2131-Article Text-9603-1-10-20210217
2131-Article Text-9603-1-10-20210217
2131-Article Text-9603-1-10-20210217
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 2 No. 1 Desember 2020
Abstract
One indicator of the fulfillment of health services to the community, especially in hospitals, was the calculation
of the Bed Occupancy Rate (BOR). Factors that caused inefficient BOR need to be analyzed. The impact of a
inefficient BOR returning decrease of income economic to the hospital. The purpose of this research is to
analyze causative factors of decrease BOR in Regional Public Hospital of Sleman. This research is a qualitative
research, with the intention of digging deeper causative factors of decrease BOR. research conducted at
Regional Public Hospital of Sleman in February-March 2020 with analyze unit is inpatient care unit at Regional
Public Hospital of Sleman. Data collection methods by interview and observation as well data analyze by
fishbone diagrams. The results showed that the cause of the decrease in BOR was due to uncertain doctor visit
schedules, lack of availability of beds, system errors, lack of reward and punishment, number of competing
hospitals and less optimal reporting census monitoring. Suggestions to fix the problems that occur in the process
of inpatient services due to a decrease in BOR can be improved Evaluate the SPO of inpatient services, Hold
outreach to officers, fix SIMRS, improve the performance of marketing parties to attract patients and provide
patients with a complete service and policy development (SK) related to reward and punishment.
Abstrak
Salah satu indikator terpenuhinya layanan kesehatan kepada masyarakat khususnya di Rumah sakit adalah
dengan perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR). Faktor penyebab penurunan BOR perlu dilakukan analisis.
Dampak penurunan BOR menimbulkan penurunan pendapatan ekonomi bagi pihak Rumah Sakit. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor penyebab penurunan BOR di RSUD Sleman. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif, dengan maksud menggali lebih dalam faktor penyebab penurunan BOR.
Penelitian dilakukan di RSUD Sleman pada bulan Februari-Maret 2020 dengan unit analisis adalah unit
pelayanan rawat inap di RSUD Sleman. Metode pengumpulan data dengan wawancara dan observasi serta
analisis data dengan fishbone diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab penurunan BOR
disebabkan jadwal visit dokter yang tidak pasti, ketersedian Tempat tidur yang kurang, system error, belum
dilaksanakannya reward dan punishment, banyaknya rumah sakit kompetitor dan monitoring sensus pelaporan
yang belum optimal. Saran untuk Memperbaiki masalah yang terjadi pada proses pelayanan pasien rawat inap
karena terjadi penurunan BOR dapat diperbaiki Mengevaluasi SPO pelaksanaan pelayanan pasien rawat inap,
Mengadakan sosialisasi kepada petugas, membenahi SIMRS, meningkatkan kinerja pihak marketing untuk
menarik pasien dan memberi pasien pelayanan yang paripurna serta penyusunan kebijakan (SK) terkait reward
dan punishment.
1. Pendahuluan
Rasio tempat tidur merupakan indikator terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat
terhadap layanan kesehatan rujukan atau perorangan di suatu wilayah (Kemenkes, 2018).
Pendayagunaan tempat tidur di rumah sakit seharusnya efisien dari aspek ekonomi maupun aspek
medis (Susilo & Nopriadi, 2012). Salah satu indikator efisiensi layanan RS adalah dengan
menghitung rasio tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) dari RS (Sidiq & Afrina, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya BOR adalah kurangnya sumber daya manusia, sarana
prasarana yang kurang memadai, prosedur pengobatan yang belum memenuhi standard, belum
menggunakan billing system, banyaknya rumah sakit (RS) kompetitor yang berdekatan (Nofitasari,
2017). BOR yang rendah dapat diartikan sebagai rendahnya layanan kesehatan masyarakat
sehingga diperlukan metode analisis yang tepat untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
rendahnya BOR di RS.
28
J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 2 No. 1 Desember 2020
Standard World Health Organization (WHO) untuk rasio tempat tidur adalah 1 tempat tidur
untuk 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Indonesia dari tahun 2013-2017 sekitar
1 per 1.000 penduduk. Jumlah tempat tidur di Indonesia sudah tercukupi menurut WHO. Rasio
tempat tidur ini tidak mencukupi apabila diuraikan di setiap provinsi di Indonesia karena masih ada
provinsi yang memiliki rasio tempat tidur <1 (Kemenkes, 2018).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman yang merupakan salah satu instansi pelayanan
masyarakat. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman sebagai rumah sakit di Kabupaten Sleman
tipe B pendidikan dengan status paripurna, bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang optimal. Jumlah kunjungan pasien di RSUD Sleman setiap tahunnya mengalami
penurunan sehingga penggunaan tempat tidur berkurang, hasil observasi dan wawancara dengan
petugas pelaporan tanggal 26 Februari 2020 didapatkan laporan bahwa nilai bor tidak mencapai
jumlah standar dan mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah
kunjungan yang menurun.
Hasil dokumentasi diperoleh data kunjungan rawat inap 3 tahun terakhir dan data nilai BOR 3
tahun terakhir ( 2017, 2018, 2019 ) di RSUD Sleman sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Kunjungan Rawat Inap 3 tahun terakhir di RSUD Sleman
2. Metode Penelitian
2.1 Jenis/desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Fokus penelitian mengkaji faktor penyebab
penurunan BOR di RSUD Sleman dengan menggunakan input (SDM, Sarana dan Prasarana dan
29
J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 2 No. 1 Desember 2020
Prosedur), proses (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling), dan lingkungan. Penelitian
dilakukan di RSUD Sleman pada bulan Februari-Maret Tahun 2020.
2.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang informan, yaitu petugas pendaftaran rawat inap petugas
bangsal yang melayani pasien rawat inap.
(informan 1 dan 2)
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa belum jadwal visit dokter belum optimal karena
masih adanya dokter part time yang sampai di rumah sakit masih harus menangani pasien rawat
jalan baru menuju bangsal. Hal tersebut menyebabkan penurunan jumlah kunjungan pasien rawat
inap, yang akhirnya berakibat pada penurunan BOR. Maka hal tersebut perlu dilakukan upaya
pengembangan SDM melalui pelatihan untuk meningkatkan kinerja SDM agar bisa lebih baik dalam
melayani pasien rawat inap.
Sarana prasarana yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan perawatan pasien adalah
terkait dengan Tempat Tidur (TT), Ruang Perawatan (Bangsal), dan peralatan lain yang mendukung
dalam proses perawatan pasien. Terjadinya sistem error di RSUD sleman menyebabkan antrian
panjang dan proses pelayanan terhambat dan mengurangi minat pasien yang akhirnya
menyebabkan penurunan jumlah kunjungan rawat inap. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil
wawancara berikut
“kalau sistemnya error harus nunggu orang TI perbaiki baru bisa lanjut, kalau masih error ya
pasien harus nunggu”
“kalau sistem eror pasien nunggu, jadi tempat tidur di ruang pemeriksaan kurang karena banyak
pasien yang nunggu”
(informan 1 dan 2)
Hasil wawancara yang menyatakan bahwa jika terjadi system error maka pendaftaran pasien
akan dihentikan sampai pihak IT membenarkan agar sistem dapat beroperasi lagi. Sehingga
memakan waktu yang lama dan antrian pasien semakin panjang. Hal tersebut mengurangi
kenyamanan pasien dalam pelayanan. Agar pendaftaran tetap berjalan meskipun system error dan
pasien tidak menunggu lama maka diperlukannya membuat dan menerapkan kebijakan untuk
pendaftaran manual apabila terjadi system error. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pelayanan dalam proses administratif (Hanna, 2015).
Prosedur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
diterapkan di RSUD Sleman. Hasil wawancara kepada petugas pelayanan pasien rawat inap
menyatakan bahwa sudah terdapat SPO pada masing-masing bagian yang terlibat dalam
pelaksanaan pelayanan pasien rawat inap. SPO terkait proses pelayanan pasien rawat inap di RSUD
Sleman sudah ada namun dalam penerapannya masih belum optimal. Selain itu juga belum ada
SPO terkait reward dan punishment. Hasil wawancara kepada responden sebagai berikut.
“sudah ada SPO di masing-masing bagian, tapi kadang masih tidak sesuai dengan
kenyataannya, sosialisasinya gaada dek”
“SPO belum optimal dek karena tidak dilakukan sosialisasi”
(informan 1 dan 2)
30
J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 2 No. 1 Desember 2020
Berdasarkan hasil wawancara diatas masih belum terdapat sosialisasi terkait SPO kepada
petugas sehingga menyebabkan pelaksanaan SPO tidak maksimal. Selain itu, tidak adanya SPO
terkait reward dan punishment mengakibatkan petugas tidak termotivasi dalam melaksanakan
pekerjaan. Hal tersebut terkadang menyebabkan komunikasi antar petugas juga terganggu. Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Novita N, dkk (2019) bahwa motivasi yang baik juga
memunculkan komunikasi yang efektif. Selanjutnya, komunikasi yang efektif mampu memberikan
arus timbal balik, sehingga menimalkan adanya miss communication dalam komunikasi antar
petugas. SPO pelayanan sangat penting untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien rawat agar
Pelaksanaan planning dalam analisis faktor penyebab penurunan BOR di RSUD Sleman, strategi
yang dipilih unit pelayanan pasien rawat inap untuk mengatasi penurunan BOR yang disebabkan
turunnya jumlah kunjungan pasien rawat inap yaitu mengadakan sosialisasi kepada petugas untuk
mematuhi SPO terkait penerimaaan dan pelayanan pasien rawat inap agar tercipta proses
pelayanan yang paripurna terhadap pasien. Planning (perencaanaan) lain yang dilakukan oleh
masing-masing bagian yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan pasien mulai dari pasien
mendaftar hingga diruang perawatan seperti bagian TPPRI, TPPIGD, dokter yang merawat, dan
petugas bangsal adalah dengan menyusun rencana kegiatan pengembangan dan peningkatan
pengetahuan, keterampilan SDM melalui pelatihan. Pelatihan yang diperlukan yaitu pelatihan terkait
pelaksanaan SPO yang ada di masing-masing bagian, agar petugas bisa lebih profesional dalam
melaksanakan tugasnya. Secara teori perencanaan akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukan dan kapan
akan dilakukan, perencanaan akan menentukan kebutuhan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan (Longest, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis organizing dalam faktor penyebab penurunan BOR
di RSUD Sleman ditemukan koordinasi yang kurang terjadi antara petugas pendaftaran, petugas
bangsal perawatan pasien. karena kesibukan tenaga medis khususnya dokter yang
berkewenangan untuk mengisi diagnosa, prosedur maupun tanda tangan DPJP. Untuk itu diperlukan
adanya koordinasi yang mana secara teori bahwa koordinasi diperlukan sebagai proses
pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan atau bidang-bidang
fungsional suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien, tanpa koordinasi
individu-individu, satuan-satuan atau bidang-bidang fungsional akan kehilangan pegangan atas
peranan mereka dalam organisasi. Jika koordinasi terjalin dengan baik maka akan tercipta
pelayanan yang paripurna dan pasien akan merasa lebih nyaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis Actuating dalam faktor penyebab penurunan BOR
di RSUD Sleman Pelaksanaan pelayanan pasien rawat inap di RSUD Sleman masih belum optimal.
Masih ada kesalahan input data informasi pasien yang disebabkan oleh beberapa kendala yang
dihadapi pada setiap bagian yang terlibat dalam tahapan pelaksanaan pelayanan pasien mulai dari
TPPRI dan IGD, petugas bangsal. Adapun hambatan tersebut diantaranya masalah penggunaan
tempat tidur yang tidak efisien dan masih kurangnya pelayanan terhadap pasien rawat inap hal
tersebut disebabkan karena belum optimalnya pelaksanaan SPO pelayanan pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis Controlling dalam faktor penyebab penurunan BOR
di RSUD Sleman Kegiatan pengawasan sudah dilakukan oleh masing-masing kepala bagian yang
terlibat dalam pelaksanaan pelayanan pasien. Kegaitan evaluasi dengan membuat laporan tahunan,
dari laporan yang disampaikan sudah diperoleh umpan balik yang positif. Penilaian berupa
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan pasien. Monitoring dan evaluasi masih
belum optimal di sensus pelaporan. Jika tidak ada monitoring dan evaluasi internal, maka masalah
yang sama kemungkinan dapat terjadi kembali. Untuk itu perlu ditingkatkan pengawasan dan
evaluasi yang mana fungsi utama dari pengawasan dalam hal ini pelaksanaan pelayanan pasien
adalah untuk memastikan pelaksanaan pelayanan pasien berjalan dengan maksimal yang dilakukan
oleh rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan komponen lingkungan dalam analisis faktor penyebab
penurunan BOR di RSUD Sleman yaitu Lingkungan yang dimaksud pada penelitian ini yaitu letak
rumah sakit yang cukup strategis dan akses jalan baik. namun banyak rumah sakit lain di sekitar
yang pelayanannya juga tidak kalah dengan RSUD Sleman. Salah satu faktor penyebab turunnya
BOR adalah banyaknya rumah sakit kompetitor yang berdekatan (Nofitasari, 2017).
31
J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 2 No. 1 Desember 2020
3.1 Gambar
32
J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 2 No. 1 Desember 2020
sakit yang sering eror, rutin melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan pasien rawat
inap, membuat peraturan mengenai reward dan punishment untuk memotivasi petugas pelayanan
rawat inap.
Daftar Pustaka
Djuhaeni. 2012. Analisis Penerapan Sistem Informasi Rekam Medisdi Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat. Universitas Padjajaran.
Hanna, H. (2015). Analisis faktor-faktor pelayanan yang mempengaruhi Bed Occupancy Rate (BOR)
Unit Stroke Center RS. Islam Jakarta (tahun 2010 – 2013). Universitas Indonesia
Harvey, D. dan Bowin, R.B. 2001. Human Resource Management An Experiental Approach.
Prentice Hall, Inc. London. UK. Hodgetts, R.M., & Kroeck, K.G. London.
Hasibuan (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Nofitasari. (2017). Faktor Penyebab Bor (Bed Occupancy Rate) Rendah Di Rumah Sakit Mitra
Paramedika Tahun 2016. STIKes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. STIKes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta
Susilo, E., & Nopriadi. (2012). Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur dengan Metode Grafik
BarberJohnson di Rs Lancang Kuning. Jurnal Kesehatan Komunitas, 1(4), 181–187.
Sidiq, R., & Afrina, R. (2017). Kajian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit. Idea Nursing Journal, 8(1),
29–34.
Phillips, J., & Simmonds, L. (2013). Using fishbone analysis to investigate problems. Nursing Times,
109(15), 18–20.
33