2309-Article Text-3839-1-10-20201003

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika

Vol. 9, No. 03 (November 2018): 33 - 37

DIVERSIFIKASI ENERGI BATUBARA MENJADI BAHAN BAKAR


CAIR DITINJAU DARI TEMPERATUR DAN WAKTU
PENCAIRAN TERHADAP JUMLAH MINYAK
YANG DIHASILKAN

DIVERSIFICATION OF COAL ENERGY INTO A LIQUID FUEL


REVIEWED FROM TEMPERATURE AND
LIQUEFACTION TIME TO THE
AMOUNT OIL PRODUCED

Sutini Pujiastuti Lestari1,a), Irawan Rusnadi1, Ahmad Zikri1, Sahrul Effendy1, Adi Agustiansyah1,b), Muhammad Rafli1
1
Teknik Kimia/Teknik Energi, Politeknik Negeri Sriwijaya

Jalan Srijaya Negara, Bukit Besar Palembang , telp. 0711-353414 / fax. 0711-355918
e-mail :a) sutini_pl@polsri.ac.id, b)adiagustiansyah@gmail.com

ABSTRACT

Energy needs in Indonesia continue to increase from year to year, especially fossil energy. This condition encourages the
government to be more creative in managing and utilizing the available energy sources more wisely. Coal is one of the main
energy in Indonesia which in its utilization can be a promising alternative energy by being converted to liquid form. The
liquefaction process of coal is influenced by various factors of operating conditions. Operating conditions are an important
part that affects the process and results of coal liquefaction conversion. The operating conditions consist of temperature,
time, and pressure. In coal liquefaction research there are several variables that can be taken, among others, fixed and
variable non-fixed. The fixed variable is the ratio of mixture of raw materials and solvent. While the variable is not fixed in
the form of time of melting and melting temperature. From the research results obtained the highest oil acquisition at a
temperature of 400oC with a melting time of 120 minutes that is equal to 66.72%. the physical properties of the product such
as density and spgr approach gasoline but the flash point is still too high that is between 75-78oC.

Key words: Coal, Diversification, Coal Liquefaction, Percent Yield, Liquiefation Temperature, Liquefaction Time.

reaktif dalam proses pencairan. Suhu ini cocok untuk


1. PENDAHULUAN
pencairan batubara peringkat rendah (lignit).
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya
Sedangkan Suhu 425-450ºC, puncak konversi batubara
Mineral Republik Indonesia (2017), ketersediaan
Eco-coal sebesar 87,28%, karena semakin tinggi
energi fosil semakin menipis yaitu batubara sekitar
peringkat batubara semakin rendah pula kandungan
57,22%, gas alam 24,82% dan minyak bumi 5,81%.
hidrogennya (H/C) dan strukturnya semakin kompak.
Batubara merupakan salah satu energi utama di
Sehingga suhu 425-450ºC akan lebih tepat untuk
Indonesia yang dalam pemanfaatannya dapat menjadi
pencairan batubara peringkat tinggi. Talla dan Herman
energi alternatif yang menjanjikan dengan cara
(2017) melakukan penelitian pengaruh kadar air
dikonversi ke bentuk cair (Talla, 2013). Proses
terhadap proses pencairan dan produk minyak batubara
pencairan batubara dipengaruhi oleh beragam faktor
dengan menggunakan tiga jenis batubara yang berbeda.
kondisi operasi. Kondisi operasi adalah bagian penting
Batubara yang digunakan yaitu batubara peringkat
yang mempengaruhi proses dan hasil konversi
lignit dari Papua, batubara sub-bituminus dari Kutai
pencairan batubara. Kondisi operasi tersebut terdiri atas
dan batubara bituminus berperingkat tinggi dari
suhu, waktu, dan tekanan. Harli Talla dan Hendra
Kalimatan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu batubara
Amijaya melakukan penelitian pada tahun 2012
Papua (lignit) yang memiliki kadar air tertinggi
mengenai variabel temperatur terhadap hasil konversi
menghasilkan konversi dan perolehan minyak yang
pencairan batubara dengan batubara yang berasal dari
lebih banyak dikarenakan tingkat solubiliti yang lebih
Papua Barat dan Kalimantan Selatan. Hasil dari
baik serta didukung dengan kandungan hidrogen yang
penelitian tersebut yaitu pada temperatur 400–425oC,
tinggi dan didominasi oleh struktur hidrokarbon alifatik
konversi batubara Sorong sangat tinggi dan mencapai
ikatan oksigen dibanding dengan batubara
89,94%, karena batubara ini memiliki kandungan
subbituminus dan bituminus yang berkadar air rendah,
hidrogen (H/C) yang tinggi sehingga bersifat sangat
tingkat kelarutan dan kandungan hidrogen rendah serta
33
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index
Sutini Pujiastuti Lestari, dkk

struktur hidrokarbon cenderung lebih aromatik dan temperatur superkritis pirolisis batubara, sebagai
kompak. Adapun perumusan masalah dari penelitian contoh: tetralin mempunyai temperatur kritis
ini adalah mengetahui pengaruh temperatur dan waktu 448oC, sehingga proses pencairan biasanya
pencairan terhadap jumlah minyak yang dihasilkan dilakukan sekitar temperatur 450oC. Jones dan
dengan sifat fisik seperti spgr, oAPI, dan titik nyala. Rotterdorf (1980) menyatakan bahwa dengan rasio
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui berat batubara/pelarut: ¼ dan 1/3 ternyata
pengaruh dari perubahan temperatur dan lama waktu menunjukan hasil konversi produk yang hampir
pencairan dalam menghasilkan produk dari proses sama. Dengan rasio batubara/pelarut: 2/3 dan 1/3
pencairan batubara serta mendapatkan bahan bakar cair diperlukan konsumsi hidrogen berturut-turut: 2,4%
dari proses pencairan batubara yang memiliki dan 2,5%, konsumsi hidrogen yang tinggi ini
karakteristik sesuai dengan bahan bakar cair pada menunjukkan kemampuan pelarut berfungsi dengan
umumnya. Adapun manfaat dari menjadi dasar baik. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
pemikian bagi peneliti selanjutnya untuk lebih dalam variasi rasio antara pelarut dan batubara yang
mempelajari tentang proses pencairan batubara, digunakan yaitu 5:1, 2:1 dan 3:2
menjadi acuan serta bahan studi kasus bagi pembaca c. Pengaruh kondisi operasi
maupun mahasiswa yang dapat menambah ilmu Kondisi operasi proses pencairan batubara yang
pengetahuan serta dapat diterapkan dalam praktikum utama disini adalah temperatur, tekanan dan waktu.
yang berkaitan dengan pemanfaatan batubara dan 1) Pengaruh temperatur operasi. Temperatur
memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan operasi pencairan batubara terjadi antara 375–
industri yang memanfaatkan batubara sebagai bahan 450oC. Batubara bituminus bila dipanaskan pada
bakar mengenai proses pencairan batubara yang temperatur 325– 350oC akan lunak dan bersifat
dipengaruhi oleh kondisi operasi proses. plastis, keadaan ini disebut “plastic state”, dan
pada kondisi ini kecepatan reaksi berjalan
Pencairan batubara sangat lambat, bahkan belum terjadi reaksi. Laju
Pencairan batubara (Coal Liqeufaction) adalah pemanasan yang cepat untuk mencapai
proses mengubah wujud batubara dari padat menjadi temperatur operasi optimum akan melindungi
cair. Proses pencairan batubara dapat dilakukan dengan bagian reaktif batubara terhadap polimerisasi.
dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak 2) Pengaruh waktu operasi. Waktu operasi proses
langsung. Pada proses tidak langsung batubara pencairan batubara sekitar 20 menit sampai 2
difragmentasi menjadi CO, CO2, H2, dan CH4 yang jam, namun terdapat peneliti yang menyatakan
kemudian direkombinasikan menghasilkan produk cair, bahwa terjadi peningkatan konversi batubara
prosesnya melalui gasifikasi dan kondensasi. Pada menjadi produk minyak dengan kenaikan waktu
proses langsung batubara cair diproduksi dengan operasi sampai 200 menit. Pemanasan partikel
melarutkan dalam suatu pelarut organik lalu batubara secara cepat dalam media gas hidrogen
dilanjutkan dengan proses hidrogenasi pada suhu dan dapat meningkatkan waktu kontak sehingga
tekanan tinggi. Proses pencairan batubara secara kurang dari 15 menit (short contact time
langsung dapat dilakukan melalui pirolisis, ekstraksi liquefaction) dengan konversi produk tetap
pelarut dan hidrogenasi katalitik tinggi.

Faktor-faktor Pencairan Batubara Analisis Sifat Fisik Bahan Bakar Cair


Beberapa faktor penting yang mempengaruhi a. Menghitung Densitas Produk
hasil konversi produk dan konsumsi hidrogen pada Densitas produk dihitung dengan menggunakan
proses pencairan batubara, antara lain peringkat persamaan berikut:
batubara, kondisi operasi serta rasio batubara/pelarut.
( )
a. Pengaruh peringkat batubara (1)
Peringkat asal batubara mempengaruhi konversi
produk yang dihasilkan. Pengaruh karateristik b. Menghitung Specific Gravity
batubara terhadap minyak yang dihasilkan setelah Specific Gravity dihitung menggunakan persamaan
proses pencairan menyatakan bahwa semakin tinggi berikut:
peringkat batubara, maka akan semakin sedikit
minyak yang dihasilkan (2)
b. Pengaruh rasio batubara/pelarut
Rasio batubara/pelarut (coal-solvent ratio) yang c. Menghitung oAPI
o
digunakan mempunyai peranan yang penting dalam API dihitung dengan menggunakan persamaan
menaikan konversi produk yang dihasilkan. Pelarut berikut:
yang digunakan biasanya mengandung (3)
hidroaromatik, seperti: tetralin, dekalin,
dihidroantresen, dihidrofenantren dan lain lain.
Pelarut yang dipilih biasanya mempunyai d. Menghitung % Yield

34
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 9, No. 03 (November 2018): 33 - 37

Perolehan minyak dihitung dengan menggunakan


persamaan berikut: 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Pengaruh temperatur dan waktu pencairan
( ) (4) terhadap jumlah Minyak yang dihasilkan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Keterangan:
didaptkan grafik hubungan antara persen yield,
Yield = Perolehan minyak (%)
temperatur dan waktu seperti yang terlihat pada
Gambar 1
2. METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian 68
Adapun tahapan-tahapan metodologi yang 66
dilakukan pada penelitian pencairan batubara ini

% Yield
64
adalah:
62
Pendekatan Desain Fungsional 60
Peralatan utama yang digunakan pada pencairan
batubara ini yaitu reaktor yang berfungsi sebagai 58
tempat terjadinya pencampuran dan reaksi antara 0 50 100 150
batubara, pelarut dan katalis. Selain itu, terdapat juga waktu (menit)
tabung gas hidrogen yang digunakan untuk
meningkatkan tekanan pada reaktor dan Band Heater 350 C 400 C
digunakan untuk memanaskan reaktor sesuai suhu yang
diinginkan. Jaket pada reaktor berfungsi untuk Gambar 1. Grafik Pengaruh temperatur dan waktu
menahan panas agar panas yang dihasilkan dapat terhadap Persen Yield Produk Minyak
optimal. Batubara yang telah digerus kemudian
dilakukan sieving untuk mendapatkan ukuran 200 mesh Dari Gambar diatas terlihat bahwa persen yield
selanjutnya batubara akan dimasukkan kedalam untuk temperatur 350oC mengalami kenaikan setiap
reaktor dan dicampur pelarut serta katalis dengan variasi waktunya begitu pula untuk temperatur 400oC
perbandingan batubara dan pelarut 1:5 serta berat mengalami kenaikan persen yield setiap variasi
katalis sebesar 3% dari berat batubara. Selanjutnya waktunya. Kenaikan tersebut disebabkan oleh lamanya
akan diinjeksikan gas hidrogen kedalam reaktor untuk waktu pencairan yang dilakukan. Waktu proses operasi
meningkatkan tekanan dan dipanaskan. Proses pencairan merupakan salah satu faktor yang
pemanasan berlangsung sesuai dengan suhu yang telah mempengaruhi jumlah minyak yang dihasilkan.
ditentukan. Selanjutnya, produk batubara cair yang Menurut Wahid (2015), waktu operasi pencairan
dihasilkan dikeluarkan dari reaktor dan disaring batubara sekitar 20 menit sampai 2 jam, namun
menggunakan kertas saring. terdapat peneliti yang menyatakan dengan terjadi
peningkatan persen yield dengan kenaikan waktu
Pendekatan Desain Struktural operasi sampai 200 menit. Dari penelitian persen yield
Reaktor yang digunakan pada penelitian ini berbanding lurus dengan jumlah minyak yang
terbuat dari besi dengan ukuran diameter luar 5,08 cm, dihasilkan. Persen yield tertinggi untuk temperatur
diameter dalam 2,54 cm dan tinggi 20 cm. Gas 350oC sebesar 65,04% dengan waktu pencairan 120
hidrogen akan diinjeksikan melalui tutup reaktor yang menit dan untuk temperatur 400oC sebesar 66,72%
memiliki diameter 7,62 cm. Untuk mengatur tekanan dengan waktu pencairan 120 menit.
yang masuk kedalam reaktor digunakan valve
bertekanan. Agar tidak mengalami kebocoran Analisis Pengaruh Temperatur dan Waktu
ditambahkan tembaga antara tutup dan badan reaktor Pencairan terhadap Spgr Minyak
yang memiliki diameter luar 5,08 cm dan diameter Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dalam 2,54 cm. Selain reaktor pada penelitian ini juga didapatkan grafik hubungan spgr, temperatur dan
terdapat Band Heater dan Jacket. Band Heater waktu pencairan batubara seperti yang terlihat pada
merupakan elemen pemanas yang terbuat dari Gambar 2
kumparan (gulungan) kawat/pita bertahanan listrik
tinggi (niklin) yang kemudian dilapisi oleh isolator
tahan panas (mica sheet), dan pada bagian luar dilapisi
lagi oleh plat logam berbahan kuningan, alumunium
ataupun stainless steel yang kemudian di bentuk
menjadi lempengan berbentuk strip. Band Heater
memiliki diameter 7,62 cm dan tinggi 15 cm. Jaket
memiliki tinggi 17 cm dengan diameter 10,16 cm.

35
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index
Sutini Pujiastuti Lestari, dkk

menit, namun mengalami penurunan pada waktu 90


0,775 menit dan mengalami kenaikan kembali pada waktu
120 menit. Sedangkan OAPI untuk temperatur 400oC
mengalami kenaikan dari waktu 30 menit sampai
Spgr

0,77 dengan waktu 90 menit namun mengalami penurunan


pada waktu 120 menit. OAPI dipengaruhi oleh nilai
0,765 spgr. Menurut Widharyanto dkk (2013), OAPI dan spgr
menentukan klasifikasi minyak. Apabila nilai OAPI
0 50 100 150
Waktu berkisar antara 10-20 dan spgr berkisar antara 1,0- 0,93
350 C 400 C termasuk Heavy Oil, jika OAPI berkisar antara 20-30
Gambar 2. Grafik pengaruh temperatur dan waktu dan spgr diantara 0,93-0,87 termasuk Medium Oil
pencairan terhadap spgr minyak sedangkan apabila OAPI bernilai >30 dan spgr <0,87
termasuk Light Oil. Berdasarkan grafik 4.2 dan 4.3
Dari Gambar diatas dapat dilihat untuk temperatur minyak hasil pencairan termasuk Light Oil karena
350oC spgr mengalami penurunan pada waktu 30 memiliki OAPI >30 dan spgr <0,87. Semakin rendah
menit ke 60 menit namun mengalami kenaikan nilai spgr dan semakin tinggi OAPI maka akan semakin
spgr pada waktu 90 menit dan 120 menit mengalami. bagus kualitas suatu bahan bakar. OAPI tertinggi yaitu
Sedangkan untuk temperatur 400oC juga mengalami 52,87 pada waktu 60 menit untuk temperatur 350oC
kenaikan pada waktu 30 menit ke 60 menit kemudian dan untuk temperatur 400oC OAPI tertinggi yaitu 53,16
mengalami penurunan pada waktu 90 menit dan pada waktu 90 menit.
konstan pada waktu 120 menit. Menurut Sutanto dkk
(2013), specific gravity merupakan perbandingan Analisa Pengaruh temperatur dan waktu pencairan
antara densitas substansi terhadap densitas air, maka terhadap Titik Nyala Minyak
jelaslah bahwa apabila densitas substansi semakin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
tinggi maka specific gravity juga akan tinggi. Nilai didapatkan grafik hubungan titik nyala, temperatur dan
spesific gravity dipengaruhi oleh densitas minyak, pada waktu pencairan batubara seperti yang terlihat pada
tabel 4.2 nilai densitas produk satu yaitu 0,761 gr/cm3 Gambar 4
yang mendekati densitas bensin yaitu berkisar antara
0,715 – 0,77 gr/cm3 (Keputusan Direktur Jenderal 79
Titik Nyala (C)

Minyak dan Gas Bumi, 2006) dan menurut Zuraily 78


(2017), densitas produk pencairan batubara berkisar 77
pada 0,77–0,78 gr/cm3 yang mendekati juga dengan
densitas produk satu. 76
75
Analisa Pengaruh temperatur dan waktu pencairan 74
terhadap oAPI Minyak 0 50 100 150
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
didapatkan grafik hubungan oAPI, temperatur dan waktu (menit)
waktu pencairan batubara seperti yang terlihat pada
Gambar 3 350 C 400 C

53,5 Gambar 4. Grafik pengaruh temperatur dan


waktu terhadap titik nyala minyak
53
52,5 Dari Gambar diatas dapat dilihat titik nyala
untuk temperatur 350oC mengalami penurunan pada
o API

52 waktu 30 menit ke waktu 60 menit namun mengalami


51,5 kenaikan pada waktu 90 menit dan penurunan kembali
pada waktu 120 menit. Sedangkan titik nyala untuk
51 temperatur 400oC mengalami penurunan pada waktu 30
0 50 100 150 menit ke 60 menit dan konstan pada waktu 90 menit
waktu (menit) namun mengalami penurunan kembali pada waktu 120
menit. Menurut Atmoko dkk (2014), titik nyala adalah
350 C 400 C suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan
bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api
Gambar 3. Grafik pengaruh temperatur dan sesaat. Titik nyala yang tinggi akan memudahkan
waktu terhadap OAPI minyak penyimpanan bahan bakar, karena minyak tidak akan
mudah terbakar pada temperatur ruang (Aziz dkk,
Dari gambar diatas dapat dilihat OAPI untuk temperatur 2011).
350oC mengalami kenaikan dari waktu 30 menit ke 60

36
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 9, No. 03 (November 2018): 33 - 37

Hubungan titik nyala dengan kualitas bahan Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin yang
bakar cair yaitu semakin rendah titik nyala maka akan dipasarkan di Dalam Negeri. Jakarta : DJM
semakin bagus kualitas bahan bakar cair. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan titik nyala produk Sugiharto, Lukman Wijaya dan R.Y. Perry Burhan.
berkisar antara 75-77oC. Titik nyala tersebut masih 2016. Geokimia Organik Fraksi Aromatik Light
terbilang tinggi dan berbeda jauh dengan titik nyala Oil Produk Pencairan Batubara Area (Pit)
bensin yaitu -10oC sampai dengan -15oC serta solar Bintang Sangatta Kalimantan Timur. Surabaya:
yang berkisar antara 55-60oC. Titik nyala terendah Journal of Research and Technologies Vol.2
pada grafik yaitu 75oC pada waktu pencairan 120 menit No.1 P-ISSN No. 2460-5972. Institut Teknologi
dan temperatur 400oC. Sepuluh Nopember
Pada proses pencairan batubara tekanan yang
dicapai masih terlalu rendah yaitu berkisar 16-22 bar
hal ini yang menyebabkan proses pencairan batubara Sutanto, Rudy, Harisman Jaya, dan Arif Mulyanto.
tidak berlangsung optimal karena menurut Sugiharto 2013. Analisa pengaruh lama fermentasi dan
dan Perry (2016), proses pencairan batubara temperatur distilasi terhadap Sifat fisik
berlangsung pada tekanan 120 bar dan temperatur (specific gravity dan nilai kalor) bioetanol
450oC berbahan baku Nanas (ananas comosus). Nusa
Tenggara Barat: Jurnal Dinamika Teknik
Mesin, Volume 3 No. 2. Universitas Mataram
4. KESIMPULAN
Kesimpulan Talla, Harli ,Hendra Amijaya, Agung Harijoko, dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Miftahul Huda. 2013. Karakteristik Batubara
dilakukan dapat disimpulkan : dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pencairan.
1. Persen yield tertinggi pada waktu 120 menit Yogyakarta: Jurnal Reaktor Vol.14 No.4 Hlm.
dengan Temperatur 400oC sebesar 66,72% 267-271 Universitas Gadjah Mada
2. Analisis sifat fisik
- Spgr terendah pada waktu 120 menit Talla, Harli dan Herman Tjoelang Taba. 2017.
dengan temperatur 400oC sebesar 0,766 Pengaruh Kadar Air Terhadap Proses
- oAPI tertinggi pada waktu 120 menit Pencairan dan Produk Minyak Batubara.
dengan temperatur 400oC sebesar 53,16 Jayapura: Journal of Chemical Process
- Titik Nyala Terendah pada waktu 120 Engineering Vol.02 No.01 ISSN No.2303-3402.
menit dengan temperatur 400oC sebesar Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
75oC
3. Berdasarkan denistas produk mendekati bahan Wahid, Abdul Erlangga. 2015. Kajian Likuifaksi
bakar bensin tetapi titik nyala masih terlalu Batubara Lignit Menggunakan Teknologi
tinggi. Sistem Induksi. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.

DAFTAR PUSTAKA Widharyanto, Achmad Wahyu Rizky, Heru Setijono,


dan Gerry Sasanti Nirmala 2013. Rancang
Anggraini, Dewi. 2016. Desulfurisasi Batubara Bangun Sensor Specific Gravity pada Crude Oil
Dengan Metode Elektrolisis Ditinjau dari Menggunakan Serat Optik Plastik. Surabaya:
Waktu Elektrolisis dan Kecepatan Pengadukan. Institut Teknologi Sepuluh November
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Zuraily, Sri 2017. Pencairan batubara lignit dengan
Atmoko, Wahyu Puji, Dwi Widjanarko dan Pramono. proses catalytic thermal cracking ditinjau dari
2014. Pengaruh Temperatur pada Proses variasi temperatur : Politeknik Negeri Sriwijaya
terhadap Karakteristik Biodiesel Bekas.
Semarang:Universitas Negeri Semarang

Aziz, Isalmi, Siti Nurbayti dan Badrul Ulum. 2011.


Pembuatan Produk Biodiesel dari Minyak
Goreng Bekas Dengan Cara Esterifikasi dan
Transesterifikasi. Jurnal Valensi. Volume 2, No.
3, 443-448.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral


Republik Indonesia. 2006. Standar dan Mutu

37
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy