3810 115089 2 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

P-ISSN: 2302-9315

Vol. 11, No. 1, Jan 2023, Page. 27-41 E-ISSN: 2714-7274


© Copyright: The Author(s) https://jurnal.polines.ac.id/index.php/keunis
This is an open access article under the CC BY-SA license

KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN PROSES BISNIS INTERNAL


PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA
PERUSAHAAN BERBAGAI SEKTOR DENGAN KAPITALISASI TERTINGGI DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2020-2021

TH. TYAS LISTYANI*


NOVI MEHERIZCA CHOIRUN NISAK
PRIHATININGSIH

Politeknik Negeri Semarang


Jl. Prof. Sudarto, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia

Article History: Abstract: This study aims to analyze financial performance based on
Received : 22-08-2022 the company's internal business processes using the balanced
Revised : 12-12-2022 scorecard method in various sector companies with the highest
Accepted : 25-12-2022 capitalization on the Indonesia Stock Exchange which experienced a
Published : 02-01-2023
decline in profits in 2020-2021. This research design is a descriptive
Corresponding author: applied quantitative research with ASII, BBCA, and TLKM samples. The
*
tyaslistyani15@gmail.com
analytical method used is the Balanced Scorecard Method with four
perspectives. The results of the analysis show that ASII 2020 results in
Cite this article: a final total score of 50% in the BBB category and unhealthy conditions,
Listyani, T. T., Nisak, N. M. C., & ASII 2021 at 57% in the BBB category and unhealthy conditions, BBCA
Prihatiningsih, P. (2023). Kinerja 2020 at 62% in the BBB category and unhealthy conditions, BBCA
Keuangan Berdasarkan Proses Bisnis 2021 by 74% with category A and very healthy condition, TLKM 2020
Internal Perusahaan Dengan Metode by 58% with category BBB and unhealthy conditions, and TLKM 2021
Balanced Scorecard Pada Perusahaan by 71% with category A and very healthy condition.
Berbagai Sektor Dengan Kapitalisasi Keywords : Company's Financial Performance, Highest
Tertinggi Di Bursa Efek Indonesia Capitalization, Profit Reduction, and Balanced Scorecard
Tahun 2020-2021. Keunis, 11(1), 27-
41.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan
DOI: berdasarkan proses bisnis internal perusahaan dengan metode
10.32497/keunis.v11i1.3810 balanced scorecard pada perusahaan berbagai sektor dengan
kapitalisasi tertinggi di Bursa Efek Indonesia yang mengalami
penurunan laba di tahun 2020-2021. Desain penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif terapan deskriptif dengan sampel ASII, BBCA, dan
TLKM. Metode analisa yang digunakan adalah Metode Balanced
Scorecard dengan empat perspektif. Hasil analisis menunjukkan hasil
ASII 2020 memperoleh nilai akhir total skor sebesar 50% dengan
kategori BBB dan kondisi kurang sehat, ASII 2021 sebesar 57%
dengan kategori BBB dan kondisi kurang sehat, BBCA 2020 sebesar
62% dengan kategori BBB dan kondisi kurang sehat, BBCA 2021
sebesar 74% dengan kategori A dan kondisi sangat sehat, TLKM 2020
sebesar 58% dengan kategori BBB dan kondisi kurang sehat, serta
TLKM 2021 sebesar 71% dengan kategori A dan kondisi sangat sehat.
Kata kunci : Kinerja Keuangan Perusahaan, Kapitalisasi Tertinggi,
Penurunan Laba, dan Balanced Scorecard

27
KEUNIS, Vol. 11, No. 1 January 2023

PENDAHULUAN
Tirajoh (2020) Pengukuran kinerja perusahaan menjadi salah satu yang sangat penting bagi manajemen
untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan dan perencanaan tujuan dimasa mendatang. Penilaian
kinerja yang hanya memfokuskan pada sektor finansial juga kurang mampu menjelaskan mengenai track record
perusahaan serta kurang mampu membawa perusahaan ke arah perubahan demi masa depan perusahaan yang
lebih baik (Kaplan dan Norton, 1992:72). Jika perusahaan menerapkan pengukuran kinerja komprehensif, hal ini
diharapkan mampu membantu manajemen dalam mengukur sejauh mana tercapainya strategi yang telah
ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja yang komprehensif juga sangat diperlukan dengan tujuan untuk
melakukan pengelolaan kinerja sehingga membantu mengintegrasikan tujuan perusahaan, individu maupun
kelompok kerja.
Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh dengan ketidakpastian perekonomian karena adanya pandemi
Covid-19. Hal ini disampaikan oleh Menkeu dalam sidang paripurna DPR RI pada 15 Juli 2021 yang
menyebutkan bahwa Indonesia mengalami kontraksi ekonomi tahun 2020 sebesar minus 2,07%
(www.kemenkeu.go.id). Kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab perusahaan-perusahaan pasar modal
yang ada di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan laba maupun kenaikan kerugian terutama di akhir
periode, tidak terkecuali perusahaan yang memiliki kapitalisasi tinggi di sektornya. Sedangkan menurut website
bps.go.id, Ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69%, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2020. Hal
ini berarti ekonomi Indonesia pada tahun 2021 sudah membaik dibandingkan tahun 2020. Berdasarkan kondisi
ekonomi tersebut, biasanya berbagai sisi termasuk pasar modal juga mengalami peningkatan performance atas
kinerja emiten. Namun, beberapa emiten justru mengalami penurunan laba maupun kenaikan kerugian meskipun
emiten tersebut memiliki kapitalisasi tertinggi di setiap sektor pada tahun 2021.
Berikut merupakan Emiten di masing-masing sektor dengan kapitalisasi tertinggi yang menunjukkan
pertumbuhan laba menurun dan kenaikan kerugian pada tahun 2020-2021.
Tabel 1. Emiten dengan Kapitalisasi Tertinggi di Sektornya yang Mengalami Penurunan Laba
di Akhir Tahun 2020-2021
ASII BBCA TLKM
Telekomunikasi Indonesia
Periode Astra Internasional Tbk Bank Central Asia Tbk
(Persero) Tbk
Aneka Industri Keuangan Infrastruktur
TAHUN 2020
Kapitalisasi Rp243.913 Rp826.226 Rp327.896
2019 TW 4 Rp5.839.000 Rp6.052.542 Rp4.392.000
TW 1 Rp4.810.000 Rp6.581.123 Rp8.301.000
TW 2 Rp6.568.000 Rp5.658.895 Rp7.132.000
2020
TW 3 Rp2.661.000 Rp7.795.175 Rp7.518.000
TW 4 Rp2.125.000 Rp7.095.916 Rp6.612.000
TAHUN 2021
Kapitalisasi Rp230.756 Rp890.909 Rp400.211
2020 TW 4 Rp2.125.000 Rp7.095.916 Rp6.612.000
TW 1 Rp4.657.000 Rp7.043.122 Rp8.387.000
TW 2 Rp6.486.000 Rp7.420.734 Rp8.533.000
2021
TW 3 Rp7.875.000 Rp8.856.144 Rp8.743.000
TW 4 Rp6.568.000 Rp8.120.159 Rp8.285.000
Sumber: Laporan Keuangan Emiten di IDX (2022)
Berdasarkan tabel di atas, berikut grafik emiten di masing-masing sektor dengan kapitalisasi tertinggi yang
menunjukkan pertumbuhan laba menurun dan kenaikan kerugian pada tahun 2020-2021.

28
E-ISSN: 2714-7274 Th. Tyas Listyani
P-ISSN: 2302-9315 Novi Meherizca Choirun Nisak …………

Laba Perusahaan dengan Kapitalisasi Tertinggi di Sektornya yang Mengalami


Penurunan di Akhir Tahun 2020-2021
(Dalam Jutaan Rupiah)
Rp10,000,000
Rp8,000,000
Rp6,000,000
Rp4,000,000
Rp2,000,000
Rp0
TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4
2019 2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021

ASII 2020 BBCA 2020 TLKM 2020


ASII 2021 BBCA 2021 TLKM 2021

Sumber: Laporan Keuangan Emiten di IDX (2022)


Gambar 1. Grafik Emiten dengan Kapitalisasi Tertinggi di Sektornya yang Mengalami Penurunan Laba
di Akhir Tahun 2020-2021
Diana-Riyana (2017) mengemukakan bahwa Balance Scorecard dapat menjadi indikasi peringatan awal
dari keberhasilan dan kegagalan bagi perusahaan secara lebih menyeluruh dari sisi financial, pelanggan, proses
bisnis, pembelajaran. Sehingga kemampuan perusahaan untuk merespon perubahan dengan tindakan perbaikan
dapat lebih cepat untuk memperkecil resiko. Balanced scorecard adalah kartu skor yang digunakan untuk
mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan nonkeuangan, antara jangka
pendek dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal (Rangkuti, 2015).
Perspektif pertama yang digunakan dalam penilaian kinerja dengan metode balanced scorecard adalah
perspektif keuangan. Nugroho dan Pudiastuti (2020) menyebutkan bahwa rasio keuangan menggunakan variabel
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Rasio-rasio keuangan yang digunakan meliputi Liquidity
Ratio (Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR)), Solvency Ratio (Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio),
Profitability Ratio (Gross Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity). Penelitian yang dilakukan oleh Diana-
Riyana (2017) mengemukakan bahwa pada perspektif keuangan terdapat peningkatan kinerja di periode 2015-
2016 dibanding periode 2014-2015. Pengukuran kinerja keuangan di tahun 2015 mengalami penurunan
dibanding tahun 2014 terlihat dari adanya penurunan Net Income di tahun 2015 yang disebabkan adanya
peningkatkan Other Expenses yang cukup tinggi di tahun 2015. Perspektif kedua adalah perspektif pelanggan.
Sagala dan Siagian (2021) mengemukakan bahwa perspektif pelanggan berfokus bagaimana pandangan
pelanggan terhadap produk dan pelayanan yang dihasilkan perusahaan. Pada perspektif pelanggan penelitian
Diana-Riaya (2017) terdapat peningkatan kinerja di periode 2015-2016 dibanding 2015-2014 karena ditahun
2015 terjadi penurunan penerimaan pelanggan sebesar 8% dan mengalami peningkatan di tahun 2016 sebesar
5%. Perspektif ketiga adalah perspektif proses bisnis internal. Mahsina (2017) menyatakan bahwa perspektif
proses bisnis internal adalah membangun keunggulan organisasi melalui perbaikan terus-menerus dari proses
internal organisasi, yaitu penekanan pada biaya operasional. Pada penelitian Diana-Riyana (2017) perspektif
proses bisnis internal diwakili dari hasil pengukuran Operating Profit terdapat peningkatan kinerja di periode
2015-2016 sebesar 13 % dibanding periode 2014-2015 yang hanya mengalami peningkatan kinerja sebesar 1%.
Perspektif keempat yaitu perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Diana-Riyana (2017) menyatakan bahwa
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan bahwa perusahaan berupaya memaksimumkan
kemampuan, motivasi, produktivitas dan loyalitas sumber daya manusia untuk meningkatkan laba dan nilai
perusahaan. Pada perspektif ini, terdapat peningkatan kinerja periode 2015-2016 dibanding kinerja periode 2014-
2015 yang disebabkan karena Net Income di tahun 2015 mengalami penurunan sehingga pendapatan per
karyawan mengalami penurunan.
Berdasarkan berbagai penelitian (research gap) yang dilakukan peneliti sebelumnya terkait keempat
perspektif yang ada di balanced scorecard dalam penilaian fenomena bisnis terhadap kinerja perusahaan, maka
sangat menarik untuk mengidentifikasi dan menganalisis lebih lanjut bagaimana kinerja perusahaan di Bursa

29
KEUNIS, Vol. 11, No. 1 January 2023

Efek Indonesia yang memiliki kapitalisasi tertinggi di setiap sektornya namun mengalami penurunan laba di akhir
tahun 2020-2021.

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS


Pengukuran Kinerja Perusahaan
Mahsina (2017) menjelaskan pengukuran kinerja adalah penentuan efisiensi operasional secara teratur
untuk suatu organisasi, bagian dari organisasi dan karyawan berdasarkan tujuan, sasaran, dan standar yang
telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran kinerja juga diartikan sebagai pengukuran yang dilakukan terhadap
berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada di dalam perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan ini dapat dilakukan menggunakan banyak sekali metode. Sekarang ini,
terdapat metode tradisional dan ada pula metode modern. Metode tradisional biasanya berupa pengolahan dan
analisis pada rasio keuangan perusahaan saja seperti menggunakan Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan masih banyak lagi yang pengolahan dan analisisnya tidak di diproses
lebih lanjut agar hasil analisis lebih maksimal. Namun, terdapat metode modern dimana metode ini dikenal
dengan sebutan Value Based Management (VBM) yang biasanya identik dengan Economic Value Added (EVA),
Market Value Added (MVA), Cash Value Added (CVA), dan Financial Value Added (FVA). Akan tetapi, metode
dalam penentuan kinerja keuangan perusahaan tidak hanya tradisional dan modern saja, namun masih banyak
metode-metode lain yang sudah sering digunakan oleh perusahaan dan termasuk ke dalam pengembangan
metode modern, antara lain analisis dengan metode Commond Size, Balanced Scorecard, Du Point, dan lain-
lain.
Balanced Scorecard
Rangkuti (2015) mengemukakan bahwa Balanced scorecard adalah adalah kartu skor yang digunakan
untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan nonkeuangan, antara
jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Menurut Kaplan dan Norton
(2000:7) yang dikutip dari Mahsina (2017), Balanced Scorecard adalah metode penilaian yang mencakup empat
perspektif yang mengukur kinerja perusahaan: keuangan, pelanggan, bisnis internal, dan pembelajaran dan
pertumbuhan perspektif.
Perspektif Keuangan
Sagala et al (2021) berpendapat perspektif ini berfokus untuk melihat bagaimana kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dan bagaimana agar laporan keuangan perusahaan dianggap baik oleh
pemegang saham. Perspektif keuangan menilai kinerja keuangan perusahaan menggunakan tolak ukur untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan yang baik bagi pemegang saham.
Prayudi (2018) menyatakan bahwa pengukuran perspektif keuangan, menggunakan variabel rasio keuangan.
Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk perusahaan umum meliputi Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio
(DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA),
Return on Equity (ROE), dan Total Asset Turn Over (TATO). Sedangkan rasio keuangan yang digunakan untuk
perusahaan perbankan meliputi Non-Performing Loans (NPL), Rasio Biaya Operasional (BOPO), Loan to Deposit
Ratio (LDR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE), dan Net Interest Margin (NIM).
Perspektif Pelanggan
Sagala et al (2021) mengemukakan bahwa perspektif ini berfokus bagaimana pandangan pelanggan
terhadap produk dan pelayanan yang dihasilkan perusahaan. Perspektif ini dalam perusahaan umum dan
perbankan sama yaitu melihat profitabilitas pelanggan yang menggambarkan seberapa besar keuntungan
berhasil dicapai perusahaan dari pendapatan yang ditawarkan kepada pelanggan atau nasabah.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Diana (2017) berpendapat bahwa proses bisnis internal adalah aktivitas yang mengoptimalkan
penggunaan harta perusahaan dalam menciptakan produk atau jasa dan menemukan metode kerja baru yang
efektif dan efisien. Perspektif proses bisnis internal ini dapat di lihat dari Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) perusahaan terkait. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara

30
E-ISSN: 2714-7274 Th. Tyas Listyani
P-ISSN: 2302-9315 Novi Meherizca Choirun Nisak …………

input dan output. Sedangkan untuk perusahaan perbankan dapat dilihat dari Administrative Expense to Total
Revenue (AETR).
Perspektif Pertumbuhan Pembelajaran
Sagala (2021) mengemukakan bahwa perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ini berfokus kepada
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan sumber daya manusia yang ada didalam perusahaannya agar
mampu dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Produktivitas kerja dapat diukur dari dua
sisi yaitu: nilai penjualan dibagi jumlah pekerja dan laba bersih dibagi jumlah pekerja. Hakikatnya pendapatan
perusahaan (revenue firm) dan laba bersih perusahaan (earning after tax of firm) adalah karya pekerja, tanpa
pekerja modal dan alat kerja tidak ada artinya. Penilaian dalam indikator ini baik untuk perusahaan umum
maupun perusahaan perbankan dapat dilihat dengan membandingkan antara net income dengan total employee.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini berjenis penelitian kuantitatif terapan deskriptif dengan menggunakan sumber data sekunder
yang diperoleh dari Annual Report IDX Tahun 2020-2021.
Populasi dan Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi emiten dengan kapitalisasi di setiap sektor pada tahun 2020 yang
berjumlah 9 emiten dan tahun 2021 dengan 11 emiten. Sampel yang diambil dari populasi yang dilakukan
dengan purposive sampling yang didasarkan pada kriteria :
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2020-2021 yang memiliki
kapitalisasi tertinggi di setiap sektornya.
2. Perusahaan Go-Public yang memiliki kapitalisasi tertinggi di setiap sektornya yang mengalami fenomena
bisnis yaitu turunnya laba atau meningkatnya kerugian di akhir tahun 2020 dan 2021.
3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan kuartalan selama periode tahun 2020
per 31 Desember 2021 (untuk emiten yang digunakan pada pengukuran tahun 2020) dan laporan
keuangan tahunan dan kuartalan selama periode tahun 2021 per 31 Mei 2022 (untuk emiten yang
digunakan pada pengukuran tahun 2021) baik di website IDX, website emiten.kontan.co.id, maupun
website masing-masing perusahaan.
4. Perusahaan memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi pada laporan keuangan yang diperoleh dari IDX
periode 2020-2021.
Teknik Analis Data
Teknik analisis data metode deskriptif pendekatan akuntansi menggunakan analisis Balanced Scorecard
dengan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan
perspektif pertumbuhan pembelajaran. Rangkuti (2015) mengemukakan analisis tersebut meliputi lima langkah
yaitu:
1. Mengukur Bobot dan Bobot Indikator
Tabel 2. Pengukuran bobot dan bobot indikator
No. Perspektif KPI Jumlah Indikator Bobot Bobot Indikator
1. Keuangan DER, DAR, ROA, ROE, NPM (umum) atau 8 60 7,5
NPL (bank), CR (umum) atau LDR (bank),
GPM (umum) atau NIM (bank), dan TATO
(umum) atau BOPO (bank)
2. Pelanggan Profitabilitas Pelanggan 1 10 10
3. Proses Bisnis Internal Efisiensi Biaya Operasional (umum) atau 1 10 10
AETR (bank)
4. Pertumbuhan dan Produktifitas karyawan 1 20 20
Pembelajaran
TOTAL 100

31
KEUNIS, Vol. 11, No. 1 January 2023

2. Mengukur Skor Tertimbang Maksimum


Tabel 3. Skor Tertimbang Maksimum
Jumlah Skor Indikator Skor Tertimbang
Perspektif Bobot Indikator
Indikator Maksimum Maksimum
Keuangan 8 4 7,5 240
Pelanggan 1 4 10 40
Proses Bisnis Internal 1 4 10 40
Pertumbuhan dan Pembelajaran 1 4 20 80
TOTAL 400
3. Mengukur Jumlah Skor Indikator
Pemberian nilai A = 4, B = 3, C = 2, dan D = 1 untuk masing-masing indikator adalah berdasarkan
empat kriteria masing-masing indikator, yaitu dengan menggunakan nilai interval kelas dengan rumus
sebagai berikut:
Interval kelas = (nilai target – nilai minimum) / 4
Setelah menentukan interval kelas, selanjutnya menentukan kriteria skor indikator masing-masing key
performance indicator berdasarkan interval kelas tersebut. Berdasarkan besarnya nilai perusahaan per
key performace indicator maka dapat ditentukan skor indikator.
4. Mengukur Nilai Akhir per Komponen
Nilai akhir per komponen dapat ditentukan berdasarkan hasil dari tahap 2 dan tahap 3. Sebelum
menghitung nilai akhir komponen, harus dilakukan perhitungan terhadap skor tertimbang dengan cara
mengalikan jumlah skor indikator dengan bobot indikator. Rumus mencari nilai akhir per komponen adalah
sebagai berikut. Rumus nilai akhir komponen (0-100) = (skor tertimbang / skor tertimbang maksimum) x
100%
5. Menghitung Nilai Akhir Total atau Total Score
Tahap ini diawali dengan menghitung total skor tertimbang dan nilai akhir total skor dan menghitung
jumlah dari skor tertimbang. Rumus nilai akhir total (total score) adalah sebagai berikut.
Nilai total score = (Jumlah skor tertimbang / Jumlah skor tertimbang maksimum) x 100%

Berdasarkan hasil dari perhitungan nilai total score selanjutnya dilakukan penilaian terhadap nilai tersebut
dengan menggunakan kriteria standar yang tercantum pada tabel 4. dibawah ini.
Tabel 4. Kriteria Standar Kondisi Perusahaan
Kondisi Kategori Total Score (%)
AAA ≥ 95
Sangat Sehat AA 80 < TS < 95
A 65 < TS < 80
BBB 50 < TS < 65
Kurang Sehat BB 40 < TS < 50
B 30 < TS < 40
CCC 20 < TS < 30
Tidak Sehat CC 10 < TS < 20
C TS < 10
Sumber: Rangkuti (2015: 147)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perhitungan analisis data dan pembahasan Perspektif Keuangan pada ASII dan TLKM didasarkan pada
tabel 5. Kriteria interval kelas dibawah ini:

32
E-ISSN: 2714-7274 Th. Tyas Listyani
P-ISSN: 2302-9315 Novi Meherizca Choirun Nisak …………

Tabel 5. Kriteria Interval Kelas Perspektif Keuangan pada Perusahaan Umum


Current Ratio (CR) Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Asset Ratio (DAR) Gross Profit Margin (GPM)
Standar rasio = 2 kali Standar Rasio = 90% Standar Rasio = 35% Standar Rasio = 30%
(Kasmir, 2015) (Kasmir, 2015) (Kasmir, 2015) (Kasmir, 2015)
Interval kelas CR = Interval kelas DER = Interval kelas DAR = Interval kelas GPM =
(2-0)/4 = 0,5 (90-0)/4 = 22,5 (35-0)/4 = 8,75 (30-0)/4 = 7,5
A ≥ 1,5 A ≤ 22,5% A ≤ 8,75% A ≥ 22,5%
B 1 - < 1,5 B > 22,5% - 45% B > 8,75% - 17,5% B 15% - < 22,5%
C 0,5 - < 1 C > 45% - 67,5% C > 17,5% - 26,25% C 7,5% - < 15%
D < 0,5 D > 67,5% D > 26,25% D < 7,5%
Semakin besar lebih baik Semakin kecil lebih baik Semakin kecil lebih baik Semakin besar lebih baik
Total Asset Turn Over
Return On Asset (ROA) Return On Equity (ROE) Net Profit Margin (NPM)
(TATO)
Standar Rasio = 30% Standar Rasio = 40% Standar Rasio = 20% Standar Rasio = 2 kali
(Kasmir, 2015) (Kasmir, 2015) (Kasmir, 2015) (Kasmir, 2015)
Interval kelas ROA = Interval kelas ROE = Interval kelas NPM = Interval kelas TATO =
(30-0)/4 = 7,5 (40-0)/4 = 10 (20-0)/4 = 5 (2-0)/4 = 0,5
A ≥ 22,5% A ≥ 30% A ≥ 15% A ≥ 1,5
B 15% - < 22,5% B 20% - < 30% B 10% - < 15% B 1 - < 1,5
C 7,5% - < 15% C 10% - < 20% C 5% - < 10% C 0,5 - < 1
D < 7,5% D < 10% D < 5% D < 0,5
Semakin besar lebih baik Semakin besar lebih baik Semakin besar lebih baik Semakin besar lebih baik
Sumber: Data diolah (2022)

Perhitungan analisis data dan pembahasan Perspektif Keuangan pada BBCA didasarkan pada tabel 6.
Kriteria interval kelas dibawah ini.
Tabel 6. Kriteria Interval Kelas Perspektif Keuangan pada Perusahaan Keuangan (Perbankan)
Debt to Asset Ratio Debt to Equity Ratio Non Peforming Loan
Net Interest Margin (NIM)
(DAR) (DER) (NPL)
Standar Rasio = 35% Standar Rasio = 90% Standar Rasio = < 5% Standar Rasio = 5% (PBI No.
(Kasmir, 2015) (Kasmir, 2015) (Rangkuti, 2015) 13/1/PBI/2011)
Interval kelas DAR = Interval kelas DER = Interval kelas NPL = Interval kelas NIM =
(35-0)/4 = 8,75 (90-0)/4 = 22,5 (5-0)/4 = 1,25 (5-0)/4 = 1,25
A ≤ 8,75% A ≤ 22,5% A ≤ 1,25% A ≥ 3,75%
B > 8,75% - 17,5% B > 22,5% - 45% B > 1,25% - 2,5% B 2,5% - < 3,75%
C > 17,5% - 26,25% C > 45% - 67,5% C > 2,5% - 3,75% C 1,25% - < 2,5%
D > 26,25% D > 67,5% D > 3,75% D < 1,25%
Semakin kecil lebih baik Semakin kecil lebih baik Semakin kecil lebih baik Semakin besar lebih baik
Loan to Deposit Ratio Rasio Biaya Operasional
Return On Asset (ROA) Return On Equity (ROE)
(LDR) (BOPO)
Standar Rasio = 30% Standar Rasio = 40% Standar Rasio = 92% (17/11 Standar Rasio = 80% (PBI No.
(Kasmir, 2015) (Kasmir, 2015) PBI 2015) 13/1/PBI/2011)
Interval kelas ROA = Interval kelas ROE = Interval kelas LDR = Interval kelas BOPO =
(30-0)/4 = 7,5 (40-0)/4 = 10 (92-0)/4 = 23 (80-0)/4 = 20
A ≥ 22,5% A ≥ 30% A ≤ 23% A ≤ 20%
B 15% - < 22,5% B 20% - < 30% B > 23 - 46% B > 20% - 40%
C 7,5% - < 15% C 10% - < 20% C > 46% - 69% C > 40% - 60%
D < 7,5% D < 10% D > 69% D > 60%
Semakin besar lebih baik Semakin besar lebih baik Semakin kecil lebih baik Semakin kecil lebih baik
Sumber: Data diolah (2022)

33
KEUNIS, Vol. 11, No. 1 January 2023

Perhitungan analisis data dan pembahasan Perspektif Pelanggan pada ASII, BBCA, dan TLKM
didasarkan pada tabel 7. Kriteria interval kelas dibawah ini.
Tabel 7. Kriteria Interval Kelas Perspektif Pelanggan (Profitabilitas Pelanggan)
Profitabilitas Pelanggan (20%-30%)
A ≥ 22,5%
B 15% - < 22,5%
C 7,5% - < 15%
D < 7,5%
Sumber: Data diolah (2022)
Perhitungan analisis data dan pembahasan Perspektif Proses Bisnis Internal pada ASII, BBCA, dan TLKM
didasarkan pada tabel 8. Kriteria interval kelas dibawah ini.
Tabel 8. Kriteria Interval Kelas Perspektif Proses Bisnis Internal (Efisiensi Biaya Operasional)
Rasio Biaya Operasional (BOPO)
AETR untuk perusahaan keuangan (perbankan)
untuk perusahaan umum
Standar Rasio = 92% (Rangkuti, 2015) Standar Rasio = 10% (Rangkuti, 2015)
Interval kelas BOPO = (92-0)/4 = 23 Interval kelas CR = 10-0)/4 = 2,5
A ≤ 23% A ≤ 2,5%
B > 23% - 46% B > 2,5% - 5%
C > 46% - 69% C > 5% - 7,5%
D > 69% D > 7,5%
Ket. Semakin kecil lebih baik Ket. Semakin kecil lebih baik
Sumber: Data diolah (2022)
Perhitungan analisis data dan pembahasan Perspektif Pertumbuhan Pembelajaran pada ASII, BBCA, dan
TLKM didasarkan pada tabel 9. Kriteria interval kelas dibawah ini.
Tabel 9. Kriteria Interval Kelas Perspektif Pertumbuhan Pembelajaran (Produktifitas Karyawan)
Pertumbuhan dan Pembelajaran
ASII 2020 99.117 A ≥ 140.000
ASII 2021 135.528 B 100.000 - < 140.000
117.322 C 80.000 - < 100.000
D < 80.000

TLKM 2020 1.166.285 A ≥ 1.400.000


TLKM 2021 1.625.551 B 1.200.000 - < 1.400.000
1.395.918 C 1.000.000 - < 1.200.000
D < 1.000.000

BBCA 2020 1.039.203.346 A ≥ 1.200.000.000


BBCA 2021 1.239.258.967 B 1.100.000.000 - < 1.200.000.000
1.139.231.156 C 1.000.000.000 - < 1.100.000.000
D < 1.000.000.000
Sumber: Data diolah (2022)

PT Astra Internasional Tbk (ASII)


Tahap ke-3 yaitu mengukur jumlah skor indikator. Penentuan jumlah skor indikator dimulai dari mencari
nilai masing-masing KPI berdasarkan annual report tahun 2020 yang diperoleh dari website perusahaan.
Selanjutnya dilakukan penentuan nilai dan skor indikator berdasarkan kriteria interval kelas yang sudah
ditentukan. Perspektif keuangan pada ASII tahun 2020 memperoleh total skor 16 dan ASII tahun 2021
memperoleh skor sebesar 17. Pada perspektif pelanggan ASII di tahun 2020 maupun 2021 memperoleh total

34
E-ISSN: 2714-7274 Th. Tyas Listyani
P-ISSN: 2302-9315 Novi Meherizca Choirun Nisak …………

skor 2. Pada perspektif proses bisnis internal ASII di tahun 2020 maupun 2021 memperoleh total skor 2. Pada
perspektif pertumbuhan pembelajaran ASII di tahun 2020 memperoleh total skor 2 dan di tahun 2021
memperoleh total skor 3.
Tabel 10 . Ringkasan Hasil Tahap 3 ASII 2020-2021
TAHAP 3
2020 2021
KPI
Rasio Nilai Skor Indikator Rasio Nilai Skor Indikator
Perspektif Keuangan
DER 73,03% D 1 70,36% D 1
DAR 42,21% D 1 41,30% D 1
ROA 5,49% D 1 6,97% D 1
ROE 9,50% D 1 11,87% C 2
NPM 10,61% B 3 10,96% B 3
CR 1,54 A 4 1,54 A 4
GPM 22,15% B 3 21,86% B 3
TATO 0,52 C 2 0,64 C 2
Total skor Perspektif Keuangan 16 17
Perspektif Pelanggan
Laba Bersih Rp 18.571.000.000 Rp 25.586.000.000
Pendapatan Bersih Rp 175.046.000.000 Rp 233.485.000.000
Profitabilitas Pelanggan 10,61% C 2 10,96% C 2
Total skor Perspektif
2 2
Pelanggan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Beban Operasi Rp 29.195.000.000 Rp 27.788.000.000
Pendapatan Operasi Rp 50.936.000.000 Rp 60.138.000.000
Efisiensi Biaya
57,32% C 2 46,21% C 2
Operasional
Total skor Perspektif
2 2
Proses Bisnis Internal
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran
Laba Bersih (EAT) Rp 18.571.000.000 Rp 25.586.000.000
Jumlah Karyawan 187.365 188.788
Produktifitas Karyawan 99.117 C 2 135.528 B 3
Total skor Perspektif
Pertumbuhan 2 3
Pembelajaran
Sumber: Data diolah (2022)
Tahap ke-4 dari pengukuran kinerja menggunakan metode balanced scorecard adalah mengukur nilai
akhir per komponen. Berdasarkan hasil analisis olah data, nilai akhir komponen ASII tahun 2020 dalam perspektif
keuangan yaitu sebesar 50% atau menunjukkan skor tertimbang 120 dari skor maksimum 240. Perspektif
pelanggan menunjukkan nilai akhir komponen 50%, perspektif proses bisnis internal menunjukkan nilai akhir
komponen 50% dan perspektif pertumbuhan pembelajaran dengan nilai akhir komponen 50% juga. Tahap ke-5
dari pengukuran ini adalah menghitung nilai akhir total atau total score, ASII tahun 2020 menunjukkan skor 50%,
dimana total skor tertimbang adalah setengah dari jumlah skor tertimbang maksimumnya. Hasil tersebut jika
dianalisis lebih lanjut dengan kriteria standar kondisi perusahaan, ASII di tahun 2020 termasuk ke dalam kondisi
kurang sehat dengan kategori BBB.
Sedangkan pada tahun 2021, tahap ke-4 dari pengukuran kinerja menggunakan metode balanced
scorecard adalah mengukur nilai akhir per komponen. Berdasarkan hasil analisis olah data, nilai akhir komponen
ASII tahun 2021 dalam perspektif keuangan yaitu sebesar 53% atau menunjukkan skor tertimbang 127,5 dari
skor maksimum 240, skor ini meningkat 3% jika dilihat dari kinerja ASII di tahun sebelumnya. Perspektif
pelanggan menunjukkan nilai akhir komponen 50%, perspektif proses bisnis internal menunjukkan nilai akhir
komponen 50% dan perspektif pertumbuhan pembelajaran dengan nilai akhir komponen 75% yang menunjukkan

35
KEUNIS, Vol. 11, No. 1 January 2023

skor ini mengalami kenaikan 25% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tahap ke-5 dari pengukuran ini adalah
menghitung nilai akhir total atau total score, ASII tahun 2021 menunjukkan skor 57%, dimana total skor
tertimbang adalah 227,5. Hasil tersebut jika dianalisis lebih lanjut dengan tabel kriteria standar kondisi
perusahaan, ASII di tahun 2021 masih sama kondisinya dengan tahun sebelumnya yaitu termasuk ke dalam
kondisi kurang sehat dengan kategori BBB namun dengan hasil persentase yang meningkat.
Tabel 11. Ringkasan Hasil Tahap 4 dan 5 ASII 2020-2021
TAHAP 4 TAHAP 5
2020 2021 2020 2021
Perspektif
Nilai Akhir Nilai Akhir
Skor Tertimbang Skor Tertimbang
Komponen Komponen
Keuangan 50% 53% 120 127,5
Pelanggan 50% 50% 20 20
Proses Bisnis Internal 50% 50% 20 20
Pertumbuhan dan
50% 75% 40 60
Pembelajaran
Jumlah Skor Tertimbang 200 227,5
Nilai Akhir Total Score 50% 57%
Sumber: Data diolah (2022)

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)


Tahap ke-3 yaitu mengukur jumlah skor indikator. Penentuan jumlah skor indikator dimulai dari mencari
nilai masing-masing KPI berdasarkan annual report tahun 2020 yang diperoleh dari website perusahaan.
Selanjutnya dilakukan penentuan nilai dan skor indikator berdasarkan kriteria interval kelas yang sudah
ditentukan. Perspektif keuangan pada BBCA tahun 2020 memperoleh total skor 21 dan BBCA tahun 2021
memperoleh skor sebesar 122. Pada perspektif pelanggan BBCA di tahun 2020 maupun 2021 memperoleh total
skor 4. Pada perspektif proses bisnis internal BBCA di tahun 2020 maupun 2021 memperoleh total skor 1. Pada
perspektif pertumbuhan pembelajaran BBCA di tahun 2020 memperoleh total skor 2 dan di tahun 2021
memperoleh total skor 4.
Tabel 12. Ringkasan Hasil Tahap 3 BBCA 2020-2021
TAHAP 3
2020 2021
KPI
Rasio Nilai Skor Indikator Rasio Nilai Skor Indikator
Perspektif Keuangan
DER 482,29% D 1 505,55% D 1
DAR 82,83% D 1 83,49% D 1
ROA 2,52% A 4 2,56% A 4
ROE 14,70% A 4 15,50% A 4
NPL 1,79% B 3 2,16% B 3
LDR 0,66 C 2 0,62 C 2
NIM 5,39% A 4 4,99% A 4
BOPO 0,55 C 2 0,39 B 3
Total skor Perspektif Keuangan 21 22
Perspektif Pelanggan
Laba Bersih Rp 27.147.109 Rp 31.440.000
Pendapatan Bersih Rp 64.728.072 Rp 65.022.846
Profitabilitas Pelanggan 41,94% A 4 48,35% A 4
Total skor Perspektif Pelanggan 4 4
Perspektif Proses Bisnis Internal
Beban Administrasi Rp 12.978.260 Rp 13.495.000
Total Pendapatan Rp 64.728.072 Rp 65.022.846
Efisiensi Biaya Operasional 20,05% D 1 20,75% D 1
Total skor Perspektif Proses Bisnis
1 1
Internal

36
E-ISSN: 2714-7274 Th. Tyas Listyani
P-ISSN: 2302-9315 Novi Meherizca Choirun Nisak …………

Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran


Laba Bersih (EAT) Rp 27.147.109.000.000 Rp 31.440.000.000.000
Jumlah Karyawan 26.123 25.370
Produktifitas Karyawan 1.039.203.346 C 2 1.239.258.967 A 4
Total skor Perspektif Pertumbuhan
2 4
Pembelajaran
Sumber: Data diolah (2022)
Tahap ke-4 dari pengukuran kinerja menggunakan metode balanced scorecard adalah mengukur nilai
akhir per komponen. Berdasarkan hasil analisis olah data, nilai akhir komponen BBCA tahun 2020 dalam
perspektif keuangan yaitu sebesar 66% atau menunjukkan skor tertimbang 157,5 dari skor maksimum 240,
perspektif pelanggan menunjukkan nilai akhir komponen 100% menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan profit sangat baik, perspektif proses bisnis internal menunjukkan nilai akhir komponen 25% dimana
biaya administrasi masih menjadi beban yang memberatkan perusahaan, serta perspektif pertumbuhan
pembelajaran dengan nilai akhir komponen 50%. Tahap ke-5 dari pengukuran ini adalah menghitung nilai akhir
total atau total score, BBCA tahun 2020 menunjukkan skor 62%, dimana total skor tertimbang adalah 247,5. Hasil
tersebut jika dianalisis lebih lanjut dengan tabel kriteria standar kondisi perusahaan, BBCA di tahun 2020
termasuk ke dalam kondisi kurang sehat dengan kategori BBB.
Sedangkan pada tahun 2021, Tahap ke-4 dari pengukuran kinerja menggunakan metode balanced
scorecard adalah mengukur nilai akhir per komponen. Berdasarkan hasil analisis olah data, nilai akhir komponen
BBCA tahun 2021 dalam perspektif keuangan yaitu sebesar 69% atau menunjukkan skor tertimbang 165 dari
skor maksimum 240, skor ini meningkat 3% jika dilihat dari kinerja BBCA di tahun sebelumnya. Perspektif
pelanggan menunjukkan nilai akhir komponen 100% menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan profit
sangat baik, perspektif proses bisnis internal menunjukkan nilai akhir komponen 25% dimana biaya administrasi
masih menjadi beban yang memberatkan perusahaan, serta perspektif pertumbuhan pembelajaran dengan nilai
akhir komponen 100% yang menunjukkan skor ini mengalami kenaikan 50% jika dibandingkan tahun
sebelumnya. Tahap ke-5 dari pengukuran ini adalah menghitung nilai akhir total atau total score, BBCA tahun
2021 menunjukkan skor 74% dimana total skor tertimbang adalah 295. Hasil tersebut jika dianalisis dengan tabel
kriteria standar kondisi perusahaan, BBCA di tahun 2021 kondisinya lebih baik dibanding tahun sebelumnya yaitu
termasuk ke dalam kondisi sangat sehat dengan kategori A.
Tabel 13. Ringkasan Hasil Tahap 4 dan 5 BBCA 2020-2021
TAHAP 4 TAHAP 5
2020 2021 2020 2021
Perspektif Nilai Akhir Nilai Akhir
Skor Tertimbang Skor Tertimbang
Komponen Komponen
Keuangan 66% 69% 157,5 165
Pelanggan 100% 100% 40 40
Proses Bisnis Internal 25% 25% 10 10
Pertumbuhan dan
50% 100% 40 80
Pembelajaran
Jumlah Skor Tertimbang 247,5 295
Nilai Akhir Total Score 62% 74%
Sumber: Data diolah (2022)

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)


Tahap ke-3 yaitu mengukur jumlah skor indikator. Penentuan jumlah skor indikator dimulai dari mencari
nilai masing-masing KPI berdasarkan annual report tahun 2020 yang diperoleh dari website perusahaan.
Selanjutnya dilakukan penentuan nilai dan skor indikator berdasarkan kriteria interval kelas yang sudah
ditentukan. Perspektif keuangan pada TLKM tahun 2020 dan tahun 2021 memperoleh total skor 19. Pada
perspektif pelanggan TLKM di tahun 2020 memperoleh total skor 3 dan di tahun 2021 memperoleh total skor 4.
Pada perspektif proses bisnis internal TLKM di tahun 2020 maupun 2021 memperoleh total skor 2. Pada

37
KEUNIS, Vol. 11, No. 1 January 2023

perspektif pertumbuhan pembelajaran TLKM di tahun 2020 memperoleh total skor 2 dan di tahun 2021
memperoleh total skor 4.
Tabel 14. Ringkasan Hasil Tahap 3 TLKM 2020-2021
TAHAP 3
2020 2021
Perspektif dan KPI
Rasio Nilai Skor Indikator Rasio Nilai Skor Indikator
Perspektif Keuangan
DER 104,27% D 1 90,64% D 1
DAR 51,05% D 1 47,54% D 1
ROA 11,97% C 2 12,25% C 2
ROE 24,45% B 3 23,35% B 3
NPM 21,66% A 4 23,71% A 4
CR 0,67 C 2 0,89 C 2
GPM 31,88% A 4 33,21% A 4
TATO 0,55 C 2 0,52 C 2
Total Skor Perspektif Keuangan 19 19
Perspektif Pelanggan
Laba Bersih Rp 29.563.000.000 Rp 33.948.000.000
Pendapatan Bersih Rp 136.462.000.000 Rp 143.210.000.000
Profitabilitas Pelanggan 21,66% B 3 23,71% A 4
Total Skor Perspektif Pelanggan 3 4
Perspektif Proses Bisnis Internal
Beban Operasi Rp 93.360.000.000 Rp 99.303.000.000
Pendapatan Operasi Rp 136.865.000.000 Rp 146.866.000.000
Efisiensi Biaya Operasional 68,21% C 2 67,61% C 2
Total Skor Perspektif Proses Bisnis Internal 2 2
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran
Laba Bersih (EAT) Rp 29.563.000.000 Rp 33.948.000.000
Jumlah Karyawan 25.348 20.884
1.166. 1.625.
C 2 A 4
Produktifitas Karyawan 285 551
Total Skor Perspektif Pertumbuhan
2 4
Pembelajaran
Sumber: Data diolah (2022)
Tahap ke-4 dari pengukuran kinerja menggunakan metode balanced scorecard adalah mengukur nilai
akhir per komponen. Berdasarkan hasil analisis olah data, nilai akhir komponen TLKM tahun 2020 dalam
perspektif keuangan yaitu sebesar 59% atau menunjukkan skor tertimbang 142,5 dari skor maksimum 240.
Perspektif pelanggan menunjukkan nilai akhir komponen 75%, perspektif proses bisnis internal menunjukkan nilai
akhir komponen 50% dan perspektif pertumbuhan pembelajaran dengan nilai akhir komponen 50% juga. Tahap
ke-5 dari pengukuran ini adalah menghitung nilai akhir total atau total score, TLKM tahun 2020 menunjukkan skor
58%. Hasil tersebut jika dianalisis lebih lanjut dengan tabel kriteria standar kondisi perusahaan, TLKM di tahun
2020 termasuk ke dalam kondisi kurang sehat dengan kategori BBB.
Sedangkan pada tahun 2021, Tahap ke-4 dari pengukuran kinerja menggunakan metode balanced
scorecard adalah mengukur nilai akhir per komponen. Berdasarkan hasil analisis olah data, nilai akhir komponen
TLKM tahun 2021 dalam perspektif keuangan yaitu sebesar 59% atau menunjukkan skor tertimbang 142,5 dari
skor maksimum 240, skor ini sama jika dilihat dari kinerja TLKM di tahun sebelumnya. Perspektif pelanggan
menunjukkan nilai akhir komponen 100%, perspektif proses bisnis internal menunjukkan nilai akhir komponen
50% dan perspektif pertumbuhan pembelajaran dengan nilai akhir komponen 100% yang menunjukkan skor ini
mengalami kenaikan 50% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tahap ke-5 dari pengukuran ini adalah
menghitung nilai akhir total atau total score, TLKM tahun 2021 menunjukkan skor 71% dimana total skor
tertimbang adalah 282,5. Hasil tersebut jika dianalisis lebih lanjut dengan tabel kriteria standar kondisi

38
E-ISSN: 2714-7274 Th. Tyas Listyani
P-ISSN: 2302-9315 Novi Meherizca Choirun Nisak …………

perusahaan, TLKM di tahun 2021 masih sama kondisinya dengan tahun sebelumnya yaitu termasuk ke dalam
kondisi sangat sehat dengan kategori A.
Tabel 15. Ringkasan Hasil Tahap 4 dan 5 TLKM 2020-2021
TAHAP 4 TAHAP 5
2020 2021 2020 2021
Perspektif Nilai Akhir Nilai Akhir
Skor Tertimbang Skor Tertimbang
Komponen Komponen
Keuangan 59% 59% 142,5 142,5
Pelanggan 75% 100% 30 40
Proses Bisnis Internal 50% 50% 20 20
Pertumbuhan dan
50% 100% 40 80
Pembelajaran
Jumlah Skor Tertimbang 232,5 282,5
Nilai Akhir Total Score 58% 71%
Sumber: Data diolah (2022)

KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai pengukuran kinerja menggunakan metode balanced
scorecard dengan sampel tiga perusahaan dengan kapitalisasi tertinggi di setiap sektornya yang mengalami
penurunan laba di tahun 2020-2021 yaitu PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA),
dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2020-2021 dan perencanaan strategis yang harus
dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pada hasil penelitian ASII tahun 2020 menunjukkan keempat perspektif memiliki nilai akhir 50% dan
secara keseluruhan memperoleh skor 50% dan termasuk dalam kondisi kurang sehat dengan kategori
BBB. Pada tahun 2021, ASII menunjukkan hasil dimana perspektif pertumbuhan dan penelitian
menunjukkan nilai akhir tertinggi dengan 75% diikuti perspektif keuangan dengan 53% serta perspektif
pelanggan dan perspektif proses bisnis internal dengan 50%. Secara keseluruhan ASII di tahun 2021
memperoleh skor 57% dan termasuk ke dalam kondisi kurang sehat dengan kategori BBB.
2. Pada hasil penelitian BBCA tahun 2020 menunjukkan nilai akhir komponen tertinggi terdapat pada
perspektif pelanggan dengan 100% diikuti perspektif keuangan dengan 66%, perspektif pertumbuhan
pembelajarn dengan 50% dan paling rendah diperoleh perspektif proses bisnis internal dengan 25%.
Secara keseluruhan, BBCA di tahun 2020 menunjukkan skor 62% dan termasuk dalam kondisi kurang
sehat dengan kategori BBB. Tahun 2021, BBCA menunjukkan hasil pengukuran yang paling baik diantara
pengukuran perusahaan yang lain dimana perspektif pelanggan dan perspektif pertumbuhan
pembelajaran memperoleh nilai akhir 100%, diikuti perspektif keuangan dengan 69% dan perspektif
proses bisnis internal dengan 25%. Secara keseluruhan, BBCA di tahun 2021 juga mendapatkan skor
terbaik diantara hasil pengukuran yang lain yaitu 74% dan termasuk dalam kondisi sangat sehat dengan
kategori A.
3. Hasil penelitian pada TLKM pada tahun 2020 menunjukkan nilai akhir komponen tertinggi ada pada
perspektif pelanggan dengan 75%, diikuti oleh perspektif keuangan dengan 59% serta diikuti oleh
perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan pembelajaran dengan nilai akhir masing-
masing 50%. Secara keseluruhan, TLKM pada tahun 2020 mendapatkan skor 58% atau termasuk dalam
kondisi kurang sehat dengan kategori BBB. Sedangkan pada tahun 2021, hasil pengukuran kinerja pada
TLKM menunjukkan bahwa nilai akhir komponen tertinggi terdapat pada perspektif pelanggan dan
perspektif pertumbuhan pembelajaran dengan 100%, diikuti perspektif keuangan dengan 59%, dan
terendah terdapat pada perspektif proses bisnis internal sebesar 50%. Secara keseluruhan, TLKM pada
2021 memperoleh skor 71% dan termasuk dalam kondisi sangat sehat dengan kategori A.
4. Dilihat dari hasil pengukuran kinerja tersebut, hampir semua menunjukkan bahwa faktor yang membuat
hasil pengukuran kinerja rendah ada pada perspektif proses bisnis internal atau pada biaya baik biaya
operasional maupun biaya administrasi yang artinya kedepannya perusahaan harus lebih menekankan
biaya tersebut agar lebih efisien, diikuti oleh besanya hutang yang dimiliki hampir semua perusahaan

39
KEUNIS, Vol. 11, No. 1 January 2023

yang diukur kinerjanya menunjukkan bahwa kemampuan baik asset maupun ekuitasnya tidak mampu
menjamin hutang yang dimiliki, dan faktor lain yaitu kemampuan menghasilkan laba dari asset maupun
ekuitas terutama pada perusahaan ASII dan TLKM, artinya profitabilitas perusahaan harus lebih
ditingkatkan. salah satu cara untuk menerapkan perencanaan strategis untuk meningkatkan kinerja
perusahaan tersebut adalah dengan menerapkan peta strategi pada masing-masing perspektif dan
membuat analisis SWOT dengan tetap memperhatikan visi, misi, dan tujuan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Alfianika, N. (2018). Buku ajar metode penelitian pengajaran bahasa Indonesia. Deepublish.
Anshori, M., & Iswati, S. (2019). Metodologi penelitian kuantitatif: edisi 1. Airlangga University Press.
Awadallah, E.A. & Allam, A. (2015). A Critique of the Balanced Scorecard as a Performance Measurement Tool.
International Journal of Business and Social Science, 6(7), (July), 91-99. www.ijbssnet.com.
Badan Pusat Statistik. (2022). Ekonomi Indonesia Triwulan IV 2021 Tumbuh 5,02 Persen (y-on-y).
https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/02/07/1911/ekonomi-indonesia-triwulan-iv-2021-tumbuh-5-02-
persen--y-on-y-
.html#:~:text=Ekonomi%20Indonesia%20tahun%202021%20tumbuh,persen.%20Sementara%20dari%2
0sisi%20pengeluaran Diakses pada 11 April 2022.
CNBC Indonesia. (2021). Resmi, Mulai Hari Ini BEI Kelompokkan Emiten di 12 Sektor.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210125150721-17-218547/resmi-mulai-hari-ini-bei-
kelompokkan-emiten-di-12-sektor Diakses pada 11 April 2022.
DATA, U. M. (1996). Metode Statistika.
Diana-Riyana, H. (2017). Pengukuran kinerja perusahaan pt indofood dengan menggunakan balanced scorecard.
Jurnal SEKURITAS (Saham, Ekonomi, Keuangan Dan Investasi), 1(2).
Kaplan,r & Norton, D. . (2000). Balanced Scorecard Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Penerbit Erlangga.
Kasmir. (2015). Analis Laporan Keuangan (kedelapan). PT RajaGrafindo, Jakarta.
Kasmir. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik) (kedua). Rajawali Pers.
Kemenkeu.go.id. (2021). Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2020 di Atas Rata-Rata Negara di
Asia Tenggara. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/menkeu-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-
tahun-2020-di-atas-rata-rata-negara-di-asia-tenggara/ diakses pada 11 April 2022.
Kesek, F. N., Sabijono, H., & Tirayoh, V. Z. (2020). Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Metode
Balanced Scorecard Pada PT
Nenggapratama Internusantara. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 8(4).
Mahsina, M., Poniwatie, A., & Cholifah, C. (2017). Analisis Penerapan Balance Scorecard, Alat Ukur Penilaian
Kinerja pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, dan Entrepreneurship, 7(1), 59-72.
Mu'at, S. (2015). Analisis Penilaian Kinerja (Keuangan dan Non Keuangan) pada SPBU X Menggunakan
Pendekatan Balanced Scorecard. Jurnak Al-Iqtishad, 9(1), 71-95.
Muchson, M., & MM, S. (2017). Statistik Deskriptif. Spasi Media.
Nasution, L. M. (2017). Statistik deskriptif. Hikmah, 14(1), 49-55.
Nugrahayu, E. R., & Retnani, E. D. (2015). Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Tolok Ukur
Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA), 4(10).
Nugroho, S. H., & Pudiastuti, E. T. (2020). The Assesment of Company Performance Using Balanced Scorecard
Analysis. Journal Asro-Sttal-International Journal, 11(04), 12-18.
Prayudi, A., & Tanjung, M. (2018). Analisis Kinerja Perusahaan dengan Metode Balanced Scorecard pada PT Ria
Busana Medan. Jurnal Manajemen, 4(2), 126-130.
Rangkuti, Freddy. (2015). SWOT Balanced Scorecard Teknik Menyusun STrategi Korporat yang Efektif plus Cara
Mengelola Kinerja dan Risiko. Edisi ketujuh. PT Gramedia Jakarta.
Rasyad, R. (2003). * Metode Statistik Deskriptif Utk Umum. Grasindo.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan penelitian kuantitatif: quantitative research approach. Deepublish.

40
E-ISSN: 2714-7274 Th. Tyas Listyani
P-ISSN: 2302-9315 Novi Meherizca Choirun Nisak …………

Sagala, S. A., & Siagian, V. (2021). Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Balanced Scorecard Pada
Perusahaan Sektor Farmasi Sebelum dan Semasa Covid (2019-2020) yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Perspektif, 19(2), 145-149.
Singgih, M. L., Octavia, R., & Damayanti, K. A. (2001). Pengukuran dan Analisa Kinerja dengan Metode
Balanced Scorecard DI PT" X". Jurnal Teknik Industri, 3(2), 48-56.
Sipayung, F. (2009). Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan dan Sistem Manajemen Strategis.
Jurnal Manajemen Bisnis. Vol. 2(1): 7 – 14.
Soendari, T. (2012). Metode Penelitian Deskriptif. Bandung, UPI. Stuss, Magdalena & Herdan, Agnieszka, 17.
Sulistyorini, Utami Tri. 2017. “Metode Penelitian Analisis Kausal-Regresi”. Semarang: Politeknik Negeri
Semarang.
Suliyanto, S. E., & MM, S. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif. Universitas Peradaban Bumiayu.
Surya, L. P. L .S. (2014). Analisis Kinerja Berbasis Balanced Scorecard Pada Koperasi XYZ. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol. 8(2): 279-293.
Sutrisno, "Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi" , Edisi Pertama, Ekonosia, Yogyakarta, 2000.
Widayati, N., & Khasanah, T. (2019). Evaluasi Metode Balanced Scorecard dalam Upaya Menilai Kinerja
Keuangan PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk Tangerang. Ekonomi Bisnis, 25(1), 47-63.

41

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy