333 566 1 PB
333 566 1 PB
333 566 1 PB
DENTINO
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol I. No 1. April 2017
ABSTRACT
Background: Identification of age estimation through the teeth in Indonesia can be determined using Tooth
Coronal Index by Benindra Method. Tooth Coronal Index by Benindra Method is a method to establish the age
estimation by measuring the height of the crown and the height of the coronal pulp cavity of radiographs.
Purpose: To analyze the comparison between age estimation of Tooth Coronal Index by Benindra method and
chronological age at Banjarese population. Method: Analytic observational study with cross sectional design
using the periapical radiographs of 70 samples of Banjarese population, followed by the measurement of the
height of the crown and the height of the coronal pulp cavity of mandibular premolar using digital caliper.
Result: The precentage of accuracy levels between age estimation and chronological age is 66% in Banjarese
male and 60% in Banjarese female. The result were analyzed using Mann-Whitney U test with p=0,105 (p>0,05)
shows that there is no significant differences between age estimation of Tooth Coronal Index by Benindra
method and chronological age at Banjarese population. Conclusion: There is no differences between age
estimation of Tooth Coronal Index by Benindra method and chronological age at Banjarese population.
Keywords: Tooth Coronal Index by Benindra Method, age estimation, chronological age, Banjarese population
ABSTRAK
Latar Belakang: Identifikasi prakiraan usia melalui gigi di Indonesia dapat dilakukan menggunakan Tooth
Coronal Index metode Benindra. Tooth Coronal Index metode Benindra adalah metode untuk menetapkan
prakiraan usia dengan mengukur tinggi mahkota gigi dan tinggi ruang pulpa gigi pada foto radiografi. Metode
ini dilakukan tidak spesifik pada suku tertentu. Tujuan: Untuk menganalisa perbandingan prakiraan usia dari
Tooth Coronal Index metode Benindra dengan usia kronologis pada Suku Banjar. Metode: Penelitian
observasional analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan foto radiografi periapikal 70 sampel
Suku Banjar yang kemudian dilakukan pengukuran tinggi mahkota gigi dan tinggi ruang pulpa gigi premolar
rahang bawah dengan kaliper digital. Hasil: Persentase kesesuaian antara prakiraan usia dan usia kronologis
sebesar 66% pada laki-laki dan 60% pada perempuan Suku Banjar. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji
Mann-Whitney U dengan nilai p=0,105 (p>0,05) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
prakiraan usia dari Tooth Coronal Index metode Benindra dengan usia kronologis pada Suku Banjar.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan prakiraan usia dari Tooth Coronal Index metode Benindra dengan usia
kronologis pada Suku Banjar.
Kata-kata kunci: Tooth Coronal Index Metode Benindra, prakiraan usia, usia kronologis, Suku Banjar
Korespondensi: Nida Rizky Y., Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Lambung Mangkurat, Jalan Veteran No 12B, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, email: nidarizky@gmail.com
Yulianti: Perbandingan Prakiraan Usia Dari Tooth Coronal Index 29
dengan ketelitian 0,01 mm. Dua bagian yang diukur menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
dalam menghitung prakiraan usia berdasarkan signifikan antara dua pengukuran tinggi mahkota
metode Tooth Coronal Index (TCI), yaitu tinggi gigi dan nilai p=0,092 (p>0,05) menunjukkan tidak
mahkota gigi dan tinggi ruang pulpa gigi. Tinggi terdapat perbedaan yang signifikan antara dua
mahkota gigi (CH) adalah panjang yang diukur pengukuran tinggi ruang pulpa gigi.
secara vertikal dari garis servikal sampai ke ujung
cusp mahkota tertinggi. Tinggi ruang pulpa gigi Uji normalitas diuji dengan Kolmogorov-
(CPCH) adalah panjang yang diukur secara vertikal Smirnov test karena jumlah sampel lebih dari 50.
dari garis servikal sampai ke ujung tanduk pulpa. Hasil dari uji normalitas pada perhitungan prakiraan
Perlu dibuat garis lurus antara cemento-enamel usia menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga
junction (servikal) dari gigi yang merupakan dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal.
pembagian antara mahkota dan akar gigi. Hasil Uji homogenitas menunjukkan varian data yang
pengukuran dimasukkan ke dalam suatu formula homogen dengan nilai p=0,513 (p>0,05).
untuk mendapatkan nilai TCI, yaitu: Berdasarkan keterangan tanggal, bulan, dan
tahun kelahiran, serta perhitungan Tooth Coronal
Index Metode Benindra didapatkan rerata usia
kronologis dan prakiraan usia pada Suku Banjar
sebagai berikut:
Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata nilai Tooth Tabel 4. Hasil analisis Uji Mann-Whitney U pada
Coronal Index pada laki-laki lebih besar Perbandingan Prakiraan Usia dari Tooth
dibandingkan perempuan Suku Banjar dengan Coronal Index Metode Benindra dengan
selisih sebesar 2,17 mm. Usia Kronologis pada Laki-laki Suku
Gambaran nilai Tooth Coronal Index Banjar
berdasarkan usia kronologis menunjukkan bahwa
nilai Tooth Coronal Index akan semakin menurun Median (min-maks)
dengan meningkatnya usia pada Gambar 1. Rerata±SD p
(tahun)
Usia
Gambaran Nilai Tooth Coronal Index 12(10-21) 13,49±3,68
Kronologis
Berdasarkan Usia Kronologis 0,189
50 Prakiraan
12,55(9,59-21,14) 13,89±3,41
Usia
40
Nilai TCI (mm)
Benindra dengan usia kronologis pada laki-laki sehingga menyebabkan perbedaan hasil
Suku Banjar. penelitian.11,22 Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prakiraan
PEMBAHASAN usia dari Tooth Coronal Index metode Benindra
dengan usia kronologis pada Suku Banjar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu
Tooth Coronal Index akan semakin menurun proses identifikasi prakiraan usia pada Suku Banjar.
dengan meningkatnya usia seseorang. Hal ini
terjadi karena adanya perubahan pada ruang pulpa DAFTAR PUSTAKA
yang disebabkan oleh terbentuknya lapisan dentin
sekunder. Dentin sekunder adalah substansi yang 1. Singth S. Penatalaksanaan identifikasi korban
terkalsifikasi dan mengendap pada dinding ruang mati bencana massal. Majalah Kedokteran
pulpa dan saluran akar secara terus-menerus selama Nusantara. 2008; 41(4): 254-258
kehidupan seseorang, sehingga akan menghasilkan 2. Ideham MS, Djohansyah J, Kawi D,
penurunan ukuran ruang pulpa dalam arah oklusal- Sjarifuddin, Seman S, Usman G, dkk. Urang
radikular yang menyebabkan ruang pulpa akan Banjar dan kebudayaannya. Banjarmasin:
menjadi semakin sempit dengan meningkatnya Pustaka Banua. 2007. Hal:11
usia.17,18,19 Ruang pulpa pada orang dengan usia tua 3. Fauzi R. Statistik bencana Provinsi
lebih sempit dibandingkan pada orang dengan usia Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Badan
muda. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi
korelasi yang signifikan antara ukuran ruang pulpa Kalimantan Selatan (BPBD). 2012. Hal:14
gigi dan usia kronologis.14,16 4. Prawestiningtyas E, Algozi AM. Identifikasi
Hasil penelitian kesesuaian prakiraan usia dari korban berdasarkan pemeriksaan primer dan
Tooth Coronal Index metode Benindra dengan usia sekunder sebagai penentu identitas korban
kronologis menunjukkan tingkat akurasi yang lebih pada dua kasus bencana masal. Jurnal
tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Kedokteran Brawijaya. 2009; 25(2): 87-94
Perbedaan tingkat akurasi prediksi usia ini 5. Henky, Safitry O. Identifikasi korban bencana
disebabkan oleh adanya hormon estrogen pada massal: praktik DVI antara teori dan
perempuan yang memberikan pengaruh kuat pada kenyataan. Indonesian Journal of Legal and
pembentukan dentin sekunder. Reseptor estrogen Forensic Sciences. 2012; 2(1): 5-7
pada odontoblas jaringan pulpa manusia 6. Blau S, Briggs CA. The role of forensic
menyebabkan penurunan ukuran ruang pulpa, anthropology in disaster victim identification
sehingga lebih menunjukkan korelasi yang kuat (DVI). Forensic Science International. 2011;
pada perempuan dibandingkan laki-laki, hal ini 205(1-3): 29-35
ditunjukkan dengan perbedaan ukuran ruang pulpa 7. Murniwati. Peran rekam medik gigi sebagai
antara laki-laki dan perempuan pada usia yang sarana identifikasi. Majalah Kedokteran
sama.11,20 Andalas. 2012; 36(2): 163-172
Ukuran ruang pulpa yang lebih besar pada laki- 8. Krishan K, Kanchan T, Garg AK. Dental
laki dibandingkan perempuan akan memudahkan evidence in forensic identification – an
dalam proses pengukuran ruang pulpa yang overview, methodology and present status.
dilakukan pada penelitian ini, sehingga dapat The Open Dentistry Journal. 2015; 9(1): 250-
mempengaruhi akurasi prakiraan usia. Penelitian 256
yang dilakukan pada populasi Kaukasia 9. Lakhanpal M, Gupta N, Rao NC, Vashisth S.
menunjukkan tingkat akurasi prediksi usia pada Tooth variations as a gender determinant in
sampel laki-laki sebesar 41,67% dan sampel permanent maxillary teeth. JSM Dent. 2013;
perempuan sebesar 35,48%. Penelitian yang 1(1): 1-5
dilakukan pada populasi Malawi menunjukkan 10. Nehemia B. Prakiraan usia berdasarkan
tingkat akurasi prediksi usia pada sampel laki-laki metode TCI dan studi analisis histologis ruang
sebesar 49,35% dan sampel perempuan sebesar pulpa pada usia 9-21 Tahun. Tesis. Jakarta:
40,35%. Penelitian yang lain tingkat akurasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
prediksi usia pada sampel laki-laki pada populasi Indonesia. 2012. Hal: 6-7, 33
Asia Selatan lebih tinggi yaitu sebesar 99,48% 11. El Morsi DA, Rezk HM, Aziza A, El Sherbiny
dibandingkan pada sampel perempuan sebesar M. Tooth coronal pulp index as a tool for age
99,16%.21 estimation in Egyptian population. Journal of
Suku Banjar memiliki perbedaan tingkat Science and Criminology. 2015; 3(2): 201
akurasi prediksi usia dengan populasi Kaukasia, 12. Candramala R, Sharma R, Khan M, Srivastava
Malawi dan Asia Selatan. Hal ini kemungkinan A. Application of Kvaal’s technique of age
dikarenakan adanya perbedaan dari populasi yang estimation on digital panoramic radiographs.
diteliti, jumlah sampel yang digunakan, dan juga Dentistry. 2012; 2(6): 1-5
perbedaan formula prediksi usia dari tiap populasi,
Yulianti: Perbandingan Prakiraan Usia Dari Tooth Coronal Index 33