LKPD K.hayati Sikap Ilmiah
LKPD K.hayati Sikap Ilmiah
LKPD K.hayati Sikap Ilmiah
Fitri Hayati
SDN 03 Lubang Panjang, Kota Sawahlunto, Indonesia
Email: fitrihayati927@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya sikap ilmiah siswa sehingga diperlukan
upaya untuk meningkatkan hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan
sikap ilmiah siswa dengan menggunakan lembar kerja berorientasi pendekatan Science
Technology di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode Research and
Development yang kemudian disingkat menjadi R&D. Penelitian ini menggunakan
model 4-D yang terdiri dari tahapan define, design, development dan disseminate.
Penelitian ini membuktikan bahwa sikap ilmiah dapat meningkat dalam pembelajaran
dengan menggunakan lembar kerja yang dinyatakan sangat valid dari aspek isi dan
validari aspek penyajian. Hal ini menyatakan bahwa dalam upaya peningkatkan sikap
ilmiah siswa sekolah dasar dapat dilakukan dengan mengunakan lembar kerja
berorientasi pendekatan Science Technology.
Kata Kunci: Lembar kerja siswa, sikap ilmiah, STEM.
Abstract
This research is motivated by the low mental scientific attitude so that efforts are
needed to improve it. The purpose of this study was to improve mental models by using
worksheets based Science Technology of elementary school students. This research This
research uses the Research and Development method which is then shortened to R&D.
This study uses a 4-D model consisting of define, design, development and disseminate
stages. This study proves that the scientific attitude of student can be improve by using
worksheets based Science Technology are declared to be very valid in terms of content
and presentation aspects. This article claims that employing worksheets oriented by
Science Technology method can help develop primary school students' scientific
attitude.
Keywords: Student worksheets, Scientific attitude, STEM.
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman maka terjadi juga proses perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat juga. Perkembangan ini
sesuai dengan lahirnya kompetensi abad 21 (Wijaya et al, 2016; Fitria, 2017).
Kompetensi abad 21 lahir menghadirkan kesesuaian pembangunan dengan kompetensi
baru yang harus dikuasai. Kompetensi baru tersebut terdiri dari kemampuan
berkolaborasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bepikir kritis dan kemampuan
berpikir kreatif (Makhrus et al, 2019; fitria et al, 2013). Kompetensi ini bertujuan untuk
220
menjawab tantangan abad 21 yaitu kemampuan untuk memproduksi dan mengambil
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Kemampuan tersebut dapat digunakan dan ditingkatan dalam proses pembelajaran
(Meilani et al, 2020; Fitria et al, 2018). Pembelajaran dilakuan dengan cara memusatkan
proses pembelajaran kepada siswa (student center) (Antika, 2014). Pembelajaran yang
terpusat pada siswa dapat dilakukan dengan melakukan analisis maupun percobaan
dimana siswa aktif menemukan informasi melalui kegiatan yang dikerjakan. Kegiatan
siswa tersebut dalam proses menemukan IPTEK berhubungan erat dengan nature of
science. Nature of science terdiri dari delapan aspek yaitu pemahaman melakukan
investigasi secara ilmiah dengan menggunakan berbagai bentuk metode; pemahaman
pengetahuan yang ilmiah didasarkan kepada bukti-bukti empiris; pemahaman
pengetahuan ilmiah yang bersifat terbuka; pemahaman akan model, hukum, mekanisme
ilmiah dalam menjelaskan berbagai bentuk fenomena; pemahaman dalam menggunakan
ilmu pengetahuan untuk mengetahui pengetahuan baru; pemahaman mengenai
pengetahuan ilmiah yang terdiri dari sistem alam; pemahaman mengenai pengetahuan
adalah bentuk dari usaha manusia; dan pemahaman mengenai pengetahuan membahas
pertanyaan tentang alam dan isinya (Lederman and Lederman, 2019). Pengintegrasian
nature of science ini dalam proses pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang baik
terhadap kemampuan siswa dalam mencapai kompotensi dan tujuan pembeajaran yang
telah ditetapkan. Selain itu pengintegrasian nature of science ini juga akan mampu
mengembangkan sikap ilmiah siswa (Brewer, 2001). Oleh sebab itu penerapan
pengintegrasian nature of science perlu dikembangkan pada proses pembelajaran
tematik.
Salah satu bentuk kebaharuan dalam proses pembelajaran tematik yang perlu
dikembangkan melalui pengintegrasian nature of science adalah sikap ilmiah. Sikap
ilmiah merupakan tingkah laku yang dilakukan oleh peserta didik yang sesuai dan
diakui kebenaranya berdasarkan ilmu pengetahuan yang terdiri dari rasa ingin tahu,
sikap skeptic,sikap positif terhadap kegagalan, sikap bekerja sama, sikap menerima
berbedaan dan sikap selalu mengutamakan bukti-bukti (Ghultom, 2018). Sikap ilmiah
ini penting untuk dikembangkan karena dapat membantu peserta didik dalam
memecahkan permasalahan sehari-hari (Puspito, 2016). Oleh sebab itu perlunya upaya
guru dalam mengembangkan sikap ilmiah peserta didik sekolah dasar.
Namun berdasarkan tes kemampuan awal sikap ilmiah yang peneliti lakukan
disalah satu SD negeri dinyatakan bahwa sikap ilmiah siswa rendah. Namun
berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SDN 17 Pasar Baru, Kecamatan
Barangin, Kota Sawahlunto pada tanggal 02 Maret 2021 juga ditemukan bahwa peserta
didik tidak aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Terlihat peserta didik hanya
sebatas mendengarkan penjelasan guru tanpa memperlihatkan rasa ingin tahu. Hal ini
mengindikasikan bahwa peserta didik tidak memiliki rasa ingin tahu lebih yang
merupakan bagian dari sikap ilmiah terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Selain itu ketika guru memberikan penjelasan terhadap masalah yang diberikan peserta
didik hanya mendengar tanpa adanya feed back terhadap solusi yang diberikan oleh
guru. Berdasarkan pengamatan penulis ini mengindikasikan bahwa peserta didik tidak
memiliki sikap skeptis yang merupakan bagian dari sikap ilmiah terhadap permasalahan
yang dihadapi. Kemudian ketika guru memberikan tugas secara berkelompok melalui
buku siswa, terlihat hanya ketua kelompok saja yang aktif dalam melakukan kegiatan
dan ditemukan juga ada beberapa ketua kelompok yang mendominasi kegiatan dan
221
tidak mau mendengar saran dari anggota kelompoknya. Hal ini mengidikasikan bahwa
peserta didik tidak dapat berkerjasama dan menerima perbedaan.
Dari pengamatan tersebut terlihat bahwa peserta didik masih belum mampu
menonjolkan sikap rasa ingin tahu, skeptis, dapat berkerjasama dan menerima
perbedaan yang merupakan bagian dari sikap ilmiah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
sikap ilmiah peserta didik masih belum optimal. Maka diperlukannya sebuah upaya
untuk dapat meningkatkan model mental dan sikap ilmiah peserta didik sekolah dasar
melaui pengaktifan proses pembelajaran.
Berdasarkan analisis penulis terhadap kurang optimalnya sikap ilmiah siswa ini
dikarenakan kurangnya ketertarikan siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran.
Kurangnya ketertarikan siswa ini disebabkan tidak dilibatkannya secara aktif siswa
dalam proses pembelajaran tersebut. Siswa sekolah dasar merupakan anak yang berada
pada masa operasional kongkret. Artinya siswa pada masa ini belajar dengan
menggunakan benda kongkret atau belajar melalui pengalaman nyata yang ada di
sekitar siswa. Hal ini dapat dipahami bahwa siswa sekolah dasar dituntut untuk aktif
dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa belajar tersebut dapat dilakukan dengan
mendesaian pembelajaran yang berorientasi kepada siswa aktif.
Salah satu cara yang dapat mengaktifkan siswa belajar adalah dengan
menggunakan lembar kerja siswa (LKPD). LKPD merupakan perangkat pembelajaran
yang berisikan perintah kerja dalam menemukan infromasi yang diinginkan
(Rahayuningsih, 2018) . LKPD memiliki banyak kelebihan yaitu dapat mempermudah
guru dalam mengaktifkan siswa melalui perkerjaan yang disusun secara sistematis,
(Lubis and Masniladevi, 2020). Selain itu LKPD juga merupakan sarana untuk
memfasilitasi siswa menemukan informasi melalui berbagai macam kegiatan (Salwan
adn Rahmatan, 2017). Penggunakan LKPD sangat tepat di terapkan untuk siswa sekolah
dasar. Hal ini dikarenakan LKPD berisikan percobaan dengan menggunakan benda
kongret dan siswa aktif melakukan kegiatan percobaan tersebut sehinggan sesuai
dengan karakteristik perkembangan siswa sekolah dasar. Penggunakan LKPD sangat
tepat di terapkan untuk siswa sekolah dasar. Hal ini dikarenakan LKPD berisikan
percobaan dengan menggunakan benda kongret dan siswa aktif melakukan kegiatan
percobaan tersebut sehinggan sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa sekolah
dasar.
Namun penggunaan LKPD di sekolah dasar belum sepenuhnya maksimal. Salah
satu pendekatan yang dapat digunakan dalam proses pengembangan LKPD yang sesuai
dengan karaktersitik perkembangan siswa, karaktersitik LKPD dan tuntutan kompetensi
abad 21 yang terintegrasi dengan nature of science adalah pendekatan STEM. Penelitian
yang dilakukan oleh (Cotabish et al, 2013 and Isabelle, 2017) menyatakan bahwa
pembelajaran STEM sangat cocok digunakan untuk pembelajaran disekolah dasar. Hal
ini dikarenakan pembelajaran STEM mengandung aspek-aspek yang sesuai dengan
tuntutan masa depan . Penelitian yang dilakukan oleh (Vincent-Ruz et al, 2018 and
McComas et al, 2017) menyatakan bahwa STEM merupakan pembelajaran yang sesuai
dengan nature of science. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
STEM cocok digunakan dalam proses pengembangan LKPD dalam upaya
meningkatkan kemampuan literasi siswa sekolah dasar.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa diperlukanya sebuah
lembar kerja siswa yang sesuai dengan karaktersitik perkembangan siswa, karaktersitik
lembar kerja dan tuntutan kompetensi abad 21 yang terintegrasi dengan nature of
science yang dapat meningkatkan sikap ilmiah dan sikap ilmiah siswa sekolah dasar.
222
Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan lembar kerja berbasis STEM
sebagai upaya meningkatkan sikap ilmiah dan sikap ilmiah siswa kelas II sekolah dasar
yang valid.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Research and Development yang kemudian
disingkat menjadi R&D. Penelitian ini menggunakan model 4-D yang terdiri dari
tahapan define, design, development dan disseminate. Subjek penelitian ini adalah guru
dan siswa kelas II SDN 17 Pasar Baru Kota SawahLunto (kelas eksperimen) dan SDN
03 Lubang Panjang Kota Sawah Lunto (kelas control) masing-masing sebanyak 1 guru
dan 15 siswa.
223
Skor sebelum dan sesudah pembelajaranKelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen sebelum Sesudah
Nilai Maksimum 13,00 13,00
Nilai Minimum 9,00 11,00
Mean 10,60 11,67
Median 10,00 12,00
Modus 10,00 11,00
Standar Deviasi 1,5556 0,723
Sebelum pelaksanaan pembelajaran pada kelompok kontrol diperoleh skor sikap
ilmiah tertinggi yaitu 13 dan terendah yaitu 09,00. Adapun rata-rata hitungnya sebesar
10,60, median 10,00, modus 10,00 dan standar deviasi 1,556. Setelah pelaksanaan
pembelajaran diperoleh skor sikap ilmiah tertinggi yaitu 13 dan terendah yaitu 11.
Adapun rata-rata hitungnya sebesar 11,67, median 12,00, modus 11,00 dan standar
deviasi 0,723.
3. Hasil Post-Test Kelompok Eksperimen
Hasil post-test yang dilakukan sesudah menggunakan LKPD berbasis STEM
yaitu pada kelompok eksperimen diperoleh skor sikap ilmiah tertinggi yaitu 24 dan
terendah yaitu 21. Adapun rata-rata hitungnya sebesar 22,27, median 22,00, modus 22
dan standar deviasi 0,88.
4. Hasil Post-Test Kelompok Kontrol
Hasil post-test yang dilakukan sesudah menggunakan LKPD berbasis STEM
yaitu pada kelompok kontrol diperoleh skor sikap ilmiah tertinggi yaitu 15 dan terendah
yaitu 12. Adapun rata-rata hitungnya sebesar 13,40, median 14,00, modus 14,00 dan
standar deviasi 0,98.
B. Uji Normalitas
Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua data yaitu data pre-test dan post-
test kelomok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, uji normalitas
didapatkan dengan menggunakan uji kolmogrov-smirnov atau Shapiro-wilk. Uji
normalitas digunakan untuk megetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak,
dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria nilai sig >
0,05. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Uji Normalitas Data Sikap Ilmiah
Berdasarkan tabel diatas untuk seluruh data kelompok eksperimen dan control
maupun pre-test dan post-test menunjukan nilai sig. Kolmogorov Smirnov maupun
Shapiro Wilk > 0,05. Jadi kesimpulan dari distribusi yaitu menyatakan normal.
Dikarenakan data penelitian berdistribusi normal, maka penelitian dapat dilanjutkan
menggunakaan satistik parametik.
C. Uji Paired Sample T test
224
Uji paired sample T test dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada
hasil pre-test dan post-test peserta didik dari kelompok eksperimen dan control. Hasil
perhitungan uji hipotesis pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Uji Paired Sample T test
1. Berdasarkan output Pair 1 diperoleh nilai sig. (2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05,
maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata sikap ilmiah peserta didik untuk
pre-test kelas eksperimen dengan post-test eksperimen (kelas yang belajar dengan
LKPD berbasis STEM).
2. Berdasarkan output Pair 2 diperoleh nilai sig. (2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05,
maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata sikap ilmiah peserta didik untuk
pre-test kelas kontrol dengan post-test kelas kontrol (kelas yang belajar secara
konvensional)
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan sebelum
dilakukan (pre-test) pembelajaran menggunakan LKPD berbasis STEM dan setelah
dilakukan pembelajaran menggunakan LKPD berbasis STEM Terhadap kemampuan
sikap ilmiah peserta didik sekolah dasar. Untuk melihat lebih jelas rata-rata sikap ilmiah
sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran menggunakan LKPD berbasis STEM
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Hasil Paired Sample
Dari gambar tersebut terlihat skor rata-rata sikap ilmiah peserta didik sebelum
belajar menggunakan LKPD berbasis STEM adalah 10,73 dan mengalami peningkatan
setelah belajar menjadi 18,00. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengaruh
penggunaan LKPD berbasis STEM terhadap peningkatan sikap ilmiah peserta didik
kelas II sekolah dasar.
.
D. Uji Homogenitas
Sebelum dilakukan uji independent sample t test pada kedua kelompok penelitian,
maka ada syarat yang akan dilakukan yaitu mencari nilai homogenitas. Dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan uji homogeneity of variance. Pada sampel ini
dinyatakan homogen apabila nilai sig. Based on Mean > 0,05. Hasil uji homogenitas
kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat dari tabel berikut
225
Tabel 5
Uji Homogenitas
Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai sig. based on mean 0,021 > 0,05
sehingga disimpulkan bahwa varians data sikap ilmiah sebelum dan sesudah
pembelajaran adalah sama atau homogen, dengan demikan maka salah satu syarat (tidak
mutlak) dari uji independent sample t test sudah terpenuhi.
E. Uji Indenpendent Sample T test
Uji independent t test dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil
peserta didik dari post-test kelompok ekseperimen dan post-test peserta didik dari
kelompok control. Hasil perhitungan hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Uji Indenpendent Sample T test
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai sig. (2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka
dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata sikap ilmiah peserta didik antara yang
menggunakan LKPD berbasis STEM dengan yang menggunakan metode konvensional.
Untuk lebih jelasnya mengetahui rata-rata post-test kelas eksperimen dan kelan control
dapat dilihat pada tabel statistic berikut ini:
Tabel 7
Rata-Rata Post
Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata sikap ilmiah peserta didik yang belajar
dengan menggunakan LKPD berbasis STEM mendapatkan skor 18,00 lebih tinggi dari
pada kelas yang belajar secara konvensional. Hal ini membuktikan bahwa LKPD
berbasis STEM efektif untuk meningkatkan sikap ilmiah peserta didik kelas II sekolah
dasar.
LKPD berbasis STEM dikembangkan dikarenakan perlunya upaya untuk
meningkatkan model mental dan sikap ilmiah peserta didik kelas II. Disamping belum
adanya LKPD yang sesuai dengan karaktersitik perkembangan peserta didik,
karaktersitik LKPD dan tuntutan kompetensi abad 21 yang terintegrasi dengan nature of
science yang dapat meningkatkan model mental dan sikap ilmiah peserta didik sekolah
226
dasar. Oleh sebab itu perlunya pengembangan LKPD berbasis STEM untuk
meningkatkan model mental dan sikap ilmiah peserta didik sekolah dasar.
LKPD dikembangkan berdasarkan proses analisis kebutuhan dan analisis
karakteristik peserta didik. Berdasarkan analisis kebutuhan diperlukan sebuah perangkat
pembelajaran berupa RPP dan LKPD berbasis STEM untuk meningkatkan model
mental dan sikap ilmiah peserta didik sekolah dasar. selain itu LKPD sebgaai salah satu
perangkat pembelajaranjuga harus disesuaikan dengan karaketeristik peserta didik.
Berdasarkan kajian literatur karakterisitik peserta didik sekolah dasar yaitu belajar dari
benda-benda kongret, senang merasakan, melakukan atau memperagakan sesuatu secara
langsung, senang berkerja secara berkelompok, senang bermain dan senang bergerak
(Muslicha, 2015; Anshory et al, 2016; Hadi, 2017; Burhein, 2017; Sandi, 2018; Witarsa
et al, 2018; Wijaya et al, 2018).
LKPD berbasis STEM ini juga efektif untuk meningkatkan sikap ilmiah peserta
didik. merupakan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang yang sesuai dan diakui
kebenaranya berdasarkan ilmu pengetahuan yang terdiri dari rasa ingin tahu, sikap
skeptis, sikap positif terhadap kegagalan, sikap bekerja sama, sikap menerima
berbedaan dan sikap selalu mengutamakan bukti-bukti. LKPD berbasis STEM ini
menuntut peserta didik untuk aktif bertanya dan membaca dalam menemukan informasi.
Hal ini bertujuan agar peserta didik memiliki rasa ingin tahu terhadap infromasi yang
disajikan. Rasa ingin tahu dapat dipenuhi dengan kegiatan membaca dan bertanya.
Sikap ilmiah berperan penting dalam proses pengembangan konseptual domain
sains. Proses pengembangan sikap ilmiah akan berpengaruh terhadap proses
penghubungan kognitif siswa melalui internalisasi konsep. Coll menyatakan bahwa
sikap ilmiah penting dalam proses pembalajaran sains dikarenakan awal proses
pengembangan sains memerlukan sikap ilmiah sebagai pemicu utama. Selain itu
pengembangan sikap ilmiah juga berpengaruh terhadap proses prediksi, pengujian ide
baru dan membantu siswa dalam memecahkan permasalahan dalam proses
pembelajaran (Supriadi et al, 2018).
Perbedaan rata-rata sikap ilmiah siswa untuk pre-test kelas eksperimen dengan
post-test eksperimen (kelas yang belajar dengan LKPD berbasis STEM). Artinya
bahwa ada pengaruh penggunaan LKPD berbasis STEM terhadap peningkatan sikap
ilmiah siswa kelas II sekolah dasar. kemudian berdasarkan uji independent sample T
test diperoleh nilai sig. (2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada
perbedaan rata-rata sikap ilmiah siswa antara yang menggunakan LKPD berbasis STEM
dengan yang menggunakan metode konvensional. Kedua perhitungan ini membuktikan
bahwa penggunaan perangkat pembelajaran berbasis STEM efektif untuk meningkatkan
sikap ilmiah siswa sekolah dasar. Sedangkan Hasil uji paired sample T test terhadap
data sikap ilmiah mendapatkan output Pair 1 diperoleh nilai sig. (2 tailed) sebesar 0,000
< 0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata sikap ilmiah siswa untuk pre-
test kelas eksperimen dengan post-test eksperimen (kelas yang belajar dengan LKPD
berbasis STEM). Artinya bahwa ada pengaruh penggunaan LKPD berbasis STEM
terhadap peningkatan sikap ilmiah siswa kelas II sekolah dasar.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-
rata sikap ilmiah siswa yang signifikan dalam pembelajaran yang menggunakan lembar
kerja berorientasi Science Technology dengan pembelajaran yang menggunakan
metode konvensional. Hal ini menyatakan bahwa sikap ilmiah siswa dalam
227
pembelajaran dapat ditingkatkan secara efektif dengan menggunakan lembar kerja
siswa berorientasi Science Technology.
BIBLIOGRAFI
Arlis, S., Amerta, S., Indrawati, T., Zuryanty, Z., Chandra, C., Hendri, S., ... & Fauziah,
M. (2020). Literasi Sains Untuk Membangun Sikap Ilmiah Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, 6(1),1-10.
Brewer, W. F. (2001). Models in science and mental models in scientists and
nonscientists. Mind & Society, 2(2), 33-48.
Clement, J. J., & Steinberg, M. S. (2002). Step-Wise Evolution of Mental Models of
Electric C ircuits: A" Learning-Aloud" Case Study. The Journal of the Learning
Sciences, 11(4), 389-452
Cotabish, A., Dailey, D., Robinson, A., & Hughes, G. (2013). The effects of a STEM
intervention on elementary students' science knowledge and skills. School Science
and Mathematics, 113(5), 215-226.
Fitria, Y., & Idriyeni, I. (2017). Development of Problem-Based Teaching Materials for
The Fifth Graders of Primary School. Ta'dib, 20(2), 99-106.
Fitria, Y., Hasanah, F. N., & Gistituati, N. (2018). Critical Thinking Skills of
Prospective Elementary School Teachers in Integrated Science-Mathematics
Lectures. Journal of Education and Learning (EduLearn), 12(4), 597-603.
Fitria, Y., Helsa, Y., Nirwana, H., & Zulkarnaini, A. P. (2018, September). The
integration of science and math. In Journal of Physics: Conference Series (Vol.
1088, No. 1, p. 012041). IOP Publishing.
Fitria, Y., Permatasari, A., Sudargo, F., & Sopandi, W. (2013). Elementary Teacher
Student Perspective to Natural Science Learning as Accomodate Effort of Need
Study Capability. International Journal of science and Research (IJSR), 2(3),
482-485.
Fitriyanti, F., Farida, F., & Zikri, A. (2020). Peningkatan Sikap dan Kemampuan
Berpikir Ilmiah Siswa Melalui Model PBL di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 4(2), 491-497
Gentner, D., & Stevens, A. L. (Eds.). (2014). Mental models. New York: Psychology
Press.
Gultom, E. C. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE)
pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah dan Kemampuan Kognitif
Siswa. Quantum: Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 9(1), 76-83
Hendracipta, N. (2016). Menumbuhkan sikap ilmiah siswa sekolah dasar melalui
pembelajaran ipa berbasis inkuiri. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 2(1),
109-116.
Makhrus, M., Harjono, A., Syukur, A., Bahri, S., & Muntari, M. (2019). Identifikasi
Kesiapan LKPD Guru Terhadap Keterampilan Abad 21 Pada Pembelajaran IPA
SMP. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 3(2), 298728.
Mariati, M., Amelia, T., & Irawan, B. (2021). Validitas Lembar Kerja Siswa (Lkpd)
Berbasis Model Project Based Learning (PjBL) Pada Materi Keanekaragaman
Hayati Untuk Pembelajaran Di Kelas X SMA. Student Online Journal (SOJ)
UMRAH-Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2(1), 401-406
228
Meilani, D., Dantes, N., & Tika, I. N. (2020). Pengaruh Implementasi Pembelajaran
Saintifik Berbasis Keterampilan Belajar Dan Berinovasi 4C Terhadap Hasil
Belajar IPA Dengan Kovariabel Sikap Ilmiah Pada Siswa Kelas V SD Gugus 15
Kecamatan Buleleng. Jurnal Elementary: Kajian Teori Dan Hasil Penelitian
Pendidikan Sekolah Dasar, 3(1), 1-5.
Sari, W. P., & Ma'rifah, D. R. (2020). Pengembangan Lkpd Mobile Learning Berbasis
Android Dengan Pbl Untuk Meningkatkan Critical Thinking Materi
Lingkungan. Jurnal Pendidikan Biologi, 11(2), 49-58.
Sulviana, F. (2016). Pengembangan LKPD IPA guided inquiry untuk meningkatkan
produk kreativitas siswa SMP/MTs. Jurnal Pendidikan Matematika dan
Sains, 4(1), 75-88
Vincent-Ruz, P., & Schunn, C. D. (2018). The nature of science identity and its role as
the driver of student choices. International journal of STEM education, 5(1), 1-12.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., Nyoto, A., & Malang, U. N. (2016). Transformasi
pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era
global. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 26,
pp. 263-278).
229