Laporan Retensi Energi Hera
Laporan Retensi Energi Hera
Laporan Retensi Energi Hera
Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
:
:
:
:
:
Herasti Novita
B1J014039
VI
2
Venthyana Lestary
PENDAHULUAN
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk melihat seberapa besar energi pakan
yang dikonsumsi ikan dapat disimpan dalam tubuh dan mempelajari apakah
perbedaan kualitas pakan dapat menghasilkan perbedaan retensi energi.
Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan patin (Pangasius
sp.) dan pelet.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah timbangan analitik,
akuarium ukuran 30 x 50 x 25, aerasi, alat pembuat pelet, oven, mortar dan
penggerusnya serta bomb kalorimeter (merek Parr)
II.2
Cara Kerja
III.
III.1 Hasil
Berat basah ikan akhir = 5,22 gr
Berat kering ikan akhir = 0,91 gr
Berat basah ikan awal = 3,42 gr
Berat kering ikan awal = 1,03 gr
Energi bom ikan akhir = 6609,3601 kal/gr
Energi bom ikan awal = 7051,4949 kal/gr
Energi bom pakan = 3983,67 kal/gr
Pemberian pakan = 2,5 % bobot tubuh ikan
Suhu pengovenan = 70oC
Perhitungan (Kelompok 2) :
1. energi ikan awal
2. energi ikan akhir = Berat kering akhir x Energi bom ikan akhir
= 0,91 x 6609,3601
= 6014,51769 kal/gr
3. pakan yang dikonsumsi = 2,5% x Berat basah awal x 14
= 0,025 x 3,42 x 14
= 1,197 kal/gr
4. energi pakan yang dikonsumsi
= 4768,453 kal/gr
5. ANER = energi ikan akhir - energi ikan awal x 100%
energi pakan yang dikonsumsi
= 6014,51769 7263,03975 x 100%
4768,453
= - 1248,5221 x 100%
4768,453
= -26,18%
III.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan retensi energi rombongan VI, diketahui bahwa
nilai ANER (Apparent Net Energy Retention) pada ikan patin adalah -26,18%.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Nelson (1979) yang menyatakan
bahwa retensi energi yang diperoleh seharusnya menujukkan hasil yang positif,
hasil ini menunjukan bahwa pakan yang dikonsumsi tidak dapat disimpan dengan
baik oleh tubuh. Hasil ini juga menunjukan bahwa kualitas pakan yang
dikonsumsi memiliki kualitas yang kurang baik. Kualitas pakan yang diberikan
sangat berpengaruh terhadap retensi energi, semakin bagus kualitas pakan maka
semakin tinggi nilai retensi energi.
Retensi energi adalah banyaknya energi pakan yang dikonsumsi makhluk
hidup yang dapat disimpan dalam tubuh. Retensi energi dapat dicerminkan dari
rasio besarnya pertambahan energi tubuh terhadap jumlah energi pakan yang
dikonsumsi oleh ikan. Besarnya energi pakan yang terkontribusi pada
pertambahan energi tubuh energi tubuh juga digambarkan dengan retensi energi.
Retensi energi pada ikan hanya sebagian kecil saja yang dialokasikan untuk
pertumbuhan dan separuh total energi yang diperoleh dari pakan menjadi limbah
dalam bentuk feses dan ekskresi. Energi yang dikonversi dari pakan yang
dikonsumsi sebagian besar akan hilang dalam bentuk panas dan hanya sekitar 1/5
dari total energi yang diperoleh dalam bentuk pertumbuhan (Zonneveld & Boon,
1991).
Menurut Mujiman (1985), retensi energi dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain :
1. Kualitas pakan, retensi energi dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Ikan
yang diberi pakan yang berbeda-beda menunjukkan pertumbuhan yang berbeda
pula. Ikan pada umumnya memerlukan protein sekitar 2060% dari pakan yang
diberikan dan kadar optimumnya adalah 3036%.
2. Umur ikan, ikan muda relatif membutuhkan energi yang lebih banyak daripada
ikan dewasa, sebab ikan muda lebih banyak membutuhkan nutrisi untuk bergerak
dan mengadakan pertumbuhan.
3. Ukuran tubuh, proporsi energi yang didistribusikan pada komponen retensi energi
berubah dengan meningkatnya ukuran tubuh.
Faktor luar seperti suhu air, kandungan oksigen terlarut dan amonia,
salinitas serta fotoperiodisme juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersamaan dengan faktor lainnya seperti
kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur dan tingkat kematian untuk
mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Suhu merupakan salah satu faktor
lingkungan yang sangat penting dalam mempengaruhi laju pertumbuhan. Laju
pertumbuhan ikan akan meningkat pada suhu 30C35C, sedangkan laju
pertumbuhan maksimal ikan diperoleh pada suhu sedang yaitu 15C (Sudibyo,
1999).
Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam
perkembangan budidaya ikan air tawar atau air laut. Fungsi utama pakan adalah
untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Pakan yang dimakan oleh ikan
pertama-tama digunakan untuk kelangsungan hidupnya dan apabila ada kelebihan,
akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Djajasewaka, 1990). Pakan yang
mempunyai kandungan nutrien yang lengkap dan seimbang dapat mempercepat
pertumbuhan. Protein merupakan nutrien yang paling penting karena merupakan
bagian terbesar dari daging ikan yaitu sekitar 6575% dan berfungsi sebagai
bahan pembentuk jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan (Purba, 2004).
Pembatasan kualitas pakan mengakibatkan hewan selalu memiliki akses ke
pakan kualitas rendah. Kompensasi pertumbuhan dapat dikaitkan dengan
timbangan teknikal untuk menimbang bobot basah dan bobot kering ikan, oven
untuk mengeringkan ikan, dan bomb kalorimeter untuk mengukur nilai kalori
pakan. Bomb kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur retensi
energi. Komponen bomb kalorimeter yaitu tabung oksigen, kondensor, mesin
pendingin, mesin utama dan printer. Ikan yang telah dikeringkan dengan oven
selama 7 hari dihancurkan dengan blender, diayak, dibentuk menjadi pelet dengan
menggunakan pencetak pelet. Berat pelet tidak boleh melebihi 1 gram, kemudian
ditimbang dengan timbangan analitik. Pelet dimasukkan dalam tabung bomb,
dengan kawat wolfram yang dibentuk huruf U, pelet diletakkan sampai seimbang,
tetesi dengan akuades pada bagian tengah pelet untuk membantu proses
pembakaran sampel begitu juga tabungnya untuk membantu pemasangan dan
pelepasan tabung dan tutup. Komponen tabung bomb dipasang, lalu tabung bomb
dimasukkan dalam mesin utama dan diisi dengan oksigen lalu diisi dengan
akuades. Komponen mesin utama diantaranya baget, jaket, stirer dan detektor
suhu. Baget disemprot dengan akuades untuk menstabilkan suhu dan detektor.
Stirer untuk menghomogenkan akuades ditunggu sampai tanda bunyi, hasil keluar
dari mesin printer (Catdown, 2001).
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
Kamalzadeh, A., Koops, W.J. & Kiasat, A. 2009. Effect of qualitative feed
restriction on energy metabolism and nitrogen retention in sheep. South
African Journal of Animal Science, 39(1), pp. 30-39.
Catdown, I.G. 2001. Eartwoon a New Source of Protein. London: W.B. Sounders
Company.
Djajasewaka, H. 1990. Pakan Ikan. Jakarta: CV. Yasaguna.
Farida, W.R., Wardani, K.K., Tjakradidjaja, A.S. & Diapari, D. 2008. Konsumsi
dan Penggunaan Pakan pada Tarsius (Tarsius bancanus) Betina di
Penangkaran. BIODIVERSITAS, 9(2), pp. 148-151.
Mujiman, A. 1985. Makanan Ikan. Bogor: PT. Penebar Swadaya.
Murtidjo, A.B. 2001. Pedoman Meramu Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
Nelson, R.H. 1979. An Introduction to Feeding Farm: Second Edition. Oxford:
Pergamor Press Ltd.
Purba, R. 2004. Pengaruh Kadar Protei Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi
Pakan Ikan Beronang (Siganus canaliculatus). Aquacultura Indonesiana,
CATATAN:
Font Times New Roman size 12. Margin kiri 4, kanan, bawah, atas 3.
Spasi antar bab ke subbab 3 spasi, spasi antar subbab ke kalimat
alinea pertama 2 spasi dan antar baris kalimat 1,5 spasi.
Kertas A4 80 gram