2309-Article Text-3839-1-10-20201003
2309-Article Text-3839-1-10-20201003
2309-Article Text-3839-1-10-20201003
Sutini Pujiastuti Lestari1,a), Irawan Rusnadi1, Ahmad Zikri1, Sahrul Effendy1, Adi Agustiansyah1,b), Muhammad Rafli1
1
Teknik Kimia/Teknik Energi, Politeknik Negeri Sriwijaya
Jalan Srijaya Negara, Bukit Besar Palembang , telp. 0711-353414 / fax. 0711-355918
e-mail :a) sutini_pl@polsri.ac.id, b)adiagustiansyah@gmail.com
ABSTRACT
Energy needs in Indonesia continue to increase from year to year, especially fossil energy. This condition encourages the
government to be more creative in managing and utilizing the available energy sources more wisely. Coal is one of the main
energy in Indonesia which in its utilization can be a promising alternative energy by being converted to liquid form. The
liquefaction process of coal is influenced by various factors of operating conditions. Operating conditions are an important
part that affects the process and results of coal liquefaction conversion. The operating conditions consist of temperature,
time, and pressure. In coal liquefaction research there are several variables that can be taken, among others, fixed and
variable non-fixed. The fixed variable is the ratio of mixture of raw materials and solvent. While the variable is not fixed in
the form of time of melting and melting temperature. From the research results obtained the highest oil acquisition at a
temperature of 400oC with a melting time of 120 minutes that is equal to 66.72%. the physical properties of the product such
as density and spgr approach gasoline but the flash point is still too high that is between 75-78oC.
Key words: Coal, Diversification, Coal Liquefaction, Percent Yield, Liquiefation Temperature, Liquefaction Time.
struktur hidrokarbon cenderung lebih aromatik dan temperatur superkritis pirolisis batubara, sebagai
kompak. Adapun perumusan masalah dari penelitian contoh: tetralin mempunyai temperatur kritis
ini adalah mengetahui pengaruh temperatur dan waktu 448oC, sehingga proses pencairan biasanya
pencairan terhadap jumlah minyak yang dihasilkan dilakukan sekitar temperatur 450oC. Jones dan
dengan sifat fisik seperti spgr, oAPI, dan titik nyala. Rotterdorf (1980) menyatakan bahwa dengan rasio
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui berat batubara/pelarut: ¼ dan 1/3 ternyata
pengaruh dari perubahan temperatur dan lama waktu menunjukan hasil konversi produk yang hampir
pencairan dalam menghasilkan produk dari proses sama. Dengan rasio batubara/pelarut: 2/3 dan 1/3
pencairan batubara serta mendapatkan bahan bakar cair diperlukan konsumsi hidrogen berturut-turut: 2,4%
dari proses pencairan batubara yang memiliki dan 2,5%, konsumsi hidrogen yang tinggi ini
karakteristik sesuai dengan bahan bakar cair pada menunjukkan kemampuan pelarut berfungsi dengan
umumnya. Adapun manfaat dari menjadi dasar baik. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
pemikian bagi peneliti selanjutnya untuk lebih dalam variasi rasio antara pelarut dan batubara yang
mempelajari tentang proses pencairan batubara, digunakan yaitu 5:1, 2:1 dan 3:2
menjadi acuan serta bahan studi kasus bagi pembaca c. Pengaruh kondisi operasi
maupun mahasiswa yang dapat menambah ilmu Kondisi operasi proses pencairan batubara yang
pengetahuan serta dapat diterapkan dalam praktikum utama disini adalah temperatur, tekanan dan waktu.
yang berkaitan dengan pemanfaatan batubara dan 1) Pengaruh temperatur operasi. Temperatur
memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan operasi pencairan batubara terjadi antara 375–
industri yang memanfaatkan batubara sebagai bahan 450oC. Batubara bituminus bila dipanaskan pada
bakar mengenai proses pencairan batubara yang temperatur 325– 350oC akan lunak dan bersifat
dipengaruhi oleh kondisi operasi proses. plastis, keadaan ini disebut “plastic state”, dan
pada kondisi ini kecepatan reaksi berjalan
Pencairan batubara sangat lambat, bahkan belum terjadi reaksi. Laju
Pencairan batubara (Coal Liqeufaction) adalah pemanasan yang cepat untuk mencapai
proses mengubah wujud batubara dari padat menjadi temperatur operasi optimum akan melindungi
cair. Proses pencairan batubara dapat dilakukan dengan bagian reaktif batubara terhadap polimerisasi.
dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak 2) Pengaruh waktu operasi. Waktu operasi proses
langsung. Pada proses tidak langsung batubara pencairan batubara sekitar 20 menit sampai 2
difragmentasi menjadi CO, CO2, H2, dan CH4 yang jam, namun terdapat peneliti yang menyatakan
kemudian direkombinasikan menghasilkan produk cair, bahwa terjadi peningkatan konversi batubara
prosesnya melalui gasifikasi dan kondensasi. Pada menjadi produk minyak dengan kenaikan waktu
proses langsung batubara cair diproduksi dengan operasi sampai 200 menit. Pemanasan partikel
melarutkan dalam suatu pelarut organik lalu batubara secara cepat dalam media gas hidrogen
dilanjutkan dengan proses hidrogenasi pada suhu dan dapat meningkatkan waktu kontak sehingga
tekanan tinggi. Proses pencairan batubara secara kurang dari 15 menit (short contact time
langsung dapat dilakukan melalui pirolisis, ekstraksi liquefaction) dengan konversi produk tetap
pelarut dan hidrogenasi katalitik tinggi.
34
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 9, No. 03 (November 2018): 33 - 37
% Yield
64
adalah:
62
Pendekatan Desain Fungsional 60
Peralatan utama yang digunakan pada pencairan
batubara ini yaitu reaktor yang berfungsi sebagai 58
tempat terjadinya pencampuran dan reaksi antara 0 50 100 150
batubara, pelarut dan katalis. Selain itu, terdapat juga waktu (menit)
tabung gas hidrogen yang digunakan untuk
meningkatkan tekanan pada reaktor dan Band Heater 350 C 400 C
digunakan untuk memanaskan reaktor sesuai suhu yang
diinginkan. Jaket pada reaktor berfungsi untuk Gambar 1. Grafik Pengaruh temperatur dan waktu
menahan panas agar panas yang dihasilkan dapat terhadap Persen Yield Produk Minyak
optimal. Batubara yang telah digerus kemudian
dilakukan sieving untuk mendapatkan ukuran 200 mesh Dari Gambar diatas terlihat bahwa persen yield
selanjutnya batubara akan dimasukkan kedalam untuk temperatur 350oC mengalami kenaikan setiap
reaktor dan dicampur pelarut serta katalis dengan variasi waktunya begitu pula untuk temperatur 400oC
perbandingan batubara dan pelarut 1:5 serta berat mengalami kenaikan persen yield setiap variasi
katalis sebesar 3% dari berat batubara. Selanjutnya waktunya. Kenaikan tersebut disebabkan oleh lamanya
akan diinjeksikan gas hidrogen kedalam reaktor untuk waktu pencairan yang dilakukan. Waktu proses operasi
meningkatkan tekanan dan dipanaskan. Proses pencairan merupakan salah satu faktor yang
pemanasan berlangsung sesuai dengan suhu yang telah mempengaruhi jumlah minyak yang dihasilkan.
ditentukan. Selanjutnya, produk batubara cair yang Menurut Wahid (2015), waktu operasi pencairan
dihasilkan dikeluarkan dari reaktor dan disaring batubara sekitar 20 menit sampai 2 jam, namun
menggunakan kertas saring. terdapat peneliti yang menyatakan dengan terjadi
peningkatan persen yield dengan kenaikan waktu
Pendekatan Desain Struktural operasi sampai 200 menit. Dari penelitian persen yield
Reaktor yang digunakan pada penelitian ini berbanding lurus dengan jumlah minyak yang
terbuat dari besi dengan ukuran diameter luar 5,08 cm, dihasilkan. Persen yield tertinggi untuk temperatur
diameter dalam 2,54 cm dan tinggi 20 cm. Gas 350oC sebesar 65,04% dengan waktu pencairan 120
hidrogen akan diinjeksikan melalui tutup reaktor yang menit dan untuk temperatur 400oC sebesar 66,72%
memiliki diameter 7,62 cm. Untuk mengatur tekanan dengan waktu pencairan 120 menit.
yang masuk kedalam reaktor digunakan valve
bertekanan. Agar tidak mengalami kebocoran Analisis Pengaruh Temperatur dan Waktu
ditambahkan tembaga antara tutup dan badan reaktor Pencairan terhadap Spgr Minyak
yang memiliki diameter luar 5,08 cm dan diameter Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dalam 2,54 cm. Selain reaktor pada penelitian ini juga didapatkan grafik hubungan spgr, temperatur dan
terdapat Band Heater dan Jacket. Band Heater waktu pencairan batubara seperti yang terlihat pada
merupakan elemen pemanas yang terbuat dari Gambar 2
kumparan (gulungan) kawat/pita bertahanan listrik
tinggi (niklin) yang kemudian dilapisi oleh isolator
tahan panas (mica sheet), dan pada bagian luar dilapisi
lagi oleh plat logam berbahan kuningan, alumunium
ataupun stainless steel yang kemudian di bentuk
menjadi lempengan berbentuk strip. Band Heater
memiliki diameter 7,62 cm dan tinggi 15 cm. Jaket
memiliki tinggi 17 cm dengan diameter 10,16 cm.
35
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index
Sutini Pujiastuti Lestari, dkk
36
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 9, No. 03 (November 2018): 33 - 37
Hubungan titik nyala dengan kualitas bahan Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin yang
bakar cair yaitu semakin rendah titik nyala maka akan dipasarkan di Dalam Negeri. Jakarta : DJM
semakin bagus kualitas bahan bakar cair. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan titik nyala produk Sugiharto, Lukman Wijaya dan R.Y. Perry Burhan.
berkisar antara 75-77oC. Titik nyala tersebut masih 2016. Geokimia Organik Fraksi Aromatik Light
terbilang tinggi dan berbeda jauh dengan titik nyala Oil Produk Pencairan Batubara Area (Pit)
bensin yaitu -10oC sampai dengan -15oC serta solar Bintang Sangatta Kalimantan Timur. Surabaya:
yang berkisar antara 55-60oC. Titik nyala terendah Journal of Research and Technologies Vol.2
pada grafik yaitu 75oC pada waktu pencairan 120 menit No.1 P-ISSN No. 2460-5972. Institut Teknologi
dan temperatur 400oC. Sepuluh Nopember
Pada proses pencairan batubara tekanan yang
dicapai masih terlalu rendah yaitu berkisar 16-22 bar
hal ini yang menyebabkan proses pencairan batubara Sutanto, Rudy, Harisman Jaya, dan Arif Mulyanto.
tidak berlangsung optimal karena menurut Sugiharto 2013. Analisa pengaruh lama fermentasi dan
dan Perry (2016), proses pencairan batubara temperatur distilasi terhadap Sifat fisik
berlangsung pada tekanan 120 bar dan temperatur (specific gravity dan nilai kalor) bioetanol
450oC berbahan baku Nanas (ananas comosus). Nusa
Tenggara Barat: Jurnal Dinamika Teknik
Mesin, Volume 3 No. 2. Universitas Mataram
4. KESIMPULAN
Kesimpulan Talla, Harli ,Hendra Amijaya, Agung Harijoko, dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Miftahul Huda. 2013. Karakteristik Batubara
dilakukan dapat disimpulkan : dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pencairan.
1. Persen yield tertinggi pada waktu 120 menit Yogyakarta: Jurnal Reaktor Vol.14 No.4 Hlm.
dengan Temperatur 400oC sebesar 66,72% 267-271 Universitas Gadjah Mada
2. Analisis sifat fisik
- Spgr terendah pada waktu 120 menit Talla, Harli dan Herman Tjoelang Taba. 2017.
dengan temperatur 400oC sebesar 0,766 Pengaruh Kadar Air Terhadap Proses
- oAPI tertinggi pada waktu 120 menit Pencairan dan Produk Minyak Batubara.
dengan temperatur 400oC sebesar 53,16 Jayapura: Journal of Chemical Process
- Titik Nyala Terendah pada waktu 120 Engineering Vol.02 No.01 ISSN No.2303-3402.
menit dengan temperatur 400oC sebesar Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
75oC
3. Berdasarkan denistas produk mendekati bahan Wahid, Abdul Erlangga. 2015. Kajian Likuifaksi
bakar bensin tetapi titik nyala masih terlalu Batubara Lignit Menggunakan Teknologi
tinggi. Sistem Induksi. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
37
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index