Jurnal 19
Jurnal 19
Jurnal 19
p-ISSN 2621-1610
e-ISSN 2620-9934
1. Pendahuluan
Globalisasi membawa banyak pengaruh luar ke dalam negeri dengan cepat. Meskipun beberapa
pengaruh yang dibawa bersifat positif, namun terdapat beberapa pula sisi negatif seperti mulai terkikisnya
elemen lokal dan merebaknya produksi dan konsumsi massal sehingga produk yang autentik semakin
berkurang. Fenomena ini juga terjadi pada lingkup bangunan (built environment) yang dikenal dengan istilah
placelessness.
Istilah placelessness diungkap pertama kali oleh Edward Relph pada 1976 yang digunakan untuk
mendeskripsikan melemahnya identitas suatu tempat yang diakibatkan oleh homogenisasi dari proses
modernisasi seperti mulai berkurangnya kekhasan lokal yang digantikan oleh gaya abstrak modern dalam
desain urban dan dapat dicirikan dengan suatu tempat yang terlihat membosankan dan tidak bermakna (Liu &
Freestone, 2012 ; Relph, 1976). Selain placelessness, efek lain yang timbul adalah maraknya penggunaan gaya
desain budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan konteks lingkungan di sekitarnya. Fenomena ini
paling banyak terjadi pada tempat wisata dan disebut dengan disneyfication. Disneyfication merupakan
peniruan suatu tempat yang mendekontualiksasi dan simplifikasi desain asli demi kepentingan profit (Putra,
2022) seperti replika menara Eiffel, patung merlion, gerbang kuil Jepang atau torii. Penyalahgunaan atau
peniruan ini bisa berakibat ke cultural appropriation atau penggunaan elemen budaya yang tidak sesuai
konteks dan makna aslinya (Gertner, 2019).
Salah satu cara mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan memperluas edukasi baik untuk desainer
maupun masyarakat tentang place-based built environment atau lingkup bangunan yang berbasis lokalitas.
Pendekatan ini dibahas dalam konsep desain biofilik dalam buku Biophilic Design : The Theory, Science, and
Practice of Bringing Buildings to Life. Dalam buku ini, Kellert (2011) membagi desain biofilik ke dalam 2
dimensi dasar yakni organic or naturalistic dimension yaitu dimensi yang memfokuskan pada bentuk dan
elemen natural alam dan place-based or vernacular dimension yaitu dimensi yang memfokuskan pada
hubungan manusia dengan lingkungan ekologi dan geografis sekitarnya dimana hubungan ini berperan besar
dalam meningkatkan sense of place suatu tempat dan atau unsur lokalitasnya.
Tulisan ini memfokuskan pada desain biofilik place-based yang mana belum mendapat banyak
perhatian dibandingkan dimensi desain biofilik organic atau naturalistic melalui rumusan masalah : ‘apa saja
pattern desain biofilik yang mendukung atau membantu membentuk dimensi place-based relationships?’ serta
ditarik kesimpulan terhadap dampaknya pada manusia maupun built environment.
Tulisan ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam penelitian terkait people-place relationship dari
perspektif desain interior atau arsitektur. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat mengedukasi pembaca,
terutama desainer untuk lebih memperhatikan dan peduli terhadap elemen lokalitas suatu area sehingga muncul
kesadaran untuk menjaga dan merawat tempat sesuai nilai-nilai budaya dan keautentikannya.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengeksplorasi suatu fenomena atau kenyataan sosial yang ada dengan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan penelitian
kualitatif merupakan penyidikan untuk memahami masalah sosial dengan pendekatan interpretatif dan
naturalistik terhadap subjek yang disusun dalam kata-kata (Samsu, 2017).
Place-based relationships merupakan salah satu elemen desain biofilik yang memfokuskan pada
hubungan manusia dengan budaya dan ekologi berdasarkan habitat geografis manusia (Kellert, 2011).
Hubungan antara manusia dengan tempat ini muncul sebagai hasil dari evolusi dimana manusia merasa aman
ketika berada di area teritori mereka yang diasosiasikan dengan perlindungan dari ancaman bahaya di luar
maupun dari kelaparan dan kedinginan. Oleh sebab itu mayoritas manusia merasakan kerinduan akan suasana
atau tempat yang familier (bersifat kekeluargaan, akrab) karena manusia sama halnya dengan makhluk hidup
lain memerlukan sebuah teritori untuk berhabitat dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
● Biomimicry
Desain banyak mengambil inspirasi dari
bentuk yang ada di alam karena aspek
fungsionalitasnya seperti bentuk sarang
lebah, kerang, jaring laba-laba.
Cultral ● Reverence and spirituality Hubungan antara budaya dengan
connection to Bangunan penting dalam kehidupan tempat berperan dalam menjaga ikatan
place manusia biasanya menunjukkan ikatan yang emosional antara masyarakat, tempat,
bermakna antara manusia dengan ciptaan. tradisi, dan memelihara jiwa serta
Desain seperti ini memunculkan perasaan kehidupan manusia (Tu, 2022).
4. Kesimpulan
Desain biofilik memiliki dua dimensi dasar yakni organic or naturalistic dimension dan place-based or
vernacular dimension. Meskipun kedua dimensi ini mencakup kualitas aspek built environment yang berbeda,
namun kedua dimensi ini saling terhubung dan mendukung satu sama lain. Hal ini disebabkan karena
lingkungan atau tempat berbudaya manusia pada awalnya terbentuk dari respon adaptasi evolusi (biofilia)
manusia untuk menyesuaikan dengan lingkungan alam di sekitarnya. Hubungan timbal balik antara lingkungan
alam dan budaya ini tidak dapat dipisahkan dan esensial untuk menciptakan built environment atau tempat
yang dapat menyokong kehidupan manusia dalam jangka panjang.
Hasil kajian literatur ini diharapkan dapat memberi penjelasan dan wawasan kepada desainer terkait
pentingnya menjaga dan mengimplementasikan elemen lokal dalam built environment untuk menjaga kualitas
hidup baik manusia sebagai penghuni dan lingkungan sekitarnya, sekaligus memberi kontribusi terhadap
penelitian place-people relationship.
6. Referensi
Altman, I., & Low, S. M. (Eds.). (2012). Place attachment (Vol. 12). Springer Science & Business Media.
Amirshaghaghi, S., & Nasekhian, S. (2021). Authenticity and the spirit of place: an approach towards making
urban textures durable. Cogent Arts & Humanities, 8(1), 1982482.