Jurnal Mooc Orientasi PPPK 2024

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 33

JURNAL PEMBELAJARAN MANDIRI

MELALUI MASSIVE OPEN ONLINE COURDE (MOOC)


KEGIATAN ORIENTASI PPPK GELOMBANG 1 ANGKATAN 6

Disusun Oleh :

NAMA : RINA NURHASANAH, S.Pd


NDH : 29
NIP : 198705082023212026
UNIT KERJA : SDN HEGARMANAH KECAMATAN
CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga


Kabupaten Cianjur
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

MODUL 1 : WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
❖ Beberapa Titik Penting dalam Sejarah pergerakan Bangsa Indonesia :
● Pada tanggal 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam
pertemuan itu mereka sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo.
● Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama
yang menggunakan istilah "Indonesia", dan menjadi pelopor kemerdekaan bangsa
Indonesia di kancah internasional. PI diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R.
N. Noto Suroto pada tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda.
● Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April 1926.
● Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928.
● Terbentuknya BPUPKI pada tanggal 01 Maret 1945.
● Terbentuknya PPKI pada tanggal 07 Agustus 1945.
❖ Empat (4) Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara :

Konsensus dasar berbangsa dan bernegara merupakan prinsip-prinsip fundamental


yang menjadi landasan bagi sebuah negara dalam membangun identitas, kedaulatan, serta
kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Dalam konteks Indonesia, terdapat empat konsensus
dasar yang telah diakui secara luas sebagai fondasi bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Konsensus-konsensus tersebut mencakup Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, dan NKRI. Tulisan ini akan menguraikan setiap konsensus dasar tersebut serta
pentingnya dalam menjaga persatuan, keadilan, dan kemajuan bangsa Indonesia.

1. Pancasila
Berpangkal tolak dari struktur sosial dan struktur kerohanian asli bangsa Indonesia, serta
diilhami oleh ide-ide besar dunia, maka pendiri Negara kita yang terhimpun dalam
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
terutama dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), memurnikan dan
memadatkan nilai-nilai yang sudah lama dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya
oleh manusia indonesia. Kulminasi dari endapan nilai-nilai tersebut dijadikan oleh para
pendiri bangsa sebagai soko guru bagi falsafah negara indonesia modern yakni pancasila
yang rumusannya tertuang dalam UUD 1945, sebagai ideologi negara, pandangan hidup
bangsa, dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlepas dari penjajahan asing membuktikan bahwa
sejak semula salah satu gagasan dasar dalam membangun sokoguru Negara Indonesia
adalah konstitusionalisme dan paham Negara hukum. Di dalam Negara-negara yang
mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, Undang-undang dasar memiliki
fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian hak-hak
wara negara terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan konstitusi tertulis yang menjadi
dasar hukum dan pemerintahan di Indonesia. UUD 1945 telah mengalami beberapa
amendemen, namun tetap mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan
kedaulatan rakyat.
3. Bhineka Tunggal Ika
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular
pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi
keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara
kerajaan Majapahit kala itu. Di kemudian hari, rumusan tersebut telah memberikan nilai-
nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan, dan bahkan telah
berhasil menumbuhkan rasa dan
semangat persatuan masyarakat indonesia. Itulah sebab mengapa akhirnya Bhinneka
Tunggal Ika – Kakawin Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi semboyan yang
diabadikan lambang NKRI Garuda Pancasila.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
NKRI menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang bersifat kesatuan, di mana
wilayah-wilayahnya tidak dapat dipisahkan atau memisahkan diri dari kesatuan tersebut.
Prinsip ini menjamin keutuhan dan kedaulatan Indonesia sebagai satu negara yang terdiri
dari berbagai pulau, daerah, dan suku bangsa. NKRI juga menjamin kesetaraan hak-hak
antara seluruh warga negara Indonesia, tanpa memandang suku, agama, ras, atau
golongan.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan dalam
sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara
Indonesia.)

❖ Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan


Identitas nasional suatu negara tercermin dalam simbol-simbol yang digunakan oleh
masyarakatnya. Simbol-simbol ini mencakup bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu
kebangsaan. Di Indonesia, identitas nasional ini sangat penting karena merefleksikan
keberagaman budaya, sejarah, dan nilai-nilai yang menjadi landasan bangsa.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan
sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol
kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

1. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera


Negara adalah Sang Merah Putih. (Pasal 1 Ayat 1 Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan)
2. Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36
Undang Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber
dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai
bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban Bangsa”
(Pasal 25 Ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan).
3. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas
pita yang dicengkeram oleh Garuda” (Pasal 46 Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 24 tahun 2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan)
4. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman” (Pasal 58 Ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun
2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)

A. Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.

❖ Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara
meliputi ;
1. Cinta tanah air.
2. Sadar berbangsa dan bernegara.
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara.
5. Kemampuan awal Bela Negara.
❖ Indikator nilai dasar Bela Negara
1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun
b. politik.
c. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
d. peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Ikut serta dalam pemilihan umum.
f. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
g. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
b. bangsa dan negara.
c. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
d. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
e. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
f. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-
sia
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
b. Tuhan Yang Maha Esa.
a. Gemar berolahraga.
b. Senantiasa menjaga kesehatannya.

❖ Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN


Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan
nasional, dengan sikap dan perilaku meliputi :
1. Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara lain:
a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c. Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang
wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari berbagai ancaman,
seperti : ancaman kerusakan lingkungan, ancaman pencurian sumber daya alam,
ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman pelanggaran batas negara dan
lain-lain.
d. ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah
masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa
Indonesia.
e. Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan mengambil
pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan serta berusaha untuk selalu
menunjukkan sikap kepahlawanan dengan mengabdi tanpa pamrih kepada
Negara dan bangsa.
f. Selalu nenjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap tindakan dan tidak
merendahkan atau selalu membandingkan Bangsa Indonesia dari sisi negatif
dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
g. Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan
Negara melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna mewujudkan kemandirian
bangsa sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.
h. Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam mendukung tugas sebagai ASN Penggunaan produkproduk
asing hanya akan dilakukan apabila produk tersebut tidak dapat diproduksi oleh
Bangsa Indonesia.
i. Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri terbaik bangsa
(olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik perorangan
maupun kelompok yang bertugas membawa nama Indonesia di kancah
internasional.
j. Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah air sebagai
pilihan pertama dan mendukung perkembangannnya.

2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku, antara lain :
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik, baik
tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
menjadi pelopor dalam penegakan peraturan/perundangan di tengah-tenagh
masyarakat.
e. Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya
pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka,
proporsional, professional, akuntabel, efektif dan efisien.
f. Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi ASN.
g. Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi menjaga
kedaulatan bangsa dan negara.
h. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
a. Memegang teguh ideologi Pancasila.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d. Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
e. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai Pancasila di
tengah kehidupan sehari-hari.
f. Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai fungsi ASN.
g. Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan dalam
konteks kekinian.
h. Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasila merupakan
dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup bangsa.
i. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku, antara lain :
a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa
dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
c. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai macam
ancaman.
d. Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi pionir
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional.
e. Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi
yang penuh dengan kesulitan.
f. Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan sia-sia.

5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain :
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
d. Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan
wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup sehat
serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
g. Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga sebagai
gaya hidup.
h. Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri dari kebiasaan-
kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan.

❖ Nilai-nilai Dasar ASN :


1. Memegang teguh ideologi Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada public.
9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

MODUL 2 : ANALISIS ISU KONTEMPORER


Analisis isu kontemporer adalah upaya yang dilakukan untuk mengetahui suatu
pokok persoalan yang terjadi pada masa sekarang atau menjadi trending topik pada saat
ini. Jadi solusi penyelesaiannya harus sesuai dengan masa sekarang yaitu masa modern,
terbagi menjadi current issue, emerging issue, dan isu potensial.

A. Perubahan lingkungan Strategis


1. Konsep perubahan
Perubahan dapat didefinisikan sebagai proses di mana sesuatu mengalami
transformasi atau pergeseran dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Perubahan bisa
bersifat positif atau negatif, dan bisa terjadi secara bertahap atau mendadak. Ini adalah
bagian alami dari kehidupan dan terjadi di berbagai bidang seperti alam, masyarakat,
dan individu. Dalam konteks tertentu, perubahan dapat dianggap sebagai peluang untuk
pertumbuhan, pembelajaran, dan perkembangan.
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan yang patut menjadi bahan renungan
bersama:
Berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi
dan tugasnya, yaitu:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundang undangan,
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
c. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan


berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan sikap
dan perilaku yang mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakuidan
memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan berbicara berdasarkan data,
menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta menghargai integritas pribadi.2
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam sikap dan
perilaku bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong, menunjukkan
respek dan membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan,
sertatidak bersikap diskriminatif atau melecehkan orang lain.
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan perilaku
belajar terus menerus, semangat memberi kontribusi melebihi harapan, dan selalu
berjuang menjadi lebih baik.
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran
diri, keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri,
menunjukkan kemampuan bekerja sama, memimpin, dan mengambil keputusan,
serta mampu mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan.
5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai profesinya
sebagai PNS, menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap
masyarakat yang dilayani maupun rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi
PNS, dan menjunjung tinggi etika-moral PNS.

Perlu disadari bahwa PPPK sebagai Aparatur Sipil Negara saat ini dihadapkan
pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena
tersebut menjadikan pentingnya setiap PPPK mengenal dan memahami secara kritis
terkait isu-isu strategis kontemporer.
2. Perubahan lingkungan Strategis
Empat Level Lingkungan Strategis :
• Individu (Individual)
• Keluarga (Family)
• Masyarakat (Community/culture/society)
• Dunia (Global)

Perubahan Lingkungan Strategis

Ditinjau dari pandangan Urie


Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017,
empat level lingkungan strategis
yang dapat mempengaruhi kesiapan
PNS dalam melakukan pekerjaannya
sesuai bidang tugas masing-masing,
yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan
regional (Community/Culture),
Nasional (Society), dan Dunia
(Global).

3. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis


Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal
manusia (human capital concept). Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok,
2002), yang akan dijelaskan sebagai berikut:
• Modal intelektual
• Modal emosional
• Modal Sosial
• Modal ketabahan (adversity)
• Modal etika/moral
• Modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani

B. Isu-isu Strategis Kontemporer


Sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), memahami isu-isu strategis
kontemporer seperti korupsi, narkoba, paham radikalisme/terorisme, pencucian uang,
perang proksi, dan kejahatan komunikasi massa sangatlah penting. Berikut adalah
penjelasan secara rinci mengapa PNS harus memahami isu-isu tersebut:
1. Korupsi:
Korupsi adalah praktik penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk memperoleh
keuntungan pribadi secara ilegal. Korupsi dapat merugikan negara dan masyarakat
secara keseluruhan dengan menghambat pembangunan, mengurangi efisiensi
pelayanan publik, serta menciptakan ketidakadilan sosial dan ekonomi. Sebagai
PNS, memahami dan melawan korupsi penting untuk menjaga integritas dan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah.
Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi beserta revisinya melalui Undang Undang Nomor 20 tahun 2001 Secara
substansi Undang undang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus
operandi tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil memperluas pengertian
pegawai negeri sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang
perorang tetapi juga pada korporasi dan jenis penjatuhan pidana yang dapat
dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati,
Pidana Penjara dan Pidana Tambahan

2. Narkoba:
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa
Yunani yaitu “Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa apa.
Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata ”Narcissus” yang
berarti jenis tumbuh tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang tidak
sadarkan diri
Narkotika dan Obat Berbahaya serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh
Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif
(Kemenkes 2010) Kedua istilah tersebut dapat menimbulkan kebingungan. Dunia
internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah narkotika yang mengandung
arti obat obatan jenis narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Penyalahgunaan narkoba memiliki dampak serius terhadap individu, masyarakat,
dan negara secara keseluruhan. Dampaknya meliputi masalah kesehatan, sosial,
ekonomi, dan keamanan. Sebagai PNS, memahami isu ini penting untuk
mendukung upaya pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi bagi para pengguna
narkoba serta penegakan hukum terhadap sindikat-sindikat narkoba.

3. Paham Radikalisme/Terorisme:
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas yang
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal dan atau menimbulkan kerusakan
atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis Iingkungan hidup, fasilitas
publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi politik atau gangguan
keamanan ( Pasal 1 Ayat 2 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang Undang).
Perserikatan Bangsa Bangsa ( mengeluarkan Resolusi 60 288 tahun 2006 tentang
UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar strategi global
pemberantasan terorisme yaitu :
1) Pencegahan Kondisi Kondusif Penyebaran Terorisme
2) Langkah pencegahan dan memerangi terorisme
3) Peningkatan kapasitas negara negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB dan
4) Penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law
sebagai dasar pemberantasan terorisme Selain itu PBB juga telah menyusun
High Level Panel on Threats, Challenges, and Change yang menempatkan
terorisme sebagai salah satu dari enam kejahatan yang penanggulangannya
memerlukan paradigma baru

Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total


dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai nilai yang ada secara
drastis lewat kekerasan violence dan aksi aksi yang ekstrem. Ciri ciri sikap dan
paham radikal adalah tidak toleran (tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan
orang lain), fanatik (selalu merasa benar sendiri menganggap orang lain salah),
eksklusif( membedakan diri dari umat umumnya) dan revolusioner (cenderung
menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan)
Radikal Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan
ajaran agama/ golongan dilakukan oleh sekelompok orang tertentu dan agama
dijadikan senjata politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan
Paham radikalisme dan terorisme merupakan ancaman serius bagi keamanan
dan stabilitas negara. PNS perlu memahami asal-usul, motivasi, dan taktik yang
digunakan oleh kelompok-kelompok radikal serta upaya pencegahan dan
penanggulangan terorisme. Melalui pemahaman ini, PNS dapat berperan dalam
memperkuat keamanan nasional dan melindungi masyarakat dari ancaman
terorisme.
4. Pencucian Uang:
Pencucian uang adalah proses menyembunyikan asal-usul uang hasil kegiatan ilegal
agar terlihat legal. Praktik ini seringkali terkait dengan kegiatan kriminal seperti
korupsi, narkoba, dan terorisme. Sebagai PNS, memahami pencucian uang penting
untuk mendukung upaya pencegahan, deteksi, dan penanganan kejahatan finansial
yang melibatkan aliran uang ilegal.

5. Proxy War :
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan Yono Reksodiprojo
menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua
negara di mana negara tersebut tidak serta merta terlibat langsung dalam peperangan
karena melibatkan ‘ atau kaki tangan Perang Proksi merupakan bagian dari modus
perang asimetrik sehinggA berbeda jenis dengan perang konvensional Perang
asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau
luasan daerah pertempuran Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau
pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya

6. Kejahatan Komunikasi Massa (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax) :


Kejahatan komunikasi massa meliputi berbagai tindakan kriminal yang
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi, seperti penipuan, pencemaran
nama baik, dan penyebaran konten ilegal atau merugikan. PNS perlu memahami
perkembangan teknologi dan risiko kejahatan di ruang digital untuk melindungi
masyarakat dari ancaman dan memastikan regulasi yang efektif dalam penggunaan
teknologi komunikasi.
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan
internet. Pelakunya pada umumnya harus menguasai teknik komputer, algoritma,
pemrograman dan sebagainya, sehingga mereka mampu menganalisa sebuah sistem
dan mencari celah agar bisa masuk, merusak atau mencuri data atau aktivitas
kejahatan lainnya.
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan
yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang
publik merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa.
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan
atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak
mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan
yang tidak benar.
Dengan memahami isu-isu strategis kontemporer ini, PNS dapat memainkan
peran yang lebih efektif dalam menjaga keamanan, stabilitas, dan kesejahteraan
masyarakat serta menjalankan tugas-tugas pemerintahan dengan integritas dan
tanggung jawab yang tinggi.

C. Teknik Analisis Isu Kontemporer :


Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan
tingkat urgensinya, yaitu :

1. Current Issue
Isu saat ini (current issue ) merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian
dan sorotan publik secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari
pengambil keputusan
2. Emerging Issue
Isu berkembang ( emerging issue ) merupakan isu yang perlahan lahan masuk dan
menyebar di ruang publik dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut
3. Isu Potensial
Kelompok isu yang belum nampak di ruang publik namun dapat terindikasi dari
beberapa instrumen sosial penelitian ilmiah analisis intelijen dsb yang
mengidentifikasi adanya kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan

Teknik Analisis Isu Kontemporer adalah pendekatan yang digunakan untuk


memahami dan menganalisis isu-isu yang sedang terjadi dalam masyarakat atau dunia
saat ini. Salah satu pendekatan untuk memahami apakah isu yang dianalisi tergolong
isu kritikal atau tidak adalah dengan melakukan “issu scan”, yaitu teknik untuk
mengenali isu melalui proses scannin untuk mengetahui sumber informasi terkait isu
tersebut sebagai berikut:
1. Media Scanning :
Teknik ini melibatkan pemantauan berbagai sumber media massa seperti surat
kabar, majalah, situs web berita, siaran televisi, radio, dan media sosial untuk
mengidentifikasi isu-isu yang sedang tren atau kontroversial. Dengan memantau
media, analis dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu yang
relevan dan perasaan publik tentang masalah tersebut.
2. Existing Data :
Mengumpulkan dan menganalisis data yang sudah ada merupakan teknik penting
dalam analisis isu kontemporer. Data ini dapat berasal dari lembaga pemerintah,
lembaga riset, organisasi non-pemerintah, atau organisasi internasional. Analisis
data yang cermat dapat memberikan wawasan tentang tren, statistik, dan dampak
dari isu-isu tertentu.
3. Knowledge of Others :
Berkolaborasi dengan para ahli, akademisi, praktisi, atau pemangku kepentingan
lainnya merupakan teknik yang penting dalam analisis isu kontemporer.
Memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman orang lain dapat memberikan
perspektif yang beragam dan mendalam tentang isu yang sedang dipelajari.
4. Public and Private Organizations :
Mengumpulkan informasi dari organisasi publik dan swasta juga merupakan
bagian penting dari analisis isu kontemporer. Organisasi seperti badan pemerintah,
perusahaan, dan LSM dapat menyediakan data, laporan, atau pandangan yang
berguna dalam memahami isu-isu yang sedang relevan.
5. Public at Large :
Melibatkan masyarakat umum dalam proses analisis isu kontemporer dapat
dilakukan melalui survei, forum diskusi, atau konsultasi publik. Pendekatan ini
membantu untuk memahami pandangan, kekhawatiran, dan aspirasi yang mungkin
berbeda-beda di antara berbagai segmen masyarakat.

Teknik analisis isu yang umum digunakan adalah teknik tapisan isu, teknik analisis
isu, dan analisis kesenjangan (atau gap analysis). Berikut adalah penjelasan singkat
tentang masing-masing teknik:
1. Teknik Tapisan Isu: Teknik tapisan isu melibatkan identifikasi berbagai aspek
atau lapisan suatu isu yang kompleks. Ini membantu dalam memahami isu secara
menyeluruh dari berbagai perspektif. Alat bantu penetapan kriteria isu yang
berkualitas banyak jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan dengan
menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan
sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya Isu tersebut memiliki
dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan,
dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria USG dari mulai sangat
USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindak lanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
2. Teknik Analisis Isu: Teknik analisis isu adalah proses menganalisis dan
mengevaluasi suatu isu secara mendalam untuk memahami penyebab, dampak,
dan implikasinya. Ini melibatkan pengumpulan data, identifikasi tren, dan
penilaian terhadap berbagai faktor yang terkait dengan isu tersebut. Analisis ini
sering melibatkan penggunaan alat analisis seperti mind mapping, Fishbone
diagram, analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terkait dengan isu
tersebut. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang isu dan menemukan solusi atau strategi yang efektif dalam menangani isu
tersebut.
3. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis: Analisis kesenjangan melibatkan
perbandingan antara kondisi aktual dengan kondisi yang diinginkan atau yang
diharapkan. Ini membantu dalam mengidentifikasi perbedaan antara kinerja yang
sebenarnya dan kinerja yang diharapkan atau yang dianggap ideal. Analisis ini
biasanya digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi, proyek, atau inisiatif
tertentu. Dengan mengidentifikasi kesenjangan tersebut, organisasi dapat
mengidentifikasi area di mana perbaikan diperlukan dan mengembangkan strategi
untuk mengurangi kesenjangan tersebut. Analisis kesenjangan juga dapat
membantu dalam menetapkan tujuan yang lebih realistis dan merancang langkah-
langkah konkret untuk mencapainya.

D. Alat Bantu Analisis Isu Kontemporer :


1. Mind Mapping
Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan
citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter, 2009:
153). Mind mapping merupakan cara mencatat yang mengakomodir cara kerja
otaksecara natural.
2. Fishbone Diagram
Pendekatan Fishbone diagram berupaya memahami persoalan dengan memetakan isu
berdasarkan cabang-cabang terkait. Namun demikian fishbone diagram atau diagram
tulang ikan ini lebih menekankan pada hubungan sebab akibat, sehingga seringkali
juga disebut sebagai Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram
diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari
Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone
diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas
(Tague, 2005, p. 247).
3. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Analisis SWOT adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Analisis ini merupakan suatu pendekatan
memahami isu kritikal dengan cara menggali aspek-aspek kondisi yang terdapat di
suatu wilayah yang direncanakan maupun untuk menguraikan berbagai potensi dan
tantangan yang akan dihadapi dalam pengembangan wilayah tersebut.

MODUL 3 : KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik , mental , maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945
untuk menjaga , merawat , dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara .
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara,
demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari
segala bentuk ancaman.
Kesiapsiagaan bela negara bagi PPPK adalah kesiapan untuk mengabdikan diri secara
total kepada negara dan bangsa dan kesiagaan untuk menghadapi berbagai ancaman
multidimensional yang bisa saja terjadi di masa yang akan dating, Kesiapsiagaan bela
negara bagi PPPK menjadi titik awal langkah penjang pengabdian yang didasari oleh nilai-
nilai dasar negara. Ketangguhan mental yang didasarkan pada nilai-nilai cinta tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara, setia kepada Pancasila sebagai idiologi negara,
kerelaan berkorban demi bangsa dan negara akan menjadi sumber energi yang luar biasa
dalam pengabian sebagai abdi negara dan abdi rakyat.
Rumusan 5 dasar nilai bela negara yaitu :
1. Rasa cinta tanah air.
2. Sadar berbangsa dan bernegara.
3. Setia kepada pancasila sebaga ideolologi negara.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
5. Mempunyai kemampuan awal bela negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di
berbagai lingkungan :
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum.
3. Meningkatkan iman, taqwa dan iptek.
4. Kesadaran untuk mengikuti tata tertib pelatihan.
5. Menciptakan suasana rukun,damai, dan aman dalam masyarakat.
6. Menjaga keamanan kampung secafra bersama-sama.
7. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku
8. Membayar pajak tepat pada waktunya.

Manfaat kesiapsiagaan bela negara antara lain :


1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara
menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan
rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan
memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan
terhormat.
Aksi Nasional Bela Negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi segala
macam ancaman ,gangguan , hambatan , dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai
nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat , adil , dan makmur
AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR ASN

MODUL 1 : BERORIENTASI PELAYANAN


Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values
ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan pengertian tersebut, jelas
bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan
publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah
sebagai pelayan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu :
a. Kepentingan umum
b. Kepastian hukum
c. Kesamaan hak
d. Keseimbangan hak dan kewajiban
e. Keprofesionalan
f. Partisipasif
g. Pesrsamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. Keterbukaan
i. Akuntabilitas
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
k. Ketepatan waktu
l. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
Prinsip pelayanan publik yang bak adalah :
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan murah
f. Efektif dan efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN,
yaitu :
1. Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2. Penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan
3. Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan..
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
1. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
2. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
3. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
4. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan
masyarakat;
5. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,
fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana;
dan
6. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara
pelayanan publik.

Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD


1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan
memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif. Adapun tugas
pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan
yang meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan
dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan
bangsa (cultural and political development) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial
(economic and social development) yang diarahkan pada meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran seluruh masyarakat.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana
perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan
publik, yaitu:
1. Adil dan tidak diskriminatif;
2. Cermat;
3. Santun dan ramah;
4. Tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;
5. Profesional;
6. Tidak mempersulit;
7. Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
8. Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;
9. Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
10. Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan
kepentingan;
11. Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;
12. Tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
13. Tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki;
14. Sesuai dengan kepantasan; dan
15. Tidak menyimpang dari prosedur.

Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan


perilaku Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan diimplementasikan oleh
setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari :
● Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
● Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan.
● Melakukan perbaikan tiada henti.
Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapi; melayani dengan cepat
dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih
layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad
memberikan pelayanan yang prima.

MODUL 2 : AKUNTABEL
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu
yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak
hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
● Kemampuan melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi.
● Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien.
● Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak
sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi,
Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan
Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.
MODUL 3 : KOMPETEN
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan
tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu,
sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandingkan dengan tawaran perubahan
teknologi itu sendiri.
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efesien.
Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
b. Bertindak proaktif.
Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;

c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

MODUL 4 : HARMONIS
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja
dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas.
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah
tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan
perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat
sempit yang sewaktu bias menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau
persatuan dan kesatuan bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara, disadari
pendiri bangsa dan dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang
dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika merupakan perwujudan
kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
Harmonis artinya saling peduli dan menghargai perbedaan. Panduan perilaku/kode
etiknya :
● Menghargai setiap orang, apapun latar belakangnya.
● Suka menolong orang lain.
● Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

MODUL 5 : LOYAL
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN sebagaimana ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran
bagaimana panduan perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh
setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari :
● Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
● Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan Negara.
● Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi KoDeKoNasAb.

MODUL 6 : ADAPTIF
Budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk
memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan
budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut :
● Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
● Mendorong jiwa kewirausahaan.
● Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan, baik
individu maupun organisasi dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individual dan organisasi adaptif tersebut adalah hadapi uncertainty dengan
understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga
efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat situasi
VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Bila budaya organisasi telah
disepakati sebagai sebuah strategi maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan kinerja.

MODUL 7 : KOLABORATIF
Kolaboratif pemerintahan mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan
public. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan tata kelola kolaboratif adalah
serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi untuk
berbagi tanggung jawab dan sumber daya.
Kolaboratif artinya membangun kerja sama yang sinergis. Dengan panduan
perilaku/kode etik :
• Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.
• Terbuka dan bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
• Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

MODUL 1 : SMART ASN


Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan
internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam
59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia
yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil
survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama
pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari
8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara
daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi
kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi
hak digital setiap warga negara. Guna mendukung percepatan transformasi digital,
ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya.
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana
menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online.
Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia,
dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan
sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi
yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-
rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey harus
diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo,
Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk
mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi
digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas
empat area kompetensi yaitu:
● Kecakapan digital.
● Budaya digital.
● Etika digital.
● Dan keamanan digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture)
adalah bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital,
secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks
keIndonesiaan, sebagai warga Negara digital, tiap individu memiliki tanggung
jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia
digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan
panduan kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia. Sehingga
jelas, kita hidup di dalam negara yang multicultural dan plural dalam banyak aspek.
Pemahaman multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan
sejak dini. Apalagi, kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digital
native (warga digital) yang lebih banyak ‘belajar’ dari media digital.
Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara
untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital.
Hak Digital meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk
merasa nyaman. Hak harus diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab
digital, meliputi menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan
nasional atau atau ketertiban masyarakat atau kesehatan atau moral publik.
Hak dan kewajiban digital dapat memengaruhi kesejahteraan digital setiap
pengguna. Kesejahteraan digital merupakan istilah yang merujuk pada dampak dari
layanan teknologi dan digital terhadap kesehatan mental, fisik, dan emosi seseorang.
Siapa yang bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan digital?
jawabannya adalah setiap individu.

MODUL 2 : MANAJEMEN ASN


Manajemen ASN terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensiun dan hari tua, dan perlindungan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen ASN
68 memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali
Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian
pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden.
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak
kehilangan status sebagai PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki
tujuan menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN, dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan
Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan
terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui
upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding
administratif.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya Aparatur Sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas :
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS).
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik Untuk menjalankan kedudukannya
tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut :
a. Pelaksana kebijakan publik.
b. Pelayan publik.
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga
berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode
etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi
para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Fungsi kode etik ASN adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil Negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangan, agar tindakannya dinilai baik.
2. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku dan tindakan birokrasi
publik/aparatur sipil Negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.
3. Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat.
Sistem Merit

Sistem merit merupakan kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan


pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
diskriminasi. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi transparansi,
akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerapakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang
berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepada masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi.

Manfaat sistem merit bagi organisasi :

● Mendukung keberadaan penerapan system akuntabilitas.


● Dapat mengarahkan SDM untuk dapat mempertanggungjawabkan tugas dan
fungsinya.
● Instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk
mencapai visi dan misinya.

Manfaat sistem merit bagi pegawai :

● Menjamin keadilan dan ruang keterbukaan dalam perjanjian karier seorang


pegawai.
● Memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri.

Mekanisme pengelolaan ASN :

Kebijakan dan praktik dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya
manusia dalam organisasi termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan,
mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan.

Hak PPPK :

1. Gaji.
2. Tunjangan.
3. Perlindungan.
4. Pengembangan kompetensi.
5. Cuti.

Manajemen PPPK (Pasal 55 UU ASN) :

1. Penetapan kebutuhan.
2. Pengadaan.
3. Penilaian kinerja.
4. Penggajian dan tunjangan.
5. Pengembangan kompetensi.
6. Pemberian penghargaan.
7. Disiplin.
8. Pemutusan hubungan perjanjian kerja.
9. Perlindungan.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy