Makalah Budidaya Tanaman Pangan Budidaya Tanaman Kedelai
Makalah Budidaya Tanaman Pangan Budidaya Tanaman Kedelai
Makalah Budidaya Tanaman Pangan Budidaya Tanaman Kedelai
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan bahan baku makanan yang bergizi seperti tahu dan tempe.
Hampir semua lapisan masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari kedelai.
Bagi petani, tanaman ini penting untuk menambah pendapatan karena dapat
segera dijual dan harganya tinggi. Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat
memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Tanaman
kedelai salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat di butuhkan oleh
penduduk Indonesia dan dipandang penting karena merupakan sumber protein,
nabati, lemak, vitamin dan mineral yang murah dan mudah tumbuh diberbadai
wilayah Indonesia serta kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang
cukup penting setelah kacang tanah dan jagung. Sebagai bahan makanan kedelai
mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama protein (40%), lemak (20%),
karbohidrat (35%) dan air (8%).
Di Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan pangan,
seperti: tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom, tauco, tempe, es
krim, minyak makan, dan tepung kedelai. Selain itu, juga banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pakan ternak. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka permintaan akan komoditas
kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun dan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap kebutuhan akan gizi.
Akan tetapi, kapasitas produksi dalam negri belakangan ini cenderung
menurun. Setiap tahunnya pemerintah melakukan impor kedelai yang belakangan
ini sudah mencapai 600 ribu ton per tahun. Proyeksi permintaan kedelai tahun
2018 sebesar 6,11 juta ton, sedangkan produksi kedelai tahun 2003 sekitar
672.000 ton, padahal produksi tahun 1992 pernah mencapai 1,87 juta ton.
Karenanya, tanpa upaya dan kebijakan khusus, hingga tahun 2018 kebutuhan
kedelai nasional tetap akan bergantung pada impor. Rendahnya produksi tersebut
dapat disebabkan oleh banyak faktor pembatas yang menyebabkan produksi yang
dihasilkan belum mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu membudidayakan kacang kedelai (Glycine max L.)
dengan teknik yang benar.
2. Mahasiswa mampu mengetahui proses-proses dalam budidaya kacang
kedelai dari awal sampai panen.
3. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai hama dan penyakit yang dapat
menyerang tanaman kacang kedelai serta cara pengendaliannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.
Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan
berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari
daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad
ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke
Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang
(Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
2.2 Klasifikasi Tanaman Kedelai
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Famili
Genus
: Glycine
Spesies
c) Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C, akan tetapi
suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
d) Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil.
2. Media Tanam
a) Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah,
tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi
kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai.
b) Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan
tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun
kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan
menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis
tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik.
c) Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol.
Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak
pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan
pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.
d) Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri
Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang
panjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi
akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi
pemupukan awal.
e) Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik.
3. Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian
0,5-300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan
dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada
ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.
c. Bersifat aditif
Untuk daerah sentra pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya
memilih varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap
jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe pertumbuhan
tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong
(batang bercabang banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan
tanaman yang satu dengan lainnya tidak terganggu.
4) Pemindahan Bibit
Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikan
cara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak
perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami
hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.
2.4.2 Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa
pengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan
persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan
atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama
dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus
meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia
akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3
minggu. Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau tanah
persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman kedelai di lahan kering sebaiknya
dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan pada lahan sawah, umumnya
dilakukan pada musim kemarau.
Persiapan lahan penanaman kedelai di areal persawahan dapat dilakukan secara
sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa dibersihkan, kemudian
dikumpulkan, dan dibiarkan mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak
penanaman dengan lebar 3 m - 10 m, yang panjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan. Diantara petak penanaman dibuat saluran drainase selebar 25 cm 30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap
ditanami.
Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau tegalan,
sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu.Tanah dicangkul atau
7
3) Pengapuran
Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning,
harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur
dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur
sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum
musim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur
sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang
diinginkan.
Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai
sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur
tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan
pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan
pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan
Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan
tanaman kacang-kacangan, karena erat hubungannya dengan perkembangan bintil
akar.
2.4.3 Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40
cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20
cm. Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang
seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat
kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur,
jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat
dirapatkan.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan,
penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm.
Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60
cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.
3) Cara Penanaman
Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:
a) Sistem tanaman tunggal
Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperoleh
produksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam dengan
sistem ini, membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, seperti
tanah sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan
musim penghujan. Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama
dan penyakit. Kelemahan sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakit
kedelai relatif cepat, sehingga penanaman kedelai dengan sistem ini memerlukan
perhatian khusus. Jarak tanam kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20
cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.
b) Sistem tanaman campuran
Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Umur tanaman tidak jauh berbeda.
2. Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar.
3. Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap hama dan
penyakit.
4. Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan kacang
tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai dengan ketela pohon.
c) Sistem tanaman tumpangsari
Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang mendapat pengairan terus menerus
sepanjang waktu, misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis. Untuk
mendapatkan kedelai yang bermutu baik, biasanya kedelai ditanam bersamaan.
4) Waktu Tanam
Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda
tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang
dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam
menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih
mengandung cukup air.
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai
pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan
musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah
10
menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat
ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.
2.4.4 Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak
semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak
seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak
tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur
Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak
tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore
hari.
2) Penyiangan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3
minggu.Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6
minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan
pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara
mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas,
dapat juga dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida seperti
Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.
3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak
merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang
berbahaya.
4) Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi
tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk
tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan
dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
11
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan
KCl=100 kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan
KCl=100 kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;
Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
Menurut sukmawati penggunaan pupuk kandang mempengaruhi laju
pertumbuhan tinggi tanaman, berat berangkasan kering sedangkan pemberian
pupuk hijau (gamal) akan mempengaruhi umur berbunga, waktu keluarnya
polong, berat biji per tanaman dan berat 25 biji , berat berangkasan 45 HST. Hal
tersebut dijelaskan dalam jurnal pertanian Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
volume 7. Pemupukan dengan pupuk organik cair lengkap dapat meningkatkan
produksi tanaman kedelai, tetapi perlakuan dosis yang berbeda memberikan hasil
yang berbeda tidak nyata. Waktu pemupukan pada pagi dan sore hari
menyebabkan produktivitas tanaman kedelai lebih tinggi dibandingkan pada siang
hari, tetapi secara umum pemupukan pada sore hari cenderung menunjukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan pemupukan pada pagi hari. Hal ini dijelaskan dalam
jurnal biologi, oleh tettrinica.
5) Pengairan dan Penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat
menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada
masa
pertumbuhan
akan
menyebabkan
tanaman
kerdil,
bahkan
dapat
12
Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus
diairi. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini
diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi
penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan
akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di
setiap 3-4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama
dilakukan pada saat musim hujan.
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung
jenis hama dan pola penyerangannya.
a) Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih,
dilakukan sebelum benih ditanam.
b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC,
Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak 2 kali seminggu
setelah ditemukan telur.
c) Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide 25
EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atau
Tamaron pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari.
d) Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban
20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.
e) Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50 EC,
Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu pembentukan
polong.
7) Pemeliharaan Lain
Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari maka
membutuhkan tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindung akan selalu
muda sehingga proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit,
bahkan tidak berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa
cabang -cabang kering tanaman pelindung yang jatuh.
2.5 Panen
2.5.1 Ciri dan Umur Panen
13
14
15
perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai
sekitar 18,2 %. Kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya
kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini
ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah
atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan
sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.
2.7 Hama dan Penyakit
1. Hama
a) Aphis SPP (Aphis glycine)
Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan
tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus).
Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.
Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) menanam kedelai
pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak
ditumbuhi
tanaman
inang
seperti:
terung-terungan,
kapas-kapasan
atau
16
warna,
di
dalam
polong
terdapat
ulat
gemuk
hijau
dan
bergerombol,
memakan
daun,
dan
berpencar
mencari
rumpun
18
Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan dengan
perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika cuaca cukup
lembab. Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang
paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi
polong tua menjadi kerdil. Pengendalian: (1) perhatikan pola pergiliran tanam
yang tepat; (2) penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.
e) Penyakit karat (cendawan Phakospora phachyrizi)
Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yang
menerbangkan dan menyebarkan spora. Gejala: daun tampak bercak dan bintik
coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2)
menyemprotkan Dithane M 45.
f) Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)
Penyakit ini menyerang daun. Gejala: permukaan daun bercak-bercak
menembus ke bawah. Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.
g) Penyakit busuk batang (cendawan Phytium Sp)
Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala:
batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati.
Pengendalian: (1) memperbaiki drainase lahan; (2) menyemprotkan Dithane M
45.
h) Virus mosaik (virus)
Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan vektor
penyebar virus ini adalah Aphis Glycine. Gejalanya yaitu perkembangan dan
pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian: (1) penanaman
varietas yang tahan terhadap virus; (2) menyemprotkan Tokuthion 500 EC.
BAB III
19
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman kedelai (Glycine max) merupakan salah satu tanaman pangan yang
penting di Indonesia. Kedelai banyak dijadikan bahan makanan seperti tahu,
tempe dan kecap yang banyak mengandung protein. Konsumsi kedelai di
Indonesia masih tergantung pada impor sehingga sangat potensial untuk
dikembangkan. Budidaya kedelai tidaklah memerlukan kriteria tanah yang
khusus. Kedelai dapat tumbuh baik di tanah yang yang tak tergenang air, tapi
dapat juga dijadikan acuan pada jagung karena setiap tanah yang dapat ditumbuhi
jagung akan baik pula jika ditanami kedelai. Jarak tanam kedelai adalah 30 x 20
cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm tergantung varietasnya. Kedelai dapat dipanen
pada umur 75-110 hari setelah tanam. Kedelai memerlukan perawatan semasa
tanamnya diantaranya penyiangan, pemupukan, penyemprotan karena cukup
banyak jenis hama dan penyakit yang suka menyerang seperti lalat daun, kepik
hijau, ulat grayak, mosaik, layu kering dan sebagainya.
3.2 Saran
Mahasiswa dapat mengimplementasikan teknik budidaya tanaman kedelai
dengan baik agar dapat mengembangkan dan meningkatkan produksi kedelai.
Dengan produksi kedelai yang tinggi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
kedelai di Indonesia. Dari sisi lain, petani di Indonesia agar bergairah dalam
mebudidayakan kedelai sebagai komoditas unggulan.
20
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1989. Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.
Marwanto. 1992. Budidaya Kedelai (Glycine max L. Merill). Jakarta: Agrosia.
Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1998. Budidaya Kedelai. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprapto. 1997. Bertanam Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tettrinica Meirina, Sri Darmanti, Sri Haryanti. 2012. PRODUKTIVITAS
KEDELAI ( Glycine max (L.) Merril var. Lokon ) YANG DIPERLAKUKAN
DENGAN PUPUK ORGANIK CAIR LENGKAP PADA DOSIS DAN
WAKTU PEMUPUKAN YANG BERBEDA. Jurnal Biologi MIPA UNDIP.
Andriany F Damanik, Rosmayati, Hasmawi Hasyim. 2013. RESPONS
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN
MIKORIZA DAN PENGGUNAAN UKURAN BIJI PADA TANAH SALIN.
Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, ISSN No. 2337- 6597.
Sukmawati. 2013. RESPON TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN
PUPUK ORGANIK, INOKULASI FMA DAN VARIETAS KEDELAI DI
TANAH PASIRAN. Jurnal Pertanian Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
Volume 7, No. 4, ISSN No. 1978-3787.
http://budidaya-kedelai.blogspot.com diakses tanggal 12 Mei 2014 pukul 17.00
21
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Budidaya Tanaman Pangan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul METODE ILMIAH PENELITIAN KACANG IJO.
Kami menyadari bahwa METODE ILMIAH PENELITIAN KACANG
IJO ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
ILMIAH
umumnya untuk pembaca, dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha yang telah dilakukan. Amin.
Penyusun
22
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
2
BAB II PEMBAHASAN
i
1
2.5 Panen 14
2.6 Pasca Panen 15
2.6 Hama dan Penyakit 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
21
23