, and peer influence in urban and rural areas. There were no differences in
food choices, but there were differences in factors related.

Keywords: Food choices, urban, rural, adolescent girls

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pemilihan makanan
dan faktor yang berkaitan pada remaja putri di SMA daerah Kota dan Kabupaten.
Penelitian ini menggunakan cross-sectional design. Teknik sampling yang digunakan
adalah teknik besar sampel beda 2 proporsi, dengan responden sebanyak 78 siswi
pada 2 lokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan angket
responden yang meliputi pemilihan makan, media sosial, body image, pengetahuan
gizi, label pangan, dan teman sebaya. Pengukuran antropometri dilakukan dengan
mengukur berat badan dan tinggi badan. Uji statistik yang digunakan adalah uji beda
t-test. Tidak terdapat perbedaan pemilihan makan, penggunaan media sosial, persepsi
bentuk tubuh aktual, persepsi bentuk tubuh yang diinginkan, dan persepsi bentuk
tubuh ideal di kota dan kabupaten (p>0,05). Terdapat perbedaan persepsi bentuk
tubuh aktual dengan IMT, pengetahuan gizi, pemahaman label pangan, dan
pengaruh teman sebaya di kota dan kabupaten (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan
pemilihan makan antara remaja putri di kota dan kabupaten, tetapi terdapat
perbedaan pada faktor-faktor yang berkaitan dengan pemilihan makan.

Kata Kunci: Pemilihan makan, remaja putri, kota, kabupaten

ISSN 2528-3170 (printed media); ISSN 2541-5921 (online media) Nutri-Sains


http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nutri-Sains
103
PENDAHULUAN
Remaja atau adolescent merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi
dewasa. Perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung
secara sekuensial terjadi pada masa ini (Batubara, 2010). Peningkatan kebutuhan gizi
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikis, kebutuhan gizi
khusus juga harus diperhatikan terutama pada remaja yang memiliki intensitas
aktivitas yang tinggi (Susetyowati, 2017). Kebutuhan gizi dan kesehatan pada masa
remaja ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan status gizi pada masa dewasa.
Status gizi pada masa remaja ini dapat dipengaruhi oleh perilaku konsumsi yang
meliputi asupan makanan yang dikonsumsi remaja (Adriani and Wirjatmadi, 2012).
Perilaku konsumsi pada remaja mengalami perubahan, baik itu perubahan
perilaku konsumsi yang sehat maupun yang tidak sehat. Perubahan perilaku
konsumsi dapat mempengaruhi pemilihan makan pada remaja, hal ini yang dapat
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan asupan zat gizi pada remaja.
Ketidakseimbangan asupan dapat berdampak pada kekurangan atau kelebihan zat
gizi. Beberapa studi menunjukkan bahwa pemilihan makan pada remaja dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya; budaya, akses dan ketersediaan pangan, sosial,
orang tua, kepribadian dan sifat, suasana hati dan media (Briawan, Sedayu and
Ekayanti, 2011; Hardiansyah, Rimbawan and Ekayanti, 2013)
Media massa atau media sosial memiliki pengaruh untuk mengembangkan
motivasi sosial dan keinginan dalam mengonsumsi suatu produk. Remaja yang
banyak menghabiskan waktu untuk bermain sosial media serta menonton televisi
cenderung akan mengonsumsi makanan yang tidak sehat karena konten atau iklan
yang ditampilkan mayoritas mengenai makanan seperti junk food (Aulia & Yuliati,
2018). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vaterlaus et al., (2015), media sosial
juga dikaitkan dengan pemilihan makanan melalui pembuatan beberapa jenis resep,
menyediakan tempat untuk menampilkan apa yang dimakan oleh remaja dan
persiapannya. Hal ini dapat mengganggu para remaja untuk membuat pemilihan
makan yang positif atau sehat. Pada umumnya makanan yang ada di media sosial
tersebut adalah makanan yang tidak terlalu memerhatikan kandungan gizinya atau
cenderung lebih tinggi kalori, tinggi gula, dan tinggi lemak serta kolestrol
(Choudhury, Sharma and Kiciman, 2016).
Aspek lain yang terkait dengan pemilihan makanan remaja adalah kepedulian
pada pembacaan label pangan dan gaya hidup. Penelitian yang dilakukan sebelumnya
melaporkan bahwa label pangan pada makanan kemasan dapat membantu remaja
melakukan pemilihan makan yang sehat (Haidar et al., 2017). Label pangan yang
tertera pada kemasan pangan memuat gambaran mengenai isi dan kandungan gizi
dari pangan. Informasi tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen untuk
memilih pangan kemasan yang sehat (Huda and Andrias, 2016). Ketika seseorang

104 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3 No 2


Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3, No 2 (2019): 103-114
DOI: 10.21580/ns.2019.3.2.3406
Copyright © 2019 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya

memasuki usia remaja, umumnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan
teman sebaya. Kehadiran teman sebaya tersebut dapat membawa pengaruh dalam
pilihan gaya hidup mereka terlebih lagi proses pemilihan makan mereka (Finnerty et
al., 2010).
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, peneliti mencoba melakukan penelitian
untuk membedakan pemilihan makanan remaja yang ada di wilayah perkotaan dan
pedesaan, beserta faktor yang terkait dengan pemilihan makanan tersebut. Penelitian
sebelumnya telah menjelaskan bahwa gaya hidup dan karakteristik atau kebiasaan
remaja yang tinggal di daerah perkotaan (urban) dan pedesaan (rural) tentunya
memiliki sebuah perbedaan (Setyawati and Setyowati, 2015).

METODE PENELITIAN
Desain, Waktu, dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA daerah Kota (MA Al-Falah Jakarta) dan
SMAN daerah Kabupaten (SMAN 10 Kabupaten Tangerang) pada bulan September
- Oktober 2018. Penelitian ini menggunakan cross-sectional design dimana pengambilan
data dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel


Populasi penelitian ini adalah siswi kelas XI dan XII MA Al-Falah Jakarta
dan SMAN 10 Kabupaten Tangerang. Penelitian ini hanya mengambil responden
remaja perempuan. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan
perhitungan sampel beda 2 proporsi dan diperoleh jumlah responden sebanyak 78
siswi dengan 39 siswi disetiap lokasi penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data


Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa angket yang
meliputi pemilihan makan, media sosial, body image, pengetahuan gizi, label pangan,
teman sebaya. Pengukuran antropometri yang dilakukan meliputi berat badan dan
tinggi badan. Analisis yang digunakan untuk melihat perbedaan dikedua lokasi
menggunakan analisis uji beda t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Individu
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Grafik 1 menunjukkan bahwa siswi
paling banyak di kedua lokasi penelitian adalah usia 16 tahun dengan persentase
46,2% di kota dan 43,6% di kabupaten. Jumlah siswi paling sedikit ada di usia 18
tahun dengan persentase 2,6% di kedua lokasi penelitian.

ISSN 2528-3170 (printed media); ISSN 2541-5921 (online media) Nutri-Sains


http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nutri-Sains
105
Persentase Usia
Kota Kabupaten
46,2 43,6 41
30,8
23,1
10,3
2,6 2,6

15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun

Grafik 1 Distribusi Persentase berdasarkan Usia di Kota dan Kabupaten

Perbedaan Pemilihan Makan pada Remaja Putri di Kota dan Kabupaten


Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata skor pemilihan
makan di MA Al-Falah sudah baik sedangkan di SMAN 10 hampir mendekati
kategori baik. Hal ini diduga karena dari hasil penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan kuesioner, siswi MA Al-Falah dan SMAN 10 memiliki pemilihan
makan yang hampir sama, mereka makan sayur dan buah setidaknya satu porsi
setiap harinya dan mereka masih gemar mengonsumsi fast food. Penelitian
sebelumnya pada anak Indonesia memberikan gambaran serupa bahwa anak
Indonesia kurang konsumsi sayur dan buah serta banyak mengonsumsi fast food, dan
kejadian tersebut dapat berlanjut hingga remaja (Hardiansyah, Hardinsyah and
Sukandar, 2017). Menurut Abuzaid (2012) di dalam penelitiannya, siswi dari sekolah
di perkotaan dan perdesaan (kabupaten) masih gemar fast food, hal ini membuat
pemilihan makan pada remaja di perkotaan dan pedesaan cenderung sama.
Tabel 1. Perbedaan Pemilihan Makan dan Faktor yang Berkaitan
Variabel Mean Sig.
Perbedaan Pemilihan Makan
Kota 9,36
0,901
Kabupaten 9,26
Perbedaan Pengunaan Media Sosial
Kota 41,23 0,512
Kabupaten 40,69
Perbedaan Pengetahuan Gizi
Kota 49,64 0,001
Kabupaten 29,36
Perbedaan Label Pangan
Kota 27,82 0,001
Kabupaten 51,18
Perbedaan Pengaruh Teman Sebaya
Kota 36,26 0,001
Kabupaten 40,77

106 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3 No 2


Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3, No 2 (2019): 103-114
DOI: 10.21580/ns.2019.3.2.3406
Copyright © 2019 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya

Hasil uji beda yang dilakukan dikedua lokasi penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan pemilihan makan yang signifikan di kedua lokasi penelitian. Hal
ini diduga karena dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
kuesioner, siswi MA Al-Falah dan SMAN 10 memiliki pemilihan makan yang
hampir sama, mereka makan sayur dan buah setidaknya satu porsi setiap harinya dan
mereka masih gemar mengonsumsi fast food. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Setyawati & Setyowati (2015), di Provinsi Jawa
Tengah tepatnya di Kota Semarang dan Kabupaten Sragen menunjukkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan pemilihan makan yang signifikan pada remaja di
perkotaan dan perdesaan. Hal ini dikarenakan pemilihan makan pada remaja yang
berada di perkotaan dan pedesaan sudah memiliki kesamaan atau tidak ada lagi
perbedaan yang terjadi dalam pemilihan makan pada remaja baik di perkotaan
maupun di pedesaan.
Penelitian yang di lakukan di perkotaan dan pedesaan ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Baric et al., (2004) yang dilakukan di wilayah
perkotaan dan pedesaan di Kroasia yang menunjukan bahwa ada perbedaan yang
signifikan pada pemilihan makan di daerah perkotaan dan pedesaan. Perbedaan yang
terjadi pada penelitian di Kroasia ini disebabkan karena frekuensi remaja yang
konsumsi fast food di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di pedesaan.
Hasil pada penelitian ini yang dilakukan di perkotaan dan pedesaan tidak
memiliki perbedaan, disebabkan karena pemilihan makan yang diukur menggunakan
parameter kuesioner FRS menunjukkan pemilihan yang cenderung sama antara di
perkotaan dan pedesaan. Pada penelitian yang dilakukan daerah perkotaan di Afrika
oleh Dapi et al., (2005), remaja di perkotaan memiliki kebiasaan makan junk food yang
tinggi atau mereka sering mengonsumsinya, karena makanan tersebut sudah tersedia
di berbagai lokasi dan banyak pedagang di sekolah yang menjualnya. Wilayah
pedesaan juga memiliki kebiasaan makan junk food sering karena pedagang makanan
di sekolah mereka banyak yang menjajakan makanan seperti itu (Bargiota et al.,
2013). Hal ini juga terjadi di kedua lokasi penelitan ini, dimana pedagang di masing-
masing sekolah banyak yang menjajakan junk food dan sudah tersedianya gerai-gerai
fast food di masing-masing lingkungan lokasi penelitian.

Perbedaan Media Sosial pada Remaja Putri di Kota dan Kabupaten


Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan rata-rata skor penggunaan
media sosial di MA Al-Falah baik sedangkan di SMAN 10 termasuk dalam kategori
cukup baik dalam penggunaan media sosial di kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini
disebabkan oleh berkembangnya teknologi khususnya internet di daerah pedesaan.
Perkembangan teknologi terutama internet tidak hanya berkembang di daerah

ISSN 2528-3170 (printed media); ISSN 2541-5921 (online media) Nutri-Sains


http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nutri-Sains
107
perkotaan saja tetapi juga merambah ke daerah pedesaan yang digunakan sebagai
media untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan lain sebagainya
Hasil uji beda yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
penggunaan media sosial yang signifikan di kedua lokasi penelitian. Hal ini terjadi
karena akses ke sosial media di kedua lokasi penelitian tidak memiliki perbedaan
Penelitian yang dilakukan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan
Archana et al., (2017) yang menunjukkan bahwa penggunaan media sosial pada
remaja di daerah perkotaan dan pedesaan tidak memiliki perbedaan. Di dalam
penelitian ini, hal tersebut disebabkan karena internet khususnya media sosial di
perkotaan dan pedesaan sudah berkembang secara pesat. Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabandari & Yuliati (2016) yang menyatakan
adanya perbedaan penggunaan media sosial pada remaja di perkotaan dan perdesaan.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain yaitu durasi penggunaan media
sosial pada remaja di perkotaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di
pedesaan.
Penggunaan internet atau media sosial di perkotaan dan pedesaan di dalam
penelitian ini tidak memiliki perbedaan signifikan. Hal ini disebabkan karena internet
di daerah pedesaan tempat penelitian dilaksanakan sudah berkembang dan sudah
terbilang cukup bagus untuk pendukung akses ke internet. Pengguna internet atau
sosial media di lokasi penelitian di desa juga sudah banyak dan sudah hampir sama
dengan penguna sosial media di lokasi penelitian di kota. Siswi di MA Al-Falah
Jakarta sudah baik dalam penggunaan internetnya sedangkan siswi di SMAN 10
Kabupaten Tangerang cukup baik dalam menggunakan internet.

Perbedaan Pengetahuan Gizi pada Remaja Putri di Kota dan Kabupaten


Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata skor
pengetahuan gizi di MA Al-Falah dan di SMAN 10 termasuk dalam kategori baik.
Hal ini diduga karena di kedua sekolah yang terlibat dalam penelitian ini sudah
membahas mengenai gizi dalam salah satu pelajaran mereka, jadi pengetahuan
mereka mengenai gizi termasuk kategori baik.
Hasil uji beda yang dilakukan di kedua lokasi penelitian menunjukkan bahwa
adanya perbedaan pengetahuan gizi yang signifikan di kedua lokasi penelitian. Hal ini
diduga karena di kedua sekolah yang terlibat dalam penelitian ini sudah membahas
mengenai gizi dalam salah satu pelajaran mereka, jadi pengetahuan mereka mengenai
gizi termasuk kategori baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ratnaeni (2011) di SMAN 1 Boyolali dan SMAN 1 Cepogo, dimana pengetahuan
gizi pada remaja di kedua lokasi penelitian terdapat perbedaan yang signifikan.
Meskipun pengetahuan gizi siswi di kedua lokasi penelitian masuk dalam kategori
baik, ada perbedaan skor pada kedua lokasi penelitian tersebut.

108 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3 No 2


Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3, No 2 (2019): 103-114
DOI: 10.21580/ns.2019.3.2.3406
Copyright © 2019 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya

Hasil penelitian yang dilakukan tidak sejalan dengan penelitian yang


dilakukan oleh Adventiva (2015), dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi di perkotaan dan
pedesaan. Hal ini dikarenakan di kedua lokasi penelitian mendapat akses mengenai
pengetahuan gizi yang sama, sehingga pengetahuan gizi dilokasi penelitian ini hampir
sama. Pada penelitian di MA Al-Falah Jakarta dan SMAN 10 Kabupaten Tangerang
terdapat perbedaan pengetahuan gizi, meskipun di kedua lokasi penelitian termasuk
dalam kategori baik. Perbedaan pengetahuan gizi dikedua lokasi penelitian ini
dikarenakan adanya perbedaan skor dikedua lokasi penelitian.

Perbedaan Label Pangan pada Remaja Putri di Kota dan Kabupaten


Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata skor label
pangan di MA Al-Falah dan di SMAN 10 termasuk dalam kategori baik seiring
dengan pengetahuan gizi yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Miller & Cassady
(2015) menunjukkan bahwa antara pengetahuan gizi dengan pemahaman mengenai
label pangan memiliki hubungan yang signifikan. Jika pengetahuan gizi semakin baik
maka semakin baik juga pemahaman mengenai label pangannya.
Hasil uji beda yang dilakukan di kedua lokasi penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan signifikan pemahaman mengenai label pangan di kedua lokasi
penelitian. Meskipun skor rata-rata pemahaman menganai label pangan termasuk di
dalam kategori baik, terjadi perbedaan pada saat diuji beda. Hal ini disebabkan oleh
adanya perbedaan skor rata-rata di kedua lokasi penelitian. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Chopera et al., (2014) di remaja perkotaan dan
pedesaan di Zimbabwe, bahwa terdapat perbedaan mengenai pemahaman antara
remaja di perkotaan dan pedesaan. Remaja di perkotaan lebih gemar membaca label
pangan dan mulai memahaminya dibandingkan dengan remaja di pedesaan.
Penelitian mengenai label pangan di MA Al-Falah Jakarta dan SMAN 10
Kabupaten Tangerang terjadi perbedaan skor rata-rata, dimana skor di SMAN 10
Kabupaten Tangerang lebih tinggi dibandingkan dengan MA Al-Falah Jakarta.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Drichoutis et al., (2006), masyarakat di
daerah pedesaan lebih cenderung membaca label pangan atau label gizi pada setiap
makanan atau minuman. Hal itu membuat mereka lebih sadar akan kebiasaan makan
mereka dan paham akan pentingnya label pangan. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Aygen (2012), masyarakat dipedesaan cenderung lebih sering membaca label
pangan dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan. Hal ini disebabkan karena
masyarakat pedesaaan memiliki aktivitas tidak sepadat dengan masyarakat di
perkotaan, yang membuat mereka memiliki waktu untuk mengamati atau memeriksa
label pangan ketika membeli makanan atau minuman.

ISSN 2528-3170 (printed media); ISSN 2541-5921 (online media) Nutri-Sains


http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nutri-Sains
109
Perbedaan Teman Sebaya pada Remaja Putri di Kota dan Kabupaten
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor pemilihan makan di MA Al-
Falah cukup berpengaruh sedangkan di SMAN 10 berpengaruh tinggi. Hal ini
dikarenakan pada saat diberikan pertanyaan mengenai keputusan membeli jajanan,
sebagian besar sampel di kedua lokasi penelitian menjawab setuju apabila teman
sebaya mereka memutuskan makanan atau jajanan apa yang akan mereka beli.
Hasil uji beda yang dilakukan di kedua lokasi penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan pengaruh teman sebaya yang signifikan di kedua lokasi penelitian. Hal
ini dikarenakan adanya perbedaan rata-rata skor yang dihasilkan. Di MA Al-Falah
teman sebaya memiliki pengaruh yang cukup tinggi sedangkan di SMAN 10
memiliki pengaruh yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Bargiota et al., (2013)
dipedesaan Yunani menyatakan bahwa teman sebaya merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh dalam pemilihan makan remaja di daerah pedesaan. Remaja
menghabiskan setengah hari mereka di sekolah dan membeli makanan ringan
bersama teman sebaya mereka yang menjadi acuan penentu makanan apa yang akan
dibeli. Penelitian yang dilakukan di perkotaan China oleh Veeck et al., (2014)
menyatakan bahwa teman sebaya juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses pemilihan makan pada remaja perkotaan, karena mereka
banyak menghabiskan waktu mereka di sekolah dan melakukan kegiatan bersama
seperti belajar, bertukar pikiran, dan membeli makanan. Menurut Bargiota et al.,
(2013), hal ini dikarenakan remaja di pedesaan lebih sering menghabiskan waktunya
bersama teman sebaya mereka dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Oleh
karena itu, teman sebaya di pedesaan memiliki pengaruh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan teman sebaya di perkotaan.

Perbedaan Body Image pada Remaja Putri di Kota dan Kabupaten


Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata skor persepsi
body image berdasarkan bentuk tubuh aktual di MA Al-Falah sudah baik (masuk
kategori normal), persepsi berdasarkan bentuk tubuh yang diinginkan sudah baik
(masuk kategori normal) di kedua lokasi penelitian, dan persepsi bentuk tubuh ideal
di kedua lokasi penelitian sebagian besar memiliki persepsi tubuh ideal yang positif.
Persepsi bentuk tubuh aktual yang dibandingkan dengan status gizi 46,2% siswi di
MA Al-Falah memilih dengan tepat dan 76,9% siswi di SMAN 10 memilih dengan
tepat. Hal ini menunjukkan bahwa siswi di MA Al-Falah belum puas dengan bentuk
tubuh mereka, karena 53,8% siswi menunjukan bahwa bentuk tubuh aktual mereka
tidak tepat dengan status gizi mereka. Menurut Septiadewi & Briawan (2010), remaja
merupakan periode dimana terjadinya perubahan bentuk tubuh secara tepat,
sehingga membuat remaja merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka saat ini.
Hasil uji beda yang dilakukan di kedua lokasi penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan persepsi body image berdasarkan bentuk tubuh aktual yang

110 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3 No 2


Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3, No 2 (2019): 103-114
DOI: 10.21580/ns.2019.3.2.3406
Copyright © 2019 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya

signifikan di kedua lokasi penelitian. Persepsi body image berdasarkan bentuk tubuh
yang diinginkan tidak ada perbedaan yang signifikan, dan tidak ada perbedaan yang
signifikan pada persepsi body image berdasarkan bentuk tubuh ideal di kedua lokasi
penelitian. Persepsi bentuk tubuh aktual berdasarkan status gizi memiliki perbedaan
yang signifikan di kedua lokasi penelitian.

Tabel 2. Perbedaan Body Image


Variabel Lokasi Mean Sig.
Persepsi Bentuk Tubuh Aktual Kota 43,67
0,094
Kabupaten 35,33
Persepsi Bentuk Tubuh yang Kota 38,50
0,652
diinginkan Kabupaten 40,50
Kota 40,91
Persepsi Bentuk Tubuh Ideal 0,534
Kabupaten 38,09
Persepsi Bentuk Tubuh Aktual Kota 33,50
0,006
dengan IMT Kabupaten 45,50

Penelitian yang dilakukan oleh Sihag & Joshi (2017) di India yang melibatkan
remaja perempuan dari perkotaan dan pedesaan mengenai kepuasan terhadap
bentuk tubuh aktual yang disandingkan dengan status gizi mereka dan menunjukkan
hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan saat kepuasan terhadap bentuk tubuh
aktual disandingkan dengan status gizi remaja perempuan di perkotaan dan
pedesaan. Pada penelitian ini yang memiliki ketepatan terhadap bentuk tubuh aktual
mereka dibandingkan dengan status gizi diperkotaan sebesar 46% dan di pedesaan
sebesar 76,9%.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dev et al.,
(2009) pada remaja di perkotaan dan pedesaan di Malaysia, dimana tidak ada
perbedaan bentuk tubuh aktual saat disandingkan dengan status gizi mereka. Hal ini
disebabkan karena status gizi remaja yang ada di perkotaan dan di pedesaan tidak
memiliki perbedaan. Pada penelitian yang dilakukan di MA Al-Falah Jakarta dan
SMAN 10 Kabupaten Tangerang, persepsi bentuk tubuh aktual siswi di kedua lokasi
penelitian ketika dibandingkan dengan status gizi mereka masing masing ada
perbedaan, di MA Al-Falah Jakarta siswi lebih banyak yang memilih dengan tidak
tepat dan di SMAN 10 Kabupaten Tangerang siswi lebih banyak yang memilih
dengan tepat.

ISSN 2528-3170 (printed media); ISSN 2541-5921 (online media) Nutri-Sains


http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nutri-Sains
111
KESIMPULAN
Tidak terdapat perbedaan pemilihan makan remaja putri di daerah perkotaan
dan pedesaan, tetapi terdapat perbedaan pada faktor yang terkait, yaitu persepsi
bentuk tubuh berdasarkan status gizi, pengetahuan gizi, pemahaman label pangan,
dan pengaruh teman sebaya. Remaja putri di MA Al-Falah Jakarta memiliki rata-rata
pemilihan makan yang baik dan disarankan untuk dipertahankan dan jika perlu
ditingkatkan. Adapun remaja putri di SMAN 10 Kabupaten Tangerang rata-rata
pemilihan makan perlu diperbaiki dan ditingkatkan pemilihan makannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abuzaid, O. I. (2012) Eating patterns and physical activity characteristics among urban and
rural students in Saudi Arabia. University of Nebraska.
Adriani, M. and Wirjatmadi, B. (2012) Peranan gizi dalam siklus kehidupan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Adventiva, C. (2015) Pengetahuan gizi dan sumber informasinya terhadap status gizi remaja di
kota dan di desa. Universitas Gadjah Mada.
Archana, Y. et al. (2017) ‘Internet usage of rural and urban adolescents’, International
Journal of Information Research and Review, 4(4), pp. 3916–3918.
Aygen, F. G. (2012) ‘Turkish consumers’ understanding and use of nutrition labels
on packaged food products’, International Journal of Business and Social Science,
3(6), pp. 171–183.
Bargiota, A. et al. (2013) ‘Eating habits and factors affecting food choice of
adolescents living in rural areas’, HORMONES, 12(2), pp. 246–253. doi:
10.14310/horm.2002.1408.
Baric, I. C. et al. (2004) ‘Comparison of dietary habits in the urban and rural
Croatian schoolchildren’, European Journal of Nutrition, 43(3), pp. 169–174. doi:
10.1007/s00394-004-0455-5.
Batubara, J. R. (2010) ‘Adolescent development (Perkembangan remaja)’, Sari
Pediatri, 12(1), pp. 21–29. doi: 10.14238/sp12.1.2010.
Briawan, D., Sedayu, T. R. and Ekayanti, I. (2011) ‘Kebiasaan minum dan asupan
cairan remaja di perkotaan’, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 8(1), pp. 36–41. doi:
10.22146/ijcn.17729.
Chopera, P., Chagwena, D. and Mushonga, N. (2014) ‘Food label reading and
understanding in parts of rural and urban Zimbabwe’, African Health Sciences,
14(3), pp. 576–584. doi: 10.4314/ahs.v14i3.12.
Choudhury, M. D., Sharma, S. and Kiciman, E. (2016) Characterizing dietary choices,
nutrition, and language in foos desserts via social media. San Fransisco: Museums and
Public Spaces.
Dapi, L. N. et al. (2005) ‘Adolescents’ food habits and nutritional status in urban and

112 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3 No 2


Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3, No 2 (2019): 103-114
DOI: 10.21580/ns.2019.3.2.3406
Copyright © 2019 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya

rural areas in Cameroon, Africa’, Scandinavian Journal of Nutrition, 49(4), pp.


151–158. doi: 10.1080/11026480500437554.
Dev, O. et al. (2009) ‘Rural urban differences in body image perception, body mass
index and dieting behaviour among malay adolescent Malaysian schoolgirls’,
European Journal of Scientific Research, 34(1), pp. 69–82.
Drichoutis, A. C., Lazaridis, P. and Nayga, R. M. (2006) ‘Consumers’ use of
nutritional labels: A review of research studies and issues’, Academy of
Marketing Science, 10(9), pp. 90–116.
Finnerty, T. et al. (2010) ‘Effects of peer influence on dietary intake and physical
activity in schoolchildren’, Public Health Nutrition, 13(3), pp. 376–383. doi:
10.1017/S1368980009991315.
Haidar, A. et al. (2017) ‘Self-reported use of nutrition labels to make food choices is
associated with healthier dietary behaviours in adolescents’, Public Health
Nutrition, 20(13), pp. 2329–2339. doi: 10.1017/S1368980017001252.
Hardiansyah, A., Hardinsyah, H. and Sukandar, D. (2017) ‘Kesesuaian Konsumsi
Pangan Anak Indonesia Dengan Pedoman Gizi Seimbang’, Nutri-Sains: Jurnal
Gizi, Pangan dan Aplikasinya, 1(2), p. 35. doi: 10.21580/ns.2017.1.2.2452.
Hardiansyah, A., Rimbawan, R. and Ekayanti, I. (2013) ‘Efek Suplementasi
Multivitamin Mineral Terhadap Kadar Hemoglobin Dan Hematokrit
Mahasiswi Tpb Ipb’, Jurnal Gizi dan Pangan, 8(1), p. 47. doi:
10.25182/jgp.2013.8.1.47-54.
Huda, Q. A. and Andrias, D. R. (2016) ‘Sikap dan perilaku membaca informasi gizi
pada label pangan serta pemilihan pangan kemasan’, Media Gizi Indonesia,
11(2), pp. 175–181. doi: 10.20473/mgi.v11i2.175-181.
Miller, L. M. S. and Cassady, D. L. (2015) ‘The effects of nutrition knowledge on
food label use. A review of the literature’, Appetite, 92, pp. 207–216. doi:
10.1016/j.appet.2015.05.029.
Prabandari, K. and Yuliati, L. N. (2016) ‘The influence of social media use and
parenting style on teenagers’ academic motivation and academic
achievement’, Journal of Child Development Studies, 1(1), pp. 40–54. doi:
10.29244/jcds.1.01.39-53.
Ratnaeni, I. M. (2011) Perbedaan pengetahuan gizi dan status gizi pada remaja di sma kota
dan desa Studi di SMA N 1 Boyolali dan SMA N 1 Cepogo). Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Septiadewi, D. and Briawan, D. (2010) ‘Penggunaan metode Body Shape
Questionnaire (SSQ) dan Figure Rating Scale (FRS) untuk pengukuran
persepsi tusuh remaja perempuan’, Gizi Indonesia, 33(1), pp. 29–36.
Setyawati, V. A. V. and Setyowati, M. (2015) ‘Karakter gizi remaja putri urban dan
rural di provinsi Jawa Tengah’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), p. 43. doi:
10.15294/kemas.v11i1.3463.

ISSN 2528-3170 (printed media); ISSN 2541-5921 (online media) Nutri-Sains


http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nutri-Sains
113
Sihag, R. and Joshi, H. (2017) ‘A study on body image satisfaction, BMI status and
dietary patterns among newly entrant girl students of Punjab Institute of
Medical Sciences, Jalandhar’, International Journal Of Community Medicine And
Public Health, 4(7), pp. 2531–2537. doi: 10.18203/2394-6040.ijcmph20172854.
Susetyowati (2017) Ilmu gizi teori dan aplikasi; Gizi remaja. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Vaterlaus, J. M. et al. (2015) ‘The perceived influence of social media on young adult
health behaviors’, Computers in Human Behavior, 45, pp. 151–157. doi:
10.1016/j.chb.2014.12.013.
Veeck, A. et al. (2014) ‘Influences on food choices of urban Chinese teenagers’,
Young Consumers, 15(4), pp. 296–311. doi: 10.1108/YC-08-2013-00390.

114 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, Vol 3 No 2

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy