Agro Industri
Agro Industri
Agro Industri
Oleh:
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012
AGROINDUSTRI
Agroindustri adalah industri atau kegiatan pengolahan yang berbasis pada hasil pertanian, bukan hanya menangani komoditi tanaman, tapi juga pada hasil ternak seperti telur, daging, susu, dan hasil perairan lainnya (seperti : kerang, udang, ikan, dan lain-lain). Produk Agroindustri dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. Adapun contoh pengolahan agroindustri adalah : Membuat tempe dan tahu. Nata de Coco Pengembang roti Susu Ikan Telur Dll.
Seperti diketahui tadi bahwa ruang lingkup dari agroindustri bukan hanya pengolahan saja, maka agroindustri dikelompokkan menjadi 3 generasi, yaitu : 1. Generasi I Genearasi ini merupakan kegiatan dari pembibitan. Generasi I termasuk pembibitan karena memanfaatkan hasil pertanian dan menghasilkan bibit. Sebelum adanya pembibitan secara alami komoditi tanaman dilakukan tanpa adanya campur tangan manusia. Sehingga peluang suatu benih untuk tumbuh dengan baik dipengaruhi oleh rintangan alam. Oleh karena itulah manusia campur tangan dalam usaha penanaman sehingga meningkatkan mutu pembibitan. Perkembangbiakan vegetatif buatan memerlukan bantuan manusia. Contoh perkembangbiakan ini sebagai berikut :
Mencangkok
Mencangkok adalah membuat cabang batang tanam an menjadi berakar. Mencangkok dilakukan pada cabang yang dekat dengan batang. Caranya, sebagian kulit cabang di buang. Cabang itu kemudian dibalut dengan tanah. Pada cabang yang dicangkok akan tumbuh akar. Cabang ini siap ditanam menjadi tanaman baru. Mencangkok biasanya dilakukan pada tanaman yang berkambium. Contohnya, tanaman mangga, jambu air, dan rambutan. Stek
Stek dapat dilakukan dengan menanam potongan bagian tumbuhan, bagian yang dipotong dapat berupa batang, daun, atau akar. Oleh karena itu kita mengenal tiga macam stek. Stek batang dapat kita lakukan pada tanaman singkong dan tanaman sirih. Stek daun dapat kita lakukan dengan memotong helaian daun, kemudian menenamnya. Stek daun dapat dilakukan pada tumbuhan cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan dengan cara memotong bagian akar. Stek akar dapat dilakukan pada tanaman sukun Merunduk
Merunduk dilakukan pada cabang tanaman yang menjalar, cabang dirundukan dan ditimbun tanah. Akar akan tumbuh dari bagian tanaman yang tertimbun tanah . Apabila akar sudah banyak, cabang dapat dipotong dari induknya.
Perkembangbiakan dengan cara merunduk dapat dilakukan pada tanaman alamanda. Tempel (Okulasi)
Menempel atau okulasi adalah menggabungkan mata tunas suatu tumbuhan pada batang tumbuhan lain. Tumbuhan yang akan ditempeli harus yang kuat. Tempel (okulasi) bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau bunga Sambung (Enten)
Menyambung atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan jenis tumbuhan yang memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah atau daun atau bunga yang banyak
dibutuhkan tumbuhan yang memiliki produktivitas tinggi. Tumbuhan yang dihasilkan memiliki akar kuat dan produktivitas yang tinggi. Contoh tumbuhan yang bisa disambung adalah tumbuhan yang sekeluarga. Contohnya, tomat dengan terung. Berikut ini adalah gambar proses menyambung. Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Contoh dari keuntungan generasi I ini adalah pada penjualan jagung seharga Rp 2000/kg sedangkan bibitnya seharga Rp 12.000/kg. Contoh lainnya ada pada TBS seharga Rp 1.500; 1 TBS berisi 30 brondolan, sedangkan di pasaraan brondolan sawit dihargai Rp. 10.000, sehingga marginnya berkali lipat. Nilai tambah margin sangat besar sehingga menjadi prospek yang sangat menjanjikan sehingga industri padat modal yang mampu bersaing. Yang menguasai generasi I adalah negara-negara tertentu yang padat teknologi dan padat modal, seperti negara-negara di Eropa dan Asia Timur, itulah yang tidak ditemukan di Indonesia. Adapun contoh yang masih tidak bisa diikuti Indonesia adalah bagaimana membuat bibit yang baik, subur, kuat, dan menghasilkan produksi yang bagus tetapi jika ditanam kembali tidak sebaik dari hasil pertama sehingga membuat kita membeli benih itu lagi, sifat membuat ketergantungan itulah yang masih belum bisa diperoleh Indonesia. Generasi I sangat jelas merupakan Agroindustri karena memanfaatkan hasil-hasil pertanian dan juga membutuhkan padat teknologi.
2. Generasi II Generasi ini merupakan kegiatan budidaya. Budidaya awalnya seperti pembibitan, dilakukan secara alamiah, namun karena manusia bisa melihat prospek yang besar dalam pengembangan budidaya hasil pertanian ini maka mulai dicampuri tangani oleh manusia. Pengembangannya termasuk : Ekstensifikasi Intensifikasi
Hidroponik Aeroponik Tanpa media Dan lain-lain Budidaya juga dimanfaatkan sebagai agroindustri dan juga agrowisata.
adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Pada agrowisata lokasi budidaya tanaman ini sedang marak-maraknya dilakukan di Indonesia. Kehijauan padi pada saat belum menjadi padi matang, nuansa kuning menghampar ibarat permadani yang tak terbatas setiap mata memandang membuat rona alam yang menakjubkan sehingga menjadi daya tarik. Hijaunya sayuran di lereng bukit telah pula membentuk kehijauan pada lereng-lereng bukit dan menambah keindahan. Ranumnya hasil buah-buahan pada kebun-kebun masyarakat, telah mampu memikat wisatawan untuk dapat menikmati kelezatannya. Semua itu adalah potensi produk pertanian yang mampu memadukan hasil pertanian dan menarik orang untuk berkunjung. Inilah makna pertanian yang dapat membantu pengayaan produk wisata dan menjadi bagian penting dalam diversifikasi produk pariwisata. Sebagai contoh agrowisata strawberry petik sendiri di daerah Alam Endah Ciwidey, Keb. Bandung, telah mampu meningkatkan pendapatan petani strawberry. Pengunjung/wisatawan dalam memetik strawberry, kadang-kadang tidak terasa mendapatkan jumlah yang cukup banyak sehingga harus membayar cukup besar. Jumlah wisatawan yang datang ke lokasi agro wisata strawberry cukup banyak, terutama pada saat-saat liburan, dan hampir seluruh wisatawan yang datang melakukan kegiatan memetik strawberry. Contoh berikutnya adalah di Batu, Malang terdapat agrowisata sekaligus agroindustri perkebunan apel Malang. Sistem yang dilakukan oleh pengelolanya sangat inovatif, jadi semua yang dihasilkan maupun yang telah digunakan dapat terpakai. Disana kita dapat memetik buah apel sendiri dan sisa buahnya dikumpulkan langsung oleh pekerjanya dan kemudian diolah kembali menjadi sirup, selai dan lain-lain. Dedaunan apelnya pun bisa dimanfaatkan sebagai pupuk
kompos, jadi semua bagian dari tanaman ini bisa dimanfaatkan secara utuh untuk keperluan dan kebutuhan manusia sehingga dapat menghasilkan nilai tambah yang besar selain mendapatkan pemandangan yang indah.
3. Generasi III Generasi ini merupakan kegiatan pengolahan. Dalam generasi ini harus melewati generasi I dan II terlebih dahulu. Pengolahan terbagi menjadi dua yaitu: Pengolahan daur singkat, yaitu bahan aktifnya masih bisa diamati dan dilihat secara visual, contoh : CPO, latex, tepung, dll. Pengolahan daur panjang, yaitu bahan aktifnya sudah sulit diamati dan dilihat secara visual, contoh : kosmetik, popok bayi, dll.
Banyak industri agro yang tutup/berhenti (contoh: pabrik asparagus) dikarenakan kegiatan generasi I, II, dan III tidak sejalan. Oleh karena itulah, generasi I, II, dan II harus berjalan seimbang. Contoh pabrik yang menerapkan keseimbangan pada generasi I, II, dan III adalah PT. Ultrajaya di Padalarang, Lampung Tengah dan juga pabrik pengalengan nenas terbesar kedua di dunia yang berada di Filipina, yaitu GPI. Generasi II selalu dalam posisi paling bawah, karena dijepit oleh generai I dan generasi II. Generasi I, II dan III harus singkron satu sama lain karena output dari generasi I aka menjadi input untuk generasi II dan output dari generasi II akan menjadi input untuk generasi III. Tingginya peran manusia dalam Generasi I (misal pada GMO) menuntut tingginya kebutuhan input pada Generasi II. Ketidakmampuan petani memberikan input yang cukup untuk aktivitas budidaya menyebebkan produksi yang mampu dicapai belum maksimal.
SEREALIA
Tanaman komoditi ini banyak digunakan untuk makanan pokok. Adapun cirinya adalah: - Daunnya seperti pita kecil memanjang. - Monokotil - Berakar serabut Kebanyakan serealia merupakan anggota dari suku padi-padian dan disebut sebagai serealia sejati. Anggota yang paling dikenal dan memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga dikenal sebagai serealia utama adalah padi, jagung, sorgum, oat, gandum, gandum durum, jelai, haver, dan gandum hitam. Beberapa tanaman penghasil bijian yang bukan padi-padian juga sering disebut serealia semu (pseudocereals); mencakup buckwheat, bayam biji (seed amaranth), dan kinoa. Beberapa serealia juga dikenal sebagai pakan burung berkicau, seperti jewawut dan berbagai jenis milet. Walaupun menghasilkan pati, tanaman seperti sagu, ketela pohon, atau kentang tidak digolongkan sebagai serealia karena bukan dipanen bulir/bijinya. Beberapa serealia lain hanya penting di tempat-tempat tertentu, tetapi tidak dikenal di tempat lain (seningga tidak dimasukkan dalam statistik FAO): Tef, populer di Ethiopia. Zizania (wild rice), ditanam di Amerika Utara. Bayam biji, serealia semu kuna, pernah digunakan sebagai makanan pokok oleh Imperium Aztek. Kanyiwa, kerabat dekatkinoa. Struktur biji serealia: Pericarp/Kulit biji (1-2%), Pembungkus biji, dinding tebal panjang, terdiri atas epicarp (paling luar), mesocarp (tengah) dan seed coat. Endosperm/butir biji (89-94%). Embryo/lembaga (2-3%), bag terkecil. Penentu pertumbuhan. Komposisi umum pada serealia: Umumnya didominasi oleh karbohidrat (polisakarida dan oligo). Air
Minyak/lemak (trigliserida) Protein (asam amino, polipeptida) Mineral (Ca, Zn, dll.) Vitamin Penanganan pasca panen meliputi:
Pengeringan Penyimpanan
Keuntungan pada pengeringan : menurunkan biaya pengangkutan. meningkatkan panjang daya simpan. mempermudah proses selanjutnya. Hasil pengeringan harus mempunyai : kadar air yang rendah dan seragam. prosentase biji rusak dan pecah rendah. berat tetap tinggi. hasil pati tinggi. minyak yang dapat diambil banyak (untuk kacang tanah dan kedelai). kualitas protein tinggi. kemampuan tumbuh tinggi (untuk kacang non rekayasa genetika). jumlah kapang rendah. nilai nutrisi tetap tinggi. Suhu pengeringan, suhu udara pengeringan berpengaruh pada kualitas biji. Suhu sangat tinggi menyebabkan kenaikkan jumlah pecah, kenaikan biji yang retak, perubahan warna, penurunan jumlah pati, penurunan jumlah minyak dan kualitas protein rendah. Suhu makanan yang diijinkan dalam pengeringan tergantung pada : penggunaan biji kadar air biji jenis/macam biji Penyimpanan, penyimpanan harus mampu mempertahankan sifat-sifat baik bahan yang disimpan. Sifat-sifat baik seperti kualitas daya tumbuh selama
penyimpanan dapat mengalami kerusakan oleh karena kondisi penyimpanan yang tidak baik. Kerusakan kondisi penyimpanan disebabkan oleh: kapang insekta rodensia respirasi Faktor yang mempengaruhi penyimpanan. Faktor yang berpengaruh adalah : suhu kadar air kelembaban oksigen Mencegah kerusakan, kerusakan selama penyimpanan dapat dicegah dengan: fungisida, insektisida. cara pengemasan dan pengaturan ruangan. pengaturan kadar air dan suhu selama penyimpanan. Agroindustri Serealia : Pangan (food) = manusia Pakan (food) = tenak Industri : Pakan, kimia, tekstil, kosmetik, dll
Glukosa = High (High Glucose Sugar) = High Fructose Sugar = Alkohol CnH12On C6H12O6 (Fruktosa C2H5OH CH3COOH)
Ciri-Ciri Umum Padi Padi termasuk dalam suku padi-padian atau POACEAE (GRAMINAE atau GLUMIFLORAE). Terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis endu.
Keanekaragaman Padi Padi gogo Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
Padi rawa Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
Padi pera Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.
AGROINDUSTRI HORTIKULTURA
Agroindustri adalah industri atau kegiatan pengolahan yang berbasis pada hasil pertanian, bukan hanya menangani komoditi tanaman, tapi juga pada hasil ternak. Menurut Food Processing Management, Agrifood Industry, minimal 20% dari bahan baku berasal dari hasil pertanian. Pada generasi I berlaku industri hulu yaitu yakni subsektor industri yang menghasilkan sarana produksi pertanian, meliputi penjualan benih, bibit unggul, alsintan, pupuk, dan obat-obatan. Pada generasi II berlaku industri primer meliputi budidaya hasil pertanian, baik hasil tani maupun ternak. Pada generasi III berlaku industri Sekunder atau industri Hilir yaitu subsektor industri yang mengolah hasilhasil pertanian. Dalam membangun agroindsutri hortikultura banyak industri yang kurang mengerti bagaimana konsep yang sebenarnya dan kebanyakan industri tutup karena : Kesalahan manajemen. Kurang bahan baku. Kurang konsumen. Tidak mengenal skala usaha. Pertimbangan sebelum membangun agroindustri adalah: Sumber bahan baku. Ketersediaan tenaga kerja. Lokasi pasar. Insentif khusus. Dalam memenuhi sumber bahan baku harus memiliki kuantitas yang cukup, kualitas terjamin, ketersediaan tepat waktu, kontinuitas.
lokal/domestik. Penerapan Teknologi untuk Agroindustri Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah dengan indeks retensi pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya 25-29% produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini tentu saja memperkecil nilai tambah yang yang diperoleh dari ekspor produk pertanian, sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri di era global ini. Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi agroindustri produk pertanian begitu beragam dan sangat luas mencakup teknologi pascapanen dan teknologi proses. Untuk memudahkan, secara garis besar teknologi pascapanen digolongkan berdasarkan tahapannya yaitu, tahap atau tahap sebelum pengolahan, tahap pengolahan dan tahap pengolahan lanjut. Perlakuan pascapanen tahap awal meliputi, pembersihan, pengeringan, sortasi dan pengeringan berdasarkan mutu, pengemasan, transport dan penyimpanan, pemotongan/pengirisan, penghilangan biji, pengupasan dan lainnya. Perlakuan pascapanen tahap pengolahan antara lain, fermentasi, oksidasi, ekstraksi buah, ekstraksi rempah, distilasi dan sebagainya. Sedangkan contoh perlakuan pascapanen tahap lanjut dapat digolongkan ke dalam teknologi proses untuk agroindustri, yaitu penerapan pengubahan (kimiawi, biokimiawi, fisik) pada hasil pertanian menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti: 1. Kakao ; lemak kakao,bubuk kakao, produk coklat. 2. Kopi ; Kopi bakar, produk-produk kopi, minuman, kafein. 3. Teh ; Produk-produk teh, minuman kesehatan.
4. Ekstrak/oleoresin ; produk-produk dalam bentuk bubuk atau enkapsulasi. 5. Minyak atsiri ; produk-produk aromaterapi, isolat dan turunan kimia. Produk-produk yang dihasilkan ada yang dapat digunakan secara langsung dari sejak tahap awal, seperti rempah-rempah, sari buah dan lainnya, serta ada pula yang menjadi bahan baku untuk industri lainya, seperti industri makanan, kimia dan farmasi. Pengembangan Agroindustri Pengembangan Agroidustri di Indonesia terbukti mampu membentuk pertumbuhan ekonomi nasional. Di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, agroindustri ternyata menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami kemunduran atau pertumbuhan negatif, agroindustri mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang beroperasi. Kelompok agroindustri yang tetap mengalami pertumbuhan antara lain yang berbasis kelapa sawit, pengolahan ubi kayu dan industri pengolahan ikan. Kelompok agroindustri ini dapat berkembang dalam keadaan krisis karena tidak bergantung pada bahan baku dan bahan tambahan impor serta peluang pasar ekspor yang besar. Sementara kelompok agroindustri yang tetap dapat bertahan pada masa krisis adalah industri mie, pengolahan susu dan industri tembakau yang disebabkan oleh peningkatan permintaan di dalam negeri dan sifat industri yang padat karya[3]. Kelompok agroindustri yang mengalami penurunan adalah industri pakan ternak dan minuman ringan. Penurunan industri pakan ternak disebabkan ketergantungan impor bahan baku (bungkil kedelai, tepung ikan dan obat-obatan). Sementara penurunan pada industri makanan ringan lebih disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat krisis ekonomi. Berdasarkan data perkembangan ekspor tiga tahun setelah krisis moneter 1998-2000, terdapat beberapa kecenderungan komoditas mengalami pertumbuhan yang positif antara lain, minyak sawit dan turunannya, karet alam, hasil laut, bahan penyegar seperti kakao, kopi dan teh, hortikultuta serta makanan ringan/kering. Berdasarkan potensi yang dimiliki, beberapa komoditas dan produk agroindustri yang dapat dikembangkan pada masa mendatang antara lain, produk berbasis pati, hasil hutan non kayu, kelapa dan turunannya, minyak atsiri dan flavor alami, bahan polimer
non karet serta hasil laut non ikan. Dengan demikian, agroindustri merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan dan penerapan teknologi, memperluas lapangan pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, perkembangan nilai ekspor agroindustri masih relatif lambat dibandingkan dengan subsektor industri lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Kurang cepatnya pertumbuhan sektor pertanian sebagai unsur utama dalam menunjang agroindustri, di pihak lain juga disebabkan oleh kurangnya pertumbuhan sektor industri yang mendorong sektor pertanian. 2. Pemasaran produk agroindustri lebih dititik beratkan pada pemenuhan pasar dalam negeri. Produk-produk agroindustri yang diekspor umumnya berupa bahan mentah atau semi olah. 3. Kurangnya penelitian yang mengkaji secara mendalam dan menyeluruh berbagai aspek yang terkait dengan agroindustri secara terpadu, mulai dari produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran serta sarana dan prasarana, seperti penyediaan bibit, pengujian dan pengembangan mutu, transportasi dan kelengkapan kelembagaan. 4. Kurangnya minat para investor untuk menanamkan modal pada bidang agroindustri. Tantangan dan harapan bagi pengembangan agroindustri di Indonesia adalah bagaimana meningkatkan keunggulan komparatif produk pertanian secara kompetitif menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di pasar dunia. Dalam lingkup perdagangan, pengolahan hasil pertanian menjadi produk agroindustri ditunjukkan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut. Semakin tinggi nilai produk olahan, diharapkan devisa yang diterima oleh negara juga meningkat serta keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku agoindustri juga relatif tinggi. Untuk dapat terus mendorong kemajuan agroindustri di Indonesia antara lain diperlukan : 1. Kebijakan-kebijakan agroindustri. serta insentif yang mendukung pengembangan
2.
Langkah-langkah yang praktis dan nyata dalam memberdayakan para petani, penerapan teknologi tepat guna serta kemampuan untuk memcahkan masalahmasalah yang dihadapi.
3.
Perhatian yang lebih besar pada penelitian dan pembangunan teknologi pascapanen yang tepat serta pengalihan teknologi tersebut kepada sasaran pengguna.
4. 5.
Alur informasi yang terbuka dan memadai. Kerjasama dan sinergitas antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, petani dan industri. Pembangunan dan pengembangan agroindustri secara tepat dengan dukungan
sumberdaya lain dan menjadi strategi arah kebijakan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan negara, berdasarkan tolok ukur sebagai berikut[3] : 1. Menghasilkan produk agroindustri yang berdaya saing dan memiliki nilai tambah dengan ciri-ciri berkualitas tinggi. 2. Meningkatkan perolehan devisa dan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. 3. Menyediakan lapangan kerja yang sangat diperlukan dalam mengatasi ledakan penggangguran. 4. Meningkatkan kesejahteraan para pelaku agroindustri baik di kegiatan hulu, utama maupun hilir khususnya petani, perkebunan, peternakan, perikanan dan nelayan. 5. Memelihara mutu dan daya dukung lingkungan sehingga pembangunan agroindustri dapat berlangsung secara berkelanjutan. 6. Mengarahkan kebijakan ekonomi makro untuk memihak kepada sektor pemasok agroindustri.