Materi Teks Laporan Tentang Ragam Budaya Daerah
Materi Teks Laporan Tentang Ragam Budaya Daerah
Materi Teks Laporan Tentang Ragam Budaya Daerah
1
Peta Konsep
Tujuan pembelajaran
1. Peserta didik dapat menemukan dan memahami gagasan laporan yang disimak.
2. Peserta didik dapat mengevaluasi format penyajian teks laporan yang dibaca.
3. Peserta didik dapat menulis laporan untuk berbagai keperluan.
4. Peserta didik dapat mempresentasikan teks laporan untuk mendapatkan tanggapan.
Profil Pelajar Pancasila: Bergotong royong, bernalar kritis, kreatif, dan mandiri
Apersepsi
Sumber: https://malangkota.go.id/2023/08/26/semangat-persatuan-dalam-pawai-budaya-nusantara-kota-malang/
Keberagaman budaya daerah di Indonesia meruapakan ciri khas yang memperkaya dan membedakan
negara ini dari lainnya. Setiap daerah identitas budaya yang unik, tercermin dalam adat istiadat, seni,
tradisi, bahasa, dan gaya hidup masyarakatnya. Menyelami ragam budaya daerah bukan hanya sekedar
mengenal keunikan setiap wilayah, tetapi juga merupakan upaya untuk memahami sejarah, nilai – nilai,
dan kehidupan masyarakat yang melekat dalam setiap elemen budayanya. Meskipun demikian,
masyarakat Indonesia tetap bersatu di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dengan Pancasila sebagai dasar negaranya dan UUD 45 sebagai wadah hukum resminya. Melalui
pembelajaran pada Bab 1 ysng bertema “Ragam Budaya Daerah”, kalian akan belajar memperkaya diri
dengan menyimak, membaca, menyajikan, dan menulis teks laporan tentang keragaman budaya di
Indonesia.
A. Menyimak Laporan
Pada usia sekolah, ketika seorang anak memasuki kelas I SD, dia akan belajar membaca. Membaca
artinya mengartikan lambang – lambang grafis berupa huruf. Selain membaca, seorang akan tetap
belajar menyimak. Sebagai contoh, saat guru memberi pelajaran maka siswa tersebut menyimak
materi yang disampaikan. Kegiatan menyimak tidak dapat dianggap sepele. Menyimak merupakan
bagian dari rangkaian keterampilan berbahasa.
Pakar komunikasi mengatakan bahwa mendengar merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Jika
kalian ingin menjadi pembicara yang hebat, kalian harus menguasai cara mendengar yang yang baik.
Dengan kata lain, bahwa aktivitas mendengar bukanlah kegiatan biasa saja dan tidak perlu dipelajari.
Justru sebaliknya, kalian harus memiliki kemampuan mendengar sebagai bagian dari keahlian dan
menjadi kepribadian kalian. Apabila di kemudian hari kalian berprofesi sebagai pembicara publik,
pengajar, instruktur, pelatih, customer service, dokter, atau psikiater.
Berikut ini beberapa tips menyimak yang dapat kalian lakukan.
1. Pastikan Anda fokus penuh pada pembicara atau materi yang sedang disampaikan.
2. Hindari gangguan dan usahakan untuk meminimalkan distraksi.
3. Mengerti apa tujuan atau pesan yang ingin disampaikan oleh pembicara atau isi laporan.
4. Ketahui konteks dan latar belakang informasi yang sedang dibahas.
5. Buat catatan singkat tentang poin-poin utama atau gagasan penting yang disampaikan.
6. Hindari mencatat terlalu banyak detail sehingga Anda dapat tetap fokus pada pokok-pokok
penting.
Menyimak adalah keterampilan yang penting dalam dunia profesional dan akademis. Kemampuan
untuk secara efektif menyimak tidak hanya melibatkan pendengaran pasif, tetapi juga melibatkan
kemampuan untuk menemukan, memahami, dan menyaring gagasan-gagasan kunci yang
terkandung dalam laporan tersebut. Dalam era informasi saat ini, di mana kita terus-menerus
dibanjiri dengan berbagai jenis laporan dan data, kemampuan ini menjadi semakin krusial.
Proses menyimak bukan sekadar mendengarkan kata-kata yang diucapkan, tetapi melibatkan
aktifitas mental yang mendalam. Hal ini melibatkan fokus penuh pada penyampaian informasi,
kemampuan untuk memahami konteks, dan keterampilan mengidentifikasi gagasan utama yang
dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap topik yang dibahas. Dalam konteks ini,
menyimak bukan hanya tentang menerima informasi, tetapi juga tentang bagaimana kita meresapi
dan mengolahnya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik.
Salah satu aspek penting dalam menyimak laporan adalah kemampuan untuk menemukan dan
mengidentifikasi gagasan utama serta menyampaikan sebuah pandangan informasi yang diterima.
Ini melibatkan keterampilan dalam membedakan antara informasi yang esensial dan yang bersifat
tambahan. Dengan demikian, menyimak bukan hanya tentang kuantitas informasi, tetapi juga
tentang kualitas pemahaman yang dapat kita raih dari laporan tersebut.
Apa yang kalian ketahui tentang gagasan dan pandangan? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) “gagasan” diartikan sebagai hasil pemikiran atau ide. Sementara “pandangan” diartikan
sebagai pendapat. Dari masa ke masa bermunculan orang – orang hebat. Sehingga kemajuan dalam
berbagai bidang ialah hasil dari gagasan orang hebat. Sebagai contoh tentang penggunaan ponsel.
Pada zaman dahulu, berkomunikasi jarak jauh cukup dilakukan dengan berkirim surat melalui kantor
pos. Sekarang, orang dapat mengirim pesan , memanggil melakukan konferensi jarak jauh
menggunakan ponsel yang dihasilkan oleh gagasan orang hebat.
Bagaiamana cara kita megevaluasi gagasan dan pandangan itu dalam teks laporan yang disimak?
Langkah – langkah berikut ini dapat dijadikan pedoman untuk menilai tujuan penulis dalam teks
laporan
1. Simaklah laporan itu sampai tuntas dengan fokus dan konsentrasi!
2. Catatlah unsur ADIKSIMBA (apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana)!
3. Catatlah tujuan penulis dalam teks laporan tersebut (untuk laporan kegiatan biasanya tujuan
tercata secara tersurat)!
4. Apabila tujuan penulis tidak tersurat, kalian dapat mengidentifikasinya dari kemungkinan akibat
setelah laporan itu disampaikan.
5. Berilah penilaian terhadap tujuan itu! Misalnya kalian memberikan penilaian bagus, inspiratif,
perlu ditiru, dan sebagainya
Dalam panduan ini, kita akan menjelajahi strategi-strategi yang dapat membantu kalian menjadi
penyimak yang baik, cermat, dan teiliti. Mulai dari memahami tujuan laporan, memperhatikan
struktur, hingga mengasah kemampuan analitis untuk mengenali gagasan utama, kita akan
membahas berbagai aspek yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak kalian. Semoga
panduan ini dapat memberikan wawasan dan alat yang diperlukan untuk mengembangkan
keterampilan menyimak yang kuat, memungkinkan kalian mendapatkan pemahaman yang
mendalam dari setiap laporan yang kalian temui.
Tahukah Kamu
Beberapa ahli berikut memberikan batasan tentang teks laporan. Menurut Mahsun (2014;19) teks
laporan adalah teks yang memiliki tujuan sosial untuk mengelompokkan jenis dan menggambarkan
fenomena. Pendapat lain, menurut Marentek (2016), yang dimaksud teks laporan adalah sebuah teks
yang mengandung klasifikasi mengenai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Berbeda
dengan teks deskripsi, teks laporan bersifat umum atau universal, sedangkan teks deskripsi lebih bersifat
khusus dan mendetail. Teks laporan merupakan ragam teks berbasis fakta, sehingga tidak ada
subjektivitas atau pendapat penulis di dalamnya. Sebagai contoh, untuk menambah wawasan atau
pengetahuan , untuk dokumentasi atau untuk kepentingan lainnya.
Dari semua jenis laporan, ada inti yang menjadi persamaan yaitu laporan itu sendiri. Laporan
mengandung hal – hal sebagai berikut :
1. Apa yang dilaporkan?
2. Dimana kegiatan laporan itu berlangsung?
3. Kapan kegiatan dalam laporan itu berlangsung?
4. Siapa yang dilaporkan?
5. Mengapa (untuk tujuan apa) laporan itu dibuat?
6. Bagaimana kegiatan (yang dilaporkan itu) berlangsung?
Tugas Kelompok
1. Bacalah teks berikut dengan saksama!
Ngaben
Ada beragam ritual pemakaman yang ada di Indonesia. Salah satunya berasal dari agama Hindu,
yakni upacara Ngaben. Tidak seperti upacara kematian lainnya, ada beberapa rangkaian unik yang wajib
dilakukan keluarga saat melangsungkan Ngaben. Ngaben adalah ritual upacara kematian yang dilakukan
di Bali. Dinilai sebagai acara kebudayaan yang wajib dilakukan ketika ada seseorang yang meninggal
dunia. Dalam bahasa Hindu, Ngaben berarti memisahkan jiwa dari jasad. Pemisahan jasad ini dilakukan
melalui kremasi. Melansir factsofindonesia.com, asal usul ritual ini dilakukan oleh Bharatayuddha
(keturunan kaisar Bharata) di India sekitar 400 SM. Mereka percaya bahwa upacara kremasi ini akan
membawa kembali tubuh almarhum ke dasar alami tubuh. Ini berkaitan dengan energi air, panas, angin,
dan Bumi pada alam. Umat Hindu juga percaya bahwa upacara ngaben ini akan membebaskan jiwa dari
perbuatan buruk selama hidup di dunia. Tak lain, tujuannya untuk mengantarkan mereka ke surga dan
bereinkarnasi menjadi pribadi yang lebih baik. Lambat laun, upacara Ngaben ini mulai masuk ke Bali
pada abad ke-8 dan diwariskan secara turun temurun. Di era modern ini, kebudayaan Ngaben masih
terus dilakukan dan menjadi tradisi agama Hindu di Bali.
Tujuan dari upacara Ngaben yakni tak jauh dari 'pembersihan' amal seseorang yang meninggal
dunia. Setiap anggota keluarga wajib untuk mengantarkan mendiang dalam memasuki kehidupan
"berikutnya". Seperti jenis sistem kepercayaan lainnya, umat Hindu Bali percaya bahwa tubuh terdiri
dari spiritual dan fisik. Ketika kematian terjadi, masyarakat lokal percaya bahwa itu akan 'memadamkan'
fisik dan fungsi tubuh. Sementara, roh atau dikenal atma, akan tetap hidup selamanya. Selain itu,
setelah 'membakar jenazah' dan melarungkan abu ke sungai atau laut dapat membantu melepaskan
Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian. Sehingga setelah prosesi ngaben, dipercaya dapat
mempermudah jenazah atau mendiang bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam). Banyak dari
mereka menggambarkan kematian sebagai tidur yang panjang. Tak hanya itu, 'membakar jenazah' juga
bertujuan untuk mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta (5 unsur pembangun badan kasar
manusia) kepada asalnya masing-masing. Artinya, tubuh yang tak mampu lagi bergerak, tapi roh pada
orang tersebut tak sepenuhnya hilang. Selain memiliki tujuan bagi arwah, ngaben juga memiliki tujuan
bagi pihak keluarga, yakni menjadi simbolisasi bahwa pihak keluarga telah ikhlas, dan merelakan
kepergian yang bersangkutan.
Ritual kebudayaan yang cukup unik ini menjadi daya tarik masyarakat lokal dan juga wisatawan.
Prosesi upacara Ngaben yang perlu diketahui:
1. Memandikan Jenazah
Umat Hindu turut menerapkan ritual memandikan jenazah. Prosesi ini umum dilakukan di halaman
rumah keluarga yang ditinggalkan. Setelah dalam keadaan suci, nantinya akan dipasangkan sejumlah
simbol khusus seperti:
Bunga melati
Serpihan kaca
Daun intaran
Tujuannya yakni agar mengembalikan fungsi tubuh ke asalnya dan roh mengalami reinkarnasi kembali.
2. Pemasangan Lembu Kayu
Sebelum upacara inti dimulai, anggota keluarga mendiang menyiapkan lembu kayu. Hal ini digunakan
untuk menahan jenazah yang nantinya akan dikremasi atau dibakar. Ada satu tujuan khusus saat lembu
kayu (atau struktur candi) dibawa ke tempat kremasi. Ini dilakukan warga lokal Bali untuk
'membingungkan' arwah mendiang agar tidak menemukan 'jalan pulang'. Ketika lembu kayu dan bade
seperti bangunan candi dibawa ke tempat kremasi. Biasanya orang Bali akan mencoba mengacaukan
arwah mendiang, memastikan mendiang tidak menemukan jalan pulang. Orang Bali menggoyang lembu,
memelintirnya, melemparkan benda ke arahnya dengan lemparan yang tidak dalam pada garis lurus, hal
ini dimaksudkan hanya untuk membingungkan roh.
3. Pembakaran atau Kremasi
Upacara Ngaben dilakukan untuk membebaskan roh dari tubuh yang meninggal dunia. Ketika api
membakar tubuh, ia 'melahap' unsur-unsur yang membentuk tubuh fisik atau dikenal sebagai Panca
Mahabutha. Tujuannya yakni untuk melepaskan roh dari belenggu duniawi dan membiarkannya pergi ke
bentuk kehidupan lain.
4. Diramaikan Ritual Kebudayaan
Tak hanya itu, prosesi dalam Ngaben juga diramaikan dengan berbagai acara kebudayaan. Pada hari
besar, semua orang akan berkumpul untuk beramai-ramai mengantarkan mendiang. Acara ini juga
diramaikan dengan tarian adat tradisional yang cukup meriah dan penuh sukacita. Perlu diketahui,
Ngaben harus dirayakan dengan perasaan suka dan bahagia. Tidak boleh ada unsur kesedihan di
dalamnya, orang Bali percaya bahwa itu akan menghambat semangat kehidupan mendiang selanjutnya.
5. Perlu Dilakukan Segera
Sebenarnya, upacara Ngaben bisa dilakukan kapanpun hingga persiapan telah lengkap. Namun, jika
Ngaben ditunda terlalu lama, rohnya dipercaya akan gentayangan dan menjadi bhuta cuwil. Demikian
pula pada yang orang meninggal dunia dikubur di tanah tanpa melakukan ritual upacara. Hal itu
disebabkan karena roh-roh tersebut belum melepaskan keterikatannya dengan alam kehidupan di
dunia. Maka dari itu, perlu diadakan Ngaben sebagai prosesi lengkap saat kematian terjadi.
Upacara Ngaben meski memiliki satu prosesi yang sama yaitu 'pembakaran jenazah' ternyata
ngaben memiliki beragam jenisnya.
1. Ngaben Sawa Wedana
Sawa Wedana merupakan upacara ngaben yang melibatkan jenazah utuh (tanpa dikubur terlebih
dahulu). Upacara ini biasanya dilakukan dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari hari meninggalnya
orang tersebut. Namun, terdapat pengecualian pada upacara dengan skala Utama, yang persiapannya
membutuhkan waktu hingga sebulan. Selama keluarga mempersiapkan segala hal untuk upacara
jenazah akan diletakkan di balai adat yang berada di masing-masing rumah. Jenazah juga akan
dilengkapi dengan ramuan tertentu yang ditujukkan untuk memperlambat pembusukan jenazah.
Kemudian, selama jenazah masih berada di balai adat, pihak keluarga biasanya masih memperlakukan
jenazah seperti masih hidup. Misalnya membawakan kopi, memberi makan disamping jenazah,
membawakan handuk, dan pakaian. Mereka akan memperlakukan jenazah layaknya manusia hingga
digelarnya upacara Papegatan.
2. Ngaben Asti Wedana
Upacara Asti Wedana adalah upacara ngaben yang melibatkan kerangka jenazah yang pernah dikubur.
Sesuai dengan penjelasannya uapacara ini dilakukan untuk jenazah yang sebelumnya telah dikubur.
Upacara ini juga biasanya dilakukan berbarengan dengan upacara ngagah atau upacara menggali
kembali kuburan dari orang yang bersangkutan. Namun, setiap daerah di Bali atau masyarakat Hindu
memiliki tradisi dan aturan yang berbeda-beda. Sehingga tradisi dan aturan desa setempat, akan
berbeda dengan desa lainnya.
3. Swasta
Swasta merupakan upacara ngaben tanpa melibatkan jenazah maupun kerangka mayat. Upacara jenis
ini biasanya dilakukan karena beberapa hal, seperti meninggal di luar negeri atau tempat jauh, jenazah
tidak ditemukan, dan lainnya. Pada upacara ini jenazah biasanya digantikan dengan kayu cendana yang
akan dilukis dan diisi aksara magis sebagai badan dari orang yang akan dilakukan upacaranya.
4. Ngelungah
Upacara jenis ini biasanya digunakan untuk anak yang belum tanggal gigi.
5. Warak Kruron
Warak Kruron biasanya digunakan sebagai upacara ngaben untuk bayi.
Selain upacara Ngaben, di Bali juga terdapat upacara pemakaman lainnya yang biasa dilakukan,
yaitu Pelebon. Meski sama-sama upacara pemakaman, ternyata upacara ngaben dan pelebon memiliki
perbedaan. Perbedaan di antara keduanya ini terjadi mulai dari proses, biaya dan tampilan. Biasanya
upacara pelebon juga menjadi salah satu prosesi upacara pemakaman untuk bangsawan atau raja-raja di
Bali. Sehingga jika diartikan, upacara pelebon adalah prosesi pembakaran jenazah kaum tertentu,
seperti dari kalangan brahmana dan ksatria di Bali. Biasanya, upacara pelebon ini juga bisa dilaksanakan
selama berbulan-bulan dengan dua proses utama upacara. Pada prosesi pertama akan dilakukan
pembaringan jenazah beserta upacara sakral lainnya dan prosesi kedua adalah kremasi jenazah atau
pelebon di setra. Salah satu ciri khas dari pelebon adalah, keluarga akan menyiapkan berbagai perangkat
upacara pelebon. Seperti bade pelebon (menara kremasi) dengan tumpang sia (sembilan), lembu
dengan tinggi 7,5 meter, bebantenan (sesajian), dan sebagainya. Hingga upacara pelebon ini senantiasa
memakan banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga mendiang. Uniknya, pada upacara
pembaringan jenazah akan dilengkapi dengan barang-barang favoritnya semasa hidup dengan sesajian
dan suguhan berupa makanan dan minuman. Menurut Leo Howe dalam The Changing World of Bali,
Religion, Society and Tourism, Ngaben termasuk upacara yang cukup mahal. Maka dari itu, perlu
diadakan Ngaben sebagai prosesi lengkap saat kematian terjadi. Jika yang meninggal dunia seorang
pendeta, harus segera melakukan prosesi upacara dan haram hukumnya menyentuh tanah. Dalam
upacara Ngaben, seluruh masyarakat Bali dari status sosial apa pun harus membantu dalam
persiapannya. Salah satunya adalah untuk persiapan persembahan dan berbagai keperluan arak-arakan
yang dibuat.
Sumber: https://www.orami.co.id/magazine/upacara-ngaben?page=all
2. Setelah membaca teks di atas, diskusikanlah bersama teman sebangku Anda tentang unsur
ADIKSIMBA dalam teks tersebut!
3. Tuliskan kesimpulan yang terdapat dalam teks tersebut!
4. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas!
Jawaban: Sesuai kebijaksanaan guru!
Uji Kompetensi
Kutipan cerpen untuk soal nomor 1 – 5.
Budaya Indonesia sangatlah beragam jenisnya, bahkan keanekaragamannya telah terkenal sampai ke
berbagai dunia. Berbicara mengenai tarian tradisional Indonesia, semuanya memiliki sejarah dan nilai
luhur masing-masing. Salah satu seni tari yang dimiliki dan perlu dilestarikannya adalah Tari Kecak.
Tarian ini mempunyai cerita, sejarah, hingga filosofi tarian khasnya.
Tarian tersebut berasal dari Pulau Bali. Pulau yang terkenal akan destinasi wisata yang cukup banyak
tersebut, memiliki tarian yang unik bernama Kecak. Dengan keunikan menjadikan tarian tersebut
disukainya oleh beberapa masyarakat pendatang yang berminat untuk mempelajarinya.
“Cak, Cak, Cak” itulah suara khas yang biasa kamu dengar ketika melihat pertunjukan Tari Kecak Bali.
Tarian Kecak ini merupakan sebuah seni drama tari yang diperankan oleh 50 sampai 150 orang penari.
Sesuai dengan namanya tari ini, terdiri dari para penari yang sebagian besar yaitu pria yang duduk
bersila membentuk sebuah lingkaran. Pakaian yang dikenakannya tersebut berupa kain sarung dan kain
kotak yang memiliki warna hitam putih seperti papan catur yang diikatkan melingkar ke pinggang penari.
Bagi kamu yang berwisata atau bertempat tinggal di Bali, tentunya sudah tidak asing lagi dengan Tari
Kecak. Tarian ini yang dipertunjukkan ketika ada acara, tamu, ataupun lainnya. Rupanya menarik para
simpatik para penonton atau pengunjung yang datang melihatnya. Namun, dibalik kepopulerannya
tarian tersebut, tersimpan sebuah asal, sejarah, makna, serta beberapa properti yang digunakannya
dalam tarian ini..
Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-asal-tari-kecak/
5. Mengapa Tari Kecak merupakan salah satu tari yang perlu dilestarikan?
Jawaban: Karena tarian ini mempunyai cerita, sejarah, hingga filosofi tarian khasnya.
Dalam dunia profesional dan akademis, penyusunan teks laporan menjadi sebuah kegiatan rutin
yang menuntut kejelasan struktur dan penyajian informasi. Struktur teks laporan tidak hanya
mencakup kerangka pembagian isi, tetapi juga tata cara penyajiannya yang bersifat informatif dan
mudah dipahami. Kegiatan membaca teks laporan tidak lepas dari format penyajian yang dapat
dilihat dari sistematika penyusunannya. Sistematika ini disebut juga struktur. Struktur teks laporan
terdiri atas tiga bagian :
a. Bagian pendahuluan
b. Bagian Isi
c. Bagian Penutup
Tiap jenis laporan memiliki struktu seperti itu. Namun, penjabaran tiap jenis berbeda – beda.
Misalnya, laporan hasil observasi memiliki struktur sebagai berikut :
a. Definisi Umum,
b. Aspek yang dilapokan / deskripsi bagian,
c. Deskripsi manfaat
Struktur tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Tugas Kelompok
1. Kerjakan kegiatan berikut bersama kelompok Anda!
2. Simaklah teks laporan hasil observasi berikut!
Randai
Randai adalah salah satu penampilan tradisional asal Sumatera Barat yang sudah lama ada
sebagai salah satu identitas budaya Minangkabau. Penampilan Randai dilakukan beriringan dengan
musik, tarian, nyanyian, drama serta penampilan seni beladiri silat dalam satu penampilan berkelompok
yang membentuk sebuah lingkaran. Randai sendiri umumnya ditampilkan pada upacara-upacara penting
yang penampilannya berisikan cerita-cerita yang berisi amanat tertentu.
Randai dimainkan oleh pemain dengan celana latihan silat yang disebut gelembong, celana
tersebut akan ditepuk secara serentak sehingga menimbulkan bunyi khas bagaikan deburan ombak yang
diselingi alunan alat-alat musik Minangkabau. Randai sendiri diisi dengan cerita menarik yang berisikan
pesan-pesan berupa "andaian" atau perumpamaan" sehingga disebut juga pertunjukan "barandai."
Di perkembangan dunia modern yang sangat pesat, terutama dari segi teknologi dan hiburan,
perkembangan Randai juga ikut terkena dampak yang cukup besar. Tidak seperti masa dahulu di mana
pertunjukan Randai ramai diminati oleh kaum-kaum muda, Randai kini tidak lagi menjadi pertunjukan
yang diminati oleh anak-anak muda Minangkabau. Kini, Randai menjadi sebuah pertunjukan yang
digunakan sebagai pengisi sebuah acara-acara besar yang umumnya dilakukan dalam budaya
Minangkabau, seperti hari raya idul fitri, baralek atau acara festival kebudayaan.
Walaupun Randai kini telah mengalami kemunduran dalam hal peminat, terutama generasi muda
yang lebih tertarik akan kebudayaan dan hiburan modern. Namun, Randai masih terus diusahakan agar
tetap dilestarikan, terutama oleh sanggar-sanggar dan juga anak-anak muda yang paham akan
pentingnya menjaga kebudayaan tradisional Minangkabau agar tidak punah ditelan perkembangan
zaman yang telah banyak memengaruhi kebudayaan lokal di Indonesia.
Keresahan mengenai kurang dikenalnya Randai oleh anak-anak muda juga disampaikan oleh salah
satu pemain Randai asal Jorong Langgam, Kenagarian Kinali yang biasa disapa dengan sebutan Paul,
"(Randai) penting kalau untuk dilestarikan karena, sudah banyak generasi muda yang jarang mengetahui
kesenian tradisional randai," ucapnya saat ditanya oleh penulis. Keresahannya itu terjadi karena pada
masa kini, Randai tidak mendapat atensi yang cukup untuk dikenal oleh masyarakat luas. Randai hanya
dihadirkan pada acara-acara besar adat atau sewaktu baralek dan bahkan kini pun acara-acara tersebut
semakin berkurang.
Dukungan terhadap Randai oleh pemerintah daerah pun seakan-akan kurang. Dalam acara besar
daerah, Randai jarang sekali ditampilkan, walaupun sebenarnya pada saat-saat itulah Randai justru bisa
mengerahkan taringnya dan dikenal oleh masyarakat Minangkabau, atau bahkan masyarakat luas.
Dilansir dari Kompas, Budayawan Musra Dahrizal yang juga tuo randai, mengatakan, randai di
berbagai daerah di Sumbar belakangan ini mengalami kemunduran, termasuk dari segi kuantitas.
”Mundurnya secara kuantitas dan kualitas. Begitulah kondisi Randai sekarang ini,” kata pria yang karib
disapa Mak Katik.
Selain kurangnya dukungan penampilan dari pemerintah daerah, penggunaan dana daerah yang
juga seharusnya digunakan dalam pelestarian kebudayaan melalui pemberdayaan sanggar-sanggar
kesenian juga jarang dilakukan. Di mana jika hal ini tidak dijadikan sebuah perhatian, maka bisa jadi
lambat laun kesenian Randa yang berasal dan menjadi identitas kebudayaan Minangkabau bisa saja
punah termakan zaman.
Pemerintah dan anak-anak muda Minangkabau harus memberikan perhatian lebih terhadap
Randai sebagai salah satu aset kebudayaan penting dalam budaya Minangkabau. Melalui alokasi dana
pemberdayaan melalui sanggar-sanggar kesenian, sosialisasi di sekolah-sekolah, juga memberikan
wadah agar Randai dapat berekspresi menyampaikan pesan-pesan yang dibawanya sehingga Randai
dapat kembali dikenal oleh masyarakat luas. Sehingga pada suatu hari, kesadaran anak-anak muda
Minangkabau akan terbangun dan memberikan tempat bagi Randai untuk berkembang dan kembali
dikenal.
Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/11/randai-dan-generasi-muda-sumatera-
barat
3. Tentukan Struktur teks laporan hasil observasi di atas dan apakah sudah mengikuti struktur yang
benar?
4. Bandingkan dengan teks berjudul “Ngaben” manakah diantara keudua teks tersebut yang mengikuti
sturktur yang benar?
5. Kumpulkan hasil pekerjaan Anda kepada guru untuk mendapatkan penilaian!
Jawaban:
Sesuai kebijakan guru.
Uji Kompetensi
Teks Laporan untuk soal nomor 1 s.d. 5.
Barongan harimau berhias bulu burung merak yang tengah mengembang terus berputar-putar.
Terkadang, bulu-bulu itu seperti dikibas-kibaskan. Di belakangnya, ada sepasukan prajurit berkuda
(jathil) yang seolah sedang berangkat perang. Tampak pula penari topeng pujangganong, penari kelana
sewandana, dan penabuh alat-alat gamelan. Sementara berjalan di depan laksana pemimpin adalah
para warok; laki-laki berbadan gempal berseragam hitam dengan bagian dada terbuka. Wajahnya
sangar, dengan kumis dan jambang yang lebat. Mereka berjalan beriringan sambil menari dengan lincah
mengikuti suara gamelan dan teriakan-teriakan “Hok’e…hok’e…Haaaaa..” Begitulah gambaran iring-
iringan pertunjukan reog (kadang ditulis reyog, ejaan lama), kesenian tradisional khas berasal dari
Ponorogo, Jawa Timur. Kendati reog juga eksis di beberapa wilayah lain di Jawa Timur, Ponorogo
dianggap sebagai kota asal kesenian reog. Tak heran jika Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog
atau Bumi Reog.
Reog Ponorogo adalah bentuk kesenian yang tumbuh berabad-abad lalu. Menurut Margaret J.
Kartomi dalam “Performance, Music and Meaning of Réyog Ponorogo” di jurnal Indonesia No. 22,
Oktober 1976, kata “reyog” mungkin berasal dari kata “angreyok” yang ditulis pujangga Prapanca dalam
Nagarakertagama. “Angreyok” berkaitan dengan dorongan semangat prajurit, pertunjukan tari reog,
perang-perangan, dan mungkin berhubungan dengan pengetahuan militer kuno. “Meskipun dapat
dipastikan bahwa sebagian besar elemen dari reyog Ponorogo memang sudah sangat tua, rujukan paling
awal yang diketahui tentang bentuk-bentuk seni yang menyerupai itu terkandung dalam Serat Cabolang,
sebuah tembang yang mungkin ditulis di Surakarta pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19,” catat
Kartomi.
Serat Cabolang antara lain mengisahkan pengembaraan Cabolang, putra seorang kiai, di
Ponorogo. Dia menyaksikan dan ambil bagian dalam sebuah pertunjukan yang mengisi acara sunatan.
Pertunjukan itu dimeriahkan 20 penari jaran kepang, lima gendruwon (sebutan lain Pujangganong)–
semuanya warok–dengan tiga anak laki-laki kemayu (jathil) di tengah. Pertunjukan diiringi orkes srunen
yang terdiri dari slomprit, angklung, kendang, kenong, dan kempul.
Kesenian reog bertahan melintasi waktu. Beberapa penyesuaian dilakukan sesuai
perkembangan zaman. Jathil, misalnya, yang semula ditarikan oleh gemblak, lelaki berparas ayu,
digantikan penari putri. Gerakannya pun menjadi lebih halus, lincah, dan feminin.
Karena kesenian berusia tua, asal-usul reog Ponorogo punya banyak versi. Ada yang
mengaitkannya dengan kepercayaan animisme mengenai adanya roh penjaga dan pelindung suatu
wilayah. Karena Ponorogo masih hutan belantara, wujudnya adalah roh harimau. Masyarakat juga
meyakini roh harimau mampu mengusir roh jahat atau menolak bala (mengusir wabah penyakit). Untuk
mendatangkannya, mereka melakukan upacara adat dengan mengenakan topeng sambal menari. Di
kemudian tradisi ini diabadikan dalam bentuk kesenian reog.
Selain itu, ada beragam versi asal-usul reog Ponorogo berlatar kerajaan. Ada dua versi yang
popular. Pertama, versi Wengker. Menceritakan Ki Ageng Kutu (Demang Suryongalam), abdi Kerajaan
Majapahit, mendirikan padepokan di Wengker serta menciptakan kesenian reog sebagai sindiran dan
perlawanan kepada Raja Brawijaya V. Kedua, versi Bantarangin. Mengisahkan lamaran Kelana
Sewandana, raja Bantarangin, kepada putri Kediri, Dewi Sanggalangit. Salah satu syarat lamaran adalah
dibuatkan gamelan model baru dan manusia berkepala harimau. “Dua versi kerajaan tersebut
mempunyai konsekuensi terhadap tafsir seni drama para pelaku seni reyog Ponorogo,” catat Jusuf
Harsono dalam “Hegemoni Negara terhadap Seni Reyog Ponorogo” di jurnal Aristo Vol. 7 No. 2, Juli
2017.
Ada dua ragam bentuk reog Ponorogo yang dikenal saat ini, yakni Reog Obyog dan Reog Festival.
Reog obyog, yang hidup di pedesaan, sering pentas di pelataran atau jalan tanpa mengikuti pakem
tertentu. Biasanya mengisi acara hajatan, bersih desa, hingga pementasan semata untuk menghibur.
Sedangkan Reog Festival sudah mengalami modifikasi dan ditampilkan sesuai pakem dalam acara
tahunan Festival Reog yang diadakan Pemerintah Kota Ponorogo sejak 1997. “Masing-masing ragam
memiliki ciri atau kekhasan, terutama terletak pada aspek seni pertunjukan atau pementasannya,” kata
Rido Kurnianto dalam Seni Reyog Ponorogo. Kendati demikian, dari segi perangkat umumnya sama. Ada
perangkat barongan yang terdiri dari dadak merak dan caplokan. Dadak merak merupakan bagian atas
barongan terbuat dari bulu-bulu burung merak. Sedangkan caplokan merupakan bagian bawah
barongan terbuat dari kulit harimau. Perangkat gamelan meliputi kendang, ketipung, ketuk, kenong,
kempul (gong), angklung, dan slompret. Sementara busananya meliputi busana warok tua, busana
warok muda, busana jatil, busana pujangganong, dan busana kelana sewandana.
Perkembangan reog Ponorogo cukup menggembirakan. Ia menjadi media pembelajaran siswa
sekolah dasar hingga menengah atas. Muncul pula “reog santri” di kalangan pesantren yang diwarnai
simbol dan nilai-nilai Islami. Menurut Rido, seni reog Ponorogo bukan hanya bernilai seni atau estetika,
tapi juga mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai itu di antaranya budi pekerti mulia sebagaimana
disimbolkan melalui burung merak, keberanian membela kebenaran (harimau), patriotisme atau
kepahlawanan (tari jathil), optimisme (tari pujangganong), dan kepemimpinan (tari kelana sewandana).
Hingga kini, masyarakat Ponorogo terus melestarikan kesenian reog sebagai warisan leluhur.*Rumah
masa kecilku. Sumber: https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/reog-ponorogo/
Menulis teks laporan melibatkan beberapa langkah penting. Sebelum menulis teks laporan, kalian
harus melakukan pengamatan objek yang akan dilaporkan. Berikut adalah panduan umum yang
dapat membantu kalian dalam menyusun teks laporan dengan baik :
1. Tentukan topik yang akan kalian laporkan! Sebelumnya, tentukan terlebih dahulu jenis laporan
yang akan kalian buat! Apakah teks laporan hasil observasi, laporan kegiatan, atau laporan
perjalanan?
2. Tentukan rincian atau aspek yang akan dilaporan! Kalian dapat melihat info yang memaparkan
aspek yang dilaporkan
3. Buatlah kerangka karangannya berdasarkan struktur teks laporan, yaitu bagian pendahuluan, isi,
dan penutup, sesuai dengan jenis – jenis teks laporan.
4. Kembangkan kerangka karangan yang telah disusun menjadi suatu teks laporan yang utuh!
Jangan lupa, pehatikan kaidah – kaidah kebahasaan yang khusus digunakan dalam teks laporan!
5. Periksa kembali hasil karangan kalian apakah sudah tepat atau belum! Untuk memeriksa
keakuratan teks, kalian dapat menggunakan isntrumen berikut :
a. Penulisan judul diawali dengan huruf kapital, kecuali kata tugas (kata depan, kata
penghubung)
b. Judul tidak diakhiri dengan tanda baca
c. Teks laporan sudah lengkap menyajikan rincian / poin yang harus dilaporkan
d. Teks laporan sudah tersusun secara sistematis seusai dengan jenis laporan yang dipilih
e. Teks laporan sudah memperhatikan tanda baca dan ejaan bahasa Indonesia yang benar
f. Teks laporan sudah menggunakan kalimat efektif
Pada subbab ini kalian juga akan mempelajari tentang membaca nyaring teks laporan. Sebelum
melakukan kegiatan membaca nyaring, sebaiknya kalian mengetahui terlebih dahulu bagaimana cara
membaca nyaring. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan saat membaca nyaring ialah
mengatur intonasi. Pengunaan intonasi yang tepat akan membuat kegiatan membaca nyaring kalian
lebih menarik. Intonasi adalah lagu kalimat atau rendahnya suatu nada pada kalimat. Intonasi
berbicara ketika membaca nyaring penting untuk diperhatikan. Jelas tidaknya kalimat yang diucapkan
sangat berpengaruh kepada penyimak dalam pemahaman pesan yang mereka terima. Cara mengatur
intonasi saat berbicara / membaca nyaring ialah sebagai berikut :
1. Gunakan suara yang lantang untuk menegaskan suatu hal yang penting dan harus diingat
audiens!
2. Gunakan tempo berbicara yang lambat untuk menyampaikan / membaca sebuah poin penting!
Sebaliknya, gunakan tempo berbicara yang cepat untuk menyampaikan hal yang kurang penting,
seperti cerita atau sekedar basa – basi kepada pendengar!
3. Tinggikan suara kalian ketika menyapa pendengar pada awal pembacaan! Sebaliknya, rendahkan
suara kalian saat membaca nyaring isi teks deskripsi!
4. Gunakan perasaan atau emosi sesuai dengan kalimat yang akan kalian ucapkan!
Tugas Mandiri
1. Kerjakan kegiatan berikut secara mandiri!
2. Pilihlah salah satu topik yang akan kalian jadikan teks laporan!
3. Susunlah kerangka karangan berdasarkan informasi yang telah ditemukan!
4. Kembangkan kerangka karangan menjadi sebuah teks laporan yang utuh dengan memperhatikan
kaidah kebahasaan yang tepat digunakan dalam teks laporan!
5. Periksa kembali hasil karangan kalian apakah sudah tepat atau belum dengan menggunakan
instrumen berikut :
Unsur yang Diperiksa Ya / Tidak
Penulisan judul diawali dengan huruf kapital, kecuali kata tugas
(kata depan, kata penghubung)
Judul tidak diakhiri dengan tanda baca
Teks laporan sudah lengkap menyajikan rincian yang harus
dilaporkan
Teks laporan sudah tersusun secara sistematis sesuai dengan jenis
laporan yang dipilih
Teks laporan sudah memeperhatikan tanda baca dan ejaan bahasa
indonesia yang benar.
Teks laporan sudah menggunakan kalimat efektif
6. Kumpulkan hasil tugas mandiri kalian untuk mendapatkan penilaian!
Jawaban: Sesuai kebijaksanaan guru.
Uji kompetensi
Teks Laporan untuk soal nomor 1 s.d. 5.
Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai banyak sekali kesenian tradisional. Dengan salah satunya yaitu
kesenian tari daerah yang cukup populer bagi masyarakat Indonesia. Tari Kipas Pakarena namanya,
Tarian ini adalah tarian daerah yang berasal dari daerah Goa, Provinsi Sulawesi Selatan. Tarian tersebut
ditampilkan ketika ada suatu acara-acara yang sifatnya yaitu menghibur maupun sebagai pelengkap
ketika ada upacara adat. Selain digunakan sebagai acara tersebut, Tari Kipas Pakarena juga
dipertunjukkan sebagai bentuk promosi wisata daerah Sulawesi Selatan.
Tarian kipas adalah kesenian tari daerah yang berasal dari Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Di daerah
Gowa, nama tarian ini mempunyai nama Tari Kipas Pakarena. Berdasarkan sejarah, Tari Kipas Pakarena
merupakan salah satu kesenian tari peninggalan dari Kerajaan Gowa. Dahulunya, kerajaan itu
mengalami masa kejayaan dan berhasil menguasai daerah Sulawesi yang berada di bagian selatan sejak
bertahun-tahun. Menurut bahasa dari daerah setempat kata “Pakarena” berasal dari kata “karena” yang
mempunyai makna yaitu “main”. Tarian ini sendiri telah dijadikan sebagai tarian daerah oleh masyarakat
daerah Gowa yang dahulunya adalah bekas dari Kerajaan Gowa. Tarian daerah ini dulunya, dimainkan di
dalam istana Kerajaan Gowa oleh seorang putri-putri bangsawan. Tari Kipas Pakarena tersebut juga
digunakan sebagai bentuk pelengkap maupun suatu hal wajib dipertunjukkan ketika ada upacara adat,
pesta kerajaan, dan lain sebagainya.
Pada zaman dahulu katanya, tarian ini berasal dari kisah perpisahan yang terjadi antara penghuni limo
atau disebut juga bumi, dengan botong langit atau disebut juga sebagai negeri khayangan. Sebelum
terjadi perpisahan, diceritakan bahwa botong langit telah memberikan ilmunya mengenai bagaimana
cara hidup di bumi dengan baik. Mulai dari bercocok tanam, beternak sampai dengan berburu
semuanya telah diajarkannya kepada para penghuni limo. Mereka mengajarkannya melalui sebuah
gerakan kaki maupun gerakan tangan. Dari gerakan tersebutlah menjadikan para penghuni limo untuk
membuat hal itu sebagai sebuah ritual. Ritual tersebut dipakainya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur
yang telah diberikannya pada botong langit. Hingga akhirnya muncullah sebuah nama tarian bernama
Tari Kipas. Gerakan pada tarian tersebut mengandung sebuah ekspresi kelembutan. Hal itu
menggambarkan mengenai sebuah sifat yang dimiliki oleh perempuan daerah Gowa yaitu patuh, setia,
sopan, dan hormat pada lelaki, terutamanya terhadap suami. Pada dasarnya, Tarian Kipas ini terbagi ke
dalam 12 bagian. Hanya saja tari kipas ini sangat sulit untuk dibedakan, terlebih-lebih bagi orang yang
baru mengenal sebab gerakan pada tarian ini hampir serupa.
Setiap gerakan pada tari ini mempunyai makna masing-masing. Misalnya yaitu ketika para penari
melakukan gerakan duduk, maka hal itu sebagai bentuk tanda dimulai dan diakhiri pertunjukan Tari
Kipas. Sementara untuk gerakan berputar searah dengan jarum jam mempunyai makna berupa siklus
hidup pada manusia. Serta beberapa gerakan lainnya yang memiliki makna tersendirinya. Selain itu, Tari
Kipas Pakarena juga pernah digunakan sebagai tarian resmi di Istana ketika masa pemerintahan Raja
Gowa di abad ke 16. Dari situlah budaya kesenian tari ini lahir dari masa ke masa. Kemudian berdampak
bagi kebudayaan masyarakat daerah Gowa dan sekitarnya. Hingga akhirnya tarian kipas pakarena
diturunkan dari generasi ke generasi sampai saat ini. Meskipun Kerajaan Gowa telah tiada, namun Tari
Kipas Pakarena tetap ada, dan dilestarikan oleh masyarakat daerah Gowa, dan sekitarnya.
Serupa halnya dengan tarian daerah lainnya, tarian kipas Pakarena juga mempunyai fungsi tertentu
pada setiap pertunjukannya.
1. Tari Ritual
Berdasarkan sejarah, tarian kipas Pakarena memiliki hubungan mengenai kisah antara langit
atau khayangan dan bumi atau penghuninya. Tari kipas ini diselenggarakan sebagai bentuk
tarian ritual. Memiliki tujuan untuk ungkapkan rasa syukur dan terimakasih kepada bumi dan
langit.
2. Tari Pengiring Raja
Pada zaman dahulu, tarian kipas pakarena berfungsi sebagai tarian penggiring bagi Raja Gowa
hingga saat ini. Meskipun kini, kerajaan Gowa telah tiada, namun tetap digunakan sebagai
pengiring para pemimpin daerah Gowa.
3. Sarana Dakwah
Tak hanya sebagai ritual dan pengiring saja, Tari Kipas Pakarena juga berfungsi sebagai media
dakwah. Lewat gerakan-gerakannya tersebut, tarian ini mengajarkan mengenai kehidupan
bahwa manusia perlu untuk sabar dan tidak mudah menyerah maupun putus asa.
4. Wujud Syukur
Fungsi Tari Kipas Pakarena selanjutnya yaitu wujud syukur. Tarian ini mulanya dilakukan sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur karena pertanian berjalan secara baik, dan hasil panen yang
melimpah
5. Sarana Hiburan
Fungsi Tari kipas Pakarena yang terakhir ini yaitu sebagai sarana hiburan. Biasanya tarian ini
dipertunjukkan untuk media hiburan bagi masyarakat Gowa maupun para wisatawan yang
datang berkunjung ke daerah Gowa.
Tak hanya memiliki fungsi saja, Tari kipas pakarena juga mempunyai beberapa makna yang diantaranya
adalah
1. Makna Tarian Kipas Pakarena yang pertama yaitu menggambarkan mengenai karakter yang
kontemplatif, hening, dan teduh.
2. Makna Tarian Kipas Pakarena yang kedua yaitu menceritakan mengenai hubungan antara
manusia dengan sang pencipta. Disesuaikan oleh ritme dalam kehidupan.
3. Makna Tarian Kipas Pakarena pada Gerakan tari yang sulit tersebut, menggambarkan mengenai
persoalan atau masalah, dan kesulitan yang terjadi di dalam kehidupan.
4. Makna gerakan tari berputar dengan mengikuti arah pada jarum jam tersebut, memiliki makna
yaitu siklus kehidupan manusia.
5. Makna gerakan tari kipas pakarena dalam gerakan mengeper secara naik turun itu,
menggambarkan mengenai irama pada kehidupan.
6. Makna gerakan tari yang terakhir yakni, berupa Alunan musik yang mendayu-dayu memiliki
makna bahwa seorang perempuan Makassar mempunyai karakter yang lemah lembut.
Dari situlah kamu telah mengetahui apa saja makna dalam tari kipas pakarena.
Setiap tarian daerah tentunya mempunyai gerakan-gerakan yang digunakan untuk mempercantik
penampilan ketika berada di atas panggung. Begitu pula dengan Tari Kipas Pakarena, tarian ini
mempunyai beberapa gerakan masing-masingnya. Gerakan penari ini merupakan sebuah gambaran
mengenai kelembutan atas sifat dari wanita Makassar. Terdiri dari sifat setia, sopan, hormat, dan patuh
pada lelaki. Terutamanya kepada suaminya sendiri. Berikut gerakan tarian kipas pakarena antara lain
1. Gerakan tangan
Gerakan tari yang pertama yaitu gerakan tangan. Biasanya masyarakat yang mempelajari
gerakan ini melakukannya dengan cara mengayunkan ke kiri dan ke kanan. Serta tak lupa juga
mengayunkan kearah depan. Dengan mengikuti tempo yang lambat. Penari hanya mengangkat
tangannya sebatas bahu dengan sangat lembut. Hal itu dilakukan agar para penonton yang
menyaksikan sulit membedakannya. Setiap gerakan yang dilakukan oleh para penari mempunyai
makna tersendiri. Seperti gerakan awal dan gerakan akhir dengan berposisi duduk. Memiliki
makna bahwa tarian yang dipentaskan ini dimulai dan diakhiri. Lalu, ada pula gerakan memutar,
gerakan itu bermakna sebagai gambaran mengenai siklus hidup manusia.
Selain itu, juga terdapat gerakan berupa naik turun. Gerakan tersebut mempunyai makna bahwa
kehidupan manusia yang berjalan itu tak selamanya berada diatas, sebab ada kalanya berada
dibawah seperti halnya sebuah roda. Tarian kipas ini juga mempunyai peraturan yang dapat
terbilang cukup unik. Ketika menari, para penari yang menampilkan tarian ini tidak
diperbolehkan untuk membuka matanya dengan terlalu lebar.
2. Gerakan kaki
Gerakan tarian kipas pakarena yang kedua yaitu gerakan kaki. Pada gerakan kaki, para penari
tidak diperbolehkan untuk mengangkatnya terlalu tinggi. Sebab pertunjukan ini berlangsung
selama 2 jam. Penari dituntut untuk mempunyai fisik yang sehat. Itulah alasan mengapa para
penari tidak diperbolehkan mengangkat terlalu tinggi. Sementara itu untuk alunan pengiring
tarian ini memakai sebuah alat musik yang berasal dari tabuhan gendang dan juga seruling. Agar
bisa mengiringi para penari dalam setiap gerakan tarinya.
Para penari kipas pakarena biasanya menggunakan baju adat khas daerah Gowa. Baju adat itu bernama
Baju Bodo. Baju bodo adalah baju adat masyarakat suku bugis. Di setiap pakaian tersebut, mempunyai
warna pakaian yang berbeda-beda. Hal tersebut bertujuan sebagai penanda atas stratifikasi sosial.
Pakaian yang memiliki warna hijau dikenakan untuk bangsawan. Pakaian berwarna putih dipakai untuk
ibu yang sedang menyusui seorang bayi, dan beberapa warna lain sebagainya.
Namun dengan seiring kemajuan zaman makna itu mulai memudarnya. Sebab baju bodo yang dulu
terbuat dengan menggunakan kain sutra. Kini dibuat dengan memakai kain kasa secara transparan,
memiliki lengan yang pendek, dan dijahit secara bersambung pada bagian lengan dalamnya. Tak hanya
mengenakan baju khas daerah Gowa saja, penari juga memakai kain selempang, dan sarung khasnya
yang berasal dari Sulawesi Selatan. Kostum tersebut sangat menarik dan menjadi pembeda dengan
tarian daerah lainnya.
Selanjutnya, pada bagian kepala tersebut dikonde dan dimasukkan sebuah hiasan berwarna emas
dengan desainnya yaitu bunga. Kemudian ditusukkan ke bagian kepala penari. Sementara untuk
aksesoris penari berupa gelang, kalung, dan juga anting sebagai pelengkap penampilan para penari.
Serta tak lupa, setiap para penari membawa sebuah kipas yang merupakan properti utama dan ciri khas
dalam tari kipas pakarena.
Tari kipas Pakarena atau biasa disebut juga dengan tari pakarena merupakan salah satu jenis tarian
daerah yang berasal dari wilayah Sulawesi Selatan, atau lebih tepatnya berada di daerah Makassar. Pada
umumnya, tarian ini dipentaskan oleh 5 orang penari dengan memakai iringan musik berupa Gandrang
atau serupa dengan gendang, dan Puik-puik atau merupakan alat musik tiup. Tari kipas Pakarena ini
memakai lagu khas daerah Makassar yang bertajuk Dongang-dongang.
Tarian ini mulanya dipakai sebagai salah satu alat untuk memuja kepada para dewa. Akan tetapi karena
memiliki keindahan dan keunikan tersendiri, tarian kipas Pakarena beralih fungsi sebagai sarana hiburan.
Cerita yang terdapat pada tari kipas Pakarena ini menceritakan mengenai kehidupan manusia dengan
para penghuni langit. Penghuni langit itu adalah para dewa yang mengajarkan kehidupan kepada
manusia tentang bagaimana cara bertahan hidup di bumi melalui bercocok tanam, mencari makan di
hutan atau berburu, dan lain sebagainya.
Peralatan yang wajib digunakan oleh para penari ketika melakukan pementasan tari.
1. Baju Bodo (berwarna merah dan hijau)
Baju bodo adalah baju adat masyarakat suku bugis. Di setiap pakaian tersebut, mempunyai
warna pakaian yang berbeda-beda. Hal tersebut bertujuan sebagai penanda atas stratifikasi
sosial. Pakaian yang memiliki warna hijau dikenakan untuk bangsawan. Pakaian berwarna putih
dipakai untuk ibu yang sedang menyusui seorang bayi, dan beberapa warna lain sebagainya.
Namun dengan seiring kemajuan zaman makna itu mulai memudarnya. Sebab baju bodo yang
dulu terbuat dengan menggunakan kain sutra. Kini dibuat dengan memakai kain kasa secara
transparan, memiliki lengan yang pendek, dan dijahit secara bersambung pada bagian lengan
dalamnya.
2. Sarung atau Top
Properti yang kedua yaitu Sarung atau Top. Pada dahulunya sarung yang digunakan pada tari
kipas pakarena merupakan sarung bermotif polos dan tidak mempunyai corak. Akan tetapi pada
saat ini para penari bisa menggunakan sarung bermotif.
3. Selendang
Properti yang digunakan ketiga yaitu Selendang. Selendang ini diletakkan pada bagian pundak
sebelah kiri. Untuk dimainkannya ketika menari. Warna selendang yang dipakai tersebut
disesuaikan dengan baju bodo yang digunakan saat penari tampil.
4. Kipas
Properti yang terakhir dan paling utama ini yaitu kipas. Kipas yang dipakainya pun tidak
mempunyai kriteria spesifik. Properti Kipas ini biasanya dimainkan oleh penari dengan memakai
tangan kanan.
Beberapa peralatan tersebutlah yang wajib ada ketika melakukan pementasan tari kipas pakarena.
Setiap tarian daerah pastinya memiliki ciri khas masing-masing. Ciri khas ini digunakan sebagai pembeda
antara tarian satu dengan tarian yang lainnya. Begitu pula tarian kipas Pakarena, tarian ini mempunyai
ciri khasnya yaitu:
Mempunyai gerakan yang estetika di setiap gerak tarinya.
Gerakan tangan dan gerakan kaki pada tari kipas Pakarena sangat lemah lembut.
Diiringi dengan iringan musik berupa alat musik tiup, dan gendrang atau serupa dengan alat
musik gendang.
Penari selalu membawa kipas ketika melakukan pementasan.
Itulah ciri khas dari tari kipas pakarena. Serta menjadi pembeda dengan tarian lainnya.
Tarian Kipas Pakarena ini sudah ada ketika zaman dulu, dan masih bertahan sampai saat ini. Masyarakat
daerah Gowa tetap melestarikan dan menjadikan tarian ini menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.
Tarian ini berawal sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, kini mulai berkembang menjadi tarian daerah
dan hiburan bagi masyarakat Gowa, dan sekitarnya.
Tarian ini pula sering kali dipertunjukkan pada sebuah acara festival guna memperkenalkan wilayah
Gowa. Kini, tarian kipas Pakarena sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat mulai dari kostum
yang dikenakannya hingga gerakannya.
Walaupun mengalami suatu perkembangan, tetapi ciri khas utama dari tari kipas ini tetap ada atau tidak
dihilangkan. Karena hal itulah yang membuat karakteristik dari tarian kipas pakarena berbeda dengan
tarian lainnya.
Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/tari-kipas-pakarena/
Kalian sudah belajar menulis teks laporan pada pembelajaran subbab sebelumnya. Pada
pembelajaran kali ini mebahas menyempurkan tulisan agar dapat dikirim ke media massa, baik
media cetak maupun elektronik. Teks laporan dapat kita jumpai di media massa cetak maupun
elektronik. Setiap media massa, baik cetak maupun elektronik, sering memuat tulisan wartawan
atau masyarakat umum, terkait laporan. Namun, sebagai catatan, teks laporan di media massa
harian tidak dimuat tiap hari. Laporan yang dimuat media massa antara lain laporan pertistiwa,
laporan hasil observasi yang disajikan berupa esai, dan laporan perjalanan yang ditulis dalam bentuk
feature. Dalam koran Kompas, misalnya, teks laporan perjalanan jurnalistik hanya dapat dijumpai
pada edisi hari Minggu. Tidak seperti di koran, hampir tiap terbitan majalah memuat teks laporan,
terutama teks laporan perjalanan jurnalistik dan teks laporan hasil observasi. Lalu bagaimana agar
tulisan laporan kita cepat dimuat? Berikut ini beberapa tips yang perlu diperhatikan :
1. Tentukan dahulu jenis laporan yang akan kita buat! Laporan yang dimuat di media massa ialah
laporan hasil observasi dan laporan perjalanan jurnalistik
2. Tentukan media yang akan kita kirimi naskah! Menentukan media ini penting, diantaranya untuk
mengetahui visi dan misi media tersebut. Koran atau majalah wanita, misalnya pastilah memuat
tulisan seputar kehidupan wanita. Oleh karena itu, tidak akan cocok kalau kira mengirim teks
laporan hasil observasi budidaya ikan lele, misalnya.
3. Buatlah judul yang menarik! Dalam tulisan di media massa, judul berkisar maksimal 7 kata dan
ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada huruf awal setiap kata (kecuali kata depan atau
kata penghubung). Judul yang menarik biasanya akan langsung menarik perhatian redaktur
untuk membacanya
4. Pastikan tulisan sudah memenuhi syarat tata tulis! Di antaranya penggunaan tanda baca,
penggunaan huruf miring, penggunaan huruf kapital, dan sebagainya.
Perhatikan panjang tulisan. Untuk teks laporan, panjang tulisan, apabila di ketik dalam
kertas HVS, berkisar maksimal 4 halaman A4 dengan spasi 1,5. Jika dilihat dari jumlah
karakter, maksimal 1.200 karakter. Namun, hal ini sangat tergantung persyaratan yang
ditentukan oleh media masing - masing. Ada yang mensyaratkan 1.000 karakter, ada
yang maksimal 1.500 karakter. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan yang disajikan oleh
media tersebut.
Penggunaan bahasa. Bahasa yang mudah dimengerti, tidak berbelit – belit, biasanya
akan menjadi pilihan redaksi untuk memuatnya.
Untuk tulisan berbentuk teks laporan, akan lebih baik jika disertakan foto jurnalistik.
Ingat, foto jurnalistik. Bukan foto sembarangan. Foto jurnalistik itu foto yang bisa
“berbicara” walaupun tidak disertai kata – kata. Foto perjalanan jurnalistik, misalnya
perjalanan ke suatu objek wisata, harus menggambarkan ekspresi yang menarik.
Misalnya, saat dia mendayung perahu objek wisata air bendungan.
Selanjutnya, kalian harus mengetahui alamat redaksi media yang dapat memuat tulisan jenis laporan.
Dahulu orang mengirim tulisan ke media massa secara langsung atau melalui pos. Namun dengan
adanya kemajuan teknologi saat ini, kalian dapat mengirim tulisan melalui surat elektronik atau surel (e-
mail). Untuk itu, kalian harus memiliki alamat surel sendiri.
Tugas Mandiri
1. Lakukan kegiatan berikut secara mandiri!
2. Muatlah hasil menulis teks laporan kalian pada Subbab C
3. Muatlah ke dalam media massa elektronik yaitu blogspot
4. Buatlah judul yang menarik agar menarik untuk dibaca
5. Kumpulkan hasil tugas kalian kepada guru untuk mendapatkan penilaian dengan mengirimkan link
blogspot yang telah buat.
Jawab: Sesuai kebijaksanaan guru.
Uji Kompetensi
Teks Laporan untuk soal nomor 1 – 5.
Orang Kanekes atau orang Baduy/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di
wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat Suku Badui di Banten termasuk salah satu suku yang
menerapkan isolasi dari dunia luar. Itulah salah satu keunikan Suku Badui sehingga wajar mereka sangat
menjaga betul 'pikukuh' atau ajaran mereka, entah berupa kepercayaan dan kebudayaan.
Badui Dalam belum mengenal budaya luar dan terletak di hutan pedalaman. Karena belum mengenal
kebudayaan luar, suku Badui Dalam masih memiliki budaya yang sangat asli. Mereka dikenal sangat taat
mempertahankan adat istiadat dan warisan nenek moyangnya. Mereka memakai pakaian yang
berwarna putih dengan ikat kepala putih serta membawa golok. Pakaian suku Badui Dalam pun tidak
berkancing atau kerah. Uniknya, semua yang dipakai suku Badui Dalam adalah hasil produksi mereka
sendiri. Biasanya para perempuan yang bertugas membuatnya. Mereka dilarang memakai pakaian
modern. Selain itu, setiap kali bepergian, mereka tidak memakai kendaraan bahkan tidak memakai alas
kaki dan terdiri atas kelompok kecil berjumlah 3-5 orang. Mereka dilarang menggunakan perangkat
teknologi, seperti HP dan TV.
Suku ini memiliki kepercayaan yang dikenal Sunda Wiwitan (Sunda: berasal dari suku sunda, wiwitan:
asli). Kepercayaan ini memuja arwah nenek moyang (animisme) yang pada selanjutnya kepercayaan
mereka mendapat pengaruh dari Budha dan Hindu. Kepercayaan suku ini merupakan refleksi
kepercayaan masyarakat Sunda sebelum masuk agama Islam.
Hingga saat ini, suku Badui Dalam tidak mengenal budaya baca tulis. Yang mereka tahu, ialah aksara
Hanacaraka (aksara Sunda). Anak-anak suku Badui Dalam pun tidak bersekolah, kegiatannya hanya
sekitar sawah dan kebun. Menurut mereka, inilah cara mereka melestarikan adat leluhurnya. Meskipun
sejak pemerintahan Soeharto sampai sekarang sudah diadakan upaya untuk membujuk mereka agar
mengizinkan pembangunan sekolah, tetapi mereka selalu menolak. Dengan demikian, banyak cerita
atau sejarah mereka hanya ada di ingatan atau cerita lisan saja.
Badui Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Badui Dalam. Ada beberapa
hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Badui Dalam ke Badui Luar. Pada dasarnya, peraturan yang
ada di Badui Luar dan Badui Ddalam itu hampir sama, tetapi Badui Luar lebih mengenal teknologi
dibanding Badui Dalam.
Sumber: https://www.detik.com/sulsel/sepakbola
Uji pemahaman
1. Bacalah kutipan teks laporan observasi berikut!
Makhluk di Bumi Ini Benda di dunia dapat dikelompokkan atas persamaan dan perbedaannya.
Dengan pengelompokan, benda-benda itu lebih mudah dipelajari. Semua benda di dunia ini dapat
diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu benda hidup dan benda mati. Yang pertama sering disebut
makhluk hidup dan yang kedua disebut makhluk mati.
Sumber: https://www.detik.com/sulsel/sepakbola
3. Berdasarkan kutipan cerpen tersebut, tariklah garis lurus antara kosakata dan arti katanya dengan
tepat!
Kosakata Arti Kata
a. Bongkahan □ □ 1) terbengkalai
b. Mangkrak □ □ 2) kontraktor
c. pemborong □ □ 3) Hasil membongkah
Jawaban: a – 3), b – 1), c – 2)
4. Teks laporan hasil observasi umumnya memiliki struktur yang terorganisir untuk menyampaikan
informasi dengan jelas dan sistematis. Sebutkan struktur dari teks laporan hasil observasi ....
Jawaban: Bagian pendahuluan, bagian isi, bagian penutup
5. Apa pentingnya melakukan observasi dalam menyusun teks laporan hasil observasi
Jawaban: Observasi penting karena memberikan data yang diperoleh secara langsung dari situasi
yang diamati, meningkatkan validitas laporan.
Rangkuman
Membaca adalah proses mengartikan lambang grafis, seperti huruf.
Menyimak merupakan keterampilan mendengarkan dan memahami materi yang disampaikan
penting dalam berbahasa.
Mendengar merupakan bagian dari ilmu komunikasi.
Tips Menyimak:
1. Fokus penuh pada pembicara atau materi.
2. Hindari gangguan dan distraksi.
3. Pahami tujuan atau pesan pembicara.
4. Ketahui konteks dan latar belakang informasi.
5. Buat catatan singkat tentang poin-poin utama.
6. Hindari mencatat terlalu banyak detail.
Gagasan adalah hasil pemikiran atau ide, sedangkan pandangan adalah pendapat.
Cara Mengevaluasi Teks Laporan:
1. Simak laporan dengan fokus dan konsentrasi.
2. Catat unsur ADIKSIMBA (apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana).
3. Catat tujuan penulis dan berikan penilaian.
Menyimak adalah keterampilan krusial dalam dunia profesional dan akademis.
Mengevaluasi gagasan dan pandangan dalam teks laporan melibatkan langkah-langkah tertentu.
Struktur teks laporan terdiri dari tiga bagian utama: pendahuluan, isi, dan penutup.
Menulis teks laporan melibatkan langkah-langkah penting yang dapat diikuti dengan panduan
umum berikut:
1. Tentukan Topik dan Jenis Laporan
2. Tentukan Rincian atau Aspek yang Akan Dilaporkan
3. Buat Kerangka Karangan
4. Kembangkan Kerangka Menjadi Teks Laporan
5. Periksa Hasil Karangan
Membaca Nyaring Teks Laporan:
1. Atur intonasi dengan menggunakan suara yang lantang untuk poin penting.
2. Gunakan tempo berbicara yang lambat untuk poin krusial.
3. Sesuaikan tinggi rendah suara dengan konten yang disampaikan.
4. Gunakan perasaan atau emosi sesuai dengan konteks kalimat.