30-Article Text-50-1-10-20200926
30-Article Text-50-1-10-20200926
30-Article Text-50-1-10-20200926
Abstract: The aging process of asphalt in the pavement layers of asphalt concrete road occurs when mixing in the Asphalt Mixing Plant
and during the road service period. The asphalt aging process when mixing is called short-term aging and aging during the road service
period is called long-term aging. AC - WC mixture is a wear layer and it is on the top layer of the surface which allows characteristics
change that are influenced by several environmental factors (air, temperature and sunlight). This study aims to know the effect of asphalt
aging on the characteristics of AC - WC mixture with Marshall method on some asphalt content that are 4.5%, 5.0%, 5.5%, 6.0%, 6, 5%
and 7.0%. For testing on short-term aging (Short - Term Oven Aging, STOA) is by testing the mixture specimen AC - WC at 135o C before
solidified for 4 hours and for long-term aging (Long - Term Oven Aging, LTOA) was carried out by testing the mixture specimen AC -
WC at 85o C for 2 - 5 days. The results of this study found that asphalt aging had an effect on the characteristics of AC - WC mixture.
Values of density, VFB, stability, flow tend to decrease with age. While VIM and VMA values tend to increase with age. Aging caused
the mixture to became more rigid.
Keywords: aging, STOA, LTOA, AC - WC, Marshall.
Abstrak: Proses penuaan aspal pada lapis perkerasaan jalan beton aspal terjadi saat pencampuran di AMP dan saat masa pelayanan jalan.
Proses penuaan aspal saat pencampuran disebut penuaan jangka pendek dan penuaan saat masa pelayanan jalan disebut penuaan jan gka
panjang. Campuran AC – WC merupakan lapis aus dan berada di lapis permukaan yang paling atas yang memungkinkan terjadinya
perubahan karakteristik yang dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan (udara, temperatur dan sinar matahari). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penuaan aspal pada karakteristik campuran AC – WC dengan metode Marshall pada beberapa kadar aspal
yaitu 4,5%, 5,0%, 5,5%, 6,0%, 6,5% dan 7,0%. Untuk pengujian pada penuaan jangka pendek (Short – Term Oven Aging, STOA) adalah
dengan pengovenan benda uji campuran AC – WC pada suhu 135 ̊C sebelum dipadatkan selama 4 jam dan untuk penuaan jangka panjang
(Long – Term Oven Aging, LTOA) dilakukan pengovenan benda uji campuran AC – WC pada suhu 85 C ̊ selama 2 - 5 hari. Hasil penelitian
ini mendapatkan bahwa penuaan aspal memberi pengaruh pada karakteristik campuran AC – WC. Nilai kepadatan, VFB, stabilitas, flow
cenderung turun seiring lamanya umur penuaan. Sementara nilai VIM dan VMA cenderung meningkat seiring lamanya umur penuaan.
penuaan mengakibatkan campuran menjadi lebih kaku.
Kata kunci: penuaan, STOA, LTOA, AC – WC, Marshall.
48
REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 1(2), September 2020
d) Aspal Pada rancangan campuran AC–WC, gradasi agregat
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam gabungan merupakan hal yang paling penting. Gradasi
atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat agregat gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas –
sampai agak padat.Jika dipanaskan pada suatu batas toleransi (Tabel 5).
temperatur tertentu aspal dapat menjadi lunak/cair
Tabel 5. Gradasi agregat gabungan untuk campuran laston
sehingga dapat membungkus partikel agregat pada
% Berat Yang Lolos Terhadap Total
waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk ke Ukuran Agregat dalam Campuran
dalam pori-pori yang pada penyemprotan /penyiraman Ayakan Laston (AC)
pada perkerasan macadam atau peleburan. Jika (mm)
WC BC Base
temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan
mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis). 37,5 100
Sebagai salah satu konstruksi perkerasan lentur, aspal 25 90-100
merupakan komponen kecil, umumnya kadar aspal yang 19 100 90-100 76-90
digunakan 4%-10% berdasarkan berat atau 5%-10% 12,5 90-100 75-90 60-78
berdasarkan volume (Tabel 4) [12-13]. 9,5 77-90 66-82 52-71
Catatan : 4,75 53-69 46-64 35-54
1) Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat 2,36 33-53 30-49 23-41
(bitumen) yang diektraksi dengan menggunakan 1,18 21-40 18-38 13-30
metoda SNI 2490:2008. Sedangkan untuk 0,600 14-30 12-28 10-22
pengujian kelarutan dan gradsi mineral 0,300 9-22 7-20 6-15
dilaksanakan pada seluruh bahan pengikat termasuk 0,150 6-15 5-13 4-10
kandungan meneralnya. 0,075 4-9 4-8 3-7
2) Pabrik pembuat bahan pengikat Tipe II dapat
mengajukan metoda pengujian alternatif untuk 1.5. Komposisi Umum Campuran
pengunjian penetrasi, titik lembek atau standar Campuran untuk lapis beton terdiri atas kombinasi
lainnya, agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi (bila diperlukan)
3) Viskositas diuji juga pada temperatur 100oC atau dan aspal. Bahan – bahan campuran ini terlebih dahulu
160oC untuk tipe I, untuk tipe II, pada temperatur harus direncanakan sehingga setelah dikerjakan dapat
100oC dan 170oC diperoleh perkerasan aspal yang memenuhi kriteria
4) Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan karakteristik campuran beton aspal.
sesuai dengan AASHTO T201-03 maka hasil Penentuan proporsi masing – masing fraksi agregat
pengujian harus dikonversikan ke cSt. dilakukan dengan gradasi by sieve. Metode ini dilakukan
dengan cara penimbangan berdasarkan komposisi untuk
1.3. Karakteristik Campuran masing – masing ukuran saringan.
Menurut Sukirman (2003) lapis aspal beton (laston)
Tabel 6. Ketentuan Sifat-sifat campuran lapis aspal beton
digunakan untuk jalan – jalan dengan beban lalu lintas berat,
(LASTON)
laston juga dikenal dengan nama AC (Asphalt Concrete).
LASTON
Ada tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh
Sifat-Sifat Campuran AC-WC
aspal beton sebagai berikut [12-13] :
Halus Kasar
1) Stabilitas
Kadar aspal afektif (%) Min 5,1 4,3
2) Durabilitas (keawetan) Penyerapan aspal (%) Maks 1,2
3) Fleksibilitas (kelenturan) Jumlah tumbukan perbidang 75
4) Fatiqueresistance (ketahanan kelelehan) Rongga dalam campuran Min 3,5
5) Skid Resistance (kekesatan terhadap slip) (%)
6) Impermeable (kedap air) Maks 5,0
7) Workability (kemudahan pelaksanaan) Rongga dalam agregat (%) Min 15
Rongga terisi aspal (%) Min 65
1.4. Rancangan Campuran AC – WC
Stabilitas Marshall (kg) Min 800
Tujuan dari perencanaan campuran (mix design) untuk Pelelehan (mm) Min 3,0
memperoleh nilai kadar aspal optimum (KAO) untuk suatu Marshall Quotient Min 250
gradasi agregat sehingga menghasilkan suatu campuran Stabilitas Marshall sisa Min 90
beton aspal yang memenuhi spesifikasi yang telah setelah perendaman 24 jam,
ditetapkan. Bahan – bahan yang akan digunakan dalam 60 C(5)
penelitian ini dipilih agar dapat memenuhi spesifikasi Rongga dalam campuran Min 2,5
campuran AC–WC. Penentuan komposisi campuran antar pada kepadatan membal
(%)
agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi dimaksudkan
untuk mendapatkan suatu komposisi campuran yang
memenuhi syarat gradasi sehingga diperoleh suatu lapis 1.6. Spesifikasi Campuran AC–WC
permukaan dimana ikatan antar butir – butir agregat baik Agar dapat memenuhi kualitas dan keseragaman jenis
atau saling mengunci. lapisan yang telah dipilih dalam perencanaan, perlu
ditentukan spesifikasi campuran yang menjadi dasar
49
REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 1(2), September 2020
pelaksanaan dilapangan (Tabel 6). Spesifikasi campuran dimaksudkan untuk mensimulasikan keadaan proses
berbeda– eda dipengaruhi oleh : penuaan pada campuran aspal selama 10 tahun layanan.
1) Perencanaan tebal perkerasan, yang dipengaruhi oleh
pemilihan metode penentuan tebal perkerasaan. 2. Metode Penelitian
2) Ekspresi gradasi agregat, yang dinyatakan dengan
Metode penelitian yang akan digunakan untuk
nomor saringan yang umumnya digunakan dalam
mengarahkan penelitian agar mencapai tujuan yang
spesifikasi.
diinginkan, yakni mengetahui pengaruh penuaan aspal pada
3) Kadar aspal, yang umumnya dinyatakan dalam persen
karakteristik campuran aspal beton lapis aus (AC–WC).
terhadap berat campuran seluruhnya.
Metode penelitian akan memberikan informasi seputar
4) Komposisi dari campuran yang diinginkan, dinyatakan
objek penelitian, serta langkah – langkah terarah dalam
dalam nilai stabilitas, flow, VIM, VMA, VFB dan tebal
perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai
film aspal.
tujuan. Sehingga dengan tercapainya tujuan maka akan
5) Metode rencana campuran yang digunakan.
menjawab rumusan masalah yang ada
1.7. Proses Penuaan Aspal
Menurut Belt (1994, dalam Supriadi, 2018), penuaan 2.1. Jenis Penelitian
aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui Penelitian ini merupakan penelitian experimental,
durabilitas campuran beraspal. Penuaan aspal tersebut karena penelitian bersifat laboratories. Penelitian
disebabkan oleh 2 faktor utama, yaitu penguapan fraksi eksperimen adalah suatu jenis penelitian yang digunakan
minyak ringan yang terkandung dalam aspal dan oksidasi untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
(penuaan jangka pendek, Short-Term Aging), serta oksidasi lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2017).
yang progresif (penuaan jangka panjang, Long-Term Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif
Aging) [14]. yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan
Oksidasi merupakan suatu faktor penting yang untuk meneliti pada sampel tertentu, pengumpulan data
menentukan kecepatan penuaan. Kecepatan penuaan menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
jangka panjang semata – mata disebabkan oleh oksidasi kuantitatif/statistik sehingga penelitian eksperimen
kecepatan oksidasi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kuantitatif adalah penelitian dengan menggumpulkan data
rongga udara yang terkandung dalam campuran dan yang diperoleh dari benda uji yang dibuat oleh peneliti di
lingkaran dimana campuran ini dihamparkan. Dari kedua laboratorium, kemudian nilai yang diperoleh dari seluruh
hal tersebut, Glenn et al. (1981, dalam Damraeni, 2009) benda uji dianalisis sesuai dengan metode statistik yang
mengatakan bahwa lingkungan lebih memberikan digunakan [11, 15].
pengaruh pada penuaan aspal dibandingkan dengan rongga 2.2. Prosedur Penelitian
udara dalam campuran atau porositas agregat yang
digunakan [8]. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Prosedur penelitian menggunakan langkah–langkah
Yau et al. (1985, dalam Irfan, 2012) yang mengatakan yang disusun untuk memberikan kemudahan dalam
bahwa oksidasi adalah penyebab utama pengerasan aspal melaksanakan penelitian sehingga lebih efisien dan efektif
yang merupakan hasil interaksi antara aspal dengan dalam mencapai tujuan penelitian yang ingin dicapai.
lingkungan [9]. a. Bahan Penelitian
a. Short–Term Oven Aging (STOA) Bahan Penelitian terdiri dari agregat yang berasal dari
Short – Term Oven Aging (STOA) merupakan metode stone crusher Sungai Bahomante yang terletak di
pengujian yang dikembangkan oleh strategic highway Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali
research program (SHRP) project A–003 A. Pada Provinsi Sulawesi Tengah dan aspal Pen 60/70 produksi
metode pengujian STOA dilakukan proses pemanasan pertamina.
oven di laboratorium selama 4 jam pada campuran lepas b. Pemeriksaan Material
(loose mixture) panas dengan temperatur 135˚C. Pemeriksaan agregat kasar meliputi berat jenis dan
pengovenan ini dimaksudkan untuk mensimulasi proses abrasi, pemeriksaan agregat halus dan filler meliputi
penuaan pada campuran aspal selama proses berat jenis. Sedangkan pemeriksaan aspal meliputi uji
konstruksi, pencampuran, pengangkutan, penetrasi, berat jenis, titik lembek, kehilangan berat
penghamparan dan pemadatan. minyak dan aspal, daktilitas dan viskositas.
c. Desain Gradasi Campuran
b. Long – Term Oven Aging (LTOA) Pada Penelitian ini dalam menentukan komposisi
Long – Term Oven Aging (LTOA) merupakan metode gradasi campuran menggunakan gradasi by sieve.
pengujian yang dikembangkan oleh strategic highway d. Pembuatan Benda Uji
research program (SHRP) project A – 003 A. Pada Pembuatan benda uji campuran AC – WC menggunakan
metode pengujian LTOA dilakukan proses pemanasan perkiraan kadar aspal optimum (PKAO) pada kondisi
oven di Laboratorium selama 2 hari dan 5 hari pada standar dan kondisi penuaan (STOA, LTOA 5 tahun dan
temperatur 85˚C, pada spesimen padat. Untuk proses LTOA 10 tahun). Seperti yang telah dilakukan oleh
pemanasan oven selama 2 hari dimaksudkan untuk Irfan, (2012).
mensimulasikan keadaan proses penuaan pada e. Pengujian Benda Uji
campuran aspal selama 5 tahun umur pelayanan, Pengujiaan benda uji menggunakan alat Marshall dan
sedangkan pada proses pemanasan oven selama 5 hari Uji Volumetrik.
50
REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 1(2), September 2020
f. Analisa dan Pembahasan Tabel 8. Hasil pemeriksaan karakteristik agregat kasar
Penuaan aspal seperti STOA, LTOA 5 tahun dan LTOA fraksi 1/2”
10 tahun sebagai variabel bebas sementara data Hasil
karakteristik Marshall seperti Stabilitas, flow dan MQ No. Pengujian Spek. Sat.
Pengujian
serta uji volumetrik seperti kepadatan, VIM, VMA dan 1 Analisa saringan - - -
VFB sebagai variabel terikat 2 Berat jenis
a. Bj. bulk 2,54
2.2. Lokasi Pengambilan Material
b. Bj. SSD 2,60 Min. 2,5
Penelitian ini diawali dengan penyeleksian data hujan c. Bj. apparent 2,71
dan debit harian maksimum yang mewakili masing-masing Penyerapan 2,43 Maks. 3 %
tahun. Analisis frekuensi diterapkan untuk terhahadap agregat
kedua jenis data tersebut menggunakan empat metode 3 Abrasi 29,86 Maks. %
Pengambilan material penelitian ini yang terdiri dari fraksi 40
¾”, fraksi 5/8”, fraksi ½”, agregat halus dan filler (abu batu) Tabel 9. Hasil pemeriksaan karakteristik agregat halus
diambil dari lokasi stone crusher di Bahomante. Aspal yang fraksi 5/8”
akan digunakan merupakan aspal yang tersedia di lokasi
penelitian di Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya Hasil
No. Pengujian Spek. Sat.
Pengujian
Fakultas Teknik Univ. Tadulako.
1 Analisa saringan - - -
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu agregat
2 Berat jenis
kasar dengan fraksi 1/2”, fraksi 5/8”, dan abu batu diambil
d. Bj. bulk 2,54
dari stone crusher Sungai Bahomante yang terletak di e. Bj. SSD 2,601 Min. 2,5
Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali Provinsi f. Bj. apparent 2,73
Sulawesi Tengah (Gambar 1). Penyerapan 2,67 Maks. 3 %
agregat
51
REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 1(2), September 2020
Tabel 13. Rekapitulasi hasil pengujian Marshall kondisi STOA, LTOA (5 Tahun) dan LTOA (10 Tahun)
Karaktersitik Kadar Aspal (%)
Penuaan
Campuran 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
Kondisi STOA 2,168 2,183 2,222 2,225 2,233 2,252
Kepadatan LTOA (5 tahun) 2,152 2,170 2,187 2,206 2,210 2,217
LTOA (10 tahun) 2,146 2,151 2,185 2,198 2,213 2,216
Kondisi STOA 9,123 7,873 5,572 4,820 3,864 2,390
VIM LTOA (5 tahun) 9,780 8,404 7,056 5,620 4,846 3,912
LTOA (10 tahun) 10,018 9,203 7,133 5,996 4,699 3,959
Kondisi STOA 18,489 18,353 17,311 17,643 17,803 17,533
VMA LTOA (5 tahun) 19,079 18,824 18,610 18,335 18,643 18,818
LTOA (10 tahun) 10,292 19,532 18,677 18,660 18,517 18,859
Kondisi STOA 50,659 57,143 67,884 72,690 78,444 86,405
VFB LTOA (5 tahun) 48,741 55,421 62,088 69,350 74,057 79,240
LTOA (10 tahun) 48,072 52,894 61,810 67,870 74,624 79,041
Kondisi STOA 1134,098 1362,997 1295,229 1139,181 1081,843 984,777
Stabilitas LTOA (5 tahun) 1055,392 1145,556 1238,474 1039,925 966,952 960,815
LTOA (10 tahun) 1019,083 1130,880 1178,226 1210,663 989,484 933.503
Kondisi STOA 4,413 3,960 4,637 4,593 4,864 5,893
Flow LTOA (5 tahun) 3,980 3,157 3,347 3,943 4,397 4,167
LTOA (10 tahun) 3,393 3,203 3,120 3,340 3,687 4,667
Kondisi STOA 258,729 346,338 281,798 249,709 228,912 167,257
MQ LTOA (5 tahun) 271,901 373,274 380,738 268,516 229,309 235,332
LTOA (10 tahun) 303,749 367,725 381,891 363,519 269,618 200,692
3.4. Pengaruh Proses Penuaan Terhadap Karakteristik Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui nilai kepadatan
Campuran Aspal Beton Lapis Aus (AC – WC) maksimum pada kondisi standar terjadi pada kadar aspal
6,5%. Sedangkan pada kondisi penuaan baik penuaan
a. Kepadatan – Penuaan Aspal
52
REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 1(2), September 2020
STOA maupun LTOA 5 tahun dan LTOA 10 tahun nilai c. Void in Mineral Agregat (VMA) – Penuaan Aspal
kepadatan mengalami kenaikan seiring bertambahnya
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui nilai VMA akan
kadar aspal dan belum terjadi kepadatan maksimum.
cenderung semakin besar bila aspal mengalami penuaan
Sehingga untuk memperoleh nilai kepadatan maksimum
karena aspal yang mengalami penuaan akan menjadi
pada kondisi penuaan diperlukan kadar aspal yang lebih
keras dan getas sehingga kemampuan aspal mengisi
besar.
rongga antara agregat menjadi berkurang yang
mengakibatkan campuran mengalami penurunan
durabilitas hal ini sejalan dengan menurunya nilai VFB
dan nilai VIM yang semakin naik.
53
REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 1(2), September 2020
minimum 800 kg. Hal ini dipengaruhi oleh proses aging 7,0%. Berdasarkan spesifikasi nilai flow pada kondisi
yang menyebabkan agregat dan aspal mengalami standar dan kondisi penuaan memenuhi spesifikasi
penguapan yang tinggi. Penguapan yang terjadi pada minimum 3 mm.
aspal mengakibatkan aspal menjadi lebih keras dan
g. Marshall Quotient (MQ) – Penuaan Aspal
getas. Bila pemadatan campuran aspal dilakukan dengan
kondisi campuran dalam keadaan getas maka pemadatan Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui bahwa nilai
yang diberikan akan merusak bahkan menghancurkan MQ pada kondisi standar, kondisi penuaan STOA dan
campuran tersebut. Hal ini disebabkan karena pada penuaan LTOA 5 tahun yang memenuhi spesifikasi
campuran beraspal yang sudah cukup kaku, agregat berada pada kadar aspal 4,5% - 6,0%, sedangkan pada
pembentuknya sudah terikat kuat oleh aspal dan penuaan LTOA masa layanan 10 tahun nilai MQ yang
aspalnya tidak lagi berfungsi sebagai pelumas, sehingga memenuhi spesifikasi berada pada kadar aspal 4,5% -
energi pemadatan yang diberikan sudah tidak mampu 6,5%.
lagi memaksa partikel agregat untuk bergerak mendekat
satu dengan yang lainnya tetapi energi ini justru akan
menghancurkan ikatan antara agregat dengan aspal yang
sudah dibentuk sebelumnya.
54
REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 1(2), September 2020
Daftar Pustaka [8] Damraeni, Pengaruh Proses Penuaan Bahan Pengikat
Mengandung Aspal Alam Terhadap Karakteristik
[1] Anonim, Spesifikasi Umum Edisi 2010. Direktorat
Campuran Bergradasi Senjang (Tugas Akhir) Palu:
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
Universitas Tadulako, 2009.
Jakarta.http://binamarga2010.blogspot.co.id/2016/09
/spesifikasi-umum2010.html (diakses pada 23 Maret [9] Irfan, Pengaruh Penggunaan Bahan Tambah Sulfur
2018). Terhadap Penuaan Campuran Asphaltic Concrete –
wearing Course (AC–WC) (Tugas Akhir). Palu:
[2] R. Anwar Yamin, and Herman, “Pengaruh
Universitas Tadulako, 2012.
Lingkungan Tropis Indonesia Pada Penuaan Aspal dan
Modulus Kekakuan Resilien Campuran Beraspal”, [10] H. Saodang, Konstruksi Jalan Raya, Bandung: Nova,
Jurnal Transportasi, vol. 5, no. 2, p. 99, 2005. 2010.
[3] E. Ngii, “Meningkatkan Durabilitas Campuran Beton [11] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
Aspal Yang Mengalami Proses Penuaan Aspal Saat dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2017.
Konstruksi (Short Term) Dengan Teknik Penambahan
[12] S. Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya,
Kadar Aspal”, Stabilita: Jurnal Ilmiah Teknik Sipil,
Bandung: Nova, 1999.
vol. 1, no. 2, p. 101 , 2013.
[13] S. Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya,
[4] Mashuri, F. Astuti, and J.F. Batti, “Penuaan Dini dan
Bandung: Nova, 2003.
Durabilitas Perkerasan Lapis Tipis Beton Aspal Lapis
Aus (Hrs-Wc) Yang Menggunakan ROADCEL-50”, [14] T. Supriadi, Syarifudin, dan H. Azwansyah,
Jurnal Teknik Sipil Infrastruktur, vol. 4, no. 2, p. 103 “Perkerasaan Campuran Aspal AC – WC Terhadap
-, 2014. Sifat Penuaan Aspal”, Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil,
vol. 5 no. 2, p. 1, 2018.
[5] I. Haryanto, “Pengaruh Penuaan Terhadap Kuat Geser
Langsung Campuran Beraspal”, Jurnal Transportasi, [15] S. Widodo, S.R. Harnaeni, and E. Wijayanti,
vol. 4, no. 2, p. 131, 2004. “Pengaruh Penuaan Aspal Terhadap Karakteristik
Asphalt Concrete Wearing Course”, Seminar Nasional
[6] Mashuri, R. Rahman, and H. Basri, “Studi Pengaruh
Teknik Sipil UMS, p. 50, 2012.
Penambahan ROADCEL-50 Terhadap Karakteristik
Campuran Lapis Tipis Beton Aspal (HRS-WC)”,
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi, vol.1,
no.1, p. 1, 2011.
[7] T.D. Septiawan, “Pengaruh Penggunaan Bahan
Tambah Serbuk Karet Ban Pada Campuran Lapis
Aspal Beton”, Jurnal Rekayasa Sipil, vol.1, no.1, p. 9,
2013.
55
REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 1(2), September 2020
56