Jurnal Mooc Orientasi PPPK 2024
Jurnal Mooc Orientasi PPPK 2024
Jurnal Mooc Orientasi PPPK 2024
Disusun Oleh :
A. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
❖ Beberapa Titik Penting dalam Sejarah pergerakan Bangsa Indonesia :
● Pada tanggal 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam
pertemuan itu mereka sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo.
● Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama
yang menggunakan istilah "Indonesia", dan menjadi pelopor kemerdekaan bangsa
Indonesia di kancah internasional. PI diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R.
N. Noto Suroto pada tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda.
● Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April 1926.
● Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928.
● Terbentuknya BPUPKI pada tanggal 01 Maret 1945.
● Terbentuknya PPKI pada tanggal 07 Agustus 1945.
❖ Empat (4) Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara :
1. Pancasila
Berpangkal tolak dari struktur sosial dan struktur kerohanian asli bangsa Indonesia, serta
diilhami oleh ide-ide besar dunia, maka pendiri Negara kita yang terhimpun dalam
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
terutama dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), memurnikan dan
memadatkan nilai-nilai yang sudah lama dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya
oleh manusia indonesia. Kulminasi dari endapan nilai-nilai tersebut dijadikan oleh para
pendiri bangsa sebagai soko guru bagi falsafah negara indonesia modern yakni pancasila
yang rumusannya tertuang dalam UUD 1945, sebagai ideologi negara, pandangan hidup
bangsa, dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlepas dari penjajahan asing membuktikan bahwa
sejak semula salah satu gagasan dasar dalam membangun sokoguru Negara Indonesia
adalah konstitusionalisme dan paham Negara hukum. Di dalam Negara-negara yang
mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, Undang-undang dasar memiliki
fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian hak-hak
wara negara terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan konstitusi tertulis yang menjadi
dasar hukum dan pemerintahan di Indonesia. UUD 1945 telah mengalami beberapa
amendemen, namun tetap mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan
kedaulatan rakyat.
3. Bhineka Tunggal Ika
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular
pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi
keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara
kerajaan Majapahit kala itu. Di kemudian hari, rumusan tersebut telah memberikan nilai-
nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan, dan bahkan telah
berhasil menumbuhkan rasa dan
semangat persatuan masyarakat indonesia. Itulah sebab mengapa akhirnya Bhinneka
Tunggal Ika – Kakawin Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi semboyan yang
diabadikan lambang NKRI Garuda Pancasila.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
NKRI menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang bersifat kesatuan, di mana
wilayah-wilayahnya tidak dapat dipisahkan atau memisahkan diri dari kesatuan tersebut.
Prinsip ini menjamin keutuhan dan kedaulatan Indonesia sebagai satu negara yang terdiri
dari berbagai pulau, daerah, dan suku bangsa. NKRI juga menjamin kesetaraan hak-hak
antara seluruh warga negara Indonesia, tanpa memandang suku, agama, ras, atau
golongan.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan dalam
sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara
Indonesia.)
A. Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku, antara lain :
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik, baik
tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
menjadi pelopor dalam penegakan peraturan/perundangan di tengah-tenagh
masyarakat.
e. Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya
pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka,
proporsional, professional, akuntabel, efektif dan efisien.
f. Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi ASN.
g. Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi menjaga
kedaulatan bangsa dan negara.
h. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
a. Memegang teguh ideologi Pancasila.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d. Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
e. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai Pancasila di
tengah kehidupan sehari-hari.
f. Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai fungsi ASN.
g. Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan dalam
konteks kekinian.
h. Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasila merupakan
dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup bangsa.
i. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku, antara lain :
a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa
dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
c. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai macam
ancaman.
d. Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi pionir
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional.
e. Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi
yang penuh dengan kesulitan.
f. Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan sia-sia.
5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain :
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
d. Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan
wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup sehat
serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
g. Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga sebagai
gaya hidup.
h. Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri dari kebiasaan-
kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan.
Perlu disadari bahwa PPPK sebagai Aparatur Sipil Negara saat ini dihadapkan
pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena
tersebut menjadikan pentingnya setiap PPPK mengenal dan memahami secara kritis
terkait isu-isu strategis kontemporer.
2. Perubahan lingkungan Strategis
Empat Level Lingkungan Strategis :
• Individu (Individual)
• Keluarga (Family)
• Masyarakat (Community/culture/society)
• Dunia (Global)
2. Narkoba:
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa
Yunani yaitu “Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa apa.
Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata ”Narcissus” yang
berarti jenis tumbuh tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang tidak
sadarkan diri
Narkotika dan Obat Berbahaya serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh
Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif
(Kemenkes 2010) Kedua istilah tersebut dapat menimbulkan kebingungan. Dunia
internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah narkotika yang mengandung
arti obat obatan jenis narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Penyalahgunaan narkoba memiliki dampak serius terhadap individu, masyarakat,
dan negara secara keseluruhan. Dampaknya meliputi masalah kesehatan, sosial,
ekonomi, dan keamanan. Sebagai PNS, memahami isu ini penting untuk
mendukung upaya pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi bagi para pengguna
narkoba serta penegakan hukum terhadap sindikat-sindikat narkoba.
3. Paham Radikalisme/Terorisme:
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas yang
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal dan atau menimbulkan kerusakan
atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis Iingkungan hidup, fasilitas
publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi politik atau gangguan
keamanan ( Pasal 1 Ayat 2 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang Undang).
Perserikatan Bangsa Bangsa ( mengeluarkan Resolusi 60 288 tahun 2006 tentang
UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar strategi global
pemberantasan terorisme yaitu :
1) Pencegahan Kondisi Kondusif Penyebaran Terorisme
2) Langkah pencegahan dan memerangi terorisme
3) Peningkatan kapasitas negara negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB dan
4) Penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law
sebagai dasar pemberantasan terorisme Selain itu PBB juga telah menyusun
High Level Panel on Threats, Challenges, and Change yang menempatkan
terorisme sebagai salah satu dari enam kejahatan yang penanggulangannya
memerlukan paradigma baru
5. Proxy War :
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan Yono Reksodiprojo
menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua
negara di mana negara tersebut tidak serta merta terlibat langsung dalam peperangan
karena melibatkan ‘ atau kaki tangan Perang Proksi merupakan bagian dari modus
perang asimetrik sehinggA berbeda jenis dengan perang konvensional Perang
asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau
luasan daerah pertempuran Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau
pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya
1. Current Issue
Isu saat ini (current issue ) merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian
dan sorotan publik secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari
pengambil keputusan
2. Emerging Issue
Isu berkembang ( emerging issue ) merupakan isu yang perlahan lahan masuk dan
menyebar di ruang publik dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut
3. Isu Potensial
Kelompok isu yang belum nampak di ruang publik namun dapat terindikasi dari
beberapa instrumen sosial penelitian ilmiah analisis intelijen dsb yang
mengidentifikasi adanya kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan
Teknik analisis isu yang umum digunakan adalah teknik tapisan isu, teknik analisis
isu, dan analisis kesenjangan (atau gap analysis). Berikut adalah penjelasan singkat
tentang masing-masing teknik:
1. Teknik Tapisan Isu: Teknik tapisan isu melibatkan identifikasi berbagai aspek
atau lapisan suatu isu yang kompleks. Ini membantu dalam memahami isu secara
menyeluruh dari berbagai perspektif. Alat bantu penetapan kriteria isu yang
berkualitas banyak jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan dengan
menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan
sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya Isu tersebut memiliki
dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan,
dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria USG dari mulai sangat
USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindak lanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
2. Teknik Analisis Isu: Teknik analisis isu adalah proses menganalisis dan
mengevaluasi suatu isu secara mendalam untuk memahami penyebab, dampak,
dan implikasinya. Ini melibatkan pengumpulan data, identifikasi tren, dan
penilaian terhadap berbagai faktor yang terkait dengan isu tersebut. Analisis ini
sering melibatkan penggunaan alat analisis seperti mind mapping, Fishbone
diagram, analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terkait dengan isu
tersebut. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang isu dan menemukan solusi atau strategi yang efektif dalam menangani isu
tersebut.
3. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis: Analisis kesenjangan melibatkan
perbandingan antara kondisi aktual dengan kondisi yang diinginkan atau yang
diharapkan. Ini membantu dalam mengidentifikasi perbedaan antara kinerja yang
sebenarnya dan kinerja yang diharapkan atau yang dianggap ideal. Analisis ini
biasanya digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi, proyek, atau inisiatif
tertentu. Dengan mengidentifikasi kesenjangan tersebut, organisasi dapat
mengidentifikasi area di mana perbaikan diperlukan dan mengembangkan strategi
untuk mengurangi kesenjangan tersebut. Analisis kesenjangan juga dapat
membantu dalam menetapkan tujuan yang lebih realistis dan merancang langkah-
langkah konkret untuk mencapainya.
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara
menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan
rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan
memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan
terhormat.
Aksi Nasional Bela Negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi segala
macam ancaman ,gangguan , hambatan , dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai
nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat , adil , dan makmur
AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR ASN
MODUL 2 : AKUNTABEL
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu
yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak
hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
● Kemampuan melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi.
● Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien.
● Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak
sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi,
Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan
Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.
MODUL 3 : KOMPETEN
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan
tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu,
sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandingkan dengan tawaran perubahan
teknologi itu sendiri.
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efesien.
Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
b. Bertindak proaktif.
Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
MODUL 4 : HARMONIS
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja
dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas.
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah
tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan
perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat
sempit yang sewaktu bias menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau
persatuan dan kesatuan bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara, disadari
pendiri bangsa dan dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang
dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika merupakan perwujudan
kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
Harmonis artinya saling peduli dan menghargai perbedaan. Panduan perilaku/kode
etiknya :
● Menghargai setiap orang, apapun latar belakangnya.
● Suka menolong orang lain.
● Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
MODUL 5 : LOYAL
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN sebagaimana ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran
bagaimana panduan perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh
setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari :
● Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
● Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan Negara.
● Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi KoDeKoNasAb.
MODUL 6 : ADAPTIF
Budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk
memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan
budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut :
● Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
● Mendorong jiwa kewirausahaan.
● Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan, baik
individu maupun organisasi dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individual dan organisasi adaptif tersebut adalah hadapi uncertainty dengan
understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga
efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat situasi
VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Bila budaya organisasi telah
disepakati sebagai sebuah strategi maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan kinerja.
MODUL 7 : KOLABORATIF
Kolaboratif pemerintahan mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan
public. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan tata kelola kolaboratif adalah
serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi untuk
berbagi tanggung jawab dan sumber daya.
Kolaboratif artinya membangun kerja sama yang sinergis. Dengan panduan
perilaku/kode etik :
• Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.
• Terbuka dan bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
• Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI
Kebijakan dan praktik dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya
manusia dalam organisasi termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan,
mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan.
Hak PPPK :
1. Gaji.
2. Tunjangan.
3. Perlindungan.
4. Pengembangan kompetensi.
5. Cuti.
1. Penetapan kebutuhan.
2. Pengadaan.
3. Penilaian kinerja.
4. Penggajian dan tunjangan.
5. Pengembangan kompetensi.
6. Pemberian penghargaan.
7. Disiplin.
8. Pemutusan hubungan perjanjian kerja.
9. Perlindungan.